Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran pada sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi, yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah. B. TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan pesawat waterpass Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat theodolit Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat total station Mahasiswa dapat terampil membidik ( mengincar ) lurus dalam menancapkan jalon – jalon atau patok – patok di lapangan 1
240

Laporan Iut Pre-fix

Jul 08, 2016

Download

Documents

laporan iut
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Iut Pre-fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang

pengukuran pada sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan

bumi, yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah

tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan

tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan

dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah

Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan pesawat waterpass

Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat theodolit

Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat total station

Mahasiswa dapat terampil membidik ( mengincar ) lurus dalam

menancapkan jalon – jalon atau patok – patok di lapangan

Mahasiswa dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh

bangunan atau rintangan

Mahasiswa dapat melaksanakan dan mengukur profil memanjang

dan melintang

Mahasiswa dapat melaksanakan pengukuran traversing

Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembuatan garis kontur

Mahasiswa dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dan

tertutup

BAB II

1

Page 2: Laporan Iut Pre-fix

DASAR TEORI

Dalam pekerjaan pengukuran progress mining atau survey perlu digunakan

alat-alat untuk mempermudah penyelesaian pengambilan data-data. Jenis alat

yang digunakanpun sangat mempengaruhi kecepatan dan ketepatan dalam

pekerjaan tersebut. Alat yang umum digunakan dalam pengukuran di lapangan

adalah

1. Pesawat waterpass

2. Theodolit

3. Total station

Ruang lingkup pemetaan dari Ilmu Ukur Tanah adalah:

1. Tahap pengambilan data

Pada tahap pengambilan data (Pengukuran) terdapat 3 faktor

yang dapat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran yaitu :

Kestabilan peralatan dalam pengukuran

Keterampilan si pengukur

Keadaan alat pada saat pengukuran.

2. Tahap pengolahan data

Pada tahap ini ada hal penting yang harus kita perhatikan yaitu:

Hasil pengukuran terhadap penyimpangan yang terjadi

pada tahap pengukuran

Proses perhitungan yang dapat menyangkut permukaan

tiada tentu (permukaan yang rumit)

3. Tahap penggambaran (penyajian data)

Pada tahap ini terdapat hal yang patut diperhatikan yaitu

pemakaian/pemilihan skala.

Alat-Alat Yang di Gunakan dalam Pengukuran

2

Page 3: Laporan Iut Pre-fix

1. Pesawat Waterpass

Waterpass digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi antara

patok dengan cara menempatkan pesawat waterpass di tengah-tengah

antar dua patok kemudian menembak ke arah muka dan belakang.

Pembacaan alat yaitu berupa benang atas (BA), benang tengah (BT), dan

benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang, waterpass terbatas

pada azimuth untuk /2 dan azimuth (/2 + 180o) yang diukur adalah jarak

terhadap alat dan ketinggian di atas tanah.

a). Ketelitian / Kesalahan Dalam Pengukuran Waterpass

Dalam pengukuran sering kali terjadi kesalahan yang mungkin terjadi pada

saat pengukuran. Kesalahan ada 3 macam, yaitu : kesalahan akibat fakror alat,

kesalahan akibat faktor manusia, dan kesalahan akibat faktor alam.

Kesalahan akibat faktor alat :

Kaki statif rusak

Nivo untuk mendatarkan permukaan rusak, dll

Kesalahan akibat faktor manusia :

Kesalahan dalam pembacaan rambu

Kesalahan dalam menegakkan rambu

Kesalahan dalam mencatat / menghitung

Kesalahan dalam mengatur nivo, dll

Kesalahan akibat faktor alam :

3

Page 4: Laporan Iut Pre-fix

Kesalahan akibat pengaruh cuaca

Kesalahan akibat gempa bumi, dll

Untuk menetapkan apakah hasil pengukuran ini dapat dipakai atau tidak, maka

diberi suatu nilai toleransi kesalahan dalam pengukuran.

Toleransi adalah suatu kesalahan maksimum yang masih dapat dijinkan, sehingga

dari hasil pengukuran dapat ditetapkan dua alternatif :

1. Kesalahan > toleransi, maka hasil pengukuran ditolak

2. Kesalahan < toleransi, maka hasil pengukuran diterima

b) PELAKSANAAN PENGUKURAN.

Cara pelaksanaan pengukuran di lapangan :

Pertama – tama melakukan pengecekan  alat – alat, seperti :

1. Pesawat waterpass dan kaki statif

2. Rambu ukur / baak ukur

3. Patok / paku paying

4. Alat mencatat dan dash board

5. Payung

a. Penyetelan alat

Sebelum dipakai, pesawat harus di stel terlebih dahulu, seperti :

1. Pasang kaki statif terlrbih dahulu dan usahakan posisi dari kaki

tersebut datar.

2. Pesawat di letakkan diatas statif dengan memutar sekrup pengunci

yang ada di kaki statif tersebut

3. Setel nivonya dan usahakan pas di tengah – tengah supaya

mendapatkan hasil ketelitian yang maksimal. Untuk menyetel nivo

dapat menggerakkan sekrup yang ada pada pesawat atau dengan

cara lain yaitu dengan menggerakkan kaki statif naik – turun.

4. Usahakan teropong menghadap titik pertama yang akan kita

tembak / baca dengan sudut 0  dan setelah menembak titik tersebut,

maka pesawat diputar searah jarum jam sehingga membentuk sudut

180 .

b. Cara Pengukuran :

4

Page 5: Laporan Iut Pre-fix

1. Tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan

sebelumnya, kemudian taruh baak ukur ketitik mula – mula,

misalkan titik BM ke titik A. Ukur kedua jarak tersebut.

2. Kita tempatkan pesawat di tengah – tengah antara titik BM dan

titik A.

3. Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT ,dan

BB dan bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang. Selanjutnya

pesawat diputar searah jarum jam ke titik A kemudian dibaca BA,

BT, dan BB dan dinamakan bacaan muka.

4. Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A.

Kemudian kita letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat

dengan arah yang sama dan mengikuti arah melintang dari titik –

titik arah memanjang.

5. Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah – tengah antara titik

A dan titik B. Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A kemudian

kita baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan belakang.

Seterusnya pesawat kita putar dengan searah jarum jam ke titik B

kemudian di baca BA, BT, dan BB dan dinamakan bacaan muka.

6. Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang

dengan cara yang sam seprti diatas.

7. Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk

pengukuran memanjang dengan cara yang sama seperti diatas.

Setelah itu dilanjutkan dengan pengukuran melintang. Begitu

seterusnya sampai titik terakhir dan dilanjutkan dengan

pengukuran memanjang pulang.

8. Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta elevasi

dapat ditentukan dengan rumus yang ada.

2. Theodolit

5

Page 6: Laporan Iut Pre-fix

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk

menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda

dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam

theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).

Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,

theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan

situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya

menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º.

Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan

kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering

digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan

pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu

bangunan bertingkat.

A. BAGIAN – BAGIAN DARI THEODOLIT

Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :

1. Bagian atas, terdiri dari :

o Teropong / Teleskope

o Nivo tabung

o Sekrup Okuler dan Objektif

o Sekrup Gerak Vertikal

o Sekrup gerak horizontal

o Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal

6

Page 7: Laporan Iut Pre-fix

o Nivo kotak

o Sekrup pengunci teropong

o Sekrup pengunci sudut vertical

o Sekrup pengatur menit dan detik

o Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal

2. Bagian Bawah terdiri dari :

o Statif / Trifoot

o Tiga sekrup penyetel nivo kotak

o Unting – unting

o Sekrup repitisi

o Sekrup pengunci pesawat dengan statif

B. PERSYARATAN OPERASI THEODOLIT

o Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo

tabung dan nivo kotaknya).

o Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.

o Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala

tegak.

o Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu

II.

C. CARA-CARA PENYETELAN THEODOLIT

o Dirikan statif sesui dengan prosedur yang ditentukan.

o Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan

peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.

o Stel nivo kotak dengan cara:

Ø Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung nivo

bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar a)

Ø Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo

bergeser ketengah (lihat gambar b)

Ø Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.

7

Page 8: Laporan Iut Pre-fix

Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (A,B,C),

maka caranya adalah:

Ø Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B (lihat

gambar a)

Ø Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,

hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat gambar a)

Ø Putarlah teropong 90º ke arah garis sekrup C (lihat gambar b)

Ø Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo

bergeser ketengah.

Ø Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo

tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah

E. CARA PEMBACAAN BAK UKUR

Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang

berwarna merah dan hitam. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan

setiap kotak kecil panjangnya 1cm.

LANGKAH PERHITUNGAN :

PERHITUNGAN JARAK

JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ZENITH) :

o D = (BA-BB) x100 x sin V, jarak optis

o D = (BA-BB) x 100 x sin V, jarak datar

JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ELEVASI)

o D = (BA-BB) x 100 x cos2 V, jarak optis

o D = (BA-BB) x100 x cos2 V, jarak datar

PERHITUNGAN KETINGGIAN

TPx = TP1 + ∆h

TP1 adalah ketinggian di titik pesawat

3. TOTAL STATION

8

Page 9: Laporan Iut Pre-fix

Total Station merupakan teknologi alat yang menggabungkan secara

elektornik antara teknologi theodolite dengan teknologi EDM (electronic

distance measurement). EDM merupakan alat ukur jarak elektronik yang

menggunakan gelombang elektromagnetik sinar infra merah sebagai

gelombang pembawa sinyal pengukuran dan dibantu dengan sebuah reflektor

berupa prisma sebagai target (alat pemantul sinar infra merah agar kembali ke

EDM).

Total station adalah alat ukur sudat dan jarak yang terintegrasi dalam satu

unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga bisa

menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa

perlu kalkulator lagi. 

Berikut ini penjabaran mengenai pengertian Total station :

Total Station : adalah peralatan elektronik ukur sudut  dan jarak (EDM)

yang menyatu dalam 1 unit alat.

Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang  berupa

on-board/internal, external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA

Card.  -> salah catat tidak ada.

Mampu melakukan beberapa hitungan (misal: jarak datar, beda tinggi dll)

di dalam alat. Juga mampu menjalankan program-program survey, misal :

Orientasi arah, Setting-out, Hitungan Luas dll, kemampuan ini tergantung

type total stationnya.

9

Page 10: Laporan Iut Pre-fix

Untuk type “high end”nya ada yang dilengkapi motor penggerak, dan

dilengkapi dengan ATR-Automatic Target Recocnition, pengenal objek

otomatis (prisma).

Type tertentu mampu mengeliminir kesalahan-kesalahan : kolimasi Hz &

V, kesalahan diametral, koreksi refraksi, dll. Hingga data yang didapat

sangat akurat.

Ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik dari

theodolite manual dan meteran. Terutama untuk pemetaan situasi.

Alat baru dilengkapi Laser Plummet, sangat praktis dan Reflector-less

EDM ( EDM tanpa reflector )

Data secara elektronis dapat dikirim ke PC dan diolah menjadi Peta

dengan program mapping software.

Perbedaan theodolite dengan Total station

Theodolite sebenarnya adalah alat pengukur sudut saja, jadi data primer

yang dihasilkan dari theodolite hanya sudut horizontal, sudut vertikal dan bacaan

rambu ukur. Untuk mendapatkan jarak diperlukan data pendukung seperti data

dari EDM, meteran atau dengan tachimetri. Sedangkan Total station langsung bisa

mendapatkan data sudut dan jarak dalam satu pengukuran.

Cara Kerja Total Station

Total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi piringan

horisontal, piringan vertikal dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga data 

primer ini ( Sudut horisontal, sudut vertikal dan jarak) bisa didapatkan nilai

koordinat X,Y,Z serta beda tinggi. Data direkam dalam memory dan selanjutnya

bisa ditransfer ke komputer untuk di olah menjadi data spasial

Rekomendasi Pemakaian :

A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik

itu tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya

pinjam pakai dan tukar menukar kawasan hutan.

10

Page 11: Laporan Iut Pre-fix

B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh :

rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari

pengukuran menggunakan Total Station juga.

11

Page 12: Laporan Iut Pre-fix

BAB III

URAIAN JOB KERJA

3.1 JOB I : Membuat Garis Lurus di Lapangan

Hari / Tanggal : Kamis / 28 Februari 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai Sulaeman. M.S.

- Kushari, ST, MT.

1.1. Membuat garis lurus dengan mengukur jalan

1.2. Membuat garis lurus antara dua titik di antara bangunan.

A. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Dapat membuat garis lurus di lapangan dengan menggunakan alat

ukur yang sederhana.

2. Dapat mengenal dan menggunakan alat-alat untuk mengukur

garis lurus di lapangan.

3. Dapat terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan

jalon-jalon atau patok-patok dilapangan.

4. Dapat mengetahui dan mengatasi adanya kekurangan dalam

pembuatan garis di lapangan.

5. Dapat menjadi teliti dan kreatif.

b. Tujuan Khusus

1. Dapat membuat garis lurus antara dua titik dilapangan

2. Dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak langsung.

3. Dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di lapangan.

12

Page 13: Laporan Iut Pre-fix

B. DASAR TEORI

Pengukuran garis lurus di lapangan dimaksud untuk mengetahui

jarak yang ada diantara satu titik dan titik lain.

Pengukuran garis lurus dibuat dengan menggunakan titik awal untuk

membuat garis selanjutnya harus berpotongan dengan garis selanjutnya

satu garis lurus. Rintangan yang dihindari dengan pembuatan garis lurus

yaitu apabila terdapat suatu bangunan atau pohon yang terletak pada garis

lurus atau garis ukur sehingga terbuat tidak di ukur secara langsung.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran dengan maksimal harus

terbentuk satu garis lurus saja apabila terdapat lebih dari satu garis lurus

maka akan terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran.

Dengan terbentuknya satu garis lurus maka pengukuran data

memperoleh hasil yang maksimal.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Jalon 4 buah, alat ini digunakan untuk memperpanjang garis yang

akan diukur.

2. Rol meter 1 buah, untuk mengukur jarak antar jalon.

3. Waterpass tukang 1 buah, digunakan untuk memeriksa kelurusan rol

meter pada saat menariknya dalam pengukuran untuk mendapatkan

hasil yang maksimal.

4. Nivo 1 buah, untuk memeriksa ketegakan jalon yang tel ditancapkan.

5. Helm, digunakan untuk pelindung dari kecelakaan kerja

6. Kaki segitiga (tripod) 4 buah, digunakan pada saat jalon harus

ditancapkan pada tanah keras, untuk itu dapat ditegakkan dengan

bantuan kaki segitiga.

7. Papan pengalas, digunakan untuk mengalas pada penulisan data hasil

pengukuran.

13

Page 14: Laporan Iut Pre-fix

Nama Alat Gambar

Rol Meter

Waterpass Tukang

Nivo

Jalon

Pen

Tripod

14

Page 15: Laporan Iut Pre-fix

D. LANGKAH KERJA

1.1 Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik di Lapangan.

1. Menyiapkan semua alat yang akan di gunakan lalu tentukan lokasi

kerja.

2. meletakkan jalon A dan B pada titik yang telah ditentukan sambil

mengontrol ketegakannya dengan menggunakan nivo jalon.

A B

3. Langkah selanjutnya, orang pertama membidik dibelakang jalon A

(± 1 m) kearah jalon B dan orang kedua menancapkan jalon P1 di

depan jalon A dan melihat / mendengarkan instruksi dari orang

pertama, sehingga penancapan jalon membentuk garis lurus A – P1

– B.

A P1 B

4. Kemudian kembali orang pertama kembali membidik di belakang

jalon A salah satu teman kelompok atau orang ketiga menancapkan

jalon P2 didepan jalon P1 sambil melihat istruksi dari orang pertama,

sehingga jalon berimpit atau membentuk 1 garis lurus A – P1 – P2 –

B.

15

Page 16: Laporan Iut Pre-fix

A P1 P2 B

5. Setelah membentuk garis lurus A – P1 – P2 – B kemudian ukurlah

jarak A ke P1, P1 – P2, P2 - B dengan menggunakan rol meter dan

gunakan waterpas untuk mengukur kedataran dari rol meter sampai

mendapat pengukuran yang akurat, usahakan dalam penarikan rol

meter tidak kendor dan tidak dihalangi satu benda. Pengukuran

diambil dari asnya lalu catalah hasil pengukuran A – P1, P1 – P2, P2

- B.

A P1 P2 B

6. Setelah pengukuran selesai cabut jalon P1, P2, kemudian geser dari

tempat semula jalon itu berdiri.

A B

16

Page 17: Laporan Iut Pre-fix

7. Kemudian bidik kembali seperti prosedur pada nomor 3, 4 dan 5.

Setelah mendapat garis A – P1 – P2 – B kita ukur kembali

A P1 P2 B

8. Adapun prosedur pengukuran sama yang dilakukan pada no 5, yaitu

menggunakan rol meter dan waterpass catatlah hasil pengukuran

pada lembar catatan dan pisahkan dari pengukuran awal atau yang

pertama tadi. Pengukuran ini dilakukan sampai tiga kali.

A P1 P2 B

17

Page 18: Laporan Iut Pre-fix

1.2 Membuat Garis Lurus Antara Dua Bangunan.

1. Setelah melakukan pengukuran tadi maka di lanjutkan dengan

pengukuran antar dua bangunan. Kita menancapkan Jalon P1-P2

disembarang tempat dan seseorang melihat pada jalon P1 dan

seorang lagi menggeser jalon P2 tadi sampai mendapat garis lurus P1

– P2 – C.

D P2 C

P1

2. Langkah kedua, giliran jalon P1 yang dicabut dan di geser, seseorang

melihat pada jalon P2 untuk mendapatkan garis lurus antara P2 – P1

– D. Demikian seterusnya sampai didapatkan titik segaris/lurus D –

P1 – P2 – C.

D P2 C

P1

18

Page 19: Laporan Iut Pre-fix

3. Setelah mendapatkan garis lurus antar dua bangunan D – P1 – P2 – -

C maka kembali kita ukur, langkah pengukurannya sama yaitu

memakai rol meter dan waterpas.

D P1 P2 C

4. Catatlah hasil pengukuran dengan teliti pisahkan dengan catatan

pengukuran yang pertama dan kedua.

19

Page 20: Laporan Iut Pre-fix

TABEL DATA LAPANGAN

Pengukuran Garis Lurus dengan Mengukur Jalan

Pengukuran Titik Jarak (m)

I

A – P1

P1 – P2

P2 – B

7,194

7,660

7,120

Σ 21,974

II

A – P1

P1 – P2

P2 –B

9,526

4,988

7,276

Σ 21,790

III

A – P1

P1 – P2

P2 – B

5,070

6,126

10,770

Σ 21,966

Jarak AB=∑ PI+∑ PII +∑ PIII3

21 , 974+21 , 790+2 1, 9663 =21 , 910 m

20

Page 21: Laporan Iut Pre-fix

TABEL DATA LAPANGAN

Pengukuran Garis Lurus diantara Dua Bangunan

Pengukuran Titik Jarak (m)

I

A – P1

P1 – P2

P2 – C

9,600

9,970

8,860

Σ = 28,430

II

A – P1

P1 – P2

P2 – C

8,028

8,650

11,812

Σ = 28,490

III

A – P1

P1 – P2

P2 – C

10,290

10,032

8,140

Σ = 28,462

Jarak AB = ∑I +∑ II+∑ III

3

= 28,430+28,490+28,462

3

= 28,461 m

21

Page 22: Laporan Iut Pre-fix

E. PEMBAHASAN

Pada pengukuran awal jarak A – P1, P1 – P2, P2 –B, tetap karna titik

awal kita mengukur

Pada pengukuran kedua jarak A – P1. P1 – P2, P2 – B, bertambah

karena pada pengukuran ini jalon P1, P2 di geser dari tempat semula

sehingga mengakibatkan pertambahaan panjang pada titik A – P1. P1

– P2, P2 – B dan seterusnya pada pengukuran ke tiga

Pada pengukuran ke empat yaitu pengukuran di antara dua bangunan,

pada pengukuran ini jarak D – P1, bartambah dan P2 – C, juga

bertambah tapi pada pengukuran D –C, berkurang itu di sebabkan

karena pada waktu membidik jalon P1 terlalu dekat dengan jalon P2

maka pada saat pengukuran mengakibatkan jarak P1 – P2 berkurang.

