Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI
PRAKTIKUM I
(MORFOLOGI IKAN)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 2
A. JUDUL
Morfologi Ikan
B. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Tujuan pada praktikum morfologi ikan yaitu untuk mengenal berbagai bentuk
luar, mengamati morfologi dan letak atau posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ.
2. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui secara
langsung mengenai morfologi ikan.
C. METODE PRAKTIKUM
1. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November
2011, Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1
sebagai berikut :
Page 3
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Morfologi
Ikan.
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati
2 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati
4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati
5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati
3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai morfologi adalah sebagai berikut :
- Menyiapkan preparat (ikan) yang berukuran besar (agar mudah diamati) dan
beberapa jenis ikan.
- Menyiapkan papan preparat, mikroskop atau lup, pinset, buku gambar dan
peralatan lainnya.
- Meletakkan ikan di atas papan preparat, lalu mengamati morfologi: bagian-
bagian luar ikan (mata, nasal dan sebagainya) : bentuk badan, bentuk dan letak
mulut, bentuk dan letak sungut, bentuk dan letak sirip, bentuk ekor, linea
lateralis dan morfologi lainnya.
Page 4
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Morfologi Ikan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan morfologi Ikan
Parameter
Cakalang
(K. pelamis)
Mujair
(T.
Mosambicus)
Baronang
(S. javanus)
Bandeng
(C. chanos)
Layur
(T. savala)
Bentuk
tubuh
Torpedo
(Fusiform)
Bentuk Pipih
(Compressed)
Torpedo
(Fusiform)
Torpedo
(Fusiform)
Gergaji
(Anguilliform)
Bentuk
mulut
a. Berdasar
bentuk
Tabung
(tube-like)
Tabung
(tube-like)
Tabung
(tube-like)
Tabung
(tube-like)
Paruh
(beak-like)
b. Dapat
tidaknya
disembul
kan
Dapat
disembulkan
Tidak dapat
disembulkan
Dapat
disembulkan
Dapat
disembulkan
Dapat
disembulkan
c. Berdasar
Lataknya Superior Terminal Terminal Interior Terminal
Janggut - - - - -
Ekor Lunate
(sabit) Hypocercal
Pointed
(meruncing)
Truncate
(berpinggir
tegak)
Pointed
(meruncing)
Letak Sirip
Perut Abdominal Thoracic Subabdominal Abdominal -
Sirip Ganda Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
Page 5
a. Bentuk Morfologi Ikan Cakalang (K. pelanis)
Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip Punggung
6. Sirip dubur
7. Sirip dada
8. Mata
9. Mulut
10. Jarak Sirip dada dan
dubur
Gambar 1. Morfologi Ikan Cakalang (K. pelanis)
b. Bentuk Morfologi Ikan Mujair (T. Mocambicus)
Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip Punggung
6. Sirip dubur
7. Sirip dada
8. Mata
9. Mulut
10. Jarak Sirip dada dan
dubur
Gambar 2. Morfologi Ikan Ikan Mujair (T. Mocambicus)
Page 6
c. Bentuk Morfologi Ikan Baronang (S. javanus)
Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip Punggung
6. Sirip dubur
7. Sirip dada
8. Mata
9. Mulut
10. Jarak Sirip dada dan
dubur
Gambar 3. Morfologi Ikan Baronang (S. javanus)
d. Bentuk Morfologi Ikan bandeng (C. chanos)
Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip Punggung
6. Sirip dubur
7. Sirip dada
8. Mata
9. Mulut
10. Jarak Sirip dada dan
dubur
Gambar 4. Morfologi Ikan bandeng (C. chanos)
Page 7
e. Bentuk Morfologi Ikan Layur (T. savala)
Keterangan :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Tulang Ekor
5. Sirip Punggung
6. Sirip dubur
7. Sirip dada
8. Mata
9. Mulut
10. Jarak Sirip dada dan
dubur
Gambar 5. Morfologi Ikan Layur (T. savala)
2. Pembahasan
Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air,
bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas
dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ
keseimbangannya. Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturut -
turut adalah Kepala (caput) adalah bagian tubuh mulai dari ujung mulut sampai bagian
belakang operculum. Tubuh (truncus) bagian tubuh mulai dari Batas akhir operculum
sampai anus. Ekor (caudal) : dari anus sampai bagian ujung sirip ekor.
Kebanyakan ikan memiliki bentuk tubuh streamline dimana tubuh bagian
anterior dan posterior mengerucut dan bila dilihat secara transversal, penampang
tubuh seperti tetesan air. Penampang tubuh tersebut akan memberikan
kemudahan ikan dalam menembus air sebagai media hidup. Bentuk tubuh tersebut
Page 8
biasanya dikatakan sebagai bentuk tubuh ideal (fusiform).Pada pengamatan
morfologi ikan, yang diamati morfologinya terdiri dari 5 jenis yaitu : Ikan Cakalang
(K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan baronang (Siganus javanus), Ikan Mujair
(Tilapia Mocambicus) dan ikan bandeng (Chanos chanos) terdapat berbagai macam
perbedaan pada setiap jenis ikan baik panjang tubuh, bentuk sisik, bentuk mulut dan
ekor.
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari
kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan foot habits).
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan
gigi dan perbedaan bentuk gigi pada ikan. Bentuk mulut pada ikan dapat
digolongkan dalam, Mulut terminal, yaitu posisi mulut berada di bagian ujung
kepala dan Mulut inferior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak bawah ujung
kepala. Mulut superior, yaitu posisi mulut berada di bagian agak atas ujung
kepala
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak.
Pada ikan, alat gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah
sirip. Sirip ikan juga dapat digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi
karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki jumlah yang berbeda dan hal ini
disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan
letak sirip tersebut berada pada tubuh ikan, yaitu, Pinna dorsalis (dorsal fin) adalah
sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan
Page 9
ketika berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk
bergerak memutar. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di
posterior operculum atau pada pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan.
Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke samping dan diam (mengerem).
Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan
berfungsi dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga
berfungsi dalam membantu untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah
posterior anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior
tubuh dan biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini
berfungsi sebagai pendorong utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi
ketika bermanuver. Adipose fin Adalah sirip yang keberadaannya tidak pada
semua jenis ikan. Letak sirip ini adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna
caudalis.
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau
seluruhnya dimiliki oleh spesies ikan, yaitu Jari-jari sirip keras merupakan jari jari
sirip yang tidak berbuku-buku dan keras, Jari jari sirip lemah merupakan jari jari
sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbukubuku, Jari jari sirip lemah mengeras
merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku. Penggolongan ikan juga
dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis ikan. Tipe
pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas Protocercal merupakan bentuk pinna
Page 10
caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir mencapai ujung
ekor, Diphycercal merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing,
simetris dengan ruas vertebrae terakhir tidak mencapai ujung sirip, Heterocercal
merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih
pendek, Homocercal merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan
ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.
Pengamatan pada Ikan Cakalang (K. pelamis) mempunyai bentuk tubuh
fusiform, bentuk mulut interior dan bentuk ekornya berbentuk lunate. Badan
memanjang seperti cerutu atau torpedo, tidak bersisik kecuali pada korselet dan garis
rusuk. Terdapat tunas yang kuat pada batang ekor yang diapit dua tunas kecil pada
ujung belakangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim, (2009) yang
menyatakan bahwa terdapat satu tunas kuat pada batang ekor Ikan Cakalang
(K. pelamis) dan diapit oleh dua lunas kecil di ujung belakang serta dua sirip
punggung.
Pada pengamatan Ikan Cakalang (K. pelamis), memiliki bentuk tubuh fusiform
dengan bentuk mulut berdasarkan letaknya superior, bentuk ekor lunate, dan bentuk
sirip yaitu pada sirip punggung jumlahnya berpasangan, sirip dubur tunggal, memiliki
sirip ekor berpasangan, sirip dada berpasangan, dan sirip perut berpasangan pula.
