BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang sangat penting di Indonesia. Paradigma sehat yang ada di Indonesia lebih mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa meninggalkan usaha kuratif dan rehabilitatif dengan harapan dapat mengurangi pengeluaran negara untuk pembiayaan kesehatan. 1 Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang ada di masyarakat. Peningkatan kualitas Puskesmas dapat meningkatkan angka kesehatan yang ada di Indonesia. Puskesmas mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan karena jangkauan pelayanan Puskesmas lebih ditekankan pada masyarakat kecil. Fungsi Puskesmas mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan. 1 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang sangat penting di
Indonesia. Paradigma sehat yang ada di Indonesia lebih mengedepankan upaya
promotif dan preventif tanpa meninggalkan usaha kuratif dan rehabilitatif dengan
harapan dapat mengurangi pengeluaran negara untuk pembiayaan kesehatan.1
Puskesmas merupakan salah satu sarana kesehatan yang ada di masyarakat.
Peningkatan kualitas Puskesmas dapat meningkatkan angka kesehatan yang ada di
Indonesia. Puskesmas mempunyai peranan penting dalam bidang kesehatan karena
jangkauan pelayanan Puskesmas lebih ditekankan pada masyarakat kecil. Fungsi
Puskesmas mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan
kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya
pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara
menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.1
Sejak tahun 2011 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi
dan misi yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Visi Kementrian Kesehatan saat ini
adalah “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”, sedangkan Kementrian
Kesehatan mempunyai empat misi yang harus dicapai yaitu meningkatkan kesehatan,
melindungi kesehatan masyarakat, menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan
dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.2
Puskesmas dapat melakukan upaya yang dikelompokan menjadi dua bagian,
yaitu upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan. Upaya kesehatan wajib antara
lain, upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan
anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, upaya pengobatan.3
1
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian WHO
hingga saat ini. Indonesia menempati urutan kelima setelah India, China, Afrika
Selatan, dan Nigeria. Insidensi TB pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 0,35-0,52
juta kasus dengan prevalensi mencapai 0,28-1,1 juta kasus dan dengan angka
kematian yang mencapai 36-95 ribu jiwa. Oleh karena itu TB masih menjadi masalah
kesehatan yang membutuhkan penanganan. Di antara usaha penanganan masalah
tersebut adalah deteksi dini/penemuan kasus yang termasuk dalam salah satu program
upaya kesehatan wajib khususnya bidang pemberantasan penyakit menular.
Kurangnya cakupan dari penemuan kasus TB yang disebebkan oleh beberapa faktor
dapat berakibat pada meningkatnya angka kejadiaan TB dan keterlambatan dalam
penanganan karena TB tidak terdeteksi secara dini. Hal ini tentunya dapat menjadi
salah satu penyebab gagalnya pencapaian derajat kesehatan yang merupakan tujuan
utama pembangunan kesehatan. 4,5
Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
upaya penemuan kasus TB sebagai salah satu program pemberantasan penyakit
menular. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kajoran II sebagai tempat pelayanan
kesehatan di daerah Kajoran yang bertanggung jawab menjalankan program
penemuan kasus Tuberkulosis BTA (+). Dengan adanya penelitian ini diharapkan
akan dapat menemukan masalah yang menjadi penyebab kurang berhasilnya upaya
penemuan kasus TB dan memberikan solusi atas masalah tersebut. Penelitian ini juga
diharapkan dapat membantu upaya perbaikan manajemen program dan mutu
pelayanan Puskesmas, khususnya Kajoran II Magelang.
2.2 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan
pelaksanaan manajemen program dan pelayanan di Puskesmas Kajoran II
2
periode Januari-September 2012 serta memberikan alternatif pemecahan
masalah dalam rangka upaya perbaikan kinerja Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan di
Puskesmas Kajoran II ( Januari-September 2012)
Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah yang ditemukan di
Puskesmas Kajoran II ( Januari-September 2012)
Mahasiswa mampu menganalisis penyebab masalah dari prioritas masalah
yang ditemukan di Puskesmas Kajoran II ( Januari-September 2012)
Mahasiswa mampu menentukan alternatif penyelesaian masalah dari
masalah yang ditemukan di Puskesmas Kajoran II ( Januari-September
2012)
Mahasiswa mampu menentukan pengambilan keputusan dari alternatif
pemecahan masalah di Puskesmas Kajoran II ( Januari-September 2012)
Mahasiswa mampu membuat Plan of Action dari masalah terpilih di
Puskesmas Kajoran II ( Januari-September 2012)
2.3 Metodologi
Laporan penelitian ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder
yang didapatkan di Puskesmas Kajoran II.
Data primer berupa pelaksanaan proses manajemen (P1.P2,P3) diperoleh dari
wawancara dengan Kepala Puskesmas, dokter, pemegang program dan staf
Puskesmas.
