Page 1
LAPORAN HASILTUTORIAL LBM 4 BLOK 3.3
KELOMPOK 7
Prestian Indra Yulianto 13623
Fania Sari Kinanti 13627
Fera Krisna Nuryani 13631
Meilia Putri Utami 13643
Irena Sandra Dewi 13646
Lalu Arif Sofyan N 13659
Tri Handayani P 14190
Anisa Rimadhani 14195
Aprilia Putri S 14196
Fitria Ermawita 14200
Jihanni Mustika M 14203
Zumira Fastawa 14204
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
1
Page 2
2012/2013
AGENDA TUTORIAL
Pertemuan IHari : KamisTanggal : 20 Desember 2012Agenda : Step 1 – 5Kehadiran : 12 orangTidak Hadir : -
Pertemuan IIHari : KamisTanggal : 27 Desember 2012Agenda : Step 7Kehadiran : 11 orangTidak Hadir : 1
Ketua : Fania Sari Kinanti 13627
Sekretaris : Prestian Indra Yulianto 13623
Scriber : Fera Krisna Nuryani 13631
Anggota : Meilia Putri Utami 13643
Irena Sandra Dewi 13646
Lalu Arif Sofyan N 13659
Tri Handayani P 14190
Anisa Rimadhani 14195
Aprilia Putri S 14196
Fitria Ermawita 14200
Jihanni Mustika M 14203
Zumira Fastawa 14204
2
Page 3
SKENARIO
Aku tida mendengar suara itu
Ny W (27 thn), dirawat untuk ketiga kalinya di RS UGM bangsal jiwa dengan
diagnosa medis skizofrenia. Pasien dibawa masuk RS oleh keluarga karena keluyuran di
malam hari, teriak-teriak, dan tidak bisa tidur. Pasien memiliki riwayat halusinasi
auditori. Dora, mahasiswa keperawatan yang sedang praktek profesi segera melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi dengan memperhatikan prinsip
merawat klien halusinasi.
STEP 1
- Skizofrenia : Gangguan mental yang ditandai dengan kelainan panca indra
- Halusinasi : suatu perasaa sensori berupa pendengaran padahal tidak ada
rangsang eksternal.
STEP 2
1. Bagaimana prinsip perawatan pasien dengan halusinasi?
2. Apa etiologi skizofrenia?
3. Apa faktor resiko skizofrenia?
4. Bagaimana terapi untuk skizofrenia?
5. Berapa persen faktor genetik mempengaruhi skizofrenia?
6. Apa saja manifestasi klinik skizofrenia?
7. Askep dan pengkajian pada kasus!
8. Apa saja tipe dari sizofrenia?
9. Apa saja fase dari skizofrenia?
10. Bagaimana peran keluarga dalam skizofrenia?
11. Sebutkan macam-macam halusianasi!
12. Bagaimana penatalaksanaa skizofrenia?
3
Page 4
13. Apa penyebab relapse selain putus obat? Faktor apa yang menyebabkan putus
obat?
14. Apa hubungan skizofrenia dengan halusinasi auditori?
15. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi?
16. Apa saja komplikasi skizofrenia?
STEP 3
1. - Manajemen halusinasi
- Meningkatkan kualitas hidup
- Memandirikan pasien
2. Biologis, Biokimia, psikososial, perjalanan penyakit, dan komplikasi kelahiran.
3. - Riwayat skizofrenia - Status sosioekonomi
- Stres lingkungan - Laki-laki lebih besar resikonya
4. Terapi psikososial, biologis, hospitalisation, ECT.
5. - Kedua orang tua skizofrenia 40%
- Anggota saudara skizofrenia 8%
- Salah satu orang tua skizofrenia 12%
- 1% semua orang beresiko skizofrenia.
6. - Gejala positif meliputi : waham kebesaran, halusinasi
- Gejala negatif : penarikan diri, kurangnya spontanitas
Sulit kosentrasi, sulit tidur, primer & sekunder.
7. Pengkjian: jenis, isi, waktu, respon halusinasi, presposisi, presdiposisi.
Diagnosa: isolasi sosial, perubahan sensori: halusinasi, koping individu tidak
efektif.
