LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERCOBAAN VIII PERHITUNGAN ORBITAL MOLEKUL NAMA : M. INSANIAL MUBARAK NIM : H311 08 285 KELOMPOK : IV (EMPAT) HARI / TANGGAL : SENIN / 11 OKTOBER 2012 ASISTEN : ALFANI MARING DATU
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PERCOBAAN VIIIPERHITUNGAN ORBITAL MOLEKUL
NAMA : M. INSANIAL MUBARAKNIM : H311 08 285KELOMPOK : IV (EMPAT)HARI / TANGGAL : SENIN / 11 OKTOBER 2012ASISTEN : ALFANI MARING DATU
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterangan tentang terjadinya ikatan ion lebih mudah dari pada ikatan
kovalen. Terjadinya ikatan ion disebabkan karena adanya gaya tarik Coulomb antara
ion-ion pembentuknya. Terjadinya ikatan kovalen mula-mula dijelaskan dengan
sangat sederhana memakai teori ikatan valensi (valence bond theory) yang dipelopori
oleh Lewis (1916) dan disempurnakan oleh Heitler dan London. Teori yang sekarang
banyak dipakai untuk menjelaskan ikatan kovalen ialah teori orbital molekul
(molecular orbital theory) yang dipelopori oleh London (1927).
Kemungkinan untuk menemukan elektron dalam suatu elemen volume
tertentu terhadap inti atom umumnya digambarkan dengan menggunakan sistem
Koordinat Cartesian, dengan inti pada pusatnya. Karena penyelesaian persamaan
Schrodinger tergantung pada bilangan kuantum, gambar dari masing-masing tipe
orbital mempunyai bentuk yang karakteristik. Gambaran tersebut dapat dilukiskan
dalam bentuk diagram tiga dimensi, yang memberikan ukuran relatif dari
kemungkinan ditemukannya elektron pada suatu arah tertentu dari inti. Cara lain
penggambaran tersebut dapat dilakukan dalam bentuk diagram permukaan batas,
yang menunjukkan volume terkecil dari ruang, yang memuat 90% dari kemungkinan
distribusi elektron.
Program Hyperchem merupakan suatu program aplikasi kimia dan fisika
dalam sistem operasi windows yang memiliki kegunaan dalam hal simulasi dan
pemodelan molekul. Program ini mempunyai kemampuan dalam perhitungan
mekanika molekuler dan mekanika kuantum untuk berbagai jenis senyawa kimia
dengan unsur-unsur yang ada dalam sistem periodik. Salah satu cara untuk
mengetahui orbital atom yang terjadi pada suatu molekul juga dapat dilakukan
dengan program ini. Berdasarkan pemaparan di atas dilakukanlah percobaan
perhitungan orbital molekul dengan menggunakan program Hyperchem.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud percobaan
Maksud dari percobaan ini, yaitu:
1. Mempelajari aplikasi software Hyperchem.
2. Mempelajari cara menghitung fungsi gelombang molekul.
3. Mempelajari cara menghitung orbital molekul.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini, yaitu:
1. Menghitung fungsi gelombang H2O.
2. Menentukan bentuk orbital molekul H2O.
3. Menghitung muatan atomik.
4. Menggunakan penjajaran struktur (structure alignment).
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu membuat molekul H2O dengan menggunakan
software Hyperchem dan menggunakan penjajaran struktur H2O tersebut, kemudian
menghitung fungsi gelombangnya, menghitung muatan atomiknya, serta membuat
orbital molekul individual H2O yang dispesifikasi relatif terhadap HOMO dan
LUMO.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam teori orbital molekul, tiap-tiap molekul dianggap mempunyai orbital,
seperti pada atom. Tiap-tiap elektron dalam atom dapat ditunjukkan dengan fungsi
gelombang ψ, yang menyatakan orbital tertentu. Tiap-tiap elektron dalam molekul
juga dapat ditunjukkan dengan fungsi yang sama, yang menyatakan orbital molekul
tertentu (Sukardjo, 1989).