Data sekunder diperoleh dari data tertulis yang ada di Puskesmas Kajoran II.
Dari segi manajemen puskesmas, data yang diperoleh yaitu data hasil kegiatan
sampai dengan bulan berjalan. Hasil cakupan dibandingkan dengan target tahun 2012
didapatkan pencapaian. Masalah didapatkan jika pencapaian kurang dari 80%.
Kemudian ditentukan prioritas masalah dengan Hanlon kuantitatif. Dari prioritas
3
masalah tersebut dilakukan analisis penyebab masalah dengan pendekatan sistem.
Kemudian analisis faktor penyebab masalah tersebut dimasukkan ke dalam Fish Bone
Analysis. Penyebab masalah yang ada kemudian diprioritaskan dengan paired
comparison. Dengan menggunakan tabel dan diagram Pareto, dipilihlah penyebab
masalah yang akan diintervensi. Penyebab masalah yang telah terpilih kemudian
dicari alternatif pemecahan masalah secara sistematis yang paling mungkin
dilakukan. Kemudian dilakukan pengambilan keputusan mengenai pemecahan
masalah mana yang akan diusulkan dan dibuat plan of action.6,7
4
BAB 2
ANALISIS SITUASI
2.1 Lingkungan
1. Data Wilayah
Situasi wilayah kerja Puskesmas Kajoran II
Wilayah Kajoran terdiri dari 14 desa, dan 70 dusun.
Gambar 1 . Peta wilayah kerja puskesmas Kajoran II.
a) Batas-batas wilayah Puskesmas Kajoran II adalah :
Utara : Kabupaten Wonosobo
Selatan : Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Barat : Kecamatan Salaman dan Kabupaten Purworejo
Timur : Puskesmas Kajoran I
b) Luas wilayah kerja
5
Wilayah kerja Puskesmas Kajoran II adalah seluas 37,77 km2 . Terdiri atas 14
Dari data kematian yang didapat di wilayah kerja Puskesmas
Kajoran II dapat disimpulkan bahwa angka kematian di wilayah kerja
Puskesmas Kajoran II masih berada di bawah standar nasional.8
3. Status Gizi Balita
(a) Angka balita dengan status gizi baik 2011
= jumlah balita dengan status gizi baik x 100%
jumlah balita dalam 1 tahun
= 1585 x 100 %
1630
= 97,2% → profil Jateng 2010 (78,1%)8
(b) Angka balita dengan status gizi kurang 2011
= jumlah balita dengan status gizi kurang x 100%
jumlah balita dalam 1 tahun
= 29 x 100 %
1630
= 1,77 % → profil Jateng 2010 (12,4%)8
(c) Angka balita dengan status gizi buruk
= jumlah balita dengan status gizi buruk x 100%
jumlah balita dalam 1 tahun
= 7 x 100 %
1630
= 0,43 % → profil Jateng 2010 (3,3%)8
19
Bila dibandingkan dengan profil Jateng 2010 maka angka balita dengan
status gizi baik di wilayah kerja Puskesmas Kajoran II lebih tinggi.
Sedangkan angka balita dengan gizi kurang dan gizi buruk lebih rendah
dibandingkan profil Jateng 2010.8
4. Data Penyakit
Pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas Kajoran II
Kabupaten Magelang untuk semua golongan umur pada tahun 2011
ditampilkan pada tabel 10.
Dari tabel di bawah dapat disimpulkan bahwa penyakit terbanyak
selama tahun 2011 adalah infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian
atas, kemudian disusul dengan gastritis, serta penyakit rheumatoid arthritis
lainnya.
Tabel 8. Pola 10 Besar Penyakit Tahun 2011
No.
Nama Penyakit Jumlah Penderita Persentase
1.
2.3.4.5.6.7.8.9.10.
Infeksi akut lain pd saluran pernafasan bag atasGastritisRheumatoid arthritis lainHipertensiPenyakit pulpa & jar periapikal FaringitisInfluenzaDiare non spesifikDemamPenyakit kulit alergi
290
138132102706460575543
28,6%
13,6%13,0%10,1%6,9%6,3%5,9%5,6%5,4%4,2%
TOTAL 1011 100 %Sumber : Data Puskesmas Kajoran II tahun 2011
20
BAB 3
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1 Analisis Hasil
Berdasarkan data pencapaian kegiatan 6 program berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas Kajoran II periode Januari sampai
September 2012, diperoleh hasil beberapa program yang pencapaiannya kurang
dari 80%. Program-program tersebut disajikan dalam table 11.
