15
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangIlmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu
geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan
di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau absolut
titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,
dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi
relatif suatu daerah.Pengukuran sudut pada pemetaan digunakan
sebagai bagian dari penentuan kerangka dasar bagi pemetaan daerah
yang bersangkutan. Salah satu cara dalam menentukan koordinat -
koordinat dari beberapa titik adalah dengan menggunakan cara
pengukuran yang dinamakan Metode Poligon. Metode ini diterapkan
dengan membuat titik sepanjang lokasi proyek dan dihubungkan satu
sama lain secara berturutan sehingga terbentuk gambaran segi
banyak.Suatu proses pengukuran memiliki 3 bagian dalam pembuatan
suatu peta, yaitu tahapan pengukuran, pengolahan, dan penggambaran.
Dalam pelaksanaannya ketiga bagian ini selalu mengalami gangguan
baik oleh manusia, alam, maupun alat yang digunakan dalam
pelaksanaan pengukuran. Sehingga selalu dituntut pelaksanaan yang
cermat berdasarkan perhitungan yang mantap agar didapatkan hasil
yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi pekerjaan, yaitu
sesuai dengan persyaratan yang tersedia.
1.2. Tujuan PraktikumPraktikum ini memiliki tujuan sebagai
berikut :1. Syarat menempuh ujian akhir semester mata kuliah Ilmu
Ukur Tanah II dan syarat sidang nol/tugas akhir.2. Mempraktekkan
teknik pengukuran, perhitungan, penggambaran poligon dan pemetaan
situasi agar mampu melaksanakan secara terampil dan benar3. Agar
mampu menghitung koordinat titik titik poligon berdasarkan data
ukur dan menuliskannya pada tabel hitungan secara benar, rapi dan
memperoleh data yang akurat dari hasil pengukuran sudut yang
dilakukan .
1.3. Volume PekerjaanVolume pekerjaan yang diterapkan /
dilaksanakan pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini adalah :a.
Orientasi Lapanganb. Pengenalan Alatc. Pengukuran Poligon
Tertutupd. Perhitungan dan Analisa Datae. Penggambaran Data
Hitungan
1.4. Metode PenulisanDalam penyusunan laporan ini diperoleh data
berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dan data dui
literatur yang dikumpulkan oleh penyusun sebagai penuntun atau
bahan bantuan dalam penyelesaian laporan ini.
1.4.1. Studi LapanganDalam penyusunan laporan ini diperoleh data
dari hasil pengukuran di lapangan. Yaitu berupa data hasil
pengukuran poligon tertutup.
1.4.2. Studi LiteraturDalam penyusunan laporan ini didukung
sumber-sumber tertulis yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
dan mengandalkan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
pengukuran.
BAB IIDASAR TEORI
2.1. Orientasi LapanganSebelum kita mengadakan pengukuran
langsung kelapangan perlu diadakan orientasi lapangan yang
bertujuan supaya kita mengetahui bentuk lapangan , posisi patok
yang akan dipasang serta menganalisa biaya, tenaga dan waktu untuk
pengukuran lanjutan. Perlu diingat pada saat pemasangan patok yang
akan diukur, sebelumnya kita sudah mempunyai titik referensi/
ikatan supaya dalam perhitungan dan pengukuran kita mempunyai titik
koordinat X, Y dan tinggi tanah yang mengikat antara titik 1 ke
titik yang lainnya. Setelah itu ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan yaitu mengidentifikasi jenis data pada saat
pengukuran, selain itu perlu disiapakan peralatan dan bahan yang
akan digunakan untuk pengukuran adalah:1. Survei Lapangan.2.
Menentukan jalur pengukuran.3. Menentukan titik- titik
pengukuran.4. Mempersiapkan alat- alat yang digunakan dalam
pengukuran.5. Menyiapkan akomodasi.