Sedangkan letak sirip perut terhadap sirip dada adalah Abdominal. Menurut Indra
(2008) bahwa Ikan cakalang mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip
punggung yang pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip
punggung kedua diikuti oleh 7-9 finlet. Sirip ini berfungsi untuk mengatur pergerakan
Page 11
ikan ke arah kiri dan kanan ketika bergerak maju. Pengaturan arah dari sirip ini lebih
dominan dibandingkan dengan sirip anal.Terdapat dua sirip dada yang pendek. Sirip
dada tidak memiliki fungsi yang cukup penting dalam pergerakan ikan. Sirip ini
biasanya digunakan ikan ketika bergerak maju ke arah depan secara pelan atau
lambat.
Pengamatan pada Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) memiliki bentuk tubuh
compressed dan memiliki bentuk mulut berdasarkan letaknya adalah terminal. Bentuk
ekor traluicate dengan letak sirip perut dan dada Thoracic dan memiliki sirip tunggal.
Menurut Anonim (2010) bahwa Ikan mujair memiliki bentuk tubuh yang pipih,
artinya lebar lebih kecil dibandingkan dengan tingginya.
Pada pengamatan Ikan baronang (Siganus javanus), bentuk mulutnya
terminal, bentuk tubuh fusiform, bentuk ekor Emarginate, dan bentuk sirip yaitu sirip
punggung, dubur, dan ekor jumlahnya tunggal, letak sirip perut subabdominal dan
tidak memiliki janggut.
Pada pengamatan Ikan bandeng (Chanos chanos), bentuk tubuhnya fusiform,
bentuk mulutnya interior, bentuk ekor lunate, dan bentuk sirip yaitu sirip punggung
dan sirip dubur jumlahnya tunggal, letak sirip perut adalah abdominal dan tidak
memiliki janggot.
Pengamatan terhadap Ikan Layur (T. savala) terlihat jelas dari bentuk
tubuhnya yang panjang seperti ular dan pipih atau gepeng atau berbentuk taeniform,
warna dari ikan ini putih seperti perak, hal ini sesuai yang di katakan oleh Anonim
(2011) bahwa layour memiliki bentuk tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti
Page 12
pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning.
Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah
jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur
terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan
ikan ini bersifat karnivor.
E. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Ikan Cakalang (K. pelamis) memiliki bentuk mulut superior dan memiliki
bentuk tubuh fusiform.
b. Ikan Baronang (S. javanus ) memiliki bentuk mulut terminal dan tubuh yang
berbentuk compressed.
c. Ikan Mujair (T. Mocambicus), mulutnya berbentuk terminal dan bentuk tubuh
compressed.
d. Ikan bandeng (C. chanos) bentuk tubuhnya fusiform, bentuk mulutnya terminal.
e. Ikan Layur (T. savala), mempunyai tubuh yang panjang dan gepeng, ekornya
panjang dan kulitnya tidak bersisik warnanya putih seperti perak. Badan tidak
bersisik. Tubuhnya lebih kecil dari cendro. Rahang atasnya pendek, berbentuk
segitiga dilengkapi gigi-gigi kecil. Rahang bawahnya sangat panjang dan
Page 13
lancip, tetapi hanya bagian yang berada di bawah rahang atas saja yang
mempunyai gigi kecil.
2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium Jurusan Perikanan agar dilengkapi, dan
sebaliknya peralatan yang sudah ada lebih dipertahankan lagi agar praktikum
ke depannya lebih baik dari praktikum sebelumnya.
Page 14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Bentuk-bentuk tubub Ikan. http://otakmuda.blogspot.com/2010/10/
bentuk-bentuk-tubuh-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember
2011.
Anonim. 2011. Deskripsi dan Klasifikasi Ikan. http://enmygolan.blogspot.com
/2009/03/deskripsi-dan-klasifikasi-ikan.html. Diakses pada tanggal 1
Desember 2011.
Indra. 2008. Fungsi sirip pada Ikan Cakalang. http://seputarberita.blogspot.com
/2008/11/fungsi-sirip-pada-ikan-cakalang.html
Page 15
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI
PRAKTIKUM II
(SISTEM INTEGUMENT)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 16
F. JUDUL
Sistem Integument
G. TUJUAN DAN MANFAAT
3. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati struktur penutup tubuh
ikan, kulit dan derivat-derivatnya, seperti sisik, jari-jari sirip, lendir, scute, keel dan
kelenjar racun.
4. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui secara langsung kegunaan
struktur penutup tubuh ikan, kulit dan derivat-derivatnya seperti sisik, jari-jari sirip,
lendir dan kelenjar racun.
Page 17
H. METODE PRAKTIKUM
4. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November
2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
5. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3
sebagai berikut :
Tabel 3. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Integumen Ikan
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati
2 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati
4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati
5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati
Page 18
6. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistem integumenti adalah sebagai
berikut :
- Menyiapkan preparat (spesies ikan) yang bertipe sisik berbeda-beda, ikan
yang mempunyai jari-jari keras, jari-jari lemah, ikan yang berkelenjar beracun
dan ikan yang berlunas.
- Menyiapkan papan preparat, lup, pinset, buku gambar dan peralatan lainnya.
- Meletakkan ikan di atas papan preparat, lalu mengamati bagian-bagian luar
ikan yang berhubungan dengan sistem integumen, mengamati di bawah
mikroskop.
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Hasil Pengamatan
Hasil Pada Sistem Integumen dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil pengamatan pada sistem integument ikan
No. Parameter
Cakalang
(K.
pelamis)
Mujair
(Tillapia
Mosambicus)
Baronang
(Siganus
javanus)
Bandeng
(Chanos-
chanos)
Layur
(T.
savala)
1 Tipe Sisik - Ctenoid - Cycloid -
2 Scute - - - - -
3 Lendir Berlendir Berlendir Berlendir Berlendir
(sedikit) Berlendir
4 Keel - - - - -
5 Warna sisik - Putih
Transparan -
Putih
Transparan -
6 Warna
Tubuh Abu-abu
Cokelat
kehitaman
Bintik-
bintik putih
kekuningan
Putih
kebiruan
Abu-abu
silver
Page 19
a. Bentuk Sisik Ikan Mujair (T. Mocambicus)
Keterangan :
1. Focus
2. Annuli
3. Posterior
4. Boni Ridge
5. Anterior Margin
Gambar 6. Bentuk Sisik Ikan Mujair (T. Mocambicus)
b. Bentuk Sisik Bandeng (C. chanos)
Keterangan :
1. Focus
2. Posterior Margin
3. Anterior Margin
4. Circulus
5. Annuli
Gambar 7. Bentuk Sisik Ikan Bandeng (C. chanos)
4. Pembahasan
Sistem integumen pada seluruh mahluk hidup merupakan bagian tubuh
yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat mahluk hidup tersebut
berada. Pada sistem integumen terdapat sejumlah organ atau straktur dengan fungsi
yang beraneka pada bermacam-macam jenis mahluk hidup. Yang termasuk dalam
sistem integumen pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan
lapisan penutup tubuh yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan
terluar dan dermis pada lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur
Page 20
yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang
sebenarnya. Pada pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan 5 jenis ikan yaitu
: Pada pengamatan morfologi ikan, yang diamati morfologinya terdiri dari 5 jenis
yaitu: Ikan Cakalang (K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan baronang (S.
javanus), Ikan Mujair (T. Mocambicus) dan ikan bandeng (C. chanos).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk melihat tipe sisik pada masing-
masing ikan, dari pengamatan terlihat jelas bahwa tipe sisik Ikan Mujair (T.
mosambicus) adalah tipe sisik ctenoid, dan ikan bandeng (C. chanos) adalah tipe sisik
Lunghfish (cycloid). Sisik yang terlihat adalah bagian belakang sedangkan bagian
anteriornya tidak berwarna dan transparan. Hal ini sesuai pernyataan Yusnaini,
(2008) yang menyatakan bahwa berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di
dalamnya sisik ikan dibedakan menjadi lima bagian yaitu : placoid, cosmoid, cycloid
dan ctenoid. Sisik ikan dimana pada masing-masing golongan ikan berjari-jari sirip
lemah (Malacopterygi). Pada pengamatan mengenai sirip ikan cakalang (K. Pelamis)
memiliki lendir yang banyak dikarenakan jumlah sisik yang sedikit atau bahkan tidak
ada. Warna tubuhnya bintik-bintik putih kekuningan. Menurut Ihwan bahwa
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal
dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam
epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,
misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding
pada saat atau keadaan normal.
