Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI PRAKTIKUM I (MORFOLOGI IKAN) OLEH : NAMA : ARDANA KURNIAJI STAMBUK : I1 A2 10 097 PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN KELOMPOK : IV (EMPAT) ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011
96

Laporan Ikhtiologi

May 14, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI

PRAKTIKUM I

(MORFOLOGI IKAN)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 2: Laporan Ikhtiologi

A. JUDUL

Morfologi Ikan

B. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

Tujuan pada praktikum morfologi ikan yaitu untuk mengenal berbagai bentuk

luar, mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ.

2. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui secara

langsung mengenai morfologi ikan.

C. METODE PRAKTIKUM

1. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November

2011, Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut :

Page 3: Laporan Ikhtiologi

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Morfologi

Ikan.

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati

2 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati

4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati

5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati

3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai morfologi adalah sebagai berikut :

- Menyiapkan preparat (ikan) yang berukuran besar (agar mudah diamati) dan

beberapa jenis ikan.

- Menyiapkan papan preparat, mikroskop atau lup, pinset, buku gambar dan

peralatan lainnya.

- Meletakkan ikan di atas papan preparat, lalu mengamati morfologi: bagian-

bagian luar ikan (mata, nasal dan sebagainya) : bentuk badan, bentuk dan letak

mulut, bentuk dan letak sungut, bentuk dan letak sirip, bentuk ekor, linea

lateralis dan morfologi lainnya.

Page 4: Laporan Ikhtiologi

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum Morfologi Ikan dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi Ikan

Parameter

Cakalang

(K. pelamis)

Mujair

(T.

Mosambicus)

Baronang

(S. javanus)

Bandeng

(C. chanos)

Layur

(T. savala)

Bentuk

tubuh

Torpedo

(Fusiform)

Bentuk Pipih

(Compressed)

Torpedo

(Fusiform)

Torpedo

(Fusiform)

Gergaji

(Anguilliform)

Bentuk

mulut

a. Berdasar

bentuk

Tabung

(tube-like)

Tabung

(tube-like)

Tabung

(tube-like)

Tabung

(tube-like)

Paruh

(beak-like)

b. Dapat

tidaknya

disembul

kan

Dapat

disembulkan

Tidak dapat

disembulkan

Dapat

disembulkan

Dapat

disembulkan

Dapat

disembulkan

c. Berdasar

Lataknya Superior Terminal Terminal Interior Terminal

Janggut - - - - -

Ekor Lunate

(sabit) Hypocercal

Pointed

(meruncing)

Truncate

(berpinggir

tegak)

Pointed

(meruncing)

Letak Sirip

Perut Abdominal Thoracic Subabdominal Abdominal -

Sirip Ganda Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal

Page 5: Laporan Ikhtiologi

a. Bentuk Morfologi Ikan Cakalang (K. pelanis)

Keterangan :

1. Kepala

2. Badan

3. Ekor

4. Tulang Ekor

5. Sirip Punggung

6. Sirip dubur

7. Sirip dada

8. Mata

9. Mulut

10. Jarak Sirip dada dan

dubur

Gambar 1. Morfologi Ikan Cakalang (K. pelanis)

b. Bentuk Morfologi Ikan Mujair (T. Mocambicus)

Keterangan :

1. Kepala

2. Badan

3. Ekor

4. Tulang Ekor

5. Sirip Punggung

6. Sirip dubur

7. Sirip dada

8. Mata

9. Mulut

10. Jarak Sirip dada dan

dubur

Gambar 2. Morfologi Ikan Ikan Mujair (T. Mocambicus)

Page 6: Laporan Ikhtiologi

c. Bentuk Morfologi Ikan Baronang (S. javanus)

Keterangan :

1. Kepala

2. Badan

3. Ekor

4. Tulang Ekor

5. Sirip Punggung

6. Sirip dubur

7. Sirip dada

8. Mata

9. Mulut

10. Jarak Sirip dada dan

dubur

Gambar 3. Morfologi Ikan Baronang (S. javanus)

d. Bentuk Morfologi Ikan bandeng (C. chanos)

Keterangan :

1. Kepala

2. Badan

3. Ekor

4. Tulang Ekor

5. Sirip Punggung

6. Sirip dubur

7. Sirip dada

8. Mata

9. Mulut

10. Jarak Sirip dada dan

dubur

Gambar 4. Morfologi Ikan bandeng (C. chanos)

Page 7: Laporan Ikhtiologi

e. Bentuk Morfologi Ikan Layur (T. savala)

Keterangan :

1. Kepala

2. Badan

3. Ekor

4. Tulang Ekor

5. Sirip Punggung

6. Sirip dubur

7. Sirip dada

8. Mata

9. Mulut

10. Jarak Sirip dada dan

dubur

Gambar 5. Morfologi Ikan Layur (T. savala)

2. Pembahasan

Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air,

bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas

dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ

keseimbangannya. Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut -

turut adalah Kepala (caput) adalah bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai bagian

belakang operculum. Tubuh (truncus) bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum

sampai anus. Ekor (caudal) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor.

Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian

anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang

tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan

kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut

Page 8: Laporan Ikhtiologi

biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform).Pada pengamatan

morfologi ikan, yang diamati morfologinya terdiri dari 5 jenis yaitu : Ikan Cakalang

(K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan baronang (Siganus javanus), Ikan Mujair

(Tilapia Mocambicus) dan ikan bandeng (Chanos chanos) terdapat berbagai macam

perbedaan pada setiap jenis ikan baik panjang tubuh, bentuk sisik, bentuk mulut dan

ekor.

Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari

kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits).

Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan

gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat

digolongkan dalam, Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung

kepala dan Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung

kepala. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung

kepala

Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.

Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah

sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi

karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini

disebabkan oleh evolusi.

Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan

letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu, Pinna dorsalis (dorsal fin) adalah

sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan

Page 9: Laporan Ikhtiologi

ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk

bergerak memutar. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di

posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan.

Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).

Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan

berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga

berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.

Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah

posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.

Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior

tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini

berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi

ketika bermanuver. Adipose fin Adalah sirip yang keberadaannya tidak pada

semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna

caudalis.

Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau

seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu Jari-jari sirip keras merupakan jari jari

sirip yang tidak berbuku-buku dan keras, Jari jari sirip lemah merupakan jari jari

sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku, Jari jari sirip lemah mengeras

merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku. Penggolongan ikan juga

dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe

pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas Protocercal merupakan bentuk pinna

Page 10: Laporan Ikhtiologi

caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung

ekor, Diphycercal merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing,

simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip, Heterocercal

merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih

pendek, Homocercal merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan

ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.

Pengamatan pada Ikan Cakalang (K. pelamis) mempunyai bentuk tubuh

fusiform, bentuk mulut interior dan bentuk ekornya berbentuk lunate. Badan

memanjang seperti cerutu atau torpedo, tidak bersisik kecuali pada korselet dan garis

rusuk. Terdapat tunas yang kuat pada batang ekor yang diapit dua tunas kecil pada

ujung belakangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim, (2009) yang

menyatakan bahwa terdapat satu tunas kuat pada batang ekor Ikan Cakalang

(K. pelamis) dan diapit oleh dua lunas kecil di ujung belakang serta dua sirip

punggung.

Pada pengamatan Ikan Cakalang (K. pelamis), memiliki bentuk tubuh fusiform

dengan bentuk mulut berdasarkan letaknya superior, bentuk ekor lunate, dan bentuk

sirip yaitu pada sirip punggung jumlahnya berpasangan, sirip dubur tunggal, memiliki

sirip ekor berpasangan, sirip dada berpasangan, dan sirip perut berpasangan pula.