2.2. Pengenalan PoligonPoligon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran
di lapangan. Pengukuran poligon dilakukan untuk membuat kerangka
peta, pengukuran titik tetap, pengukuran rencana jalan raya, kereta
api, irigasi, perumahan, daerah industri, dll.Pengukuran metode
poligon ini sesungguhnya salah satu cara penyajian sebaran titik
ikat di daerah pengukuran secara berurutan. Selain melakukan sudut
juga dilakukan pengukuran jarak terdapat 2 jenis teknik pengukuran
yaitu :
1. Poligon TerbukaPoligon terbuka adalah poligon yang tidak
berbentuk sirkuit atau yang titik-titik ujungnya tidak saling
berimpit. Poligon terbuka dapat dibedakan menjadi : Poligon terbuka
terikat sebagian adalah poligon yang mengacu pada satu atau
beberapa titik yang diketahui koordinatnya.
0UP1P2P3P4
Gambar 2.1 : Pengukuran Poligon Terbuka Terikat SebagianPoligon
terikat sempurna adalah poligon yang mana baik titik awal maupun
titik akhir poligon tersebut masing masing terikat pada dua titik
yang diketahui koordinatnya.Dari titik tetap tersebut pengukuran
diarahkan ke titik lainnya. Kemudian diukur sudut sudut pada titik
tersebut, sehingga mendapatkan sisi sudut jurusan yang berhubungan.
Untuk jenis poligon ini sudut maupun jarak dapat dikoreksi.
P1P2P3P4
Gambar 2.2 : PengukuranPoligon Terikat Sempurna2. Poligon
TertutupPoligon tertutup adalah poligon yang berbentuk sirkuit atau
yang titik titik ujungnya saling berimpit Biasanya poligon tertutup
dipakai di daerah yang jarang atau bahkan tidak ada titik
kontrolnya. Hanya diperlukan sebuah titik koordinat dan titik
azimut. Titik awal dan titik akhir merupakan titik yang sama.Untuk
pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut luar, maka kesalahan dapat
dikontrol dari pengukuran karena jumlah sudut luar dari segi n
harus sama dengan (2n 4). 90 atau (n + 2). 180. Sedangkan untuk
pengukuran sudut yang dilaksanakan sudut dalam, maka kesalahan
pengukuran dapat dikontrol, dimana jumlah sudut dalam harus sama
dengan (2n 4). 90 atau (n 2).180.Sudut-sudut poligon harus
diratakan sesuai dengan penjumlahan geometrik yang benar sebelum
sudut arah dihitung. Jika sudut-sudut poligon tidak menutup karena
misalnya ada perbedaan 2 detik dan tidak diratakan sebelum
menghitung sudut arah maka sudut arah asli dan pengecekan yang
dihitung untuk sudut arah AB juga akan berselisih 2 detik, dengan
anggapan tidak ada kesalahan hitung yang lainnya.
Gambar 2.3: Pengukuran Poligon TertutupPada dasarnya pengukuran
poligon tertutup merupakan pengukuran sudut yang dibagi menjadi dua
yaitu pengukuran sudut horizontal dan pengukuran sudut vertikal.
Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk
penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk
penentuan sudut zenith.Jenis jenis sudut horizontal yang paling
biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran tanah adalah sudut dalam,
sudut ke kanan dan sudut belokan. Karena ketiga jenis sudut diatas
sangat berbeda maka jenis sudut yang dipakai hams ditunjukkan
dengan jelas dalam catatan lapangan.Dalam pelaksanaan pengukuran
sudut vertikal dengan sasaran yang jauh sulit dilakukan karena
kondisi udara yang tidak stabil, terutama pada pagi hari dan malam
hari, sehingga sebaiknya pengukuran pada waktu-waktu tersebut
dihindari Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada
pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah
ditentukan oleh sudut arah dan azimut.Untuk pengukuran poligon
tertutup, dilakukan minimal 2 (dua) kali pengukuran yaitu
pengukuran sudut datar posisi biasa dan pengukuran sudut datar
posisi luar biasa. Semakin banyak bacaan sudut yang diambil, maka
kita dapat membandingkan bacaan sudut yang paling teliti. Selisih
bacaan posisi biasa dan luar biasa adalah 180.
