Top Banner
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN RISIKO INFEKSI PADA POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN EPISIOTOMI DI RSUD TEMANGGUNG KTI Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang Oleh: Melina Novita Sari NIM. P1337420514018 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2017
138

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

May 01, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

1

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN RISIKO INFEKSI PADA

POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN EPISIOTOMI

DI RSUD TEMANGGUNG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada

Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:

Melina Novita Sari

NIM. P1337420514018

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2017

Page 2: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

1

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN RISIKO INFEKSI PADA

POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN EPISIOTOMI

DI RSUD TEMANGGUNG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada

Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:

Melina Novita Sari

NIM. P1337420514018

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES SEMARANG

2017

Page 3: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

2

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Melina Novita Sari

NIM : P1337420514018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus

ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai dengan ketentuan berlaku.

Magelang, ..............Maret 2017

Yang membuat pernyataan

Melina Novita Sari

Page 4: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

3

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hasil Laporan Kasus oleh Melina Novita Sari NIM : P 1337420514018 dengan

judul

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN RISIKO INFEKSI PADA

POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN EPISIOTOMI

DI RSUD TEMANGGUNG

ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Magelang, 13 Maret 2017

Pembimbing

Sri Adiyati, S.Pd., S.Kep.

NIP. 195312061983032001

Page 5: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

4

LEMBAR PENGESAHAN

Hasil laporan kasus oleh Melina Novita Sari NIM : P1337420514018

dengan judul

ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN RISIKO INFEKSI PADA

POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN EPISIOTOMI

DI RSUD TEMANGGUNG

ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Maret 2017

Dewan Penguji

Sri Adiyati, S.Pd., S.Kep. Ketua (... ... ... ... ... ... ...)

NIP. 195312061983032001

Lulut Handayani., S.Kep., Ns., M.Kes Anggota (... ... ... ...... ... ...)

NIP. 197504041998032001

Wiwin Renny R., S.ST., S.Pd., M.Kes. Anggota (... ... ... ... ...... ...)

NIP. 197111061998032004

Mengetahui,

Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang

Hermani Triredjeki., S.Kep., Ns., M.Kes

NIP. 196902221988032001

Page 6: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

5

PRAKATA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. D Dengan

Masalah Keperawatan Risiko Infeksi Pada Post Partum Spontan Primipara Dengan

Episiotomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung.

Penyelesaian penyusunan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan ujian akhir Program Studi D III Keperawatan

Magelang tahun 2017. Hasil laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan, dukungan,

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd, M.APP.Sc, Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang

2. Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Semarang

3. Hermani Tri Redjeki,S.Kep., Ns., M.Kes., Ketua Program Studi D III

Keperawatan Magelang yang telah memberikan izin dan kesempatan dalam

pembutan Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah.

4. Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep Dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan Laporan Kasus ini.

Page 7: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

6

5. Wiwin Renny R, SST, S.Pd, M.Kes, dan Lulut Handayani., S.Kep., Ns.,

M.Kes., selaku penguji Laporan Kasus ini.

6. Bapak Sabar Slamet dan Ibu Rasinah yang tiada henti mendo’akan dan

memberikan semangat, bimbingan dukungan moral maupun materi kepada

penulis

7. Adik-adikku tercinta Setyo Budi Irawan dan Aisyah Nur Kusuma Dewi yang

senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan SADEWA yang saling memberikan

semangat.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Harapan penulis semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis sendiri maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan kasus

ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran,

kritik dan tidak lanjut yang bersifat konstruksif demi kesempurnaan penulisan

laporan kasus ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Magelang, Maret 2017

Penulis

Melina Novita Sari

Page 8: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

PRAKATA...............................................................................................................v

DAFTAR ISI................... ......................................................................................vii

DAFTAR TABEL....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.........................................................................................3

C. Manfaat Penulisan.......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Partum Spontan dengan Episiotomi...................................................6.

B. Risiko Infeksi Pada Ibu Post Partum dengan Episiotomi.........................37

C. Penatalaksanaan Risiko Infeksi Pada Ibu Post Partum Spontan

Primipara dengan Episiotomi....................................................................45

Page 9: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

8

D. Asuhan keperawatan risiko infeksi pada ibu post partum

spontan dengan episiotomi.........................................................................49

1. Pengkajian ...........................................................................................49

2. Diagnosis Keperawatan Risiko Infeksi................................................58

3. Intervensi .............................................................................................59

4. Evaluasi ..................................... .........................................................64

BAB III METODE PENULISAN

A. Metode Penulisan.......................................................................................66

B. Sampel........................................................................................................68

C. Lokasi dan Waktu......................................................................................69

D. Teknik pengumpulan data..........................................................................69

E. Analisa Data...............................................................................................69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil...........................................................................................................71

1. Pengkajian ...........................................................................................71

a. Biodata ..........................................................................................71

b. Riwayat Klien.................................................................................72

c. Pemeriksan data fokus....................................................................74

Page 10: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

9

d. Pemeriksaan fisik...........................................................................78

e. Pemeriksaan diagnostik..................................................................80

f. Terapi.............................................................................................80

2. Rumusan Masalah................................................................................81

3. Perencanaan (plan)...............................................................................82

4. Pelaksanaan..........................................................................................83

5. Evaluasi................................................................................................88

B. Pembahasan........................................................ .......................................91

1. Pengkajian............................................................................................91

2. Diagnosa keperawatan ........................................................................93

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................95

Page 11: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

10

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan Uteri Masa Nifas..................................................................11

Tabel 2.2 Karakteristik Lochea..............................................................................52

Tabel 2.3 Skala REEDA.................................................... ...................................57

Page 12: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Post Partum..........................................................................32

Gambar 2.2 Pathway Risiko Infeksi Pada PostPartum..........................................44

Gambar 2.3 Panduan Untuk Memeriksa Jumlah Lochea.......................................52

Page 13: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 : SOP Vulva Hygiene

Lampiran 3 : SOP Perawatan Luka Perineum

Lampiran 4 : SAP dan Leaflet

Lampiran 5 : Lembar Bimbingan

Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup

Page 14: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) didunia menurut laporan WHO yang

dipublikasikan pada tahun 2014 mencapai angka 289.000 jiwa.

Presentase kematian ibu tertinggi terjadi di negara Afrika Utara yang

mencapai 179.000 jiwa disusul oleh Asia Tenggara mencapai 16.000

jiwa (WHO, 2015).

Sebesar 57,95% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada

waktu hamil sebesar 27,00% dan pada waktu persalinan sebesar

15,05%, adapun komplikasi yang mengakibatkan banyak kematian

maternal lainnya seperti perdarahan, infeksi nifas/sepsis, partus

lama/macet dan abortus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014)

Dalam persalinan akan terjadi perlukaan pada perineum baik itu

karena robekan spontan maupun episiotomi. Di Indonesia luka perineum

dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2014

ditemukan sebanyak 57% ibu mendapatkan jahitan perineum (28%

karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Depkes RI, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah

Sakit Umum Daerah Temanggung selama tahun 2015 jumlah prevalensi

keseluruhan kasus maternitas adalah sebanyak 1969 pasien. Presentase

1

Page 15: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

14

partus spontan sebanyak 234 orang atau 11,9%. Persentase tersebut

merupakan keseluruhan dari kasus partus spontan, baik partus spontan

tanpa indikasi dan partus spontan dengan indikasi. Pada bulan Januari

hingga September 2016 tercatat kasus kelahiran spontan mengalami

kenaikan yakni sebanyak 391 kasus dengan kelahiran spontan.

Luka pada jalan lahir, berisiko terjadinya infeksi nifas yang berasal

dari perlukaan pada jalan lahir yang merupakan media yang baik untuk

berkembangnya kuman. Hal ini diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu

yang rendah setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan

kebersihan yang kurang terjaga. Munculnya infeksi pada perineum

dapat merambat pada saluran kandung kemih atau pada jalan lahir.

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya

kematian ibu post partum mengingat kondisi ibu post partum masih

lemah (Wiknjosastro, 2010).

Menurut (Marmi, 2012) cara yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya infeksi dan luka perineum post episiotomi antara lain

mencegah terjadinya kelembapan genetalia, setelah buang air besar atau

buang air kecil perineum dibersihkan dengan air hangat atau kasa steril.

Cara lain untuk mendukung penyembuhan luka pada perineum post

episiotomi selain melakukan perawatan luka dengan antiseptik, ibu

harus meningkatkan personal hygiene dengan mandi minimal 2 kali

sehari,mengganti pembalut sehari minimal 2-3 kali serta meningkatkan

asupan dengan 500-700 kalori perhari serta melaksanakan diit tinggi

Page 16: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

15

protein. Protein sangat berperan pada proses pergantian jaringan saat

penyembuhan luka pada perineum.

Oleh karena itu, berdasarkan jumlah presentasi partus spontan yang

didapatkan dari rekam medik RSUD Temanggung, penulis tertarik

untuk melakukan asuhan keperawatan secara komprehesif dan membuat

proposal karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada

Ny.X Dengan Masalah Keperawatan Risiko Infeksi Post Partum

Spontan Primipara Dengan Episiotomi Di Rumah Sakit Umum Daerah

Temanggung”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari laporan ini adalah menggambarkan dan

mengaplikasikan asuhan keperawatan resiko infeksi pada ibu post

partum primipara dengan episiotomi

2. Tujuan Khusus

a. Pengkajian keperawatan pada asuhan keperawatan risiko infeksi

pada ibu post partum primipara dengan episiotomi di Rumah

Sakit Umum Daerah Temanggung

b. Masalah keperawatan risiko infeksi pada asuhan keperawatan

risiko infeksi pada ibu post partum primipara dengan episiotomi

di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Page 17: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

16

c. Intervensi keperawatan mengenai kondisi luka episiotomi untuk

memecahkan masalah yang ditemukan pada asuhan keperawatan

risiko infeksi pada ibu post partum primipara dengan episiotomi

di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

d. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk pemecahan

masalah pada asuhan keperawatan risiko infeksi pada ibu post

partum primipara dengan episiotomi di Rumah Sakit Umum

Daerah Temanggung

e. Evaluasi perkembangan kesembuhan luka episiotomi pada

asuhan keperawatan risiko infeksi pada ibu post partum

primipara dengan episiotomi di Rumah Sakit Umum Daerah

Temanggung

f. Membahas kesenjangan antara teori dan konsep dengan keadaan

nyata dilayanan kesehatan terkait risiko infeksi pada pasien post

partum spontan primipara dengan episiotomi di Rumah Sakit

Umum Daerah Temanggung.

C. Manfaat

1. Bagi penulis

Page 18: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

17

Meningkatkan kompetensi penulis dalam menerapkan

proses asuhan keperawatan pada pasien post partum primipara

dengan episiotomi.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan mahasiswa dalam proses belajar

mengajar keperawatan maternitas tentang asuhan keperawatan

risiko infeksi pada pasien post partum spontan primipara dengan

episiotomi.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

melaksanakan praktek layanan keperawatan maternitas khususnya

pada pasien post partum spontan primipara dengan luka episiotomi.

4. Bagi pasien

Diharapkan setelah mendapatkan perawatan pasien dapat

terhindar dari infeksi dan komplikasi-komplikasi berhubungan

dengan luka episiotomi.

Page 19: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Partum Spontan dengan Episiotomi

1. Konsep Post Partum

a. Definisi post partum

Definisi post partum menurut yang dikemukakan para ahli adalah :

1) Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,

waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian

terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

2) Masa nifas adalah masa setelah plasenta lair dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

dimana masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti

Saleha, 2009).

3) Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali

seperti keadaan semula (sebelum hamil) berlangsung kurang

lebih 6 minggu, dimana pada periode post partum ini merupakan

masa penyesuaian ibu terhadap peran baru (Maryunani, 2015).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

6

Page 20: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

19

Pemberian asuhan keperawatan pada masa nifas bertujuan sebagai

berikut :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupu psikologis

2) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrsi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian

imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana

5) Mendapatkan kesehatan emosi (Marmi, 2015).

c. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi dalam tiga tahap/periode, yaitu puerperium dini,

puerperium intermedial dan remote peurperium.

1) Puerperium Dini ( Periode immediate postpartum)

Masa puerperium dini dimulai segera setelah plasenta lahir

sampai dengan 24 jam sampai kepulihan dimana ibu sudah

diperbolehkan mobilisasi jalan. Pada masa ini sering terdapat

masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri

2) Puerperium Intermedial (Periode Early Postpartum 24 jam – 1

minggu). Masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

lamanya sekitar 6-8 minggu.

Page 21: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

20

3) Remote Puerperium (Periode Late postpartum, 1 minggu 0 5

minggu). Waktu diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila ibu selama hamil maupun bersalin, ibu mempunyai

komplikasi, masa ini bisa berlangsung 3 bulan bahkan lebih lama

sampai tahunan (Maryunani, 2015)

d. Perubahan Fisiologis

1) Perubahan tanda-tanda vital

Menurut Marynani (2015) pada masa postpartum, ibu akan

mengalami beberapa perubahan atau adaptasi tanda-tanda vital,

yaitu:

a) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C.

Sesudah partus naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal,

namun tidak akan melebihi 8°C. Sesudah 2 jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

Suhu tubuh kembali normal selama periode intrapartum dan

stabil 24 jam pertama postpartum.

b) Tekanan Darah

Tekanan darah sedikit mengalami penurunan sekitar

20mmHg atau lebih pada tekanan systole akibat hipotensi

ortostatik yang ditandai dengan sedikit pusing pada saat

perubahan posisi dari berbaring ke berdiri dalam 48 jam

pertama. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi

Page 22: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

21

postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila

tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertai dalam

setengah bulan tanpa pengobatan.

c) Nadi

Denyut nadi meningkat selama persalinan akhirnya

kembali normal setelah beberapa jam postopartum. Denyut

nadi mengalami bradikardia 50-70 kali/menit pada 6-8 jam

postpartum akibat perubahan cardiac output (nadi nromal

80-100 kali/menit). Penurunan volume darah mengikuti

pemisahan plasenta, kontraksi uterus dan peningkatan stroke

volume, dimana volume tersebut akan kembali seperti

sebelum hamil, sekitar 3 bulan postpartum.

d) Pernafasan

Pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus

kemudian kembali normal. Nafas pendek, cepat atau

perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi

seperti kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru.

2) Perubahan sistem reproduksi

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti dalam

Page 23: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

22

keadaan sebelum hamil. Perubahan ini disebut involusi

(Prawihardjo, 1999)

a) Involusi Uterus

Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60

gram. Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan

penanggalan decidua atau endometrium dan pengelupasan

sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan

tempat uterus, warna dan jumlah lochia. (Marmi, 2015)

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

(1) Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat

uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Atrofi Jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon esterogen saat pelepasan plasenta.

(3) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri

sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim

proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah

sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula

dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau

Page 24: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

23

dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara

langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini

disebabkan karena penurunan hormon esterogen dan

progesteron.

(4) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situ

atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum

adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Perubahan Uteri Masa Nifas

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uteri

Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

Minggu 1 Pertengahan pusat

sampai simpisis

500 gram 7,5 cm

Minggu 2 Tidak teraba 350 gram 5 cm

Sumber : (Marmi, 2015)

Page 25: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

24

b) Involusi Tempat Plasenta

Regenerasi endometrium terjadi ditempat implantasi

plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi

meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar

uterus serta dibawah tempat implantasi plasenta dari sisa-

sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis.

Pertumbuhan kelenjar mengikis pembuluh darah yang

membeku pada tempat implantasi plasenta yang

menyebabkan menjadi terkelupas dan tidak dipakai lagi pada

pembuangan lochea.

c) Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali. Ligamen rotundum

menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retroflexi.

d) Perubahan Pada Serviks

Perubahan-perubahan yang terjadi pada serviks

postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga

seperti corong yang disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak

berkontraksi. Setelah satu minggu pertama, ostium

Page 26: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

25

externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak

rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan..

e) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas

dan mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam

yang ada pada vagina normal (Marmi, 2015).

Lochea terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel

dan bakteri. Rata-rata lochea dikeluarkan kira-kira 8-9oz

atau sekitar 240-270 ml. Lochea terbagi menjadi 4 jenis:

(1) Lochea rubra / merah (kruenta)

Lochea rubra muncul pada hari pertama sampai hari

ketiga postpartum, memiliki ciri berwarna merah yang

berasal dari perobekan atau luka pada plasenta dan

serabut dari desidua dan chorion. Lochea rubra

mengandung sel desidua, verniks caseosa, ramut lanugo,

sisa mekoneum dan sisa darah.

(2) Lochea Sanguinolenta

Page 27: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

26

Lochea rubra berwana kuning berisi darah dan

lendir karena pengaruh plasma darah dan keluar pada

hari ke 3-5 hari postpartum.

(3) Lochea Serosa

Lochea serosa muncul pada hari ke 5-9 postpartum.

berwarna kekuningan atau kecoklatan karena

mengandung sedikit darah dan lebih banyak serum,

leukosit dan robekan laserasi plasenta.

