2
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh
akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan
jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas
pertumbuhannya. Salah satu alternatif perawatan yang dapat
dilakukan pada lesi tumor ialah dengan bedah eksisi. Bedah eksisi
merupakan suatu tindakan pembedahan yang mengambil keseluruhan lesi
meliputi jaringan normal yang berada sekitar 2-3 mm di sekeliling
lesi. Indikasi dari tindakan eksisi yaitu lesi bersifat benigna
atau jinak, dan bentukkan dari lesi sebisa mungkin tidak perlu
dilakukan pengambilan dengan proses mutilasi. Bedah eksisi diawali
dengan melakukan aseptik pada daerah eksisi menggunakan betadin,
kemudian melakukan anestesi lokal dengan teknik infiltrasi
menggunakan citoject di daerah sekeliling mucocele. Imobilisasi
lidah dilakukan sebelum mengeksisi lesi menggunakan sponge atau
melakukan penjahitan pada ujung lesi menggunakan benang 3-0/4-0.
Berikut bentuk eksisi beberapa lesi di lidah yaitu:
1. Elips: lesi superfisial.
2. Elips modifikasi: lesi yang lebih dalam seperti mukokel,
mioblastoma sel granular, lipoma, neurofibroma.
3. Segitiga dengan full thickness triangular wedge: lesi di
bagian lateral lidah.
4. Bedah dengan elektrokauter: lesi berukuran kecil, diawali
dengan melakukan sklerosis untuk lesi yang lebih besar.
5. Reduksi glosopasti: Limfangioma dengan adanya makroglosia
& tidak dimungkinkan dilakukan sklerosis.
Ilustrasi dari tahapan eksisi dapat dilihat dari gambar 1.
(3) (2) (1)
(6) (5) (4)
Gambar 1. Eksisi lesi.
Penjahitan kemudian dilakukan setelah lesi dieksisi dengan
teknik simple interrupted menggunakan benang chromic cat gut
monofilament natural absorbable. Pemberian medikamentosa berupa
antibiotik, analgetik, dan antiseptik kepada pasien.
Lidah merupakan kantung epitel yang berisi otot dan mudah
bergerak. Lesi yang umumnya mengenai lidah yaitu lesi yang bersifat
epitelial, muskular atau melibatkan suplai neurovaskular. Berbagai
macam neoplasma epitel dan mesenkim jinak serta reaksi proliferasi
dapat timbul di lidah, diantaranya:
1. Papiloma Lidah
a. Definisi.
Papiloma merupakan tumor jinak epitel yang cukup banyak
ditemukan di daerah oral yaitu mewakili 3% dari sejumlah lesi oral.
Lesi ini disebabkan oleh virus Human Papilloma yang menyerang
epitel. Jenis epitel yang terserang ialah epitel berlapis pipih
yang didukung oleh jaringan ikat di bawahnya. Lesi ini umumnya
tidak menular, dapat terjadi pada semua kalangan usia khususnya
usia 30-50 tahun. Lesi ini dapat ditemukan pada seluruh permukaan
oral, berdasarkan laporan kasus area yang sering terkena yaitu
lingual, labial, dan mukosa bukal. Jenis papiloma yang paling
banyak menyebabkan masalah pada rongga mulut ialah jenis Papiloma
Skuamosa. Human Papilloma Virus (HPV)-6 dan HPV-11 merupakan tipe
virus yang paling banyak ditemukan pada Papiloma Skuamosa.
Gambar 2. Papiloma pada lidah dan bibir (kiri-kanan)
b. Gambaran Klinis
Gambaran khas pada lesi ini yaitu berupa massa lembut,
pedunculated dengan permukaan yang seperti jari-jari dan ukuran
bervariasi. Lapisan keratin terkadung pada sebagian lesi ini
khususnya pada bagian permukaan lesi. Lapisan keratin dalam jumlah
yang relatif banyak akan menyebabkan lesi berwarna putih dan
berbentuk yang bulat pendek seperti kembang kol. Lesi yang
mengandung keratin dalam jumlah sedikit akan berwarna merah muda.