2.3 Pengenalan Alat UkurJenis alat ukur yang digunakan dalam
praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini adalah theodolit yang dibantu oleh
alat pembantu lainnya seperti statip, rambu ukur, paku, payung,
tabel pengukuran dan alat tulis. a. Theodolit
Gambar 2.4 : Gambar Alat Ukur (Theodolit)
Alat ukur ini dilengkapi dengan 2 (dua) buah lingkaran pembacaan
yang digunakan untuk penentuan sudut vertikal dan horizontal.
Bagian bagian penting dari theodolit diuraikan sebagai berikut :1.
Sekrup-sekrup setel.2. Permukaan nivo pesawat.3. Jepitan untuk
lingkaran mendatar.4. Sekrup mikrometer untuk lingkaran mendatar.5.
Jepitan untuk lingkaran tegak.6. Sekrup mikrometer untuk
lingkarantegak.7. Tombol untuk memainkan permukaan 8. Permukaan
untuk pinggiran tegak.9. Okuler dari teropong arah.10. Cincin untuk
pengatur diafragma.11. Mikroskop untuk pinggiran tegak.12. Okuler
untuk pinggiran busole.13. Tombol untuk mengubah arah
sinarsinarcahaya.14. Jendela penerangan.15. Tombol mikrometer.16.
Tuas untuk mengeratkan busole pada bagian bawah
Keterangan1. Nivo teropong.2. Lensa oculair.3. Sekrup pengunci
teropong.4. Skrup pengatur diafragma.5. Sekrup gerak halus
naik-turun garisbidik.6. Nivo pesawat.7. Nonius sudut datar.
Gambar 2.5 : Gambar Alat Ukur (Theodolit)8. Sekrup gerak halus
lingkaran dalam.9. Sekrup pengunci lingkaran dalam.10. Sekrup
pengunci piringan dasar.11. Sekrup penyetel peasawat.12. Nivo
pesawat.13. Sekrup pengunci magnit.14. Sekrup gerak halus lingkaran
luar.15. Sekrup pengunci lingkaran luar.16. Nivius sudut tegak.17.
Lensa pembidik titik polygon.18. Utara magnit.
b. Statip
Gambar 2.6 : Gambar Statip
Statip digunakan untuk mendatarkan alat ukur theodolit agar
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.c. Rambu Ukur
Gambar 2.7 : Gambar Rambu Ukur
Umumnya alat ukur ini berbentuk sebuah mistar ukur yang besar
dengan satuan panjang terkecilnya adalah centimeter, namun untuk
pengukuran sipat datar teliti juga dipakai rambu ukur yang satuan
skalanya 0,5 centimeter.Satu bagian skala rambu besarnya 10
centimeter dan ditandai oleh dua bagian yang dihubungkan dan
terpisah. Masing-masing bagian mempunyai lebar 5 centimeter.d.
Paku
Gambar 2. 8 : Gambar PakuPaku digunakan sebagai patok yang
merupakan titik sudut yang akan diukur atau merupakan pusat alat
yang menyatakan wakil titik sudut yang akan diukur.e. Payung
Gambar 2.9 : Gambar Payung
Payung digunakan untuk melindungi alat agar tidak terkena sinar
matahari secara langsung atau melindungi alat dari hujan.
f. Tabel Pengukuran dan Alat TulisData-data yang kita peroleh
dari hasil pengukuran poligon tertutup dimasukkan dalam tabel
pengukuran agar memudahkan dalam perhitungan selanjutnya.