8. - Skizofrenia simpleks
- Skizofrenia hebefrenia
- Skizofrenia paranoid
- Skizofrenia akut
- Skizofrenia residual
- Skizofrenia afektif
4
Page 5
- Skizofrenia katatonik
- Depresi pasca skizofrenia
- Skizofrenia terdisorganisasi
- Skizofrenia tak tergolongkan
- Skizofrenia kompleksi
9. 1. Prodomal 1. Aktif
2. fase aktif 2. Stabilisasi
3. Residual. 3. Stabil.
10. Support system, caregiver.
11. - Halusinasi penglihatan
- Halusinasi perabaan
- Halusinasi penciuman
- Halusinasi kinestetik
- Halusinasi pengecap
12. - Non farmakologik: terapi psikososial, biologis, suportif
- Farmakologik: anti psikotik,.
13. Karena adanya stressor
Penyebab putus obat karena faktor krluarga, harga, rasa.
14. L. Parietal verbal
L. temporal pendengaran
Kerusakan menyebabkan derajat halusinasi
15. Farmakologik: antipsikotik
Non farmakologik: ECT, TAK, terapi halusinasi.
16. Bunuh diri,melukai orang lain, penyalahgunaan obat, koplikasi pengobatan.
STEP 4
2. Biokimia: gangguan neurotransmitter, hormon
Biologi: faktor genetik
Psikososial: interaksi sosial, hubungan interpersonal terganggu.
5
Page 6
3. Usia akhir remaja sampai dewasa muda.
4. Biologis anti psikotik: untuk mengendalikan gejala
- ECT
Hospitalisasi dilakukan sampai fase stabil.
6. - Kognitif: sulit kosentasi
- positif: gajala dapat diobservsi.
8. - Skizofrenia simpleks: terjadi pada usia pubertas, terjadi kemunduran kemauan
- skizofrenia hebefrenia: terjadi pada dewasa, terjadi kesulita berfikir
- Skizofrenia paranoid: terdapat gejala halusinasi, ansietas
- Skizofrenia katagonik: terjadi pada usia 30 thn, biasanya psikomotor terganggu
- Skizofrenia tak terinci: emosi mudah berubah
9. Prodomal menarik diri
Aktif terdapat gangguan realita
Residual lepas dari skizofrenia tetapi masih mempunyai gejala sisa.
11. H.kinesteik: halusinasi gerak ( merasakan bagian tubuh seakan-akan terlepas)
H.kanestetik: merasakan gerakan pada tubuh.
6
Page 7
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1. Halusinasi:
7
Skizofrenia
Etiologi
komplikasi Tipe Fase Tanda dan gejala
Faktor resiko
ASKEPTerapi farmako+non farmako
Penatalaksanaan
Tipe
Halusinasi
Page 8
- prinsip perawatan pasien halusinasi
- mekanisme dan hubungan skizofrenia dengan halusinasi auditori
2. Skizofrenia:
- penatalaksanaan skizofrenia
- gejala skizofrenia
- fase skizofrenia
3. ASKEP kasus
STEP 7
1. a. Prinsip perawatan halusinasi meliputi:
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik
Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Observasi tingkah laku klien yg terkait dengan halusinasinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus, dan memandang kekiri, kekanan, depan seolah ada yang
mengajak klien
Melibatkan klien dalam TAK
Diskusikan dengn keluarga (pada saat keluarga berkunjung- pada saat kunjungan
rumah) gejala halusinsi, cara yang dapat dilkukan, cara merawat keluarga yang
halusinasi
Ajarkan klien program pengobatan secara optimal
Menyamakan persepsi jika klien bertnya nyatakan secara sederhana pada
perawat bahwa perawat tidak mengalami stimulus yang sama (tidak mendengar)
Sarankan dan kuatkan penggunaan interpersonal dalam memenuhi kebutuhan.
8
Page 9
b. Gangguan halusinasi dengar berhubungan dengar berhubungan dengan
kerusakan lobus temporal dan parietal. Dimana lobus temporal ini merupakan
pusat primer dan sekunder pendengaran( auditori) sedangkan parietal memiliki
peran dalam verbal. Halusinasi dengar pada skizofrenia ini dikarenakan
kerusakan lobus tersebut. Pasien skizofrenia ketika berhalusinasi akan berbicara
saat halusinasinya muncul. Maka kerusakan lobus satu dan yang lainnya
memiliki keterkaiatan.
2. a. Penatalaksanaan skizofrenia:
non farmakologik:
a. Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong
dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi
perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara
sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang
dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan
kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.