22

Page 23: Laporan Iut Pre-fix

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1.1 Membuat Garis Lurus Dengan mengukur jalan

Berdasarkan Hasil Pengukuran di lapangan maka dapat di ketahui

sebagai berikut :

Pengukuran I : 21,974 m

Pengukuran II : 21,790 m

Pengukuran III : 21,966 m

Jarak AB rata – rata = 21,910 m

Jarak AB pada setiap pengukuran berbeda – beda, hal ini

disebabkan oleh ketelitian dalam :

a. Pembacaan

b. Kesalahan pengukur

1.2 Membuat Garis lurus Antara Dua Titik Pada Bangunan

Berdasarkan pengukuran di lapangan maka diperoleh:

Pengukuran I : 28,430 m

Pengukuran II : 28,490 m

Pengukuran III : 28,462 m

Jadi, Jarak AB rata – rata = 28,461 m

Pada bagian ini pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga

data yang diperoleh masih kurang akurat.

2. Saran

1. Sebelum melakukan praktikum, periksalah alat – alat yang akan

digunakan untuk mengukur karena mungkin saja alat tersebut

rusak.

2. Dalam melaksanakan praktek dilapangan kerjasama kelompok

sangat diperlukan, agar dalam pengukuran kesalahan dapat

diminimalisir.

23

Page 24: Laporan Iut Pre-fix

GAMBAR SITUASI

24

Page 25: Laporan Iut Pre-fix

3.2 JOB II : Membuat Sudut Siku-Siku di Lapangan

Hari/Tanggal : Kamis, 07 Maret 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Ujung pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - Ir.Efraim Bara

- DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Kushari,ST, MT.

- Ir. Abd. Rivai, Sulaeman. M.S.

2.1. Membuat sudut siku-siku di Lapangan.

2.2. Membuat sudut siku – siku dengan prisma

A. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku – siku di lapangan.

2. Dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesulitan - kesulitan

dalam melakukan pengukuran jarak dan rintangan.

b. Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku – siku di lapangan.

2. Dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh rintangan

Gedung.

3. Dapat menghitung lebar bangunan yang menjadi rintangannya.

B. DASAR TEORI

Pengukuran dengan sudut siku – siku dan membuat garis lurus di

lapangan dengan rintangan banguanan dimaksud untuk mengetahui jarak

yang ada antara satu titik dengan titik yang lain.

Pengukuran ini dibuat dengan menggunakan titik awal untuk membuat

garis selanjutnya . Untuk rintangan bangunan kita harus membuat segitiga

dengan mengguankan jalon atau menancapkannya pada setiap sisi segitiga

25

Page 26: Laporan Iut Pre-fix

yang di buat tadi, dengan membentuk sudut siku – siku dengan

menggunkan prisma dan unting – unting sehingga membentuk garis lurus.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal harus terbentuk

satu garis lurus apabila terdapat lebih dari satu garis lurus maka akan

terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran. Dengan memperoleh satu

garis lurus maka data pengukuran akan memperlihatkan hasil yang

maksimal.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Jalon 5 buah, alat ini digunakan untuk memperpanjang garis yang

akan diukur.

2. Rol meter 1 buah, untuk mengukur jarak antar jalon.

3. Waterpas 1 buah, digunakan untuk memeriksa kerataan rol meter pada

saat menariknya dalam pengukuran untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

4. Nivo 1 buah, untuk memeriksa ketegakan jalon yang telah

ditancapkan.

5. Patok/pen 4 buah, digunakan pada saat jalon akan dipidahkan

kemudian setelah itu pen ditancapkan pada tempat jalon tersebut.

6. Kaki segitiga 3 buah, digunakan sebagai penyangga jalon yang telah

ditancapkan.

7. Prisma 1 buah, digunakan untuk mendapatkan suatu sudut siku – siku.

8. Unting – unting satu buah, digunakan untuk mendapatkan sudut siku –

siku setelah menggunakan prisma dan kemudian menjatuhkan unting

– unting pada titik siku – siku.

9. Alat pengaman dalam pengukuran seperti jas lab. dan helm.

26

Page 27: Laporan Iut Pre-fix

D. LANGKAH KERJA

2.1 Membuat Sudut Siku-Siku di Lapangan

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diguanak untuk mengukur

b. Tancapkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah

ditentukanssambil mengontrol ketegakannya dengan

menggunakan nivo jalon

B

A

c. Tancapkan jalon C diantara jalon A dan jalon B sehingga

membentuk segitiga siku- siku. Tegakkan jalon C dengan

menggunakan Nivo. Kemudian mengatur jalon C dengan

menggunakan prisma agar jalon C tegak lurus dengan jalon A dan

jalon B, sehingga di dapat perbandingan 3:4:5.

27

Page 28: Laporan Iut Pre-fix

d. Kemudian mengukur jarak jalon A ke jalon B dan jalon C dengan

menggunakan rol meter dan menggunakan waterpass untuk

mengukur kedataran dari rol meter sampai mendapatkan hasil

yang lebih akurat

12,400 m 7,840 m

9,700 m

Perhitungan :

AB2 = CB2 + AC2

AB2 = 7,8402 + 9,7002

AB2 = 61,460 + 94,090

AB = √155,5556

AB = 12, 472 m

28

Page 29: Laporan Iut Pre-fix

2.2 Membuat Sudut Siku-Siku dengan Prisma

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan diguanakan untuk mengukur

b. Tancapkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah ditentukan

sambil mengontrol ketegakannya dengan menggunakan nivo jalon

c. Tancapkan jalon C diantara jalon A dan jalon B sehingga

membentuk segitiga siku- siku. Tegakkan jalon C dengan

menggunakan Nivo. Kemudian mengatur jalon C dengan

menggunakan prisma agar jalon C tegak lurus dengan jalon A dan

jalon B, sehingga di dapat perbandingan 3:4:5.

B

A C D

29

Page 30: Laporan Iut Pre-fix

d. Kemudian mengukur jarak jalon A ke jalon B dan jalon C dengan

menggunakan rol meter dan menggunakan waterpass untuk

mengukur kedataran dari rol meter sampai mendapatkan hasil yang

lebih akurat

B

10,400 m 10,630 m

A 5,930 m C 6,440m D

Perhitungan :

AB2 = AC2 + BC2

AB2 = 5,9302 + 8,6002

AB2 = 35,1649 + 73,960

AB = √109,124

AB = 10,440 m

BD2 = BC2 + CD2

BD2 = 8,6002 + 6,4402

BD2 = 73,960 + 41,4736

BD = √115,4336

BD = 10,744 m

30

8,600m

Page 31: Laporan Iut Pre-fix

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Setelah melakukan job ini kita sudah mampu membuat sudut siku-

siku di lapangan walaupun belum tepat dan kita juga dapat

mengoperasikan alat prisma

2. Pada job ini kita belum begitu mahir dalam melakukan pengukuran

sehingga jarak yang didapat pada saat pengukuran belum tepat.

B. SARAN

1. Dalam pengukuran siku-siku keakuratan pengukuran sangat

dituntut maka pada saat pengukuran kita harus teliti dan jadi

pengukuran pada jalon ke jalon harus dari as ke asnya dan pada

saat penarikan saran dan pada saat penarikan rol meter jangan

kendor atau terlalu di tarik maka dapat megakibatkan rol meter

memanjang atau melar.

2. Dalam pengukuran dengan menggunakan rol meter sebaiknya pada

saat menarik jangan terlalu kencang, yang mengakibatkan rol meter

menjadi melar dan pada saat penancapan setiap jalon sebaiknya

sejajar.

31

Page 32: Laporan Iut Pre-fix

GAMBAR SITUASI

32

Page 33: Laporan Iut Pre-fix

3.3 JOB III : Mengukur Jarak Antara 2 Titik dengan Rintangan

Hari / Tanggal : Kamis / 28 Maret 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - Ir. Efraim Bara

- DR. Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Abd. Rivai Sulaeman. M.S.

- Kushari, ST. MT

SUB JOB :

3.1 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Sungai

3.2 Mengukur Jarak antara 2 titik dengan Rintangan Gedung

A. TUJUAN

a. Tujuan Umum

1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku-siku yang tepat dan

akurat.

2. Dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesulitan-

kesulitan dalam melakukan pengukuran sudut siku-siku dan

pengukuran jarak dengan rintangan.

3. Dapat menjadi teliti dan hati-hati pada penggunaan ala-alat

maupun pekerjaan.

b. Tujuan Khusus

1. Dapat melakukan pengukuran sudut siku-siku di lapangan.

2. Dapat melakukan pengukuran jarak yang terhalang oleh rintangan

atau bangunan.

3. Dapat membuat garis sejajar di lapangan

4. Dapat membuktikan keakuratan dalam ukuran

33

Page 34: Laporan Iut Pre-fix

B. DASAR TEORI

Pengukuran dengan membuat sudut siku-siku dan membuat garis

lurus di lapangan dengan rintangan sungai dan bangunan dimaksud untuk

mengetahui jarak yang ada antara satu titik dan titik lain.

Pengukuran ini dibuat dengan menggunakan titik awal untuk

membuat garis selanjutny. Untuk melakukan rintangan dengan rintangan

sungai kita harus membuat sudut siku-siku yaitu dengan menggunakan

prisma dan unting-unting. Kemudian untuk rintangan bangunan kita

haruslah membuat persegi empat dengan menggunakan jalon atau

menancapkannya dengan ukuran yang telah ditentukan pada setiap sisinya,

dengan membentuk sudut siku-siku, dengan menggunakan prisma dan

untuing-unting.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang maksimal harus

terbentuk satu garis lurus apabila terdapat lebih dari satu garis lurus maka

akn terjadi suatu kesalahan dari hasil pengukuran.

Dengan terbentuknya satu garis lurus maka pengukuran data

memperoleh hasil yang maksimal.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Jalon 6 buah, untuk membeuat dan memperpanjang garis lurus dan

untuk memperpanjang garis dilapangan.

2. Patok / Pen 10 buah, diguanakan untuk menggantikan jalon yang

telah dipindahkan kemudian menancapkannya.

3. Rol Meter 1 buah, fungsinya yaitu untuk mengukur dari satu jalon

kejalon yang lainnya.

4. Waterpass 1 buah, untuk mengetahui kedataran suatu garis yang akan

di kukur.

5. Nivo 1 buah, untuk mengetahui ketegakan jalon yang telah

ditancapkan.

6. Prisma 1 buah, digunakan untuk mendapatkan suatu sudut siku-siku.

34

Page 35: Laporan Iut Pre-fix

7. Unting-unting satu buah, digunakan untuk mendapatkan sudut siku

setelah mengunakan prisma, dan kemudian menjatuhkan unting-

unting pada titik siku-siku.

8. Alat pengamanan dalam pengukuran yaitu jas laboratorium dan helm.

D. PPROSEDUR KERJA

3.1 Mengukur Jarak dengan Rintangan Sungai

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengukur

dilapangan

2. meletakkan jalon A dan jalon B pada titik yang telah ditentukan

sambil mengontrol ketegakkannya dengan menggunakan nivo jalon

A B

3. memperpanjang garis AB dengan menancapkan jalon C dan Jalon

F dengan cara membidik dengan menggunakan prisma agar

medapatkan kelurusan dengan AB dan mengontrol ketegakkannya

dengan menggunakan nivo jalon

35

Page 36: Laporan Iut Pre-fix

A B F

4. membuat garis tgak lurus(sudut siku- siku) dengn perbandingan

sisinya 3:4:5 dengan cara menancapkan jalon D dan jalon E dan

membidik dengan menggunakan prisma agar mendapatkan

kelurusan dan membentuk siku- siku dengan garis A C D dan BFE

36

D

FBA

C

C

E

Page 37: Laporan Iut Pre-fix

5. Mengukur sudut siku- siku antara sudut DCA dan sudut BFE

dengan menggunakan rol meter dan mengenggunakan waterpass

untuk mengukur kedataran rol meter.

DATA LAPANGAN

Pengukuran dengan Rintangan Sungai

Penyelesaian :

Jarak

A – C = 3,820 m

C – D = 2,400 m

A – D = 4,510 m

E – F = 12,220 m

B – F = 3,080 m

B – E = 12,602 m

AFCA =

EFCD

AF3,820 =

12,2202,400

AF=12,220 x3,8202,400

AF = 19, 450 m

37

Page 38: Laporan Iut Pre-fix

Jadi,

AB = AF – BF

= 19,450 – 3,080

= 16,370 m

Jarak langsung yang di ukur adalah 16,250 m, tetapi dalam pengukuran

dengan mengunakan prisma lebih panjang ( 16,370 cm ) mungkin pada saat

penggunaan alat prisma tidak membentuk siku-siku 90o.

Kontrol kesikuan :

CD2 + AC2 = AD2

2,4002 + 3,8202 = 4,5102

5,760 + 14,592 = 20,340

20,352 ≠ 20,340

Sin α = CD Cos α = CADA DA

= 2,400 = 3,8204,510 4,510

Sin α = 0,532 Cos α = 0,847

α = 32o 09’ 03” α = 32o 06’ 45”

38

Page 39: Laporan Iut Pre-fix

3.2 Mengukur Jarak dengan Rintangan Bangunan

1) Menyiapkan peralatan yang diperlukan di lapangan dan gambar

kerja paraktikum yang akan dilaksanakan.

2) Menancapkan jalon A dan B dengan jarak yang telah ditentukan,

dengan menggunakan rol meter.

A B

3) Setelah menancapkan jalon A dan B selanjutnya kita menancapkan

jalon D yang telah ditentukann jaraknya, yaitu jarak 3 : 4 dan 5 atau

dengan jarak kelipatannya.

D

3 m 5 m

A B 4 m

4) Jika kita telah mendapatkan jalon D. Maka kita memperpanjang

garis A dan B yang membentuk garis C perpanjangannya yaitu

dengan cara kita membidik di belakang jalon A sehingga

mendapatkan garis yang lurus A, B dan C.

39

Page 40: Laporan Iut Pre-fix

5) Selanjutnya kita membentuk titik E dengan jarak yang sama dengan

A ke D maka kita mendapatkan jarak A ke D sama dengan jarak B

ke E atau jarak A ke B dan D ke E yaitu jarak sama.

6) Setelah kita mendapatkan titik D dan E maka kita perpanjang lagi

titik tersebut sehingga membentuk titik F, g dan H yang selurus

denga titik D, E, F, G, dan H.

7) Setelah kita berdiri pada titik atau jalon G dan mengukur ke titik H

yaitu jaraknya sama dengan jarak A – D. Selanjutnya titik H di ukur

40

Page 41: Laporan Iut Pre-fix

sama jaraknya B – E sehingga membentuk titik J, dan kita telah

mendapatkan titik J dan I.

8) Setelah mendapatkan titik J ke I maka garis itu kita perpanjang

untuk kita perpanjang untuk mendapatkan titik K, maka kita

mendapatkan titikl yang sejajar K, I dan J.

9) Setelah kita mendapatkan titik atau garis yang siku yaitu A – B dan

D – E sama dengan I – J dan G – H, dan garis sejajar D, E, F, G dan

H maka kita ukur jarak dari titik tersebut yaitu titik yang diukur

adalah :

- A, B dan C

- D, E, F, G dan H

- K, I dan J

41

Page 42: Laporan Iut Pre-fix

10) Catatlah hasil pengukuran itu, setelah mendapatkan hasil

pengukuran maka kita cari jarak bangunan tersebut dengan rumus

CK = DEFGH – ABC + KIJ maka kita mendapatkan jarak CK atau

jarak bangunan yang kita ukur tadi

DATA LAPANGAN

Pengukuran dengan Rintangan Gedung

Penyelesaian :

Jarak

ABC = 4,830 m

DEFGH = 33,780 m

KIJ = 8,480 m

42

Page 43: Laporan Iut Pre-fix

Jadi

CK = DEFGH – ABC + KIJ

= 33,780 – 4,830 + 4,480

= 33,430 m

Jarak langsung yang diukur dengan rol meter pada bangunan yaitu 33,300 m.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pengukuran dengan rintangan sungai:

Dari hasil perhitungan kontrol, ternyata sudut CDA belum siku-

siku sehingga mengakibatkan pertambahan panjang sekitar 12 cm,

ini disebabkan pada saat penggunaan alat prisma dilapangan tidak

begitu teliti dan belum mendapat sudut siku-siku 90o, sehingga dari

perhitungan yang diperoleh α tidak sama, jadi kesalahan pada

pengukuran ini yaitu sudut CDA belum siku-siku.

2. Pengukuran dengan rintangan gedung:

Pada pengukuran ini terdapat perpanjangan ukuran dari data yang

diukur langsung dengan selisih 13 cm, mungkin ini disebabkan

pada saat penarikan rol meter terlalu kencang sehingga rol meter

menjdi melar atau pada saat pembentukan garis lurus dengan

menggunakan jalon tidak sejajar atau tidak membentuk garis lurus

yang di inginkan sehingga pada pengukuran diantara bangunan ini

terdapat selisih panjang dari data sebenarnya yaitu 33,430 m dan

jarak langsung yaitu 33,300 m.

B. SARAN :

Pada saat pengukuran dengan rintangan sebaiknya yang harus

diperhatikan adalah pada saat membentuk sudut siku-siku dengan

menggunakan alat prisma harus teliti dan konsentrasi agar kesalahan

pengukuran dapat di minimalisir.

43

Page 44: Laporan Iut Pre-fix

44

Page 45: Laporan Iut Pre-fix

GAMBAR SITUASI

3.1 Pengukuran dengan rintangan sungai

45

Page 46: Laporan Iut Pre-fix

3.2 Pengukuran dengan rintangan gedung

46

Page 47: Laporan Iut Pre-fix

3.4 JOB IV : Pengenalan dan Penggunaan Waterpass (Alat Sipat Datar)

Hari / Tanggal : Kamis / 14 Maret 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai, Sulaeman.M.S.

- Kushari, ST, MT

A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat mengetahui syarat penggunaan pesawat waterpass.

2. Mahasiswa dapat mengenal dann menggunakan alat-alat waterpass.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam menggunakan pesawat waterpass.

1.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpass.

2. Mahasiswa dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat

waterpass.

3. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpass.

4. Mahasiswa dapat memeriksa waterpas.

5. Dapat mengukur jarak dengan menggunakan waterpas.

6. Dapat menghitung beda tinggi.

B. DASAR TEORI

Pengukuran dengan alat waterpas dilapangan dimaksud untuk menentukan

beda tinggi dan jarak antar patok/pen.

Untuk melakukan pengukuran dengan alat waterpas kita harus menentukan

titik pertama untuk penempatan watrepas selanjutnya untuk bak ukur kita

harus tempatkan pada suatu titik yang telah di tentukan.

Dalam pengukuran dengan menggunakan waterpas harus lurus pada titik yang

akan di bidik pada bak ukur.

47

Page 48: Laporan Iut Pre-fix

C. BAGIAN – BAGIAN PESAWAT WATERPASS

Fungsi bagian – bagian waterpass sipat datar :

1. Alat bidik kasar fungsinya adalah untuk membidik kasar target atau jalon

sebelum membidik dengan lensa pembidikan.

2. Penyetel focus fungsinya adalah untuk memperjelas benang.

3. Lensa objektif adalah untuk memperjelas jika bayangan kabur.

4. Penggerak halus fungsinya adalah untuk menghimpitkan benang silang

diafragma dengan bak ukur.

5. Sekrup penyetel fungsinya adalah untuk menyetel nivo.

6. Pembacaan sudut horizontal adalah untuk membaca sudut bila pesawat.

48

12

3

4

5

6

7

8

910

11

Keterangan :

1. Plat Dasar

2. Skrup Penyetel

3. Nivo

4. Mempertajam Benang

5. Alat Bidik Kasar

(Vizier)

6. Lensa pembidikkan

7. Lensa Objektif

8. Penyetel Fokus

9. Lingkaran Sudut

10. Penggerak Halus

11. Pembacaan sudut

Horizontal (Dalam

grid).

Page 49: Laporan Iut Pre-fix

7. Lensa pembidikan fungsinya adalah diputar untuk melihat pembacaan

benang.