BAB IIIPELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Persiapan PengukuranDalam pelaksanan pengukuran poligon
tertutup, diperlukan lebih dulu persiapan terhadap perlengkapan
yang diperlukan, misalnya : alat theodolit, statip, rambu ukur,
payung, data board, paku, tabel pengukuran dah hitungan, alat tulis
dan alat hitung. Kemudian dapat dilakukan dengan langkah-langkah
selanjutnya seperti berikut:1. Pemeriksaan terhadap alat theodolit,
sebelum melakukan pengukuran seorang juru ukur alangkah baiknya
memperhatikan keadaan alat dan penyetelan sekrup.2. Pemasangan paku
terhadap medan / tanah yang akan diukur.3. Persiapan tabel
pengukuran peyipat datar yang dibuat secara sistematis untuk
memudahkan para juru ukur memasukkan data.4. Setelah persiapan awal
pengukuran dilaksanakan maka dapat dilakukan pelaksanaan pengukuran
poligon tertutup.
3.2. Pelaksanaan Pengukuran Poligon TertutupLangkah kerja
pengukuran polygon tertutup adalah sebagai berikut:1. Memperhatikan
dan mendengarkan ptunjuk serta pengarahan dari pembimbing pada saat
pembekalan sebelum pengukuran.2. Menyiapkan alat alat yang
digunakan untuk praktek polygon tertutup di lapangan.3. Memeriksa
kelengkapan dan kondisi alat yang akan digunakan di lapangan.4.
Membuat sketsa gambar lokasi yang akan digunakan untuk praktek
polygon tertutup di lapangan.5. Menentukan titik P1 sebagai
kedudukan pesawat6. Membuat kedataran pesawat dengan cara :a.
Menancapkan kaki statif kurang lebih bersudut 60b. Tinggi statif
disesuaikan dengan tinggi pembidikc. Kepala statif diletakkan pada
posisi datard. Setelah benar-benar datar baru kita pasang pesawat
diatas statif dengan mengoperasikan sekrup penghubung dengan
kedudukan pesawat di tengah-tengah serta ketiga sekrup penyetel
nivo tepat berada pada ketiga kaki statife. Memasang unting
untingf. Memutar teropong pesawat arah horisontol sehingga
posisinya segaris dengan salah satu sekrup penyetel kedataran
pesawat, kemudian mengunci sekrup penggerak arah horizontalg.
Menyetel kedataran pesawat dengan memutar dua sekrup penyetel nivo
(selain sekrup pedoman ) dengan arah keluar atau kedalam, sehingga
posisi gelembung nivo berada ditengah tengah antara dua sekrup
penyetel tersebuth.Memutar sau sekrup penyetel lain ( sekrup
pedoman ) sehingga gelembung nivo tepat berada ditenggah-tengah
indek nivo kotaki.Lepaskan sekrup pengunci arah horizontal lalu
putar pesawat ke segala arah bila kedudukan gelembung nivo mash
tetap ditengah-tengah berarti pesawat sudah dalam keadaan datar.7.
Buka sekrup pengunci arah vertikal teropong dan tempatkan posisi
lensa obyektif di bawah dan lensa okuler berada di atas sehingga
tepat pada arah vertikal, kemudian kunci dan amati dari kedua sisi
pesawat apakah posisi teropong sudah berada di tengah badan
pesawat, apabila posisi teropong belum berada di tengah maka
tengahkan dengan menggunakan penggerak halus arah vertikal
teropong. 8. Menentukan arah utara 0000000 dengan cara : a.