9
Page 10
----Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa
menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian
terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahuna tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau
suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam
cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu
dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu konsep penting di dalam
psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatuhubungan
terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi
olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan
pasien, dan keikhlasan ahl terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan
di dalam pengobatanpasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali
sulit dilakukan; pasien skizofreniaseringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikapcuriga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang
10
Page 11
cermatdari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan
kepekaan terhadapkaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan namapertama yang merendahkan diri. Kehangatan
atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan
dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
e. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkanmedikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sanga kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan
penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuhserta keluarga pasien
tentang skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusunaktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakitpasien dan tersedianya fasilitas pengobatan
rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakitharus memiliki orientasi praktis
ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,pekerjaan, dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk
mengikatpasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat
perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.
f. Terapi Elektro Konvulsif Terapi (ECT).
Farmakologik:
a. Antipsikotik Konvensional
11
Page 12
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek
samping yang
serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama,
pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesan
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.
Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian
antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil
secarareguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama (long acting)dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih
dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip
kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
· Risperdal (risperidone)
· Seroquel (quetiapine)
12
Page 13
· Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-
pasien dengan Skizofrenia.
b. Gejala skizofrenia
Gejala positif
Simtom-simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi,
seperti halusinasi dan waham. Simtom-simtom ini sebagian besarnya,
menjadi ciri suatu episode akut skizofrenia.
Delusi (atau dikenal juga dengan istilah waham)
Halusinasi dan Gangguan Persepsi lain
Gejala negatif
Simtom-simtom negatif skizofrenia mencakup berbagai defisit
behavioral, seperti avoilition, alogia, anhedonia, afek datar, dan
asosialitas.
Avoilition : apati atau avoilition merupakan kondisi kurangnya energi
dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan
apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Pasien dapat menjadi
tidak tertarik untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri, dengan
rambut yang tidak tersisir, kuku kotor, gigi yang tidak disikat, dan
pakaian yang berantakan. Mereka mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dalam perkerjaan, sekolah, dan rumah
tangga dan dapat menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan
duduk tanpa melakukan apa-apa.
13
Page 14
Alogia : merupakan suatu gangguan pikiran negatif, alogia dapat
terwujud dalam beberapa bentuk. Dalam miskin percakapan, jumlah
total percakapan sangat jauh berkurang. Dalam miskin isi percakapan,
jumlah percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit
informasi dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang.
Anhedonia : ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan. Ini
tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas
rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan
orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Pasien sadar
akan simtom-simtom ini dan menuturkan bahwa apa yang biasanya
dianggap aktivitas yang menyenangkan tidaklah demikian bagi
mereka.
Afek Datar : pada pasien yang memiliki afek datar hampir tidak ada
stimulus yang dapat memunculkan respons emosional. Pasien menatap
dengan pandangan kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata mereka
tidak hidup. Ketika diajak berbicara, pasien menjawab dengan suara
datar dan tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66 persen dari suatu
sampel besar pasien skizofrenia (Sartorius dkk., 1974). Konsep afek
datar hanya merujuk pada ekspresi yang tampak dan tidak pada
pengalaman dalam diri pasien, yang bisa saja sama sekali tidak
mengalami pemiskinan.
Asosialitas : beberapa pasien skizofrenia mengalami ketidakmampuan
parahdalam hubungan sosial, yaitu disebut asosialitas. Mereka hanya
memiliki sedikit keterampilan sosial yang rendah, dan sangat kurang
berminat berkumpul bersama orang lain.
c. Fase Skizofrenia
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase
prodromal, fase aktif dan fase residual seperti yang diuraikan di bawah ini :
14
Page 15
a. Fase prodromal ditandai oleh timbulnya gejala-gejala skizofrenia yang
tidak begitu spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari
satu tahun sebelum gejala psikotiknya menjadi jelas. Gejala tersebut
meliputi menurunnya fungsi sosial juga fungsi interpersonal pada
seseorang seperti ketidakmampuan bekerja, mengurus kebersihan diri,
respon emosional yang tidak sesuai, memunculkan pemikiran dan
pembicaraan yang aneh, dan kurangnya inisiatif untuk melakukan sesuatu.
b. Fase aktif ditandai oleh munculnya sedikitnya dua gejala positif seperti
delusi, pembicaraan yang kacau, gangguan perilaku, dan gejala negatif
seperti halusinasi kurangnya pembicaraan, inisiatif dan minat untuk hidup
yang terjadi selama kurang lebih satu bulan.
c. Fase residual ditandai oleh meunculnya gejala yang sama dengan fase
prodormal namun gejala positifnya sudah berkurang. Disamping gejala
gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga
mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan,
mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan atensi, konsentrasi, hubungan
sosial (Nantingkaseh, 1997; Halgin dan Whitbourne, 1997).