8. Nivo fungsinya adalah untuk mengetahui ketegakan pesawat dengan

gelembung nivo berada di tengah – tengah.

9. Plat dasar fungsinya adalah sebagai tempat untuk mengunci pesawat

dengan statif.

10. Lingkaran sudut fungsinya adalah untuk mengatur sudut horizontal.

D. RUMUS MENCARI JARAK OPTIS DAN BEDA TINGGI

Rumus Jarak :

L = ( BA – BB ) x 100

BT = BA + BB2

Ket. : L = Jarak langsung

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

BB = Benang bawah

Rumus Beda Tinggi :

Kondisi 1 : Alat berada di antara titik.

∆h = BT Belakang - BT Muka

49

Page 50: Laporan Iut Pre-fix

Kondisi 2 : Alat berdiri di atas titik dan berada di antara titik

∆h = BT Belakang - BT Muka

Kondisi 3 : Alat berdiri di atas titik

∆h = BTA – iB

i = tinggi alat (m)

50

Page 51: Laporan Iut Pre-fix

BA

BT

BB

i

D’

S D’

D

Fobj

A

Rumus Jarak Optis

Jarak ( D ) = 100 ( BA – BB )

Pembuktian Rumus jarak = 100 ( BA – BB )

P

D = D’ + (S + Fobj)

D’ / Fobj = i / P

D’ = i . Fobj / P

Fobj / P = B = 100 (Konstanta alat)

D’ = i . 100

A = (S + Fobj) D = D’ + A i . 100 + A

i = ( BA – BB )

A < 50

A ≈ 0, Sehingga ; D = i . 100 + 0

= (BA – BB) 100

D = 100 (BA – BB )

51

Page 52: Laporan Iut Pre-fix

E. PERALATAN/PERLENGKAPAN

1. Pesawat waterpass (alat sipat datar) dan perlengkapannya.

2. Tripoid (kaki tiga)

3. Unting-unting

4. Bak ukur

5. Rol meter

6. Jalon

7. Patok / pen

8. Payung

9. Nivo

10. Alat tulis menulis dan papan pengalas.

Watepass Unting-unting

Nivo Bak Ukur

Rol Meter

Roll Meter Tripod

52

Page 53: Laporan Iut Pre-fix

F. PETUNJUK UMUM

1. Perhatikan dengan seksama lembar kerja ini dan langkah – langkah

kerjanya.

2. Menyetel alat waterpass adalah pengaturan alat sampai memenuhi syarat

untuk melakukan pengukuran.

3. Memperhatikan dan mengetahui jenis – jenis skrub pada alat.

4. Untuk bak ukur harus tegak / vertikal.

5. Pelajari buku petunjuk / spesifikasi pesawat waterpass yang akan

digunakan.

6. Jangan memutar skrub sebelum mengetahui kegunaannya.

7. Bekerjalah secara hati – hati dan sabar jangan mempermainkan alat.

8. Satelah selesai semua peralatan dikumpul, dibersihkan dan dikembalikan

sesuai posisi semula (saat pengambilan dan peminjaman).

9. Data hasil pengukuran di lapangan agar diperiksa dan diparaf oleh

instruktur.

G. LANGKAH KERJA

1.1. Mengatur / menyetel pesawat waterpass.

1. Dirikan tripoid / statif diatas titik yang dimaksud hungga kaki skrub

membentuk segitiga sama sisi dan platnya diusahakan mendatar.

2. Pasang pesawat dan kuncikan sekedarnya sehingga masih muda digesr

– geser.

3. Pasang unting – unting sedemikian hingga kira – kira 1 cm di atas titik

yang dimaksud.

4. Atur unting – unting dengan menggeser pesawat di atas plat level

hingga betul – betul di tengah, kemudian kencangkan pengunci alat.

5. Sejajarkan teropong dengan dua skrub penyetel sumbu I (skrub A dan

B) dan tengahkan gelembung nivo dengan memutar skrub A, B dan C

sekaligus hingga gelembung nivo tepat berada ditengah – tengah

lingkaran nivo.Putar teropong kesembarang posisi, jika gelembung

53

Page 54: Laporan Iut Pre-fix

nivo berubah – ubah stel kembali skrub penyetel hingga gelembung

nivo kembali ketengah.

6. Lakukan berulang – ulang, hingga gelembung nivo tetap di tengah

kemanapun teropong diarahkan, maka sumbu I vertikal dan pesawat

telah siap dipakai.

1.2. Membidik dan membaca bak ukur

1. Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada bak ukur yang didirikan

vertical pada suatu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan

garis bidik kasar yang berada di atas pesawat.

2. Kemudian mulailah membidik kearah bak ukur, bila bayangan kabur

perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa objektif dan jika

benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup pengatur

diafragma.

3. Impitkan benang silang diafraga dengan sumbu bak ukur dengan cara

mengatur sekrup penggerak halus.

4. Lakukan pembacaan bak ukur sebagai berikut :

a. Misalnya bacaan (lihat gambar)

BA = 0,870 m BT = 0,780 m BB = 0,690 m.

b. Pembacaan bak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan :

BA + BB = 2BT atau (BA - BT) = (BT - BB).

c. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus :

D = (BA - BB) x 100

54

B

A

C

Page 55: Laporan Iut Pre-fix

1.3. Memeriksa pesawat waterpass

1. Mengatur / memeriksa garis arah nivo tegak lurus sumbu 1.

a. Tempatkan dan stel pesawat waterpas.

b. Ketegakkan nivo dengan skrup penyetel A, B dan C.

c. Putar teropong kearah 90o dan 180o, jika gelembung nivo tetap

berada ditengah – tengah berarti garis arah nivo tegak lurus

dengan sumbu 1.

d. Jika setelah teropong diputar kearah 900 dan 1800, gelembung

nivo berubah maka atur kembali sekrup penyetel A, B dan C

sehingga gelembung nivo berada di tengah – tengah.

e. Jika pekerjaan di A telah di kerjakan berulang kali tetapi

gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis arah nivo tidak

tegak lurus dengan bidang 1 dan perlu diadakan koreksi nivo.

55

Page 56: Laporan Iut Pre-fix

f. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo

dengan sekrup gelembung nivo.

2. Mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu 1

a. Tempatkan dan stel pesawat waterpas sehingga sumbu 1 tegak

lurus seperti langka penyetelan pesawat waterpas.

b. Bidik suatu titik target sehingga titik terletak di salah satu ujung

benang mendatar diafragma (Misal titik target terletak diujung

kiri).

c. Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut

terletak diujung kanan mendatar diafragma.

d. Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar,

berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu 1.

e. Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan

benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (Benang

mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu 1).

f. Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah kesalahan dengan

mengatur skrup koreksi diafragma, maka benang mendatar

diafragma akan tegak lurus sumbu 1.

g. Ulang pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran teropong

dengan sumbu 1 sebagai sumbu putar titik target berimpit dengan

benang mendatar diafragma.

56

Page 57: Laporan Iut Pre-fix

1.4 Kegiatan Pengukuran yang dilakukan

1. Tentukan dahulu titik P1, P2, P3, P4,P5 hingga titik P17 terlebih dahulu.

titik A, B, C, D, E, F sebagai tempat berdirinya alat. Seperti pada

gambar

2. Setelah semua titik – titik tadi telah ditentukan, tempatkanlah alat ukur

waterpas pada titik A Kemudian atur sedemikian rupa seperti langkah

– langkah pengaturan di atas.

3. Kemudian mulailah melakukan pengukuran berawal dari A ke P1,

kemudian diputar dari A ke P2 dan seterusnya diputar hingga berakhir

pada titik P17. Tetapi sebelumnya lakukan pengukuran dari titik A ke

BM. Lihat gambar.

4. Catat hasil pembacaan pada rambu yang menjadi objek

57

Page 58: Laporan Iut Pre-fix

Gambar Pengukuran :

58

Page 59: Laporan Iut Pre-fix

59

Page 60: Laporan Iut Pre-fix

Data Pengukuran dilapangan

PEMBACA TITIK ALAT

NAMA PATOK

NOMOR PATOK

PEMBACAAN BENANG TINGGI ALAT (i)

JARAK BEDA TINGGIBA BT BB OPTIS UKUR

Hijrah Rauf (312 12 070) A

BM I 1,810 1,670 1,5301,550

28,000 27.992 0,397P1 II 1,410 1,273 1,141 26,900 26.822 0,201P2 III 1,230 1,072 0,933 29,700 29.608 -0,601

Evy Fatimah Sari (312 12 074) B

P3 I 1,890 1,673 1,5411,560

34,900 27.796 0,391P4 II 1,413 1,282 1,144 26,900 27.150 0,192P5 III 1,200 1,090 0,941 25,900 30.072 -0,592

Dendi Purwanto (312 12 075) C

P6 I 1,802 1,682 1,5001,480

30,200 24.740 0,393P7 II 1,415 1,289 1,160 25,500 25.750 0,191P8 III 1,240 1,098 0,950 29,000 29.074 -0,752

Andi Rahmat Ashar (312 12 071) D

P9 I 1,980 1,850 1,6901,600

29,000 28.958 0,395P10 II 1,589 1,455 1,321 26,800 26.729 0,195P11 III 1,405 1,260 1,115 29,000 29.281 -0,550

Yudistira Eka Putra (312 12 072) E

P12 I 1,943 1,810 1,6751,600

26,800 27.320 0,395P13 II 1,560 1,415 1,275 28,500 28.658 0,165P14 III 1,380 1,250 1,065 31,500 31.780 -0,502

Gabriel LSB Pakan (312 12 069) F

P15 I 1,874 1,752 1,6241,570

25,000 25.078 0,398P16 II 1,490 1,354 1,224 26,600 26.292 0,190P17 III 1,343 1,164 1,021 32,200 29.659 0,190

60

Page 61: Laporan Iut Pre-fix

H. ANALISIS PERHITUNGAN

Menghitung Jarak Optis :

A – BM = (BA-BB) x 100

= (1,810 – 1,530) x 100

= 28 m

A – P1 = (BA-BB) x 100

= (1,410 – 1,141) x 100

= 26,9 m

A – P2 = (BA-BB) x 100

= (1,230 – 0,933) x 100

= 29,7 m

B – P3 = (BA-BB) x 100

= (1,890 – 1,541) x 100

= 34,900 m

B – P4 = (BA-BB) x 100

= (1,413 – 1,144) x 100

= 26,900 m

B – P5 = (BA-BB) x 100

= (1,240 – 0,941) x 100

= 25,900 m

C – P6 = (BA-BB) x 100

= (1,802 – 1,500) x 100

= 30,200 m

C – P7 = (BA-BB) x 100

= (1,415 – 1,160) x 100

= 25,500 m

C – P8 = (BA-BB) x 100

= (1,240 – 0,950) x 100

= 29,000 m

61

Page 62: Laporan Iut Pre-fix

D – P9 = (BA-BB) x 100

= (1,980 – 1,690) x 100

= 29,000 m

D – P10 = (BA-BB) x 100

= (1,589 – 1,321) x 100

= 26,800 m

D – P11 = (BA-BB) x 100

= (1,405 – 1,115) x 100

= 29,000 m

E – P12 = (BA-BB) x 100

= (1,943 – 1,675) x 100

= 26,800 m

E – P13 = (BA-BB) x 100

= (1,560 – 1,275) x 100

= 28,500 m

E – P14 = (BA-BB) x 100

= (1,380 – 1,065) x 100

= 31,500 m

F – P15 = (BA-BB) x 100

= (1,874 – 1,624) x 100

= 25,000m

F – P16 = (BA-BB) x 100

= (1,490 – 1,224) x 100

= 26,6 m

F – P17 = (BA-BB) x 100

= (1,343 – 1,021) x 100

= 32,2 m

62

Page 63: Laporan Iut Pre-fix

Menghitung Beda Tinggi dan Elevasi

BM – P1

∆h BM – P1 = BTBM – BTP1 EP1 = EBM + Λh

= 1,670– 1,273 = 10,000 + (0,397)

= 0,397 = +10,397 m

EBM = +10,000

P1– P2

∆h P1 – P2 = BT1 – BTP2 EP2 = EP1 + Λh

= 1,273 – 1,072 = 10,397 + (0,201)

= 0,201 = +10,598 m

EP1 = +10,397 m

P2– P3

∆h P2 – P3 = BTP2 – BTP3 EP3 = EP2 + Λh

= 1,072 – 1,673 = 10,598+ (-0,601)

= -0,601m = +9,997 m

EP2 = +10,598 m

P3– P4

∆h P3 – P4 = BTP3 – BTP4 EP4 = EP3 + Λh

= 1,673 – 1,282 = 9,997 + (0,391)

= 0,391m = +10,388 m

EP3 = +9,997 m

P4– P5

Λh P4 – P5 = BTP4 – BTP5\ EP5 = EP4 + Λh

= 1,282 – 1,090 = 10,388 + (0,192)

= 0,192 = +10,580 m

EP4 = +10,388 m

63

Page 64: Laporan Iut Pre-fix

P5– P6

Λh P5 – P6 = BTP5 – BTP6 EP6 = EP5 + Λh

= 1,090 – 1,682 = 10,580 + (-0,592)

= -0,592 = +9,988 m

EP5 = +10,580 m

P6– P7

Λh P6 – P7 = BTP6 – BTP7 EP7 = EP6 + Λh

= 1,682– 1,289 = 9,988 + (0,393)

= 0,393 = +10,381 m

EP6 = +9,988 m

P7– P8

Λh P7 – P8 = BTP7 – BTP8 EP8 = EP7 + Λh

= 1,289 – 1,098 = 10,381+ (0,191)

= 0,191 = +10,572 m

EP7 = +10,381 m

P8– P9

Λh P8 – P9 = BTP8 – BTP9 EP9 = EP8 + Λh

= 1,098 – 1,850 = 10,572 + (-0,752)

= -0,752 = +9,820 m

EP8 = +10,572 m

P9– P10

Λh P9 – P10 = BTP9 – BT10 EP10 = EP9 + Λh

= 1,850 – 1,455 = 9,820 + (0,395)

= 0,395 = +10,215 m

EP9 = +9,820 m

64

Page 65: Laporan Iut Pre-fix

P10 – P11

Λh P10 – P11 = BT10 – BTP11 EP11 = E10 + Λh

= 1,455– 1,260 = 10,215 + (0,195)

= 0,195 = +10,410 m

EBM = +10,215

P11– P12

Λh P11 – P12 = BT11 – BTP12 EP12 = EP11 + Λh

= 1,260 – 1,810 = 10,410+ (-0,550)

= -0,550 = +9,860 m

EP1 = +9,860m

P12– P13

Λh P12 – P13 = BTP12 – BTP13 EP13 = EP12 + Λh

= 1,810 – 1,415 = 9,860 + (0,395)

= 0,395 = +10,225 m

EP2 = +10,225 m

P13– P14

Λh P13 – P14 = BTP13 – BTP14 EP14 = EP13 + Λh

= 1,415 – 1,250 = 10,225 + (0,165)

= 0,165 = +10,420 m

EP3 = +10,420 m

P14– P15

Λh P14– P15 = BTP14 – BTP15 EP15 = EP14 + Λh

= 1,250 – 1,752 = 10,420 + (-0,502)

= -0,502 = +9,918 m

EP4 = +9,918 m

65

Page 66: Laporan Iut Pre-fix

P15– P16

Λh P15 – P16 = BTP15 – BTP16 EP16 = EP15 + Λh

= 1,752 – 1,354 = 9,918 + (0,398)

= 0,398 = +10,316 m

EP15 = +10,316 m

P16– P17

Λh P16 – P17 = BTP16 – BTP17 EP17 = EP16 + Λh

= 1,354 – 1,164 = 10,316 + (-0,190)

= 0,190 = +10,506 m

EP16 = +10,506 m

66

Page 67: Laporan Iut Pre-fix

TABEL DATA

PEMBACA

TITIK

ALAT

NAMA PATO

K

NOMOR

PATOK

PEMBACAAN BENANGTINGGI ALAT

JARAK BEDA TINGG

I

ELEVASIBA BT BB OPTIS UKUR

Hijrah Rauf(312 12 070) A

BM I 1,810 1,670 1,5301,550

28,000 27.992 0,397 10,000P1 II 1,410 1,273 1,141 26,900 26.822 0,201 10,397P2 III 1,230 1,072 0,933 29,700 29.608 -0,601 10,598

Evy Fatimah Sari (312 12 074) B

P3 I 1,890 1,673 1,5411,560

34,900 27.796 0,391 9,997P4 II 1,413 1,282 1,144 26,900 27.150 0,192 10,388P5 III 1,200 1,090 0,941 25,900 30.072 -0,592 10,580

Dendi Purwanto (312 12 075) C

P6 I 1,802 1,682 1,5001,480

30,200 24.740 0,393 9,988P7 II 1,415 1,289 1,160 25,500 25.750 0,191 10,381P8 III 1,240 1,098 0,950 29,000 29.074 -0,752 10,572

Andi Rahmat Ashar (312 12 071) D

P9 I 1,980 1,850 1,6901,600

29,000 28.958 0,395 9,820P10 II 1,589 1,455 1,321 26,800 26.729 0,195 10,215P11 III 1,405 1,260 1,115 29,000 29.281 -0,550 10,410

Yudistira Eka Putra (312 12 072) E

P12 I 1,943 1,810 1,6751,600

26,800 27.320 0,395 9,860P13 II 1,560 1,415 1,275 28,500 28.658 0,165 10,255P14 III 1,380 1,250 1,065 31,500 31.780 -0,502 10,420

Gabriel LSB Pakan (312 12 069) F

P15 I 1,874 1,752 1,6241,570

25,000 25.078 0,398 9,918P16 II 1,490 1,354 1,224 26,600 26.292 0,190 10,316P17 III 1,343 1,164 1,021 32,200 29.659 0,190 10,506

67

Page 68: Laporan Iut Pre-fix

68

Page 69: Laporan Iut Pre-fix

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

- Waterpass merupakan alat sipat datar yang digunakan untuk

mengetahui beda tinggi dan jarak datar.

- Pengenalan alat ini dimaksudkan agar kita lebih mahir dalam

menggunakan waterpass di lapangan

- Dan juga kita dapat mengetahui bagian – bagian dari waterpass dan

fungsinya.

B. SARAN

- Dalam pengukuran yang harus di lakukan adalah melakukan

pembacaan bak ukur secara berulang – ulang untuk mendapatkan hasil

yang akurat, kemudian harus bergantian dalam pembacaan dengan

teman untuk menyamakan pembacaan

GAMBAR SITUASI

69

Page 70: Laporan Iut Pre-fix

3.5 JOB V : Pengukuran Profil Memanjang dan Profil Melintang

Hari / Tanggal : Kamis / 04 April 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - Ir. Efraim Bara

- DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Abd. Rivai Sulaeman, M.S.

- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN

1.1. Tujuan umum

1. Dapat terampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat

dalam tiap pengukuran.

2. Dapat mengatasi masalah dilapangan yang dijumpai pada waktu

pengukuran.

3. Dapat mengukur jarak optis dan beda tinggi.

4. Dapat menganalisis hasil pengukuran dilapangan dengan hasil

perhitungan.

1.2. Tujuan khusus

1. Dapat melaksanakan dan mengukur profil memanjang dan profil

melintang.

2. Dapat melaksanakan pengukuran traversing.

3. Dapat menghitung dan menggambar hasil pengukuran profil.

B. DASAR TEORI

Pada pengukuran profil memanjang dan melintang dilapangan dimaksud

untuk dapat mengetahui jarak dan beda tinggi pada suatu titik dan titik lain.

70

Page 71: Laporan Iut Pre-fix

Rumus Jarak :

L = (BA – BB) x 100

BT = BA + BB 2

Ket. : L = Jarak langsung

BA = Benang atas

BT = Benang tengah

BB = Benang bawah

Rumus Beda Tinggi (∆h) :

∆h = BT Belakang - BT Muka

Pengukuran profil memanjang dan melintang dibuat dengan menentukan

titik pertama untuk penempatan waterpas. Selanjutnya untuk bak ukur kita

harus tempatkan pada suatu titik yang telah di tentukan dengan menggunakan

roll meter.