Page 21
Pada pengamatan sirip ikan mujair (T. mosambicus) memiliki sisik yang
lemah berwarna putih transparan jika diamati dibawah lup. Jenis Sisiknya termasuk
jenis Ctenoid karena ukurannya yang kecil dan memiliki duri-duri halus. Hal ini
didukung dengan pernyataan Burhanuddin (2010) bahwa Perbedaan cycloid dan
ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa
baris diposterior Sisik Ctenoid. Kemudian pada tubuhnya berelndir namun jumlahnya
sedikit. Sedangkan warna tubuhnya abu-abu dengan sedikit warna cokelat. Menurut
Anonim (2011) bahwa warna ikan mujair umumnya cokelat kehitaman. Dengan
sedikit putih keabu-abuan dibagian ventralnya. Pada pengamatan ikan baronag (S.
javanus) tidak memiliki sisik sehingga tubuhnya berlendir dengan jumlah yang
banyak. Warna tubuhnya bintik-bintik putih kekuningan dan tidak memiliki keel
sedangkan Ikan Layur (T. Savala) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan
warnanya abu-abu silver..
J. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
3. Ikan Cakalang (K. Pelamis) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan
warnanya abu-abu kebiruan.
4. Ikan baronang (S. javanus) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan
warnanya putih kekuningan dengan bintik-bintik diatasnya.
Page 22
5. Ikan Layur (T. Savala) Tidak memiliki sisik, tubuhnya berlendir dan
warnanya abu-abu silver.
6. Ikan Mujair (T. mosambicus) adalah tipe sisik Ctenoid berwarna putih
transparan, tubuhnya berlendir berwarna cokelat kehitaman.
7. Ikan bandeng (C. chanos) adalah tipe sisik Lunghfish (cycloid) warnanya
putih transparan. Tubuhnya berlendir dan berwarna putih kebiruan.
2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop.
Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Ikan nila dan Ikan Mujair. http://jenis-ikan.blogspot.com/2011/04
/ikan-nila-dan-ikan-mujair.html. Diakses pada tanggal 1 Desember
2011.
Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emulsi. Unhas Makassar.
Ihsan. 2010. Sistem Integumen Pada Ikan. http://ihwan-s.blogspot.com/2010/06/
sistem-integumen-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember
2011.
Yusnaini, M. Idris, Hamsah, Rosmawati, Halili. 2008. Penuntun Praktikum
Ichtyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari
Page 24
LAPORAN PRAKTIKUM ICTIOLOGI
PRAKTIKUM III
(SISTEM PERNAPASAN)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 25
K. JUDUL
Sistem Pernapasan
L. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat
yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang serta ada atau
tidaknya alat pernapasan tambahan yang biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan
tertentu.
2. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami bagian-bagian pusat saraf (otak) dan bagian saraf lainnya, dan dapat
mengetahui dan mengamati alat yang digunakan dalam proses pernapasan yang
meliputi insang serta alat pernapasan tambahannya.
Page 26
3. METODE PRAKTIKUM
7. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November
2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
8. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut :
Tabel 5. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Pernapasan dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati
2 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati
4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati
5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati
Page 27
9. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai
berikut :
- Membuat sayatan pada penutup insang terdepan (preoperculum) dari dasar
keatas dan diteruskan agak ke bagian depan sampai rongga bagian atas sampai
dikelupas dan dapat dilihat alat pernapasan tambahan.
- Menggunting mulai dari pinggir mulut (sudut mulut) kearah belakang sampai
mulut (rahang dapat dikuakkan dengan bebas dan lipatan-lipatan kulit yang
terdapat pada bagiam ronnga mulut dapat dilihat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Hasil Pengamatan
a. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Cakalang (K. pelamis)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Gill takers
2. Arcus branchnihs
3. Hemibrancid
Gambar 8. Insang pada ikan Cakalang (K. pelamis)
Page 28
b. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Layur (T. savala) adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
1. Gill takers
2. Arcus branchnihs
3. Hemibrancid
Gambar 9. Insang pada ikan Layur (T. savala)
c. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Mujair (T. mocambicus)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Gill takers
2. Arcus branchnihs
3. Hemibrancid
Gambar 10. Insang pada ikan Mujair (T. mocambicus)
d. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Baronang (S. javanus)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Gill takers
2. Arcus branchnihs
3. Hemibrancid
Gambar 11. Insang pada ikan Baronang (S. javanus)
Page 29
e. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan bandeng (C. chanos)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Gill takers
2. Arcus branchnihs
3. Hemibrancid
Gambar 12. Insang pada ikan bandeng (C. chanos)
6. Pembahasan
Proses dimana organisme melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya
disebut respirasi. Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang
dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk
digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan
sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernafasan. Namun demikian, istilah
respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernafasan.
Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga
satuan terkecil, sel. Apabila pernafasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan
oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen
(Jaelani, 2011).
Organ pernapasan pada ikan (pisces)adalah insang dengan bentuk lembaran-
lembaran merah muda dengan jumlah 5-7 lembar. Setiap lembar terdiri dari sepasang
filamen.Pada permukaan filamen terdapat srtuktur yang letaknya saling sejajar yang
Page 30
di sebut lamela.Setiap lamela mengandung banyak pembuluh darah yang
memungkinkan oksigen berdifusi masuk dan karbondioksida keluar dari insang
(Wikimedya, 2010).
Pada pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan 5 jenis ikan yaitu :
Pada pengamatan sistim pernapasan pada ikan, yang diamati sistim pernapasannnya
terdiri dari 5 jenis yaitu: Ikan Cakalang (K. Pelamis), Ikan Layur (T. savala), Ikan
baronang (S. javanus), Ikan Mujair (T. Mocambicus) dan ikan bandeng (C. chanos).
Ikan bernapas dengan Insang (branchia) yang terdapat di sisi kanan dan kiri
kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Insang berbentuk
lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari
insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk
dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang
yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi
oleh operkulum.
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas
dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak
teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan
Page 31
gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan
mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Bagian-bagian Insang Insang ikan tersusun atas bagian-bagian berikut ini
Tulang Lengkung Insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun
insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf, Tutup Insang
(Operkulum), hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan
bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operkulum berfungsi melindungi bagian
kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas, Membran Brankiostega
(selaput tipis di tepi operkulum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke
dalam rongga mulut, Lengkung Insang (Arkus Brankialis), Lembaran (Filamen)
Insang (Holobrankialis), bewarna kemerahan., Saringan Insang (Tapis Insang),
berfungsi untuk menjaga agar tak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga
insang, Mulut Ikan., Labirin, Pulmonis, Duktus pnemautikus.
Pengamatan sistem pernapasan ikan yang diamati adalah insang dan bagian-
bagiannya. Bagian-bagian insang ikan terdiri dari tiga bagian yaitu daun insang,
tulang lengkung insang dan tapis insang. Daun insang (filamen insang) merupakan
bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen
yang terlarut dalam air pada proses pernapasan, tulang lengkung insang mepunyai
saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang dan
merupakan tempat melekatnya filamen insang, dan tapis ikan terletak dibagian
terdepan yang umumnya digunakan untuk menyaring makanan dan relatif panjang
dan rapat. Pada ikan yang diamati seperti pada ikan cakalang (K. pelamis) memili
Page 32
ukuran insang yang panjang dan rapat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh dan
habitat penyebaran hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim, (2006)
bahwa alat pernapasan ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada
berbagai jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-paru dan alat pernapasan
lainnya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut Ikan pada umumnya bernapas dengan menggunkan insang dimana
insang terdiri atas tiga bagian yaitu daun insang, tulang lengkung insang dan tapis
insang.
4. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop agar alat-
alat pernapasan pada ikan yang tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang bisa
dibedakan dengan menggunakan mikroskop.