Sesuaikan arah kompas sehingga menunjukkan arah utara dengan
indikator jarum kompas berada di tengah garis indeks kompas,
kemudian kunci sekrup pengunci arah horisontal. Apabila posisi
kompas belum benar benar di tengah garis indeks maka putar
penggerak halus arah horizontal sehingga jarum kompas berada di
tengah garis indeks kompas.b. Tekan tombol power sehingga muncul
sudut horizontal dan vertikal 000000 yaitu sudut pesawat terhadap
arah utara. 9.Buka kunci arah vertikal teropong kemudian gerakan
teropong mendekati 9000000 mengunci arah vertikal.10. Mengukur dan
mencatat tingggi pesawat pada P1.11. membidik bak ukur dan dibaca
benang atas, benang tengah, benang bawah dan nonius.12. Memindah
arah teropong ke titik B dan membaca benang atas, benang tengah,
benang bawah dan nonius.13. Memindah pesawat ke titik P2, kemudian
menyetel alat hingga siap untuk dioperasikan, mengukur dan mencatat
tinggi pesawat. Melakukan pembidikan terhadap titik B, dan
melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah dan
nonius (seperti no 6-10 ) 14. Membidik titik C dan membaca benang
atas, benang bawah, benang tengah dan nonius.15. Pindahkan pesawat
ke titik P3 kemudian melakukan penyetelan alat hingga dapat
dioperasikan dan mencatat tinggi pesawat (seperti no 6-10)16.
Mengarahkan teropong ke titik C kemudian melakukan pembidikan
terhadap titik C dan melakukan pembacaan benang atas, benang
tengah, benang bawah serta nonius 17.Mengarahkan teropong ketitik D
dan melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah
dan nonius.18. Menentukan letak P4 dengan rumus :BLK + x = MK + ( L
x )Dimana :MK = jumlah jarak mukaBLK = jumlah jarak belakangx =
jarak P4 dari DL = jarak D-A menggunakan rool meter19. Menempatkan
pesawat di titik P4 yang berjarak x meter dari titik D kemudian
melakukan penyetelan pesawat hingga pesawat siap dioperasikan20.
Mengukur tinggi pesawat P4, melakukan pembidikan terhadap titik D
sebagai bacaan belakang.21. Mengarahkan teropong ke titik A dan
melakukan pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah dan
nonius ( bacaan muka )22. Memasukkan semua data hasil pengukuran
kedalam tabel.
BAB IVPERHITUNGAN
Tabel 4.1 Pengukuran Poligon Tertutup
TABEL PENGUKURAN POLIGON
Juru Ukur : Mohamad ImamsyahLokasi: Kampus FT
Nama Alat: Theodolit Jalur:1 s/d 6
Tanggal: 6 Desember 2013
No. TitikArah MendatarSudut MendatarJarak (m)Azimuth
BiasaLuar BiasaBiasa luar biasa Rata-rata
Q017959'55"40
123317'50"23317'45"23317'47,5"
212642'10"30642'10"50
112642'10"30642'10"50
27348'46"7348'45''7348'45,5''
322614'19"4614'20"50
212417'20"30417'20"50
313622'05"13622'00"13622'2,5"
434755'15"16755'20"50
38325'10"26325'10"50
410944'20"10944'15"10944'17,5"
533340'50"15340'55"50
43729'10"21729'10"50
54531'50"4531'50"4531'50"
635157'20"17157'20"50
524115'45"6115'50"50
61116'10"1116'14"1116'12"
122959'35''4959'36"36,5
63431'22"21431'25"36,5
120957'17"20957'15"20957'16"
Q18434'05"0434'10"40
4.1. Menghitung Sudut Rata-RataUntuk menghitung sudut rata-rata
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Dari data diketahui:P1
265o40`07`` 95o40`02``170o00`05``Untuk perhitungan selanjutnya,
dilakukan dengan cara yang sama.
4.2. Menghitung Koreksi Sudut Rata-RataRumus: ; dimana n =
banyaknya data/titik koreksi= = 1622o20`34`` 1440o00`00``=
182o20`34``Koreksi tiap titik:
10=182o20`34``
= 17o45`44``
4.3. Menghitung AzimuthPada perhitungan polygon tertutup azimuth
awal dan akhir harus sama. Langkah-langkah dalam menghitung azimuth
seperti di bawah ini:Diketahui:Azimuth awal = 00o00`00``(Azimuth
awal (sudut rata-rata Po Koreksi tiap sudut) + 180o atau 360o BM Po
: 00o00`00`` - 170o00`05``+ 17o45`44``) + 180o =
7o45`49``Perhitungan selanjutnya dapat dilakukan dengan langkah
yang sama, lebih jelas dapat dilihat pada tabel pengukuran.