3. Askep
ASKEP SKIZOFRENIA (NANDA, NOC, and NIC Linkages)
Diagnosis : Thought process disturbed, definition disruption in cognitive
operations and activities.
Outcome#1: Cognition, definition: ability to execute complex mental process
Major intervention : Environmental management: safety
Outcome#2: Cognitive orientation, definition ability to identify person,
place, and time accurately.
Major intervention : reality intervention.
Outcome#3: Distorted thought self-control, definition self-restraint of
disruptions in perception thought process, and thought content
Major intervention : delusion management, hallucination management.
15
Page 16
Outcome#4 : Information processing, definition ability to acquire, organize,
and use information.
Major intervention : cognitive stimulation.
Outcome#5 : Memory, definition ability to cognitively retrieve and report
previously stored information.
Major intervention : memory training.
Outcome#6 : neurological status;consciousness, definition arousal,
oriebtation, and attention to the environment.
Major intervention : neurologic monitoring.
NoDx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Resiko mencederai diri sendiri/orang lain/lingkungan b.d halusinasi pendengaran
TUM :
Klien tidak mencederai orang lain
Tuk 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. Ekspresi wajah bersahabat menunjukan rasa senang ada kontak mata. Mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengungkapkan masalah yang dihadapi.
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal2. Perkenalkan diri dengan sopan3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai kx4. Jelaskan tujuan pertemuan5. Jujur dan menepati janji6. Tunjukan sikp simpati dan menerimaapa adanya7. Beri perhatian pada kebutuhan dasar klien
16
Page 17
2. TUK 2 :
Klien dapat mengenal halusinasinya
1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekunsi dan situasi yang menimbulkan halusinasi
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinsinya; bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang kekiri/ke kanan/ ke depan seolah-olah ada teman bicara
17
Page 18
NoDx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
2. Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi nya
2) Bantu klien mengenal halusinasinya :
8. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi,
9. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
10. Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa apa yang dikatakan
11. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya (dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)
12. Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
13. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
14. Jika Klien
18
Page 19
tidak sedang berhalusinasi klari fikasi tentang adanya pengalaman halusinasi.
3) Diskusikan dengan klien :
15. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi ( jika
sendiri, jengkel / sedih)
Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang sore, dan
malam atau sering dan kadang-kadang)
4) Diskusikan dengan klien bagaimana perasaannya jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang) dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
3. TUK 3 :
Klien dapat mengontrol halusinasinya
1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendali-kan
1) Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri dll)
2) Diskusikan manfaat
19
Page 20
halusinasinya2. Klien dapat
menyebutkan cara baru
dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian
3) Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
NoDx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien
4. Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinyaKlien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok
16. Katakan : “saya tidak mau dengar/lihat kamu” (pada saat halusinasi terjadi)
17. Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar / dilihat
18. Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak sempat muncul
19. Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika tampak bicara sendiri
Bantu Klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasi secara
20
Page 21
bertahap
Beri
kesempatan untuk
melakukan cara
yang dilatih.
Evaluasi hasilnya
dan beri pujian
jika berhasil
4) Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
4. TUK 4 :
Kilen dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendali kan halusinasi
1) Anjurkan Klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
2) Diskusikan dengan keluarga )pada saat keluarga berkunjung/pada saat kunjungan rumah)
20. Gejala halusinasi yang di alami klien
21. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
22. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama
23. Beri informasi waktu follow up
21
Page 22
atau kapan perlu mendapat bantuan halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai orang lain
22
Page 23
NoDx
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
5. TUK 5 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat
2. Klien dapat mendemontrasi kan penggunaan obat dgn benar
3. Klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat
4. Klien memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsultasiKlien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat
3) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,efek samping dan manfaat obat
4) Anjurkan Klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan
6) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
7) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar
23