Konsistensi dari lesi ini ialah lunak dan bersifat
asimptomatik.
c. Histopatologis
Gambaran mikroskopis dari lesi ini yaitu sebagai tonjolan
eksofitik yang dapat keluar dari tangkai atau dasar sesil. Bagian
tengah dari lesi yang fibrovaskular menyangga lapisan parakeratin
tebal yang bertumpang tindih dengan lapisan spinosum papiler.
Kondiloma yang berhubungan dengan virus papiloma manusia melapisi
sebagian besar papiloma di rongga mulut dalam wujud penebalan
epitel.
d. Terapi dan prognosis
Terapi yang paling efektif hingga saat ini ialah pengangkatan
massa dengan bedah eksisi. Pemeriksaan patologis anatomis dapat
dilakukan setelahnya untuk mengetahui kandungan dari lesi untuk
dilakukan evaluiasi lesi nantinya.
Kekambuhan sangat jarang terjadi sehingga prognosis dari
penyakit ini ialah cukup baik. Papiloma tidak menyebar ke bagian
lain dari rongga mulut, atau berubah menjadi tumor ganas.
Sifat-sifat tersebut menyebabkan papiloma digolongkan ke dalam
neoplasma jinak.
2. Mukokel
Salah satu penyebab dari penyakit pada rongga mulut ialah
glandula saliva. Kista merupakan salah satu penyakit yang mengenai
glandula saliva yaitu berupa mukokel dan ranula. Mukokel merupakan
suatu kista retensi/ekstravasasi dari glandula saliva minor.
Mukokel menunjukkan jumlah prevalensi yang relatif sedikit
berdasarkan data dari beberapa hasil penelitian. Dokter gigi harus
tetap mengetahui gambaran klinis mukokel, mekanisme terjadinya,
diagnosa banding dan perawatannya walaupun prevalensi lesi ini
relatif sedikit. Hal tersebut ditujukan agar dampak buruk ataupun
gangguan yang diakibatkan oleh mukokel dapat teratasi.
a. Definisi
Mukokel merupakan lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang
diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin
ke jaringan lunak di sekitarnya. Lesi ini dapat terjadi di bibir,
mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Lesi ini melibatkan
glandula saliva mayor (glandula parotis, submandibula,
sublingualis) dan glandula saliva minor.
Glandula saliva minor yang palimg umum terlibat pada kasus
mukokel. Area glandula saliva minor yang dapat terkena antara lain
yaitu lapisan mukosa rongga mulut, terutama di mukosa pipi,
palatum, baik palatum durum maupun palatum molle, mukosa lingual,
mukosa bibir, dan juga terdapat di uvula, dasar mulut, bagian
posterior lidah, dasar atau ventral lidah, daerah sekitar
retromolar, daerah peritonsillar, dan sistem lakrimal. Cairan mukus
ialah hasil utama dari glandula saliva minor kecuali pada glandula
Von Ebners yang berada pada papilla circumvalata lidah.
Gambar 3. Glandula Saliva.
b. Etiologi
Etiologi dari mukokel antara lain:
i. Trauma, baik trauma lokal atau mekanik pada duktus glandula
saliva minor, untuk tipe ini disebut mukus ekstravasasi. Trauma
terjadi akibat pengunyahan, atau kebiasaan buruk seperti menghisap
mukosa bibir diantara dua gigi yang jarang, menggigit-gigit bibir,
kebiasaan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah pada permukaan
gigi rahang bawah (biasanya pada anak yang memiliki kebiasaan minum
susu botol atau dot), dan lain-lain. Duktus glandula saliva minor
rusak setelah terjadi trauma kemudian saliva keluar menuju lapisan
submukosa, cairan mukus terdorong dan sekresinya tertahan lalu
terbentuk inflamasi. Hal tersebut menyebabkna adanya penumpukan
jaringan granulasi di sekeliling kista yang mengakibatkan
penyumbatan pada daerah tersebut dan terbentuk pembengkakan lunak,
berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa mulut yang disebut
mukokel.
ii. Terdapat genangan mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat
dan melebar, tipe ini disebut mukus retensi. Plug mukus dari
sialolith atau inflamasi pada mukosa yang menekan duktus glandula
saliva minor menyebabkan genangan mukus dalam duktus ekskresi yang
tersumbat dan melebar. Penyumbatan kemudian akan terjadi pada
duktus glandula saliva minor tersebut dan dilatasi akibat cairan
mukus yang menggenang serta menumpuk pada duktus glandula saliva.