Orbital-orbital molekul dari dari suatu molekul mempunyai energi yang
berbeda-beda dan bentuk yang berbeda pula. Probabilitas terdapatnya elektron di
sekitar inti, juga ditentukan oleh harga ψ2. Prinsip Pauli juga berlaku di sini, jadi
tidak mungkin orbital molekul mempunyai dua elektron yang persis sama. Ini berarti
tiap orbital molekul hanya dapat diisi oleh dua elektron yang pintalnya berlawanan
(Sukardjo, 1989).
Elektron-elektron yang membentuk molekul, mengisi orbital molekul sesuai
dengan tingkat energi dan spin, seperti di dalam atom. Istilah orbital atom s, p, dan d
diganti dengan σ, π, dan δ dalam orbital molekul. Perbedaan pokok antara orbital
atom dan orbital molekul ialah pada orbital atom elektron hanya dipengaruhi satu inti
sedang pada orbital molekul, elektron-elektron dipengaruhi oleh beberapa inti
(Sukardjo, 1989).
Untuk memperoleh fungsi gelombang dari orbital molekul biasanya dipakai
cara kombinasi linear orbital atom atau linear combination of atomic orbitals
disingkat LCAO. Cara ini merupakan cara pendekatan, karena cara yang lebih tepat
sukar dilakukan. Pada cara LCAO ini, fungsi gelombang orbital molekul dapat
diperoleh dengan penambahan atau pengurangan fungsi gelombang atom:
ψ = ψA ± λ ψB
ψ = fungsi gelombang orbital molekul
ψA, ψB = fungsi gelombang orbital atom A dan B
λ = ukuran sifat ionic dari ikatan A dan B, λ = 1 bila atom A = B
Pasangan-pasangan elektron di antara nuklei (jamak dari nukleus)
mengerahkan gaya elektrostatik yang menarik nuclei tersebut bersama-sama. Prinsip
ketidakpastian Heisenberg mempersyaratkan bahwa suatu elektron tidak dapat begitu
saja berada pada suatu titik dalam ruang tetapi harus dideskripsikan sebagai
penghunian suatu orbital dengan fungsi gelombang tertentu yang kuadratnya
merupakan kerapatan probabilitas untuk menemukan elektron itu di suatu titik. Pada
suatu molekul, orbital seperti itu tersebar atau terdelokalisasi, pada lebih dari satu
atom dan disebut orbital molekul (Oxtoby, dkk., 2003).
Meskipun jumlah molekul sangat banyak, tetapi jumlah cara atom menata
dirinya membentuk molekul terbatas. Kebanyakan molekul mempunyai bentuk yang
didasarkan kepada lima bentuk geometri yang berbeda. Kelima bentuk tersebut
adalah sebagai berikut : (Brady, 1995)
1. Molekul linier (garis lurus), dimana bentuk ini terjadi bila semua atom berada
dalam bentuk garis lurus. Sudut yang terbentuk di antara dua atom terikat
yang menuju ke atom sentral, disebut sudut ikatan yang besarnya 180o.
2. Molekul triangular (sudut segitiga) yang rata (dalam satu bidang), dimana
bentuk ini terdiri dari empat atom yang disusun membentuk segitiga
(triangular) pada bidang rata, keempat atomnya terletak pada bidang yang
sama. Atom sentral dikelilingi oleh tiga atom yang membentuk segitiga,
dimana sudut ikatannya 120o.
3. Molekul tetrahedron, yaitu piramid empat sisi yang mempunyai tiga sudut
yang sama. Pada molekul tetrahedron, atom sentral terletak di tengah
tetrahedron dan keempat atomnya terletak pada sudut-sudut. Sudut ikatannya
109,5o.
4. Molekul bipiramid yang trigonal, yang terdiri dari dua piramid trigonal
(piramid dengan dasar triangular, yang sama dengan tetrahedron) yang
permukaannya dibagi bersama.
5. Molekul oktahedron, dimana bentuk molekul merupakan gambar geometri
yang mempunyai delapan permukaan. Atom pusatnya dikelilingi oleh enam
atom lainnya. Atom pusat terletak di tengah segiempat yang melalui titik
tengah oktahedron. Keenam atom terikat ke atas pusat dengan enam sudut
oktahedron. Sudut setiap pasangan atom yang berdekatan besarnya 90o.