Sedangkan letak sirip perut terhadap sirip dada adalah Abdominal. Menurut Indra

(2008) bahwa Ikan cakalang mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip

punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip

punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip ini berfungsi untuk mengatur pergerakan

Page 11: Laporan Ikhtiologi

ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju. Pengaturan arah dari sirip ini lebih

dominan dibandingkan dengan sirip anal.Terdapat dua sirip dada yang pendek. Sirip

dada tidak memiliki fungsi yang cukup penting dalam pergerakan ikan. Sirip ini

biasanya digunakan ikan ketika bergerak maju ke arah depan secara pelan atau

lambat.

Pengamatan pada Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) memiliki bentuk tubuh

compressed dan memiliki bentuk mulut berdasarkan letaknya adalah terminal. Bentuk

ekor traluicate dengan letak sirip perut dan dada Thoracic dan memiliki sirip tunggal.

Menurut Anonim (2010) bahwa Ikan mujair memiliki bentuk tubuh yang pipih,

artinya lebar lebih kecil dibandingkan dengan tingginya.

Pada pengamatan Ikan baronang (Siganus javanus), bentuk mulutnya

terminal, bentuk tubuh fusiform, bentuk ekor Emarginate, dan bentuk sirip yaitu sirip

punggung, dubur, dan ekor jumlahnya tunggal, letak sirip perut subabdominal dan

tidak memiliki janggut.

Pada pengamatan Ikan bandeng (Chanos chanos), bentuk tubuhnya fusiform,

bentuk mulutnya interior, bentuk ekor lunate, dan bentuk sirip yaitu sirip punggung

dan sirip dubur jumlahnya tunggal, letak sirip perut adalah abdominal dan tidak

memiliki janggot.

Pengamatan terhadap Ikan Layur (T. savala) terlihat jelas dari bentuk

tubuhnya yang panjang seperti ular dan pipih atau gepeng atau berbentuk taeniform,

warna dari ikan ini putih seperti perak, hal ini sesuai yang di katakan oleh Anonim

(2011) bahwa layour memiliki bentuk tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti

Page 12: Laporan Ikhtiologi

pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning.

Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah

jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur

terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan

ikan ini bersifat karnivor.

E. SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

a. Ikan Cakalang (K. pelamis) memiliki bentuk mulut superior dan memiliki

bentuk tubuh fusiform.

b. Ikan Baronang (S. javanus ) memiliki bentuk mulut terminal dan tubuh yang

berbentuk compressed.

c. Ikan Mujair (T. Mocambicus), mulutnya berbentuk terminal dan bentuk tubuh

compressed.

d. Ikan bandeng (C. chanos) bentuk tubuhnya fusiform, bentuk mulutnya terminal.

e. Ikan Layur (T. savala), mempunyai tubuh yang panjang dan gepeng, ekornya

panjang dan kulitnya tidak bersisik warnanya putih seperti perak. Badan tidak

bersisik. Tubuhnya lebih kecil dari cendro. Rahang atasnya pendek, berbentuk

segitiga dilengkapi gigi-gigi kecil. Rahang bawahnya sangat panjang dan

Page 13: Laporan Ikhtiologi

lancip, tetapi hanya bagian yang berada di bawah rahang atas saja yang

mempunyai gigi kecil.

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium Jurusan Perikanan agar dilengkapi, dan

sebaliknya peralatan yang sudah ada lebih dipertahankan lagi agar praktikum

ke depannya lebih baik dari praktikum sebelumnya.

Page 14: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Bentuk-bentuk tubub Ikan. http://otakmuda.blogspot.com/2010/10/

bentuk-bentuk-tubuh-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember

2011.

Anonim. 2011. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan. http://enmygolan.blogspot.com

/2009/03/deskripsi-dan-klasifikasi-ikan.html. Diakses pada tanggal 1

Desember 2011.

Indra. 2008. Fungsi sirip pada Ikan Cakalang. http://seputarberita.blogspot.com

/2008/11/fungsi-sirip-pada-ikan-cakalang.html

Page 15: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI

PRAKTIKUM II

(SISTEM INTEGUMENT)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 16: Laporan Ikhtiologi

F. JUDUL

Sistem Integument

G. TUJUAN DAN MANFAAT

3. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur penutup tubuh

ikan, kulit dan derivat-derivatnya, seperti sisik, jari-jari sirip, lendir, scute, keel dan

kelenjar racun.

4. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui secara langsung kegunaan

struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya seperti sisik, jari-jari sirip,

lendir dan kelenjar racun.

Page 17: Laporan Ikhtiologi

H. METODE PRAKTIKUM

4. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November

2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

5. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3

sebagai berikut :

Tabel 3. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Integumen Ikan

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati

2 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati

4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati

5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati

Page 18: Laporan Ikhtiologi

6. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistem integumenti adalah sebagai

berikut :

- Menyiapkan preparat (spesies ikan) yang bertipe sisik berbeda-beda, ikan

yang mempunyai jari-jari keras, jari-jari lemah, ikan yang berkelenjar beracun

dan ikan yang berlunas.

- Menyiapkan papan preparat, lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya.

- Meletakkan ikan di atas papan preparat, lalu mengamati bagian-bagian luar

ikan yang berhubungan dengan sistem integumen, mengamati di bawah

mikroskop.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Hasil Pengamatan

Hasil Pada Sistem Integumen dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil pengamatan pada sistem integument ikan

No. Parameter

Cakalang

(K.

pelamis)

Mujair

(Tillapia

Mosambicus)

Baronang

(Siganus

javanus)

Bandeng

(Chanos-

chanos)

Layur

(T.

savala)

1 Tipe Sisik - Ctenoid - Cycloid -

2 Scute - - - - -

3 Lendir Berlendir Berlendir Berlendir Berlendir

(sedikit) Berlendir

4 Keel - - - - -

5 Warna sisik - Putih

Transparan -

Putih

Transparan -

6 Warna

Tubuh Abu-abu

Cokelat

kehitaman

Bintik-

bintik putih

kekuningan

Putih

kebiruan

Abu-abu

silver

Page 19: Laporan Ikhtiologi

a. Bentuk Sisik Ikan Mujair (T. Mocambicus)

Keterangan :

1. Focus

2. Annuli

3. Posterior

4. Boni Ridge

5. Anterior Margin

Gambar 6. Bentuk Sisik Ikan Mujair (T. Mocambicus)

b. Bentuk Sisik Bandeng (C. chanos)

Keterangan :

1. Focus

2. Posterior Margin

3. Anterior Margin

4. Circulus

5. Annuli

Gambar 7. Bentuk Sisik Ikan Bandeng (C. chanos)

4. Pembahasan

Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh

yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut

berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi

yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup. Yang termasuk dalam

sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan

lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan

terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur

Page 20: Laporan Ikhtiologi

yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang

sebenarnya. Pada pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan 5 jenis ikan yaitu

: Pada pengamatan morfologi ikan, yang diamati morfologinya terdiri dari 5 jenis

yaitu: Ikan Cakalang (K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan baronang (S.

javanus), Ikan Mujair (T. Mocambicus) dan ikan bandeng (C. chanos).

Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk melihat tipe sisik pada masing-

masing ikan, dari pengamatan terlihat jelas bahwa tipe sisik Ikan Mujair (T.

mosambicus) adalah tipe sisik ctenoid, dan ikan bandeng (C. chanos) adalah tipe sisik

Lunghfish (cycloid). Sisik yang terlihat adalah bagian belakang sedangkan bagian

anteriornya tidak berwarna dan transparan. Hal ini sesuai pernyataan Yusnaini,

(2008) yang menyatakan bahwa berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di

dalamnya sisik ikan dibedakan menjadi lima bagian yaitu : placoid, cosmoid, cycloid

dan ctenoid. Sisik ikan dimana pada masing-masing golongan ikan berjari-jari sirip

lemah (Malacopterygi). Pada pengamatan mengenai sirip ikan cakalang (K. Pelamis)

memiliki lendir yang banyak dikarenakan jumlah sisik yang sedikit atau bahkan tidak

ada. Warna tubuhnya bintik-bintik putih kekuningan. Menurut Ihwan bahwa

Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal

dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan

dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam

epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,

misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding

pada saat atau keadaan normal.

