I. PENDAHULUAN
0. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia
karena tanpa kesehatan yang baik,maka setiap manusia akan sulit
dalam melaksanakan aktivitasnya sehari -hari. Kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis (Kemenkes RI, 2014), yang mengacu pada ke. Kesehatan
merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan suatu hal yang
sangat berharga yang harus dipelihara dan ditingkatkan melalui
suatu upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2004).
Pembangunan kesehatan bertujuan mencapai kehidupan sehat bagi tiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan
nasional (Kemenkes RI, 2009).
Dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang merupakan
program Millenium Development Goals (MDGs) 2015 adalah dengan
memperkuat Sistem Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
(WHO, 2006). Salah satunya adalah dengan pelayanan kedokteran
keluarga yang holistik dan komprehensif (Bappenas, 2009). Selain
dari itu, Kementerian Kesehatan RI memiliki misi untuk Meningkatkan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya
promotif dan preventif. Untuk itu diperlukan data kesehatan
berskala nasional berbasis fasilitas maupun komunitas yang
dikumpulkan secara berkesinambungan dan dapat dipercaya (SKN, PP
Nomor 72 Tahun 2012). Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam
Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI II) pada tahun
1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
Dalam pendidikan kedokteran masa kini ditetapkan salah satu
kurikulum berbentuk blok yaitu blok Community Medicine (COME).
Dalam blok COME mahasiswa memepelajari tentang teori dan praktek
tentang kedokteran keluarga dalam program Family Oriented Medical
Education (FOME). Pada program FOME ini mahasiswa deberikan
tanggungjawab untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dari
berbagai aspek (lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan politik)
pada satu keluarga, melakukan intervensi terhadap masalah kesehatan
tersebut, dan meng-evaluasi hasil dari intervensi yang telah
dilakukan.
Program FOME juga bertujuan untuk membentuk karakter dokter pada
mahasiswa yaitu 6 STARS doctor yang oleh Organisasi Kesehatan
Sedunia atau World Health Organization (WHO) digambarkan sebagai
profil dokter masa depan yang mencakup dokter sebagai pemberi
pelayanan (care provider), komunikator (communicator), pengambil
keputusan (decision maker), pemimpin masyarakat (community leader),
manajer (manager), dan peneliti (researcher) (Larasati, 2014).
Pada program FOME ini kami diberi tugas untuk melakukan
identifikasi, intervensi dan evaluasi masalah kesehatan pada
keluarga Tn. AK yang bertempat tinggal di Jl. Banten Kampung 40,
Desa Kemuning Jaya, RT 05, Lingkungan 02, desa Kemuning Jaya,
Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar
Lampung. Intervesnsi yang kami lakukan berkaitan dengan kadar asam
urat Tn. AK yang tinggi.
0. Tujuan1. Tujuan UmumMengidentifikasi masalah dan resiko
kesehatan individu dan keluarga Tn. AK. serta menerapkan tindakan
promosi dan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
pada keluarga1. Tujuan Khusus1. Mengembangkan hubungan yang baik
dengan keluarga Tn. AK.1. Mengidentifikasi masalah kesehatan dalam
keluarga Tn. AK serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.1.
Melakukan intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi kepada
keluarga Tn. AK dalam hal kesehatan.
0. Manfaat
1. Bagi mahasiswa Dapat memahami masalah kesehatan secara luas
dan tidak hanya dilihat dari individu, serta juga melihat pengaruh
penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit
individu.1. Bagi keluarga Terwujudnya keluarga yang sehat dan lebih
memprioritaskan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit.1. Bagi pemerintah/institusiMendukung upaya pemerintah
untuk meningkatkan angka kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
II. HASIL KEGIATAN
2.1 Identitas Keluarga
Pada kegiatan Family Oriented Medical Education (Fome) yang
dilakukan oleh FK Unila tahun 2015 pada keluarga binaan dialakukan
beberapa kegiatan yang berpacu pada Berkas Keluarga FOME. Kegiatan
pertama adalah kunjungan I terhadap keluarga binaan yang
dilksanakan pada tanggal 13 dan 17 April 2015 sebagai perkenalan
dan identifikasi masalah yang ada. Keluarga binaan yang menjadi
mitra kami adalah keluarga Tn. AK (73th) yang beralamat di Jl.