Penggunaan teorema variasi berakibat dalam konstruksi orbital molekul dari
orbital atom, dan jumlah molekul yang diperoleh sama dengan jumlah orbital atom
yang ambil bagian dalam pembentukan molekul. Separuh dari orbital molekul
mempunyai energi yang lebih rendah dari energi orbital atom, dan separuh lainnya
mempunyai energi yang lebih besar daripada energi orbital atom (Dogra dan Dogra,
1990).
Menurut Dogra dan Dogra (1990), orbital atom dalam pembentukan orbital
molekul harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Orbital atom yang membentuk orbital molekul harus mempunyai energi yang
dapat dibandingkan.
b. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang-tindih
dalam ruangan sebanyak mungkin.
c. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama
dengan sumbu molekul.
Yang paling umum membentuk orbital molekul adalah σ (sigma) dan orbital
π (pi). Orbital sigma simetris di sekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus
terhadap sumbu antarnuklir (biasanya sumbu x) memberikan suatu bentuk elips. Ini
terbentuk dari orbital s maupun orbital p dan orbital d yang mempunyai telinga
sepanjang sumbu antarnuklir. Orbital π terbentuk ketika orbital p pada setiap atom
mengarah tegak lurus terhadap sumbu antarnuklir. Daerah tumpang-tindih ada di atas
dan di bawah sumbu ikatan. Kerapatan muatan ada di atas dan di bawah bidang
singgung dari orbital P (Dogra dan Dogra, 1990).
Jenis orbital molekul lain yang disebut δ dan lainnya, tidak umum didapatkan.
Tanda bintang menunjukkan orbital anti anti pengikatan, dan simbol pada penandaan
bawah menunjukkan orbital atom yang digunakan dalam membentuk orbital
molekul. Penandaan bawah g dan adalah simetri dari orbital molekul. Σ dan π*
simetris, dan σ* serta π adalah anti simetris (Dogra dan Dogra,
1990).
Orbital yang berpasangan dengan orbital atom bersatu memiliki energi yang
lebih rendah daripada atom dipisahkan adalah ikatan orbital. Orbital yang berkorelasi
dengan orbital atom bersatu memiliki energi yang lebih tinggi adalah orbital
antibonding. Jumlah obligasi diukur dengan kelebihan jumlah pasangan ikatan atas
jumlah pasangan antibonding. Jika kita menggunakan urutan tingkat energi pada
posisi garis vertikal, kita dapat menggambarkan ikatan dalam molekul diatomik
dengan menempatkan sepasang elektron pada tingkat masing-masing, dimulai
dengan tingkat terendah (Castellan, 1983).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aplikasi software
Hyperchem Release 7 dan molekul yang digunakan yaitu molekul air (H2O) .
3.2. Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah laptop yang memiliki
aplikasi software Hyperchem release 7.
3.3 Prosedur percobaan
1. Membuat molekul air
- Dibuka software Hyperchem Release 7
- Dari menu display, dipastikan perintah Show Hydrogen aktif dan perintah
Perspective tidak aktif pada kotak dialog Rendering.
- Pada kotak dialog Default Element. dinon aktifkan Explicit Hydrogen, lalu
dipilih Oksigen dan dittup.
- Digambar atom oksigen dengan mengklik kiri pada daerah kerja dengan kursor
gambar.
- Diklik ganda tool Selection untuk menginvoke Model Builder.
- Diberikan label molekul dengan simbol.
2. Menggunakan structure alignment
- Dipilih perintah Align Molecule pada menu Edit.
- Dari kotak Align dipilih Secondary, dan dari kotak With dipilih Y axis.
- Perintah Minor dipastikan tidak aktif.
- Diklik OK.
3. Menghitung fungsi gelombang
- Dipilih perintah Semi-emperical dari menu Setup
- Dipilih CNDO (Complete Neglect of Differential Overlap) sebagai metode
kalkulasi, lalu dipilih Options.