Tabel 9. Daftar Program Pokok Puskesmas Kajoran II periode Januari –
September 2012 dengan pencapaian target kurang dari 80%
MASALAH PENCAPAIANABCDEFGH
I
Suspek TB Suspek TB BTA (+)Jumlah bumil yang mendapat TT1Jumlah bumil yang mendapat TT2T2PM yang memenuhi syarat sanitasiPenduduk yang memanfaatkan jambanJumlah kunj ke posyandu seluruhnyaDeteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolahRumah yang mempunyai SPAL
47,5%55,6%76%77%
40,1%52,2%7,5%28,9%
60,2%
3.2 Prioritas Masalah
Berdasarkan data di atas ditemukan adanya sembilan masalah kesehatan
Puskesmas Kajoran II. Dari sembilan masalah kesehatan tersebut dibuat prioritas
masalah dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif yang meliputi empat
kriteria: (A) Besarnya masalah, (B) Kegawatan masalah, (C) Kemudahan dalam
penanggulangan, dan (D) PEARL Factor.
1. Penentuan besarnya masalah
Penentuan besar masalah dapat dilihat dari skor pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas. Penetapan rentang berdasarkan selisih
dari persentase besar masalah tertinggi dan terendah dibagi jumlah kolom.
21
Tabel 10. Daftar Besar Masalah
MASALAH PENCAPAIAN BESAR MASALAH
ABCDEFGH
I
Suspek TB Suspek TB BTA (+)Jumlah bumil yang mendapat TT1Jumlah bumil yang mendapat TT2T2PM yang memenuhi syarat sanitasiPenduduk yang memanfaatkan jambanJumlah kunj ke posyandu seluruhnyaDeteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolahRumah yang mempunyai SPAL
47,5%55,6%76%77%
40,1%52,2%7,5%28,9%
60,2%
52,5%44,4%24%23%
59,9%24%
47,8%71,1%
39,8%
a. Menentukan Kelas
K = 1+3,3Log N
K = 1+3,3Log 9
K = 4,15 4
b. Menentukan Interval Kelas
R (nilai besar – nilai kecil)
Interval Kelas = -----------------------------------
Berdasarkan hasil perhitungan secara Hanlon kuantitatif di atas, dari 8
masalah didapatkan urutan prioritas sebagai berikut:
1. Penemuan kasus suspek TB
2. Penemuan kasus suspek TB BTA (+)
3. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah
4. Cakupan jumlah bumil yang mendapat TT1
5. Cakupan jumlah bumil yang mendapat TT2
6. T2PM yang memenuhi syarat sanitasi
7. Penduduk yang memanfaatkan jamban
8. Rumah yang mempunyai SPAL
9. Jumlah kunjungan bayi dan balita ke posyandu seluruhnya
Berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif, didapatkan bahwa prioritas
masalah yang pertama adalah Penemuan kasus suspek TB Paru . Setelah
dikonfirmasi kepada Kepala Puskesmas Kajoran II dipilih prioritas utama masalah
adalah Penemuan Cakupan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kajoran II,
dimana pada Januari-September 2012 cakupan hasil kegiatan masih kurang dari
target, yaitu 52,5% dari target.
26
INPUTMan
MoneyMethodMachineMaterial
PROSESP1P2P3
OUTCOMEMutu
OUTPUTCakupan
DAMPAKKesakitanKematian
LINGKUNGAN
Fisik Non fisik
3.3 Analisis Penyebab Masalah
Tahap selanjutnya setelah penentuan prioritas masalah adalah identifikasi
penyebab dari masalah tersebut. Dalam identifikasi masalah rendahnya penemuan
cakupan TB periode Januari-Februari 2011 di Puskesmas Kajoran ini, digunakan
metode pendekatan sistem yang menganalisis penyebab masalah ditinjau dari segi
input, proses dan lingkungan. Proses pendekatan dijelaskan dalam bagan berikut:
Gambar 2. Bagan Pendekatan Sistem
Menggunakan pendekatan tersebut dapat dilakukan analisis hal-hal yang
menyebabkan rendahnya cakupan Penemuan TB di Puskesmas Kajoran II periode
Januari-September 2012.
1. Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas Dianalisis dengan Pendekatan
Sistem
Untuk menganalisis penyebab masalah manajemen secara menyeluruh
digunakan pendekatan sistem yang meliputi input, lingkungan, proses, output,
outcome, serta dampak. Dengan pola pemecahan masalah berdasarkan sistem
27
tersebut dapat ditelusuri ke belakang hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya
permasalahan.
Dari tahap ini didapatkan hasil asumsi penyebab masalah sbb:
Tabel 17. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah
Tahap Analisis Pendekatan Sistem
Komponen Kekurangan KelebihanInput
Man
Terbatasnya jumlah petugas kesehatan yang menangani penjaringan suspek TB
Adanya rangkap jabatan Petugas kesehatan lapangan
mempunyai beban kerja yang terlalu banyak
Kurangnya koordinasi antar pemegang program di puskesmas dan kerja sama dengan bidan desa dan kader.
