Top Banner
BAB I PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK HIDROLISIS SUKROSA DAN PATI I. TUJUAN 1. Mengamati hidrolisis disakarida menjadi dua satuan monosakarida 2. Mengamati hidrolisis polisakarida oleh asam menjadi satuan monosakarida 3. Mengamati perbedaan hidrolisis sukrosa dan pati II. DASAR TEORI Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat di alam. Banyak karbohid rat memiliki rumus empiris CH 2 O misalnya glukosa i alah C 6 H 12 O 6 (enam kali CH 2 O). Berbagai senyawa yang termasuk kelompok karbohidrat mempunyai molekul yang berbeda ukurannya. Berbagai senyawa i tu dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1. Monosakarida Monosakarida disebut gula sederhana,satuan karbohidrat yang tersederhana dan tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan yang lebih kecil. Monosakarida bersifat mudah larut dalam air,larutannnya biasanya manis. Beberapa monosakarida yang lazim yaitu: a. Glukosa 1
26

LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Nov 29, 2015

Download

Documents

noorkholifah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

BAB I

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

HIDROLISIS SUKROSA DAN PATI

I. TUJUAN

1. Mengamati hidrolisis disakarida menjadi dua satuan monosakarida

2. Mengamati hidrolisis polisakarida oleh asam menjadi satuan

monosakarida

3. Mengamati perbedaan hidrolisis sukrosa dan pati

II. DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang te

rdapat di alam. Banyak karbohidrat memiliki rumus empiris CH2O misalny

a glukosa ialah C6H12O6(enam kali CH2O). Berbagai senyawa yang termas

uk kelompok karbohidrat mempunyai

molekul yang berbeda ukurannya. Berbagai senyawa itu dibagi menjadi tig

a golongan yaitu :

1. Monosakarida

Monosakarida disebut gula sederhana,satuan karbohidrat yang

tersederhana dan tidak dapat dihidrolisis menjadi satuan yang lebih kecil.

Monosakarida bersifat mudah larut dalam air,larutannnya biasanya manis.

Beberapa monosakarida yang lazim yaitu:

a. Glukosa

glukosa merupakan monosakarida terpenting,kadang disebut gula darah

karena dijumpai dalam darah ),gula anggur (karena dijumpi dalam buah

anggur).Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan disebut dekstrosa (memutar

cahaya terpolarisasi kekanan),biasanya terdapat di buah madu.

b. Fruktosa 

fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya 

terpolarisai ke kiri, dan karenanya disebut levulosa.

c. Galaktosa

1

Page 2: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Galaktosa merupakan monosakarida yang jarang terdapat bebas di alam.

Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa. Galaktosa

mempunyai sifat kurang manis dan kurang latut dalam air , juga memutar

bidang polarisasi ke kanan. Banyak atom karbon dalam suatu

monosakarida dinyatakan dengan tri,tetra.dan lain lain. Misalnya, triosa

adalah monosakarida tiga karbon dan heksosa merupakan monosakarida

enam karbon.akhiran osa digunakan dalam tata nama karbohidrat

sistematik untukmenytakan suatu gula pereduksi, gula yang mengandung

suatu gugus aldehid / α-hidroksiketon. Oksidasi monosakarida merupakan

Suatu gugus aldehida sangat mudah dioksidasi menjadi suatu gugus

karboksil. Uji kimiawi untuk aldehida tergantung mudahnya oksidasi, gula

yang didapat dioksidasi oleh pengoksidasi lembut seperti reagon tollens

suatu larutan basa dari Ag(NH3)2+ disebut gula pereduksi,karena zat

pengeduksi organik direduksi dalam reaksi itu.

Bentuk hemiasetal siklik dari semua aldosa mudah dioksidasi karena

berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida rantai terbuka.

Reduksi Monosakarida

Baik aldosa maupun ketosa dapat direduksi oleh zat pereduksi

karbonil seperti hidrogen dan katalis/ suatu hidrida logam menjadi

polialkohol yang disebut aldito.

1. Produk reduksi D-glukosa disebut D-glusitol / sorbitol.

Dglusitol alamiah telah di isolasi dari banyak buah dan dari lumut serta 

rumput laut. D-glusitol sintetik digunakan sebagai pemanis sintetik.