- Pada kotak dialog Semi-emperical Option, digunakan nilai 0,0001 pada kotak
Converege limit, nilai 50 pada kotak Iteration limit, 0 pada Total charge dan 1
pada kotak Spin multiplicity. Pada pilihan Spin Pairing dipilih RHF, dan pada
pilihan State dipilih Lowest.
- Diklik OK untuk menutup kotak dialog Semi-emperical Options dan kotak
dialog Semi-emperical Method.
- Dipilih Single-point pada menu Compute.
Gambar 1. Data untuk perhitungan fungsi gelombang molekul H2O
4. Membuat orbital molekul individual
- Dibuka kotak dialog Orbital dengan memilih Orbitals pada menu Compute.
- Dipilih HOMO-, lalu diklik kiri pada kotak teks untuk orbital off-set dan diset
nilai 3.
- Dipilih perintah 3D Isosurface.
- Dinon aktifkan perintah Orbital squared.
- Diklik OK.
- Dibuka kotak dialog Isosurface option dengan dipilih Isosurface pada menu
Display.
- Dipilih Wire mesh sebagai opsi Rendering, digunakan Orbital contour value
0,05, lalu diklik OK.
- Dibuka kembali kotak dialog orbital dan dimasukkan nilai 1 untuk HOMO-
offset. Diklik Options dan digunakan nilai yang sama seperti langkah ke tujuh
dan delapan di atas, tetapi rendering diubah menjadi Jorgensen-Salem.
- Diulangi kalkulasi dengan menggunakan nilai 2 untuk HOMO- offset dan dipilih
Lines sebagai opsi Rendering pada kotak dialog Options.
- Dibuka kotak dialog Orbital dan digunakan nilai 0 untuk HOMO-offset. Dipilih
Flat surface, dimasukkan nilai 0,05 dan diklik OK.
- Diklik kiri pada LUMO+ dan digunakan nilai offset 0 dan 1.
- Pada kotak dialog Options, dipilih Shaded surface sebagai opsi Rendering dan
digunakan nilai 0,05. Selanjutnya, dipilih Transculent surface untuk isosurface
rendering, diubah molekul rendering menjadi Balls and Cylinders. Dibuka kotak
dialog File/Preferences dan dipilih Isosurface Colours. Warna positif dan
negatif diubah menjadi merah dan biru.
Gambar 2. Data untuk menggambar orbital molekul H2O
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pengamatan
4.1.1 Struktur Alignment Molekul H2O
4.1.2 Pengukuran Fungsi Gelombang
4.1.3 Bentuk Orbital HOMO-3, Wire Mesh
4.1.4 Bentuk Orbital HOMO-1, Jorgensen-Salem
4.1.5 Bentuk Orbital HOMO-2, Lines
4.1.6 Gambar Orbital HOMO-0, Flat Surface
4.1.7 Bentuk Orbital LUMO+0, Shaded Surface
4.1.8 Bentuk Orbital LUMO-1, Transculent Surface
4.1.9 Bentuk orbital LUMO 1, Positif Biru dan Negatif Hijau
4.2 Data Energi Orbital Molekul
Tabel Energi Orbital Molekul H2O
NO
.
ORBITAL MOLEKUL ENERGI
1. LUMO 1 9,775633
2. LUMO 0 8,856927
3. HOMO 0 -17,776798
4. HOMO 1 -19,133091
5. HOMO 2 -21,633736
6. HOMO 3 -40,283588
Teori orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang
berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Orbital molekul
terbentuk dari hasil interaksi antara dua atau orbital-orbital atom. Di dalam teori
orbital molekul, elektron tidak dimiliki oleh atom tertentu tetapi tersebar dalam
keseluruhan sistem molekul.
Fungsi gelombang () dikenal sebagai orbital atom dan kuadrat dari orbital
(2) yang menyatakan persebaran rapatan elektron dalam orbital. Fungsi gelombang
mengandung tiga bilangan kuantum dan jika nilai spesifik dari ketiganya ditentukan,
hasilnya dinamakan orbital.