(4) Lochea Alba

Lochea alba muncul lebih dari hari ke 10

postpartum. Berwarna lebih pucat, putih kekuningan,

mengandung lebih banyak mengandung leukosit,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati.

f) Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara libia menjadi lebih menonjol. Perubahan pada

perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum

mengalami perobekan secara spontan ataupun dengan

episiotomi.

Page 28: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

27

g) Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga

fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan

kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa

menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal

peuperium (Bobak, 2004).

3) Perubahan Sistem Pencernaan

Beberapa perubahan pada sistem pencernaan pada masa post

partum diantaranya :

a) Nafsu Makan

Ibu biasanya sering lapar setelah melahirkan dan

boleh makan pada 1-2 jam post primordial dengan diet

ringan. Biasanya pemulihan nafsu makan butuh waktu

sekitar 3-4 hari hingga faal usus kembali normal.

b) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motalitas kekeadaan normal.

c) Pengosongan Usus

Page 29: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

28

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama

dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan disebabkan

karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan

dan pada awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan,

enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi.

Sistem penernaan pada masa nifas membutuhkan waktu

yang berangsur-angsur untuk kembali normal.

4) Perubahan Sistem Perkemihan

a) Fungsi Sistem Perkemihan

Ibu post partum dianjurkan untuk segera buang air

kecil agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu

merasa nyaman. Namun dalam masa post partum ibu merasa

kesulitan dalam buang air kecil. Hal tersebut dikarenakan

adanya edema trigotinum yang menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi retensi urine, diaforesis untuk mengurangi

cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari pasca

partum, dan depresi sfingter utera dikarenakan penekanan

kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani

selama persalinan sehingga menyebabkan miksi (Marmi,

2015).

b) Sistem Urinarius

Page 30: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

29

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan

setelah melahirkan. Diperlukan kira-kira 2-8 minggu supaya

hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis

ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.

c) Komponen Urine

BUN (Blood Urea Nitrogen) yang meningkat selama

pasca partum merupakan akibat otolisis uterus yang

berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein didalam sel otot

uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selamasatu

sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Asetonuria bisa

terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi

persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan

disertai dehidrasi.

d) Diuresis Postpartum

Dalam 12 jam pasca melahirkan ibu membuang

kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil.

Salah satu mekanisme untuk mengurangi retensi selama

masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari,

selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah

urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg

selama masa pasca partum.

Page 31: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

30

5) Perubahan Sistem Muskuloskeletal atau Diastasis Rectus

Abdominikus

a) Dinding Perut dan Peritoneum

Dinding perut pulih kembali dalam 6 minggu setelah

persalinan. Kadang-kadang pada wanita terjadi diatasis dari

otot-otot rectus abdominalis sehingga sebagian dari dinding

perut digaris tengah hanya terdiri dari periteneum, fasca tipis

dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau

mengejan.

b) Kulit Abdomen

Kulit abdomen melebar selama masa kehamilan

tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-

minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie.

Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen

seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

c) Striae

Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan

parut pada dinding abdomen. Strie pada dinding abdomen

tidak dapat menghilang melainkan membentuk garis lurus

yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diatasis

sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominalis

tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum,

Page 32: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

31

aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan

bebrapa lama tonus otot kembali normal.

d) Perubahan Ligamen

Ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang

meregang selama kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak

jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang

mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

e) Simpisis Pubis

Simpisis pubis yang terpisah ini merupakan

penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang

penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini

biasanya ditandai dengan nyeri tekan signifikan pada pubis

disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau

saat berjalan.

Beberapa gejala muskuloskeletal yang timbul pada

masa pasca partum antara lain :

a) Nyeri punggung bawah

Page 33: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

32

Nyeri punggung bawah disebabkan karena

ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat

posisi saat persalinan.

b) Sakit kepala dan nyeri leher

Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah

melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Sakit

kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul

akibat setelah pemberian anastesi umum.

c) Nyeri pelvis posterior

Nyeri pelvis posterior ditunjukkan untuk rasa nyeri

dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Nyeri ini dapat

menyebar ke bokong dan paha posterior.

d) Disfungsi simfisis pubis

Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan

cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan

melalui posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan

fungsi semestinya, akan terdapat fungsi atau stabilitas

pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya

perubahan mekanis yang dapat mempengaruhi gaya

berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis

untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang

hebat.

Page 34: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

33

e) Diastasis rekti

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus

abdominalis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi

umbilikus sebagai akibat peregangan mekanis dinding

abdomen dan postur yang salah. Kasus ini sering terjadi

pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion,

kelemahan otot abdomen dan postur yang salah.

f) Disfungsi dasar panggul

Disfungsi dasar panggul meliputi inkontinensia urin,

inkontinensia alvi dan prolaps.

g) Inkontinensia urin

Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin

yang tidak disadari.

h) Inkontinensia alvi

Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau

meregangnya sfingter anal atau kerusakan yng nyata

pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan

i) Prolaps

Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan

pervaginam yang dapat menyebabkan peregangan dan

kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps

Page 35: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

34

uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps

rektum kedalam vagina.

6) Perubahan Pada Sistem Endokrin

a) Hormon plasenta (human placental lactogen)

Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca

persalinan yang menyebabkan kadar gula darah menurun

pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3

jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset

pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.

b) Hormon pituitary

Hormon pituitry antara lain : hormon prolaktin, FSH

dan LH. Hormon prolktin darah meningkat dengan cepat,

pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2

minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran

payudara untuk merangang produksi susu.

c) Hormon oksitosin

Hormon ini disekresikan dari kelenjar otak bagian

belakang, berkerja terhadap otot uterus dan jaringan

payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin

Page 36: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

35

berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.

d) Hormon esterogen dan progesteron

Hormon esterogen yang meningkat memperbesar

hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume

darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot

halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan

pembuluh darah.

7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

a) Volume darah

Pada persalinan per vaginam, ibu kehilangan darah

sekitar 300-400 cc dan hematrokit akan naik. Perubahan ini

terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.

Hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal

setelah 4-6 minggu persalinan.

b) Curah jantung

Setelah wanita melahirkan, denyut jantung, volume

sekuncup dan curah jantung meningkat bahkan lebih tinggi

selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi

sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.

Page 37: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

36

c) Perubahan sistem hematologi

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan

plasma akan sedikit menurun, tetapi darah lebih mengental

dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan

faktor pembekuan darah jumlah leukosit akan tetap tinggi,

dan akan bisa naik sampai 25,000 dan 30,000 tanpa adanya

tanda patologis. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit

akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum

sebagai akibat dari volume darah. Volume plasenta dan

tingkat volume darah yang berubah-ubah akan dipengaruhi

oleh status gizi wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari

pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih

tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien

dianggap kehilangan darah cukup banyak. Titik 2% kurang

lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.

Peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7

post partum akan normal dalam 4-5 minggu post partum.

Kehilangan darah selama persalinan kurang lebih 200-500

ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan

selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

e. Perubahan Psikologis Ibu Masa Nifas

Page 38: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

37

Perubahan fisiologis ibu dalam masa postpartum terdiri dari 3 fase,

yaitu :

1) Fase Taking In :

Pada fase taking in terjadi periode ketergantungan

atau fase dependens dimana terjadi pada hari pertama sampai

kedua pasca partum. Pada fase ini ibu bersifat pasif dan

bergantung, energi ibu difokuskan pada perhatian tubuhnya

atau dirinya. Kebutuhan ibu pada masa ini dibantu dengan

orang lain. Ibu akan mengulangi pengalaman persalinan dan

melahirkannya. Nutrisi ibu mungkin harus ditambahkan

karena selera makan ibu meningkat.

2) Fase Taking Hold

Fase taking hold merupakan periode antara

ketergantungan dan ketidaktergantungan atau fase dependen

independen yang berlangsung 2-4 hari pasca melahirkan

dimana ibu menaruh perhatian pada kemampuan menjadi

orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung

jawab terhadap bayinya. Ibu juga memfokuskan pada

pengembalian kontrol terhadap fungsi tubuhnya, fungsi

kandung kemih,kekuatan dan daya tahan.

3) Fase Letting Go

Page 39: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

38

Fase letting go merupakan Periode saling

ketergantungan atau fase independen yang umumnya

terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah dimana ibu

melibatkan waktu reorganisasi keluarga. Pada fase ini, ibu

menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi baru lahir

dan terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk

mengobservasi bayi. Depresi postpartum umumnya terjadi

selama periode ini (Maryunani, 2015).

f. Patologi Nifas

Proses masa nifas berlangsung setelah melakukan proses

persalinan. Beberapa ibu pasca partum mengalami dampak dari

masa nifas, yang berdampak seperti dibawah ini :

1) Depresi masa nifas, gejala ini timbul karena perubahan hormon

yang mempengaruhi perilaku sang ibu. Hal ini berlangsung pada

waktu 1 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya karena rasa

sakit yang muncul saat melahirkan. Selain itu, faktor penyebab

lainnya adalah terhambatnya karir, kurangnya perhatian dari

orang terdekat, ibu primipara.

2) Infeksi masa nifas, biasanya terjadi dimana sang ibu melakukan

hubungan seks yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam

masa nifas. Perlukaan karena persalinan merupakaan tempat

masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkn infeksi

Page 40: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

39

pada kala nifas. Faktor pendukung infeksi kala nifas,

diantaranya :

a) Persalinan berlangsung lama

b) Tindakan operasi persalinan

c) Ketuban pecah dini

d) Perdarahan antepartum dan postpartum, anemia, malnutrisi

dan ibu hamil dengan infeksi

Bentuk infeksi dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Bentuk infeksi lokal seperti infeksi pada luka episiotomi, infeksi

pada vagina, infeksi pada serviks yang luka

b) Bentuk infeksi general (menyebar) seperti parametritis,

peritonitis, sepsikemi dan piema

c) Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui pembuluh darah,

pembuluh limfe, melalui bekas implantasi plasenta.

Gambaran klinis infeksi kala nifas dapat berupa infeksi lokal

dan infeksi umum. Infeksi lokal meliputi pembengkakan luka

episiotomi, terjadinya pernanahan, perubahan warna lokhea,

pengeluaran lokhea bercampur darah, mobilisasi terbatas karena

nyeri, suhu tubuh meningkat. Sedangkan infeksi umum meliputi

suhu tubuh meningkat, pernapasan meningkat, gelisah, lokhea

Page 41: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

40

berbau dan bernanah, tekanan darah menurun dan nadi meningkat

(Iscemi & Margareth, 2013)

3) Perdarahan kala nifas sekunder

Perdarahan kala nifas sekunder terjadi setelah 24 jam

pertama. Penyebab utamanya adalah terdapatnya sisa plasenta

atau selaput ketuban dan kelainan bentuk implantasi, mioma

uteri dan inversio uteri.

Keadaan patologi yang dapat menyertai masa nifas :

Keadaan abnormal pada rahim

a) Subinvolusi uteri

Terjadi kemacetan atau kelambatan involusio yang disertai

dengan pemanjangan periode lokhea dan kadang disertai

perdarahan. Penyebab terjadi involusi uteri adalah terjadi infeksi

endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat

bekuan darah atau mioma uteri.

b) Flegmasia alba dolens

Flegmensia alba dolens merupakan infeksi peurperalis yang

mengenai pembuluh darah vena femoralis dan disertai

pembentukan trombosis yang dapat menimbulkan gejala

pembengkakan tungkai, berwarna putih, terasa sangat nyeri,

Page 42: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

41

tampak bendungan pembuluh darah, temperatur tubuh cepat

meningkat.

4) Keadaan abnormal pada payudara

(1) Bendungan ASI

Bendungan ASI terjadi bisa dikarenakan adanya

sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya.

Biasanya ditandai dengan keluhan mamae bengkak, keras

terasa panas sampai suhu badan meningkat. Bendungan

ASI dapat diatasi dengan dilakukan pengosongan ASI,

masase atau pompa dan memberikan estradiol.

(2) Mastitis atau abses mamae

Mastitis dapat terjadi karena bendungan ASI yang

disebabkan oleh bakteri stafilokokus aureus yang masuk

melalui luka puting susu.

g. Patofisiologi

Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan

yang lama : gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar)

tindakan operatif dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan

perineum lalu, arkus pubis yang sempit). Persalinan episiotomi

mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan

Page 43: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

42

penekanan pembuluh syaraf sehingga menimbulkan nyeri.

Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan

menyebabkan risiko kekurangan volume cairan akibat yang

menimbulkan oleh perdarahan. Luka yang timbul dari terputusnya

jaringan akibat tindakan episiotomi menyebabkan risiko infeksi

apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena

semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin

besar resiko terjadi infeksi (Bobak, 2004)

Setelah 6 minggu persalinan, ibu berada dalam masa nifas.

Dalam masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan

psikologis. Pada perubahan fisiologis, ibu mengalami kontraksi

uterus yang kuat dan terjadi perubahan involusi yaitu proses

pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang menyebabkan

nyeri, mules, yang mempengaruhi syaraf uterus. Ibu mengeluarkan

lochea yaitu sisa dari plasenta sehingga daerah vital kemungkinan

terjadi risiko kuman mudah berkembang apabila selalu dalam

kedaan lembab (Bobak, 2004)

Perubahan psikologis terjadi dalam fase Talking In, Talking

Hold dan Letting Go. Fase Taking In kondisi ibu lemah terfokus

pada diri sendiri. Fase Talking Hold ibu belajar tentang hal baru dan

mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi

lebih karena ibu kurang pengetahuan berkaitan dengan peran

barunya sebagai ibu. Fase Letting Go ibu mampu menyesuaikan diri

Page 44: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

43

dengan keluarga sehingga disebut ibu yang mandiri, menerima

taggung jawab dan peran baru sebagai orang tua (Marmi, 2012)

Page 45: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

44

Page 46: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

45

2. Konsep Episiotomi

a. Definisi Episiotomi

Dalam persalinan akan terjadi perlukaan pada perineum baik

itu karena robekan spontan maupun episiotomi. Adapun

pengertian episiotomi sebagai berikut :

1) Episiotomi yaitu Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk

memudahkan persalinan dan mencegah rupture perineum

totalis (Sulistyawati, 2013)

2) Episiotomi adalah insisi yang dibuat melalui perineum yang

dilakukan sebelum melahirkan yang bertujuan untuk

memperluas jalan keluar bayi hingga dapat mempermudah

dalam melahirkan (Sujiyatini, dkk, 2011)

3) Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar

mulut vagina (Bobak, 2004)

Dari beberapa definisi episiotomi diatas, penulis menyimpulkan

bahwa episiotomi adalah insisi yang dibuat didaerah perineum yang

dilakukan sebelum persalinan yang bertujuan untuk memperluas

jalan lahir dan memudahkan proses persalinan serta menghindari

terjadinya rupture perineum totalis.

b. Indikasi Episiotomi

Bobak, (2004), menyatakan bahwa ibu dengan persalinan

episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama : gawat janin

(janin prematur, letak sungsang, janin besar) tindakan operatif dan

Page 47: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

46

gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus

pubis yang sempit).

Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu

maupun pihak janin, yaitu :

1) Indikasi Janin

a) Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk

mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala

janin

b) Sewaktu melahirkan janin terletak sungsang, melahirkan

janin dengan cunam, ekstraksi vakum dan janin besar

2) Indikasi Ibu

Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan

sehingga ditakuti terjadi robekan perineum, umpama pada

primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan cunam,

ekstraksi vakum dan anak besar (Wiknjosastro, 2010)

c. Jenis Insisi Episiotomi

Menurut Bobak, 2005 berdasarkan jenis insisinya, episiotomi dibagi

menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Insisi Medial

Insisi medial dibuat pada bidang anatomis dan cukup

nyaman. Terdapat lebih sedikit perdarahan dan mudah untuk

diperbaiki. Akan tetapi, aksesnya terbatas dan insisi

Page 48: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

47

memberikan resiko perluasan ke rektum, sehingga insisi ini

hanya digunakan oleh individu yang berpengalaman.

Insisi medial memiliki keuntungan, diantaranya :

a) Bagian venter otot tidak terpotong

b) Episiotomi mudah dilakukan dan mudah diperbaiki

c) Hasil-hasil strukturalnya baik sekali

d) Perdarahan lebih sedikit dibandingkan insisi lainnya

e) Nyeri pascabedah sedikit

f) Penyembuhan luka baik sekali dan jarang terjadi jahitan terbuka

didaerah bekas insisi (dehiscensi)

Selain memiliki keuntungan, insisi medial memiliki kerugian

yakni jika luka insisi melebar ketika kepala bayi lahir, maka sfingter

ani akan robek dan robekan ini mengenai daerah rectum. Meskipun

kebanyakan cidera usus akan sembuh sempurna jika diperbaiki

dengan tepat, kejadian ini harus dihindari. Episiotomi medialis ini

tidak ideal jika perineum pendek atau sempit, bayi besar, presentasi

dan posisi abnormal dan kelahiran sulit dengan tindakan.

2) Insisi Mediolateral

Insisi ini dimulai dari belakang introitus vagina menuju ke

arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan didaerah

kanan atau kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang

melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan disini

Page 49: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

48

sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptur

perineum tingkat III.

Keuntungan dari episiotomi mediolateral adalah jarang

terjadi ruptur perineum totalis.