Page 33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Detri. 2009. Pernapasan Pada Ikan. http://detriavner.blogspot.com/2009/06
/pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.
Jaelani. 2010. Sistem Pernapasan Pada Ikan. http://jen-samaku.blogspot.com
/2011/05/sistem-pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1
Desember 2011.
Wikimedya. 2010. Pernapasan Pada Ikan. http://wikimedya.blogspot.com/2010/01/
pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.
Page 34
LAPORAN PRAKTIKUM ICTIOLOGI
PRAKTIKUM IV
(METODE MENGUKUR TUBUH IKAN)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 35
M. JUDUL
Metode Mengukur Tubuh Ikan
N. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan metode atau cara
menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam identifikasi ikan dan
kuantifikasi morfologi ikan.
2. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal metode
atau cara menghitung berbagai ukuran ikan yang dapat digunakan dalam identifikasi
ikan dan kuantifikasi morfologi ikan.
3. METODE PRAKTIKUM
10. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 27 November
2011. Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
11. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 7
sebagai berikut :
Page 36
Tabel 7. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Metode
Mengukur Tubuh Ikan
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Layur (Trichiurus savala) Sebagai obyek yang diamati
2 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
3 Ikan Mujair (Tilapia Mocambicus) Sebagai obyek yang diamati
4 Ikan Baronang (Siganus javanus) Sebagai obyek yang diamati
5 Ikan bandeng (chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati
12. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai
berikut :
- Menyediakan preparat utuh, dari spesies yang mempunyai jari-jari lemah dan
keras
- Letakkan preparat, kepala sebelah kiri dan perut menghadap ke bawah.
- Buka penutup jari-jari.
Page 37
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
7. Hasil Pengamatan
Hasil Pada Metode Mengukur Tubuh Ikan dapat dilihat pada tabel 8
berikut ini
Tabel 8. Hasil pengamatan pada Metode Mengukur Tubuh Ikan
No. Parameter
Cakalang
(K.
pelamis)
(mm)
Mujair
(Tillapia
Mosambicus)
(mm)
Baronang
(Siganus
javanus)
(mm)
Bandeng
(Chanos-
chanos)
(mm)
Layur
(T. savala)
(mm)
1 Panjang Total 265 150 170 280 630
2 Panjang Biasa 255 135 165 210 560
3 Tinggi Badan 550 55 55 60 90
4 Panjang Badan 180 85 100 150 550
5 Tinggi Ekor 60 50 38 90 10
6 Panjang Ekor 30 25 35 60 80
7 Panjang Kepala 60 40 30 45 80
8 Panjang Sirip
punggung 30 80 110 18 450
9 Panjang Sirip
dubur 14 30 65 18 -
10 Panjang Sirip
dada 11 20 13 12 20
11 Tinggi Sirip
Punggung 20 20 13 15 10
12 Tinggi Sirip
dubur 16 20 10 15 -
13 Tinggi sirip dada 18 30 10 12 15
14
Jumlah Jari-jari
pada punggung
- Keras
- Lemah
- Lemah
Mengeras
5
5
-
16
2
-
11
10
-
7
5
-
26
64
21
15
Jumlah Jari-jari
dubur
- Keras
- Lemah
- Lemah
8
5
-
3
8
-
7
8
-
3
8
-
-
-
-
Page 38
mengeras
16
Rumus
- Jari Punggung
- Jari Dubur
`
D.V.5
A. VIII.5
D. XVI.2
A.III.8
D.XI.10
A.VII.8
D.VII.5
A.III.8
D.XXVI.64
-
8. Pembahasan
Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda beda, tergantung pada umur,
jenis kelamin, dan keadaan lingkungan hidupnya. Faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kehidupan ikan diantaranya adalah makanan , ph , suhu, dan
salinitas, faktor faktor tersebut, baik secara sendiri sendiri maupun secara bersama
sama , mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan ikan. Dengan
demikian, walaupun dua ekor ikan mempunyai umur yang sama namun ukuran
mutlak di antara keduanya dapat saling berbeda. Ukuran ikan adalah jarak antara
suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainnya. Satuan ukuran yang digunakan
sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah
sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung dari keinginan si pengukur . ukuran
ukuran ini sering disebut ukuran mutlak. Untuk memperoleh ukuran yang lebih teliti,
sebaiknya si pengukur menggunakan jangka sorong (Irfan, 2009).
Pada Pengamatan Ikan cakalang (K. pelamis) terlihat Panjang total 265 mm
dan panjang biasa 255 mm. sedangkan tinggi badan 550 mm, panjang 180 mm dan
panjang bagian kepalanya 60 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana
tinggi ekor adalah 60 mm dan panjangnya 30 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh
data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung
adalah adalah 30 mm, sedangkan duburnya 14 mm dan sirip dada 11 mm. tinggi sirip
Page 39
juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 20 mm, dubur 16 mm dan
dada 18 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 5
sirip keras dan 5 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 8 sirip keras dan 5
sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.V.5 dan rumus sirip
dubur adalah A.VII.5.
Menurut Jaelani (2010) bahwa pengukuran panjang total ikan dengan
mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan
jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan dalam satuan centimeter atau
millimeter. Dan untuk panjang standar cukup mengukur jarak antara ujung mulut
sampai dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam satuan centimeter.
Pada Pengamatan Ikan Mujair (T. mosambicus) terlihat Panjang total 150 mm
dan panjang biasa 135 mm. sedangkan tinggi badan 55 mm, panjang 85 mm dan
panjang bagian kepalanya 40 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana
tinggi ekor adalah 50 mm dan panjangnya 25 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh
data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung
adalah adalah 80 mm, sedangkan duburnya 30 mm dan sirip dada 20 mm. tinggi sirip
juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 20 mm, dubur 20 mm dan
dada 30 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 16
sirip keras dan 2 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 3 sirip keras dan 8
sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.XVI.2 dan rumus
sirip dubur adalah A.III.8.
Page 40
Pada Pengamatan Baronang (S. javanus) terlihat Panjang total 170 mm dan
panjang biasa 165 mm. sedangkan tinggi badan 55 mm, panjang 100 mm dan panjang
bagian kepalanya 30 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana tinggi ekor
adalah 38 mm dan panjangnya 35 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh data bahwa
panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung adalah adalah
110 mm, sedangkan duburnya 65 mm dan sirip dada 13 mm. tinggi sirip juga
berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 13 mm, dubur 10 mm dan
dada 10 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 11
sirip keras dan 10 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 7 sirip keras dan 8
sirip lemah. Maka dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.XI.I0 dan rumus
sirip dubur adalah A.VII.8.
Pada Pengamatan Bandeng (C. chanos) terlihat Panjang total 280 mm dan
panjang biasa 210 mm. sedangkan tinggi badan 60 mm, panjang 150 mm dan panjang
bagian kepalanya 45 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana tinggi ekor
adalah 38 mm dan panjangnya 35 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh data bahwa
panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung adalah adalah 18
mm, sedangkan duburnya 18 mm dan sirip dada 12 mm. tinggi sirip juga berbeda-
beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 15 mm, dubur 15 mm dan dada 12 mm.
pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung terdapat 16 sirip keras dan
2 sirip lemah sedang pada sirip dubur diperoleh 3 sirip keras dan 8 sirip lemah. Maka
dihasilkan rumus sirip punggungnya adalah D.VII.5 dan rumus sirip dubur adalah
A.III.8.
Page 41
Pada Pengamatan Layur (T. savala) terlihat Panjang total 630 mm dan
panjang biasa 560 mm. sedangkan tinggi badan 900 mm, panjang 550 mm dan
panjang bagian kepalanya 80 mm. kemudian dilakukan pengukuran ekor dimana
tinggi ekor adalah 10 mm dan panjangnya 80 mm. untuk pengukuran sirip, diperoleh
data bahwa panjang setiap sirip berbeda-beda. Misalnya panjang sirip punggung
adalah adalah 450 mm, sedangkan duburnya tidak ada dan sirip dada 20 mm. tinggi
sirip juga berbeda-beda yakni pada tinggi sirip punggung adalah 10 mm, dubur tidak
ada dan dada 15 mm. pada jumlah jari-jari sirip diperoleh untuk sirip punggung
terdapat 26 sirip keras dan 64 sirip lemah serta memiliki jari sirip yang lemah
mengeras sebanyak 21. sedang pada sirip dubur tidak dimilikinya. Maka dihasilkan
rumus sirip punggungnya adalah D.XXVI.64 dan rumus sirip dubur tidak ada.