Page 21: Laporan Ikhtiologi

Pada pengamatan sirip ikan mujair (T. mosambicus) memiliki sisik yang

lemah berwarna putih transparan jika diamati dibawah lup. Jenis Sisiknya termasuk

jenis Ctenoid karena ukurannya yang kecil dan memiliki duri-duri halus. Hal ini

didukung dengan pernyataan Burhanuddin (2010) bahwa Perbedaan cycloid dan

ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa

baris diposterior Sisik Ctenoid. Kemudian pada tubuhnya berelndir namun jumlahnya

sedikit. Sedangkan warna tubuhnya abu-abu dengan sedikit warna cokelat. Menurut

Anonim (2011) bahwa warna ikan mujair umumnya cokelat kehitaman. Dengan

sedikit putih keabu-abuan dibagian ventralnya. Pada pengamatan ikan baronag (S.

javanus) tidak memiliki sisik sehingga tubuhnya berlendir dengan jumlah yang

banyak. Warna tubuhnya bintik-bintik putih kekuningan dan tidak memiliki keel

sedangkan Ikan Layur (T. Savala) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan

warnanya abu-abu silver..

J. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

3. Ikan Cakalang (K. Pelamis) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan

warnanya abu-abu kebiruan.

4. Ikan baronang (S. javanus) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan

warnanya putih kekuningan dengan bintik-bintik diatasnya.

Page 22: Laporan Ikhtiologi

5. Ikan Layur (T. Savala) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan

warnanya abu-abu silver.

6. Ikan Mujair (T. mosambicus) adalah tipe sisik Ctenoid berwarna putih

transparan, tubuhnya berlendir berwarna cokelat kehitaman.

7. Ikan bandeng (C. chanos) adalah tipe sisik Lunghfish (cycloid) warnanya

putih transparan. Tubuhnya berlendir dan berwarna putih kebiruan.

2. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop.

Page 23: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Ikan nila dan Ikan Mujair. http://jenis-ikan.blogspot.com/2011/04

/ikan-nila-dan-ikan-mujair.html. Diakses pada tanggal 1 Desember

2011.

Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra

Emulsi. Unhas Makassar.

Ihsan. 2010. Sistem Integumen Pada Ikan. http://ihwan-s.blogspot.com/2010/06/

sistem-integumen-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember

2011.

Yusnaini, M. Idris, Hamsah, Rosmawati, Halili. 2008. Penuntun Praktikum

Ichtyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari

Page 24: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICTIOLOGI

PRAKTIKUM III

(SISTEM PERNAPASAN)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 25: Laporan Ikhtiologi

K. JUDUL

Sistem Pernapasan

L. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat

yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang serta ada atau

tidaknya alat pernapasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan

tertentu.

2. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan

memahami bagian-bagian pusat saraf (otak) dan bagian saraf lainnya, dan dapat

mengetahui dan mengamati alat yang digunakan dalam proses pernapasan yang

meliputi insang serta alat pernapasan tambahannya.

Page 26: Laporan Ikhtiologi

3. METODE PRAKTIKUM

7. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November

2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

8. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 5

sebagai berikut :

Tabel 5. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Pernapasan dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati

2 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati

4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati

5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati

Page 27: Laporan Ikhtiologi

9. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai

berikut :

- Membuat sayatan pada penutup insang terdepan (preoperculum) dari dasar

keatas dan diteruskan agak ke bagian depan sampai rongga bagian atas sampai

dikelupas dan dapat dilihat alat pernapasan tambahan.

- Menggunting mulai dari pinggir mulut (sudut mulut) kearah belakang sampai

mulut (rahang dapat dikuakkan dengan bebas dan lipatan-lipatan kulit yang

terdapat pada bagiam ronnga mulut dapat dilihat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Hasil Pengamatan

a. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Cakalang (K. pelamis)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Gill takers

2. Arcus branchnihs

3. Hemibrancid

Gambar 8. Insang pada ikan Cakalang (K. pelamis)

Page 28: Laporan Ikhtiologi

b. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Layur (T. savala) adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

1. Gill takers

2. Arcus branchnihs

3. Hemibrancid

Gambar 9. Insang pada ikan Layur (T. savala)

c. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Mujair (T. mocambicus)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Gill takers

2. Arcus branchnihs

3. Hemibrancid

Gambar 10. Insang pada ikan Mujair (T. mocambicus)

d. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Baronang (S. javanus)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Gill takers

2. Arcus branchnihs

3. Hemibrancid

Gambar 11. Insang pada ikan Baronang (S. javanus)

Page 29: Laporan Ikhtiologi

e. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan bandeng (C. chanos)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Gill takers

2. Arcus branchnihs

3. Hemibrancid

Gambar 12. Insang pada ikan bandeng (C. chanos)

6. Pembahasan

Proses dimana organisme melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya

disebut respirasi. Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang

dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk

digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan

sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernafasan. Namun demikian, istilah

respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernafasan.

Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga

satuan terkecil, sel. Apabila pernafasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan

oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen

(Jaelani, 2011).

Organ pernapasan pada ikan (pisces)adalah insang dengan bentuk lembaran-

lembaran merah muda dengan jumlah 5-7 lembar. Setiap lembar terdiri dari sepasang

filamen.Pada permukaan filamen terdapat srtuktur yang letaknya saling sejajar yang

Page 30: Laporan Ikhtiologi

di sebut lamela.Setiap lamela mengandung banyak pembuluh darah yang

memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan karbondioksida keluar dari insang

(Wikimedya, 2010).

Pada pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan 5 jenis ikan yaitu :

Pada pengamatan sistim pernapasan pada ikan, yang diamati sistim pernapasannnya

terdiri dari 5 jenis yaitu: Ikan Cakalang (K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan

baronang (S. javanus), Ikan Mujair (T. Mocambicus) dan ikan bandeng (C. chanos).

Ikan bernapas dengan Insang (branchia) yang terdapat di sisi kanan dan kiri

kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Insang berbentuk

lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari

insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan

kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap

filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh

darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk

dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang

yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi

oleh operkulum.

Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas

dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak

teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada

kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan

Page 31: Laporan Ikhtiologi

gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan

mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Bagian-bagian Insang Insang ikan tersusun atas bagian-bagian berikut ini

Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun

insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf, Tutup Insang

(Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan

bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operkulum berfungsi melindungi bagian

kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas, Membran Brankiostega

(selaput tipis di tepi operkulum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke

dalam rongga mulut, Lengkung Insang (Arkus Brankialis), Lembaran (Filamen)

Insang (Holobrankialis), bewarna kemerahan., Saringan Insang (Tapis Insang),

berfungsi untuk menjaga agar tak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga

insang, Mulut Ikan., Labirin, Pulmonis, Duktus pnemautikus.

Pengamatan sistem pernapasan ikan yang diamati adalah insang dan bagian-

bagiannya. Bagian-bagian insang ikan terdiri dari tiga bagian yaitu daun insang,

tulang lengkung insang dan tapis insang. Daun insang (filamen insang) merupakan

bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen

yang terlarut dalam air pada proses pernapasan, tulang lengkung insang mepunyai

saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang dan

merupakan tempat melekatnya filamen insang, dan tapis ikan terletak dibagian

terdepan yang umumnya digunakan untuk menyaring makanan dan relatif panjang

dan rapat. Pada ikan yang diamati seperti pada ikan cakalang (K. pelamis) memili

Page 32: Laporan Ikhtiologi

ukuran insang yang panjang dan rapat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh dan

habitat penyebaran hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim, (2006)

bahwa alat pernapasan ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada

berbagai jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-paru dan alat pernapasan

lainnya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut Ikan pada umumnya bernapas dengan menggunkan insang dimana

insang terdiri atas tiga bagian yaitu daun insang, tulang lengkung insang dan tapis

insang.

4. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop agar alat-

alat pernapasan pada ikan yang tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang bisa

dibedakan dengan menggunakan mikroskop.

Page 33: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Detri. 2009. Pernapasan Pada Ikan. http://detriavner.blogspot.com/2009/06

/pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.

Jaelani. 2010. Sistem Pernapasan Pada Ikan. http://jen-samaku.blogspot.com

/2011/05/sistem-pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1

Desember 2011.

Wikimedya. 2010. Pernapasan Pada Ikan. http://wikimedya.blogspot.com/2010/01/

pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.

Page 34: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICTIOLOGI

PRAKTIKUM IV

(METODE MENGUKUR TUBUH IKAN)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 35: Laporan Ikhtiologi

M. JUDUL

Metode Mengukur Tubuh Ikan

N. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan metode atau cara

menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam identifikasi ikan dan

kuantifikasi morfologi ikan.

2. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal metode

atau cara menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam identifikasi

ikan dan kuantifikasi morfologi ikan.

3. METODE PRAKTIKUM

10. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November

2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

11. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 7

sebagai berikut :

Page 36: Laporan Ikhtiologi

Tabel 7. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Metode

Mengukur Tubuh Ikan

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati

2 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati

4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati

5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati

12. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai

berikut :

- Menyediakan preparat utuh, dari spesies yang mempunyai jari-jari lemah dan

keras

- Letakkan preparat, kepala sebelah kiri dan perut menghadap ke bawah.

- Buka penutup jari-jari.

Page 37: Laporan Ikhtiologi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Hasil Pengamatan

Hasil Pada Metode Mengukur Tubuh Ikan dapat dilihat pada tabel 8

berikut ini

Tabel 8. Hasil pengamatan pada Metode Mengukur Tubuh Ikan

No. Parameter

Cakalang

(K.

pelamis)

(mm)

Mujair

(Tillapia

Mosambicus)

(mm)

Baronang

(Siganus

javanus)

(mm)

Bandeng

(Chanos-

chanos)

(mm)

Layur

(T. savala)

(mm)

1 Panjang Total 265 150 170 280 630

2 Panjang Biasa 255 135 165 210 560

3 Tinggi Badan 550 55 55 60 90

4 Panjang Badan 180 85 100 150 550

5 Tinggi Ekor 60 50 38 90 10

6 Panjang Ekor 30 25 35 60 80

7 Panjang Kepala 60 40 30 45 80

8 Panjang Sirip

punggung 30 80 110 18 450

9 Panjang Sirip

dubur 14 30 65 18 -

10 Panjang Sirip

dada 11 20 13 12 20

11 Tinggi Sirip

Punggung 20 20 13 15 10

12 Tinggi Sirip

dubur 16 20 10 15 -

13 Tinggi sirip dada 18 30 10 12 15

14

Jumlah Jari-jari

pada punggung

- Keras

- Lemah

- Lemah

Mengeras

5

5

-

16

2

-

11

10

-

7

5

-

26

64

21

15

Jumlah Jari-jari

dubur

- Keras

- Lemah

- Lemah

8

5

-

3

8

-

7

8

-

3

8

-

-

-

-

Page 38: Laporan Ikhtiologi

mengeras

16

Rumus

- Jari Punggung

- Jari Dubur

`

D.V.5

A. VIII.5

D. XVI.2

A.III.8

D.XI.10

A.VII.8

D.VII.5

A.III.8

D.XXVI.64

-

8. Pembahasan

Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda beda, tergantung pada umur,

jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang

dapat mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan , ph , suhu, dan

salinitas, faktor faktor tersebut, baik secara sendiri sendiri maupun secara bersama

sama , mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan

demikian, walaupun dua ekor ikan mempunyai umur yang sama namun ukuran

mutlak di antara keduanya dapat saling berbeda. Ukuran ikan adalah jarak antara

suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainnya. Satuan ukuran yang digunakan

sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah

sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung dari keinginan si pengukur . ukuran

ukuran ini sering disebut ukuran mutlak. Untuk memperoleh ukuran yang lebih teliti,

sebaiknya si pengukur menggunakan jangka sorong (Irfan, 2009).

Pada Pengamatan Ikan cakalang (K. pelamis) terlihat Panjang total 265 mm

dan panjang biasa 255 mm. sedangkan tinggi badan 550 mm, panjang 180 mm dan

panjang bagian kepalanya 60 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana

tinggi ekor adalah 60 mm dan panjangnya 30 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh

data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung

adalah adalah 30 mm, sedangkan duburnya 14 mm dan sirip dada 11 mm. tinggi sirip

Page 39: Laporan Ikhtiologi

juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 20 mm, dubur 16 mm dan

dada 18 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 5

sirip keras dan 5 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 8 sirip keras dan 5

sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.V.5 dan rumus sirip

dubur adalah A.VII.5.

Menurut Jaelani (2010) bahwa pengukuran panjang total ikan dengan

mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan

jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau

millimeter. Dan untuk panjang standar cukup mengukur jarak antara ujung mulut

sampai dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam satuan centimeter.

Pada Pengamatan Ikan Mujair (T. mosambicus) terlihat Panjang total 150 mm

dan panjang biasa 135 mm. sedangkan tinggi badan 55 mm, panjang 85 mm dan

panjang bagian kepalanya 40 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana

tinggi ekor adalah 50 mm dan panjangnya 25 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh

data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung

adalah adalah 80 mm, sedangkan duburnya 30 mm dan sirip dada 20 mm. tinggi sirip

juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 20 mm, dubur 20 mm dan

dada 30 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 16

sirip keras dan 2 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 3 sirip keras dan 8

sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.XVI.2 dan rumus

sirip dubur adalah A.III.8.

Page 40: Laporan Ikhtiologi

Pada Pengamatan Baronang (S. javanus) terlihat Panjang total 170 mm dan

panjang biasa 165 mm. sedangkan tinggi badan 55 mm, panjang 100 mm dan panjang

bagian kepalanya 30 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana tinggi ekor

adalah 38 mm dan panjangnya 35 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh data bahwa

panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung adalah adalah

110 mm, sedangkan duburnya 65 mm dan sirip dada 13 mm. tinggi sirip juga

berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 13 mm, dubur 10 mm dan

dada 10 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 11

sirip keras dan 10 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 7 sirip keras dan 8

sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.XI.I0 dan rumus

sirip dubur adalah A.VII.8.

Pada Pengamatan Bandeng (C. chanos) terlihat Panjang total 280 mm dan

panjang biasa 210 mm. sedangkan tinggi badan 60 mm, panjang 150 mm dan panjang

bagian kepalanya 45 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana tinggi ekor

adalah 38 mm dan panjangnya 35 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh data bahwa

panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung adalah adalah 18

mm, sedangkan duburnya 18 mm dan sirip dada 12 mm. tinggi sirip juga berbeda-

beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 15 mm, dubur 15 mm dan dada 12 mm.

pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 16 sirip keras dan

2 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 3 sirip keras dan 8 sirip lemah. Maka

dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.VII.5 dan rumus sirip dubur adalah

A.III.8.

Page 41: Laporan Ikhtiologi

Pada Pengamatan Layur (T. savala) terlihat Panjang total 630 mm dan

panjang biasa 560 mm. sedangkan tinggi badan 900 mm, panjang 550 mm dan

panjang bagian kepalanya 80 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana

tinggi ekor adalah 10 mm dan panjangnya 80 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh

data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung

adalah adalah 450 mm, sedangkan duburnya tidak ada dan sirip dada 20 mm. tinggi

sirip juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 10 mm, dubur tidak

ada dan dada 15 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung

terdapat 26 sirip keras dan 64 sirip lemah serta memiliki jari sirip yang lemah

mengeras sebanyak 21. sedang pada sirip dubur tidak dimilikinya. Maka dihasilkan

rumus sirip punggungnya adalah D.XXVI.64 dan rumus sirip dubur tidak ada.