Banten Kampung 40, Desa Kemuning Jaya, RT 05, Lingkungan 02, desa
Kemuning Jaya, Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota
Bandar Lampung. Penghuni yang tinggal didalam rumah merupakan 3
anggota keluarga yang hidup bersama, yaitu Tn. AK, Ny. H, dan Tn.
DW yang dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 1. Identitas Keluarga Tn. AK
NoNamaKedudukanL/PUsiaPendidikanPekerjaanKeterangan
1.Tn. AKKepala KeluargaL73 tahunSD-Menderita nyeri otot
berdenyut saat berjalan sejak 1tahun lalu, Perokok aktif, Kadar As.
Urat tinggi (9,2)
2.Ny. HIstri Tn. AKP64 tahunSD-Mengeluh nyeri pinggang Seteah
mengangkat ember berisi air 1bulan lalu
3.Tn. DWCucu Tn. AK & Ny. HL24 tahunSMAPegawai pada
Perusahaan air minum dalam kemasan-
Keluarga Tn. AK merupakan keluarga orang tua lansia dengan
seorang cucu yang tinggal bersama, dimana didalam rumah ditinggali
oleh Tn. AK yang berusia 73 tahun bersuku Lampung, Ny. H yang
berusia 64 tahun bersuku Sunda dan Tn. DW yang berusia 24 tahun.
Tn. DW sendiri merupakan cucu Tn. AK dan Ny. H dari anak yang
ketiga dari kelima anaknya. Kelima anak Tn. AK dan Ny. H telah
keluar dari rumah dan membina keluarganya masing-masing. Tn AK dan
Ny. H merupakan lansia yang telah berhenti bekerja sejak kurang
lebih 10 tahun terakhir. Pekerjaan Tn AK yang merupakan lulusan SD
(dahulu Sekolah Rakyat) bekerja sebagai tenaga kasar yang lebih
banyak mengerjakan pekerjaan kuli bangunan, sedangkan Ny. H
merupakan lulusan SD yang ibu rumah tangga, sedangkan Tn. DW
merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai pegawai dari perusahaan
air minum dalam kemasan. Peranan Tn. AK didalam keluarga berperan
sebagai kepala rumah tangga yang mengambil keputusan, suami dari
Ny. H dan kakek dari Tn. DW. Peranan Ny. H didalam sebagai ibu
rumah tangga yang menyiapkan makanan, membereskan &
membersihkan rumah, yang juga sebagai istri dari Tn. AK serta nenek
dari Tn. DW. Sedangkan peranan Tn. DW sebagai tulang punggung
keluarga yang mencari nafkah dan cucu yang menjaga Tn. AK dan Ny.
H.Tn. AK dan Ny. H memiliki 5 orang anak yang dari buah perkawinan
mereka yang menurut keterangan mereka dilaksanakan saat Tn. AK
berusia 25 tahun dan Ny. H berusia 16 tahun. Berdasarkan keterangan
yang didapat dari Tn. AK dan Ny. H, pohon keluarga dari Tn. AK dan
Ny. H dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Genogram keluarga Tn. AK menggunakan software
GenoPro
Household
Gambar 2. Simbol dan legenda pada Software GenoPro
Tn. AK merupakan pemeluk agama Islam dan bersuku Lampung dan Ny.
H merupakan pemeluk agama islam dan bersuku bangsa Sunda yang
berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat. Tn. AK dan Ny. H menikah
saat Tn. AK berumur 25 tahun dan Ny. H berumur 16 tahun. Tn. AK dan
Ny. H telah merantau ke pulau Jawa dan kembali ke Bandar Lampung
pada tahun 1992 dan membeli sebidang tanah di Kelurahan Bakung yang
sekarang menjadi rumah yang saat ini ditempati. Rumahnya dahulu
hanya berupa banguanan semi permanen yang berdinding gribik
(anyaman bambu), Rumahnya kembali dibangun pada tahun 2013 hingga
2014 akhir menjadi bangunan permanen berdinding bata merah berlapis
plester yang kini masih dalam tahap penyelesaian. Pembangunan yang
sedang dikerjakan merupakan hasil dana patungan dari anak dan cucu
Tn. AK dan Ny. H. Tempat tinggal yang sekarang ditempati didominasi
oleh orang-orang transmigran dari Jawa Tengah. Pengalaman Tn. AK
dan Ny. H yang telah merantau ke berbagai tempat membuat Tn. AK dan
Ny. H dapat beradaptasi, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta
fasih dalam berbahasa Indonesia.