Kerugian episiotomi mediolateral adalah :

a) Perdarahan luka lebih banyak karena melibatkan daerah yang

banyak pembuluh darahnya

b) Penjahitan luka lebih sukar karena otot-otot perineum terpotong

c) Anatomis maupun fungsional penyembuhan kurang sempurna

d) Terjadi nyeri pada hari pertama nifas

3) Episiotomi lateral

Episiotomi ini tidak dianjurkan karena menimbulkan sedikit

relaksasi introtus dan menimbulkan perdarahan lebih banyak serta

sukar dalam perbaikan (Bobak, I.M; dkk, 2005)

Menurut Liu, (2008), delapan puluh lima persen perlahiran per

vaginam dikaitkan dengan beberapa trauma perineal. Robekan ini

dibagi menjadi beberapa derajat:

a) Derajat I : Laserasi superfisial, otot-otot yang mendasari

tidak mengalami kerusakan

b) Derajat II : Laserasi termasuk robeknya otot-otot perineal

c) Derajat III : kerusakan termasuk kerusakan sfingter ani

eksternal parsial atau seluruhnya

Page 50: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

49

d) Derajat IV : Terdapat kerusakan sfingter eksternal dan

internal serta mukos rektal seluruhnya (Liu, 2008)

Robekan dapat terjadi dikarenakan adanya pelahiran primipara,

pelahiran per vagina dengan bantuan, kala kedua persalinan yang lama,

arkus pubis yang sempit, posisi kepala yang kurang fleksi dan oksipital

posterior, presipitasi persalinan, distosia bahu, bayi besar (lebih dari 4000

gram) (Sulistyawati, 2013).

B. Risiko Infeksi Pada Ibu Post Partum dengan Episiotomi

1. Pengertian infeksi

Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme

yang mampu menyebabkan sakit (Potter, 2005)

2. Pengertian risiko infeksi

Risiko infeksi adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi

organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA,

2015)

Risiko infeksi lebih besar terjadijika luka mengandung jaringan

mati atau nekrotik, terdapat benda asing atau sekitar luka dan suplai

darah serta pertahanan jaringan sekitar luka menurun. Infeksi luka pleh

bakteri akan menghambat penyembuhan luka ditandai dengan demam,

nyeri tekan dan nyeri pada daerah luka serta sel darah putih meningkat.

Beberapa faktor yang mencetus risiko infeksi pada pasien menurut

Potter & Perry (2005) adalah :

Page 51: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

50

a. Agen

Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk

bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.

b. Host

Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen

untuk bisa bertahan hidup dan berkembang biak.

c. Environment (lingkungan)

Environment merupakan lingkungan disekitar agen dan host,

seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksigen dan sebagainya.

Terdapat beberapa agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau

menginfeksi pada keadaan lingkungan tertentu.

3. Faktor presdiposisi infeksi masa nifas

Faktor presdiposisi infeksi masa nifas menurut Saifuddin (2006), antara

lain :

a. Kurang gizi atau malnutrisi

b. Anemia

c. Higiene

d. Kelelahan

e. Proses persalinan bermasalah, yaitu :

1) Partus lama (macet)

Page 52: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

51

2) Persalinan lama khususnya dengan pecah ketuban

3) Manipulasi intra uteri

4) Trauma jaringan yang luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki

5) Hematoma

6) Hemoragi

7) Korioamnionitis

8) Persalinan traumatik

9) Retensi sisa plasenta

f. Teknik aseptik tidak sempurna

g. Perawatan perineum tidak memadai

h. Infeksi vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani.

Menurut (Verney, 2006) akibat perawatan perineum yang tidak

benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea menjadi

lembab sehingga sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat

menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Perawatan perineum yang

dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini :

a. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan

timbulnya infeksi pada perineum.

Page 53: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

52

b. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada

munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada

jalan lahir.

c. Kematian ibu post partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan

terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu

post partum masih lemah

4. Tanda dan gejala terjadinya infeksi

Tanda dan gejala infeksi menurut Manuaba (2010)

a. Rubor atau kemerahan

Rubor merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah

yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi

pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan.

Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan

kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan

ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah

local karena peradangan akut.

b. Kalor

Page 54: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

53

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi

peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang

meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37°C disalurkan ke

permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke

daerah normal.

c. Dolor

Perubahan PH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu

dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti

histamine atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit

disebabkan pula oleh tekanan meni\gkat akibat pembengkakan

jaringan yang meradang.

d. Tumor

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian

besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi

darah ke jaringan-jaringan interstitial.

i. Patofisiologi risiko infeksi pada ibu post partum dengan episiotomi

Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan karena adanya

persalinan yang lama, gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin

besar), gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan lalu, arkus pubis

sempit) dan tindakan operatif. Persalinan episiotomi menyebabkan

terputusnya jaringan yang menyebabkan risiko infeksi apabila tidak

dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar

Page 55: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

54

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi

infeksi (Bobak, 2004)

Setelah 6 minggu persalinan, ibu berada dalam masa nifas. Dalam

masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.

Perubahan fisiologis ibu mengalami kontraksi uterus yang kuat terjadi

perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk

normal yang menyebabkan nyeri, mules yang mempengaruhi syaraf

uterus. Ibu mengeluarkan lochea yaitu sisa dari plasenta sehingga daerah

vital kemungkinan terjadi risiko kuman mudah berkembang apabila

selalu dalam keadaan lembab (Bobak, 2004)

Faktor presdiposisi dari infeksi nifas menurut Saiffudin (2006)

diantaranya adalah kurang gizi atau malnutrisi, anemia, higiene,

kelelahan, proses persalinan bermasalah (partus lama (macet), persalinan

bermasalah (pecah ketuban, manipulasi intra uteri, trauma jaringan yang

luas seperti laserasi yang tidak diperbaiki, hematoma, hemoragi,

korioamnionitis, persalinan traumatik, retensi sisa plasenta), teknik

aseptik tidak sempurna, perawatan perineum tidak memadai, infeksi

vagina/serviks atau PMS yang tidak ditangani. (Saifuddin, 2006)

Sebelum terjadi infeksi, akan mengalami tanda dan gejala seperti

rubor yang merupakan tanda gejala yang pertama yang menyebabkan

warna kemerahan. Selain rubor, terjadi kalor yang menyebabkan

peningkatan suhu. Selanjutnya terjadi dolor atau nyeri yang disebabkan

Page 56: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

55

oleh tekanan meningkat akibat pembengkakan jaringan yang meradang.

Tanda gejala berikutnya adalah terjadinya pembengkakan atau tumor

(Manuaba, 2010)

Risiko infeksi lebih besar terjadijika luka mengandung jaringan

mati atau nekrotik, terdapat benda asing atau sekitar luka dan suplai darah

serta pertahanan jaringan sekitar luka menurun. Infeksi luka pleh bakteri

akan menghambat penyembuhan luka ditandai dengan demam, nyeri

tekan dan nyeri pada daerah luka serta sel darah putih meningkat.

Menurut (Verney, 2006) perawatan perineum yang dilakukan

dengan baik dapat menghindarkan dari infeksi, komplikasi dan kematian

ibu postpartum.

Page 57: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

56

5. Pathway Risiko Infeksi pada Ibu postpartum dengan episiotomi

INDIKASI EPISIOTOMI

(Gawat janin, gawat ibu)

MASA NIFAS

Tindakan Prosedur Invasif

(episiotomi)

MK : RISIKO INFEKSI

Terputusnya Jaringan

Gangguan Integritas Kulit

Port De Entry

Adaptasi Fisiologis

Pelepasan Plasenta

Lochea dikeluarkan

Lembab

Bakteri mudah

berkembang

INFEKSI

PENCETUS INFEKSI

1. Kurang gizi

2. Anemia

3. Hygine

4. Persalinan bermasalah

5. Teknik aseptik tidak

sempurna

6. Perawatan perineum

tidak memadai

7. Infeksi serviks

Komplikasi :

Infeksi Kandung

kemih, infeksi

jalan lahir

Kematian

Gambar 2.1. Pathway. Dikembangkan dari Bobak (2004), Saifuddin (2006),

Manuaba (2010), Potter (2005), Verney (2006)

Reaksi jaringan

Peningkatan

antibodi

Trauma berlebih

Nyeri Akut

Pengrusakan

jaringan

Page 58: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

57

C. Penatalaksanaan Risiko Infeksi Pada Ibu Post Partum Spontan Primipara

dengan Episiotomi

1. Dirumah Sakit

Jam pertama setelah melahirkan, tekanan darah nadi harus diperiksa

setiap 15 menit atau lebih sering lagi. Jumlah perdarahan pervagina

diawasi dan palpasi fundus untuk memastikan kontraksi fundus yang

baik. Kontraksi fundus yang lemah harus dilakukan pijatan melalui

dinding abdomen sampai akhirnya berkontraksi dengan baik. Ibu juga

harus diobservasi diruang pemulihan berkaitan dengan pemakaian

analgesik regional atau anastesia umum yang digunakan dalam

persalinan atau kelahiran. Deteksi pembesaran uterus selama palpasi

fundus dalam jam-jam pertama setelah pelahiran. (Cuningham & dkk,

2006)

2. Ambulasi awal

Ibu turun dari tempat tidur dalam beberapa jam setelah pelahiran.

Pendamping pasien harus ada selama paling kurang pada jam pertama,

mungkin saja ibu mengalami sinkop. Keuntungan ambulasi awal yang

terbukti mencakup komplikasi kandung kemih yang jarang terjadi dan

yang lebih lagi, konstipasi. Ambulasi awal telah menurunkan frekuensi

trombosis vena peurperal. Ambulasi dini dilakukan segera setelah

beristirahat beberapa jam dengan beranjar dari tempat tidur pada

Page 59: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

58

persalinan normal. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari

tempat tidur 24-48 jam post partum.

3. Perawatan perineal

Ibu diberitahukan untuk membersihkan vulva dari anterior ke

posterior, dari arah vulva ke arah anus. Perlu untuk dilakukan vulva

higiene untuk perawatan perineum pada ibu yang mungkin belum dapat

berpindah dari tempat tidur. Pada perawatan perineum biasanya ibu

merasa sakit dan takut pada kemungkinan lepasnya jahitan sehingga

perineum tidak dibersihkan atau tidak dicuci. Sarankan pada ibu apabila

sudah dapat berjalan untuk membersihkan perineumnya menggunakan

air hangat untuk membersihkan setelah BAB / BAK. Perawatan yang

sangat tidak nyaman biasanya menandakan suatu masalah, seperti

hematoma dalam hari pertama atau lebih dan infeksi setelah hari ketiga

atau keempat. (Ambarwati, 2009)

4. Fungsi kandung kemih

Setelah melahirkan, kemungkinan ibu tidak buang air kecil 4 jam

setelah melahirkan. Apabila telah bermasalah dalam buang air kecil dari

awal, kemungkinan dia juga mengalami kesulitan untuk selanjutnya.

Dilakukan pemeriksaan hematoma perineum dan traktus genetalia.

Apabila terjadi distensi berlebih, balon kateter harus dipasang sampai

faktor-faktor yang menyebabakan retensi telah berkurang. Pemasangan

Page 60: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

59

kateter selama kurang lebih 24 jam ini mencegah rekurensi dan

memungkinkan pemulihan sensasi dan tonus kandung kemih.

5. Waktu pulang dari rumah sakit

Setelah pelahiran per vagina yang tanpa komplikasi, perawatan

rumah sakit jarang diperlukan lebih dari 48 jam. Seorang ibu harus

menerima instruksi tentang antisipasi terhadap perubahan fisiologi

normal pada masa nifas, termasuk lochea, kehilangan berat badan

karena diuresis, dan produksi ASI. Ibu juga harus menerima

pengetahuan tentang demam, perdarahan per vagina yang berlebihan

atau nyeri kaki, pembengkakan atau nyeri, nafas yang pendek atau nyeri

dada memerlukan perhatian segera.

6. Pencegahan infeksi

a. Pencegahan pada waktu hamil

1) Meningkatkan keadaan umum penderita

2) Mengurangi faktor presdiposisi infeksi kala nifas

b. Pencegahan saat persalinan

1) Mengurangi perlukaan sebanyak mungkin

2) Merawat perlukaan plasenta sebaik-baiknya

3) Mencegah terjadi perdarahan post partum

4) Mengurangi melakukan pemeriksaan dalam

Page 61: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

60

5) Menghindari persalinan yang berlangsung lama

c. Pencegahan kala nifas

1) Melakukan mobilisasi dini sehingga darah lokhea keluar dengan

lancar

2) Merawat perlukaan dengan baik

3) Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi

nosokomial (Manuaba, 2010)

7. Penatalaksanaan perdarahan

Pada beberapa kasus perdarahan awitan lambat, kuretase akan

memperburuk perdarahan karena merobek tempat implantasi plasenta.

Jika pasien stabil, jika pemeriksaan sonografi menunjukan rongga

uterus yang kosong maka diberikan oksitosin, ergonovine,

methylergonovine, atau analogprostaglandin. Anti mikroba

ditambahkan jika dicurigai terdapat infeksi. Jika bekuan darah yang

besar terlihat didalam rongga uterus pada pemeriksaan sonografi, maka

suction ringan dipertimbangkan. Sebaliknya kuretase dilakukan hanya

jika perdarahan yang cukup banyak terjadi secara persisten atau

berulang setelah penatalaksanaan media (Cuningham & dkk, 2006).

Page 62: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

61

D. Asuhan keperawatan risiko infeksi pada ibu post partum spontan dengan

episiotomi

1. Pengkajian Ibu Post Partum menurut (Doenges, Moorhouse, & M.F,

2001)

Pengkajian fokus pada klien dengan post partum dimulai 4 jam pertama

setelah kelahiran plasenta sampai 3 hari pasca partum (Doenges,

Moorhouse, & M.F, 2001)

a. Aktivitas dan latihan

Klien dengan post partum biasanya mengalami kelelahan /

keletihan akibat pengeluaran energi yang berlebihan saat

melahirkan selain itu juga tampak mengantuk.

b. Sirkulasi

Klien mengalami bradikardi (50-70) detik / menit akibat

hipersivitas vatal. Tekanan darah (TD) bervariasi : dapat terjadi

tekanan darah yang rendah dan mengalami penurunan sekitar

20mmHg atau lebih pada tekanan systole. Ibu kehilangan darah

sekitar 300-400 cc.

c. Integritas Ego

Klien mengalami peka terhadap rangsang, memiliki rasa takut

terhadap kondisi bayi yang baru lahir dapat pula memiliki respon

menangis ( post partum blues) sering terlihat kurang lebih 3 hari

setelah melahirkan.

Page 63: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

62

d. Eliminasi

Klien mengalami diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5,

kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post partum dan

cairan intravena.

e. Makanan / Cairan

Klien dapat mengeluh haus dehidrasi selama proses

persalinan serta kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira pada

hari ke-3. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan

masa nifas, ibu nifas membutuhan diet yang cukup kalori dan

protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebagainya.

Jumlah protein yang diperlukan ibu pada masa nifas berkisar 10-

15%. Selain protein, jumlah karbohidrat, lemak, vitamin mineral

dan cairan harus ditingkatkan (Marmi, 2015)

f. Nyeri / ketidaknyamanan

Klien merasa nyeri tekan pada payudara / pembesaran dapat

terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5 post partum. Periksa adanya

nyeri yang berlebihan pada perineum akibat episiotomi.

g. Keamanan

Klien dalam masa perbaikan luka episiotomi utuh,dengan tepi

jaringan merapat.

Page 64: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

63

h. Seksualitas

a) Fundus

Tinggi Fundus Uterus (TFU) harus berada dalam

midline, keras dan setinggi pusat atau 2 cm dibawah umbilicus

selanjutnya terjadi penurunan TFU 1 cm setiap harinya. Bila

uterus lembek, lakukan masase sampai keras. Bila fundus

bergeser kearah kanan midline periksa adanya distensi

kandung kemih.

b) DRA (Diac Rectus Abdominalis )

Wanita dengan otot yang lemah dapat terjadi diastasis

rectus abdominalis ( meregangnya otot-otot uterus

abdominalis). Musculus rectus abdominalis akan meregang

sekitar 1-2 jari.

c) Lochea

Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2 sampai ke 3,

menjadi lochea serosa dengan aliran sedang. Bila darah

mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan servik.