Page 42: Laporan Ikhtiologi

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut Masing-masing Ikan memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda serta

ukuran sirip yang berbeda pula tergantung jenis dan umur ikan.

6. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan alat morfometrik

lain agar nantinya praktikum dapat dilakukan dengan baik.

Page 43: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Alwi. 2009. Ciri Morfometrik Ikan. http://untuklautku.blogspot.com/2009/09/

ciri-morfometrik-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2011.

Jaelani. 2010. Metode Mengukur Tubuh Ikan. http://hobiikan.blogspot.com/2010/09

/cara-menghitung-umur-panjang-dan-bobot.html. Diakses pada tanggal 2

desember 2011.

Page 44: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM V

(SISTEM URAT DAGING)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 45: Laporan Ikhtiologi

O. JUDUL

Sistem Urat Daging

P. TUJUAN DAN MANFAAT

6. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak dan jenis-jenis urat

daginga yang terdapat dalam tubuh ikan.

7. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan

memahami letak dan jenis-jenis urat daginga yang terdapat dalam tubuh ikan.

8. METODE PRAKTIKUM

13. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 03 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

14. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 9

sebagai berikut :

Page 46: Laporan Ikhtiologi

Tabel 9. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem Urat

Daging dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

3 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

15. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim Urat Daging ini adalah

sebagai berikut :

a. Cara Perendaman dengan air panas

- Menusukkan jarum pada bagian medulla oblingata agar rusak, bila ikan

masih hidup.

- Membuang semua sisik terutama pada bagian yang akan dikupas kulitnya.

- Merendam dengan air ikan yang telah dikuliti dengan air panas (mendidih)

kira-kira 1-2 menit sampai ikan tersebut kencang dan kulitnya mudah

terkelupas.

- Mengupas kulit ikan dengan menggunakan pinset dan jarum penusuk

- Membuka beberapa keping tulang pada bagian kepala untuk mengamati

urat dagingnya.

Page 47: Laporan Ikhtiologi

b. Cara tanpa perendaman

- Menusukkan jarum pada bagian medulla oblingata agar rusak, bila ikan

masih hidup.

- Membuang semua sisik terutama pada bagian yang akan dikuliti dan iris

kulit ikan tersebut sampai dasarnya.

- Mengupas ujung kulit yang telah diiris dan menjepitnya dengan pinset

sambil sedikit demi sedikit dibuka, kemudian menarik kulit sambil

mendorong/menekan bagian dasar dengan ujung tumpul pisau.

9. HASIL DAN PEMBAHASAN

9. Hasil Pengamatan

f. Dengan Perendaman Air Panas:

Keterangan :

1. Mosculi Dorsalis

2. Moscali Ventralis

3. Cavum Ubdominis

4. Infracarinalis

5. Septum Horizontale

6. Mosculus lateralis

7. Corpus Vertebrate

8. Myocommata (Myotom)

9. Myomor

10. Supracarinalis

Gambar 13. Urat Daging ikan Cakalang (K. pelamis) Rendaman.

Page 48: Laporan Ikhtiologi

g. Tanpa Perendaman Air Panas

Keterangan :

1. Mosculi Dorsalis

2. Moscali Ventralis

3. Cavum Ubdominis

4. Infracarinalis

5. Septum Horizontale

6. Mosculus lateralis

7. Corpus Vertebrate

8. Myocommata (Myotom)

9. Myomer

10. Supracarinalis

Gambar 14. Urat Daging ikan Cakalang (K. pelamis) Tanpa Rendaman

10. Pembahasan

Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak

dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging

atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot

jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel

pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot

jantung dan otot polos (Efendi, 2011).

Pada pengamatan yang kami lakukan untuk ikan rendaman air panas terlihat

bentuk garis yang membatasi blok daging berbentuk teleost, dengan garis dipermukan

Page 49: Laporan Ikhtiologi

yang membentuk zig-zag dari urat daging bagian ventral hingga dorsal. Pola

kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat oleh

myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan.

Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap

myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut

hypaksial. Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal

skeletogeneus septum. Menurut Burhanudin (2010), Di bagian permukaan selaput ini

terdapat urat daging yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis

yang banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena

warnanya yang merah kehitaman. Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior,

tetapi beberapa serabut hypoksial dari setiap myomer tersusun serong ventromedial.

Kontraksi dari kelompok myomer di satu pihak akan disambut oleh kontraksi

kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan menjadi meliuk-liuk

dalam gerakan berenang.

Menurut Sarie (2011), mengungkapkan bahwa Ikan mempunyai tiga mcam

urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging. Gerakan

ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging) dapat disebut sebagai gerak aktif. Tiap-tiap

blok urat daging ini dinamakan myotomo. Pada beberapa jenis ikan terdapat beberapa

bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai garis lurus, melengkung ke

atas dan melengkung ke bawah.

.

Page 50: Laporan Ikhtiologi

10. KESIMPULAN DAN SARAN

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa urat daging tersusun atas beberapa blog yang disebut Myotome, dan kumpulan

seluruh blok tersebut disebut Myosepta. Dimana pada urat daging Ikan Cakalang (K.

pelamis) bebrentuk zig-zag dengan jenis teleost (pertc).

8. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

sebaiknya jenis ikan yang diamati beraneka ragam agar nantinya praktikan dapat

membedakan setiap jenis urat daging ikan.

Page 51: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra

Emulsi. Unhas Makassar.

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Pujia, Sarie. 2011. Sistem Otot dan integument. http://www.scribd.com/doc. Diakses

pada tanggal 8 Desember 2011.

Page 52: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM VI

(SISTEM RANGKA)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 53: Laporan Ikhtiologi

Q. JUDUL

Sistem Rangka

R. TUJUAN DAN MANFAAT

11. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak, jenis-jenis, bagian-

bagian dan susunan tulang pada ikan.

12. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui letak,

jenis-jenis, bagian-bagian dan susunan tulang pada ikan.

13. METODE PRAKTIKUM

16. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

17. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 10

sebagai berikut :

Page 54: Laporan Ikhtiologi

Tabel 10. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Rangka dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

18. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim rangka ini adalah sebagai

berikut :

- Merebus ikan dalam air mendidih sampai beberapa saat tetapi daging tidak

sampai terlepas.

- Membuang daging dengan pinset dan membersihkan sisanya yang masih

menempel ditulang dengan sikat keras, kemudian setelah bersih mengeringkan

dan menyusun benar.

14. HASIL DAN PEMBAHASAN

11. Hasil Pengamatan

h. Hasil pengamatan pada sistim rangka pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah

sebagai berikut :

Page 55: Laporan Ikhtiologi

Gambar 15. Rangka pada ikan Cakalang (K. pelamis)

Keterangan :

9. Noscil

10. Maxilla

11. Frontal

12. Picoplece

13. Interopecle

14. Opercle

15. Pectoral Fin

16. First Caudal Vertebrate

12. Pembahasan

Sistem rangka (tulang) adalah tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ

dalam, dan penegak tubuh. Adapun fungsi sistem rangka pada ikan yaitu menegakkan

tubuh, menunjang/ menyokong organ - organ tubuh, melindungi organ tubuh, dan

membantu pembentukan butir darah merah. Sistem Rangka pada Ikan terdiri dari:

tulang rawan, jaringan pengikat, sisik (squama), komponen - komponen gigi, jari -

jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka berfungsi untuk menegakkan

9. Anal Lin

10. Penultinat Vertebrate

11. Neural Spine

12. Branched caudal fin

13. Sult-rayed dorsal

14. Clintal Pant

15. Proximal Pant

Page 56: Laporan Ikhtiologi

tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ- organ

tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah merah.Pada beberapa ikan

modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma kedalam saluran

reproduksi ikan betina.