Duktus pada akhirnya ruptur dan lapisan subepitel akan digenangi
oleh cairan mukus serta menimbulkan mukokel.
c. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang khas dari mukokel yaitu massa atau
pembengkakan lunak yang berfluktuasi, berwarna translusen kebiruan
atau terkadang berwarma seperti warna mukosa mulut, dan asimmatik.
Ukuran lesi ini berdiameter 1 mm-1cm.
Gambar 4. Mukokel pada lidah.
d. Histopatologis
i. Mukokel tipe ekstrsavasasi mukus: glandula yang dikelilingi
oleh jaringan granulasi
Gambar 5. Histologis mukokel tipe ekstrsavasasi mukus
ii. Mukokel tipe retensi mukus: gambaran glandula yang
dikelilingi oleh epithelial lining.
Gambar 6. Histologis mukokel tipe retensi mukus.
e. Terapi dan prognosis
Perawatan mukokel dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
gangguan fungsi mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan
keberadaan massa. Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan
faktor penyebab dan pembedahan massa. Penanggulangan faktor
penyebab dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya rekurensi.
Pembedahan massa dibagi atas tiga jenis, yaitu eksisi,
marsupialisasi, dan dissecting. Pemilihan teknik pembedahan
tergantung kepada ukuran dan lokasi massa.
Eksisi mukokel dengan memakai modifikasi teknik elips, menebus
mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Lesi dipotong dan
kemudian dilakukan pengambilan glandula mukos asesoris, dan
penutupan dengan jahitan interuptted.
LAPORAN KASUS
Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 25 Maret 2015
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama: K
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Umur: 48 tahun
4. No. RM: 12.37.93
B. Pemeriksaaan Subjektif
1. Status Umum Pasien
a. Kondisi Pasien: Compos mentis
b. Berat Badan: 70 kg
c. Tinggi Badan: 160 cm
d. Tekanan Darah: 140/80 mmHg
e. Nadi: 94 x/menit
f. Nafas: 24 x/menit
g. Suhu: 36,5 C
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama:
Pasien wanita 48 tahun datang dengan keluhan yaitu terdapat
benjolan di ujung lidah dan kepala agak pusing.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Benjolan sudah ada 1 tahun, tidak sakit, membesar, memerah saat
kondisi tubuh menurun, tidak pernah berdarah atau mengeluarkan
nanah.
c. Riwayat Penyakit Gigi: tidak diketahui
d. Riwayat Penyakit Sistemik: tidak dicurigai adanya penyakit
sistemik.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terdapat riwayat riwayat
oenyakit keluarga yang terkait.
f. Riwayat Sosial Ekonomi : Pasien ialah seorang pegawai.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Wajah: Pemeriksaan inspeksi yaitu simetris, bengkak (-);
palpasi
benjolan (-)
b. Mata: Sejajar
1) Warna Kulit: Normal
2) Warna Sklera: Normal
3) Warna Kelopak Mata Bagian Dalam: Normal
c. Leher: Normal
d. Bibir: dalam batas normal
e. Lymphonodi:
1) Ln. Occipitalis: Normal
2) Ln. Post Auricular: Normal
3) Ln. Pre Auricular: Normal
4) Ln. Parotid: Normal
5) Ln. Submandibula: Normal
6) Ln. Submentalis: Normal
7) Ln. Superficial Cervical Anterior: Normal
8) Ln. Cervical Posterior: Normal
9) Ln. Supracavicula: Normal
f. TMJ: Normal
2. Pemeriksaan Intra Oral
a. Mukosa : licin, hiperemis (-), edem (-)
b. Perdarahan Interdental: tidak ada
c. Gingiva Rahang Atas : hiperemis (-), edema (-), abses (-)
d. Gingiva Rahang bawah: hiperemis (-), edema (-), abses (-)
e. Palatum: normal
D. Status lokalis
Mukosa anterior atau apeks lidah
Inspeksi: Tampak benjolan berwarna lebih pucat dari daerah
sekitar, dan permukaan tampak licin.