Dalam pengukuran memanjang, yang harus diperhatikan adalah

ketegakan waterpas harus tepat pada titik yang telah ditandai dan lurus antar

titik yang satu dengan yang lain, dan pembacaannya harus benar-benar

akurat.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengukuran

memanjang, dan melintang harus dengan benar-benar serius dalam

pembacaan bak ukur dengan waterpas. Apabila dalam penggunaan alat tanpa

71

Page 72: Laporan Iut Pre-fix

memperhatikan bagian-bagian yang berfungsi untuk mendukung dalam

ketepatan pengukuran seperti unting-unting, nivo dan lain-lain maka akan

terjadi kesalahan dari hasil pengukuran.

Apabila dalam pengukuran dengan menggunakan alat waterpas, bak

ukur, unting-unting dan sebagainya sesuai dengan fungsinya dengan benar

maka pengukuran data akan memperoleh hasil yang maksimal.

C. PERALATAN / PERLENGKAPAN

1. Pesawat waterpas / sipat datar digunakan untuk mengukur dan

menentukan BA, BT dan BB pada bak ukur.

2. Kaki tiga / Tripod / Statif berfungsi sebagai tempat waterpas dan

sebagai penentu ketepatan titik atau as dengan unting-unting.

3. Bak ukur yaitu sebagai tempat pembacaan BA, BT dan BB dengan

menggunakan waterpas.

4. Rol meter untuk mengukur jarak antar titik dengan titik lain dan untuk

menentukan kelurusan antar titik.

5. Unting-unting untuk menentukan as pada titik (patok / pen) yang telah

ditentukan sebagai tempat waterpas.

6. Payung digunakan untuk melindungi waterpas disaat melakukan

pembacaan dari sinar matahari.

7. Papan pengalas dan alat tulis untuk mencatat seluruh data dilapangan.

8. Perlengkapan praktek (baju lab, helm dan sepatu).

9. Pen / Patok, digunakan sebagai penanda titik pada saat pembacaan

benang.

72

Page 73: Laporan Iut Pre-fix

Watepas Unting - unting

Nivo Bak Ukur

Rol Meter Tripoid

Pen

73

Page 74: Laporan Iut Pre-fix

D. PETUNJUK UMUM

1. Pergunakan semua peralatan menurut aturannya masing-masing.

2. Bak ukur / Rambu ukur harus berdiri vertical diatas patok atau diatas

alas bakukur (portable shoes) tanah.

3. Setiap pembacaan harus memeriksa yaitu BA + BB = 2 BT atau BA –

BT = BT – BB.

4. Terlebih dahulu dibuat skema jalan pengukuran sebagai data awal.

5. Ikuti tata tetib keselamatan kerja (baju praktek, helm, sepatu)

6. Setelah selesai, semua peralatan dikumpul, dibersihkan dan

dikembalikan dalam kondisi seperti semula.

7. Data hasil pengukuran dilapangan agar di periksa dan di paraf oleh

instruktur.

E. LANGKAH KERJA

1. Traversing/Profil Memanjang

1. Tentukan titik-titik traversing yang akan diukur dengan cara

memberi tanda pada masing-masing titik yaitu titik BM, P1, P2, P3,

P4, P5, P6, P7,

2. Pengukuran jarak optis

1. Untuk alat yang dapat ditempatkan pada salah satu titik (BM,

P1)

a. Tempatkan dan stel pesawat di antara titik, BM - P1

b. Tempatkan bak ukur pada titik BM

c. Bidik dengan teropong ke bak ukur, kemudian baca dan catat

BA, BT, dan BB pada bak ukur.

d. Kemudian dengan cara yang sama, lanjutkan pada P1 - P2

sampai seterusnya.

2. Untuk kondisi alat harus berada di antaranya

a. Tempatkan dan stel pesawat kira-kira di tengah-tengah antara

titik BM dan P1 (slag 1). Penempatan pesawat harus segaris

dengan BM dan P1.

74

Page 75: Laporan Iut Pre-fix

b. Tempatkan bak ukur diatas patok. Titik BM sebagai bak

belakang, dan titik P1 sebagai bak muka.

c. Bidik teropong ke bak belakang (BM) kemudian baca dan

catat BA, BT, dan BB pada bak ukur.

d. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara P1 dan P2). Dengan

cara yang sama dengan langkah a sampai c, lakukan

pembacaan bak belakang dan bak muka.

e. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.

f. Jarak BM – P1 (D) adalah jarak pesawat ke bak belakang

(BM) + jarak pesawat ke bak muka (P1). Demikian juga

pada slag-slag berikutnya.

g. Hitung hasil pengukuran dan gambar profil memanjang

75

Page 76: Laporan Iut Pre-fix

2. Profil Melintang

a. Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap traver yang telah

ditentukan. Jarak setiap titik bantu pada profil masing-masing 2m.

b. Tempatkan dan stel pesawat pada titik diluar garis profil, sehingga

dari titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur.

c. Pasang bak ukur di BM. Letakkan alat diantara titik P1 dan P2 dari

travers yang ditentukan, kemudian bidik titik BM lalu catat data

pembacaan (BA, BT, BB)

d. Pasang bak ukur pada titik P1, lalu catat data pembacaan bak.

e. Setelah itu, pasang bak ukur pada titik bantu (a1, b1, c1, d1) lalu

lakukan pembacaan benang.

f. Setelah pembacaan benang pada titik bantu, putar pesawat waterpass

untuk membaca P2 (muka). Catat hasil pembacaan benang.

g. Pindahkan alat diantara titik P2 dan P3 (alat segaris dengan P2-P3).

Lakukan pembacaan benang untuk P2 belakang. Setelah melakukan

pembacaan, pasang bak ukur pada titik bantu (a2, b2, c2, d2), lalu

baca dan catat data pembacaan.

h. Setelah itu, bidik P3 muka, dan catat hasil pembacaan.

i. Pindahkan pesawat pada slag selanjutnya, kemudian ulangi langkah

(g) dan (h).

j. Begitu seterusnya sampai pada slag terakhir.

k. Hitung dan gambar hasil pengukuran melintang.

76

Page 77: Laporan Iut Pre-fix

Tabel Data Pengukuran Profil Memanjang

PATOKRAMBU JARAK

∆H TINGGI ALAT(i) TGB ELEVASIDEPAN TENGA

H BELAKANG UKUR OPTIS

Slag 1

BM

14,000 14,000

1,420

11,420

+10,0001,870

+9,620P1 1,800 -0,3801,730

Slag 2

1,29514,430 14,000

10,845

+9,620 P1 1,225 -0,1151,155

P2 1,340 +9,5051,615

14,800 14,700 +9,305P3 1,540 -0,2001,468

Slag 3

1,31014,000 14,000

10,545

+9,305P3 1,240 -0,1801,170

P4 1,420 +9,1251,550

13,530 13,000 +9,062P5 1,483 -0,0631,420

Slag 4

1,49012,800 12,600

0,253 10,490

+9,062 P5 1,4281,364

1,24514,000 14,000 +9,315P6 1,175

1,105

Slag 5

1,656

12,750 13,600 7,915 +9,315P6 1,5921,520

P7 0,192 1,400 +9,507

77

Page 78: Laporan Iut Pre-fix

F. PENGOLAHAN DATA:

Pengukuran Jarak Optis

DP1 muka = (BA - BB)= 1,870 - 1,730 x 100= 14,000 m

DP1 Belakang = 1,295 - 1,155 x 100= 14,000 m

DP3 muka = 1,615 - 1,468 x 100= 14,700 m

DP3 belakang = 1,310 - 1,170 x 100= 14,000 m

DP5 muka = 1,550 - 1,420 x 100= 13,000 m

DP5 belakang = 1,490 - 1,364 x 100= 12,600 m

DP6 muka = 1,245 - 1,105 x 100= 14,000 m

DP6 belakang = 1,656 - 1,520 x 100= 13,600 m

78

Page 79: Laporan Iut Pre-fix

Perhitungan Beda Tinggi dan Elevasi

∆hBMP1 = i BM - BTP1 EP1 = EBM + ∆hBMP1

= 1,420 - 1,800 = 10,000 + -0,380= -0,380 m = 9,620 m

∆PIP2 = BTP1 - iP2 EP2 = EP1 + ∆PIP2

= 1,225 - 1,340 = 9,620 + -0,115= -0,115 m = 9,505 m

∆P1P3 = BTP1 - BTP3 EP3 = EP1 + ∆P1P3

= 1,225 - 1,540 = 9,620 + -0,315= -0,315 m = 9,305 m

∆P3P4 = BTP3 - ip4 EP4 = EP3 + ∆P3P4

= 1,240 - 1,420 = 9,305 + -0,180= -0,180 m = 9,125 m

∆P3P5 = BTP3 - BTP5 EP5 = EP3 + ∆P3P5

= 1,240 - 1,483 = 9,305 + -0,243= -0,243 m = 9,062 m

∆P5P6 = BTP5 - BTP6 EP6 = EP5 + ∆P5P6

= 1,428 - 1,175 = 9,062 + 0,253= 0,253 m = 9,315 m

∆P6P7 = BTP6 - iP7 EP7 = EP6 + ∆P6P7

= 1,592 - 1,400 = 9,315 + 0,192= 0,192 m = 9,507 m

79

Page 80: Laporan Iut Pre-fix

Sketsa Pengukuran

Profil Melintang

80

Page 81: Laporan Iut Pre-fix

Tabel Pengukuran Profil Melintang

Tempat dan Tinggi Alat

Titik Target

Belakang Muka Jarak∆h Elevasi

BA BT BB BA BT BB Ukur Optis

1.500

BM 0.450 0.240 0.030 42.000 42.000 + 10.000P1 1.315 1.275 1.235 -1.035 + 8.965a 0.815 0.770 0.725 0.505 + 9.470b 1.765 1.725 1.682 -0.450 + 8.515c 1.291 1.250 1.210 0.025 + 8.990d 1.321 1.279 1.277 -0.004 + 8.961

P2 1.890 1.850 1.810 16.000 16.000 -0.575 + 8.390

1.440

P2 1.180 1.140 1.100 + 8.390a 1.009 0.961 0.919 0.179 + 8.569b 1.490 1.448 1.408 -0.308 + 8.082c 1.248 1.198 1.153 -0.058 + 8.332d 1.232 1.189 1.145 -0.049 + 8.341

P3 1.735 1.695 1.655 16.000 16.000 -0.555 + 7.835

1.438

P3 1.235 1.195 1.155 + 7.835a 1.481 1.435 1.390 -0.240 + 7.595b 1.275 1.232 1.190 -0.037 + 7.798c 1.350 1.310 1.267 -0.115 + 7.720d 1.345 1.300 1.255 -0.105 + 7.730

P4 1.678 1.640 1.603 15.400 15.500 -0.445 + 7.390

1.430

P4 1.342 1.302 1.262 + 7.390a 1.297 1.252 1.206 0.050 + 7.440b 1.356 1.314 1.272 -0.012 + 7.378c 1.475 1.432 1.392 -0.130 + 7.260d 1.489 1.446 1.400 -0.144 + 7.246

P5 1.680 1.635 1.600 16.000 16.000 -0.333 + 7.057

1.400

P5 1.321 1.281 1.242 + 7.057a 1.181 1.141 1.090 0.140 + 7.197b 1.741 1.701 1.661 -0.420 + 6.637c 1.370 1.324 1.290 -0.043 + 7.014d 1.380 1.340 1.295 -0.059 + 6.998

P6 1.614 1.574 1.534 15.840 15.900 -0.293 + 6.764

1.420

P6 1.307 1.267 1.228 + 6.764a 1.261 1.212 1.166 0.055 + 6.819b 1.285 1.245 1.202 0.022 + 6.786c 1.384 1.345 1.307 -0.078 + 6.686d 1.354 1.315 1.275 -0.048 + 6.716

P7 1.507 1.468 1.429 16.000 15.700 -0.201 + 6.563ANALISA DATA PROFIL MELINTANG :

Perhitungan Jarak

81

Page 82: Laporan Iut Pre-fix

BM-P1

DBM-P1 = (BA-BB) x 100

= (0,450-0,030) x 100

= 42,000 m

P1-P2

DP1-P2 = DP1 + DP2

= (BA-BB)P1 blk x 100 + (BA-BB)P2 dpn x 100

= (1,315-1,235) x 100 + (1.890-1,810) x 100

= 16,000 m

P2-P3

DP2-P3 = DP2 + DP3

= (BA-BB)P2 blk x 100 + (BA-BB)P3 dpn x 100

= (1,180-1,100) x 100 + (1,735-1,655) x 100

= 16,000 m

P3-P4

DP3-P4 = DP3 + DP4

= (BA-BB)P3 blk x 100 + (BA-BB)P4 dpn x 100

= (1,235-1,155) x 100 + (1,678-1,603) x 100

= 15,500 m

P4-P5

DP4-P5 = DP4 + DP5

= (BA-BB)P4 blk x 100 + (BA-BB)P5 dpn x 100

= (1,342-1,262) x 100 + (1,680-1,600) x 100

= 16,000 m

P5-P6

DP5-P6 = DP5 + DP6

= (BA-BB)P5 blk x 100 + (BA-BB)P6 dpn x 100

= (1,321-1,242) x 100 + (1,614-1,534) x 100

= 15,900 m

P7-P7

DP5-P6 = DP6 + DP7

82

Page 83: Laporan Iut Pre-fix

= (BA-BB)P6 blk x 100 + (BA-BB)P7 dpn x 100

= (1,307-1,228) x 100 + (1,507-1,429) x 100

= 15,700 m

Perhitungan Beda Tinggi (∆h)

∆hBMP1 = BTBM - BTP1

= 0.240 - 1,275

= -1.035 m

∆hP1a0 = BTP1 - BTa0

= 1,275 - 0,770 = 0.505 m

∆hP1b0 = BTP1 - BTb0

= 1,275 - 1.725 = -0.450 m

∆hP1c0 = BTP1 - BTc0

= 1,275 - 1.250 = 0.025 m

∆hP1d0 = BTP1 - BTd0

= 1,275 - 1.279 = -0.004 m

∆hP1P2 = BTP1 - BTP2

= 1,275 - 1.850 = -0.575 m

∆hP2a1 = BTP2 - BTa1

= 1,140 - 0,961 = 0,179 m

∆hP2b1 = BTP2 - BTb1

= 1,140 - 1,448 = -0,308 m

∆hP2c1 = BTP2 - BTc1

= 1,140 - 1,198 = -0,058 m

∆hP2d1 = BTP2 - BTd1

= 1,140 - 1,189 = -0,049 m

∆hP2P3 = BTP2 - BTP3

= 1,140 - 1,695 = -0,555 m

∆hP3a2 = BTP3 - BTa2

= 1,195 - 1,435 = -0.240 m

83

Page 84: Laporan Iut Pre-fix

∆hP3b2 = BTP3 - BTb2

= 1,195 - 1,232 = -0,037 m

∆hP3c2 = BTP3 - BTc2

= 1,195 - 1,310 = -0,115 m

∆hP3d2 = BTP3 - BTd2

= 1,195 - 1.300 = -0,105 m

∆hP3P4 = BTP3 - BTP4

= 1,195 - 1.640 = -0,445 m

∆hP4a3 = BTP4 - BTa3

= 1,302 - 1,252 = 0,050 m

∆hP4b3 = BTP4 - BTb3

= 1,302 - 1,314 = -0,012 m

∆hP4c3 = BTP4 - BTc3

= 1,302 - 1,432 = -0,130 m

∆hP4d3 = BTP4 - BTd3

= 1,302 - 1,446 = -0,144 m

∆hP4P5 = BTP4 - BTP5

= 1,302 - 1.635 = -0,333 m

∆hP5a4 = BTP5 - BTa4

= 1,281 - 1,141 = -0.140 m

∆hP5b4 = BTP5 - BTb4

= 1,281 - 1,701 = -0,420 m

∆hP5c4 = BTP5 - BTc4

= 1,281 - 1,324 = -0,043 m

∆hP5d4 = BTP5 - BTd4

= 1,281 - 1,340 = -0,059 m

∆hP5P6 = BTP5 - BTP6

= 1,281 - 1,574 = -0,293 m

∆hP6a5 = BTP6 - BTa5

= 1,267 - 1,212 = 0,055 m

∆hP6b5 = BTP6 - BTb5

84

Page 85: Laporan Iut Pre-fix

= 1,267 - 1,245 = 0,022 m

∆hP6c5 = BTP6 - BTc5

= 1,267 - 1,345 = -0,078 m

∆hP6d5 = BTP6 - BTd5

= 1,267 - 1,315 = -0,048 m

∆hP6P7 = BTP6 - BTP7

= 1,267 - 1.468 = -0.201 m

Elevasi Titik

EBM = +10.000 mEP1 = EBm + ∆hBmP1 = 10.000 + ( -1,305 ) = 8,965 mEP2 = EP1 + ∆hP1P2 = 8,965 + ( -0,575 ) = 8,390 mEP3 = EP2 + ∆hP2P3 = 8.390 + ( -0.555 ) = 7,835 mEP4 = EP3 + ∆hP3P4 = 7,835 + ( -0.445 ) = 7,390 mEP5 = EP4 + ∆hP4P5 = 7,390 + ( -0,333 ) = 7,057 mEP6 = EP5 + ∆hP5P6 = 7,057 + ( -0,293 ) = 6,764 mEP7 = EP6 + ∆hP6P7 = 7,057 + ( -0,201 ) = 6,563 m

Ea0 = EP1 + ∆hP1a = 8,965 + ( 0,505 ) = 9,470 mEb0 = EP1 + ∆hP1b = 8,965 + ( -0,450 ) = 8,515 mEc0 = EP1 + ∆hP1c = 8,965 + ( 0,025 ) = 8,990 mEd0 = EP1 + ∆hP1d = 8,965 + ( -0,004 ) = 8,961 m

Ea1 = EP2 + ∆hP2a = 8,390 + ( 0,179 ) = 8,569 mEb1 = EP2 + ∆hP2b = 8,390 + ( -0,308 ) = 8,082 mEc1 = EP2 + ∆hP2c = 8,390 + ( -0,058 ) = 8,332 mEd1 = EP2 + ∆hP2d = 8,390 + ( -0,049 ) = 8,341 m

Ea2 = EP3 + ∆hP3a = 7,835 + ( -0,240 ) = 7,595 mEb2 = EP3 + ∆hP3b = 7,835 + ( -0,037 ) = 7,798 mEc2 = EP3 + ∆hP3c = 7,835 + ( -0,115 ) = 7,720 mEd2 = EP3 + ∆hP3d = 7,835 + ( -0,105 ) = 7,730 m

Ea3 = EP4 + ∆hP4a = 7,390 + ( 0,050 ) = 7,440 mEb3 = EP4 + ∆hP4b = 7,390 + ( -0,012 ) = 7,378 mEc3 = EP4 + ∆hP4c = 7,390 + ( -0,130 ) = 7,260 mEd3 = EP4 + ∆hP4d = 7,390 + ( -0,144 ) = 7,246 m

85

Page 86: Laporan Iut Pre-fix

Ea4 = EP5 + ∆hP5a = 7,057 + ( 0,140 ) = 7,197 mEb4 = EP5 + ∆hP5b = 7,057 + ( -0,420 ) = 6,637 mEc4 = EP5 + ∆hP5c = 7,057 + ( -0,043 ) = 7,014 mEd4 = EP5 + ∆hP5d = 7,057 + ( -0,059 ) = 6,998 m

Ea5 = EP6 + ∆hP6a = 6,764 + ( 0,055 ) = 6,819 mEb5 = EP6 + ∆hP6b = 6,764 + ( 0,022 ) = 6,786 mEc5 = EP6 + ∆hP6c = 6,764 + ( -0,078 ) = 6,686 mEd5 = EP6 + ∆hP6d = 6,764 + ( -0,048 ) = 6,716 m

G. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

86

Page 87: Laporan Iut Pre-fix

1. Setelah melakukan praktikum job ini kita dapat melaksanakan dan

mengukur profil memanjang dan melintang namun dalam

pengukuran ini masih ada kesalahan yang didapat baik dalam

pembacaan bak ukur dan perletakan alat ukur yang tidak tepat.

2. Dapat menghitung hasil pengukuran yang telah dilakukan namun

dalam pengukuran dengan menggunakan alat ukur masih terdapat

perbedaan antar pengukuran langsung dengan rol meter dan

pengukuran menggunakan waterpas.