2.2 Keadaan Rumah
Gambar 3. Denah rumah Tn. AKKeterangan :RT : ruang tamu RM :
ruang makan T : terasRK : ruang kamar WC: water closed : pintuRkel
: ruang keluarga D: dapur : jendela
Rumah keluarga Tn. AK cukup besar dengan ukuran kurang lebih
11,5m x 7,5m yang terdiri atas 1 ruang tamu, 3 ruang tidur/kamar
tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan
terdapat teras di sisi rumah. Tembok rumah belum dicat dan lantai
belum dikeramik, semua hanya sebatas plaster semen. Keseluruhan
rumah belum ditutupi plavon.
Ruang tamu memiliki ukuran 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu
dengan 2 daun dan 2 buah jendela serta 4 buah jalosi yang cukup
besar diatasnya. Didalam ruangan terdapat 1 set kursi berupa sofa
dan 1 buah lemari sudut tanpa ada hiasan pada dindingnya. Pada
sudut ruang tamu terdapat pintu yang mengarah ke ruang
keluarga.
Ruang keluarga memiliki luas kira-kira 6,5m x 3m. terdapat 6
buah pintu; 1 pintu dari arah ruang tamu, 3 buah pintu ruang tidur
(RT1, RT 2, dan RT 3), 1 buah pintu menuju dapur, 1 buah pintu
menuju teras; dan 1 buah jendela besar dengan jalosi diatasnya.
Ruang tamu berisi 1 buah bufet dengan 1 buah TV LED 21 diatasnya, 1
buah lemari perkakas, 1 buah meja dengan 1 buah dispenser
diatasnya, beberapa buah kursi, dan terdapat beberapa hiasan
didinding berupa foto-foto keluarga dan kalender. Penerangan cukup
namun pencahayaan kurang disebabkan cahaya dari luar yang akan
masuk ke jendela terhalang oleh atap teras.
Terdapat 3 buah kamar tidur. Kamar tidur I merupakan kamar tidur
kosong yang hanya diisi apabila terdapat sanak saudara atau tamu
yang menginap. Luas kamar tidur kira-kira 3m x 3m. Terdapat 1 buah
pintu menuju ruang keluarga dan 1 buah jendela denga jalosi
diatasnya. 2 buah kasur tanpa dipan dan 1 buah lemari pakaian.
Pencahayaan dan penerangan ruangan cukup.
Kamar tidur II merupakan kamar cucu Tn. AK yaitu sdr. DW. Luas
kamar kira-kira 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu menuju ruang
keluarga dan 1 buah jendela dengan jalosi diatasnya. Terdapat 1
buah dipan dengan kasur diatasnya dan 1 buah lemari pakaian.
Pencahayaan dan penerangan cukup.
Kamar tidur III merupakan kamar Tn. AK dan istrinya, Ny. H. luas
kamar kira-kira 3m x 2,5m. Terdapat 1 buah pintu menuju ruang
keluarga dan 1 buah jendela dengan jalosi diatasnya. Terdapat 1
buah dipan dengan kasur diatasnya dan 1 buah lemari pakaian.
Pencahayaan dan penerangan cukup.
Dapur memiliki luas kira-kira 2m x 3m. Terdapat 3 buah pintu; 1
pintu mneuju ruang makan, 1 buah pintu menuju toilet, 1 buah pintu
menuju halaman belakang; dan jendela dengan jalosi diatasnya.
Seperangkat alat masak, magic jar, lemari perkakas dapur, dan
wastafel. Pencahayaan dan penerangan cukup.
Ruang makan memeiliki luas kira-kira 2m x 2,5m. Terdapat 1 buah
pintu dari arah dapur dan 1 buah jendela denga jalosi diatasnya.
Terdapat 1 set meja makan dan sebuah kulkan. Pencahayaan dan
penerangan cukup.
Toilet memiliki luas kira-kira 2m x 1,5m. Terdapat lubang aingin
yang cukup besar,1 buah kloset, dan beberapa ember gayung untuk
keperluan mandi. Sumber air dialirkan menggunakan pompa air.
Pencahayaan dan peneraangan cukup.
Teras berada di sisi rumah dengan ukuran 4,5m x 1,5m. Beratapkan
asbes dan berlantaikan tanah. Rumah tersebut merupakan rumah yang
baru dibangun kembali pada 2013 sampai akhir 2014, namun belum
selesai dan telah ditempati dari 3 bulan lalu.