Kurangnya motivasi pada kader desa untuk melakukan penjaringan suspek TB
Adanya pemanfaatan kader desa untuk menjaring suspek TB
Adanya petugas pemeriksa sputum
Terdapat pelatihan untuk kader TB dan pemegang program
Money
Pemanfaatan dana belum optimal
Ada anggaran biaya pemeriksaan dan pengobatan pasien TB dari pemerintah, Global fund AIDS, TB, Malaria (GFATM),dan dari BOK
Method
Belum ada SOP khusus di Puskesmas mengenai penjaringan suspek TB (menggunakan Pedoman Nasional TB)
-
Machine
Media promosi (poster/pamphlet) TB terbatas di lingkup puskesmas
Tidak tersedianya alat peraga untuk penyuluhan TB
Sudah tersedia alat transportasi untuk melakukan penjaringan ke rumah warga
Material Materi/bahan penyuluhan TB ke masyarakat belum tersedia
Tersedianya buku panduan tentang pemberantasan TB
Lingkungan
Beberapa lokasi desa sulit terjangkau oleh petugas
Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke puskesmas masih kurang
Adanya dukungan dari perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat
28
Proses
P1
Perencanaan Tingkat Puskesmas belum ada
Rencana tertulis untuk meningkatkan cakupan suspek TB tidak ada
P2
Lokakarya mini lintas program dan lintas sektor tidak terlaksana
Jadwal terinci kegiatan penjaringan suspek belum tersedia
Kerjasama lintas program kurang, kurangnya dukungan dari pemegang program lain
Terdapat kerjasama antara program P2M dengan Perawatan Kesehatan Masyarakat untuk kunjungan rumah
Terdapat kerjasama penjaringan suspek dengan Puskesmas Salaman II untuk pemeriksaan laboratorium
P3
Belum ada evaluasi keberhasilan pelaksanaan penjaringan TB tingkat puskesmas
Pelaporan pencapaian sasaran penjaringan suspek TB dilaksanakan secara reguler
2. Penyebab Mutu Pelayanan (Simple Problem)
Penilaian mutu dilakukan berdasarkan pengamatan pada petugas di BP
umum, di laboratorium, dan di bagian pendaftaran, yang disesuaikan dengan SOP.
SOP Puskesmas Kajoran II sudah lama tidak digunakan sebagai acuan dalam
pelayanan puskesmas, sehingga penilaian simple problem tidak dapat dilakukan.
3. Penyebab Masalah Mutu Pelayanan (Complex Problem)
Penilaian mutu pelayanan Puskesmas salah satunya dilakukan melalui
pendekatan complex problem, yaitu dengan menggunakan 9 dimensi mutu.
Kuesioner ditanyakan pada dua pasien TB yang datang ke Puskesmas untuk
kontrol.
29
Tabel 18. Kuesioner untuk menilai dimensi mutu
No Masalah Ya Tidak % Pencapaian
1
2
3
Technical Competence (Kompetensi teknis)Apakah petugas menjelaskan perihal penyakit TB dengan jelas?Apakah petugas memberikan saran terhadap penyakit anda?Apakah petugas menjelaskan tentang obat yang anda gunakan?Apakah pelayanan dari Puskesmas sudah memuaskan?Access to Service (Akses terhadap pelayanan)Apakah anda mengerti bahwa pemberian OAT di Puskesmas tersebut tidak dipungut biaya?Apakah petugas pernah melakukan kunjungan rumah untuk menilai status kesehatan dan kondisi lingkungan anda?Apakah anda mudah menjangkau Puskesmas?Apakah sarana transportasi ke Puskesmas terjangkau?Apakah anda sering memeriksakan diri ke Puskesmas?Apakah anda mengetahui jenis-jenis layanan di Puskesmas?Apakah anda sering menggunakan fasilitas Puskesmas keliling?Apakah ada fasilitas Puskesmas pembantu di daerah anda?
Effectiveness (Kesangkilan)Apakah ada kader kesehatan yang menyarankan anda untuk berobat?Menurut anda apakah pelayanan di Puskesmas sudah optimal dalam program TB?