Pada percobaan ini, digunakan H2O sebagai molekul yang akan diidentifikasi
sifat-sifatnya. Percobaan perhitungan orbital molekul ini menggunakan aplikasi
penggunaan softwareHyperchem Release 7 untuk membentuk orbital molekul air
(H2O), yaitu molekul diatomik yang tersusun atas atom hidrogen dan atom oksigen.
Digunakan perhitungan single point yang bertujuan untuk menentukan energi
molekul dari struktur yang telah dibuat.Metode yang digunakan adalah semiempiris
yang memungkinkan untuk mengoptimalisasikan geometri suatu senyawa agar
didapat struktur yang paling stabil.
Dalam percobaan ini, digunakan pula berbagai macam opsi rendering, mulai
dari Wire Mesh, Jorgensen Salem, Lines, Plat surface, Shade surface, dan
Translucentsurface. Pada Wire mesh, isosurface tergambar sebagai pola transparan
garis melintang, Pada Jorgensen Salem, isosurface tergambar sebagai garis dengan
molekul struktur tidak tersembunyi. Lines merupakan isosurface yang tergambar
sebagai pola garis melintang, dengan molekul struktur tersembunyi. Pada Plat
surface, isosurface tergambar sebagai permukaan solid dengan bayangan untuk
mempertinggi tampilan tiga dimensinya. Sedangkan Translucent surface, isosurface
digambarkan dengan halus, permukaan semi transparan.
Percobaan perhitungan orbital molekul ini merupakan aplikasi penggunaan
software Hyperchem Release 7 karena program ini merupakan program yang sangat
teliti digunakan untuk mengetahui struktur, stabilitas dan sifat molekul dengan
menggunakan perhitungan mekanika molekular maupun mekanika kuantum dan
sangat cocok untuk percobaan membentuk orbital molekul air (H2O). Air merupakan
contoh senyawa yang mengandung atom oksigen dengan rumus hibridisasi sp3,
dengan sudut ikatan sebesar 104,5 dan bukan 109,5 yang ideal. Diperkirakan bahwa
orbital dengan elektron menyendiri menekan sudut ikatan H-O-H.
Dalam Semi-emperical digunakan CNDO (Complete Neglect of Differential
Overlap) sebagai metoda kalkulasi. CNDO adalah metode yang paling sederhana
dari SCF(Self Consistent Field), berguna untuk menghitung sifat elektron pada
keadaan dasar dari sistem terbuka ataupun tertutup, optimisasi geometri, dan energi
total.
Orbital molekul yang dihasilkan adalah akibat interaksi orbital-orbital atom
dari atom-atom yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan.
Pada penggunaan program Hyperchem, tahap awal pembentukan molekul air H2O
dilakukan menentukan Default Element pada software yaitu oksigen, kemudian
menjajarkan strukturnya dengan mengatur alignment structure yang memperlihatkan
bentuk molekul H2O yang berbentuk seperti huruf V, bentuk ini disebabkan oleh
adanya perbedaan kepolaran antara atom oksigen dan hidrogen sehingga
menyebabkan adanya momen dipole atau perbedaan kutub diantara kedua atom.
Berikutnya yaitu menghitung fungsi gelombang molekul H2O yang
merupakan deskripsi tentang distribusi elektron dalam keseluruhan molekulnya dan
diperoleh energi dari orbital molekul air, yaitu sebesar -320,414145 kcal/mol dan
gradiennya adalah 124,385696 eV.
Selanjutnya, dibentuk orbital molekul H2O yang dispesifikasi relatif terhadap
HOMO (Highest Occupied Molecular Orbital) dan LUMO (Lowest Unoccupied
Molecular Orbital) yaitu suatu jenis orbital dengan tingkat energi terendah yang
terisi elektron dan yang tidak terisi elektron. HOMO adalah orbital molekul terisi dan
berenergi tinggi, HOMO-3 menunjukkan orbital dengan 3 tingkat energi lebih rendah
dari HOMO, sedangkan HOMO-0 menunjukkan orbital HOMO itu sendiri. Dari hasil
percobaan, dapat terlihat orbital HOMO-3 memiliki energi paling rendah dari orbital
HOMO-2, orbital HOMO-1 dan orbital HOMO-0, yaitu -40,283588 eV. Hal ini dapat
terjadi karena orbital HOMO-3 memiliki tingkat energi lebih rendah dari HOMO.