Pada Pengamatan yang dilakukan, terlihat beberapa bagian tulang baik yang

terdapat dibagian tengkorak ikan, tulang punggung dan tulang rusuk (Rangka Axial)

maupun tulang-tulang yang menyusun insang (Rangka Visceral) dan Rangka

Appendicular yang menyokong tulang sirip pectoral dan yang menyokong sirip perut.

Terdapat pula beberapa tulang-tulang rawan sirip dan tulang-tulang rawan ekor yang

dapat bergerak untuk menggerakkan bagian sirip dan ekornya agar dapat bergerak.

Hal ini didukung oleh pernyataan Burhanuddin (2010) bahwa rangka Axial

adalah rangka yang didalamnya tergolong rangka tengkorak, tulang punggung dan

tulang rusuk. Sedangkan rangka Visceral adalah rangka yang terdiri atas tulang

penyokong insang yang letaknya mengelilingi Pharinx. Strukturnya terdiri atas tujuh

tulang lengkung insang.

Menurut Efendi (2011) bahwa secara tidak langsung rangka menentukan bentuk

tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri

dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali

cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional.

15. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 57: Laporan Ikhtiologi

9. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

Sistem rangka (tulang) adalah tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dalam,

dan penegak tubuh. Adapun fungsi sistem rangka pada ikan yaitu menegakkan tubuh,

menunjang/ menyokong organ - organ tubuh, melindungi organ tubuh, dan membantu

pembentukan butir darah merah.

10. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

sebaiknya pada pengamatan sistem rangka praktikan dilengkapi dengan rangka ikan

dengan berbagai jenis, agar nantinya ada pembanding.

Page 58: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra

Emulsi. Unhas Makassar.

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Page 59: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM VII

(SISTEM PENCERNAAN)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 60: Laporan Ikhtiologi

S. JUDUL

Sistem Pencernaan

T. TUJUAN DAN MANFAAT

16. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat

pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat ada atau tidaknya

modifikasi yang terjadi pada alat pencernaan tersebut.

17. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui letak

bagian-bagian alat pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat

ada atau tidaknya modifikasi yang terjadi pada alat pencernaan tersebut.

18. METODE PRAKTIKUM

19. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

Page 61: Laporan Ikhtiologi

20. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 11

sebagai berikut :

Tabel 11. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Pernapasan dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

3 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati

21. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pencernaan ini adalah sebagai

berikut :

- Menusukkan gunting bedah dengan bagian yang tumpul kebagian anus,

kemudian mengirisnya dari rongga perut kebagian atas.

- Setelah gunting mencapi ujung rongga perut bagian atas terdepan (belakang

kepala) gunting diarahkan kebagian bawah sampai kedasar perut kemudian

membuka daging yang telah tergunting dan amati alat pencernaannya.

Page 62: Laporan Ikhtiologi

19. HASIL DAN PEMBAHASAN

13. Hasil Pengamatan

i. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Bandeng (C. chanos)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Mulut

2. Pharing

3. Insang

4. Usus

5. Anus

Gambar 16. Organ Pencernaan pada ikan Bandeng (C. chanos)

14. Pembahasan

Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan

kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus,

kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Menurut

Jefri (2010), bahwa Organ-organ Saluran pencernaan terdiri dari (dari arah

depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut hati, empedu, pancreas,

lambung, esophagus mulut/rongga mulut usus (pilorus dan pilorik saeka) Organ-

organ tambahan kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas. Organ-organ

pelengkap : sungut, gigi, tapis insang.

Page 63: Laporan Ikhtiologi

Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di

dalam rongga mulutterdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham

bawah dan lidah pada dasar mulutyang tidak dapat digerakan serta banyak

menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut

makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerahsekitar insang.

Pada pengamatan yang dilakukan, nampak adanya saluran penghubung antara

mulut dan usus yang disebut sebagai faring. Faring inilah yang akan meneruskan

makanan yang masuk kedalam mulut ke usus untuk diserap dan diedarkan keseluruh

tubuh. Sisa makanan nantinya akan dibuang ke anus yang terdapat dibagian posterior.

Hal ini didukung dengan pernyataan Effendi (2011), bahwa mulut merupakan bagian

depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya

ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Sedangkan Pharinx adalah Organ yang biasa

disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut. Insang terletak tepat

di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Sisa makanan yang telah dicerna

kemudian dibuang melalui anus dalam bentuk feses.

Page 64: Laporan Ikhtiologi

20. KESIMPULAN DAN SARAN

11. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa sistem pencernaan ikan dimulai dari mulut, faring, usus dan anus. Mulut

berfungsi sebagai tempat masuknya makanan dan tempat pencernaan mekanik,

kemudian faring sebagai saluran perantara mulut dan usus. Usus sendiri berfungsi

sebagai alat pencernaan kimiawi sdan menyerap sari makanan untuk dikeluarkan

melalui anus.

12. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan buku identifikasi

sistem organ khususnya sistem organ pada pencernaan ikan.

Page 65: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Jeffri. 2010. Anatomi dan Biologi Ikan. http://jeffri022.student.umm.ac.id. Diakses

pada tanggal 9 Desember 2011.

Page 66: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM VIII

(SISTEM PEREDARAN DARAH)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 67: Laporan Ikhtiologi

U. JUDUL

Sistem Peredaran Darah

V. TUJUAN DAN MANFAAT

21. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat

yang digunakan dalam proses peredaran darah pada ikan, termasuk didalamnya

insang, jantung dan bagian-bagiannya.

22. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan

memahami letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses peredaran darah

pada ikan, termasuk didalamnya insang, jantung dan bagian-bagiannya.

23. METODE PRAKTIKUM

22. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

Page 68: Laporan Ikhtiologi

23. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 12

sebagai berikut :

Tabel 12. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Peredaran darah dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

3 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

24. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistem peredaran darah ini adalah

sebagai berikut :

- Melakukan pembedahan seperti pada waktu melihat alat pencernaan tetapi

pembedahan dasar perut diteruskan sampai ke dekat insang untuk

mempermudah pengambilan jantung.

- Menggunting bagian depan bulbus arterious cabang ductus cuvieri serta vena

hepatica, mengeluarkan jantung kemudian memasukkan kedalam larutan

fisiologis agar kontraksi jantung dapat tahan lama.

Page 69: Laporan Ikhtiologi

24. HASIL DAN PEMBAHASAN

15. Hasil Pengamatan

j. Hasil pengamatan pada sistim peredaran darah pada ikan Cakalang (K.

pelamis) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

1. Apex

2. Bulbus

3. Ventrikel

Gambar 17. Jantung pada ikan Cakalang (K. pelamis)

Gambar 18. Jantung Pada Ikan

16. Pembahasan

Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan

mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut

enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2

dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya keluar tubuh (Jeffri, 2010).

Page 70: Laporan Ikhtiologi

Sistem peredaran darah dibedakan atas sistem peredaran darah tertutup dan sistem

peredaran darah terbuka. Serta sistem peredaran tunggal dan sistem peredaran darah

ganda.

Peredaran darah terbuka adalah peredaran atau distribusi darah ke seluruh

tubuh (jaringan) yang tidak selalu melewati pembuluh darah. Kadang darah secara

langsung menuju jaringan tubuh tanpa melalui pembuluh. Dalam sistem peredaran

darah terbuka tidak dapat dibedakan antara darah dan cairan intersisial Sistem

peredaran darah terbuka terdiri dari jantung sebagai pusat peredaran darah, sejumlah

rongga yang disebut sinus, dan beberapa arteri. Sedangkan peredaran darah tunggal

adalah system peredaran darah yang hanya satu kali melewati jantung dalam sekali

sirkulasi sedangkan system peredaran darah ganda melewati dua kali jantung sebelum

beredar keseluruh tubuh.