2. Oligo Sakaridsa

Adalah gula yang apabila terhidrolisis menghasilkan beberapa molekul 

monosakarida. Termasuk senyawa ini adalah :

a) Disakarida : tersusun dari 2 molekul monosakarida

b) Trisakarida : tersusun dari 3 molekul monosakarida

c) Tetrasakarida : tersusun dari 4 molekul monosakarida

2

Page 3: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Sifat dari oligosakarida adalah mudah larut dalam air dan larutannya be

rasa manis. Monosakarida dan disakarida berasa manis maka disebut

gula. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida.

1. Sukrosa

Disakarida sukrosa adalah gula pasir biasa baik dari tebu maupun

bit. Komposisi kimia dari gula adalah sama. Satu fruktosa dan satu

satuan glukosa. Ikatan glukosida menghubungkan karbon ketal dan

asetal dan bersifat β dari fruktosa dan α dari glukosa. Dalam

sukrosa baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus

hemiasetal. Karena itu sukrosa dalam air tidak berada dalam

kesetimbangan dengan suatu bentuk aldehida dan keton. Sukrosa

tidak menunjukkan mutarotasi dan bersifat gula pereduksi.

2. Maltosa

Maltosa adalah disakrida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. 

Ikatan yang terjadi antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon n

omor 4. Oleh karenanya, maltosa masih mempunyai gugus OH glik

osidik. Dan dengan demikian, maltosa mempunyai sifat mereduksi.

Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum

dengan asam atau enzim. Maltosa digunakan dalam makanan bayi

atau susu bubuk berenergi. Maltosa mengalami mutarotasi dan

bersifat gula pereduksi.

3. Laktosa

Laktosa memiliki sifat merotasi dan mereduksi.

Pada uji Fehling tujuan dari penambahan Fehling adalah untuk

mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan glukosa maupun fruktosa

(gugus aldehid) pada amilum maupun sukrosa yang akan diuji.

(McMurry,John,1999). Gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa akan

memberikan reaksi positif dengan pereaksi Fehling, dengan membentuk

endapan merah bata (Morgong Siregar, 1988).

3

Page 4: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Polisakarida

Polisakarida adalah karbohidrat dimana molekulnya apabila dihidrolisis

menghasilkan banyak sekali monosakarida. Sifat polisakarida adalah sukar 

larut dalam air. Larutannya dalam air berupa koloid dan rasanya tidak manis

(bukan gula). Polisakarida mempunyai molekul besar. Molekul polisakarida 

terdiri atas banyakmolekul monosakarida, polisakarida biasanya berwarna 

putih tidak berbentuk kristal, tidak manis dan tidak bersifat mereduksi. 

1. Pati

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih

kompleks dari pada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida

terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas

satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan

yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya

polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk

kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat

mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu

hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan

membentuk larutan koloid.

Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum,

glikogen, dekstrin dan sakarida. Amilum Polisakarida ini terdapat

banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau

dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang

dan biji-bijian. Batang pohon sagu mengandung pati yang setelah

dikeluarkan dapat dijadikan bahan makanan. Umbi yang terdapat pada

ubi jalar atau akar pada ketela pohon atau singkong mengandung pati

yang cukup banyak, sebab ketela pohon tersebut selain dapat digunakan

sebagai makanan sumber karbohidrat, juga digunakan sebagai bahan

baku dalam pabrik tapioka.

Pati merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan berbentuk

butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-

50 nm. Struktur pati terdiri dari α- amilosa dan amilopektin. Amilosa

4

Page 5: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

merupakan polimer glukosa rantai panjang yang tidak bercabang

sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan

yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan

amilopektin ini akan bervariasi dalam produk pangan dimana produk

pangan yang memiliki kandungan amilopektin tinggi akan semakin

mudah untuk dicerna.

Teori yang mendasari hidrolisis pati menurut Fessenden adalah, pati

(starch) atau amilum merupakan polisakarida yang terdapat pada

sebagian besar tanaman, terbagi menjadi dua fraksi yaitu amilosa dan

amilopektin. Amilosa (+- 20 %) memilki strusktur linier dan dengan

iodium memberikan warna biru serta larut dalam air. Fraksi yang tidak

larut disebut amilopektin (+- 80 %) dengan struktur bercabang. Dengan

penambahan iodium fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Pati

dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi

senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat dengan

iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hasil

akhir hidrolisis dapat ditegaskan dengan uji Benedict.(Fessenden,1982).