LUMO adalah orbital molekul kosong berenergi rendah. LUMO+1
menunjukkan orbital dengan 1 tingkat energi lebih tinggi dibanding LUMO,
sehingga dapat terlihat bahwa orbital molekul LUMO+1 memiliki energi yang lebih
besar dari orbital molekul LUMO+0. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa
LUMO+1 memiliki energi yang labih besar, yaitu 9,775633 eV.
Dapat dilihat bahwa pada hasil akhir pembentukan molekul H2O berbentuk V,
yang disebabkan oleh adanya orbital sp3 dari atom O yang juga memiliki 2 elektron
tunggal yang selanjutnya akan bertumpang-tindih masing-masing dengan orbital 1s
dari atom H membentuk molekul H2O dan tersisa 2 pasangan elektron bebas.
Diketahui pula bahwa energi terakhir yang diperoleh sebesar 9,775633 eV dengan
index orbital 6 dan simetri 2B2.
LUMO 1
0
HOMO 0
1
2
3
LUMO+1, energinya sebesar = 9,775633 eV, LUMO+0, energinya sebesar =
8,856927 eV. HOMO-3, energinya sebesar -40,283588 eV, HOMO-2 energinya
sebesar -21,633736 eV, HOMO-1 energinya sebesar -19,133091 eV, HOMO-0,
energinya sebesar = -17,776798 eV.
Perbedaan energi dari tiap molekul disebabkan karena elektron dari tiap
molekul berbeda-beda sesuai dengan tingkatan energi. Proses pembentukan molekul
H2O, dalam bentuk senyawa akan membentuk ikatan hidrogen untuk mengikat
molekul-molekulnya dalam struktur yang kaku tetapi terbuka, membangun struktur
tetrahedral.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan kesimpulan bahwa:
a. Fungsi gelombang H2O memiliki energi sebesar -320,414145 eV dan gradiennya
adalah 124,385696 eV.
b. Bentuk orbital molekul H2O dapat dibuat melalui laptop dengan aplikasi software
Hyperchem Release 7,
c. Muatan atomik dapat dihitung berdasarkan HOMO dan LUMO
1. HOMO-3, energinya sebesar -40,283588 eV, dan simetri 1A1,
2. HOMO-1, energinya sebesar -19,133091 eV dan simetri 2A1,
3. HOMO-2, energinya sebesar -21,633736 eV dan simetri 1B2,
4. HOMO-0, energinya sebesar = -17, 776798 eV dan simetri 1B1,
5. LUMO+0, energinya sebesar = 8,856927 eV dan simetri 3A1, dan
6. LUMO+1, energinya sebesar = 9,775633 eV dan simetri 2B2.
d. Penjajaran struktur (structure alignment) dapat digunakan untuk menghitung
fungsi gelombang.
5.2 Saran
Saya menyarankan kepada laboratorium agar kebersihan laboratorium lebih
diperhatikan lagi demi kenyamanan asisten dan praktikan dalam melakukan
praktikum.
Saya menyarankan untuk percobaan agar dalam melakukan percobaan ini
praktikan diarahkan ke laboratorium komputasi agar percobaan ini lebih kondusif.
Saya menyarankan kepada asisten agar menerangkan lebih jelas tentang
percobaan yang dilakukan agar praktikan tidak bingung dalam melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E., 1995, Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid Pertama, diterjemahkan oleh Sukmariah M., Kamianti A., Tilda S., Bina Rupa, Jakarta.
Castellan, G. W., 1983, Physical Chemistry third Edition, Addison-Wesley Publishing Company, London.
Dogra, S. K., dan Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan Soal-soal, UI-Press, Jakarta.
Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., dan Nachtrieb, N. H., 2003, Kimia Modern, edisi keempat jilid kedua, Erlangga, Jakarta.
Sukardjo, 1989, Ikatan Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 15 Oktober 2012
Asisten Praktikan
ALFANI MARING DATU M. INSANIAL MUBARAK NIM: H311 09 290 NIM: H311 08 285