Page 65: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

64

Tabel 2.2 Karakteristik Lochea menurut (Johnson, 2014)

Jenis Lochea Waktu Normal Abnormal

Lochea rubra 1-3 hari Aliran merah

sebagian besar

darah, gumpalan-

gumpalan kecil

berbau amis

Bau amis,

gumpalan besar,

jumlah keluaran

vagia memenuhi

pembalut

Lochea Serosa 4-10 hari Keluarnya serum,

merah muda atau

kecoklatan, berair,

aliran berkurang

Terus-menerus

berwarna merah,

kering berlebihan,

bau amis

Alba 11 hari-6 minggu Krem keputihan,

kuning ringan,

jumlah menurun

Pengulangan lochi

rubra, berlanjutnya

lochia serosa, bau

amis

Gambar 2.2 Panduan untuk memeriksa jumlah lochea di pembalut

menurut (Johnson, 2014)

Page 66: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

65

d) Perineum

Pengkajian perineum pada ibu dengan melakukan

inspeksi adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau

kemerahan, Echymosis atau perdarahan bawah kulit, Edema

atau bengkak, Discharger atau perubahan pada lochea serta

Approximation atau pertautan jaringan).

e) Payudara

Payudara lunak dengan puting tegang serta terjadi

produksi kolostrum 48 jam pertama berlanjut pada suhu matur

pada hari ke 3.

i. Penyuluhan atau pembelajaran

Catat jenis obat-obatan yang di berikan termasuk waktu dan

jumlahnya serta ketidaktahuan klien berkaitan dengan perawatan

pasca persalinan dengan episiotomi.

j. Pemeriksaan Diagnostik

Hemoglobin / hemotokrit, jumlah darah lengkap,

urinalisis serta pemeriksaan lain dilakukan indikasi dari temuan

fisik.Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma

akan sedikit menurun, jumlah leukosit akan tetap tinggi, dan akan

bisa naik sampai 25,000 dan 30,000 tanpa adanya tanda patologis.

2. Pemeriksaan Fisik

Page 67: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

66

a. Penampilan umum

Untuk mengetahui penampilan umum, ibu diminta untuk

BAK dikamar kecil kemudian dinilai kemampuan jalannya, lemas

apa tidak, cepat atau lambat. Observasi juga respon kesakitan pada

abdomen seperti meringis atau memegang perutnya. Kerapian

rambut dilihat, disisir atau tidak, tampak kusut atau tidak. Observasi

juga cara berpakaian dan berias diri.

b. Vital sign

Tekanan darah abnormal bila 140/90 mmHg atau

peningkatan 20mmHg pada tekanan diastolic. Pernapasan, nadi

dengan keadaan normal post partum.

c. Rambut

Periksa rambut untuk kekuatan dan kelembutan rambut.

Defisiensi nutrisi menyebabkan rambut menjadi kasar dan kusam.

Rontok pada post partum dalam jumlah wajar adalah hal yang

normal karena selama hamil metabolisme meningkat sehingga

pertumbuhan rambut menjadi cepat dan matang pada saat yang

sama. Pada saat post partum dimana metabolisme kembali ke normal

level, rambut tersebut mengalami kerontokan.

d. Muka

Page 68: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

67

Adakah edema pada muka (kelopak mata), khususnya dipagi hari

karena ibu baru saja tidur terlentang semalaman. Tetapi pada ibu

dengan riwayat hipertensi hal ini menjadi hal yang tidak normal

karena terjadi kelebihan cairan tubuh. Hal ini bisa juga sebagai tanda

hipertensi pasca persalinan.

e. Mata

Conjungtiva merah dan lembab. Conjungtiva yang pucat bisa

karena kronik anemi selama hamil, merah pada sclera karena

perdarahan kepiler akibat mengejan saat persalinan.

f. Leher

Ada ditemukan pembesaran kelenjar tyroid atau tidak

g. Mamae

Fisiologis : mamae masih teraba lunak pada hari I dan II post

partum, mulai keluar kolostrum, hari ke III hangat dan berisi ( filling:

mulai memproduksi ASI ), hari ke IV keras, produksi ASI meningkat,

pembuluh darah kelihatan. Patologis : Engorgement ( bengkak, panas,

keras, sakit ) putting : inverted / melesak, lecet.

h. Abdomen

1) Inspeksi striae, linea nigra, linea alba, kontur kulit

2) Auskultasi peristaltik usus. Normal post partum, peristaltik

kembali > dari 10x/ menit, seperti sebelum kehamilan

Page 69: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

68

3) Palpasi supra pubik untuk mendeteksi bladder distensi. Bladder

distensi akan mengganggu rasa nyaman pasien karena akan terasa

nyeri tekan didaerah supra pubik dan membuat kontraksi uterus

tidak maksimal

i. Uterus

Palpasi kontraksi, tinggi fundus uteri, dan letaknya center atau

menyamping. Uterus menyamping biasanya karena desakan

kandung kemih yang penuh. Kandung kemih yang penuh juga akan

menurunkan kontraksi uterus yang mengakibatkan terjadinya

perdarahan. Apabila hal ini terjadi maka urin harus dikeluarkan

dengan kateter dan dilakukan fundus massage, yaitu merangsang

fundus uteri dengan tangan sampai teraba peningkatan tonus uterus.

j. Perineum

Perineum : intack, rupture, episiotomi : kaji kondisi luka

tanda-tanda REEDA : ( Rednes atau kemerahan, Echymosis atau

perdarahan bawah kulit, Edema atau bengkak, Discharger atau

perubahan pada lochea dan Approximation atau pertautan jaringan).

Page 70: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

69

Tabel 2. 2 Skala REEDA

Nilai Redness

(kemerahan)

Edema

(Pembengkak

an)

Echymosis

(bercak

perdarahan)

Discharger

(pengeluar

an)

Approximat

ion

(penyatuan

luka)

0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tertutup

1 Kurang dari

0,25 cm pada

kedua sisi

laserasi

Pada

perineum, <1

cm dari

laserasi

Kurang dari

0,25 cm

pada kedua

sisi atau 0,5

cm pada

satu sisi

Serum Jarak kulit 3

mm atau

kurang

2 Kurang dari

0,5 cm pada

kedua sisi

laserasi

Pada

perineum dan

atau vulva,

antara 1-2 cm

dan laserasi

0,23 – 1 cm

pada kedua

sisi atau 0,5

– 2 cm pada

satu sisi

Serosangu

inus

Terdapat

jarak antara

kulit dan

lemak

subkutan

3 Lebih dari 0.5

cm pada

kedua sisi

laserasi

Pada

perineum dan

atau vulva,

>2cm dari

laserasi

pada satu

sisi

Berdarah

purulint

Terdapat

jarak antara

kulit, lemak

subkutan

dan fasia

(sumber : Marmi,2012)

k. Lochea

Lochea : rubra, sanguinolenta, serosa, alba, jumlah : severe,

moderate, light, bau, adanya bekuan.

l. Rectum

Ditemukan adanya hemoroid atau tidak.

Page 71: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

70

m. Ekstremitas

Kaji adanya tanda tromboplebitis, terutama pada betis,

homan’s sign (+) bila betis lurus diangkat keatas dan pasien

berespon sakit, terdapat kemerahan, bengkak dan panas pada betis

n. Data penunjang

Hemoglobin / hemotokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis

serta pemeriksaan lain dilakukan indikasi dari temuan fisik. Setelah

kelahiran pada 10 sampai 12 hari pasca partum, nilai leukosit antara

20.000 dan 25.000 /mm³ merupakan hal yang umum. (Bobak, I.M;

dkk, 2005)

3. Diagnosis Keperawatan Risiko Infeksi

Risiko infeksi adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi

organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan

faktor risiko :

1) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen

2) Malnutrisi

3) Obesitas

4) Penyakit kronis (diabetes melitus)

5) Prosedur invasif

Page 72: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

71

Dengan outcome :

1) Status maternal : Postpartum

2) Status nutrisi : Asupan nutrisi

3) Kontrol risiko

4) Deteksi risiko

5) Integritas jaringan : Membran dan mukosa

Intervensi Keperawatan

Risiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari

pemajanan patogen, malnutrisi, obesitas, penyakit kronis, prosedur invasif.

a. NOC :

1) 2511 : Status Maternal : Postpartum

251106 tinggi fundus uteri 1, 2, 3, 4, 5

251107 Jumlah lokea 1, 2, 3, 4, 5

251124 Warna lokea 1, 2, 3, 4, 5

251110 kesembuhan perineum 1, 2, 3, 4, 5

251111 penembuhan insisi 1, 2, 3, 4, 5

251125 nyeri insisi 1, 2, 3, 4, 5

Page 73: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

72

Keterangan :

1 : Definisi berat dari kisaran normal

2 : Deviasi yang cukup besar dari kisaran normal

3 : Deviasi sedang dari kisaran normal

4 : deviasi ringan dari kisaran normal

5 : tidak ada devision dari kisaran normal

2) 1009 : Status Nutrisi : Asupan Nutrisi

100901 asupan kalori 1, 2, 3, 4, 5

100902 asupan protein 1, 2, 3, 4, 5

100903 asupan lemak 1, 2, 3, 4,5

100904 asupan karbohidrat 1, 2, 3, 4, 5

100910 asupan serat 1, 2, 3, 4, 5

100905 asupan vitamin 1, 2, 3, 4, 5

100906 asupan mineral 1, 2, 3, 4, 5

100907 asupan zat besi 1, 2, 3, 4, 5

100908 asupan kalsium 1, 2, 3, 4, 5

100911 natrium 1, 2, 3, 4, 5

Keterangan :

Page 74: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

73

1 : Tidak adekuat

2 : Sedikit adekuat

3 : Cukup adekuat

4 : Sebagian besar adekuat

5 : Sepenuhnya adekuat

3) 1902 : Kontrol risiko

190219 Mencari informasi tentang risiko kesehatan 1, 2, 3, 4, 5

190220 Mengidentifikasi faktor risiko 1, 2, 3, 4, 5

190201 Mengenali faktor risiko individu 1, 2, 3, 4, 5

190221 Mengenali kemampuan untuk merubah perilaku1, 2, 3, 4, 5

190202 Memonitor faktor risiko di lingkungan 1, 2, 3, 4, 5

190203 Memonitor faktor risiko individu 1, 2, 3, 4, 5

190204 Mengembangkan strategi yang efektif dalam mengontrol risiko 1,

2, 3, 4, 5

190205 Menyesuaikan strategi kontrol risiko 1, 2, 3, 4, 5

190206 Berkomitmen akan strategi kontrol risiko1, 2, 3, 4, 5

190207 Menjalankan strategi kontrol risiko yang sudah diterapkan 1, 2,

3, 4, 5

190208 Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi risiko 1, 2, 3, 4, 5

Page 75: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

74

190217 Mengenali perubahan status kesehatan1, 2, 3, 4, 5

Keterangan :

1 : Tidak pernah menunjukan

2 : Jarang menunjukan

3: Kadang-kadang menunjukan

4 : Sering menunjukan

5 : Secara konsisten menunjukan

4) 1908 : deteksi risiko

190801 Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko 1, 2,

3, 4, 5

190808 Selalu memperbarui data tentang kesehatan diri1, 2, 3, 4, 5

190809 Memanfaatkan sumber-sumber untuk mengetahui risiko

kesehatan pribadi 1, 2, ,3 , 4, 5

190813 Memonitor perubahan status kesehatan1, 2, 3, 4, 5

Keterangan :

1 : tidak pernah menunjukan

2 : jarang menunjukan

3 : kadang-kadang menunjukan

4 : sering menunjukan

Page 76: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

75

5 : segera konsisten menunjukan

b. NIC

1) 6540 : Kontrol infeksi

a) Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang bersifat universal

b) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat

c) Tingkatkan intake nutrisi yang tepat

d) Pantau adanya peningkatan suhu

2) 6550 : Perlindungan infeksi

a) Monitor adanya tanda gejala infeksi sistemik dan lokal

b) Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka

c) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup

3) Perawatan perineum

a) Jaga agar perineum tetap kering

b) Kaji kondisi insisi

c) Bersihkan area perineum secara teratur (vulva hygiene)

4. Evaluasi

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan

keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Menurut

Page 77: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

76

Irene M Bobak ( 2004)untuk menjadi efektif, evaluasi perlu didasarkan pada

kriteria yang dapat diukur yang mencerminkan hasil akhir perawatan yang

diharapkan.

Subyektif : hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara

subjektif setelah intervensi dilakukan

Objektif : hal hal yang ditemui secara objektif setelah

intervensi keperawatan

Analisa : analisa hasil yang telah dicapai dengan

mengacu pada tujuan yang dikaji diaognosa

Planning : perencanaan yang akan datang setelah

melihat respon dari keluarga pada tahap

evaluasi

Evaluasi klien post partum spontan dengan episiotomi dapat dilihat

dari diagnosa keperawatan yang muncul , seperti :

a. Evaluasi ada tidaknya nyeri akibat perdarahan selama persalinan,

kualitas nyeri yang dirasaan pasien, cara pengalihan nyeri yang dapat

dilakukan klien

b. Evalusi ada tidaknya resiko infeksi akibat jahitan pada perineum ,

pengeluran lochea, status imun meningkat, tingkat penyembuhan

meningkat

Page 78: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

77

c. Evaluasi pengendalian kekurangan volume cairan akibat perdarahan

selama persalinan, klien terbebas dari tanda-tanda dehidrasi, klien

mampu memenuhi kebutuhan cairan yang hilang selama proses

persalinan.

d. Evaluasi tingkat pengetahuan akibat kurangnya paparan informasi

mengenai perawatan postpartum atau menyusui, peningkatan

pengetahuan klien dan keluarga

e. Evaluasi ketidakefektifan ibu dalam menyusui akibat kurang

informasi mengenai teknik menyusui, perawatan mammae yng

dilakukan klien dalam mas menyusui

f. Evaluasi perawatan diri tidak dapat ditoleransi akibat kelemahan,

penurunan kekuatan, ketidaknyamanan, peningkatan mobilisasi

klien, pemenuhan ADL klien

g. Evaluasi perubahan eliminasi urine akibat efek hormonal, trauma

mekanis dan efek anesthesia , pengosongan kandung kemih secara

adekuat, penurunan spasme kandung kemih.

h. Evaluasi perubahan status peran menjadi orang tua akibat

kuranngnya dukungan orang terdekat atau tidak ada model peran,

peningkatan kedekatan orang tua dan anak.

Page 79: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

78

BAB III

METODA PENULISAN

A. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.X Dengan Masalah

Keperawatan Risiko Infeksi Post Partum Spontan Primipara Dengan

Episiotomi Di Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung” adalah

metode deskriptif. Metode diskriptif adalah suatu metode penulisan

karya tulis ilmiah yang menggambarkan hasil asuhan keperawatan

dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting yaitu risiko

infeksi, karena pada masa nifas ibu post partum dengan luka episiotomi

ibu akan rentan terhadap infeksi dan harus diberikan asuhan

keperawatan untuk mencegah terjadinya infeksi. Apabila ini tidak

diperhatikan, maka akan timbul masalah-masalah komplikasi dan

berujung kematian ibu.

1. Metode Pengumpulan Data

a. Alat pengumpul data

Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar /

format asuhan keperawatan maternitas sebagaimana terlampir.

66

Page 80: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

79

b. Instrumen alat ukur

Instrumen alat ukur yang digunakan pada risiko infeksi

pada ibu post partum spontan dengan episiotomi adalah penilaian

derajat REEDA (Redness, Echymosis, Edema, Discharge,

Approximation) menurut marmi, 2015

2. Teknik pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan

pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya

jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara

fisik. (Gunawan, 2013)

Penulis menggunakan teknik wawancara untuk

mendapatkan data subjektif dengan tujuan guna mengetahui

dan mendapatkan informasi tentang permasalahan yang

dihadapi klien dengan risiko infeksi pada ibu post partum

spontan primipara dengan episiotomi serta perkembangan

klien setelah dilakukan asuhan keperawatan risiko infeksi.

Page 81: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

80

b. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-

proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2013)

Teknik observasi penulis gunakan dengan tujuan untuk

mendapatkan data objektif pada klien dengan risiko infeksi

pada ibu post partum spontan primipara dengan episiotomi.

c. Dokumen

Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu

yang tertulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan

anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen.

(Suharsaputra, 2014). Metode dokumentasi penulis gunakan

untuk mencari data-data yang sudah ada pada catatan rekam

medik klien

B. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

(Arikunto, 2013). Sampel yang dipilih dalam laporan kasus tugas akhir

penulis adalah salah satu pasien ibu post partum spontan primipara dengan

episiotomi yang berpotensi mengalami infeksi di Bangsal Mawar Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Temanggung sebagaimana terlampir.

Page 82: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

81

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara conveniene

sampling method (non-probabilitysampling technique) dimana subjek

dipilih karena kemudahan / keinginan penulis.

C. Lokasi dan Waktu

Lokasi pengambilan kasus adalah di Bangsal Mawar Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Temanggung selama 5 hari pada tanggal 12 –

16 Desember 2016.

D. Teknik pengumpulan data

Penulis mencatat semua dta secara objektif dan apa adanya sesuai

dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.

E. Analisis Data

Analisis merupakan tindakan mengolah data hingga menjadi

informasi yang bermanfaat untuk mengatasi masalah. Metode dalam

analisis data menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan mengubah

kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi

yang lebih ringkas (Istijanto, 2009). Tahapan analisis data meliputi data

yang terkumpul, validasi data, pengelompokkan data dan diagnosa

keperawatan

1. Reduksi data

Reduksi data adalah memilah-milah hal-hal pokok yang sesuai

dengan fokus penulisan yaitu masalah keperawatan risiko infeksi.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan,

Page 83: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

82

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan

data-data yang telah direduksi sehingga memberikan gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Bentuk penyajian data dalam karya tulis ilmiah ini adalah

asuhan keperawatan maternitas pada ibu post partum spontan

primipara dengan episiotomi.