3. Pada job ini kita juga dapat menggambarkan hasil praktikum atau

sketsa hasil pengukuran profil memanjang dan melintang.

4. Dalam pengukuran ini dapat pula kita mengukur jarak optis dan

beda tinggi dan menganalisis hasil pengukuran dilapangan dengan

hasil pengukuran.

B. SARAN

1. Pada saat melakukan pembacaan bak ukur haruslah benar – benar

teliti dan cermat karena apabila pembacaan bak ukur terdapat

kesalahan maka pada saat menganalisa data jarak optis, beda tinggi,

dan elevasi juga akan terjadi kesalahan, maka kosentrasilah pada

saat membaca bak ukur.

2. Pastikan antar patok berada dalam satu garis lurus dengan

memperhatikan derajat (grid) pada saat memutar waterpass

87

Page 88: Laporan Iut Pre-fix

3.6 JOB VI : Membuat Garis Kontur

Hari/Tanggal : Selasa, 24 mei 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, MS

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai Sulaeman, MS.

- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat terampil mengukur dan membuat peta kontur

1.2. Tujuan khusus

1. Dapat menggunakan waterpass dengan baik dan benar

2. Dapat menentukan elevasi titik diatas permukaan tanah dengan

alat waterpas

3. Dapat mengetahui prosedur pembuatan peta kontur

4. Dapat membuat peta kontur dengan komputer

B. DASAR TEORI

Di dalam pengukuran membuuat garis kontur dilapangan dimaksud

untuk dapat mengetahui elevasi titik di atas permukaan tanah dengan alat

waterpas dan terampil dalam menarik garis kontur pada titik elevasi yang

diperoleh dari pengukuran elevasi.

Untuk melakukan pengukuran garis kontur dengan menentukan titik

pertama untuk penempatan waterpas. Sebelum melakukan pembacaan

rambu ukur terlebih dahulu tentukanlmah sudt siku-siku dengan menyetel

alat ukur penentuan kesikuan yang ada pada waterpass.

Dalam pengukuran ini yang harus diperhatikan adalah ketegakkan dan

kesikuan waterpas antara koordinat X dan Y dilapangan. Penempatan

88

Page 89: Laporan Iut Pre-fix

waterpas harus ditentukan, dan lurus antar titik yang satu dengan yang lain

dan pembacaannya harus teliti dan benar-benar akurat.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengukuran garis

kontur haruslah dengan benar-benar konsentrasi dan focus dalam

pembacaan BA, BT, dan BB pada bak ukur. Apabila dalam pengukuran

tanpa memperhatikan bagian alat yang befungsi mendukung dalam

ketepatan dalam pengukuran seperti penentuan kesikuan, ketegakkan, dan

pembacaan rambu ukur maka akan terjadi suatu kesalahan dari hasil

pegukuran.

Apabila di dalam pengukuran pembuatan garis kontur dengan

menggunakan alat dengan fungsinya masing-masing sesuai dengan contoh

yang diberikan oleh instruktur pembimbing dan dosen maka pengukuran

data akan memperoleh hasil yang maksimal.

Adapun rumus yang biasa dipakai yaitu:

Rumus jarak:

D = (BA – BB) x 100

BT = BA + BB 2

Rumus elevasi :

ElvB = ElA + ∆hAB

Rumus beda tinggi:

∆h = BTA - BTB

C. PERALATAN/PERLENGKAPAN

1. Rol meter untuk mengukur jarak antara titik tempat menancapkan

patok/pen dan kelurusan dari titik yang satu dengan yang lain

2. Pesawat waterpas berfungsi untuk membidik atau membaca BA. BT,

dan BB terhadap bak ukur.

3. Bak ukur yaitu sebagai tempat pembacaan ukuran BA. BT, dan BB

dari waterpas.

89

Page 90: Laporan Iut Pre-fix

4. Unting-unting untuk menentukan AS pada titik yang telah ditentukan

sebagai tempat waterpas

5. Nivo untuk menentukan ketegakkan bak ukur

6. Kaki tiga/tripoid/statif berfungsi sebagai tempat atau jarak yang telah

diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur

7. Patok/pen/jalon dan digunakan untuk menandai tempat atau jarak

yang telah diukur dan sebagai tempat untuk mendirikan bak ukur

8. Payung digunakan untuk melindungi waterpas dari sinar matahari

pada saat melakukan pembacaan rambu ukur.

9. Helm untuk pelindung kepala

10. Perlengkapan praktek.

D. LANGKAH KERJA

1. Siapkan semua alat yang akan digunakan dalam pengukuran ini.

2. Tempatkan titik awal pengukuran (A) berupa titik pusat koordinat X

dan Y. selanjutnya ukur jarak lurus dari titik awal ke arah X sepanjang

25 meter (sesuai petunjuk instruktur) kemudian beri patok setiap jarak

5 meter (A1,A2, … dan seterusnya) pastikan kelurusan patok dari titik

awal.

90

Page 91: Laporan Iut Pre-fix

3. Ukur jarak lurus dari titik awal (A) sejauh 25 m kearah Y kemudian

beri titik/patok setiap 5 m (B,C,D,E,F)

4. Lakukan pembacaan bak ukur pada titik B, C, D, E, F.

5. Pindahkan alat di titik A1. Ukur jarak lurus dari A1 ke arah Y sejauh

25 m dan beri titik setiap 5 m (B1, C1, D1, E1, F1).

6. Arahkan pesawat pada titik A1, kemudian putar 90° untuk membaca

titik B1, C1, D1, E1, dan F1.

7. Catat hasil pembacaan benang.

8. Dari titik A1, putar pesawat 90° ke arah A2. Kemudia Pindahkan Alat

dititik A2. Bila alat telah berdiri dititik A2, bidik kembali titik A1 lalu

putar pesawat 90° ke arah Y lalu lakukan pembacaan terhadap titik

B2, C2, D2, E2, dan F2.

9. Setelah itu, pindahkan alat dititik A3. Untuk langkah selajutnya,

lakukan seperti langkah pada poin (6), (7), dan (8). Begitu seterusnya

sampai titik A5.

91

Page 92: Laporan Iut Pre-fix

GAMBAR PENEMPATAN TITIK

92

Page 93: Laporan Iut Pre-fix

SKESTA PENGUKURAN :

93

Page 94: Laporan Iut Pre-fix

TABEL PENGUKURAN DATA DI LAPANGAN

Tempat Alat

Titik Target

Koordinat Pembacaan Benang Jarak Optis (m)

Tinggi AlatX Y BA BT BB

A

BM 0 0 0.870 0.660 0.450 42

1.380

A 0 0 0 0 0 0A1 5 0 1.444 1.419 1.396 5A2 10 0 1.420 1.370 1.320 10A3 15 0 1.505 1.430 1.355 15A4 20 0 1.491 1.391 1.291 20A5 25 0 1.482 1.357 1.232 25B 0 5 1.506 1.483 1.458 5C 0 10 1.603 1.553 1.503 10D 0 15 1.694 1.620 1.544 15E 0 20 1.760 1.660 1.560 20F 0 25 1.880 1.760 1.630 25

A1

A 5 0 1.469 1.445 1.419 5

1.420

B1 5 5 1.509 1.494 1.460 5C1 5 10 1.586 1.538 1.488 10D1 5 15 1.745 1.660 1.595 15E1 5 20 1.815 1.715 1.615 20F1 5 25 1.920 1.790 1.670 25

A2

A1 10 0 1.482 1.455 1.430 5

1.400

B2 10 5 1.505 1.480 1.455 5C2 10 10 1.584 1.534 1.485 10D2 10 15 1.720 1.645 1.570 15E2 10 20 1.840 1.740 1.640 20F2 10 25 1.900 1.775 1.650 25

A3

A2 15 0 1.390 1.365 1.340 5

1.420

B3 15 5 1.475 1.450 1.425 5C3 15 10 1.545 1.495 1.445 10D3 15 15 1.645 1.570 1.495 15E3 15 20 1.741 1.642 1.542 20F3 15 25 1.835 1.710 1.585 25

A4

A3 20 0 1.488 1.464 1.438 5

1.420

B4 20 5 1.514 1.490 1.464 5C4 20 10 1.562 1.512 1.462 10D4 20 15 1.660 1.588 1.510 15E4 20 20 1.755 1.655 1.555 20F4 20 25 1.835 1.710 1.585 25

A5 A4 25 0 1.445 1.420 1.395 5 1.420

94

Page 95: Laporan Iut Pre-fix

B5 25 5 1.555 1.505 1.455 10C5 25 10 1.600 1.525 1.450 15D5 25 15 1.700 1.600 1.500 20E5 25 20 1.780 1.655 1.530 25F5 25 25 1.835 1.710 1.585 25

Pengolahan Data :

Perhitungan Beda Tinggi (∆h ) dan Elevasi

∆hABM = iA - BTBM ELA1 = ELBM + ∆hBMA1= 1.380 - 0.660 = 10.000 + -0.039= 0.720 m = 9.961 m

∆hBMA1 = iA - BTA1 ELA2 = ELBM + ∆hBMA2= 1.380 - 1.419 = 10.000 + 0.010= -0.039 m = 10.010 m

∆hA1A2 = iA - BTA2 ELA3 = ELBM + ∆hBMA3= 1.380 - 1.370 = 10.000 + -0.050= 0.010 m = 9.950 m

∆hA2A3 = iA - BTA3 ELA4 = ELBM + ∆hBMA4= 1.380 - 1.430 = 10.000 + -0.011= -0.050 m = 9.989 m

∆hA3A4 = iA - BTA4 ELA5 = ELBM + ∆hBMA5= 1.380 - 1.391 = 10.000 + 0.023= -0.011 m = 10.023 m

∆hA4A5 = iA - BTA5 ELB = ELBM + ∆hBMB= 1.380 - 1.357 = 10.000 + -0.103= 0.023 m = 9.897 m

∆hA5B = iA - BTB ELC = ELBM + ∆hBMC= 1.380 - 1.483 = 10.000 + -0.173= -0.103 m = 9.827 m

∆hBC = iA - BTC ELD = ELBM + ∆hBMD= 1.380 - 1.553 = 10.000 + -0.240= -0.173 m = 9.760 m

∆hCD = iA - BTD ELE = ELBM + ∆hBME

95

Page 96: Laporan Iut Pre-fix

= 1.380 - 1.620 = 10.000 + -0.280= -0.240 m = 9.720 m

∆hDE = iA - BtE ELF = ELBM + ∆hBMF= 1.380 - 1.660 = 10.000 + -0.380= -0.280 m = 9.620 m

∆hEF = iA - BTF= 1.380 - 1.760= -0.380 m

Perhitungan ∆h Pada Titik A1 Perhitungan Elevasi Pada Titik A1∆hA1A = iA1 - BTA ELA1 = 9.961 m

= 1.420 - 1.445= -0.025 m

∆hAB1 = iA1 - BTB1 ELB1 = ELA1 + ∆hA1B1= 1.420 - 1.494 = 9.961 + -0.074= -0.074 m = 9.887 m

∆hA1C1 = iA1 - BTC1 ELC1 = ELA1 + ∆hA1C1= 1.420 - 1.538 = 9.961 + -0.118= -0.118 m = 9.843 m

∆hA1D1 = iA1 - BTD1 ELD1 = ELA1 + ∆hA1D1= 1.420 - 1.660 = 9.961 + -0.240= -0.240 m = 9.721 m

∆hA1E1 = iA1 - BTE1 ELE1 = ELA1 + ∆hA1E1= 1.420 - 1.715 = 9.961 + -0.295= -0.295 m = 9.666 m

∆hA1F1 = iA1 - BTF1 ELF1 = ELA1 + ∆hA1F1= 1.420 - 1.790 = 9.961 + -0.370= -0.370 m = 9.591 m

Perhitungan ∆h Pada Titik A2 Perhitungan Elevasi Pada Titik A2∆hA2A1 = ia2 - BTA1 ELA2 = 10,010

= 1.400 - 1.455= -0.055 m

∆hA2B2 = iA2 - BTB2 ELB2 = ELA2 + ∆hA2B2

96

Page 97: Laporan Iut Pre-fix

= 1.400 - 1.480 = 10.010 + -0.080= -0.080 m = 9.930 m

∆hA2C2 = iA2 - BTC2 ELC2 = ELA2 + ∆hA2C2= 1.400 - 1.534 = 10.010 + -0.134= -0.134 m = 9.876 m

∆hA2D2 = iA2 - BTD2 ELD2 = ELA2 + ∆hA2D2= 1.400 - 1.645 = 10.010 + -0.245= -0.245 m = 9.765 m

∆hA2E2 = iA2 - BTE2 ELE2 = ELA2 + ∆hA2E2= 1.400 - 1.740 = 10.010 + -0.340= -0.340 m = 9.670 m

∆hAF2 = iA2 - BTF2 ELF2 = ELA2 + ∆hA2F2= 1.400 - 1.775 = 10.010 + -0.375= -0.375 m = 9.635 m

Perhitungan ∆h Pada Titik A3 Perhitungan Elevasi Pada Titik A3∆hA3A2 = iA3 - BTA2 ELA3 = 9,950

= 1.420 - 1.365= 0.055 m

∆hA3B3 = iA3 - BTB3 ELB3 = ELA3 + ∆Ha3B3= 1.420 - 1.450 = 9.950 + -0.030= -0.030 m = 9.920 m

∆hA3C3 = iA3 - BTC3 ELC3 = ELA3 + ∆hA3C3= 1.420 - 1.495 = 9.950 + -0.075= -0.075 m = -0.075 m

∆hA3D3 = iA3 - BTD3 ELD3 = ELA3 + ∆hA3D3= 1.420 - 1.570 = 9.950 + -0.150= -0.150 m = 9.800 m

∆hA3E3 = iA3 - BTE3 ELE3 = ELA3 + ∆hA3E3= 1.420 - 1.642 = 9.950 + -0.222= -0.222 m = 9.728 m

∆hA3F3 = iA3 - BTF3 ELF3 = ELA3 + ∆hA3F3

97

Page 98: Laporan Iut Pre-fix

= 1.420 - 1.710 = 9.950 + -0.290= -0.290 m = 9.660 m

Perhitungan ∆h Pada Titik A4 Perhitungan Elevasi Pada Titik A4∆hA4A3 = iA4 - BTA3 ELA4 = 9,989 m

= 1.420 - 1.464= -0.044 m

∆hA3B4 = iA4 - BTB4 ELB4 = ELA4 + ∆Ha4B4= 1.420 - 1.490 = 9.989 + -0.070= -0.070 m = 9.919 m

∆hB4C4 = iA4 - BTC4 ELC4 = ELA4 + ∆hA4C4= 1.420 - 1.512 = 9.989 + -0.092= -0.092 m = -0.092 m

∆hC4D4 = iA4 - BTD4 ELD4 = ELA4 + ∆hA4D4= 1.420 - 1.588 = 9.989 + -0.168= -0.168 m = 9.821 m

∆hD4E4 = iA4 - BTE4 ELE4 = ELA4 + ∆hA4E4= 1.420 - 1.655 = 9.989 + -0.235= -0.235 m = 9.754 m

∆hE4F4 = iA4 - BTF4 ELF4 = ELA4 + ∆hA4F4= 1.420 - 1.710 = 9.989 + -0.290= -0.290 m = 9.699 m

Perhitungan ∆h Pada Titik A5 Perhitungan Elevasi Pada Titik A5∆hA5A4 = iA5 - BTA4 ELA4 = ELA5 + ∆hA5A4

= 1.420 - 1.420 = 10.023 + 0.055= 0.000 m = 10.078 m

∆hA4B5 = iA5 - BTB5 ELB5 = ELA5 + ∆Ha5B5= 1.420 - 1.505 = 10.023 + -0.030= -0.085 m = 9.993 m

∆hB5C5 = iA5 - BTC5 ELC5 = ELA5 + ∆hA5C5= 1.420 - 1.525 = 10.023 + -0.075= -0.105 m = -0.075 m

∆hC5D5 = iA5 - BTD5 ELD5 = ELA5 + ∆hA5D5= 1.420 - 1.600 = 10.023 + -0.150

98

Page 99: Laporan Iut Pre-fix

= -0.180 m = 9.873 m

∆hD5E5 = iA5 - BTE5 ELE5 = ELA5 + ∆hA5E5= 1.420 - 1.655 = 10.023 + -0.222= -0.235 m = 9.801 m

∆hE5F5 = iA5 - BTF5 ELF5 = ELA5 + ∆hA5F5= 1.420 - 1.710 = 10.023 + -0.290= -0.290 m = 9.733 m

99

Page 100: Laporan Iut Pre-fix

TABEL HASIL PENGOLAHAN DATA

Tempat Alat

Titik Target

Koordinat Pembacaan Benang Jarak Optis

Tinggi Alat

∆h ElevasiX Y BA BT BB

A El=10.000

BM 0 0 0.870 0.660 0.450 42

1.380

0.720 10.000A 0 0 0 0 0 0 1.380 11.380A1 5 0 1.444 1.419 1.396 5 -0.039 9.961A2 10 0 1.420 1.370 1.320 10 0.010 10.010A3 15 0 1.505 1.430 1.355 15 -0.050 9.950A4 20 0 1.491 1.391 1.291 20 -0.011 9.989A5 25 0 1.482 1.357 1.232 25 0.023 10.023B 0 5 1.506 1.483 1.458 5 -0.103 9.897C 0 10 1.603 1.553 1.503 10 -0.173 9.827D 0 15 1.694 1.620 1.544 15 -0.240 9.760E 0 20 1.760 1.660 1.560 20 -0.280 9.720F 0 25 1.880 1.760 1.630 25 -0.380 9.620

A1El=9,961

A 5 0 1.469 1.445 1.419 5

1.420

9.961B1 5 5 1.509 1.494 1.460 5 -0.074 9.887C1 5 10 1.586 1.538 1.488 10 -0.118 9.843D1 5 15 1.745 1.660 1.595 15 -0.240 9.721E1 5 20 1.815 1.715 1.615 20 -0.295 9.666F1 5 25 1.920 1.790 1.670 25 -0.370 9.591

A2 El=10.010

A1 10 0 1.482 1.455 1.430 5

1.400

-0.055 9.955B2 10 5 1.505 1.480 1.455 5 -0.080 9.930C2 10 10 1.584 1.534 1.485 10 -0.134 9.876D2 10 15 1.720 1.645 1.570 15 -0.245 9.765E2 10 20 1.840 1.740 1.640 20 -0.340 9.670F2 10 25 1.900 1.775 1.650 25 -0.375 9.635

A3 El=9.950

A2 15 0 1.390 1.365 1.340 5

1.420

9.950B3 15 5 1.475 1.450 1.425 5 -0.030 9.920C3 15 10 1.545 1.495 1.445 10 -0.075 9.875D3 15 15 1.645 1.570 1.495 15 -0.150 9.800E3 15 20 1.741 1.642 1.542 20 -0.222 9.728F3 15 25 1.835 1.710 1.585 25 -0.290 9.660

A4 El=9.989

A3 20 0 1.488 1.464 1.438 5

1.420

-0.044 9.945B4 20 5 1.514 1.490 1.464 5 9.989C4 20 10 1.562 1.512 1.462 10 -0.092 9.897D4 20 15 1.660 1.588 1.510 15 -0.168 9.821E4 20 20 1.755 1.655 1.555 20 -0.235 9.754

100

Page 101: Laporan Iut Pre-fix

F4 20 25 1.835 1.710 1.585 25 -0.290 9.699

A5 El=10.023

A4 25 0 1.445 1.420 1.395 5

1.420

10.023B5 25 5 1.555 1.505 1.455 10 -0.085 9.938C5 25 10 1.600 1.525 1.450 15 -0.105 9.918D5 25 15 1.700 1.600 1.500 20 -0.180 9.843E5 25 20 1.780 1.655 1.530 25 -0.235 9.788F5 25 25 1.835 1.710 1.585 25 -0.290 9.733

101

Page 102: Laporan Iut Pre-fix

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pembuatan garis kontur merupakan cara untuk mengetahui

perbedaan titik tinggi permukaan bumi, pada pengukuran kami

mendapatkan perbedaan titik tinggi suatu permukaan tanah yang

menjadi objek pengukuran kami, pada pengukuran ini kami

menggunakan alat sipat datar yaitu waterpass yang mana tingkat

ketelitian waterpass ini lebih akurat dalam hal pengukuran beda tinggi.