Page 42
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut Masing-masing Ikan memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda serta
ukuran sirip yang berbeda pula tergantung jenis dan umur ikan.
6. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan alat morfometrik
lain agar nantinya praktikum dapat dilakukan dengan baik.
Page 43
DAFTAR PUSTAKA
Irwan, Alwi. 2009. Ciri Morfometrik Ikan. http://untuklautku.blogspot.com/2009/09/
ciri-morfometrik-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2011.
Jaelani. 2010. Metode Mengukur Tubuh Ikan. http://hobiikan.blogspot.com/2010/09
/cara-menghitung-umur-panjang-dan-bobot.html. Diakses pada tanggal 2
desember 2011.
Page 44
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM V
(SISTEM URAT DAGING)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 45
O. JUDUL
Sistem Urat Daging
P. TUJUAN DAN MANFAAT
6. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak dan jenis-jenis urat
daginga yang terdapat dalam tubuh ikan.
7. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami letak dan jenis-jenis urat daginga yang terdapat dalam tubuh ikan.
8. METODE PRAKTIKUM
13. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 03 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
14. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 9
sebagai berikut :
Page 46
Tabel 9. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem Urat
Daging dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
3 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
15. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim Urat Daging ini adalah
sebagai berikut :
a. Cara Perendaman dengan air panas
- Menusukkan jarum pada bagian medulla oblingata agar rusak, bila ikan
masih hidup.
- Membuang semua sisik terutama pada bagian yang akan dikupas kulitnya.
- Merendam dengan air ikan yang telah dikuliti dengan air panas (mendidih)
kira-kira 1-2 menit sampai ikan tersebut kencang dan kulitnya mudah
terkelupas.
- Mengupas kulit ikan dengan menggunakan pinset dan jarum penusuk
- Membuka beberapa keping tulang pada bagian kepala untuk mengamati
urat dagingnya.
Page 47
b. Cara tanpa perendaman
- Menusukkan jarum pada bagian medulla oblingata agar rusak, bila ikan
masih hidup.
- Membuang semua sisik terutama pada bagian yang akan dikuliti dan iris
kulit ikan tersebut sampai dasarnya.
- Mengupas ujung kulit yang telah diiris dan menjepitnya dengan pinset
sambil sedikit demi sedikit dibuka, kemudian menarik kulit sambil
mendorong/menekan bagian dasar dengan ujung tumpul pisau.
9. HASIL DAN PEMBAHASAN
9. Hasil Pengamatan
f. Dengan Perendaman Air Panas:
Keterangan :
1. Mosculi Dorsalis
2. Moscali Ventralis
3. Cavum Ubdominis
4. Infracarinalis
5. Septum Horizontale
6. Mosculus lateralis
7. Corpus Vertebrate
8. Myocommata (Myotom)
9. Myomor
10. Supracarinalis
Gambar 13. Urat Daging ikan Cakalang (K. pelamis) Rendaman.
Page 48
g. Tanpa Perendaman Air Panas
Keterangan :
1. Mosculi Dorsalis
2. Moscali Ventralis
3. Cavum Ubdominis
4. Infracarinalis
5. Septum Horizontale
6. Mosculus lateralis
7. Corpus Vertebrate
8. Myocommata (Myotom)
9. Myomer
10. Supracarinalis
Gambar 14. Urat Daging ikan Cakalang (K. pelamis) Tanpa Rendaman
10. Pembahasan
Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak
dibawah rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging
atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot
jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel
pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot
jantung dan otot polos (Efendi, 2011).
Pada pengamatan yang kami lakukan untuk ikan rendaman air panas terlihat
bentuk garis yang membatasi blok daging berbentuk teleost, dengan garis dipermukan
Page 49
yang membentuk zig-zag dari urat daging bagian ventral hingga dorsal. Pola
kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat oleh
myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan.
Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap
myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut
hypaksial. Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal
skeletogeneus septum. Menurut Burhanudin (2010), Di bagian permukaan selaput ini
terdapat urat daging yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis
yang banyak mengandung lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena
warnanya yang merah kehitaman. Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior,
tetapi beberapa serabut hypoksial dari setiap myomer tersusun serong ventromedial.
Kontraksi dari kelompok myomer di satu pihak akan disambut oleh kontraksi
kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh ikan menjadi meliuk-liuk
dalam gerakan berenang.
Menurut Sarie (2011), mengungkapkan bahwa Ikan mempunyai tiga mcam
urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging. Gerakan
ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging) dapat disebut sebagai gerak aktif. Tiap-tiap
blok urat daging ini dinamakan myotomo. Pada beberapa jenis ikan terdapat beberapa
bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai garis lurus, melengkung ke
atas dan melengkung ke bawah.
.
Page 50
10. KESIMPULAN DAN SARAN
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa urat daging tersusun atas beberapa blog yang disebut Myotome, dan kumpulan
seluruh blok tersebut disebut Myosepta. Dimana pada urat daging Ikan Cakalang (K.
pelamis) bebrentuk zig-zag dengan jenis teleost (pertc).
8. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
sebaiknya jenis ikan yang diamati beraneka ragam agar nantinya praktikan dapat
membedakan setiap jenis urat daging ikan.
Page 51
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emulsi. Unhas Makassar.
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Pujia, Sarie. 2011. Sistem Otot dan integument. http://www.scribd.com/doc. Diakses
pada tanggal 8 Desember 2011.
Page 52
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM VI
(SISTEM RANGKA)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 53
Q. JUDUL
Sistem Rangka
R. TUJUAN DAN MANFAAT
11. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak, jenis-jenis, bagian-
bagian dan susunan tulang pada ikan.
12. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui letak,
jenis-jenis, bagian-bagian dan susunan tulang pada ikan.
13. METODE PRAKTIKUM
16. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
17. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 10
sebagai berikut :
Page 54
Tabel 10. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Rangka dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
18. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim rangka ini adalah sebagai
berikut :
- Merebus ikan dalam air mendidih sampai beberapa saat tetapi daging tidak
sampai terlepas.
- Membuang daging dengan pinset dan membersihkan sisanya yang masih
menempel ditulang dengan sikat keras, kemudian setelah bersih mengeringkan
dan menyusun benar.
14. HASIL DAN PEMBAHASAN
11. Hasil Pengamatan
h. Hasil pengamatan pada sistim rangka pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah
sebagai berikut :
Page 55
Gambar 15. Rangka pada ikan Cakalang (K. pelamis)
Keterangan :
9. Noscil
10. Maxilla
11. Frontal
12. Picoplece
13. Interopecle
14. Opercle
15. Pectoral Fin
16. First Caudal Vertebrate
12. Pembahasan
Sistem rangka (tulang) adalah tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ
dalam, dan penegak tubuh. Adapun fungsi sistem rangka pada ikan yaitu menegakkan
tubuh, menunjang/ menyokong organ - organ tubuh, melindungi organ tubuh, dan
membantu pembentukan butir darah merah. Sistem Rangka pada Ikan terdiri dari:
tulang rawan, jaringan pengikat, sisik (squama), komponen - komponen gigi, jari -
jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka berfungsi untuk menegakkan
9. Anal Lin
10. Penultinat Vertebrate
11. Neural Spine
12. Branched caudal fin
13. Sult-rayed dorsal
14. Clintal Pant
15. Proximal Pant
Page 56
tubuh, menunjang atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ- organ
tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah merah.Pada beberapa ikan
modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma kedalam saluran
reproduksi ikan betina.
Pada Pengamatan yang dilakukan, terlihat beberapa bagian tulang baik yang
terdapat dibagian tengkorak ikan, tulang punggung dan tulang rusuk (Rangka Axial)
maupun tulang-tulang yang menyusun insang (Rangka Visceral) dan Rangka
Appendicular yang menyokong tulang sirip pectoral dan yang menyokong sirip perut.