4.4. Menghitung Titik KoordinatSebelum menghitung koordinat
titik terlebih dahulu menghitung D sin dan D cos . Dimana:D = Jarak
= AzimuthContoh:D sin = 43 x sin 00o00`00``= 0D cos = 34 x cos
00o00`00``= 0Dan seterusnya dilakukan dengan cara yang sama.
Setelah semua D sin dan D cos dihitung, cari koreksinya.
1,4336koreksi14,336Jumlah titik10==Koreksi , atau
1,4336Koreksi tiap titik
Setelah semua selesai dihitung, kemudian menghitung koordinat
titik x dan koordinat titik y. Langkah menghitung:Titik awal BM
koordinat titik x dan titik y sudah diketahui, Titik P1x = 4750,021
+ 0 14,336= 4735,686y = 8046,741+ 0 +(-27,610) = 8019,132Dan
seterusnya, sampai selesai untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel pengukuran.
4.5. Data pengukuran dilapangan Kedudukan BM
P1ba=2.28bt=2.07bb=1.85Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100=
(2.28 1.85) x 100= 43 m Kedudukan P1 BMba=1.18bt=0.975bb=0.75Jarak
Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.18 0.76) x 100= 42 m
P2ba=1.660bt=1.38bb=1.10
Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.660 1.10) x 100=
56 m Kedudukan P2 P1ba=1.77bt=1.50bb=1.22Jarak Optis= (batas atas
batas bawah) x 100= (1.77 1.22) x 100= 55 m
P3ba=1.97bt=1.53bb=1.105Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (1.97 1.105) x 100= 86.5 m Kedudukan P3
P2ba=1.285bt=0.845bb=0.42Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (1.285 0.42) x 100= 86.5 m
P4ba=2.39bt=1.9bb=1.41Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (2.39 1.41) x 100= 98 m Kedudukan P4
P3ba=2.13bt=1.66bb=1.15Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100=
(2.13 1.15) x 100= 98m P5ba=2.06bt=1.55bb=1.055Jarak Optis= (batas
atas batas bawah) x 100= (2.06 1.055) x 100= 100.5 m Kedudukan P5
P4ba=1.74bt=1.25bb=0.74Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100=
(1.74 0.74) x 100= 100 m P6ba=2.19bt=1.595bb=1.00Jarak Optis=
(batas atas batas bawah) x 100= (2.19 1) x 100= 119 m Kedudukan P6
P5ba=2.165bt=1.57bb=0.98Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (2.165 1.44) x 100= 118.5 m P7ba=2.35bt=2.00bb=1.61Jarak
Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.35 1.60) x 100= 75 m
Kedudukan P7 P6ba=1.785bt=1.41bb=1.045Jarak Optis= (batas atas
batas bawah) x 100= (1.785 1.045) x 100= 74 m
P8ba=1.5bt=0.82bb=0.12Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x 100=
(1.5 0.12) x 100= 138 m Kedudukan P8 P7ba=2.25bt=1.37bb=0.88Jarak
Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (2.25 0.88) x 100= 137 m
P9ba=2.235bt=1.465bb=0.7Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (2.235 0.7) x 100= 153.5 m Kedudukan P9
P8ba=1.885bt=1.11bb=0.34Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (1.885 0.34) x 100= 154.5 m P10ba=1.50bt=1.31bb=1.17Jarak
Optis= (batas atas batas bawah) x 100= (1.50 1.17) x 100= 33 m
Kedudukan P10 P9ba=1.825bt=1.65bb=1.50Jarak Optis= (batas atas
batas bawah) x 100= (1.825 1.50) x 100= 32.5 m
BM2ba=1.205bt=1.03bb=0.86Jarak Optis= (batas atas batas bawah) x
100= (1.205 0.86) x 100= 34.5 m