B. SARAN

Pada saat melakukan pengukuran haruslah memperhatikan betul

angka yang tertera pada rambu ukur pada lensa waterpass, karena ini

akan berpengaruh pada pengolahan data yang mana akan berdampak

ketidaksinambungan antara kondisi lapangan yang sebenarnya dengan

data yang telah di olah. Untuk itu juga di harapkannya kerja sama

kelompok yang selaras karena ini sangat akan membantu pada

kegiatan praktikum. Serta bersihkan alat dan perlengkapan lainnya

yang telah digunakan.

102

Page 103: Laporan Iut Pre-fix

3.7 JOB VII : PENGENALAN THEODOLIT DAN PENGGUNAANNYA

Hari/Tanggal : Kamis, 16 mei 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, MS

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai S. MS.

- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

a. Dapat mengenal komponen theodolit dan fungsinya

b. Dapat mengenal alat theodolit

c. Dapat melaksanakan penyetelan / pembidikan yang lebih teliti dlam

pengukuran

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui bagian dari pesawat theodolit

b. Dapat membaca sudut vertical dan sudut horizontal

c. Dapat mengetahui jarak optis pengukuran dengan metode tangensial

dan metode stadia

B. DASAR TEORI

Theodolit merupakan alat utama yang digunakan untuk mengukur sudut

horizontal atau sudut vertical terhadap bidang dari jarak antara satu titik

dengan titik lainnya. Pada era zaman globalisasi seperti sekarang ini,

teknologi sudah semakin maju dan berkembang dengan pesat. Untuk itu, telah

diciptakan alat untuk mempercepat suatu pengukuran yakni alat theodolit

digital. Fungsi alat ini sama dengan alat theodolit lainnya seperti theodolit

merometer, vernier, substance bar maupun plane table,yaitu untuk pembacaan

sudut horizontal dan sudut vertical,mencari beda tinggi, maupun mencari

103

Page 104: Laporan Iut Pre-fix

jarak. Tetapi alat digital ini diciptakan sedemikian rupa untuk lebih

mempercepat dalam pembidikan.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Pesawat Theodolit

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk

mengukur beda tinggi, benang atas, benang bawah,

dan benang tengah, dimana theodolit ini di dalam

pengukurannya ada yang dinamakan pembacaan

sudut, baik sudut vertikal maupun sudut

horizontal.

2. Rol meter

Berfungsi sebagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak.

3. Helm

Berfungsi sebagai alat pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai

kepala secara langsung atau meminimalkan kecelakaan.

4. Papan pengalas

104

Page 105: Laporan Iut Pre-fix

Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mengalas kertas catatan hasil

perhitungan.

5. Bak Ukur

Berfungsi sebagai alat yang memiliki skala yang akan dibidik dengan

menggunakan pesawat.

6. Tripod

Berfungsi untuk menjaga garis kedudukan statip tidak berubah.

105

Page 106: Laporan Iut Pre-fix

C. LANGKAH KERJA

1) Mengenal bagian – bagian pesawat

a. Pasang pesawat diatas tripod.

b. Perhatikan dengan seksama bagian demi bagian dari pesawat

tersebut dan sesuaikan dengan spesifikasinya untuk mengingat –

ingat nama dari bagian tersebut.

c. Ikuti penjelasan instruktur.

d. Contoh salah satu spesifikasi alat Theodolit TOPCON DT-200

106

Page 107: Laporan Iut Pre-fix

Keterangan :

1. Kompas 12. Tombol penyetel sudut 0° s. horizontal

2. Pembidik target 13. Tombol penggerak halus s. horizontal

3. Lensa pembidik / pembaca 14. Sekrup pengunci sudut horizontal

4. Display LCD 15. Tombol power ON/OFF

5. Pembaca sudut vertikal 16. Nivo tabung

6. Pembaca sudut horizontal 17. Indikator Battery

7. Sekrup pengunci sudut vertikal 18. Sekrup penyetel nivo

8. Sekrup penggerak halus vertikal 19. Sekrup penyetel pembidik titik

9. Tempat battery 20. Sekrup penyetel lensa pembidik titik

10. Tombol R/N 21. Penyetel lensa pembidik

11. Tombol penyetel sudut vertikal 22. Penyetel pembaca rambu

107

Page 108: Laporan Iut Pre-fix

2) Menyetel Pesawat Dan Memeriksa Sumbu I

a. Pasang pesawat theodolit di atas tripod

b. Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrub penyetel A & B, dan dengan

dua skrub penyetel ini gelembung nivo ditempatkan di tengah –

tengah.

c. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar.

1. Bila gelembung tetap ditengah – tengah pekerjaan dilanjutkan ke

langkah d.

108

Page 109: Laporan Iut Pre-fix

2. Bila gelembung tidak ditengah – tengah lagi, ulang langkah b, dan

bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga

ditengah – tengah setelah nivo diputar 180°. Maka kembalikan

gelembung setengahnya dengan sekrub koreksi nivo dan

setengahnya lagi dengan sekrub penyetel A & B.

d. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung ditengah –

tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180° dengan sumbu I

sebagai sumbu putar.

e. Putar 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan ketengahkan

gelembung nivo dengan memutar skrub penyetel C, maka sumbu I

tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan tegak

vertikal.

f. Pekerjaan di ulang hingga bila nivo di putar ke semua jurusan

gelembung tetap di tengah – tengah.

Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga

sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak diatas

alidade horizontal (nivo A) maka lanhkah kerja sebagai berikut:

a. Tempatkan nivo A sejajar dengan skrup A dan B dan nivo dengan

sendirinya kearah skrup penyetel C.

b. Tempatkan gelembung kedua nivo tengah-tengah dengan skrup

penyetel A, B, C.

109

Page 110: Laporan Iut Pre-fix

c. Putar nivo 180º dengan sumbu I sebagai sumbu putar bila gelembung

kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu I

sudah vertical).

d. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari

langkah a. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga

ditengah-tengah setelah nivo diputar 180° , maka kembalikan

gelembung kedua nivo ketengah – tengah, setengahnya dengan sekrub

koreksi nivo masing – masing, maka sumbu I akan tegak lurus pada

garis arah kedua nivo.

e. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan skrup

penyetel A dan B dan nivo B dengan skrup penyetel C.

f. Mengulangi pekerjaan, s4ehingga p[ada semua jurusan gelembung

nivo selalu ditengah-tengah yang berarti sumbu I telah vertical.

3) Memeriksa Sumbu II ┴ Sumbu I Dan Garis Bidik ┴ Sumbu II.

a. Menempatkan dan menyetel pesawat ± 5m dimuka suatu dinding

(tembok) yang terang. Sumbu I dianggap sudah baik.

b. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding

dibuat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong

dua benang difragma.

110

Page 111: Laporan Iut Pre-fix

c. Dengan menggunakan unting-unting pada dinding dibuat titik P

vertical diatas T yang tingginya dua kali titik T dan titik Q vertical

dibawah titik T dan letak di kaki dinding.

d. Pada titik P dan Q dipasang kertas millimeter atau kertas skala

mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik

P dan Q .

e. Bidik teropong ketitik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P) dan

kebawah ( kearah vertical) dengan sumbu II sebagai sumbu putar ,

maka akan didapat 4 macam kemungkinan

1. Sewaktu teropong di bidik ketitik P dan sewaktu teropong dibidik

ketitik Q garis bidik akan berimpit dengan titik P dan sewaktu

teropong dibidik ketitik Q garis bidik akan berimpit dengan titk Q (

pada gambar 7-3a). maka dalam hal ini peasawat sudah baik

(sunbu II ┴ sumbu I dan garis bidik ┴ sumbu II ).

2. Sewaktu teropong di bidik ketitik P, garis bidik akan menunjuk ke

A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu dibidik ke titik Q garis

bidik akan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan

PA = QB = x jalannya garis bidik ATB (lihat gambar).

111

Page 112: Laporan Iut Pre-fix

a) Bidikkan teropong ketitik A.

b) Dengan skrup koreksi sumbu II , garis bidik digeser hingga

berimpit dengan titik P.

c) Ulangi pekerjaan hingga diputar ke atas dan , garis bidik akan

melukiskabn P.T.Q

3. Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke

titik C sebelah kiri atau kanan ( lihat gambar 7-3c) dan sewaktu

teropong dibidik ke titik Q ,garis bidik akan menunjuk ketitik D

yang berada pada belahan yang sama dengan titik C PC = QD = y.

Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus

sumbu II, tapi sumbu II telah tegak lurus sumbu I.

- Bidik teropong ke titik C.

- Dengan skrup koreksi diafragma , garis bidik digeser hingga

berimpit dengan titik P.

- Ulangi pekerjaan hingga teropong diputar dari atas ke bawah

atau sebaliknya garis bidik akan melukis PTQ.

4. Sewaktu teropong dibidik ketitik P, garis bidik akan menunjuk titik

H , sebelah kanan atau kiri titik. Tapi PQ = a ≠ QH = b maka hal

ini menunjukkan adanya kesalahan kombinasi , yaitu sumbu II

112

Page 113: Laporan Iut Pre-fix

tidak tegak lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu

II.

Untuk memperbaiki kesalahan ini, maka dapat dilakukan langkah-

langkah seperti ini :

a) Hitung besarnya x dan y.

a = x + y x = ½ (a-b)

b = x- y y = ½ (a+b)

b) Bidik teropong ke skala atas ( titik 6).

c) Putarlah skrup koreksi sumbu II sedemikian rupa sehingga

pembacaan skala = y ( y = pengaruh tidak tidak tegak lurusnya

garis bidik terhadap sumbu II).

d) Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di bidikkan ke skala

atas maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak

pada belahan yang sama terhadap garis PTQ yang berarti

sumbu II telah tegak lurus terhadap sumbu I.

e) Bidik kembali teropong ke skala atas.

f) Putar skrub koreksi diafragma sedemikian rupa sehingga garis

bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P)

g) Ulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan dari atas ke

bawah atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit PTQ.

h) Pesawat telah baik.

113

Page 114: Laporan Iut Pre-fix

4) Pembacaan Sudut Horizontal dan Vertikal

a. Pembacaan sudut horizontal.

1. Nyalakan alat theodolit dengan menekan tombol power

2. Arahkan pesawat ke utara dengan bantuan kompas, kemudian

kunci penggerak horizontal, setelah itu tekan tombol 0 set.

3. Untuk membaca titik selanjutnya, putar alat searah jarum jam

kemudian kunci penggerak horizontal

4. Setelah penggerak terkunci, maka pembacaan dapat

dilakukan. Jadi, contoh di atas adalah pembacaan sudut

horizontal.

b. Pembacaan Sudut Vertikal

1. Untuk melakukan pembacaan vertical takan tombol V/%

114

Page 115: Laporan Iut Pre-fix

2. Setelah pembacaan vertical muncul dilayar LCD, bidik bak ukur

kemudian kunci penggerak vertical

c. Pembacaan Bak UkurUntuk melakukan pembacaan bak ukur, putar alat ke titik yang telah

dipasangi bak. Setelah bak ukur terlihat, kunci penggerak vertical dan

pembacaan dapat dilakukan.

115

Page 116: Laporan Iut Pre-fix

5) Pengukuran di Lapangan

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Adi Sutrisman Abidin

116

Page 117: Laporan Iut Pre-fix

Kelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 15.00Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktarget

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1,5m

P1 U0.348 0.420 30°40’35” 210°37’35” 90°00’00”

15.5 m0.2650.348 88°29’30”0.780

P2 U0.625 0.700 152°23’40” 332°24’50” 92°00’10”

21m0.4900.625 92°38’50”0.325

P3 U2.643 2.792 239°06’50” 59°01’45” 90°56’60”

31.3m2.4792.643 90°37’25”2.805

P4 U1.785 1.880 321°00’35” 14°49’05” 93°05’10”

17.8m1.7021.785 94°53’00”1.180

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Hijrah RaufKelas/kelompok : 1C Transportasi/IV

117

Page 118: Laporan Iut Pre-fix

Hari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 15.12Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktarget

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

Jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.3m

P1 U0,267 0,349 31°44’45” 211°44’45” 90°00’00”

16.4 m0,1850,267 81°30’30”2,738

P2 U0.944 1.075 153°43’35” 333°17’05” 90°19’00”

26.2m0.8130.944 91°15’35”1.069

P3 U0.989 1.151 239°48’25” 59°49’50” 90°44’15”

31.9 m0.8320.989 93°52’30”2.723

P4 U1.337 1.422 321°44’10” 141°37’05” 88°42’25”

16.8 m1.2541.337 94°14’55”2.979

Tabel Data Pengukuran Poligon

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200

118

Page 119: Laporan Iut Pre-fix

Nama pengukur : Gabriel LSB PakanKelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 15.30Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktarget

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.5 m

P1 U0.335 0.418 31°32’20” 211°33’40” 89°59’55”

16.6 m0.2520.335 84°54’25”1.812

P2 U2.335 2.468 153°28’35” 333°26’35” 88°24’20”

26.5m2.2032.335 89°15’15”1.810

P3 U1.778 1.936 239°59’05” 59°58’45” 92°27’30”

32.4m1.6121.778 91°44’35”2.170

P4 U2.555 2.640 321°57’00” 141°55’15” 90°25’10”

17 m2.4702.555 94°14’10”1.428

Tabel Data Pengukuran Poligon

119

Page 120: Laporan Iut Pre-fix

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Yudistira Eka PutraKelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 15.42Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktargat

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.5 m

P1 U0.461 0.483 31°16’35” 211°11’35” 90°00’00”

16.5 m0.3180.961 86°28’15”1.420

P2 U1.180 1.315 152°28’30” 332°57’30” 90°57’15”

26.5m1.0501.180 89°53’30”1.670

P3 U1.347 1.502 239°34’20” 59°35’15” 93°22’05”

31.4 m1.1881.347 92°04’20”2.060

P4 U2.600 2.685 321°35’35” 141°36’10” 90°31’30”

17 m2.5152.600 90°08’00”2.715

Tabel Data Pengukuran Poligon

120

Page 121: Laporan Iut Pre-fix

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Evy Fatimah SariKelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 15.55Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktarget

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.5 m

P1 U0.230 0.355 31°26’05” 211°28’20” 90°00’00”

22.5 m0.1100.230 86°53’15”1.160

P2 U0.865 0.990 153°23’30” 333°25’40” 91°23’30”

25.8m0.7320.865 90°59’40”1.500

P3 U1.239 1.394 290°00’15” 62°57’40” 93°21’15”

31.6 m1.0781.239 92°28’55”1.905

P4 U2.302 2.387 321°57’55” 141°59’00” 91°09’05” 17.900

m2.208

2.302 92°25’25”2.218

Tabel Data Pengukuran Poligon

121

Page 122: Laporan Iut Pre-fix

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Andi Rahmat AsharKelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 16.10Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktarget

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.5 m

P1 U0.370 0.450 31°49’05” 211°49’45” 89°59’45”

16.5 m0.2850.370 86°53’40”1.265

P2 U0.700 0.830 153°30’35” 333°40’30” 91°51’15”

26.5m0.5650.700 90°31’05”1.320

P3 U0.810 0.970 240°02’45” 60°14’24” 94°14’10”

32 m0.6500.810 94°58’30”0.450

P4 U1.545 1.640 322°06’10” 142°16’15” 93°54’15”

18 m1.4601.545 96°05’00”0.900

Tabel Data Pengukuran Poligon

122

Page 123: Laporan Iut Pre-fix

Nama, jenis, tipe alat : Theodolit, Topcon, DT 200Nama pengukur : Dendi PurwantoKelas/kelompok : 1C Transportasi/IVHari/tanggal pengukuran : Kamis, 16 Mei 2013Waktu pengukuran : 16.22Lokasi : Koridor Teknik SipilKeadaan cuaca : CerahInstruktur : DR. Ir. Hamzah Yusuf. M.S

Tempatpesawat

Titiktargat

Pembacaan benang Pembacaan sudut Tinggi

Alat (m)

jarak

BT BA Horizontal Vertikal Ukur (m)BB Biasa LB Z θ

P0 00°00’00” 180°00’00”

1.1 m

P1 U0.338 0.419 30°43’45” 210°45’40” 90°00’00”

16.4 m0.2550.338 88°03’20”0.255

P2 U0.532 0.665 152°21’55” 332°32’30” 92°14’45”

32.6m0.3390.532 90°43’40”1.239

P3 U1.889 2.048 239°04’20” 59°10’55” 92°15’45”

31.7m1.7311.889 91°25’05”2.352

P4 U1.930 2.015 320°59’35” 141°14’20” 92°33’10”

16.8 m1.8471.930 91°50’10”2.141

D. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN :

123

Page 124: Laporan Iut Pre-fix

Theodolit, plane table, maupun substance bar digunakan untuk

menentukan poligon baik itu poligon terbuka maupun poligon tertutup.

Prinsip dari poligon adalah menentukan sudut jurusan dan panjang dari

gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka

dasar untuk keperluan pemetasan dari suatu daerah tertentu. Sudut jurusan

dan jarak kemudian digabungkan dengan busur derajat atau system

koordinat. Sudut-sudut jurusan dihitung dari sudut, yang diukur dengan

theodolit yang searah jarum jam.

B. SARAN :

Instruktur sebaiknya harus selalu berada di lokasi pengukuran agar

apabila ada sesuatu yang kurang dimengerti segera dilakukan penjelasan

sehingga pengukuran berjalan dengan lancar.

124

Page 125: Laporan Iut Pre-fix

3.8 JOB VIII : PENGUKURAN POLIGON TERBUKA

SISTEM TANGENSIAL

Hari / Tanggal : Kamis / 13 Juni 2013

Lokasi : Jalan menuju jurusan Teknik sipil (Politeknik Negeri

ujung Pandang)

Kelompok : 4 (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai Sulaeman, M.S.

- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

a. Dapat menggunakan alat tedolit pada pengukuran polygon

b. Mengenal metode yang di pakai dalam pengukuran polygon

c. Dapat mengatur kesulitan – kesulitan yang ada di lapangan

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengukuran polygon terbuka dengan mengikuti

langkah – langkah dan prosedur kerja yang baik dengan metode

tangensial pada pengukuran.

b. Dapat melakukan analisa pengukuran jarak optis

c. Dapat melakukan analisa tinggi titik

d. Dapat melekukan analisa pengukuran koordinat

B. DASAR TEORI

Prinsip polygon terbuka adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang

dari beberapa gabungan garis yang bersama – sama membentuk kerangka

dasar untuk keputusan pemetaan dari suatu daerah tertentu,

Sudut – sudut diukur dengan tedolit searah jarum jam dan sudut –

sudut jurusan dari sudut yang akan di ukur, Garis dari hasil pengukuran

baik sudut maupun luasan dapat di peroleh dengan baik.

125

Page 126: Laporan Iut Pre-fix

Analisa data hasil pengukuran polygon terbuka ini dapat di lakukan

dengan 2 metode, yaitu metode Tangensial dan metode Stadia. Dalam

praktikum ini, metode yang akan digunakan adalah metode tangensial.

Melalui metode ini kita dapat menghitung jarak, tinggi titik dan koordinat

titik.