3. Pengambilan keputusan atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka perlu penarikan kesimpulan atau

verivikasi. Verivikasi dapat dilakukan dengan keputusan yan

didasarkan pada reduksi data. Bentuk dari verifikasi dalam karya

tulis ilmiah ini adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan

maternitas risiko infeksi pada ibu post partum spontan primipara

dengan episiotomi.

Page 84: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

83

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 13 Desember 2016 pada pukul

06 : 18 WIB, dengan risiko infeksi pada post partum spontan primipara dengan

episiotomi di Bangsal Mawar RSUD Temanggung. Penulis memperoleh data dari

wawancara dengan pasien, keluarga, status pasien dan melakukan observasi

langsung keadaan pasien.

1. Pengkajian

a. Biodata

Klien bernama Ny. D berusia 24 tahun, berjenis kelamin perempuan.

Pendidikan terakhir klien adalah SMA, klien berasal dari suku Jawa dan

berbangsa Indonesia, klien merupakan seorang ibu rumah tangga. Alamat

klien Nglangon, Temanggung. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 12

Desember 2016 pukul 14.00 WIB dengan riwayat 𝐺1𝑃0𝐴0 dengan usia

kehamilan 42 minggu. Penanggung jawab klien adalah suaminya bernama

Tn. D berumur 28 tahun, beragama Islam, berjenis kelamin laki-laki,

berkerja sebagai PNS, dengan alamat Nglangon, Temanggung. Klien

datang ke RSUD Temanggung atas rujukan bidan desa. Klien terdaftar

dengan Nomor Rekam Medis 1499021

71

Page 85: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

84

b. Riwayat Klien

1) Riwayat Keperawatan

Klien datang atas rujukan bidan dengan usia kehamilan 42

minggu. Klien datang ke bidan dengan keluhan mules-mules, kenceng-

kenceng setiap 10 menit sekali selama kurang lebih 15 detik secara

teratur. Klien juga mengalami rembesan melalui vagina pada pukul

06.11 WIB. Klien dirujuk oleh bidan ke RSUD Temanggung pada

tanggal 12 Desember 2016 karena tidak ada penambahan pembukaan.

Klien masuk VK pukul 08.15 WIB dan persalinan dilakukan secara

spontan dengan mendapat induksi RL dan oksitosin pada pukul 14.45

WIB dan berlangsung selama 45 menit.

Riwayat penyakit terdahulu, klien menyatakan belum pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien juga tidak mengalami

riwayat penyakit serius yang tidak tertangani. Klien juga menyatakan

tidak pernah mengalami penyakit seperti jantung, radang atau infeksi

organ reproduksi, tidak mengalami depresi sebelum dan selama

kehamilan, dan klien tidak memiliki gangguan atau kelainan darah.

Klien juga menyatakan bahwa keluarga tidak memiliki penyakit yang

menular seperti TBC, HIV, hepatitis, herpes kulit. Keluarga klien juga

tidak ada yang bersifat menurun.

Riwayat kehamilan, klien dengan riwayat 𝐺1𝑃0𝐴0, hari

perkiraan lahir (HPL) 30 November 2016, hari pertama haid terakhir

Page 86: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

85

(HPHT) 23 Februari 2016. Pada trimester pertama klien memeriksakan

kandungan nya sebanyak 1 kali di bidan. Klien mengeluh mual dan

rasa ingin muntah pada pagi hari. Jika klien merasakan mual maka

klien meminum segelas teh manis hangat. Klien mendapat nasihat dari

bidan untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan mendapat imunisasi

TT (Tetanus Toksoid) yang pertama. Pada trimester kedua klien

memeriksakan kehamilan sebanyak 3 kali di bidan yang sama. Klien

mengeluh mudah lelah dan pusing. Klien mendapatkan imunisasi TT

yang kedua dan mendapat nasihat untuk mengkonsumsi makanan

bergizi dan susu serta dianjurkan untuk jalan santai. Pada trimester

ketiga klien memeriksakan kehamilan dibidan 2 kali dan di dokter 1

kali. Klien mengeluh nyeri pinggang dan sering berkemih.

Riwayat persalinan, persalinan dilakukan di RSUD

Temanggung dengan klien mengeluh kencang-kencang sejak satu hari

sebelum ke rumah sakit dengan durasi 15 detik secara teratur dalam 10

menit sekali. Persalinan berlangsung pada tanggal 12 Desember 2016

pukul 14.45 WIB yang berlangsung selama 45 menit. Persalinan

dilakukan tindakan spontan dan dilakukan insisi didaerah perineum

dengan insisi medial sepanjang 3 cm, luka derajat 2. Klien

mendapatkan jahitan sebanyak 3 jahitan. Bayi lahir sehat berjenis

kelamin perempuan, berat badan 3700 gram, panjang badan 53 cm,

apgar score 10 menit pertama hingga menit ke 20 adalah 10 point,

Page 87: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

86

terdapat anus, plasenta lahir spontan dengan kondisi lengkap,

kotiledon utuh, tali pusat ditengah.

c. Pemeriksaan Data Fokus (examination & assessment)

Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2016

pukul 06.18 WIB pada Ny. D didapatkan sebagai berikut, pada aktivitas

dan istirahat, klien mengatakan kelelahan setelah melahirkan. Untuk

pemenuhan kebutuhan klien dibantu oleh ibu atau suami namun tidak

sepenuhnya seperti makan dan minum, berpakaian dan berias diri

dilakukan secara mandiri oleh klien sedangkan untuk toileting, mandi dan

ambulasi dengan skala ketergantungan 2 yaitu dibantu orang lain.

Sirkulasi : selama hamil tekanan darah 120/80 mmHg. Setelah

melahirkan didapatkan data Tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu 37,1°C

, nadi 81x/menit , respirasi 20x/menit , capilarry refill time <2 detik.

Integritas ego : klien mengatakan ini merupakan pengalaman

pertama dalam persalinan. Klien dan keluarga sangat bahagia dengan

kehadiran anak pertama. Pihak keluarga dan suami terlihat sangat

memberikan kasih sayang dengan memenuhi kebutuhan klien selama

persalinan.

Eliminasi : klien mengatakan selama hamil klien sering BAK 4-5

kali / hari dengan konsistensi urine jernih. Sebelum persalinan, ibu BAB

satu hari sebelum persalinan dan BAK 2 jam sebelum persalinan. Setelah

Page 88: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

87

melahirkan klien mengatakan belum BAB dan sudah BAK 2 jam setelah

persalinan dengan konsistensi jernih dan bau khas.

Status nutrisi : klien terpasang infuse Ringer Laktat 20 tetes/menit.

Klien menghabiskan 1 porsi yang diberikan RS dengan komposisi nasi,

sayur, lauk, buah dan air putih. Klien juga mengkonsumsi makanan ringan

seperti roti. Klien mengatakan mengalami kenaikan berat badan 8 kg yakni

dari bobot 55 kg sebelum hamil menjadi 66 kg. Mukosa bibir lembab,

turgor kulit baik, lidah bersih. Klien tidak mengalami mual-mual.

Persyarafan / Neurosensori klien mengeluh lelah, tidak pusing, tidak

sakit kepala dan reflek tendon baik, homan sign negatif.

Keamanan : klien mengalami keterbatasan gerak karena nyeri pada

jalan lahir. Terdapat laserasi medial dibagian perineum ± 3 cm.

Seksualitas : data objektif terdapat laserasi medial dibagian

perineum ± 3 cm. Pada bagian vulva tidak mengalami udema. Pada

pemeriksaan perineum, terdapat luka episiotomi dengan panjang ± 3 cm

jenis insisi medial. Pemeriksaan luka pada perineum meliputi R (Redness),

E (Edema), E (Echymosis), D (Discharge) dan A (Aproximation). Pada

pemeriksaan perineum tidak ditemukan adanya kemerahan (Redness=0),

tidak mengalami pembengkakan (Edema=0), tidak tampak kebiruan

(Echymosis=0), dan tidak ada pengeluaran pus (Discharger=0), penutupan

luka baik dan jahitan tidak rembes (Aproximation=3). Pada bagian vulva

tidak mengalami udema. Pemeriksaan lokea ditemukan lochea rubra, tidak

Page 89: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

88

berbau busuk, terdapat gumpalan kecil berwarna merah kehitaman, dan

klien sudah ganti pembalut sebanyak 2 kali dengan jumlah penuh ± 80 ml

dengan panjang pembalut ± 35 cm., fundus uteri sejajar pusat, teraba keras.

Payudara teraba lunak dan sudah mengeluarkan kolostrum.

Nyeri / kenyamanan : klien mengatakan nyeri karena inisisi

episiotomi dengan kriteria seperti disayat-sayat dibagian jahitan jalan lahir

dengan skala 4 dan hilang timbul ketika jalan. Klien tampak menjaga cara

berjalanya dan klien tampak meringis.

Interaksi sosial : hubungan klien dengan keluarga harmonis, terlihat

dari perlakuan keluarga kepada klien selama persalinan. Klien sangat

kooperatif terhadap prosedur yang ditetapkan pihak rumah sakit.

Pengkajian Psikologis : Saat ini klien dalam fase taking in dimana

klien masih fokus terhadap dirinya dan mengeluh nyeri pada jalan lahir.

Klien sangat bahagia dengan kehadiran bayinya.

Data Budaya : Klien memiliki kepercayaan bahwa memakan yang

amis-amis dapat membuat luka menjadi gatal. Klien juga membatasi

mengkonsumsi makanan yang amis-amis.

Data Ekonomi : Klien mengatakan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari, keluarga hanya mengandalkan kepala keluarga yaitu suami

klien. Untuk saat ini, klien merasa kebutuhan sehari-harinya sudah

terpenuhi.

Page 90: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

89

Data Spiritual : Klien beragama Islam. Klien melaksanakan ibadah

secara rutin. Klien berkeyakinan bahwa bayinya adalah anugerah dari Yang

Maha Kuasa dan merupakan amanah.

Data Pengetahuan : Ibu mengatakan belum mengerti tentang nutrisi

yang baik untuk ibu nifas. Klien belum mengerti cara perawatan luka

perineum dan belum mengerti teknik menyusui yang benar dan klien

bingung dengan pemilihan KB.

Data Sosial : Klien menikah pada usia 24 tahun dan usia suami

28tahun. usia pernikahan hingga saat ini adalah 1 tahun 8 bulan. Kehamilan

pertama sangat diharapkan oleh klien dan suami. Pihak keluarga

memberikan dukungan dan respon positif terhadap kehamilan dan

kelahiran klien. Klien tinggal bersama suami dan ibu mertua. Jika ada

masalah, klien mampu menentukan cara penyelesaian nya. Jika terjadi

masalah dalam keluarga, maka diadakan rundingan bersama. Klien sangat

dekat dengan semua anggota keluarga.

Penyuluhan dan pembelajaran : klien mengatakan ingin luka dijalan

lahir segera sembuh. Klien belum mengerti bagaimana nutrisi yang baik

untuk ibu nifas. Klien juga belum mengerti cara perawatan perineum.

Page 91: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

90

d. Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 13 Desember 2016 diperoleh

data, keadaan umum klien baik dengan kesadaran composmentis, tanda-

tanda vital pada klien dengan tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu 36,3°C,

respirasi 20x/menit , dan nadi 81 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik dikepala

dan muka yaitu rambut sedikit rontok, sedikit berminyak, keadaan rambut

terdapat ketombe. Pada muka tidak ditemukan edema pada kelopak mata.

Pemeriksaan mata klien tidak mengalami gangguan penglihatan,

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Keadaan hidung klien

bersih, tidak ada polip. Pemeriksaan telinga, keadaan telinga bersih,

rongga telinga tidak ada tumpukan serumen, klien tidak mengalami

gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan leher, tidak ada ditemukan

pembesaran tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Pemeriksaan thorax meliputi dua bagian yaitu pemeriksaan jantung

dan paru-paru dengan pemeriksaan Inspeksi (I), Palpasi (P), Perkusi (P)

dan Auskultasi (A). Pemeriksaan inspeksi pada jantung ictus cordis tidak

terlihat, pemeriksaan palpasi jantung ictus cordis teraba pada intercosta 4-

5, pemeriksaan perkusi redup, pemeriksaan auskultasi tidak ada suara

tambahan. Pada pemeriksan inspeksi paru, retraksi dada simetris,

pemeriksaan palpasi taktil fremitus kanan dan kiri sama, pemeriksaan

perkusi terdapat bunyi resonan, dan pemeriksaan auskultasi dengan hasil

vesikuler dan tidak ada suara tambahan.

Page 92: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

91

Pada pemeriksaan payudara secara inspeksi kondsi payudara tampak

berisi, puting bersih, aerola gelap dan payudara simetris. Pemeriksaan

palpasi, kondisi payudara teraba penuh, agak keras dan kolostrum keluar.

Pemeriksaan abdomen dengan inspeksi ditemukan perut terlihat

buncit, terdapat linea nigra dan linea alba, striae terlihat, umbilikus

menonjol. Pemeriksaan auskultasi bising usus terdengar 12 kali/menit.

Hasil dari perkusi yaitu tympani dan hasil palpasi menunjukan fundus uteri

sejajar dengan umbilikus, terletak dipertengahan pusat dan simfisis.

Pemeriksaan genetalia dilakukan pada pemeriksaan uterus,

perineum, lochea, dan rectum. Pada pemerikaan uterus ditemukan uterus

teraba keras sejajar dengan umbilikus dan terletak ditengah pusat dan

simfisis. Pada pemeriksaan perineum, terdapat luka episiotomi dengan

panjang ± 3 cm jenis insisi medial. Pemeriksaan luka pada perineum

meliputi R (Redness), E (Edema), E (Echymosis), D (Discharge) dan A

(Aproximation). Pada pemeriksaan perineum ditemukan tidak adanya

kemerahan (Redness=0), tidak tampak kebiruan (Echymosis=0), tidak

mengalami pembengkakan (Edema=0), tidak ada pengeluaran pus

(Discharger=0), penutupan luka baik dan jahitan tidak rembes

(Aproximation=3). Pemeriksaan lokea ditemukan warna lokea merah

kehitaman, kental, bau amis, dan klien sudah ganti pembalut sebanyak 2

kali dengan jumlah penuh ± 80 cc dengan panjang pembalut ± 35 cm.

Page 93: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

92

Terdapat gumpalan kecil. Kemudian pada pemeriksaan rectum tidak

ditemukan adanya hemoroid.

e. Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium Ny. D pada tanggal 13 Desember

2016, pukul 15.00 WIB diperoleh data sebagai berikut : Golongan Darah

B, Hemoglobin 99g/dl dengan nilai normal 11,7 – 15, 5 g/dl; Hematokrit

31% dengan nilai normal 35-47 %; Leukosit 11,8 10^3/ul dengan nilai

normal 3,6 – 11,0 10^3/ul; Trombosit 361 10^3/ul dengan nilai normal

150-440 10^3/ul; MCH 20,2 pg dengan nilai normal 26,0-34,0 pg; MCV

88,9 fl dengan nilai normal 80,0 – 100,0 fl; MCHC 31,7 g/dl dengan nilai

normal 32,0 – 36,0 g/dl.

f. Terapi

Program terapi pada Ny. D pada tanggal 13 Desember 2016 sampai

dengan 14 Desember 2016 terapi obat yang diberikan pada Ny. D adalah

infus Ringer Laktat 20 tetes / menit, asam mefenamat 500 mg 3 x 1,

amoxilin 500 mg 3 x 1. Selanjutnya terapi yang diberikan saat perawatan

dirumah adalah asam mefenamat 500 mg 3 x 1 dan amoxicilin 500 mg 3 x

1.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian pada tanggal 13

Desember 2016 dengan data objektif terdapat laserasi medial dibagian

Page 94: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

93

perineum ± 3 cm. Lochea rubra, tidak berbau busuk, terdapat gumpalan kecil,

berwarna merah kehitaman. Pada pemeriksaan perineum, terdapat luka

episiotomi dengan panjang ± 3 cm jenis insisi medial. Pemeriksaan luka pada

perineum meliputi R (Redness), E (Edema), E (Echymosis), D (Discharge) dan

A (Aproximation). Pada pemeriksaan perineum tidak ditemukan adanya

kemerahan (Redness=0), tidak tampak kebiruan (Echymosis=0), tidak

mengalami pembengkakan (Edema=0), tidak ada pengeluaran pus

(Discharger=0), penutupan luka baik dan jahitan tidak rembes

(Aproximation=3). Pemeriksaan lokea ditemukan warna lokea merah

kehitaman, kental, bau amis, dan klien sudah ganti pembalut sebanyak 2 kali

dengan jumlah penuh ± 80 ml dengan panjang pembalut ± 35 cm. Terdapat

gumpalan kecil. Data penunjang peningkatan jumlah leukosit 11,8 10^3/ul

dengan nilai normal 3,6 – 11,0 10^3/ul. Dari data-data diatas muncul masalah

keperawatan risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Page 95: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

94

3. Perencanaan (Plain)

Untuk mengatasi masalah keperawatan risiko infeksi pada Ny. D, maka

penulis menyusun tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam, masalah keperawatan risiko infeksi

teratasi dengan kriteria hasil berdasarkan NIC-NOC : status imunitas meliputi

suhu tubuh tidak terganggu, jumlah sel darah putih absolut; status maternal

meliputi jumlah lochea, warna lochea, penyembuhan lochea dan tidak ada nyeri

insisi ; status nutrisi meliputi jumlah asupan kalori, protein, karbohidrat, serat,

vitamin, mineral, zat besi, kalium, natrium sepenuhnya adekuat ; deteksi resiko

meliputi mengenali tanda dan gejala risiko serta monitor perubahan status

kesehatan.

