BAB 1KONSEP MEDISA. PENGERTIANSOL (Space Occupying Lesion)
merupakan generalisasi masalah mengenai adanya lesi pada ruang
intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat beberapa
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada intracranial
(Smeltzer & Bare, 2013).Tumor otak adalah lesi oleh karena ada
desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di otak, meningen dan
tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf
pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat
adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial
atau dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh
sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang berasal dari
sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal
dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh darah dan
selaput otak. (Fransisca, 2008: 84). Kranium merupakan tempat yang
kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan
meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama
kali dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga
cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dangan gangguan
sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan
tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal
dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti
diatas.B. ETIOLOGIGejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan
daerah otak yang terkena. Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan
lokal, seperti pada ketidaknormalan sensori dan motorik. Perubahan
pengelihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-bagian
berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada bagiannya
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya
tumor.1. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
dan menggunakan bahasa cabul.2. Tumor cerebellum (atur sikap badan
/ aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan
yang sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak
terkoordinasi dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja)
biasanya menunjukkan gerak horizontal.3. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang
jarksonian dimana kejang terletak pada satu sisi.4. Tumor lobus
frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status
emosional dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
dan menggunakan bahasa cabul.5. Tumor intra cranialDapat
menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara
dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor
yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang
sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.6. Tumor
sudut cerebelopointinBiasanya diawali pada jaring saraf akustik dan
memberi rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteristik
gejala pada tumor otak.
Gejala pertama :
Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan
saraf-saraf yang mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf
cranial ke VIII / vestibulochorlearis / oktavus)
Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan
dengan cranial ke V/trigemirus) Terjadi kelemahan atau paralisis
(keterbatasan saraf cranial ke VII / fecialis) Pembesaran tumor
menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik
(aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)
C. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)1. Tanda dan gejala
peningkatan TIK :
a) Sakit kepala
b) Muntah
c) Papiledema
2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang
terkena ) :
a) Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang
terletak pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
b) Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral
(hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang
berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.c) Tumor
serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi
dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
d) Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status
emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien
sering menjadi ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat
diri
e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo,
tuli (gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada
wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf
kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik.
f) Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada
lansia. ( Brunner & Sudarth, 2003 ; 2170 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. CT Scan : Memberi informasi spesifik
mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya
edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem
vaskuler. 2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan
tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang
menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan3. Biopsi
stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.4.
Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak
tumor5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak
abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan
untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang (Doenges,
2000).F. PENATALAKSAAN MEDISTumor otak yang tidak terobati
menunjukkan ke arah kematian, salah satu akibat peningkatan TIK
atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor. Pasien dengan
kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan segera
bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis,
kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian
(dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik
pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital
seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma
maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak
mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan
TIK, mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari
tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal
atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor
otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap
transplantasi sum-sum tulang autologi intravens digunakan pada
beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi
karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap
adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi
radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal
ini bisa digunakan pada klien :
a) Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan
terapi radiasib) Setelah tumor recurancec) Setelah lengkap tindakan
radiasi3. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga
titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan
fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti
paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan
untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT, sedangkan untuk
menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan
pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan
Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor.G.
KOMPLIKASI
Komplikasi setelah pembedahan dapat disebabkan efek depresif
anestesi narkotik dan imobilitas. Echymosis dan edema periorbital
umumnya terjadi setelah pembedahan intracranial. Komplikasi khusus
/ spesifik pembedahan intrakranial tergantung pada area pembedahan
dan prosedur yang diberikan, misalnya :
1. Kehilangan memory2. Paralisis3. Peningkatan ICP4. Kehilangan
/ kerusakan verbal / berbicara5. Kehilangan / kerusakan sensasi
khusus6. Mental confusionPeningkatan TIK yang disebabkan edema
cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan
intrakranial, dengan manifestasi klinik :
1. Perubahan visual dan verbal2. Perubahan kesadaran (level of
conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala3. Perubahan
pupil4. Kelemahan otot / paralysis5. Perubahan pernafasanDisamping
terjadi komplikasi diatas, ada beberapa juga temuan gangguan yang
terjadi yaitu :
1. Gangguan fungsi neurologis.Jika tumor otak menyebabkan fungsi
otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan menyebabkan
pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot
tidak terkoordinasi dan ristagmus ( gerakan mata berirama tidak
disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.2. Gangguan
kognitif. Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami
gangguan sehingga dampaknya kemampuan berfikir, memberikan
rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi
dan memerhatikan juga akan menurun.3. Gangguan tidur & mood
Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga
hormone melatonin menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit
tidur, badan malas, depresi, dan penyakit melemahkan system lain
dalam tubuh.4. Disfungsi seksuala) Pada wanita mempunyai kelenjar
hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang berlebihan
dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau aliran
spontan susu )b) Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan
impotensi dan hipogonadisme.c) Gejala pada seksualitas biasanya
berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.H.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN PRIMER1. AirwayAdanya sumbatan/obstruksi jalan napas
oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika
ada obstruksi maka lakukan :
a) Chin lift / jaw trust
b) Suction / hisap
c) Guedel airway
d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada
posisi netral.2. BreathingKelemahan menelan/ batuk/ melindungi
jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak
teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor,
stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.3. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia,
kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap
lanjut.4. DisabilityMenilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar,
hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.
Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan
cepat adalah dengan metode AVFUAwake: A, Respon bicara :V, Respon
nyeri : P, Tidak ada respon : U5. EksposureLepaskan baju dan
penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin
ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi inline harus dikerjakan.