Terdapat pula beberapa tulang-tulang rawan sirip dan tulang-tulang rawan ekor yang
dapat bergerak untuk menggerakkan bagian sirip dan ekornya agar dapat bergerak.
Hal ini didukung oleh pernyataan Burhanuddin (2010) bahwa rangka Axial
adalah rangka yang didalamnya tergolong rangka tengkorak, tulang punggung dan
tulang rusuk. Sedangkan rangka Visceral adalah rangka yang terdiri atas tulang
penyokong insang yang letaknya mengelilingi Pharinx. Strukturnya terdiri atas tujuh
tulang lengkung insang.
Menurut Efendi (2011) bahwa secara tidak langsung rangka menentukan bentuk
tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri
dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali
cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional.
15. KESIMPULAN DAN SARAN
Page 57
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
Sistem rangka (tulang) adalah tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dalam,
dan penegak tubuh. Adapun fungsi sistem rangka pada ikan yaitu menegakkan tubuh,
menunjang/ menyokong organ - organ tubuh, melindungi organ tubuh, dan membantu
pembentukan butir darah merah.
10. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
sebaiknya pada pengamatan sistem rangka praktikan dilengkapi dengan rangka ikan
dengan berbagai jenis, agar nantinya ada pembanding.
Page 58
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emulsi. Unhas Makassar.
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Page 59
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM VII
(SISTEM PENCERNAAN)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 60
S. JUDUL
Sistem Pencernaan
T. TUJUAN DAN MANFAAT
16. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat
pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat ada atau tidaknya
modifikasi yang terjadi pada alat pencernaan tersebut.
17. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui letak
bagian-bagian alat pencernaan makanan pada beberapa golongan ikan serta melihat
ada atau tidaknya modifikasi yang terjadi pada alat pencernaan tersebut.
18. METODE PRAKTIKUM
19. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Page 61
20. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 11
sebagai berikut :
Tabel 11. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Pernapasan dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
3 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Bandeng (Chanos chanos) Sebagai obyek yang diamati
21. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pencernaan ini adalah sebagai
berikut :
- Menusukkan gunting bedah dengan bagian yang tumpul kebagian anus,
kemudian mengirisnya dari rongga perut kebagian atas.
- Setelah gunting mencapi ujung rongga perut bagian atas terdepan (belakang
kepala) gunting diarahkan kebagian bawah sampai kedasar perut kemudian
membuka daging yang telah tergunting dan amati alat pencernaannya.
Page 62
19. HASIL DAN PEMBAHASAN
13. Hasil Pengamatan
i. Hasil pengamatan pada sistim pernapasan pada ikan Bandeng (C. chanos)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Mulut
2. Pharing
3. Insang
4. Usus
5. Anus
Gambar 16. Organ Pencernaan pada ikan Bandeng (C. chanos)
14. Pembahasan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melaului cara fisik dan
kimia, sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus,
kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui sistem peredaran darah. Menurut
Jefri (2010), bahwa Organ-organ Saluran pencernaan terdiri dari (dari arah
depan/anterior ke arah belakang/posterior) berturut-turut hati, empedu, pancreas,
lambung, esophagus mulut/rongga mulut usus (pilorus dan pilorik saeka) Organ-
organ tambahan kelenjar hati, kelenjar empedu, dan kelenjar pancreas. Organ-organ
pelengkap : sungut, gigi, tapis insang.
Page 63
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di
dalam rongga mulutterdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham
bawah dan lidah pada dasar mulutyang tidak dapat digerakan serta banyak
menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut
makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerahsekitar insang.
Pada pengamatan yang dilakukan, nampak adanya saluran penghubung antara
mulut dan usus yang disebut sebagai faring. Faring inilah yang akan meneruskan
makanan yang masuk kedalam mulut ke usus untuk diserap dan diedarkan keseluruh
tubuh. Sisa makanan nantinya akan dibuang ke anus yang terdapat dibagian posterior.
Hal ini didukung dengan pernyataan Effendi (2011), bahwa mulut merupakan bagian
depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk mengambil makanan yang biasanya
ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan. Sedangkan Pharinx adalah Organ yang biasa
disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut. Insang terletak tepat
di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Sisa makanan yang telah dicerna
kemudian dibuang melalui anus dalam bentuk feses.
Page 64
20. KESIMPULAN DAN SARAN
11. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa sistem pencernaan ikan dimulai dari mulut, faring, usus dan anus. Mulut
berfungsi sebagai tempat masuknya makanan dan tempat pencernaan mekanik,
kemudian faring sebagai saluran perantara mulut dan usus. Usus sendiri berfungsi
sebagai alat pencernaan kimiawi sdan menyerap sari makanan untuk dikeluarkan
melalui anus.
12. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan buku identifikasi
sistem organ khususnya sistem organ pada pencernaan ikan.
Page 65
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Jeffri. 2010. Anatomi dan Biologi Ikan. http://jeffri022.student.umm.ac.id. Diakses
pada tanggal 9 Desember 2011.
Page 66
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM VIII
(SISTEM PEREDARAN DARAH)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 67
U. JUDUL
Sistem Peredaran Darah
V. TUJUAN DAN MANFAAT
21. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat
yang digunakan dalam proses peredaran darah pada ikan, termasuk didalamnya
insang, jantung dan bagian-bagiannya.
22. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses peredaran darah
pada ikan, termasuk didalamnya insang, jantung dan bagian-bagiannya.
23. METODE PRAKTIKUM
22. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Page 68
23. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 12
sebagai berikut :
Tabel 12. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Peredaran darah dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
3 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
24. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistem peredaran darah ini adalah
sebagai berikut :
- Melakukan pembedahan seperti pada waktu melihat alat pencernaan tetapi
pembedahan dasar perut diteruskan sampai ke dekat insang untuk
mempermudah pengambilan jantung.
- Menggunting bagian depan bulbus arterious cabang ductus cuvieri serta vena
hepatica, mengeluarkan jantung kemudian memasukkan kedalam larutan
fisiologis agar kontraksi jantung dapat tahan lama.
Page 69
24. HASIL DAN PEMBAHASAN
15. Hasil Pengamatan
j. Hasil pengamatan pada sistim peredaran darah pada ikan Cakalang (K.
pelamis) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
1. Apex
2. Bulbus
3. Ventrikel
Gambar 17. Jantung pada ikan Cakalang (K. pelamis)
Gambar 18. Jantung Pada Ikan
16. Pembahasan
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut
enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2
dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya keluar tubuh (Jeffri, 2010).
Page 70
Sistem peredaran darah dibedakan atas sistem peredaran darah tertutup dan sistem
peredaran darah terbuka. Serta sistem peredaran tunggal dan sistem peredaran darah
ganda.
Peredaran darah terbuka adalah peredaran atau distribusi darah ke seluruh
tubuh (jaringan) yang tidak selalu melewati pembuluh darah. Kadang darah secara
langsung menuju jaringan tubuh tanpa melalui pembuluh. Dalam sistem peredaran
darah terbuka tidak dapat dibedakan antara darah dan cairan intersisial Sistem
peredaran darah terbuka terdiri dari jantung sebagai pusat peredaran darah, sejumlah
rongga yang disebut sinus, dan beberapa arteri. Sedangkan peredaran darah tunggal
adalah system peredaran darah yang hanya satu kali melewati jantung dalam sekali
sirkulasi sedangkan system peredaran darah ganda melewati dua kali jantung sebelum
beredar keseluruh tubuh.
Sistem peredaran darah pada ikan termasuk sistem peredaran darah tunggal,
karena siklusnya dimulai dari Jantung kemudian ke Insang dan keseluruh tubuh. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh Nuri (2008), bahwa sistem peredaran darah ikan
adalah sistem peredaran darh tunggal yang dimulai dari jantung-insang-keseluruh
tubuh. Pembuluh darah yang mengantar O2 keseluruh tubuh adalah pembuluh Arteri
sedangkan yang mengantar CO2 dari seluruh tubuh adalah pembuluh Vena.