Rumus Jarak Optis

D = S/(tanα ± tanθ)

Rumus Koordinat (x,y)

X2 = X1 + ∆x

Y2 = Y1 + ∆y

di mana :

- X2 = koordinat X titik yang dicari

- Y2 = koordinat Y titik yang dicari

- X1 = koordinat X titik yang diketahui

- Y1 = koordinat Y titik yang diketahui

- ∆x = D.sin α α adalah KSJ

- ∆y = D.cos α α adalah KSJ

Gambar Poligon Terbuka

126

Page 127: Laporan Iut Pre-fix

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Alat tedolit digital ( Topcon)

2. Kaki Tiga/ Statif digunakan sebagai tempat untuk meletakkan theodolit

3. Bak ukur sebagai alat pembacaan ukuran

4. Rol Meter digunakan untuk mengukur jarak pesawat ke bak ukur

5. Payung

127

Page 128: Laporan Iut Pre-fix

6. Pen / Patok

D. LANGKAH KERJA

1. Siapkan semua peralatan yang akan di gunakan

2. Tentukan titik P1, P2, P3,P4, P5, P6, P7 dan P8 dengan jarak masing –

masaing yaitu ±20

Utara

P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

13,40m 11,20m 15,233 m 17,85m 13,549m 14,201 13,50m

3. Pasang dan stel alat pada titik yang telah di tentukan misalnya di titik P1,

stel alat sampai nivo ( tegak ) dengan memutar ketiga stup penyetelan

nivo, Kemudian nol kan sudut horizontal dengan membuka pengunci

limbus dan skrup pengunci alhigate horizontal hingga pembacaan sudut

horizontal sama dengan nol,begitu pula dengan pembacaan menit dan

detiknya sama dengan nol lalu kunci pada posisi tersebut.

128

Page 129: Laporan Iut Pre-fix

4. Arahkan alat kearah utara dan pastikan kompas sudah tenang, lalu kunci

skrup pada posisi tersebut ( pengunci sudut ), Baca sudut vertical,

dengan memutar skurp pengunci alhidate vertical dan skrup penggerak

alhidate vertical.

Utara

5. Putar skrup pengunci sudut, lalu bidik kearah titk P2 yang telah di

tentukan, orang kedua memeganng bak ukur tepat di titik P2, Bidik bak

ukur pada titik P2 melalui lensa okuler, bila sudah terlihat kunci skrup

pengunci sudut pada posisi tersebut lakukan pembacaan bak ukur dengan

mengatur kejelasan pembacaan dengan memutar skur pengunci Alhidatde

vertical, untuk pengukuran tangensial; baca BT1 dan BT2 Pastikan dalam

membidik bak ukur terlihat dahulu melalaui nivo teropong agar agar

kelurusan pembidikan dapat di peroleh

129

Page 130: Laporan Iut Pre-fix

6. Baca sudut horizontal ( sudut biasa ) dengan memutar skrup pengunci

penggerak halusnya

7. Putar teropong searah jarum jam sehingga lensa objektif teropong

menghadap pada mata pembacaan ,lalu longgarkan skrup pengunci sudut,

kemudian putar searah jarum jam sehingga kembali lensa objektif berada

di depan dan lensa okuler berada di depan pembaca, kunci skrup pada

pengunci sudut, pada posisi tersebut.

130

Page 131: Laporan Iut Pre-fix

8. Kemudian ukur tinggi alat dengan menggunakan rol meter atau dengan

bak ukur

9. Pindahkan alat ke titik P2, lalu bidik kembali ke P1 untuk mengukur

sudut horizontal (luar biasa).

10. Putar alat ke P3,jangan lupa nol kan sudut horizontalnya pada P2 dan

lakukan pembacaan benang pada bak ukur dan sudut vertikal sesuai

langkah – langkah sebelumya

11. Baca sudut horizontal ( sudut biasa ) dengan memutar skrup pengunci

sudut alhidade horizontal dan skurp pengerak halus.

12. Ukur tinggi alat di P2 dengan rol meter atau dengan bak ukur.

131

P1

a2=H

P3

P2

Page 132: Laporan Iut Pre-fix

Ulangi langkah pengukuran di setiap penggantian tempat alat sampai titik

P7, Lakukan pembacaan pengukuran dengan teknik pengukuran yang

sama.

132

Page 133: Laporan Iut Pre-fix

TABEL PENGUKURAN POLIGON TERBUKA

Tempat Alat

Titik Arah

Pembacaan Rambu

Sudut Vertikal

Sudut Horizontal Jarak Ukur

(m)BT1 Z1 BiasaBT2 Z2 Luar Biasa

P1U

P21,750 90 05' 10" 274° 03' 20"

13,5002,600 86 28' 40"

P2P1

00° 00' 00"13,500

180° 05' 50"

P31,040 92° 56' 55" 180° 53' 15"

14,2011,450 91° 17' 40" 00° 52' 00"

P3P2

00° 00' 00"14,201

180° 01' 40"

P41,160 92° 55' 40" 179° 42' 40"

10,5001,960 89° 33' 05" 359° 38' 00"

P4P3

00° 00' 00"10,500

180° 02' 40"

P51,600 91° 12' 25" 178° 38' 45"

17,8501,750 90° 43' 15" 358° 38' 10"

P5P4

00° 00' 00"17,850

180° 02' 00"

P61,510 91° 03' 40" 181° 01' 35"

15,2331,720 90° 17' 20" 01° 05' 00"

P6P5

00° 00' 00"15,233

180° 08' 30"

P71,430 91° 20' 25" 178° 54' 55"

11,2002,220 87° 17' 00" 358° 45' 10"

P7P6

00° 00' 00"11,200

180° 00' 00"

P81,200 91° 22' 10" 178° 50' 40"

13,4002,300 86° 37' 55" 358° 52' 05"

MENGHITUNG JARAK OPTIS

133

Page 134: Laporan Iut Pre-fix

D

Titik P1 – P2

BT1 = 1,750 Z1 = 90° 05’ 10”

BT2 = 2,600 Z2 = 86° 28’ 40”

α = 900 – 900 05’ 10 ”

= -000 05’ 10”

θ = 900 – 860 28’40”

= 030 31’ 20”

S = D (tan α + tanθ)

D = S/(tan α + tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α + tanθ)

= (2,600 – 1,750) / (tan 000 05’ 10” + tan 030 31’ 20”)

= (0,85) / (0,001502923 + 0,061551931)

= 13,481 m

Titik P2 – P3

134

Page 135: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,040 Z1 = 92° 56’ 55”

BT2 = 1,450 Z2 = 91° 17’ 40”

α = 900 – 920 56’ 55 ”

= -020 56’ 55”

θ = 900 – 910 17’40”

= -010 17’ 40”

S = D (tan α - tanθ)

D = S/(tan α - tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α - tanθ)

= (1,450 – 1,040) / (tan 020 56’ 55” - tan 010 17’ 40”)

= (0,41) / (0,051508452 - 0,022596162)

= 14,181 m

Titik P3 – P4

135

Page 136: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,160 Z1 = 92° 55’ 40”

BT2 = 1,960 Z2 = 89° 33’ 05”

α = 900 – 920 55’ 40 ”

= -020 55’ 40”

θ = 900 – 890 33’05”

= 010 26’ 55”

S = D (tan α + tanθ)

D = S/(tan α + tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α + tanθ)

= (1,960 – 1,160) / (tan 020 55’ 40” + tan 010 26’ 55”)

= (0,8) / (0,051143884 + 0,025288422)

= 10,467 m

Titik P4 – P5

136

D

Page 137: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,600 Z1 = 91° 12’ 25”

BT2 = 1,750 Z2 = 90° 43’ 15”

α = 900 – 910 12’ 25 ”

= -010 12’ 25”

θ = 900 – 900 43’15”

= -000 43’ 15”

S = D (tan α - tanθ)

D = S/(tan α - tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α - tanθ)

= (1,750 – 1,600) / (tan 010 12’ 25” - tan 000 43’ 15”)

= (0,15) / (0,02106827 - 0,012581578)

= 17,674 m

Titik P5 – P6

137

Page 138: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,510 Z1 = 91° 03’ 40”

BT2 = 1,720 Z2 = 90° 17’ 20”

α = 900 – 910 03’ 40 ”

= -010 03’ 40”

θ = 900 – 900 17’20”

= -000 17’ 20”

S = D (tan α - tanθ)

D = S/(tan α - tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α - tanθ)

= (1,720 – 1,510) / (tan 010 03’ 40” - tan 000 17’ 20”)

= (0,21) / (0,018522 - 0,005042105)

= 15,578 m

Titik P6 – P7

138

Page 139: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,430 Z1 = 91° 20’ 25”

BT2 = 1,720 Z2 = 87° 17’ 00”

α = 900 – 910 20’ 25 ”

= -010 20’ 25”

θ = 900 – 870 17’00”

= 020 43’ 00”

S = D (tan α + tanθ)

D = S/(tan α + tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α + tanθ)

= (2,220 – 1,430) / (tan 010 20’ 25” + tan 020 43’ 00”)

= (0,79) / (0,023396527 + 0,047450342)

= 11,151 m

Titik P7 – P8

139

D

Page 140: Laporan Iut Pre-fix

BT1 = 1,200 Z1 = 91° 22’ 10”

BT2 = 2,300 Z2 = 86° 37’ 55”

α = 900 – 910 22’ 10 ”

= -010 22’ 10”

θ = 900 – 860 37’55”

= 030 22’ 05”

S = D (tan α + tanθ)

D = S/(tan α + tanθ)

D = (BT2 – BT1) / (tan α + tanθ)

= (2,300 – 1,200) / (tan 010 22’ 10” + tan 030 22’ 05”)

= (1,1) / (0,023905866 + 0,058851461)

= 13,292 m

140

D

Page 141: Laporan Iut Pre-fix

MENGHITUNG KOORDINAT TITIK

1. Koordinat P1 (100, 10)

2. Koordinat P2

Diketahui : - Koordinat P1 = 100, 10

- DP1P2 = 13,481 m

- Z12 = 274° 03’ 20”

KSJ :

α12 = 360° 00’ 00” – Z12

α12 = 360° 00’ 00” - 274° 03’ 20”

α12 = 85° 56’ 40” (UB/Kuadran IV)

P2 x = P1 x - ∆x

P2 x = 100 – d12 sin α12

= 100 – 13,481 sin 85° 56’ 40”

= 100 – 13,447 = 86,553 m

P2 y = P1 y + ∆y

= 10 + d12 cos α12

= 10 + 13,481 cos 85° 56’ 40”

= 10 + 0,953 = 10,953 m

Jadi, diperoleh koordinat P2 , x = 86,553 m; y = 10,953 m

141

Page 142: Laporan Iut Pre-fix

3. Koordinat P3

Diketahui : - Koordinat P2 = (86,553 ; 10,953)

- DP2P3 = 14,181 m

- α2 = 180° 53’ 15”

KSJ :

α23 = 90° 00’ 00” – (α23 - 180° 00’ 00”)

α23 = 90° 00’ 00” – (180° 53’ 15” - 180° 00’ 00”)

α23 = 89° 06’ 45” (UB/Kuadran IV)

P3 x = P2 x - ∆x

P3 x = 86,553 – d23 sin α23

= 86,553 – 14,181 sin 89° 06’ 45”

= 86,553 – 14,179

= 72,374 m

P3 y = P2 y + ∆y

= 10,953 + d23 cos α23

= 10,953 + 14,181 cos 89° 06’ 45”

= 10,953 + 0,220

= 11,173 m

Jadi, diperoleh koordinat P3 , x = 72,374 m; y = 11,173 m

142

Page 143: Laporan Iut Pre-fix

4. Koordinat P4

Diketahui : - Koordinat P3 = 72,374 ; 11,173)

- DP3P4 = 10,467 m

- α3 = 179° 42’ 40”

- α23 = 89° 06’ 45”

KSJ :

α34 = 180° 00’ 00” – (α3 - α23)

α34 = 180° 00’ 00” – (179° 42’ 40” - 89° 06’ 45”)

α34 = 89° 24’ 05” (UB/Kuadran IV)

P4 x = P3 x - ∆x

P4 x = 72,374 – d34 sin α34

= 72,374 – 10,467 sin 89° 24’ 05”

= 72,374 – 10,466

= 61,908 m

P4 y = P3 y + ∆y

= 11,173 + d34 cos α34

= 11,173 + 10,467 cos 89° 24’ 05”

= 11,173 + 0,109

= 11,282 m

Jadi, diperoleh koordinat P4 , x = 61,908 m; y = 11,282 m

143

Page 144: Laporan Iut Pre-fix

5. Koordinat P5

Diketahui : - Koordinat P4 = (61,908 ; 11,282)

- DP4P5 = 17,674 m

- α4 = 178° 38’ 45”

- α34 = 89° 24’ 05”

KSJ :

α45 = (α4 – α34)

α45 = 178° 38’ 45” - 89° 24’ 05”)

α45 = 89° 14’ 40” (SB/Kuadran III)

P5 x = P4 x - ∆x

P5 x = 61,908 – d45 sin α45

= 61,908 – 17,674 sin 89° 14’ 40”

= 61,908 – 17,672

= 44,236 m

P5 y = P4 y - ∆y

= 11,282 - d45 cos α45

= 11,282 - 17,674 cos 89° 14’ 40”

= 11,282 - 0,233

= 11,049 m

Jadi, diperoleh koordinat P5 , x = 44,236 m; y = 11,049 m

144

Page 145: Laporan Iut Pre-fix

6. Koordinat P6

Diketahui : - Koordinat P5 = 44,236 ; 11,049)

- DP5P6 = 17,674 m

- α5 = 181° 01’ 35”

- α45 = 89° 14’ 40”

KSJ :

α56 = 180° 00’ 00” – (α5 – α45)

α56 = 180° 00’ 00” – (181° 01’ 35” – 89° 14’ 40”)

α56 = 88° 13’ 05” (UB, Kuadran IV)

P6 x = P5 x - ∆x

P6 x = 44,236 – d56 sin α56

= 44,236 – 15,578 sin 88° 13’ 05”

= 44,236 – 15,570

= 28,666 m

P6 y = P5 y + ∆y

= 11,049 + d56 cos α56

= 11,049+ 15,578 cos 88° 13’ 05”

= 11,049 + 0,484

= 11,533 m

Jadi, diperoleh koordinat P6 , x = 28,666 m; y = 11,533 m

145

Page 146: Laporan Iut Pre-fix

7. Koordinat P7

Diketahui : - Koordinat P6 = 28,666 ; 11,533)

- DP6P7 = 11,151 m

- α6 = 178° 54’ 55”

- α56 = 88° 13’ 05”

KSJ :

α67 = 180° 00’ 00” – (α6 – α56)

α67 = 180° 00’ 00” – (178° 54’ 55” – 88° 13’ 05”)

α67 = 89° 18’ 10” (UB, Kuadran IV)

P7 x = P6 x - ∆x

P7 x = 28,666 – d56 sin α67

= 28,666 – 11,151 sin 89° 18’ 10”

= 28,666 – 11,150

= 17,516 m

P7 y = P6 y + ∆y

= 11,533 + d67 cos α67

= 11,533+ 11,151 cos 89° 18’ 10”

= 11,533 + 0,136

= 11,669 m

Jadi, diperoleh koordinat P7 , x = 17,516 m; y = 11,669 m

146

Page 147: Laporan Iut Pre-fix

8. Koordinat P8

Diketahui : - Koordinat P8 = (17,516 ; 11,669)

- DP7P8 = 13,292 m

- α8 = 178° 50’ 40”

- α67 = 89° 18’ 10”

KSJ :

α78 = (α7 – α67)

α78 = 178° 50’ 40”– 89° 18’ 10”

α78 = 88° 41’ 50” (SB, Kuadran IV)

P8 x = P7 x - ∆x

P8 x = 17,516 – d78 sin α78

= 17,516 – 13,292 sin 88° 41’ 50”

= 17,516 – 13,288

= 4,228 m

P8 y = P7 y - ∆y

= 11,669 - d78 cos α78

= 11,669 - 13,292 cos 88° 41’ 50”

= 11,669 - 0,302

= 11,367 m

Jadi, diperoleh koordinat P8, x = 4,228 m; y = 11,367 m

147

Page 148: Laporan Iut Pre-fix

KOREKSI KOORDINAT TITIK

Untuk mengoreksi kesalahan koordinat titik, digunakan persamaan

∑ d sin α = xakhir - xawal

∑ d cos α = yakhir - yawal

xakhir – xawal = 4,228 – 100

= -95,772

yakhir - yawal = 11,367 – 10

= 1,367

- ∑ d sin α = (-d12 sin α12) + (-d23 sin α23) + (-d34 sin α34) +

(-d45 sin α45) + (-d56 sin α56) + (-d67 sin α67) +

(-d78 sin α78)

= (-13,447) + (-14,179) + (-10,466) + (-17,672)

(-15,570) + (-11,150) + (-13,288)

= -95,772

- ∑ d cos α = (-d12 cos α12) + (-d23 cos α23) + (-d34 cos α34) +

(-d45 cos α45) + (-d56 cos α56) + (-d67 cos α67) +

(-d78 cos α78)

= (-0,302) + 0,136 + 0,484 + (-0,233)

0,109 + 0,220 + 0,953

= 1,367

∑ d sin α = xakhir - xawal

-95,772 = -95,772 Koreksi Ok

∑ d cos α = yakhir - yawal

1,367 = 1,367 Koreksi Ok

TABEL PENGUKURAN

148

Page 149: Laporan Iut Pre-fix

Tempat Alat

Titik Arah

Pembacaan Rambu Sudut Vertikal

Sudut Horizontal Jarak

Ukur (m)

Jarak Optis (m)

Koordinat (m)BT1 Z1 BiasaBT2 Z2 Luar Biasa x y

P1 (0,0)U

P21,750 90 05' 10" 274° 03' 20"

13,500 13,481 -13,447 0,9532,600 86 28' 40"

P2P1

00° 00' 00"13,500 13,481 -13,447 0,953

180° 05' 50"

P31,040 92° 56' 55" 180° 53' 15"

14,201 14,181 -27,656 1,1731,450 91° 17' 40" 00° 52' 00"

P3P2

00° 00' 00"14,201 14,181 -27,656 1,173

180° 01' 40"

P41,160 92° 55' 40" 179° 42' 40"

10,500 10,467 -38,122 1,2821,960 89° 33' 05" 359° 38' 00"

P4P3

00° 00' 00"10,500 10,467 -38,122 1,282

180° 02' 40"

P51,600 91° 12' 25" 178° 38' 45"

17,850 17,674 -55,794 1,0491,750 90° 43' 15" 358° 38' 10"

P5P4

00° 00' 00"17,850 17,674 -55,794 1,049

180° 02' 00"

P61,510 91° 03' 40" 181° 01' 35"

15,233 15,578 -71,364 1,5331,720 90° 17' 20" 01° 05' 00"

P6P5

00° 00' 00"15,233 15,578 -71,364 1,533

180° 08' 30"

P71,430 91° 20' 25" 178° 54' 55"

11,200 11,151 -82,514 1,6692,220 87° 17' 00" 358° 45' 10"

P7P6

00° 00' 00"11,200 11,151 -82,514 1,669

180° 00' 00"

P81,200 91° 22' 10" 178° 50' 40"

13,400 13,292 -95,802 1,3672,300 86° 37' 55" 358° 52' 05"

149

Page 150: Laporan Iut Pre-fix

SKETSA PENGUKURAN

150

Page 151: Laporan Iut Pre-fix

3.8 JOB VIII : POLYGON TERTUTUP SISTEM STADIA

Hari / Tanggal : Senin / 17 Juni 2013

Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri ujung Pandang

Kelompok : IV (Empat)

Instruktur : - DR.Ir. Hamzah Yusuf, M.S.

- Ir. Efraim Bara

- Ir. Abd. Rivai, S.M.S.

- Kushari, ST. MT.

A. TUJUAN

1.1. Tujuan Umum

a. Dapat mengenal dan mengoperasikan alat theodolit pada

pengukuran polygon tertutup.

b. Mengenal metode yang digunakan dalam metode pengukuran

polygon.

c. Dapat mengatur kesulitan yang ada dilapangan.

1.2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakuakn pengukuran polygon tertutup dengan mengikuti

prosedur dan langkah kerja yang baik dengan metode satadia pada

pengukuran.

b. Dapat melakuakn analisa pengukuran jarak optis.

c. Dapat melakukan analisa tinggi titik.

d. Dapat melakukan analisa pengukuran koordinat.

B. DASAR TEORI

Prinsip polygon tertutup adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang

dari beberapa gabungan garis yang bersama – sama membentuk kerangka

dasar untuk keperluan pemetaan dan suatu daerah tertentu.

Sudut – sudut diukur theodolit searah jaurm jam dan sudut –sudut

jurusan dihitung dari sudut yang akan diukur garis dari sudut hasil pengukuran

baik sudut maupun luasan dapat diperoleh dengan baik.