Sistem peredaran darah pada ikan termasuk sistem peredaran darah tunggal,

karena siklusnya dimulai dari Jantung kemudian ke Insang dan keseluruh tubuh. Hal

ini seperti yang diungkapkan oleh Nuri (2008), bahwa sistem peredaran darah ikan

adalah sistem peredaran darh tunggal yang dimulai dari jantung-insang-keseluruh

tubuh. Pembuluh darah yang mengantar O2 keseluruh tubuh adalah pembuluh Arteri

sedangkan yang mengantar CO2 dari seluruh tubuh adalah pembuluh Vena.

Organ yang terpenting dalam proses sirkulasi darah ini adalah Jantung. Pada

pengamatan yang kami lakukan terhadap jantung yang dimiliki ikan terlihat Apex,

Bulbus dan Ventrikel. Apex terdapat dibagian ujung jantung, sementara Ventrikel

Page 71: Laporan Ikhtiologi

adalah ruang-ruang yang terdapat didalam jantung. Menurut Burhanuddin (2010),

Jantung suatu organ yang berongga dan terletak dalam ruang mediastinal atau bagian

posterior lengkung insang. Pada jantung terdapat bilik-bilik/ruang-ruang yang saling

berhubungan. Sinus venous adalah ruang tambahan yang hamper tidak mengandung

jaringan otot, Atrium adalah ruang tunggal yang dindingnya relative tipis dan terletak

anterior sinus venosus. Sedangkan ventrikel adalah rungga yang dindingnya berotot

tebal yang berfungsi memompakan darah melalui aorta ventral ke Insang. Di Conus

Arterious tepatnya di Elasmobranchii tidak memiliki bulbus arterious.

Menurut Efendi (2011), bahwa Ada tiga bentuk saluran darah yaitu arteri,

vena dan kapiler. Arteri Adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi

jantung atau saluran yang dilalui darah yang keluar dari insang dan menuju ke

bagian-bagian tubuh. Biasanya membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh

bagian tubuh. Saluran darah ini terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima),

memiliki lapisan endothelium dan sub endothelium.Vena Adalah pembuluh darah

balik yang aliran darahnya menuju ke jantung. Struktur vena sama halnya dengan

arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis dan rongga yang lebih besar

dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama. Bagian dalam dari vena yang

mengalami tekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya akan jaringan elastis dan sel

otot licin. Dinding vena umumnya berkontraksi secara aktif, tidak hanya

mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga untuk memompakan

darah dari dinding ke jantung. Kapiler adalah bagian percabangan saluran darah yang

Page 72: Laporan Ikhtiologi

merupakan tempat terjadinya pertukaran zat (gas nutrien) antara darah dengan

jaringan/sel. Ada tiga macam kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori

dan kapiler diskontinyu (sinusoid).

25. KESIMPULAN DAN SARAN

13. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu

jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang untuk

melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi

ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu, sebagian

darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung. Bagian-bagian jantung terdiri

atas Atrium, Ventrikel dan bulbulus.

14. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi alat pembesar seperti Lup

agar bagian-bagian jantung dapat diamati dengan jelas.

Page 73: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra

Emulsi. Unhas Makassar.

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Jeffri. 2010. Anatomi dan Biologi Ikan. http://jeffri022.student.umm.ac.id. Diakses

pada tanggal 9 Desember 2011

Nuri, H. 2009. Buku Kantong Biologi. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.

Page 74: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM IX

(SISTEM SARAF)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 75: Laporan Ikhtiologi

W. JUDUL

Sistem Saraf

X. TUJUAN DAN MANFAAT

26. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bagian-bagian dari pusat

saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainnya.

27. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagian-

bagian dari pusat saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainnya.

28. METODE PRAKTIKUM

25. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

26. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 13

sebagai berikut :

Page 76: Laporan Ikhtiologi

Tabel 13. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem Saraf

dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

3 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

27. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim saraf ini adalah sebagai

berikut :

- Untuk mengamati otak bagian atas, Menegakkan kepala ikan (mulut berada

dibagian atas) kemudian mengiris bagian atas kepala dekat tulang nasal

kearah bawah sampai tepat mencapai bagian mata kemudian menguakkan

bagian yang telah teriris tadi hingga terlihat otak bagian atas.

- Untuk mengamati otak bagian samping, menggunting dari arah mulut kearah

belakang hingga terbelah dua dan menguakkan hingga terlihat otak bagian

samping.

- Untuk mengamati otak bagian bawah, mengeluarkan otak dari rongga otak

dengan menggunting beberapa urat saraf, yaitu optik nerve, olfactori nerve

dan sebagainya.

Page 77: Laporan Ikhtiologi

29. HASIL DAN PEMBAHASAN

17. Hasil Pengamatan

k. Hasil pengamatan pada sistim saraf pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

1. Olfactory nerve

2. Optic nerve

3. Oculamota nerve

4. Abducens nerve

5. Trigeminal

6. Abducens nerve

Gambar 19. Otak bagian samping pada ikan Cakalang (K. pelamis)

l. Hasil pengamatan pada sistim saraf pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

1. Lateral fiber tracts

2. Dorsal root

3. Dorsal fiber

4. Dorsal horn

5. Ventral roof

6. Ventral horn

7. Central canal

Gambar 20. Otak bagian atas pada ikan Cakalang (K. pelamis)

Page 78: Laporan Ikhtiologi

18. Pembahasan

.Sistem saraf pada hewan mengkoordinasikan aktivitas otot,memonitor organ,

membentuk dan juga menghentikan masukan dariindra,dan mengaktifkan aksi.

Komponenutama dalam sistem saraf adalah neuron dan saraf, yang memainkan

peranan penting dalam koordinasi. Pada makhluk yang tidak memiliki otak, sistem

saraf tidak menghasilkan atau menjalankan pikiran, gerakan dan emosi (lumpuh).

System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan

penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung

dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf

berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui system hormonal. Pusat koordinasi

syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah

melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan

sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh

syaraf sensoris dari reseptor. Dalam menjalarkan impuls baik yang berasl dari syaraf

pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter

yang bekerja pada sinaps sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel syaraf

hanyalah merupakan satuan/unit structural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan

apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat

koordinasi, syaraf sensoris, syaraf motoris, efektor dan reseptor (Rahmaningsih,

2011).

Page 79: Laporan Ikhtiologi

Pada sistem syaraf , terdapat sistem syaraf pusat yang disebut Otak. Dalam

pengiriman influs, otak berfungsi sebagai organ koordinasi seluruh gerakan tubuh.

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu otak besar (serebrum), otak tengah

(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblingata),

dan jembatan varol.

Pada pengamatan yang dilakukan pada otak yang dimiliki Ikan Cakalang (K.

pelamis) terlihat bagian samping otak terdiri atas bagian-bagian yang seluruhnya

memiliki fungsi untuk koordinasi sistem organ. Pada bagian belakang otak yang

menyerupai selang disebut sebagai saraf penciuman, sedangkan dibagian bawahnya

disebut saraf optik yang bersampingan dengan bagian Oculamota. Dibagian bawah

otak pula terdapat saraf Abducens, yang bentuknya mirip dengan saraf penciuman,

hanya saja lebih kecil. Kemudian dibagian atasnya terdapat saraf trigeminal dan

Abducens saraf. Kemudian pada pengamatan otak dengan melihat bagian atas terlihat

Lateral saluran, serat akar dorsal, serat tanduk dorsal, ventral atap, tanduk ventral,

kanal Tengah.

Menurut Efendi (2011), bahwa Otak terdapat pada susunan syaraf pusat. Otak

ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon,

mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Telencephalon Otak bagian

depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal

yang berhubungan dengan pembauan. Diencephalon Terletak pada bagian belakang

telencephalon. Bagian ventral dari dienchephalon adalah hypothalamus, bagian

Page 80: Laporan Ikhtiologi

dorsalnya epithalamus dan bagian lateralnya dinamakan thalamus. Epithalamus

adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak. Mesencephalon Otak bagian

tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus opticus yang

bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari retina.