Dalam mengatasi masalah keperawatan risiko infeksi, ada beberapa

rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu disusun adalah

kontrol infeksi meliputi monitor tanda-tanda vital dan pantau adanya

peningkatan suhu, pastikan teknik perawatan luka yang tepat; perawatan post

partum meliputi monitor lochea, pantau lokasi fundus uterus, lakukan

perawatan pada perineum; perlindungan infeksi meliputi monitor adanya tanda

dan gejala infeksi, periksa setiap sayatan luka, tingkatkan asupan nutrisi yang

cukup, pemberian antibiotik yang tepat, anjurkan peningkatan mobilitas dan

latihan dengan tepat; perawatan perineum meliputi jaga area perineum agar

tetap kering, kaji kondisi insisi, bersihkan area perineum secara teratur.

Page 96: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

95

4. Pelaksanaan (Implementasi)

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang muncul

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, yaitu :

a. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2016

Jam 11.00 WIB penulis kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat yaitu amoxicilin 500 mg. Respon subyektif : klien mengatakan obat

yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni obat

amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi alergi, tidak terjadi infeksi.

Jam 12.05 WIB penulis melakukan pengukuran tanda-tanda vital

(tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan). Respon subyektif (-), respon

objektif TD : 110/70 mmHg, S : 36,3 °C, N : 81 x/menit, R : 20 x /menit.

Jam 12.05 penulis menganjurkan agar klien mengkonsumsi

makanan yang tinggi protein untuk mempercepat proses penyembuhan.

Respon subyektif (-). Respon objektif : klien meyisakan telur di porsi makan

rumah sakit.

Jam 12.05 penulis memonitor lochea (jumlah, warna, bau,

karakteristik dan cara keluar). Data subyektif (-), data objektif : lochea

rubra, berwarna merah kehitaman, tidak ada gumpalan, berbau amis, jumlah

±80cc, pengeluaran darah merembes.

Page 97: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

96

Jam 12.50 penulis memantau lokasi fundus uteri. Data subyektif (-),

data objektif : uterus teraba keras terletak setinggi umbilikus, terletak

ditengah pusat dan simfisis.

Jam 15.10 WIB penulis melakukan perawatan luka perineum. Data

objektif luka bersih.

Jam 15.10 penulis melakukan perawatan perineum, mengkaji tanda-

tanda REEDA dan melakukan vulva hygiene agar kondisi luka tetap bersih.

Datat subyektif (-), data objektif : setelah dilakukan vulva hygiene keadaan

luka bersih, kondisi luka tidak kemerahan (Redness=0), tidak ada kebiruan

(Echymosis=0), tidak mengalami bengkak (Edema=0), tidak ada pus

(Discharger=0), jahitan tidak rembes dan penutupan luka baik

(Aproximation=3).

b. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2016

Jam 11.00 WIB penulis kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

obat yaitu amoxicilin 500 mg. Respon subyektif : klien mengatakan obat

yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni obat

amoxicilin 500 mg masuk via oral.

Jam 12.00 WIB penulis memotivasi agar klien mengonsumsi

makanan tinggi protein untuk mempercepat proses penyembuhan luka.

Data subyektif : klien mengatakan sudah menghabiskan semua porsi RS,

data objektif : (-).

Page 98: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

97

Jam 12.00 WIB penulis melakukan pengukuran tanda-tanda vital.

Data subyektif (-), data objektif : TD : 120/80 mmHg, N : 68 x/menit, S :

37,2°C, R : 18 x/menit.

Jam 15.30 WIB penulis melakukan perawatan perineum agar luka

tetap bersih. Data subyektif (-), data objektif : kondisi luka dan balutan

kering.

Jam 15.30 WIB penulis memonitor lochea (warna, jumlah, bau,

banyak, karakteristik dan cara keluar). Data subyektif : (-) data objektif :

lochea berwarna merah kental, tidak ada gumpalan, jumlah ±55c, bau amis,

pengeluaran merembes.

Jam 15.30 WIB penulis melakukan pemantauan fundus uteri. Data

subyektif (-), data objektif : fundus uteri terletak ditengah-tengah, teraba

keras, terletak 1 jari dibawah umbilikus.

Jam 15.30 WIB dilakukan perawatan perineum, pengkajian

REEDA dan vulva hygiene agar luka tetap bersih. Data subyektif (-), data

objektif : pada luka epsiotomi tidak kemerahan (Redness=0), tidak

kebiruan (Echymosis=0), tidak udema (Edema=0) ada pengeluaran pus

(Discharger=0), penutupan luka baik (Aproximation=3). Setelah dilakukan

vulva hygiene kondisi luka bersih.

Page 99: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

98

c. Implementasi yang dilakukan saat kunjungan rumah yang pertama pada

tanggal 15 Desember 2016

Jam 11.00 WIB penulis melakukan pengukuran tanda-tanda vital.

Data subyektif (-), data objektif : TD : 130/80 mmHg, N : 70x/menit, S :

36,5°C, R : 21x/menit.

Jam 11.00 WIB penulis mengingatkan klien untuk meminum obat

amoxicilin 500 mg secara teratur. Respon subyektif : klien mengatakan

obat yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni

obat amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi alergi, tidak terjadi

infeksi.

Jam 16.05 WIB penulis melakukan pengkajian lochea (warna,

jumlah, karakteristik, bau dan cara keluar). Data subyektif (-), data objektif

: lochea rubra, berwarna merah kental jumlah ±50cc, tidak ada gumpalan

dan pengeluaran merembes.

Jam 16.05 WIB penulis memantau letak fundus uteri. Data

subyektif (-). Data objektif : fundus terletak 3 jari dibawah umbilikus,

teraba keras dan terletak ditengah.

Jam 16.05 WIB penulis melakukan perawatan perineum,

pengkajian REEDA dan melakukan vula hygiene agar luka tetap bersih.

Data subyektif (-). Data objektif : kondisi luka bersih, tidak ada kemerahan

(Redness=0), tidak kebiruan (Echymosis=0), tidak bengkak (Edema=0),

Page 100: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

99

tidak ada pengeluaran pus (Discharger=0), penyatuan jahitan luka baik

(Aproximation=3).

Jam 17.10 WIB penulis memotivasi klien untuk tetap mengonsumsi

makanan tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka. Data

subyektif : klien mengatakan sudah mengonsumsi ikan laut, sayur bayam,

nasi dan susu tadi siang. Data objektif : tersedia makanan sumber protein.

d. Implementasi yang dilakukan saat kunjungan rumah yang kedua pada

tanggal 16 Desember 2016

Jam 11.00 WIB penulis mengukur tanda-tanda vital klien. Data

subyektif (-). Data objektif : TD : 120/80 mmHg, N : 68 x/menit, S : 36,3°C,

R : 18 x/menit.

Jam 11.00 WIB penulis mengingatkan klien untuk meminum obat

amoxicilin 500 mg secara teratur. Respon subyektif : klien mengatakan

obat yang diberikan sudah diminum. Data objektif yang ditemukan yakni

obat amoxicilin 500 mg masuk via oral, tidak terjadi infeksi, tidak alergi.

Jam 15.30 WIB penulis melakukan perawatan luka episiotomi. Data

subyektif (-). Data objektif : dilakukan perawatan luka dan vulva hygiene

dan luka bersih

Jam 15.30 WIB penulis mengkaji lochea (jumlah, warna, bau, cara

keluar). Data subyektif (-). Data objektif : lochea sanguinetal, warna merah

Page 101: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

100

bercampur putih, jumah ±50cc, bau amis, tidak ada gumpalan dan

pengeluaran merembes.

Jam 15.30 WIB penulis mengkaji lokasi fundus uteri. Data

subyektif (-). Data objektif : fundus uteri terletak 2 jari dibawah umbilikus,

teraba keras dan teletak ditengah simfisis dan pusat.

Jam 15.30 WIB penulis melakukan perawatan perineum,

pengkajian REEDA dan vulva hygiene agar kondisi luka tetap bersih. Data

subyektif (-). Data objektif : kondisi luka episiotomi bersih, tidak

kemerahan (Redness=0), tidak kebiruan (Echymosis=0), tidak terjadi

edema (Edema=0), tidak ada pengeluaran pus (Discharger=0), penutupan

luka baik (Aproximation=3).

Jam 16.30 WIB penulis memotivasi klien untuk tetap mengonsumsi

makanan yang tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan. Data

subyektif : klien mengatakan sudah makan dengan komposisi nasi, telur

rebus, sayur buncis dan air putih.

5. Evaluasi

Evaluasi tanggal 13 Desember 2016 jam 14.10 WIB yaitu lochea keluar

berwarna merah kehitaman, terdapat gumpalan, berbau amis, ±80 ml,

pengeluaran merembes, uterus teraba keras, terletak setinggi umbilikus

ditengah-tengah pusat dan simfisis pubis. Luka episiotomi tidak kemerahan

(Redness=0), tidak ada kebiruan (Echymosis=0), tidak edema (Edema=0),

Page 102: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

101

tidak ada pus (Discharger=0), jahitan tidak rembes dan penutupan luka baik

(Aproximation=3). Kondisi luka bersih. Tanda-tanda vital yang ditemukan TD

: 110 / 70 mmHg, N : 81 x / menit, S : 36,3°C, R : 20 x/menit. Berdasarkan data

tersebut dapat dianalisa bahwa masalah risiko infeksi belum teratasi, infeksi

tidak terjadi. Rencana tindakan selanjutnya adalah : lanjutkan intervensi,

monitor tanda-tanda vital pantau adanya peningkatan suhu, pastikan perawatan

luka yang tepat, monitor lochea, pantau lokasi fundus uteri, lakukan perawatan

perineum, tanda-tanda REEDA dan vulva hygiene, meningkatan asupan

nutrisi, pemberian antibiotik.

Evaluasi tanggal 14 Desember 2016 yaitu tanda-tanda vital yang

ditemukan TD : 120/80 mmHg, N : 68 x/menit, S : 37,2°C, R : 18 x/menit,

lochea berwarna merah kental, tidak ada gumpalan, jumlah ±55 cc, bau amis,

pengeluaran merembes. Fundus uteri teraba 1 jari dibawah umbilikus, teraba

keras. Luka jahitan episiotomi tidak terjadi kemerahan (Redness=0), tidak

terjadi kebiruan (Echymosis=0), tidak terjadi edema (Edema=0), tidak rembes

(Discharger=0), terdapat pus dan penutupan luka baik (Aproximation=3).

Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa masalah risiko infeksi belum

teratasi. Rencana tindakan selanjutnya : monitor tanda-tanda vital pantau

adanya peningkatan suhu, pastikan perawatan luka yang tepat, monitor lochea,

pantau lokasi fundus uteri, lakukan perawatan perineum, tanda-tanda REEDA

dan vulva hygiene, tingkatkan asupan nutrisi, berikan antibiotik.

Page 103: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

102

Evaluasi tanggal 15 Desemer 2016 yaitu lochea ruba berwarna merah

kental, jumlah ±50 cc, tidak ada gumpalan, pengeluaran rembes, fundus uteri

2 jai dibawah umbilikus, terletak ditengah, teraba keras. Kondisi Luka

episiotomi bersih, tidak kemerahan (Redness=0), tidak kebiruan

(Echymosis=0), tidak ada bengkak (Edema=0) tidak ada pus (Discharger=0),

penutupan luka jahitan bagus (Aproximation=0). Tanda-tanda vital : TD : 130

/ 80 mmHg, N : 70 x / menit, S : 36,5°C, R : 21 x / menit. Dari data tersebut

dapat dianalisa bahwa risiko infeksi belum teratasi, tidak terjadi infeksi.

Rencana tindakan selanjutnya : lanjutkan intervensi, monitor tanda-tanda vital

pantau adanya peningkatan suhu, pastikan perawatan luka yang tepat, monitor

lochea, pantau lokasi fundus uteri, lakukan perawatan luka perineum, tanda-

tanda REEDA dan vulva hygiene, tingktkan asupan nutrisi, berikan antibiotik

yang tepat.

Evaluasi tanggal 16 Desember 2016 yaitu tanda-tanda vital : TD : 120

/ 80 mmHg, N : 68 x/menit, S : 36,3°C, R : 18 x/menit. Kondisi luka

bersih,lochea sanguinolenta, berwarna merah bercampur putih, jumlah ±50 cc,

tidak ada gumpalan, bau amis, pengeluaran merembes. Fundus ueri terletak di

2 jari dibawah umbilikus terletak ditengah, teraba keras,. Luka episiotomi

bersih, tidak kemerahan (Redness=0), tidak kebiruan (Echymosis=0), tidak

bengkak (Edema=0) tidak ada pus (Discharger=0), penutupan luka jahitan

bagus (Aproximation=3). Berdasarkan data tersebut dapat dianalisa bahwa

masalah risiko teratasi infeksi tidak terjadi. Rencana tindakan selanjutnya :

pertahankan intervensi.

Page 104: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

103

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini, penulis akan menjelaskan beberapa hal terkait

dengan diagnosa keperawatan yang muncul, diantaranya meliputi mengapa

menegakkan diagnosa tersebut, akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak

teratasi, faktor pendukung dan penghambat dilakukannya tindakan keperawatan

dan evaluasi. Pengelolaan kasus pada Ny. D dilakukan pada tanggal 13 Desember

2016 hingga 16 Desember 2016 dimulai dari tahap pengkajian, perumusan

diagnosa, perencanaan keperawatan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.

1. Pengkajian

Diagnosa risiko infeksi didukung dengan data objektif seperti terdapat

luka episiotomi sepanjang ±3 cm, jenis insisi medial. Pada pemeriksaan REEDA

luka kemerahan, tidak tampak bintik-bintik kemerahan, tidak mengalami

rembesan dan tidak bengkak. Klien masih mengeluarkan lochea rubra dengan

jumlah ±80 ml panjang pembalut ±35cm. Faktor presdiposisi dai infeksi nifas

menurut Saiffudin (2006) diantaranya adalah kurang gizi atau malnutrisi,

anemia, hygiene, kelelahan, proses persalinan bermasalah (partus lama / macet,

persalinan bermasalah (pecah ketuban dini, manipulasi intra uteri, hemoragi,

korioamnionitis, persalinan traumatik, retensi sisa pasenta), teknik aseptik tidak

sempurna, perawatan perineum tidak memadai, infeksi vagina/serviks atau PMS

yang tidak ditangani. Iscemi (2013) mengungkapkan bahwa perlukaan karena

persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga

menimbulkan infeksi pada kala nifas. Pada diagnosa risiko infeksi ini, penulis

Page 105: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

104

telah melakukan implementasi yang sesuai dengan teori Marmi (2012) bahwa

cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka

perineum dengan cara meningkatkan personal hygiene dengan cara mandi

minimal 2 kali sehari, mencegah terjadinya kelembaban genetalia, menjaga area

genetalia agar tetap kering, membersihkan daerah perineum setelah buang air

kecil atau buang air besar dengan air hangat dari arah depan ke belakang. Cara

lain juga dapat melakukan perawatan luka pada daerah perineum dengan

antiseptik, mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan genitalia, tidak

menyentuh luka bekas episiotomi, sering mengganti pembalut minimal 2-3 kali

sehari atau bila merasa daya tampung pembalut sudah penuh, dan meningkatkan

asupan kalori dan diit tinggi protein seperti ikan, telur, daging ayam untuk

mempercepat penyembuhan luka perineum, ibu nifas juga disarankan untuk

beristirahat dengan cukup sebaiknya disaat bayinya sedang tidur.

Kesenjangan data dalam mengkaji mengenai luka episiotomi adalah

tentang jumlah jahitan episiotomi. Penulis hanya mencantumkan jumlah jahitan

luar, padahal setiap tindakan episiotomi biasanya dilakukan 2 jahitan luar dan

dalam (Liu, 2007). Data tentang jahitan episiotomi dapat diperoleh dari catatan

medis klien yang jahitan nya berjumlah 3 jahitan luar. Data jahitan episiotomi

yang seharusnya dicantumkan adalah H 6c/3z yang berarti 6 jahitan dalam (cut

get) dan 3 jahitan luar (side). Sebaiknya, dalam melakukan dokumentasi

mengenai jumlah jahitan episiotomi dilakukan sesuai dengan jumlah jahitan

yang sebenarnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi jika kondisi

Page 106: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

105

pasien mengalami penurunan yang berkaitan dengan jumlah jahitan seperti nyeri

yang berlebihan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa prioritas, diagnosa keperawatan risiko infeksi pada

ibu post partum harus diperhatikan karena pada ibu post partum harus

dilakukan pemantauan terhadap kondisi sangat dibutuhkan agar infeksi tidak

terjadi. Pada ibu nifas akan rentan terhadap terjadinya infeksi. Jika dilakukan

pemantauan dan perawatan luka pada episiotomi dengan tepat maka akan

mempercepat penyembuhan dan ibu terhindar dari masalah infeksi jalan lahir

(Bahiyatun, 2009).