III. PROSEDUR KERJA

1. ALAT

a. Tabung reaksi

b. Pengaduk kaca

c. Timbangan digital

d. Gelas ukur

e. Beaker glass

f. Pipet tetes

g. Pipet ukur

h. Kompor listrik

i. Spatula

j. Penjepit

k. Mortal dan pastle

l. Gelas arloji

m. Ball filler

n. Pembakar spirtus

2. BAHAN

a. Larutan sukrosa

b. Larutan amilum

c. Kristal tembaga II

sulfat

5

Page 6: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

d. Asam sulfat encer

e. NaOH

f. Natrium kalium

tartrat

g. HCL pekat

h. I2

i. Ubi

j. Aquades

3. RANGKAIAN ALAT

Gambar 1.a Tabung reaksi Gambar 1.b Pengaduk kaca

Gambar 1.c Timbangan Gambar 1.d gelas ukur

Gambar 1.e beaker glass Gambar 1.f pipet tetes

Gambar 1.g pipet ukur Gambar 1.h kompor listrik

6

Page 7: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Gambar 1.i spatula Gambar 1.j penjepit

Gambar 1.k Mortal dan pastle Gambar 1.l gelas arloji

Gambar 1.m ball filler Gambar 1.n pembakar spirtus

7

Page 8: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Tabung reaksi I Tabung reaksi II

Pereaksi Fehling 2 mL

Dimasukkan

Amilum 10 tetes Sukrosa 10 tetes

Ditambahkan

Dipanaskan

Amati Perubahannya

Menyiapkan 1 tabung reaksi

1 mL sukrosa

I mL HCl pekat

Uji dengan Fehling AB

Amati perubahannya

Ditambahkan

Ditambahkan

Dipanaskan

4. SKEMA KERJA

Uji Fehling

Gambar I.1 Skema Kerja Uji Fehling

Hidrolisis Disakarida

Gambar I.2 Skema Kerja Hidrolisis disakarida

8

Page 9: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

5 gram ubi

Dihaluskan

Tambahkan sedikit air

Ditambah

HCl 0,1 N 40 mL

Dipanaskan sambil diaduk

Ambil 1 tetes larutan setiap interval 1 menit

Uji dengan 1 tetes I2

Letakkan pada gelas arloji

Catat lama hidrolisis

Amati perubahan warna

1, 732 gram Cu(II)SO4

Air + H2SO4 beberapa tetes

Dilarutkan

Tambah air hingga volume 25 mL

Fehling A

3 gram NaOH 8,65 gram Na.K.C4O6

Larutakan dalam air

Tambah air hingga volume 25 mL

Fehling B

Pereaksi Fehling AB

Campurkan dalam volume yang sama

Hidrolisis Polisakarida

Gambar I.3 Skema Kerja Hidrolisis Polisakarida

Larutan Fehling

5.

Gambar I.4 Skema Kerja Pembuatan Fehling

9

Page 10: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan

No. Cara Kerja Hasil Pengamatan1. Fehling A + Fehling B Pereaksi fehling berwarna biru tua.2. a) Pereaksi Fehling + amilum Tidak ada perubahan (larutan biru

tua). Dipanaskan 5 menit Larutan berubah biru pekat dan

meluap-luap ke luar tabung. Dipanaskan 10 menit Larutan bertambah biru pekat dan

masih meluap-luap ke luar tabung.

Dipanaskan 15 menit Larutan bertambah biru pekat dan masih meluap-luap ke luar tabung.

Dipanaskan 20 menit Larutan bertambah biru pekat dan terdapat endapan berwarna merah bata.

b) Pereaksi Fehling + sukrosa Tidak ada perubahan (larutan biru tua).

Dipanaskan 5 menit Terbentuk endapan merah bata pada larutan.