PENGKAJIAN SEKUNDER1. Identitas klien : nama, usia, jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
masuk rumha sakit dan askes.2. Keluhan utama : nyeri kepala
disertai penurunan kesadaran.3. Riwayat penyakit sekarang : demam,
anoreksi dan malaise peninggian tekanan intrakranial serta gejala
nerologik fokal.4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak
menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi
paru paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung
(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).5. Aktivitas /
istirahatGejala : malaiseTanda : Ataksia, masalah berjalan,
kelumpuhan, gerakan involunter.6. Pemeriksaan Fisik
a) SirkulasiGejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti
endokarditisTanda : TD : meningkat
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
pada vasomotor).b) EliminasiGejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya
inkonteninsia dan atau retensi.c) NutrisiGejala : Kehilangan nafsu
makan, disfagia (pada periode akut)Tanda : Anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek, membran mukosa
kering.d) Hygiene
Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua
kebutuhan, perawatan diri (pada periode akut).e) NeurosensoriGejala
: Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan.Tanda : Penurunan status mental dan kesadaran.
Kehilangan memori,
sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor
(peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.f) Nyeri /
kenyamananGejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan, leher / pungung kaku.Tanda : Tampak terus terjaga,
menangis / mengeluh.g) PernapasanGejala : Adanya riwayat infeksi
sinus atau paruTanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal).
Perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisahh) KeamananGejala :
adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis, telinga
tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.I.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan
serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL dibuktikan dengan
perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubaan respon
motorik / sensori, gelisah dan perubahan tanda vital
Kriteria Hasil : Pasien akan dipertahankan tingkat kesadaran,
perbaiakan kognitif, fungsi motorik/sensorik, TTV stabil, tidak ada
tanda peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)Intervensi :
a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan
nilai standar ( GCS )
c. Pantau TTV
d. Kaji perubahan penglihatan dan keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan, batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
g. Auskultasi suara napas, perhatikan adananya hipoventilasi,
dan suara tambahan yang abnormal Kolaborasi :
h. Pantau analisa gas darah
i. Berikan obat sesuai indikasi : deuretik, steroid,
antikonvulsan
j. Berikan oksigenasi
2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d
kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif.
Kriteria Hasil : pasien dapat, dipertahanakan pola nafas
efektif, bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman
pernapasan
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi
miringsesuai indikasi
c. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
d. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari
10 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan
sekret
e. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
Kolaborasi:
f. Berikan O2 sesuai indikasi
g. Lakaukan fisioterapi dada jika ada indikasi
3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf
oleh SOL, peningkatan TIK, ditandai dengan : menyetakan nyeri oleh
karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku
berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap
toleransi aktivitas, penyempitan fokus pad dirisendiri, wajah
menahan nyeri, perubahna pola tidur, menarik diri secara fisik
Kriteria Hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjukan
perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri .
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi, dan frekuensi
nyeri yang dirasakan klienb. Observasi keadaan nyeri nonverbal
(Misal : ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri,
diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
c. Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang
tenang
d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan
sesuai kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika
pasien dapat toleransi terhadap sentuhan
f. Sarankana pasien untuk menggunakan persyaratan positif saya
sembuh atau saya suka hidup ini
Kolaborasi :
g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
h. Berikan antiemetiksesuai indikasi
4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris,
transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis),
ditandai denagg disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang,
inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi
auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan
proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola
perilaku
Kriteria Hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran
dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan
adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya
hidup.
Intervensi :
a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara,
afektif, sensoris dan proses pikir
b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas /
dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan
letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan
c. Observasi repon perilaku
d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu,
taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan
psikologis
Kolaborasi :
f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan,
(anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual) dibuktikan oleh :
keluhan masukan makanan tidak adekuat, kehilangan sensasi
pengecapan, anoreksia, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, BBI
< 10 %, penurunan penumpukan lemak/masa otot, sariawan, rongga
mulut terinflamasi, diare,konstipasi, kram abdomen.
Krieteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan berat badan
stabil, mengungkapkan pemasukan adekuat, berpartisipasi dalam
intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
Intervensi :
a. Pantau masukan makanan setiap hari
b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
c. Dorong pasien untuk makandiit tinggi kalori kaya nutrien
sesui program
d. Kontrol faktor lingkungan ( bau, bising ) hindari makanan
terlalu manis, berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan
e. Identifikasi pasien yang mengalami mual / muntahKolaborasi
:
f. Pemberian anti emetik dengan jadwal reguiler
g. Vitamin A, D, E dan B6
h. Rujuk kepada ahli diit
i. Pasang / pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan
enteralDAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F. (2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.Brunner &
Suddarth (2003). Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.Doenges M.E, Moorhouse M.F & Geissler
A.C (2009). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasin Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012).
Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta:
EGC.Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.
Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Price, S. A., &
Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ Proses
Penyakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Wilkinson, J.M.
& Ahern R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Edisi Ke-9 Penerbit :
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Idiopatik
( Suddart & Brunner. 2003)
Gang. Rasa nyaman (Nyeri)
Menisefalon tekanan
Hidrosefalus
Obstruksi vena di otak
Penyerapan cairan otak
Resti. Cidera
Mual, muntah, papileodema, pandangan kabur, penurunan fungsi
pendengaran, nyeri kepala
Cemas
Gang. komunikasi verbal
Bicara terganggu, afasia
Ancaman kematia
Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang.pernafasan
Perubahan proses pikir
Peningkatan TIK
Disorientasi
Defisit neurologis
Kerusakan Jar. Neuron ( Nyeri )
Gang. Suplai darah
Hipoksia jaringan
Invasi jaringan otak
Nekrosis jar. otak
Penekanan jaringan otak
Tumor otak
Bertambahnya massa
Aspirasi sekresi
Obstruksi jalan nafas
Dispnea
Henti nafas
Perubahan pola nafas
Gang. Perfusi Jaringan
Gang. Fungsi otak
Oedema
Gang. Neurologis fokal
Kejang
Hernialis ulkus
Gang. kesadaran
Gang. Pertukaran gas