Organ yang terpenting dalam proses sirkulasi darah ini adalah Jantung. Pada
pengamatan yang kami lakukan terhadap jantung yang dimiliki ikan terlihat Apex,
Bulbus dan Ventrikel. Apex terdapat dibagian ujung jantung, sementara Ventrikel
Page 71
adalah ruang-ruang yang terdapat didalam jantung. Menurut Burhanuddin (2010),
Jantung suatu organ yang berongga dan terletak dalam ruang mediastinal atau bagian
posterior lengkung insang. Pada jantung terdapat bilik-bilik/ruang-ruang yang saling
berhubungan. Sinus venous adalah ruang tambahan yang hamper tidak mengandung
jaringan otot, Atrium adalah ruang tunggal yang dindingnya relative tipis dan terletak
anterior sinus venosus. Sedangkan ventrikel adalah rungga yang dindingnya berotot
tebal yang berfungsi memompakan darah melalui aorta ventral ke Insang. Di Conus
Arterious tepatnya di Elasmobranchii tidak memiliki bulbus arterious.
Menurut Efendi (2011), bahwa Ada tiga bentuk saluran darah yaitu arteri,
vena dan kapiler. Arteri Adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi
jantung atau saluran yang dilalui darah yang keluar dari insang dan menuju ke
bagian-bagian tubuh. Biasanya membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh
bagian tubuh. Saluran darah ini terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima),
memiliki lapisan endothelium dan sub endothelium.Vena Adalah pembuluh darah
balik yang aliran darahnya menuju ke jantung. Struktur vena sama halnya dengan
arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis dan rongga yang lebih besar
dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama. Bagian dalam dari vena yang
mengalami tekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya akan jaringan elastis dan sel
otot licin. Dinding vena umumnya berkontraksi secara aktif, tidak hanya
mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga untuk memompakan
darah dari dinding ke jantung. Kapiler adalah bagian percabangan saluran darah yang
Page 72
merupakan tempat terjadinya pertukaran zat (gas nutrien) antara darah dengan
jaringan/sel. Ada tiga macam kapiler darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori
dan kapiler diskontinyu (sinusoid).
25. KESIMPULAN DAN SARAN
13. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang untuk
melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi
ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu, sebagian
darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung. Bagian-bagian jantung terdiri
atas Atrium, Ventrikel dan bulbulus.
14. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi alat pembesar seperti Lup
agar bagian-bagian jantung dapat diamati dengan jelas.
Page 73
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emulsi. Unhas Makassar.
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Jeffri. 2010. Anatomi dan Biologi Ikan. http://jeffri022.student.umm.ac.id. Diakses
pada tanggal 9 Desember 2011
Nuri, H. 2009. Buku Kantong Biologi. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.
Page 74
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM IX
(SISTEM SARAF)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 75
W. JUDUL
Sistem Saraf
X. TUJUAN DAN MANFAAT
26. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bagian-bagian dari pusat
saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainnya.
27. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagian-
bagian dari pusat saraf (otak) dan bagian-bagian saraf lainnya.
28. METODE PRAKTIKUM
25. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
26. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 13
sebagai berikut :
Page 76
Tabel 13. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem Saraf
dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
3 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
27. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim saraf ini adalah sebagai
berikut :
- Untuk mengamati otak bagian atas, Menegakkan kepala ikan (mulut berada
dibagian atas) kemudian mengiris bagian atas kepala dekat tulang nasal
kearah bawah sampai tepat mencapai bagian mata kemudian menguakkan
bagian yang telah teriris tadi hingga terlihat otak bagian atas.
- Untuk mengamati otak bagian samping, menggunting dari arah mulut kearah
belakang hingga terbelah dua dan menguakkan hingga terlihat otak bagian
samping.
- Untuk mengamati otak bagian bawah, mengeluarkan otak dari rongga otak
dengan menggunting beberapa urat saraf, yaitu optik nerve, olfactori nerve
dan sebagainya.
Page 77
29. HASIL DAN PEMBAHASAN
17. Hasil Pengamatan
k. Hasil pengamatan pada sistim saraf pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
1. Olfactory nerve
2. Optic nerve
3. Oculamota nerve
4. Abducens nerve
5. Trigeminal
6. Abducens nerve
Gambar 19. Otak bagian samping pada ikan Cakalang (K. pelamis)
l. Hasil pengamatan pada sistim saraf pada ikan Cakalang (K. pelamis) adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
1. Lateral fiber tracts
2. Dorsal root
3. Dorsal fiber
4. Dorsal horn
5. Ventral roof
6. Ventral horn
7. Central canal
Gambar 20. Otak bagian atas pada ikan Cakalang (K. pelamis)
Page 78
18. Pembahasan
.Sistem saraf pada hewan mengkoordinasikan aktivitas otot,memonitor organ,
membentuk dan juga menghentikan masukan dariindra,dan mengaktifkan aksi.
Komponenutama dalam sistem saraf adalah neuron dan saraf, yang memainkan
peranan penting dalam koordinasi. Pada makhluk yang tidak memiliki otak, sistem
saraf tidak menghasilkan atau menjalankan pikiran, gerakan dan emosi (lumpuh).
System syaraf bersama-sama dengan system hormonal mengatur peranan
penting dalam proses koordinasi dan pengaturan semua aktivitas yang berlangsung
dalam tubuh. Perbedaannya adalah bahwa koordinasi dan pengaturan melalui saraf
berjalan relative cepat jika dibandingkan melalui system hormonal. Pusat koordinasi
syaraf terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang menyampaikan perintah
melalui impuls syaraf yang dibawa oleh syaraf motoris ke organ-organ efektor, dan
sebaliknya, otak akan menerima informasi melalui sinyal-sinyal yang dibawa oleh
syaraf sensoris dari reseptor. Dalam menjalarkan impuls baik yang berasl dari syaraf
pusat ke efektor, maupun dari reseptor ke otak dibantu oleh adanya neurotransmitter
yang bekerja pada sinaps sebagai titik temu antara dua neuron. Neuron atau sel syaraf
hanyalah merupakan satuan/unit structural, sedangkan unit fungsionalnya merupakan
apa yang disebut lengkung refleks yang terdiri atas syaraf pusat sebagai pusat
koordinasi, syaraf sensoris, syaraf motoris, efektor dan reseptor (Rahmaningsih,
2011).
Page 79
Pada sistem syaraf , terdapat sistem syaraf pusat yang disebut Otak. Dalam
pengiriman influs, otak berfungsi sebagai organ koordinasi seluruh gerakan tubuh.
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblingata),
dan jembatan varol.
Pada pengamatan yang dilakukan pada otak yang dimiliki Ikan Cakalang (K.
pelamis) terlihat bagian samping otak terdiri atas bagian-bagian yang seluruhnya
memiliki fungsi untuk koordinasi sistem organ. Pada bagian belakang otak yang
menyerupai selang disebut sebagai saraf penciuman, sedangkan dibagian bawahnya
disebut saraf optik yang bersampingan dengan bagian Oculamota. Dibagian bawah
otak pula terdapat saraf Abducens, yang bentuknya mirip dengan saraf penciuman,
hanya saja lebih kecil. Kemudian dibagian atasnya terdapat saraf trigeminal dan
Abducens saraf. Kemudian pada pengamatan otak dengan melihat bagian atas terlihat
Lateral saluran, serat akar dorsal, serat tanduk dorsal, ventral atap, tanduk ventral,
kanal Tengah.
Menurut Efendi (2011), bahwa Otak terdapat pada susunan syaraf pusat. Otak
ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon,
mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Telencephalon Otak bagian
depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal
yang berhubungan dengan pembauan. Diencephalon Terletak pada bagian belakang
telencephalon. Bagian ventral dari dienchephalon adalah hypothalamus, bagian
Page 80
dorsalnya epithalamus dan bagian lateralnya dinamakan thalamus. Epithalamus
adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak. Mesencephalon Otak bagian
tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus opticus yang
bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari retina.
Myelencephalon Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata
sebagai komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan
rangsangan keluar melalui syaraf cranial.