Tabel I.1 Data Pengamatan Percobaan Uji Fehling

No. Cara Kerja Hasil Pengamatan1. Sukrosa + larutan HCl pekat Larutan tidak berwarna (bening).2. Dipanaskan Larutan berubah warna menjadi

orange.3. Ditambah pereaksi Fehling Larutan berubah warna menjadi

kuning kehijauan.Tabel I.2 Data Pengamatan Hidrolisis Disakarida

Tabel I.3 Data Pengamatan Hidrolisis Polisakarida

Waktu (menit) Warna yang terbentuk1 Abu-abu tua2 Abu-abu tua3 Abu-abu tua4 Biru tua5 Biru tua6 Biru tua7 Biru tua8 Biru tua9 Biru tua10 Ungu

10

Page 11: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

Waktu (menit) Warna yang terbentuk11 Ungu12 Ungu13 Ungu14 Ungu15 Ungu muda16 Ungu muda17 Ungu muda18 Ungu muda19 Ungu muda20 Ungu muda

Pembuatan Fehling

Larutan Fehling A dibuat dengan cara melarutkan tembaga(II) sulfat ke

dalam air yang mengandung beberapa tetes asam sulfat encer, di dalam

gelas kimia. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar dan ditambahkan

air sesuai dengan jumlah volume yang diinginkan. Dalam praktikum ini,

praktikan menghendaki volume larutan Fehling A yang ingin dibuat adalah

sebanyak 25 mL. Maka jumlah atau komposisi bahan-bahan yang

dibutuhkan dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

Apabila volume yang diinginkan adalah sebesar 500 mL maka jumlah

tembaga(II) sulfat yang ditambahkan adalah sebesar 34,64 gram. Karena

volume yang diinginkan adalah 25 mL, sedangkan 25 mL adalah 5% dari

500 mL, maka jumlah tembaga(II) sulfat yang ditambahkan juga sebanyak

5% dari 34,64, sehingga diperoleh angka sebesar 1,732 gram.

Larutan Fehling B dibuat dengan cara melarutkan NaOH dan

Na.K.C4O6 ke air di dalam gelas kimia. Berdasarkan perhitungan yang sama

dengan pembuatan Fehling A, karena larutan fehling B yang dibuat

memiliki volume 25 mL, maka jumlah NaOH dan Na.K.C4O6 yang

ditambahkan adalah sebesar 3 gram dan 8,65 gram. Selanjutnya larutan

tersebut dipindahkan ke dalam labu takar dan ditambahkan air hingga

volume yang sesuai.

Pereaksi Fehling AB selanjutnya digunakan dengan cara

mencampurkan Fehling A dengan Fehling B dalam jumlah atau volume

yang sesuai. Larutan Fehling ini akan digunakan dalam uji fehling yang

11

Page 12: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

mana berperan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan glukosa

maupun fruktosa (gugus aldehid) pada amilum maupun sukrosa yang akan

diuji. Gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa akan memberikan reaksi

positif dengan pereaksi Fehling, dengan membentuk endapan merah bata

(Morgong Siregar, 1988).

Uji Fehling

Percobaan uji fehling ini bertujuan untuk membandingkan antara

hidrolisis amilum dengan hidrolisis sukrosa. Pereaksi fehling yang

digunakan dibuat dengan cara mencampurkan Fehling A dan Fehling B ke

dalam tabung reaksi dengan volume masing-masing 1 mL. Tujuan dari

penambahan Fehling adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya

kandungan glukosa maupun fruktosa (gugus aldehid) pada amilum maupun

sukrosa yang akan diuji, karena gula pereduksi seperti glukosa, dan fruktosa

akan bereaksi dengan pereaksi Fehling  dan menghasilkan endapan merah

bata Cu2O ( McMurry,John:1999 ).

Pada uji fehling dengan amilum, amilum yang ditambahkan adalah

sebanyak 10 tetes. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan pada larutan saat

sebelum dan sesudah penambahan amilum, yaitu tetap berwarna biru tua,

hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling karena

tidak memiliki gugus aldehid bebas. Selanjutnya tabung reaksi yang telah

berisi campuran antara pereaksi fehling dan amilum dipanaskan. Tujuan dari

proses pemanasan adalah untuk mempercepat proses pemecahan atau reaksi

hidrolisis. Pada saat pemanasan memasuki waktu 5 menit pertama, larutan

sudah mulai mengalami perubahan, yaitu bertambah biru pekat. Selain itu

selama proses pemanasan larutan yang ada di dalam tabung meluap-luap,

bahkan hingga keluar dari tabung. Berdasarkan hasil pengamatan, belum

terbentuk endapan merah bata pada larutan, karena amilum merupakan

polisakarida yang tidak dapat bereaksi dengan Fehling. Amilum juga bukan

gula pereduksi dan tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas, sehingga

tidak terjadi oksidasi antara amilum dan larutan Fehling, maka tidak

12

Page 13: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

terbentuk endapan dan larutan tetap berwarna biru. Hal ini menunjukkan

bahwa proses hidrolisis belum tercapai sempurna.