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
2
2
1
50%
100%
100%
100%
0%
50%
100%
100%
50%
0%
0%
0%
100%
50%
30
4
5
6
Apakah anda puas dengan pelayanan yang ada? Alasan ?Menurut anda apakah kegiatan dan pelayanan di Puskesmas sudah merata ?Apakah masyarakat sudah berperan aktif dalam bidang kesehatan?Apakah masyarakat berperan serta dalam bidang kesehatan dan pencegahan TB?Efficiency (Kemangkusan)Apakah anda merasa terpenuhi tujuan ke Puskesmas?Apakah keluhan yang anda rasakan berkurang dan atau hilang dengan berobat?Apakah anda perlu menunggu lama untuk mendapatkan pelayanan?Apakah pengambilan obat di Puskesmas memerlukan waktu yang lama?Interpersonal Relation (Hubungan antar individu)Apakah petugas memberi salam / sapaan pada awal pertemuan dan memperkenalkan diri sebelum memulai pemeriksaan?Apakah petugas tersenyum selama melayani saudara?Apakah petugas ramah dan sopan selama pelayanan?Apakah petugas menggunakan bahasa yang mudah dan dimengerti pasien?Apakah petugas mendengarkan dengan seksama keluhan pasien?Apakah pelayan kesehatan memberi penjelasan yang jelas tentang sakit yang anda derita dan penanganannya?Apakah pelayan kesehatan memberi kesempatan anda untuk bertanya dan mereka memberi jawaban yang jelas?Apakah anda diberi penjelasan cara minum obat yang diberikan di apotik dengan jelas?Continuity (Kesinambungan)Apakah Anda dianjurkan atau diminta
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
0
2
1
1
2
2
1
1
100%
0%
0%
50%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
50%
100%
50%
31
7
8
untuk kontrol ulang ke Puskesmas?Apakah Anda diberi informasi / edukasi mengenai yang harus dilakukan jika obat habis?Apakah Anda pernah dirujuk oleh Puskesmas ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap?Apakah Anda pernah dirujuk oleh Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan laboratorium?Apakah Anda pernah disurvei/wawancara kesehatan oleh petugas Puskesmas?Apakah Anda diberi edukasi / informasi mengenai pencegahan penularan penyakit kepada anggota keluarga serumah dan orang yang satu tempat tinggal?Apakah Anda pernah mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Puskesmas?Apakah penyuluhan masyarakat tentang penyakit menular khususnya TB dilakukan secara rutin?Apakah anda bersedia periksa kembali ke Puskesmas bila penyakitnya belum sembuh atau kambuh?Apakah kader puskesmas pernah mengontrol kesehatan keluarga anda?Safety (Keamanan)Apakah anda merasa aman saat berada di Puskesmas?Apakah anda merasa aman saat menuju ke Puskesmas?Apakah anda merasa aman terhadap kerahasiaan pribadi anda?Apakah anda merasa aman terhadap setiap tindakan medis yang dilakukan?Apakah anda merasa aman terhadap obat yang diberikan?Amenities (Kenyamanan)Apakah anda merasa nyaman dengan ruang
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
50%
50%
0%
0%
50%
0%
50%
0%
100%
50%
100%
100%
100%
100%
100%
32
9
tunggu di puskesmas?Apakah anda merasa nyaman berada di ruang pemeriksaan?Apakah anda nyaman dengan pelayanan petugas kesehatan?Apakah anda merasa nyaman dengan lingkungan sekitar puskesmas?Apakah anda merasa nyaman dengan suasanan kamar mandi?Apakah anda merasa nyaman saat mendapatkan tindakan medis ?Information (Informasi)Apakah anda merasa sakit atau adakah keluhan tentang kesehatan anda?Apakah anda mengetahui tentang TB? Gejala TB?Apakah anda mengetahui bahwa TB menular? Lewat apa?Apakah anda mengetahui bahaya dan komplikasi TB?Apakah anda mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam penularan TB?Apakah di Puskesmas terdapat media informasi tentang TB?Apakah media atau gambar – gambar yang terpajang (pamflet) mengenai TB cukup memberikan informasi?Apakah anda mendapatkan informasi yang memadai tentang penyakit TB anda dari petugas Puskesmas?Apakah anda mengetahui prosedue-prosedur dan makna setiap prosedur dalam menegakkan TB?Apakah anda mendapat penjelasan tentang proses dalam pengobatan TB?Apakah anda mengerti pemakaian OAT yang benar dan efek OAT?Apakah anda mengetahui cara-cara pencegahan TB?Apakah anda mengetahui kegiatan-
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
2
100%
100%
100%
100%
100%
100%
0%
0%
50%
0%
100%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
33
kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam mencegah dan menangani TBC?Apakah anda pernah mendapat penyuluhan tentang TBC dari Puskesmas?