Myelencephalon Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata

sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan

rangsangan keluar melalui syaraf cranial.

30. KESIMPULAN DAN SARAN

15. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Sistem syaraf ikan dibagi menjadi system syaraf pusat dan system syaraf

perifer. Sistem syaraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem syaraf periferi

terdiri dari syaraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem syaraf

otonom merupakan bagian dari sistem periferi, mempengaruhi otot polos dan

kelenjar.

16. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

sebaiknya alat praktikum dilengkapi dengan contoh otak ikan yang telah diawetkan

agar memudahkan praktikan dalam mengidentifikasi bagian-bagiannya.

Page 81: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Rahmaningsih, Sri. 2011. Sistem Syaraf Pada Ikan. http://srirahmaningsih.

blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2011.

Page 82: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY

PRAKTIKUM X

(SISTEM UROGENITALIA)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 83: Laporan Ikhtiologi

Y. JUDUL

Sistem Urogenitalia

Z. TUJUAN DAN MANFAAT

31. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat

yang digunakan dalam proses ekskresi (pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan)

ikan.

32. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan

memahami letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses ekskresi

(pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan) ikan.

33. METODE PRAKTIKUM

28. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.

Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

Page 84: Laporan Ikhtiologi

29. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 14

sebagai berikut :

Tabel 14. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem

Urogenitalia dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

3 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

Bahan :

1 Ikan Cakalang (Katsuwonus

pelamis)

Sebagai obyek yang diamati

30. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai

berikut :

- Melakukan pembedahan seperti waktu pengamatan alat pencernaan makanan

kemudian mengeluarkan saluran pencernaan tersebut agar mudah untuk

pengerjaan selanjutnya.

- Mengeluarkan testes atau ovarium yang akan diamati dengan menggunakan

gunting untuk memotong dan pinset untuk menarik keluar.

- Menggunakan Mikroskop untuk mengamati sperma dan telur

Page 85: Laporan Ikhtiologi

34. HASIL DAN PEMBAHASAN

19. Hasil Pengamatan

m. Hasil pengamatan pada sistim urogenitalia pada ikan Cakalang (K. pelamis)

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

4. Testis

5. Bladder

6. Urinary papilla

7. Vasdeferen

8. Genital pore

Gambar 21. Organ Reproduksi Jantan pada ikan Cakalang (K. pelamis)

20. Pembahasan

Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema

uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem

ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau

membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air

dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik

cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses

fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan

Osmoregulasi. Vertebrata memiliki ginjal seperti manusia, tetapi terdapat beberapa

perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat dihubungkan

Page 86: Laporan Ikhtiologi

dengan lingkungan hidup hewan tersebut. Pada vertebrata terdapat beberapa tipe

ginjal, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah

ginjal yang berkembang pada Ease embrio atau larva yang selanjutnya akan berubah

menjadi mesonefros dan akhirnya menjadi metanefros. Opistonefros adalah tipe

ginjal yang terdapat pada amfibi dan ikan (Effendi, 2011).

Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan

berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, saluran

ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran

urogenital. Saluran urogenital terletak di belakang anus, sedangkan pada beberapa

jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu

menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernapas dengan insang,

urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis; dan karbon dioksida

dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernapas dengan paru-paru, karbon

dioksida dikeluarkan melalui paru-paru; dan urin dikeluarkan melalui kloaka.

Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang

hidup di air tawar mengeksresikan amonia dan aktif menyerap oksigen melalui

insang, serta mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang

hidup di laut akan mengekskresikan amonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.

Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, terlihat bagian-bagian

organ reproduksi jantan yang terdiri dari testis yang berhubungan dengan papilla urin,

vas deferens dan Genital pore. Kesemuanya adalah serangkaian dari sistem

urogenitalia yang digunakan ikan untuk melakukan ekskresi dan juga bereproduksi.

Page 87: Laporan Ikhtiologi

Menurut Burhanuddin (2010) bahwa Ginjal berjumlah sepasang, berbentuk

ramping dan memanjang dengan warna merah tua, terletak di bagian atas rongga

perut di bawah tulang punggung. Hasil buangan berupa urine yang dihasilkan oleh

ginjal dialirkan melalui sepasang ureter (ductus mesonephridicus) yang berjalan

dipinggiran rongga badan sebelah dorsal menuju ke belakang.

Page 88: Laporan Ikhtiologi

35. KESIMPULAN DAN SARAN

17. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema

uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem

ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau

membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air

dengan perantaraan ginjal dan salurannya.

18. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop agar alat-

alat pernapasan pada ikan yang tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang bisa

dibedakan dengan menggunakan mikroskop.

Page 89: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra

Emulsi. Unhas Makassar.

Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.

Page 90: Laporan Ikhtiologi

LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI

PRAKTIKUM XI

(IDENTIFIKASI DAN SISTEMATIKA IKAN)

OLEH :

NAMA : ARDANA KURNIAJI

STAMBUK : I1 A2 10 097

PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2011

Page 91: Laporan Ikhtiologi

AA. JUDUL

Identifikasi dan Sistematika Ikan

BB. TUJUAN DAN MANFAAT

36. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara

mengidentifikasi dan mengklasifikasi suatu jenis ikan.

37. Manfaat

Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis

ikan dan klasifikasinya.

38. METODE PRAKTIKUM

31. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 7 Desember 2011.

Pukul 12.00-13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.

32. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 15

sebagai berikut :

Page 92: Laporan Ikhtiologi

Tabel 15. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Identifikasi

dan Sistematika Ikan dan Kegunaannya

No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan

Alat :

1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan

objek pengamatan

2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur

obyek yang diamati

3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih

4 Buku gambar Menggambar obyek yang

diamati

5 Kunci Identifikasi Sebagai data untuk identifikasi

jenis ikan yang diamati

Bahan :

1 Ikan Putih (Charanx ignobilis) Sebagai obyek yang diamati

33. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai

berikut :

- Menyediakan preparat yang memiliki kunci identifikasinya. Dan mengamati

morfologinya.

Page 93: Laporan Ikhtiologi

39. HASIL DAN PEMBAHASAN

21. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada ikan Putih (Caranx ignobilis) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

11. Kepala

12. Badan

13. Ekor

14. Tulang Ekor

15. Sirip Punggung

16. Sirip dubur

17. Sirip dada

18. Mata

19. Mulut

20. Jarak Sirip dada dan dubur

Gambar 22. Awetan Ikan Putih (C. ignobilis)

22. Pembahasan

Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau

pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang

berarti susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Informasi yang

digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan

taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam

ikhtiologi dan juga bidang bidang lain seperti ekologi, fisiologi dan Genetika.

Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu

Page 94: Laporan Ikhtiologi

1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola pewarnaan,

5) kariotipe, dan 6) elektroforesis (Effendi, 2011).

Menurut Anonim (2008) bahwa klasifikasi Ikan putih adalah sebagi berikut:

Kingdom : Animalia

Filun : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Carangidae

Genus : Caranx

Spesies : Caranx ignobilis

.

40. KESIMPULAN DAN SARAN

19. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa klasifikasi ikan putih yakni : Kingdom : Animalia, Filun : Chordata,

Subfilum : Vertebrata, Kelas : Actinopterygii, Ordo : Perciformes, Family:

Carangidae, Genus : Caranx, Spesies : Caranx ignobilis

Page 95: Laporan Ikhtiologi

20. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah

peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan buku identifikasi

dan sistematika ikan

Page 96: Laporan Ikhtiologi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Detri. 2009. Pernapasan Pada Ikan. http://detriavner.blogspot.com/2009/06

/pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.

Jaelani. 2010. Sistem Pernapasan Pada Ikan. http://jen-samaku.blogspot.com

/2011/05/sistem-pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1

Desember 2011.

Wikimedya. 2010. Pernapasan Pada Ikan. http://wikimedya.blogspot.com/2010/01/

pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.