Palpasi: Benjolan berukuran 1 cm, konsistensi lunak, permukaan
tidak berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, dan nyeri tekan
(-).
Gambar 1. Gambaran klinis nodula pada lidah.
Peta mukosa rongga mulut
Gambar 2. Peta Mukosa Rongga Mulut
Keterangan:
1. Sudut mulut dekstra
2. Mukosa bukal dekstra
3. Sudut mulut sinistra
4. Mukosa bukal sinistra
5. Bibir permk. dalam; Atas
6. Bibir permk. dalam; Bawah
7. Mukobukofold maksila posterior dekstra
8. Mukobukofold maksila anterior
9. Mukobukofold maksila posterior sinistra
10. Mukobukofold mandibula posterior dekstra
11. Mukobukofold mandibula anteror
12. Mukobukofold mandibula posterior sinistra
13. Gingiva bukalis posterior-dekstra maksila
14. Gingiva labialis anterior maksila
15. Gingiva bukalis posterior sinistra maksila
16. Gingiva bukalis posterior dekstra mandibula
17. Gingiva labialis anterior mandibula
18. Gingiva bukalis posterior sinistra mandibula
19. Gingiva lingualis posterior dekstra maksila
20. Gingiva lingualis anterior maksila
21. Gingiva lingualis posterior sinistra maksila
22. Gingiva lingualis posterior dekstra mandibula
23. Gingiva lingualis anterior mandibula
24. Gingiva lingualis posterior sinistra mandibula
25. Dasar mulut posterior dekstra
26. Dasar mulut anterior
27. Dasar mulut posterior sinistra
28. Ventral lidah dekstra
29. Ventral lidah sinistra
30. Lateral dekstra lidah
31. Lateral sinistra lidah
32. Anterior/ apeks lidah
33. 2/3 anterior dorsum lidah dekstra
34. 2/3 anterior dorsum lidah sinistra
35. 1/3 posterior lidah
36. Palatum durum dekstra
37. Palatum durum sinistra
38. Palatum mole dekstra
39. Palatum mole sinistra
40. Arcus palatoglosus dekstra
41. Arcus palatoglosus sinistra
42. Labium superior
43. Labium Inferior
Deskripsi lesi/ kelainan yg ditemukan:
No 32: Terdapat lesi primer berupa nodula berbentuk bulat
berwarna putih kemerahan berdiameter 1 cm, lokasi di mukosa
anterior/ apeks lidah, dan tidak sakit, konsistensi lunak, pada
penekanan lesi tidak menjadi cekung, permukaan tidak
berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, fluktuasi (+), nyeri tekan
(-), tidak terfiksasi pada Apeks lidah. Mukosa yang menutupi
benjolan teraba tegang.
E. Diagnosis Sementara
Pengambilan data laporan kasus yang dilakukan ialah sebelum
pasien dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap lesi yang
dikeluhkannya, sehingga penulis hanya dapat membuat diagnosa
sementara yang memiliki karateristik yang sesuai dengan pemeriksaan
yang telah dilakukan. Penulis telah berdiskusi dengan operator yang
langsung menanangani pasien ini. Diagnosa sementara yang ditetapkan
ialah sebagai berikut:
1. Oral Papiloma Skuamosa atau Oral Wart di Apeks lingual
2. Mukokel Lingual
F. Diagnosa Banding
Diagnosa banding dari lesi tersebut antara lain:
1. Lipofibroma, Miofibroma, Neurofibroma, dan Fibroma
Traumatik
2. Rhabdomyoma
3. Hemangioma
4. Lipoma
5. Keratoacanthoma
6. Granuloma pyogenicum
7. Granular cell tumor
G. Pemeriksaan Penunjang
Berikut pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosa, antara lain:
1. Radiografi Panoramik, Tomografi, CT-Scan, dan MRI
2. Radionuclide Imaging
3. Biopsi untuk patologis anatomi
4. Sialografi
H. Penatalaksanaan
Kunjungan ke I : 15/03/2015
Anamnesa, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, menetapkan
diagnosa sementara dan perujukan kepada drg. Handoko, Sp. BM.