1 150%
34
Lokasi desa sulit dijangkauMedia promosi (-)
Alat peraga (-)Bahan penyuluhan (-) Lokmin tidak terlaksana
PTP (-)
Kesadaran masy << Evaluasi keberhasilan program (-)
Jadwal keg (-)
Kerja sama lintas program (-)
Gambar 3. Fish Bone QA Complex Problem
35
Cakupan penjaringan suspek TB rendah
Man
Jumlah tenaga kes <<
Rangkap jabatan
Koordinasi dan komunikasi <<
Motivasi kader desa <<
Money
Pemanfaatan danabelum optimal
Method
SOP (-)
Material Machine Lingkungan Proses
Daftar inventarisasi penyebab masalah yang didapatkan dari pendekatan sistem,
QA simple, dan QA kompleks dan telah dikonfirmasikan dengan koordinator
program Penanggulangan Penyakit Menular di Puskesmas Kajoran II:
Tabel 19. Penyebab masalah tahap analisis pendekatan sistem setelah
dikonfirmasi
Masalah NO PenyebabCakupan penjaringan suspek TB rendah
ABC
DEFGHIJKL
Jumlah tenaga kesehatan kurang (hanya 1)Kurangnya motivasi kader untuk menjaring suspek TBKoordinasi dan komunikasi antar pemegang program serta bidan desaPemanfaatan dana belum optimalBelum ada SOP khusus mengenai penjaringan suspek TBBelum ada bahan penyuluhan kepada masyarakatBelum ada media promosi dan alat peraga penyuluhanLokasi desa sulit dijangkauKesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri kurangTidak ada perencanaan tingkat puskesmasLokmin tidak terlaksanaEvaluasi keberhasilan program (-)
Penyebab masalah tersebut selanjutnya akan diurutkan berdasarkan
prioritas dengan menggunakan paired comparison.
36
3.4 Prioritas Penyebab Masalah
Tabel 20. Paired comparison
A B C D E F G H I J K L HORIZONTAL
A + + + + + + + - + + + 10
B + - - - - - - + + - 3
C - - - - - - + + - 2
D - + + - - + + + 5
E + + - - + + + 5
F + - - + + + 4
G - - + + + 3
H - + + + 3
I + + + 3
J - - 0
K - 0
L 0
Vertikal 0 0 0 2 3 2 2 6 8 0 1 4
Horizon 10 3 2 5 5 4 3 3 3 0 0 0
Jumlah 10 3 2 7 8 6 5 9 11 0 1 4
37
Tabel 21. Tabel Pareto
NO Masalah N % N Kumulatif
% Kumulatif
I Belum ada media promosi dan alat peraga penyuluhan
11 16,7 11 16,7
A Jumlah tenaga kesehatan kurang (hanya 1)
10 15,2 21 31,8
H Lokasi desa sulit dijangkau 9 13,6 30 45,5E Belum ada SOP khusus
mengenai penjaringan suspek TB
8 12,1 38 57,6
D Pemanfaatan dana belum optimal
7 10,6 45 68,2
F Belum ada bahan penyuluhan kepada masyarakat
6 9,1 51 77,3
G Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri kurang
5 7,6 56 84,8
L Evaluasi keberhasilan program (-)
4 6,1 60 90,9
B Kurangnya motivasi kader untuk menjaring suspek TB
3 4,5 63 95,5
C Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar petugas pemegang program serta petugas lintas sektoral terkait
2 3,0 65 98,5
K Lokmin tidak terlaksana 1 1,5 66 100,0J Tidak ada perencanaan
tingkat puskesmas0 0,0 66 100,0
38
Gambar 4. Diagram Pareto
Dari hasil analisis Pareto didapatkan bahwa dengan mengatasi enam
penyebab masalah, dianggap masalah dapat diselesaikan. Penyebab masalah
tersebut adalah:
1. Tidak ada perencanaan tingkat puskesmas2. Lokmin tidak terlaksana3. Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar petugas pemegang program
serta petugas lintas sektoral terkait4. Kurangnya motivasi kader untuk menjaring suspek TB5. Evaluasi keberhasilan program (-)6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri
39
3.5Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi penyebab masalah diatas, alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 22. Alternatif pemecahan masalah
Masalah Penyebab Tujuan Sasaran Alternatif Pemecahan MasalahCakupan TB paru yang ditemukan rendah
Tidak ada perencanaan tingkat puskesmas
Mengadakan perencanaan tingkat puskesmas
Petugas puskesmas
Mengadakan pertemuan awal tahun untuk membahas perencanaan program yang harus dilakukan
Mengaktifkan kembali lokmin riap bulanan dan tiap tiga bulanan
Lokmin tidak terlaksana
Mengadakan lokmin secara reguler
Kepala puskemas, Petugas puskesmas, pejabat lintas program yang terkait
Menggiatkan kembali lokmin tiap bulan dan tiap tiga bulanan
Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar petugas pemegang program serta petugas lintas sektoral terkait
Meningkatkan koordinasi dan komunikasi antar petugas pemegang program serta petugas lintas sektoral terkait
Petugas puskesmas dan petugas lintas sektoral
Menggiatkan kembali lokmin tiap bulan dan tiap tiga bulanan
Kurangnya motivasi kader untuk menjaring
Meningkatkan motivasi kader untuk menjaring
Kader kesehatan desa, tokoh masyarakat
Meningkatkan kesadaran kader dengan mengadakan pelatihan kepada kader secara rutin minimal satu tahun sekali
40
suspek TB suspek TB dan mengadakan penyuluhan Memberikan penghargaan kepada kader-
kader yang menjalankan tugasnya dengan baik
Mengadakan lomba cerdas cermat antar kader
Bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan supervisi ke kader
Evaluasi keberhasilan program (-)
Mengadakan evaluasi keberhasilan program
Kepala puskemas, Petugas puskesmas, pejabat lintas program yang terkait
Menggiatkan kembali lokmin tiap bulan dan tiap tiga bulanan
Membuat SPM
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri
Masyarakat desa Mengadakan penyuluhan mengenai penyakit TB
Menyediakan media informasi tentang TB di tempat-tempat strategis
Mengadakan kunjungan rumah di daerah pasien dengan suspek TB
Mengangkat isu kesehatan di dalam kelompok pertemuan warga, contohnya PKK
41
3.6 Pengambilan Keputusan
Setelah kita mengembangkan berbagai alternatif untuk memecahkan masalah,
maka kegiatan selanjutnya adalah berupa penyaringan kegiatan dan menggunakan
pertimbangan (kriteria mutlak) berupa input dan output, serta pertimbangan kriteria
keinginan berupa proses kegiatan.
Pengambilan keputusan merupakan teknik memilih cara terbaik (kegiatan atau
program) untuk mencapai tujuan (sasaran yang ditetapkan) secara efektif dan efisien.
Proses pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria
keinginan dilakukan melalui 8 langkah, yaitu:
1. Menetapkan tujuan atau sasaran keputusan (sejauh mungkin kuantitatif)
2. Menentukan kriteria mutlak dan kriteria keinginan bagi tercapainya tujuan
Alternatif pada matriks keinginan tersebut yang mempunyai keinginan tertinggi adalah: meningkatkan kesadaran kader dengan mengadakan pelatihan kepada kader secara rutin minimal satu tahun sekali dan mengadakan penyuluhan.
Langkah selanjutnya adalah inventarisasi konsekuensi terhadap keputusan
sementara.
a. Faktor penghambat
Membutuhkan biaya dan waktu yang banyak.
Perlu kedisiplinan dari kader.
Kegiatan harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan
Memerlukan tenaga untuk memberikan pelatihan
b. Faktor pendorong
Adanya perkembangan pengetahuan tentang penyakit TB.
Kurangnya pengetahuan kader terhadap TB.
Dengan keterlibatan kader dalam penjaringan suspek TB dapat
meningkatkan efektivitas kerja.
Cakupan penjaringan suspek TB lebih luas dengan adanya kader.
45
3.7 Rencana Kegiatan (Plan of Action / PoA)
No Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Indikator hasil1.
2.
Persiapan Perkenalan dan ijin Survey tempat Pendataan jumlah kader Membuat jadwal Sosialisasi kepada kader
dan masyarakat bahwa akan dilakukan pelatihan dan penyuluhan
Mengkonfirmasi tempat dan waktu pelaksanaan kepada kepala desa dan pelatih/penyuluh
Pelaksanaan Konfirmasi ulang tempat Mengumumkan kepada
kader bahwa akan dilakukan pelatihan dan penyuluhan
Persiapan sarana dan prasarana
Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan mengenai TB
Pelaksanaan pelatihan pengambilan spesimen sputum
Agar kegiatan pelatihan dan penyuluhan lebih terorganisir
Meningkatnya cakupan penemuan TB dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan kader untuk dapat mendeteksi dini kejadian TB Untuk merubah perilaku masyarakat serta meningkatkan
Kepala puskesmas, Bidan puskesmas, bidan desa, kader, perawat
kader kesehatan
Puskesmas kajoran II
Lokasi balai desa
SK panitia Jadwal
Kader mampu mengenali gejala dan tanda TB, melaporkan pada Puskesmas dan mampu mengambil sputum orang yang dicurigai TB untuk dibawa ke laboratorium Puskesmas
46
3. Evaluasi Penilaian apakah waktu
pelaksanaan terlaksana tepat waktu
Penilaian apakah tempat pelaksanaan sudah cukup kondusif
Penilaian apakah panitia dapat melaksanakan tugas masing-masing dengan baik dan tidak rangkap tugas
Penilaian apakah sasaran telah tercapai
Penilaian pengetahuan dengan pre test dan post test
pengetahuan masyarakatAgar kekurangan selama perencanaan dan pelaksanaan dapat menjadi pelajaran untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya
Panitia pelaksana kegiatan
Puskesmas Kajoran II
Terbentuk laporan pertanggungjawaban
47
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pelaksanaan manajemen puskesmas di Kajoran II Januari- September 2012 meliputi 6
upaya wajib Puskesmas. Adapun data pencapaiannya dievaluasi dengan Standar Pelayanan
Minimal dari Dinkes Kab. Megelang. Setelah didapatkan data, maka dilakukan identifikasi
dan prioritas masalah pada Puskesmas Kajoran II. Berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif,
didapatkan bahwa prioritas masalah yang pertama adalah Cakupan penjaringan suspek TB
yang kurang dari target. Setelah dikonfirmasi kepada Kepala Puskesmas Kajoran II dipilih
prioritas utama masalah adalah cakupan penjaringan suspek TB yang kurang dari target di
wilayah kerja Puskesmas Kajoran II, dimana pada Januari-September 2012 cakupan hasil
kegiatan masih kurang dari target, yaitu hanya 47,5% dari yang seharusnya dalam SPM
sebesar 80%.