151

Page 152: Laporan Iut Pre-fix

Analisa data hasil pengukuran polygon tertutup ini dapat dilakukan

dengan dua metode ini kita dapat menghitung jarak, tinggi titik dan koordinat

titik.

Rumus-rumus yang digunakan dalam pengukuran poligon sistem stadia yaitu :

Rumus Jarak (D)

D = Sn . cos2α (BA-BB) . 100 cos2α

Rumus Koordinat (x,y)

X2 = X1 + ∆x

Y2 = Y1 + ∆y

di mana :

- X2 = koordinat X titik yang dicari

- Y2 = koordinat Y titik yang dicari

- X1 = koordinat X titik yang diketahui

- Y1 = koordinat Y titik yang diketahui

- ∆x = D.sin α α adalah KSJ

- ∆y = D.cos α α adalah KSJ

Gambar Poligon Tertutup

152

Page 153: Laporan Iut Pre-fix

Pada perhitungan koordinat, nilai positif atau negatif ∆x dan ∆y diketahui

berdasarkan kuadran dari koordinat sudut jurusan (KSJ)

- Kuadran I (UT)

x = +, y = +

- Kuadran II (ST)

x = +, y = -

- Kuadran III (SB)

x = -, y = -

- Kuadran IV (UB)

x = -, y = +

Rumus Koreksi Sudut

- Koreksi Sudut Luar

∑α = (n+2) . 180° 00’ 00”

- Koreksi Sudut Dalam

∑α = (n-2) . 180° 00’ 00”

Keterangan : n adalah banyaknya sudut.

Rumus Koreksi Koordinat

Faktor koreksi x (kx) = ∑ Δ x+−∑ ∆ x− ¿∑ Δ x++∑∆ x−¿¿

¿

Faktor koreksi y (kx) = ∑ Δ y+−∑∆ y− ¿∑ Δ y++∑ ∆ y−¿¿

¿

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

153

Page 154: Laporan Iut Pre-fix

a. Pesawat theodolit (digital) + kompas

b. Kaki tiga / statif.

c. Bak ukur

d. Rol meter

e. Payung dan alat tulis

f. Nivo

g. Patok atau pen

D. LANGKAH KERJA

1. Siapkan semua peralatan yang dibutuhkan.

2. Tentukan titik P1, P2, P3, P4, dan P5 dengan jarak yang tidak ditentukan

dan P5 harus ketemu dititik P1

3. Pasang dan stel alat theodolit dititik P1 dalam keadaan nivo kemudian cari

sudut utara pada kompas yang ada dialat theodolit, setelah itu nolkan

dengan menekan tombol yang ada dipesawat theodolit digital setelah

dinolkan putar searah jarum jam pada titik P2.

154

Page 155: Laporan Iut Pre-fix

U

Searah jarum jam

Tampak Atas

4. Setelah mendapat P2, salah satu orang dari tim memegang bak ukur dititik

P2 dan baca BT, BA dan BB dan jangan lupa baca sudut horizontal dan

sudut vertikal.

5. Setelah pengukuran P1-P2 dan alat berada di titik P1 maka selanjutnya alat

dipindahkan dititik P2 untuk Melakukan pembacaan dititik P3.

155

Z = VBA

BT

BB

P1P2

P1P2

Page 156: Laporan Iut Pre-fix

6. Sebelum membidik pada titik P3 terlebih dahulu kita bidik ke belakang P1

untuk mengatur sudut horizontal. Setelah bak ukur P1 terlihat di dalam alat

theodolit, set sudut horizontal pada alat menjadi 00° 00’ 00”, lalu putar

alat theodolit searah jarum jam ke arah bak ukur di titik P3.

7. Kemudian kita baca BA, BB, BT pada bak ukur di P3 dan sudut horizontal

dan vertikal pada alat.

156

Page 157: Laporan Iut Pre-fix

8. Setelah pembacaan selesai dan telah mendapatkan data yang diinginkan

maka kita pindahkan alat dititik P3. Jangan lupa beri tanda pada setiap titik

yang akan diukur maupun pada saat kita tinggalkan.

9. Setelah memindahkan alat dititik P3 dan telah menyetel alat agar nivo,

bidik bak ukur P2 belakang lalu set sudut horizontal alat menjadi

00°00’00”.

10. Setelah mendapatkan sudut nol dititik P2 maka kita putar alat ketitik P4

dan stel sedemikian rupa sehinggga dapat membaca BA, BT dan BB serta

sudut horizontal dan sudut vertikal.

157

P2

P3 P4

P3P2

Page 158: Laporan Iut Pre-fix

11. Setelah pembacaan bak ukur di P4 selesai, pindahkan alat di titik P4 untuk

membidik titik P3 belakang (untuk mengatur sudut horizontal ke 00° 00’

00”) lalu bidik titik P5. Bila pembacaan selesai, pindahkan alat ke titik P5

untuk membidik titik P4 belakang dan titik P1.

Langkah kerjanya seperti pada poin 9, 10, dan 11.

12. Jika pengukuran selesai, bersihkan alat dan kembalikan seperti semula

dan juga data yang diperoleh tak lupa diparaf oleh dosen dan pembimbing.

Gambar Situasi :

158

Page 159: Laporan Iut Pre-fix

Tabel Data Pengukuran di Lapangan

Tempat dan Tinggi Alat

Target

Bacaan Mistar Sudut Horizontal Sudut VertikalJarak

Langsung( m )

MukaBelakang (B/LB)

Muka (B/BL) Zenit Miring

TengahAtas

° ' '' ° ' '' ° ' '' 0 ' ''Bawah

P11.489

U0 0 0

P2 0.9851.111 354 50 0

90 0 0 24,6220.860 174 50 5

P21.500

P1 24,622

P3 0.7150.840 0 0 0 245 32 10

90 0 0 25,5000.585 65 32 5

P31.500

P2 25,500

P4 0.9651.072 0 0 0 243 7 50

90 0 10 22,3000.852 63 7 50

P41.530

P3 22,300

P5 1.2421.350 0 0 0 247 31 10

90 0 20 22,5301.125 67 30 10

P51.405

P4  22,530

P1 1.3851.547 0 0 0 254 29 10

90 0 30 34.5221.203 74 29 5

P1 P5  34,522

159

Page 160: Laporan Iut Pre-fix

1.530P2

0 0 0 269 39 3090 0 30  24,622

89 39 30

160

Page 161: Laporan Iut Pre-fix

SKETSA PENGUKURAN

(Sebelum Perhitungan Koordinat)

161

Page 162: Laporan Iut Pre-fix

E. ANALISA DATA

1. KOREKSI SUDUT LUAR

Diketahui Sudut-sudut Luar (Sesuai pada Sketsa) :

- α1= 269° 39’ 30”

- α2= 245° 32’ 10”

- α3= 243° 07’ 50”

- α4= 247° 31’ 10”

- α5= 254° 29’ 10”

∑α = 1260° 19’ 50”

Jumlah Sudut luar yang sebenarnya :

∑α = α1 + α2 + α3 + α4 + α5

= (n + 2) x 180° 00’ 00” n adalah banyaknya sudut luar

= (5 + 2) x 180° 00’ 00”

= 1260° 00’ 00”

Maka,

Faktor Koreksi = (1260° 00’ 00” - 1260° 19’ 50”) / n

= (-00° 19’ 50”) / n

= (-00° 19’ 50”) / 5

= -00° 03’ 58”

Diperoleh faktor koreksi sudut luar yaitu – (00° 03’ 58”), maka setiap sudut

luar dikurangi 00° 03’ 58”. Sehingga :

- α1= 269° 39’ 30” - 00° 03’ 58” = 269° 35’ 32”

- α2= 245° 32’ 10” - 00° 03’ 58” = 245° 28’ 12”

- α3= 243° 07’ 50” - 00° 03’ 58” = 243° 03’ 52”

- α4= 247° 31’ 10” - 00° 03’ 58” = 247° 27’ 12”

- α5= 254° 29’ 10” - 00° 03’ 58” = 254° 25’ 12”

∑α = 1260° 00’ 00”

162

Page 163: Laporan Iut Pre-fix

2. PERHITUNGAN JARAK

DP1P2

Diketahui data : - BA = 1,111 m

- BT = 0,985 m

- BB = 0,860 m

- Z = 90° 00’ 00” α = 00° 00’ 00”

DP1P2 = (BA-BB) x 100 cos2α

= (1,111 – 0,860) x 100 cos2 00° 00’ 00”

= 0,251 x 100 x 1

= 25,100 m

DP2P3

Diketahui data : - BA = 0,840 m

- BT = 0,715 m

- BB = 0,585 m

- Z = 90° 00’ 00” α = 00° 00’ 00”

163

Page 164: Laporan Iut Pre-fix

DP2P3 = (BA-BB) x 100 cos2α

= (0,840 – 0,585) x 100 cos2 00° 00’ 00”

= 0,255 x 100 x 1

= 25,500 m

DP3P4

Diketahui data : - BA = 1,072 m

- BT = 0,965 m

- BB = 0,852 m

- Z = 90° 00’ 10” α = 00° 00’ 10”

DP3P4 = (BA-BB) x 100 cos2α

= (1,072 – 0,852) x 100 cos2 00° 00’ 10”

= 0,255 x 100 x 1

= 22,000 m

DP4P5

Diketahui data : - BA = 1,350 m

- BT = 1,242 m

- BB = 1,125 m

- Z = 90° 00’ 20” α = 00° 00’ 20”

164

Page 165: Laporan Iut Pre-fix

DP4P5 = (BA-BB) x 100 cos2α

= (1,350 – 1,125) x 100 cos2 00° 00’ 20”

= 0,225 x 100 x 1

= 22,500 m

DP5P1

Diketahui data : - BA = 1,547 m

- BT = 1,385 m

- BB = 1,203 m

- Z = 90° 00’ 30” α = 30° 00’ 00”

DP5P1 = (BA-BB) x 100 cos2α

= (1,547 – 1,203) x 100 cos2 00° 00’ 30”

= 0,344 x 100 x 1

= 34,400 m

165

Page 166: Laporan Iut Pre-fix

3. PERHITUNGAN KOORDINAT

P1

x1 = 100

y1 = 100

P2

Diketahui data : - Z12 = 354° 50” 00’

- DP1P2 = 25,100 m

- Koordinat P1 (x,y)= (100, 100)

KSJ :

α12 = 360° 00’ 00” – Z12

= 360° 00’ 00” – 354° 50’ 00”

= 05° 10’ 00” (UB/Kuadran IV)

x2 = x1 - ∆x

= 100 – DP1P2 sin α12

= 100 – 25,100 sin 05° 10’ 00”

= 100 – 2,260

= 97,740 m

y2 = y1 + ∆y

= 100 + DP1P2 cos α12

= 100 + 25,100 cos 05° 10’ 00”

= 100 + 24,998

= 124,998 m

Jadi, koordinat P2 yaitu : x2 = 97,740 m, dan y2 = 124,998 m

166

Page 167: Laporan Iut Pre-fix

P3

Diketahui data : - DP2P3 = 25,500 m

- α12 = 05° 10’ 00”

- α2 = 245° 28’ 12”

- Koordinat P2 (x,y) = (97,740; 124,998) m

KSJ :

α23 = (α2 – α12) – 180° 00’ 00”

= (245° 28’ 12” – 05° 10’ 00”) - 180° 00’ 00”

= 60° 18’ 12” (ST / Kuadran II)

x3 = x2 + ∆x

= 97,740 + DP2P3 sin α23

= 97,740 + 25,500 sin 60° 18’ 12”

= 97,740 + 22,151

= 119,891 m

y3 = y2 + ∆y

= 124,998 + DP2P3 cos α23

= 124,998 + 25,500 cos 60° 18’ 12”

= 124,998 + 12,632 m

= 137,630 m

Jadi, koordinat P3 yaitu : x3 = 119,891 m, dan y3 = 137,630 m

167

Page 168: Laporan Iut Pre-fix

P4

Diketahui data : - DP3P4 = 22,000 m

- α23 = 60° 18’ 12”

- α3 = 243° 03’ 52”

- Koordinat P3 (x,y) = (119,891 ; 137,630) m

KSJ :

α34 = 360° 00’ 00” – α3 – α23

= 360° 00’ 00” – 243° 03’ 52” – 60° 18’ 12”

= 56° 37’ 56” (ST / Kuadran II)

x4 = x3 + ∆x

= 119,891 + DP3P4 sin α34

= 119,891 + 22,000 sin 56° 37’ 56”

= 119,891 + 18,373

= 138,264 m

y4 = y3 - ∆y

= 137,630 - DP3P4 cos α34

= 137,630 - 22,000 cos 56° 37’ 56”

= 137,630 - 12,100 m

= 125,530 m

Jadi, koordinat P4 yaitu : x4 = 138,264, dan y4 = 125,530 m

168

Page 169: Laporan Iut Pre-fix

P5

Diketahui data : - DP4P5 = 22,500 m

- α34 = 56° 37’ 56”

- α4 = 247° 27’ 12”

- Koordinat P4 (x,y) = (138,264 ; 125,530) m

KSJ :

α45 = α4 – α34 – 180° 00’ 00”

= 247° 27’ 12” – 56° 37’ 56” – 180° 00’ 00”

= 10° 40’ 16” (SB / Kuadran III)

x5 = x5 - ∆x

= 138,264 - dP3P4 sin α45

= 138,264 - 22,500 sin 10° 40’ 16”

= 138,264 - 4,166

= 134,098 m

y5 = y5 - ∆y

= 125,530 - dP3P4 cos α45

= 125,530 - 22,500 cos 10° 40’ 16”

= 125,530 - 22,110 m

= 103,420 m

Jadi, koordinat P5 yaitu : x5 = 134,098, dan y5 = 103,420 m

169

Page 170: Laporan Iut Pre-fix

P1

Diketahui data : - DP5P1 = 34,400 m

- α45 = 10° 40’ 16”

- α5 = 254° 25’ 12”

- Koordinat P5 (x,y) = (134,098 ; 103,420) m

KSJ :

α51 = α5 + α45 – 180° 00’ 00”

= 254° 25’ 12” + 10° 40’ 16” – 180° 00’ 00”

= 85° 05’ 28” (SB / Kuadran III)

x1 = x5 - ∆x

= 134,098 – dP5P1 sin α51

= 134,098 – 34,400 sin 85° 05’ 28”

= 134,098 – 34,273

= 99,825 m

y1 = y5 - ∆y

= 103,420 – dP5P1 cos α45

= 103,420 – 34,400 cos 85° 05’ 28”

= 103,420 – 2,943 m

= 100,477 m

Jadi, koordinat P1 (Penutup) yaitu : x = 99,825 m dan y = 100,477 m

170

Page 171: Laporan Iut Pre-fix

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, diperoleh koordinat setiap titik :

Titik Koordinatx (m) y (m)

P1 (awal) 100 100P2 97,740 124,998P3 119,891 137,630P4 138,264 125,530P5 134,098 103,420

P1 (penutup) 99,825 100,477

Dilihat dari tabel di atas, terjadi kesalahan pengukuran (kesalahan

penutup) dimana koordinat titik P1 tidak sesuai dengan koordinat awal

pengukuran.

Gambar dibawah adalah gambar hasil perhitungan koordinat yang

digambar dengan program AutoCAD.

Garis hijau adalah garis penghubung titik P5 dan titik P1 (penutup)

Skala Gambar = 1 : 500

171

Page 172: Laporan Iut Pre-fix

4. KOREKSI KOORDINAT

P1P2

DP1P2 = 25,100 m

∆x = -2,260 m

∆y = 24,998 m

KSJ = 05° 10’ 00”

P2P3

DP2P3 = 25,500 m

∆x = 22,151 m

∆y = 12,632 m

KSJ = 60° 18’ 12”

P3P4

DP3P4 = 22,000 m

∆x = 18,373 m

∆y = -12,100 m

KSJ = 56° 37’ 56”

P4P5

DP4P5 = 22,500 m

∆x = -4,166 m

∆y = -22,110 m

KSJ = 10° 40’ 16”

P5P1

DP5P1 = 34,400 m

∆x = -34,273 m

∆y = -2,943 m

KSJ = 05° 10’ 00”

172

Page 173: Laporan Iut Pre-fix

Faktor Koreksi x (kx) = (∑∆x+ – ∑∆x_)

(∑∆x+ + ∑∆x_)

(22,151 + 18,373) – (2,260 + 4,166 + 34,273)

(22,151 + 18,373) + (2,260 + 4,166 + 34,273)

= – 0,00215456213141594

Faktor Koreksi y (ky) = (∑∆y+ – ∑∆y_)

(∑∆y+ + ∑∆y_)

(24,998 + 12,632) – (12,100 + 22,110 + 2,943)

(24,998 + 12,632) + (12,100 + 22,110 + 2,943)

= 0,00637845499645647

173

Page 174: Laporan Iut Pre-fix

TITIK ARAH

JARAK (m) KSJ

Selisih Koordinat Koreksi Faktor Koreksi Selisih Koordinat KoordinatTitik

∆x+ ∆x- ∆y+ ∆y- δx δy ∆x+ ∆x- ∆y+ ∆y- x y

100 100 P1

P1P2 25,100 05° 10' 00" (UB) 2,260 24,998 0,00486931041700003 0,159448618001419 2,25513068958300 24,8385513819986 97,745 124,839 P2

P2P3 25,500 60° 18' 12" (ST) 22,151 12,632 -0,0477257057729946 0,0805726435152381 22,1987257057730 12,5514273564848 119,944 137,390 P3

P3P4 22,000 56° 37' 56" (ST) 18,373 12,100 -0,0395857700405051 -0,0771793054571232 18,4125857700405 12,1771793054571 138,356 125,213 P4

P4P5 22,500 10° 40' 16" (SB) 4,166 22,11 0,00897590583947882 -0,141027639971652 4,15702409416052 22,2510276399717 134,199 102,961 P5

P5P1 34,400 85° 05' 28" (SB) 34,273 2,943 0,0738433079300186 -0,0187717930545714 34,19915669207 2,96177179305457 100 100 P1

JUMLAH 40,524 40,699 37,630 37,153 40,6113114758135 40,6113114758135 37,3899787384834 37,3899787384834

TABEL KOREKSI KESALAHAN PENUTUP

174

Page 175: Laporan Iut Pre-fix

5. KOORDINAT SETIAP TITIK SETELAH KOREKSI

TITIK KOORDINATx y

P1 100 100P2 97,745 124,839P3 119,944 137,390P4 138,356 125,213P5 134,199 102,962P1 100 100

175

Page 176: Laporan Iut Pre-fix

F. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengukuran ini dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Dapat melakukan pengukuran polygon tertutup dengan system stadia

2. Dapat menghitung koordinat setiap titik.

3. Dapat menggambar situasi dilapangan.

B. SARAN

Untuk memperoleh hasil yang maksimal perlu diperhatikan saran

sebagai berikut :

1. Utarakan pesawat pada titik awal.

2. Buat sketsa pengukuran.

3. Berikan tanda yang jelas pada titik yang telah diukur.

176

Page 177: Laporan Iut Pre-fix

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah, dapat disimpulkan

bahwa setiap tujuan dari masing-masng job telah tercapai.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi tingkat akurasi

pengukuran, seperti faktor cuaca, faktor alat, dan faktor pengukur itu

sendiri.

Setelah pengukuran, dilakukan olah data. Pada proses olah data,

biasanya terjadi perbedaan hasil pengukuran antara pengukuran optis

(jarak) dengan pengukuran manual

Hasil akhir dari praktikum ini ialah kami dapat menggunakan alat-alat

yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah, baik itu manual,

ataupun otomatis.

B. SARAN

Dalam pengukuran/pengambilan data, diperlukan ketelitian dan

konsentrasi tinggi untuk meminimalisir kesalahan pengukuran.

Dalam pengukuran, menggunakan alat sesuai prosedur dan petunjuk

instrukstur.

Sebaiknya Instruktur selalu mengawasi pengukuran dan perlakuan

pengukur terhadap alat.

Selama pengukuran berlangsung, sebaiknya alat tidak boleh

ditinggalkan dilapangan, harus terlindungi dari sinar matahari

langsung dan terlindung dari hujan.

Pemegang payung harusnya fokus untuk melindungi alat, bukan

melindungi diri sendiri.

177