Pemanasan dilanjutkan selama 5 menit selanjutnya, dan hasil

pengamatan menunjukkan bahwa larutan hanya bertambah biru pekat,

selebihnya tidak ada perubahan apapun. Pada tahap ini proses hidrolisis

masih belum belum tercapai pada amilum. Kondisi yang demikian itu

berlanjut hingga 5 menit ketiga, atau selama 15 menit pemanasan. Pada

rentan waktu ini bisa dikatakan sedang terjadi proses hidrolisis amilum

menjadi maltose yang merupakan disakarida. Hasil uji fehling ini masih

negatif karena disakarida bukan merupakan gula pereduksi dan tidak

memiliki gugus aldehid bebas maka dari itu hasil uji fehling terhadap

maltosa masih menunjukkan hasil yang negatif.

Pada 5 menit keempat mulai terdapat perubahan yang berarti, yaitu

larutan tidak hanya bertambah biru pekat, melainkan sudah mulai terbentuk

endapan merah bata meskipun jumlahnya belum begitu banyak. Hal ini

menunjukkan bahwa proses hidrolisis telah tercapai secara sempurna, yang

mana polisakarida amilum tersebut telah terpecah menjadi monomer-

monomer glukosa yang pada akhirnya bereaksi dengan fehling sehingga

terbentuklah endapan merah bata. Jadi reaksi hidrolisis amilum menjadi

satuan monosakarida memerlukan waktu kurang lebih 20 menit.

Pada uji fehling dengan sukrosa, sukrosa yang ditambahkan adalah

sebanyak 10 tetes. Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan pada larutan saat

sebelum dan sesudah penambahan sukrosa, yaitu tetap berwarna biru tua,

hal ini dikarenakan sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi fehling karena

tidak memiliki gugus aldehid bebas. Sama halnya dengan pengujian

amilum, tabung reaksi yang telah berisi campuran antara pereaksi fehling

dan sukrosa dipanaskan. Tujuan dari proses pemanasan adalah untuk

mempercepat proses pemecahan atau reaksi hidrolisis. Pada saat pemanasan

memasuki waktu 5 menit pertama, sudah terbentuk endapan merah bata

pada larutan. Sukrosa merupakan dimer dari dua molekul monosakarida

yang berbeda yaitu D glukosa (bentuk piran), dan D fruktosa (bentuk furan)

13

Page 14: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

melaui ikatan glikosida. Setelah proses hidrolisis terjadi akan terbentuk

endapan merah bata karena monosakaridanya merupakan gula pereduksi dan

bereaksi dengan fehling. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa positif

mengandung glukosa, dimana secara teori disebutkan jika reagen fehling

digunakan dan terdapat endapan kemerahan hasil reduksi Cu2+ maka

mengindikasikan hasil yang positif ( McMurry,John:1999 ).

Sukrosa membutuhkan waktu yang cukup singkat untuk terpecah atau

terhidrolisis menjadi monomer-monomernya, sedangkan amilum

membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini dikarenakan amilum yang

merupakan polisakarida mempunyai rantai molekul berupa monomer yang

sangat panjang, jadi untuk memecahnya menjadi monomernya

membutuhkan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan sukrosa.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi hidrolisis

amilum (polisakarida) membutuhkan waktu yang lebih lama daripada

sukrosa (disakarida).

Hidrolisis DisakaridaPercobaan hidrolisis sukrosa dilakukan dengan mencampurkan 1 mL

larutan sukrosa dengan 1 mL HCl pekat. Tujuan dari penambahan larutan

HCl adalah sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis sukrosa tersebut. Setelah

penambahan HCl larutan tidak mengalami perubahan dari segi fisik,

melainkan tetap berwarna putih jernih (bening). Hal ini dikarenakan sukrosa

belum terhidrolisis oleh HCl. Setelah dipanaskan larutan berubah warna

menjadi orange, yang mana menunjukkan bahwa sukrosa telah terpecah

oleh HCl menjadi monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa dalam keadaan

panas (dipanaskan).