Berdasarkan analisis dan konfirmasi penyebab masalah yang menjadi prioritas adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah tenaga kesehatan kurang (hanya 1)
2. Kurangnya motivasi kader untuk menjaring suspek TB
3. Koordinasi dan komunikasi antar pemegang program serta bidan desa
4. Pemanfaatan dana belum optimal
5. Belum ada SOP khusus mengenai penjaringan suspek TB
6. Belum ada bahan penyuluhan kepada masyarakat
7. Belum ada media promosi dan alat peraga penyuluhan
8. Lokasi desa sulit dijangkau
9. Kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri kurang
10. Tidak ada perencanaan tingkat puskesmas
11. Lokmin tidak terlaksana
12. Evaluasi keberhasilan program (-)
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah :
A. Mengadakan pertemuan awal tahun untuk membahas perencanaan
program yang harus dilakukan
B. Mengaktifkan kembali lokmin tiap bulanan dan tiap tiga bulanan
C. Meningkatkan kesadaran kader dengan mengadakan pelatihan kepada
kader secara rutin minimal satu tahun sekali dan mengadakan
48
penyuluhan
D. Memberikan penghargaan kepada kader-kader yang menjalankan
tugasnya dengan baik
E. Mengadakan lomba cerdas cermat antar kader
F. Bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan supervisi ke
kader
G. Membuat SPM
H. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit TB.
I. Menyediakan media informasi tentang TB di tempat-tempat strategis.
J. Mengadakan kunjungan rumah di daerah pasien dengan suspek TB.
K. Mengangkat isu kesehatan di dalam kelompok pertemuan warga,
contohnya PKK.
Dengan melakukan pengambilan keputusan menggunakan kriteria mutlak dan kriteria
keinginan, alternatif pemecahan masalah yang dipilih adalah pelatihan dan penyuluhan kader
kesehatan desa untuk meningkatkan cakupan penjaringan suspek TB.
4.2 Saran
1. Kepada pihak Puskesmas:
Memfungsikan Puskesmas pembantu dan puskesmas keliling dalam penemuan
penderita
Menggiatkan kembali Lokakarya Minimal dan rapat kerja Puskesmas
Membuat standar operasional prosedur penjaringan suspek TB tingkat wilayah
kerja puskesmas
Melakukan penyuluhan secara rutin
Membuat media informasi tentang TB paru
Memberikan penghargaan kepada kader kesehatan yang memiliki kinerja baik
Optimalisasi tenaga kesehatan puskesmas dalam penjaringan suspek TB
2. Kepada pihak kader kesehatan desa :
Mengikuti penyuluhan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh puskesmas
Aktif menjaring suspek TB dari warga di sekitar tempat tinggal
3. Kepada dinas kesehatan:
Usulan kepada Dinas Kesehatan atau Kepala Puskesmas untuk menambah tenaga
kesehatan.
49
Menyelenggarakan evaluasi rutin terhadap kegiatan puskesmas dan
pencapaiannya.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Provinsi Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Depkes RI. 2003 [cited on March 2011].
Available from: www.litbang. Depkes.go.id
2. Departemen Kesehatan RI.Indikator Indonesia Sehat 2010. 2010 [cited on March 2011].
Available from http://www.depkes.go.id/index.php/profil/visimisi.html
3. Balai Pelatihan Kesehatan Salaman. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas.
Magelang: Podorejo. 2000
4. WHO. Indonesian Tuberculosis Profile. Diunduh dari: http//:www.who.int / tb/data.
2010.
5. Koordinator statistik kecamatan Kajoran. Kecamatan Kajoran Dalam Angka 2009. Edisi