30. KESIMPULAN DAN SARAN
15. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa Sistem syaraf ikan dibagi menjadi system syaraf pusat dan system syaraf
perifer. Sistem syaraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem syaraf periferi
terdiri dari syaraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem syaraf
otonom merupakan bagian dari sistem periferi, mempengaruhi otot polos dan
kelenjar.
16. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
sebaiknya alat praktikum dilengkapi dengan contoh otak ikan yang telah diawetkan
agar memudahkan praktikan dalam mengidentifikasi bagian-bagiannya.
Page 81
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Rahmaningsih, Sri. 2011. Sistem Syaraf Pada Ikan. http://srirahmaningsih.
blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Desember 2011.
Page 82
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGY
PRAKTIKUM X
(SISTEM UROGENITALIA)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 83
Y. JUDUL
Sistem Urogenitalia
Z. TUJUAN DAN MANFAAT
31. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat
yang digunakan dalam proses ekskresi (pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan)
ikan.
32. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami letak bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses ekskresi
(pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan) ikan.
33. METODE PRAKTIKUM
28. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 3 Desember 2011.
Pukul 08.00-10.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
Page 84
29. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 14
sebagai berikut :
Tabel 14. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Sistem
Urogenitalia dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
3 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
Bahan :
1 Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis)
Sebagai obyek yang diamati
30. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai
berikut :
- Melakukan pembedahan seperti waktu pengamatan alat pencernaan makanan
kemudian mengeluarkan saluran pencernaan tersebut agar mudah untuk
pengerjaan selanjutnya.
- Mengeluarkan testes atau ovarium yang akan diamati dengan menggunakan
gunting untuk memotong dan pinset untuk menarik keluar.
- Menggunakan Mikroskop untuk mengamati sperma dan telur
Page 85
34. HASIL DAN PEMBAHASAN
19. Hasil Pengamatan
m. Hasil pengamatan pada sistim urogenitalia pada ikan Cakalang (K. pelamis)
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
4. Testis
5. Bladder
6. Urinary papilla
7. Vasdeferen
8. Genital pore
Gambar 21. Organ Reproduksi Jantan pada ikan Cakalang (K. pelamis)
20. Pembahasan
Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema
uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem
ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau
membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air
dengan perantaraan ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik
cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses
fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal. Pengaturan tersebut disebut dengan
Osmoregulasi. Vertebrata memiliki ginjal seperti manusia, tetapi terdapat beberapa
perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat dihubungkan
Page 86
dengan lingkungan hidup hewan tersebut. Pada vertebrata terdapat beberapa tipe
ginjal, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah
ginjal yang berkembang pada Ease embrio atau larva yang selanjutnya akan berubah
menjadi mesonefros dan akhirnya menjadi metanefros. Opistonefros adalah tipe
ginjal yang terdapat pada amfibi dan ikan (Effendi, 2011).
Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan
berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, saluran
ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran
urogenital. Saluran urogenital terletak di belakang anus, sedangkan pada beberapa
jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu
menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernapas dengan insang,
urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis; dan karbon dioksida
dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernapas dengan paru-paru, karbon
dioksida dikeluarkan melalui paru-paru; dan urin dikeluarkan melalui kloaka.
Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang
hidup di air tawar mengeksresikan amonia dan aktif menyerap oksigen melalui
insang, serta mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang
hidup di laut akan mengekskresikan amonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, terlihat bagian-bagian
organ reproduksi jantan yang terdiri dari testis yang berhubungan dengan papilla urin,
vas deferens dan Genital pore. Kesemuanya adalah serangkaian dari sistem
urogenitalia yang digunakan ikan untuk melakukan ekskresi dan juga bereproduksi.
Page 87
Menurut Burhanuddin (2010) bahwa Ginjal berjumlah sepasang, berbentuk
ramping dan memanjang dengan warna merah tua, terletak di bagian atas rongga
perut di bawah tulang punggung. Hasil buangan berupa urine yang dihasilkan oleh
ginjal dialirkan melalui sepasang ureter (ductus mesonephridicus) yang berjalan
dipinggiran rongga badan sebelah dorsal menuju ke belakang.
Page 88
35. KESIMPULAN DAN SARAN
17. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema
uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem
ekskresi. Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau
membahayakan bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air
dengan perantaraan ginjal dan salurannya.
18. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan mikroskop agar alat-
alat pernapasan pada ikan yang tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang bisa
dibedakan dengan menggunakan mikroskop.
Page 89
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Andi. 2010. Ikhtiologi Ikan dan Aspek Kehidupannya. Yayasan Citra
Emulsi. Unhas Makassar.
Efendi, Yempita, 2011. Sistem Organ Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta. Sumatera Barat.
Page 90
LAPORAN PRAKTIKUM ICHTIOLOGI
PRAKTIKUM XI
(IDENTIFIKASI DAN SISTEMATIKA IKAN)
OLEH :
NAMA : ARDANA KURNIAJI
STAMBUK : I1 A2 10 097
PROG. STUDI : BUDIDAYA PERAIRAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMB. : IIS NURMALASARI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
Page 91
AA. JUDUL
Identifikasi dan Sistematika Ikan
BB. TUJUAN DAN MANFAAT
36. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
mengidentifikasi dan mengklasifikasi suatu jenis ikan.
37. Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis
ikan dan klasifikasinya.
38. METODE PRAKTIKUM
31. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 7 Desember 2011.
Pukul 12.00-13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium C Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
32. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 15
sebagai berikut :
Page 92
Tabel 15. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mengenai Identifikasi
dan Sistematika Ikan dan Kegunaannya
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
Alat :
1 Baki Sebagai alat untuk meletakkan
objek pengamatan
2 Mistar cm Sebagai alat untuk mengukur
obyek yang diamati
3 Lap Halus dan Lap Kasar Sebagai alat pembersih
4 Buku gambar Menggambar obyek yang
diamati
5 Kunci Identifikasi Sebagai data untuk identifikasi
jenis ikan yang diamati
Bahan :
1 Ikan Putih (Charanx ignobilis) Sebagai obyek yang diamati
33. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum mengenai sistim pernapasan ini adalah sebagai
berikut :
- Menyediakan preparat yang memiliki kunci identifikasinya. Dan mengamati
morfologinya.
Page 93
39. HASIL DAN PEMBAHASAN
21. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada ikan Putih (Caranx ignobilis) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
11. Kepala
12. Badan
13. Ekor
14. Tulang Ekor
15. Sirip Punggung
16. Sirip dubur
17. Sirip dada
18. Mata
19. Mulut
20. Jarak Sirip dada dan dubur
Gambar 22. Awetan Ikan Putih (C. ignobilis)
22. Pembahasan
Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau
pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang
berarti susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Informasi yang
digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan
taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam
ikhtiologi dan juga bidang bidang lain seperti ekologi, fisiologi dan Genetika.
Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi enam kategori yaitu
Page 94
1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola pewarnaan,
5) kariotipe, dan 6) elektroforesis (Effendi, 2011).
Menurut Anonim (2008) bahwa klasifikasi Ikan putih adalah sebagi berikut:
Kingdom : Animalia
Filun : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Caranx
Spesies : Caranx ignobilis
.
40. KESIMPULAN DAN SARAN
19. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
bahwa klasifikasi ikan putih yakni : Kingdom : Animalia, Filun : Chordata,
Subfilum : Vertebrata, Kelas : Actinopterygii, Ordo : Perciformes, Family:
Carangidae, Genus : Caranx, Spesies : Caranx ignobilis
Page 95
20. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan dalam pembuatan laporan ini adalah
peralatan yang terdapat di laboratorium harus dilengkapi dengan buku identifikasi
dan sistematika ikan
Page 96
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Ichytiologi. Laboratorium Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Detri. 2009. Pernapasan Pada Ikan. http://detriavner.blogspot.com/2009/06
/pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.
Jaelani. 2010. Sistem Pernapasan Pada Ikan. http://jen-samaku.blogspot.com
/2011/05/sistem-pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1
Desember 2011.
Wikimedya. 2010. Pernapasan Pada Ikan. http://wikimedya.blogspot.com/2010/01/
pernapasan-pada-ikan.html. Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.