Kunjungan ke II : 16/03/2015
Anamnesa, pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, menetapkan
diagnosa dan tatalaksana berupa eksisi biopsi, serta pemberian
medikasi sebagai berikut:
R/ Paracetamol 500 mg X
p.r.n. tab I
Kunjungan ke III : 25/03/2015
Kontrol lesi yang terdapat di lidah. Keadaan umum pasien baik,
benjolan masih ada, sedikit membesar, namun tidak nyeri.
Penjadwalan tatalaksana berupa pro eksisi lesi dan melakuakn
pemeriksaan patologi anatomi tanggal 25 April 2015.
J. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
PEMBAHASAN
Riwayat keluhan yang didapatkan dari anamnesis dalam kasus ialah
terdapat benjolan di ujung lidah dan kepala agak pusing. Benjolan
sudah ada 1 tahun, tidak sakit, tidak membesar, memerah saat
kondisi tubuh menurun, tidak pernah berdarah atau mengeluarkan
nanah. Pada pemeriksaan ekstraoral, tidak didapatkan asimetri wajah
maupun pembesaran limfonodi. Pada pemeriksaan intraoral, pada
bagian ujung bagian anterior lidah didapatkan benjolan dengan warna
lebih pucat dari daerah sekitar, tampak berisi jaringan padat,
permukaan tampak licin. Benjolan berukuran 1 mm, konsistensi lunak,
pada penekanan lesi tidak menjadi cekung, permukaan tidak
berbenjol-benjol, tidak mudah berdarah, dan nyeri tekan (-).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebelum pemeriksaan
patologi anatomi paska eksisi biopsi dapat ditarik diagnosis
sementara pasien tersebut adalah papiloma dan mukokel. Rencana
terapi pada pasien ini adalah eksisi, yakni dengan mengangkat
keseluruhan dari lesi.
DAFTAR PUSTAKA
Bruch dkk., 2010,Clinical Oral Medicine And Pathology, Humana
Press, London.
Eversole,L.R., 2011,Clinical Outline Of Oral Pathology:
Diagnosis And Treatment. Ed.4, PMPH, USA.
Farissa, P., 2015, Papiloma, diunggah tanggal 25 Maret 2015 pada
https://id.scribd. com/doc/48854468/papiloma-css.
Fraqiskos,. 2011,Oral Surgery, Ed, 1, Springer, Berlin.
Greenberg dkk., 2008,Burkets Oral Medicine, Ed.11, BC Decker
Inc, India.
Langlais & Miller., 1998, Atlas Berwarna Kelainan Rongga
Mulut Yang Lazim, Alih bahasa, Budi Susetyo. Editor Lilian Juwono,
Jakarta. Hipokrates.
Nitiyoso, N., Nugroho, N. Y., Donny, N. B. D., dan Oktaviati,
2009, Tumor Gigi dan Mulut, dengan Narasumber drg. C. Rini
Supriati, Sp. BM, diunggah tanggal 25 Maret 2015 pada
http://www.docstoc.com/docs/111699936/0c4b25993efcb013
8b21694447a310240cca5a03.
Pedersen, GW., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Alih bahasa
Purwanto & Basoeseno, Jakarta: EGC.
Robbins dan Kumar, 2002, Buku ajar Patologi II, Edisi 7,
Jakarta. EGC.
1