Risiko infeksi apabila tidak dicegah menimbulkan infeksi pada luka setelah

terjadi ruptur perineum pada pasien. Masalah yang serius ini dapat

menimbulkan komplikasi pada luka tersebut baik komplikasi lokal maupun

sistemik. Komplikasi lokal diantaranya terjadi kerusakan jaringan, scar /

jaringan parut. Komplikasi sistemik meliputi bakterimia, infeksi metastasis,

syok bahkan kematian.

Dalam melakukan implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan

didukung oleh teori-teori yang sudah dimuat dalam laporan sebelumnya akan

tetapi penulis juga mengalami hambatan dalam melakukan implementasi yang

tidak sesuai dengan teori seperti dalam pengukuran lochea. Dalam pengukuran

lochea penulis mengukur jumlah lochea yang keluar dengan kepenuhan

pembalut. Penulis juga mengalami hambatan dalam mengelola masalah

Page 107: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

106

keperawatan khususnya dengan kasus risiko infeki, penulis tidak dapat 24 jam

bersama klien sehingga penulis tidak dapat memantau tingkat risiko infeksi

secara berkala. Antisipasi dalam hal tersebut yaitu penulis berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan dan keluarga untuk memantau keadaan klien. Penulis

juga berkerja sama dalam meningkatkan kesadaran klien dalam menjaga

personal hygiene agar tidak terjadi infeksi.

Masalah risiko infeksi pada klien teratasi dan tidak terjadi infeksi dengan

kondisi luka pada hari terakhir evaluasi luka bersih, tidak ada kemerahan,tidak

kebiruan, tidak ada pus dan penutupan luka baik dalam waktu 4 x 24 jam mulai

dari tanggal 13 Desember 2016 sampai 16 Desember 2016. Tidak terjadinya

infeksi pada klien dikarenakan klien mau dan mampu belajar serta melakukan

bagaimana cara perawatan luka episiotomi yang baik. Klien juga mau menjaga

asupan nutrisinya yaitu tinggi protein sehingga mempercepat proses

pemulihan.

Page 108: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

107

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan risiko

infeksi pada post partum spontan dengan episiotomi pada hari ke 1 dan

ke 2 di Bangsal Mawar RSUD Temanggung dan kunjungan rumah

selama 2 hari, diperoleh data mulai dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, implementasi dan evaluasi..

Berdasarkan tujuan yang telah dicantumkan penulis di bagian awal,

penulis juga telah mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu

dengan tujuan umum penulis mampu menggambarkan kompetensi

penulis dalam melaksanakan asuhan keperawatan risiko infeksi pada

Ny. D dengan post partum spontan dengan episiotomi. Tujuan khusus

yang telah penulis capai adalah mampu menggambarkan

kemampuannya dalam melakukan tindakan keperawatan Asuhan

Keperawatan Risiko Infeksi pada Ny. D dengan Post Partum Spontan

Primipara dengan Episiotomi.

Berdasarkan kasus dan pembahasan yang telah penulis uraikan dapat

ditarik kesimpulan, penulis menegakkan diagnosa risiko infeksi pada

Ny. D atas dasar data pendukung yang diperoleh dari pengkjian terdapat

luka episiotomi sepajang 3 cm, jenis insisi medial, klien juga

95

Page 109: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

108

berpantangan untuk mengonsumsi yang amis-amis klien merupakan

primipara dan belum mengetahui perawatan pasca partum dengan

episiotomi.

Untuk mengatasi masalah tersebut penulis telah melakukan

beberapa tindakan intervensi seperti perawatan perineum,

mendemonstrasikan cara perawatan perineum, pemeriksaan jumlah

lochea, pemantauan keadaan keseluruhan ibu post partum dan

pemberian sosialisasi mengenai nutrisi ibu post partum yang bertujuan

untuk menjaga asupan tinggi protein guna mempercepat proses

penyembuhan luka. Intervensi tersebut penulis anggap paling efektif

karena sudah menerapkan sesuai dengan teori yang ada.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari, masalah

keperawatan risiko infeksi teratasi dengan evaluasi hari terkahir klien

tidak menunjukan reaksi infeksi. Keberhasilan dalam kesembuhan klien

didukung dari klien dan keluarga berperan aktif dalam melaksanaan

pencegahan infeksi.

Page 110: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

109

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas . Yogyakarta: Mitra Cendikia

Offset.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bobak, I. (2004). Maternity Nursing edisi 4. Jakarta : EGC.

Bobak, I.M; dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing)

edisi 4. Terjemahan oleh Maria A. Wijayarini & Peter I. Anugrah 2005.

Jakarta: EGC.

Cuningham , F., & dkk. (2006). Obstetri Williams panduan ringkasan edisi 21.

Terjemahan oleh Brahm U. Pendit. 2009. Jakarta: EGC. Depkes RI. (2014).

Profil Kesehatan 2014.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Jawa Tengah.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf diakses pada tanggal 25

Oktober 2016.

Doenges, M., Moorhouse, & M.F, G. A. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan

Keperawatan. Jakarta: EGC.

Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Iscemi, S. K., & Margareth, Z. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Istijanto. (2009). Aplikasi Praktis Riset Pemasaran Cara Praktis Meneliti

Konsumen dan Pesaing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Johnson, J. Y. (2014). Keperawatan maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Liu, D. T. (2008). Manual Persalinan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Lenovo, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta:

EGC

Manuaba, I. C. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Page 111: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

110

Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas "Peuperium Care".

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas "Peuperium Care".

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In

Media.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi

10. Jakarta: EGC.

Potter, P. (2005). Buku Ajar Fundamenta Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik

Edisi 4 . Jakarta: EGC.

Prawihardjo, S. (1999). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Balai Pustaka.

Saifuddin, A. B. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Siti Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: CV.

Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: CV.

Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Sujiyatini, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakata: Rohima

Press.

Sulistyawati, A. (2013). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:

ANDI.

Verney. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

WHO. (2015). Maternal death reviews help countries identify missed opportunities

and plan interventions. (online).

http://www.who.int/features/2016/maternal-death-surveillance/en/) diakses

pada tanggal 25 Oktober 2016.

Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Page 112: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

111

STANDAR

OPERASIONAL

PROSEDUR

VULVA HYGIENE

PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga

kebersihannya

TUJUAN 1. Untuk mencegah terjadinya infeksi daerah vulve,

perineum maupun uterus

2. Untuk penyembuhan luka perineum / jahitan pada

perineum

3. Untuk kebersihan perineum dan vulva

4. Memberikan rasa nyaman pada pasien

KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu setelah melahirkan

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Oleum coccus yang hangat (direndam dengan air

hangat)

2. Kapas

3. Handuk besar 2

4. Peniti 2

5. Air hangat dan dingin dalam baskom

6. Waslap 2

7. Bengkok

Page 113: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

112

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A. Tahap Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama

pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien

C. Tahap Kerja

1. Memasang sampiran / menjaga privasi

2. Memasang selimut mandi

3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent

4. Memsang alas dan perlak dibawah pantat

5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas

bersamaan dengan pemasangan pispot, sambil

memperhatikan lochea. Celana dan pembalut

dimasukkan dalam tas plastik berbeda

6. Pasien disuruh BAB/BAK

7. Perawat memakai sarung tangan kiri

8. Mengguyur vulva dengan air matang

9. Pispot diambil

10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien

11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian

mengambil kapas basah. Membuka vulva dengan

ibu jari dan jari telunjuk kiri

12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri,

labia mayora kanan, labia minora kiri, labia minora

kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke

bawah dengan kapas basah ( 1 kapas 1 kali usap )

13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan

perhatikan apakah lepas / longgar, bengkak / iritasi.

Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah

14. Menutup luka dengan kasa yang telah diolesi salep

/ betadine

15. Memasang celana dalam dan pembalut

16. Mengambil alas perlak, bengkok

17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan

memakaikan selimut pasien

D. Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi tidakan yang baru dilakukan

2. Berpamitan dengan pasien

Page 114: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

113

3. Membereskan dan kembalikan alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan

keperawatan

DOKUMEN

TERKAIT

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas

Page 115: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

114

STANDAR

OPERASIONAL

PROSEDUR

PERAWATAN LUKA PERINEUM

PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga

kebersihannya

TUJUAN 1. Untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah

vulva, perineum maupun uterus

2. Untuk penyembuhan luka perineum / jahitan pada

perineum

3. Untuk kebersihan perineum dan vulva

4. Memberikan rasa nyaman pada pasien

KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu setelah melahirkan

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Bak instrumen steril berisi : kasa & pinset

anatomis

2. Perlak dan pengalas

3. Selimut mandi

4. Hand scoone 1 pasang

5. Bengkok 2 buah, salah satu berisi lisol 2 %

6. Tas plastik 2 buah

7. Kom berisi kapas basah ( air dan kapas direbus

bersama )

8. Celana dalam dan pembalut wanita

9. Pispot

10. Botol cebok berisi air hangat

11. Obat luka perineum

PROSEDUR

PELAKSANAAN

A. Tahan Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberi salam kepada pasien dan sapa nama

pasien

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien

C. Tahap Kerja

1. Memasang sampiran / menjaga privacy

2. Memasang selimut mandi

3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent

4. Memasang perlak dan alas dibawah pantat

5. Melepas celana dan pembalut kemudian segera

pasang pispot sambil memperhatikan lokhea.

Page 116: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

115

Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas

plastik yang berbeda

6. Mempersilakan bila ingin BAB / BAK

7. Memakai sarung tangan kiri

8. Mengguyur vulv dengan air matang

9. Mengambil pispot

10. Meletakkan bengkok dekat vulva

11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian

mengambil kapas basah

12. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk

kiri

13. Membersihkan vulvs mulsi dari labia mayora kiri,

labia mayora kanan, labia minora kiri, labia

minora kanan, vestibulum, perineum. Arah dari

atas ke bawah ( 1 kapas 1 kali usap )

14. Mengobati luka dan menutup luka dengan kasa

steril

15. Memasang celana dalam dan pembalut wanita

16. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi

D. Terminasi

1. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Membereskan dan kembalikan alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatan kegiatan dalam lembar catatan

keperawatan

DOKUMEN

TERKAIT

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas

Page 117: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

116

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Asuhan masa nifas

Sub pokok bahasan : Perawatan luka perineum

Waktu : 1 x 15 menit

Tempat : Nglangon, Temanggung

Sasaran : Ny. D dan Keluarga

A. Tujuan Penyuluhan Umum ( TPU )

Setelah di berikan penyuluhan, ibu mampu melakukan perawatan

perineum secara mandiri sehingga resiko infeksi dapat terhindari.

B. Tujuan Penyuluhan Khusus ( TPK )

Setelah diberikan penyuluhan selama ± 1 menit 30 detik pertama, ibu

dapat menyebutkan pengertian perawatan luka perineum dengan

benar, setelah diberikan penyuluhan selama 1 menit 30 detik kedua , ibu

dapat menyebutkan tujuan perawatan luka perineum dengan benar, Setelah

diberikan penyuluhan selama ± 1 menit 30 ketiga, ibu dapat menyebutkan

kapan saja melakukan perawatan luka perineum dengan benar,setelah

diberikan penyuluhan selama ± 1 menit 30 detik keempat, ibu dapat

menyebutkan alat-alat yang di gunakan saat melakukan perawaan luka

perineum dengan benar, Setelah diberikan penyuluhan selama 1 menit 30

detik kelima, ibu dapat menyebutkan langkah-langkah perawatan luka

perineum dengan benar.

I. MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian perawatan luka perineum

2. Tujuan perawatan luka perineum

3. Waktu melakukan perawatan luka perineum

4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum

5. Langkah –langkah perawatan luka perineum

II. KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan Pembuka

(3 Menit)

Page 118: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

117

Penyuluhan Peserta

1.Memberikan salam 1.Menjawab salam

2.Perkenalan 2.Merespon

3.Apersepsi 3.Menyimaknya

Kegiatan Inti

(9 Menit)

Penyuluhan Peserta

1.Menjelaskan materi 1.Memperhatikan materi yang

disampaikan

2.Memberikan kesempatan

untuk bertanya

2.Bertanya apabila ada materi

yang kurang dimengerti

3.Memberikan pertanyaan balik

ke post test

3.Menjawab pertnyaan penyuluh

Kegiatan Penutup

(3 Menit)

Penyuluh Peserta

1.Menyimpulkan seluruh materi 1.Memperhatikan penjelasan

2.Mengucapkan salam 2.Menjawab salam

III. MEDIA PENYULUHAN

A. Alat penyuluh

1. Bolpoin

2. Buku catatan

B. Media penyuluhan

1. Leaflet

IV. METODE PENYULUHAN

Adapun metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah:

a. Metode Ceramah

Page 119: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

118

b. Metode Tanya Jawab

V. SUMBER

Kusyanti, Eni, dkk 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan

Dasar. Semarang:kilat press.

Potter, Perry, 2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol.2

Jakarta:EGC

VI. EVALUASI

a. Pertanyaan

1. Pengertian perawatan luka perineum ?

2. Tujuan perawatan luka perineum ?

3. Waktu melakukan perawatan luka perineum ?

4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum ?

5. Langkah –langkah perawatan luka perineum ?

b. Jawaban

1. Pengertian perawatan luka perineum

Perawatan perineum

adalahpemenuhankebutuhanuntukmenyehatkandaerahantarapah

a yang di batasiantaralubangdubutdanbagianalatkelamin

(kemaluan) sebelahluarpadamasapascapersalinan (melahirkan).

2. Tujuan perawatan luka perineum

1) pencegahanterjadinyainfeksipadasaluranreproduksisetela

hkelahirananak

2) Untukpenyembuhanluka perineum jahitan perineum

3) Menjagakebersihandaerahkemaluan

4) Menguranginyeri

5) Meningkatkan rasa nyamanpadaibu

3. Waktu melakukan perawatan luka perineum

1) saatmandi

2) Setelahbuang air kecil

3) Setelahbuang air besar

4. Alat-alat yang di gunakan untuk perawatan luka perineum

1) Kapas

2) Air bersih

3) Tisu kamar mandi

4) Cairan pembersih kemaluan khusus wanita

5. Langkah –langkah perawatan luka perineum

Page 120: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

119

1) Ambil kapas yang sudah di rendam

2) Buka bibir vagina bersihkan dari bibir vagina terluar

kanan dari atas ke bawah lalu bibir vagina terluar kiri dari

atas ke bawah juga,kemudian bibir vagina kecil kanan lalu

kiri, dari arah atas ke bawah dan selanjutnya bagian tengah

sampai ke daerah anus

3) Basuh dengan air, kemudian keringkan dengan tisu kamar

mandi

Hal-hal yang harus di perhatikan

a) Pelihara kebersihan sehari-hari

b) Hindari pemakaian sabun,karena jika tidak cocok

akan terjadi iritasi.

c) Bersihkan sekali usap untuk setiap bagian

d) Ganti kapas atau ulangi dengan kapas baru jika terlihat

sangat kotor.

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Perawatan Perineum

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia

(biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai

dengan sehat (Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah

paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Perawatan

perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara

paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara

kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada

waktu sebelum hamil.

Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma

(injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan

Page 121: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

120

oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan

kulit (Ismail, 2012).

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama

dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat

dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul

dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum umumnya

terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir

terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasanya sehingga

kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan biasanya, kepala janin

melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar

daripada sirkum frensia suboksipito-bregmatika.

Robekan pada luka perineum ini sebenarnya ada beberapa

tingkatan, yakni jahitan pada robekan jahitan jalan lahir tingkat 1, yakni

jahitan yang hanya menyatukan kulit luar yang robek, lalu yang berikut

jahitan pada robekan jalan lahir tingkat II, yang menyatukan kulit dan

jaringan otot ( ini yang paling sering terjadi ), dan terakhir adalah jahitan

yang menyatukan robekan jalan lahir tingkat III yang robek sampai dubur.

B. Tujuan Perawatan Perineum

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah

mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan,

untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di

dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum), untuk

kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti diuraikan

diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya

kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi

infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus. Perawatan luka

jalan lahir dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan

normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan

latihan berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak

mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.

Page 122: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

121

C. Bentuk Luka Perinium

1. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya

jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada

saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga

jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.

2. Episiotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar

muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.

3. Komplikasi Episiotomi

Kurang dari 1% episiotomi atau laserasi mengalami infeksi. Laserasi

derajat empat memiliki risiko infeksi serius yang paling tinggi. Tepi-tepi

luka yang berhadapan menjadi kemerahan, seperti daging dan

membengkak. Benang sering merobek jaringan edematosa sehingga tepi-

tepi luka nekrotik menganga yang menyebabkan keluarnya cairan serosa,

serosanguinosa, atau jelas purulen. Lepasnya jahitan episiotomi paling

sering berkaitan dengan infeksi (Leveno, 2009).

D. Waktu Perawatan Luka Perineum

1. Saat Mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka

maka akan kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang

tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian

pembalut.