Sukrosa       + HCl        →     Glukosa     +      Fruktosa

(disakarida)                        (monosakarida)      (monosakarida)

Kemudian setelah ditambahkan fehling A dan fehling B berubah warna

menjadi kuning kehijauan. Secara teoritis sukrosa yang telah terhidrolisis

akan menghasilkan endapan berwarna merah bata yang mengindikasikan

bahwa sukrosa mengandung glukosa. Namun berdasarkan hasil pengamatan

14

Page 15: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

data yang diperoleh pada praktikum tidaklah sama dengan hasil secara teori,

yaitu larutan berubah warna menjadi kuning kehijauan. Berdasarkan hasil

analisis kesalahan semacam ini bisa terjadi karena kurangnya waktu

pemanasan larutan sehingga hidrolisis sempurna belum tercapai, akibatnya

larutan belum mengandung glukosa maupun fruktosa sehingga saat ditetesi

pereaksi fehling hasilnya adalah negatif.

Hidrolisis Polisakarida

Percobaan diawali dengan menghaluskan 5 gram ubi dan kemudian

dijadikan larutan ubi dengan menambahkan HCl pekat 0, 1 N sebanyak 40

mL dan air hingga volume 50 mL ke dalam gelas kimia. Tujuan dari

penambahan larutan HCl adalah sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis

sukrosa tersebut.

Kemudian campuran larutan ubi dan HCl tersebut dipanaskan sambil

terus diaduk. Setelah dipanaskan 1 menit diambil 1 tetes larutan tersebut

dengan pipet tetes kemudian diletakkan pada gelas arloji, lalu ditetesi

larutan I2 sebanyak 1 tetes juga. Tujuan dari penambahan larutan I2 adalah

untuk menguji kandungan amilum dalam larutan tersebut. Hasil yang positif

menunjukkan perubahan warna sampel menjadi biru. Warna yang terbentuk

adalah dari sampel pada 1 menit pertama adalah abu-abu tua, yang mana

menunjukkan bahwa pada sampel masih terkandung amilum. Hal ini

menandakan ubi belum mengalami hidrolisis secara sempurna.

Pengambilan sampel dilakukan setiap interval 1 menit sampai larutan

tidak mengalami perubahan warna oleh iodium. Pada 1 menit berikutnya

diberikan perlakuan yang sama dan warna yang terbentuk adalah biru tua.

Pada menit-menit berikutnya didapati warna biru yang semakin memudar

ketika larutan ubi ditetesi dengan I2. Hingga 20 menit diberi perlakuan yang

sama dengan interval tetap 1 menit, larutan tidak mengalami perubahan

warna lagi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah tidak terdapat amilum

di dalam larutan sampel. Ini menandakan bahwa polisakarida yaitu amilum

dalam ubi sudah terhidrolisis secara sempurna. Jadi dapat disimpulkan

15

Page 16: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

bahwa polisakarida yaitu amilum dalam ubi telah terhidrolisis dalam waktu

20 menit.

Proses hidrolisis bisa terjadi karena selama dipanaskan HCl memutus

ikatan polisakarida menjadi molekul-molekul yang lebih kecil atau

senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Molekul-molekul kecil tersebut

antara lain adalah glukosa yang mana merupakan monomer dari

polisakarida yaitu amium dalam ubi. Hasil hidrolisis dapat bereaksi dengan

iodium dan menghasilkan warna biru sampai tidak berwarna. Hidrolisis

yang sempurna ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada larutan

saat ditetesi pereaksi fehling. (Fessenden,1982).

16

Page 17: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

V. SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Disakarida bisa terhidrolisis oleh asam dan menghasilkan dua satuan

monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa.

2. Polisakarida bisa terhidrolisis oleh asam dan menghasilkan satuan-

satuan monosakarida yaitu glukosa.

3. Hidrolisis polisakarida membutuhkan waktu yang lebih lama jika

dibandingkan dengan hidrolisis disakarida.

SARAN

1. Dalam pembuatan larutan fehling bahan-bahan yang dicampurkan

harus tepat jumlahnya.

2. Mengamati setiap perubahan yang terjadi pada percobaan secara teliti.

17

Page 18: LAPORAN HIDROLISIS SUKROSA DAN AMILUM REVISI.docx

VI. DAFTAR PUSTAKA

Fessenden & Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga

McMurry, John. 1999. Organic Chemistry, Fifth Edition. USA :

Brooks/Cole

Siregar, Morgong. 1988. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta

Tim Dosen Kimia Organik Biokimia. 2013. Penunjuk Praktikum Kimia

Organik dan Biokimia, Prodi Teknik Kimia UNNES. Semarang

18