BAB VPENUTUP5.1. Kesimpulana. Dalam setiap pengamatan ataupun
pengukuran yang telah kami lakukan, penggambaran polygon dan
pemetaan situasi serta mampu menghitung koordinat titik-titik
polygon yang berdasarkan data ukur dan penulisan pada tabel
hitungan secara benar dan rapi.b. Berdasarkan hasil data yang kami
dapatkan dari pengukuran dilapangan diareal jalan UNPAR (daerah
UNPAR) kami mendapatkan berupa data mentah untuk mencari nilai
jarak, sudut mendatar dan koreksi azimuth. Dan data tersebut
disajikan dalam bentuk tabel pada Bab IV Analisis Data.c. Diketahui
data: Menghitung Sudut Rata-RataDari data diketahui:P1 265o40`07``
95o40`02``170o00`05``Berdasarkan uraian kegiatan praktikum Ilmu
Ukur Tanah II yang telah dilaksanakan didapat: n = 12 d = 907 m
sebelumdikoreksi= 1622 20' 34" sesudahdikoreksi= 1829 8' 5"
koreksisudut= 17737' 26" koreksi X= 157.678 koreksi Y= 303.704 X
awal + NIM= 4642,97 +107,051 = 4750,021 X akhir= 4814,750 Y awal +
NIM= 7939,69 + 107,051 = 8046,741 Y akhir= 7984,981
Kontrol Bacaan Sudut =akhir - a awal + 10. 1803420 00' 00" =000
00' 00" + 1803420 00' 00" =3420 00' 00"
Menghitung Koreksi Sudut Rata-RataRumus: ; dimana n = banyaknya
data/titik koreksi= = 1622o20`34`` 1440o00`00``= 182o20`34``Koreksi
tiap titik:
10=182o20`34``
= 17o45`44``
Menghitung AzimuthAzimuth awal = 00o00`00``(Azimuth awal (sudut
rata-rata Po Koreksi tiap sudut) + 180o atau 360o BM Po :
00o00`00`` - 170o00`05``+ 17o45`44``) + 180o = 7o45`49``Perhitungan
selanjutnya dapat dilakukan dengan langkah yang sama, lebih jelas
dapat dilihat pada tabel pengukuran. Menghitung Titik
KoordinatSebelum menghitung koordinat titik terlebih dahulu
menghitung D sin dan D cos . Dimana:D = Jarak = AzimuthContoh:D sin
= 43 x sin 00o00`00``= 0D cos = 34 x cos 00o00`00``= 0Dan
seterusnya dilakukan dengan cara yang sama. Setelah semua D sin dan
D cos dihitung, cari koreksinya.
1,4336koreksi14,336Jumlah titik10==Koreksi , atau
1,4336Koreksi tiap titik
Setelah semua selesai dihitung, kemudian menghitung koordinat
titik x dan koordinat titik y. Langkah menghitung:Titik awal BM
koordinat titik x dan titik y sudah diketahui,Titik P1x = 4750,021
+ 0 14,336= 4735,686y = 8046,741+ 0 +(-27,610) = 8019,132Dan
seterusnya, sampai selesai untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel pengukuran.Penjelasan untuk korelasi yang besar : Banyaknya
kendaraan sehingga alat tidak sentring Cuaca yang panas membuat
alat tidak stabil Getaran bahu jalan mempengaruhi alat baca
theodolit Kurangnya pengalaman peserta dalam pelaksanaan praktikum
Ilmu Ukur Tanah Keterbatasan alat pengukuran dan sarana penunjang
yang mengakibatkan kurang efesiennya pengukuran, waktu, dan tenaga
pada saat dilapangan.
5.2. Saran Dalam pelaksanaan praktikum ini sudah dilakukan
dengan cukup baik, namun tidak dapat dipungkiri masih ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, maka kami menyarankan:a. Setiap
mahasiswa mengikuti dan memahami petunjuk praktikum dengan baik,
supaya pelaksanaan praktikum mendapat hasil yang maksimal.b.
Memperbanyak jumlah alat ukur yang ada di laboratorium.