2. Setelah buang air kecil

Page 123: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

122

Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada

rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perinium untuk

itu diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar

Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar

anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum.

E. Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Luka Perineum

1. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses

penyembuhan luka pada perinium karena jaringan sangat membutuhkan

protein.

2. Obat-obatan

a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu

respon inflamasi normal.

b. Antikoagulan : Dapat meyebabkan Hemoragi.

c. Antibiotik Spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera

sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kotaminasi bakteri.

Jika diberikan setelah luka tertutup, tidak efektif karena koagulasi

intrvaskular.

F. Teknik Melakukan Perawatan Perineum

Berikut ini merupakana cara dalam mempersiapkan alat dan

melakukan perawatan dalam perineum yaitu:

Alat yang harus disiapkan:

1. Siapkan air hangat

2. Sabun dan waslap

3. Handuk kering dan bersih

4. Pembalut ganti yang secukupnya

5. Celana dalam yang bersih.

Page 124: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

123

Cara melakukan perawatan:

1. Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan ke belakang.

2. Basahi waslap dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang

sudah ada busa sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut

dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan benar maka darah kotor

akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang

biak.

3. Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar–benar

bersih. Bila perlu lihat dengan cermin kecil.

4. Setelah luka bersih boleh berendam dalam air hangat dengan menggunakan

tempat rendam khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan

air hangat cukup disiram dengan air hangat.

5. Mengenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman dan celana dalam yang

bersih dari bahan katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa

menimbulkan reaksi alergi.

6. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan

maka akan semakin cepat sembuh dan kering. Lakukan perawatan yang benar

setiap kali ibu buang air kecil atau saat mandi dan bila mengganti pembalut.

7. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat

sembuh. Makanan berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging,

tahu, tempe. Jangan pantang makanan, ibu boleh makan semua makanan

kecuali bila ada riwayat alergi.

8. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seijin dokter atau bidan.

Page 125: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

124

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Nutrisi Ibu Post Partum

Hari / tanggal : Senin, 13 Desember 2016

Waktu : 15 menit

Penyuluh : Melina Novita Sari

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Tempat : Bangsal Mawar RSUD Temanggung

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan ibu-ibu post partum

mengetahui dan menambah wawasan ibu-ibu untuk dapat memenuhi kebutuhan

gizi/ nutrisi yang diperlukan selama masa nifas, sehingga ibu-ibu post partum

dapat menjalani masa nifas dengan baik tanpa mengalami masalah.

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ibu-ibu post partum dapat :

1. Ibu mengetahui takaran gizi yang harus dikonsumsi ibu saat masa nifas

2. Ibu mengetahui bagaimana pola nutrisi yang harus dicukupi selama masa

nifas

3. Ibu mengetahui dan memahami manfaat yang didapat oleh ibu jika ibu

mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan secara teratur

4. Ibu dapat menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan pada masa nifas/menyusui.

C. Materi

1. Defenisi gizi, manfaat dan fungsi gizi ibu masa nifas

2. Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan/masa nifas

3. tabel perbandingan angka kecukupan gizi energi dan zat gizi wanita dewasa

dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui

4. contoh menu ibu menyusui

D. Metode

1. Flipchart

2. Leaf leat

Page 126: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

125

E. Sumber

1. saleha, siti. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Makasar : Salemba

medika

2. Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

3. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

F. Kegiatan Penyuluhan

Waktu Tahap

Kegiatan

Kegiatan

Penyuluh Sasaran

5 menit Pembukaan 1. Membuka pembicaraan. 2. Menyampaikan topik dan

tujuan penkes kepada Ny. D 3. Kontrak waktu untuk

kesepakatan pelaksanaan penkes dengan Ny. D

1. Menjawab salam. 2. Mendengarkan penyuluh

menyampaikan topik dan tujuan.

3. Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes.

15 menit Kegiatan

inti

1. Apersepsi pengetahuan Ny. D tentang materi penyuluhan.

2. Menjelaskan materi penyuluhan nutrisi ibu post partum

3. Memberikan kesempatan kepada Ny. D untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang dijelaskan penyuluh.

1. Menyampaikan pengetahuannya tentang nutrisi ibu post partum

2. Menyimak penyuluhan 3. Menyampaikan dan

mendemonstrasikan materi yang telah diberikan.

4. Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dari materi penyuluhan.

5. Menyimak jawaban dari pertanyaan yang diajukan.

10 menit Evaluasi

dan

penutup

1. Memberikan pertanyaan kepada Ny. D tentang materi yang sudah disampaikan penyuluh.

2. Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah disampaikan kepada Ny. D

3. Menutup acara.

1. Menjawab pertanyaan yang diajukan penyuluh.

2. Menyimak penyampaian kesimpulan.

3. Mendengarkan penyuluh menutup acara dan menjawab salam.

G. Evaluasi

1. Klien mampu menyebutkan defenisi gizi, manfaat dan fungsi gizi pada masa

nifas/menyusui

2. Klien mampu menyebutkan zat-zat apa saja yang dibutuhkan ibu pada masa

nifas/menyusui

Page 127: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

126

3. Klien mampu menyebutkan dan mengulang kembali menu seimbang ibu

menyusui

Page 128: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

127

LAMPIRAN

Sumber Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.

Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan

Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC. Djuhari, Widjajakusumah. 2003.

Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Parakrama, Chandrasoma. 2006.

Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.

LAMPIRAN MATERI

KEBUTUHAN GIZI IBU MASA NIFAS

1. Pengertian Gizi

Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang

berarti “makanan”. Gizi adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan. Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari

proses pangan setelah dikonsumsi oleh manusia, masuk ke dalam tubuh,

mengalami pencernaan, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme serta

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan yang berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat serta gigi yang sehat pula.

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Gizi ibu

menyusui adalah makanan yang mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan oleh

tubuh selama masa menyusui dalam meningkatkan produksi ASI sebagai

makanan bayi. Nutrisi ibu masa nifas yaitu nutrisi yang seharusnya dikonsumsi

ibu setelah melahirkan prinsipnya yaitu tinggi kalori dan protein. Nutrisi di

butuhkan oleh ibu masa nifas sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan zat

pengatur tubuh supaya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusui dapat

tumbuh dengan sehat dan memperlancar produksi ASI serta dapat

mempertahankan kesehatan ibu sendiri. Ibu masa nifas memerlukan makanan

Page 129: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

128

yang mengandung tinggi protein, sayuran daun hijau dan buah-buahan setiap

hari.

2. Fungsi gizi

Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh

makhluk hidup, yaitu:

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta

mengganti jaringan tubuh yang rusak

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari atau aktivitas

c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral

dan cairan tubuh yang lain

d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit

(protein)

e. Berguna untuk cadangan dalam tubuh

f. Berguna untuk proses ]produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan

g. Untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan.

3. Manfaat Gizi pada Ibu Nifas

Masa nifas atau masa menyusui adalah masa yang sangat penting, hal ini

dikarenakan setelah ibu melahirkan akan memerlukan waktu untuk memulihkan

kembali kondisinya dan mempersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk

bayinya. Oleh karena itu diperlukan gizi atau nutrisi yang dapat memenuhi

kebutuhannya.

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis

melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan

bayi. Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,

mencegah konstipasi, dan memulai proses pemberian ASI eksklusif. Asupan

kalori perhari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan perhari

Page 130: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

129

ditingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml). Suplemen zat besi dapat diberikan

pada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.

4. Bentuk Makanan Gizi Seimbang Bagi Ibu Nifas

a. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

b. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral

c. Minum sedikitnya 2 liter setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali

menyusui)

d. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum (Pil zat besi

(sulfas/glukonas ferrosus) untuk menambah zat gizi.

e. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit, agar bisa memberikan vitamin

A kepada anaknya melalui ASI (Air Susu Ibu)-nya.

f. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis atau

kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan

g. Batasi makanan yang berbau keras (tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,

tidak mengandung nikotin serta bahan pengawet atau pewarna)

h. Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya

sayuran hijau.

Zat-zat yang dibutuhkan ibu setelah persalinan antara lain:

a. Kalori Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita

dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan

mengurangi kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme

tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

b. Protein Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu

protein setara dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120

gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240

gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.

c. Kalsium dan vitamin D Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan

tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu

rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa

menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram

Page 131: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

130

keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden,

atau 280 gram tahu kalsium.

d. Magnesium Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot,

fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada

gandum dan kacang-kacangan.

e. Sayuran hijau dan buah Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi

sehari. satu porsi setara dengan 1/8 semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli,

½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah dimasak, satu tomat.

f. Karbohidrat kompleks Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks

diperlukan enam porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼

cangkir jagung pipil, satu porsi sereal, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue

muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½ cangkir kacang-

kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.

g. Lemak Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram

perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga

sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir

es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram

daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok

makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.

h. Garam Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari

makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.

i. Cairan Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 2 liter

tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan

sup.

j. Vitamin Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin

yang diperlukan antara lain: a. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit,

kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah

yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg. b. Vitamin B6 membantu penyerapan

protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg

per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang

polong dan kentang. c. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan,

Page 132: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

131

meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan

berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum.

k. Zinc (Seng) Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan

pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum.

Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan

seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood, hati dan

daging.

l. DHA DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan

DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada

pada telur, otak, hati dan ikan.

Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus mengandung zat gizi sebagai berikut :

a. Sumber tenaga (energi) Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru,

penghemat protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan

sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai sumber

karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan

zat lemak dapat diperoleh dari hewani(lemak,mentega,keju) dan nabati

(kelapa,sawit, minyak sayur, minyak kepala dan margarine).

b. Sumber pembangun (protein) Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan

penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Protein dari makanan harus diubah

menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati

melalui pembuluh darah vena porta. Sumber protein dapat diperoleh dari

protein hewani ( ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu

dan keju ) dan protein nabati ( kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,

kedelai, tahu dan tempe ). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu,

telur, keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan

vitamin B.

c. Sumber pengatur dan pelindung (Mineral, vitamin dan air) Unsur-unsur

tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan

pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh. Ibu menyusui minum air

sedikinya 2 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis

Page 133: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

132

menyusui). Sumber zat pengatur diperoleh dari semua jenis sayuran dan buah-

buahan segar.

d. Ukuran menu nutrisi ibu menyusui dalam sehari Jenis Makanan Usia Bayi 0-6

Bulan Usia Bayi > 6 Bulan Nasi 5 piring 4 piring Ikan 3 potong 2 potong Tempe

5 potong 4 potong Sayuran 3 mangkuk 3 mangkuk Buah 2 potong 2 potong

Gula 5 sendok 5 sendok Susu 1 gelas 1 gelas Air 8 gelas 8 gelas Tabel

Tambahan Makanan Untuk Ibu Menyusui Bahan Makanan Tidak Menyusui

(gr) Menyusui 0 – 6 bulan (gr) Menyusui 7 – 12 bulan (gr) Menyusui 13 – 24

bulan Beras 250 = nasi 500 gr/5 gelas 50 = nasi 100 gr/ 1 gelas 50 50 Protein

hewani 100 (2 potong) 50 (1 potong) 50 50 Telur 50 (1 butir) 50 (1 potong) 50

50 Protein nabati 100 (4 potong) 50 (2 potong) 50 50 Kacang hijau 25 (2,5

sdm) 51 (5 sdm) - - Sayuran 200 (2 gelas) 100 (1 gelas) 100 100 Buah 201 (2

potong) 100 (1 potong) 100 100 Minyak 25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25 Gula

25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25 Susu bubuk 25 (2,5 sdm) 50 (5 sdm) 50 25

Contoh Menu Makanan Ibu Nifas dalam 1 Hari a. Pagi Nasi : 2 sendok nasi

Tempe goreng : 1 potong sedang Telur ceplok : 1 butir Tumis kacang panjang

dan wortel : 1 mangkok kecil Susu : 1 gelas Snak pukul 10.00 WIB 1potong

pepaya 1Cangkir teh manis b. Siang Nasi : 2 sendok nasi Semur daging : 1

potong daging Tahu goreng : 1 bungkus Sayur bubur bayam : 1 mangkok kecil

Buah semangka : 1 iris sedang Snak pukul 16.00 WIB 1 potong pisang rebus 1

cangkir teh manis c. Malam Nasi : 2 sendok nasi Pepes ikan teri : 1 bungkus

Perkedel goreng : 1 buah Cah kangkung – taoge : 1 mangkok kecil Snak pukul

21.00-22.00 WIB Susu : 1 gelas Wafer : 1 bungkus

5. Makanan Yang Harus Dihindari Ibu Nifas

a. Kopi

Makanan yang cukup berbahaya dan perlu untuk dihindari selama Ibu dalam

masa menyusui adalah makanan dan minuman yang mengandung Kafein. Hal

ini dikarenakan kafein pada ibu menyusui tidak akan terbuang secara

sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI yang

dihasilkan.Pada akhirnya, ASI yang dihasilkan akan mengandung kafein dan

Page 134: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

133

tertelan oleh bayi. Akibatnya bayi dapat menjadi rewel dan sulit tidur,

dikarenakan mereka belum dapat mengeluarkan kafein dari dalam tubuh

sebaik orang dewasa.

b. Coklat

coklat dapat berbahaya bagi bayi yang sedang dalam masa menyusui.

Hal ini diakibatkan karena coklat mengandung kafein yang cukup tinggi,

yaitu antara 5-35 mg dalam setiap 30gram coklat. Hal ini seperti telah

dijelaskan sebelumnya, akan dapat membuat bayi sulit tidur.

c. Makanan Yang Pedas

Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada di dalam makanan

tersebut, sedikit banyak akan terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, dan akan

membuat perut anak menjadi panas (iritasi) dan bahkan dapat mengakibatkan

diare.

d. Overdosis Vitamin C

Kita semua tahu bahwa vitamin C akan dapat membantu untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan juga membantu untuk mempercepat

penyembuhan penyakit. Vitamin C jelas sangat baik untuk tubuh, tidak perlu

diragukan lagi.Tapi jangan sampai memakan vitamin C terlalu banyak,

karena vitamin C cenderung bersifat asam. Vitamin C yang terbawa terlalu

banyak di dalam ASI pada akhirnya akan dapat membuat perut bayi menjadi

perih dan juga membuat sistem pencernaan bayi terkena iritasi.Pada

umumnya, jika tubuh kita kelebihan vitamin C, maka akan dibuang melalui

sistem ekskresi (urin) sehingga secara umum tidak akan berbahaya. Akan

tetapi pada bayi yang masih kecil, sistem pencernaan mereka belum bekerja

dengan baik sehingga kelebihan vitamin C akan tersimpan lama di dalam

tubuh dan menimbulkan efek negatif.Konsumsi vitamin C sewajarnya saja,

sekitar 60 mg / hari, sesuai kebutuhan harian normal. Tidak perlu konsumsi

terlalu banyak, khawatir berefek negatif untuk bayi.

e. Lemak Jenuh & Lemak Trans

Page 135: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

134

Makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans akan dapat

berbahaya bagi perkembangan otak bayi. Hal itu dikarenakan lemak jenuh

dan lemak trans (trans fat) terbukti menghambat produksi omega 3, yang

sangat dibutuhkan oleh perkembangan otak bayi. Hindari makanan gorengan

yang memakai minyak bekas karena mengandung lemak jenuh yang tinggi.

Selain itu, hindari makanan fast food seperti hamburger dan hot dog karena

mengandung lemak trans (trans fat) yang berbahaya.

f. Alkohol & Nikotin

alkohol dan nikotin akan terbawa dalam ASI dan terkonsumsi oleh

bayi.Pada bayi, efek negatif alkohol (minuman keras) dan nikotin (rokok)

akan sangat terasa, di antaranya kecanduan terhadap kedua hal tersebut. Hal

ini akan membuat bayi pusing, lemah, sulit bangun dan juga produksi ASI

pun akan berkurang.

6. Dampak Apabila Ibu Nifas Kurang Gizi.

Dapat terjadi kekurangan nutrisi Yaitu kekurangan intake dari zat-zat

makanan terutama protein dan karbohidrat. Dapat mempengaruhi pertumbuhan,

perkembngan dan kognisi serta dapat memperlambat proses penyembuhan. Tipe-

tipe malnutrisi :

a. Defisiensi Nutrien ; contoh : kurang makan buah dan sayur menyebabkan

kekurangan vitamin C yang dapat mengakibatkan perdarahan pada gusi.

b. Marasmus ; kekurangan protein dan kalori sehingga terjadinya

pembongkaran lemak tubuh dan otot. Gambaran klinis : atropi otot,

menghilangnya lapisan lemak subkutan, kelambatan pertumbuhan, perut

buncit, sangat kurus seperti tulang dibungkus kulit.

c. kekurangan protein karena diet yang kurang protein atau disebabkan karena

protein yang hilang secara fisiologis (misalnya keadaan cidera dan infeksi).

Ciri-cirinya : lemah, apatis, hati membesar, BB turun, atropi otot, anemia

ringan, perubahan pigmentasi pada kulit dan rambut.

Page 136: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

135

20. LAMPIRAN 8.

LEAFLET NUTRISI IBU POST PARTUM.docx

Melina Novita Sari

P1337420514018

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN MAGELANG

Page 137: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

136

Page 138: LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. D ...

137