2.3 Keadaan Keluarga
Dalam memulai kehidupan berkeluarga, Tn. AK dan Ny. H tidak
melakukan perencanaan seputar jumlah anak yg diinginkan, jenis
kelamin anak yang diinginkan, ataupun jarak antar anak. Tn. AK dan
Ny. H tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan anak pertama, 1
tahun setelah pernikahan mereka dikaruniai anak laki-laki. Menurut
pengakuan Ny. H tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Dahulu Tn. AK bekerja sebagai buruh di pasar Cimeng, Teluk
Betung. Namun berhubung kondisi Tn. AK sudah tidak sebugar dahulu
dan juga sebab permintaan dari anak-anak nya maka Tn. AK tidak lagi
bekerja. Sedangkan Ny. H sedari dulu hanya sebagai ibu rumah
tangga.
Tn. AK memiliki keluhan kesehatan berupa nyeri-nyeri pada
beberapa baigan tubungnya, hal ini sudah dirasakan sejak 1 tahun
lalu dan terdapat sedikit progresivitas dalam keluhannya. Sedangkan
Ny. H memiliki keluhan berupa nyeri pada bagian belakang panggulnya
(low back pain). Keluhan ini muncul setelah beliau mengangkat beban
yang cukup berat yaitu ember berisi air kurang lebih 2 bulan yang
lalu.
Tn. DW bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan air minum
dalam kemasan dibagian pensortiran produk. Jam kerja Tn. DW terbagi
menjadi 3 jenis shift kerja berdasarkan waktu. Shift I dimulai dari
pukul 7.00 sampai dengan pukul 14.00. Shift II dimulai dari pukul
14.00 sampai dengan pukul 22.00. Shift III dimulai dari pukul 22.00
sampai dengan pukul 7.00. Sedangkan penjadwalan shift adalah;
minggu pertama shift I, minggu kedua shift II, minggu ketiga shift
III dan begitu seterusnya. Menurut keterangan yang kami dapatkan,
Tn. DW tidak memiliki keluhan seputar kesehatan.
Seluruh anggota keluarga binaan setiap hari berkumpul. Sedangkan
untuk waktu bertemu Tn. DW tergantung dari jenis shift kerjanya.
Anggota keluarga lain yang berada diluar houshold sering berkunjung
ke rumah Tn. AK kecuali Ny. S (anak kedua) yang bekerja di
Malaysia, Ny. R (anak ketiga) dan suami yang bekerja dan menetap di
Palembang, dan Tn. A (anak kelima) sekeluarga yang bekerja dan
menetap di Jogja. Frekuensi kunjungan tidak terlalu intens tetepi
dalam seminggu psati terdapat kunjungan. Hubungan seluruh anggota
keluarga adalah sangat dekat. Berikut ini adalah family map
keluarga Tn. AK.
Tn.DWGambar 4. Hubungan tiap anggota keluarga (family map)2.4
Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan ekonomi anggota keluarga yang tinggal dirumah
sebagaian didapatkan dari penyisihan penghasilan Tn. DW yang
bekerja di perusahaan air minum dalam kemasan dan sebagian
pemberian anak serta cucu Tn. AK dan Ny. H yang lain. Dahulu Tn. AK
dan Ny. H mendapatkan penghasilan dari Tn. AK yang bekerja menjadi
Tenaga kasar terutama bekerja sebagai kuli bangunan. Penghasilan
yang didapat saat itu dipakai untuk biaya hidup sehari-hari serta
menyekolahkan anak dan cucunya.
Untuk kebutuhan pendidikan, saat itu Tn. AK dan Ny. H bercerita
bahwa mereka adalah orang yang kurang mendapat pendidikan sehingga
kesulitan dalam mendapatkan penghasilan, sehingga mereka bertekat
anak dan cucunya harus dapat mengenyam pendidikan yang lebih
sehingga mendapat kehidupan yang layak dari hasil kerja kerasnya
sebagai tenaga kasar. Sehingga, saat ini semua anaknya minimal
merupakan lulusan SMA dan ada yang hingga perguruan tinggi. Hal
tersebut membuat anak cucu Tn. AK dan Ny. H dapat memenuhi
kebutuhan ekonominya minimal hingga sekunder.
Saat ini Tn. AK dan Ny. H merupkan lansia yang telah tidak
bekerja lagi sejak kurang lebih 10 tahun terakhir, sehingga tidak
dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Namun, berkat tekatnya
dahulu untuk membuat anak cucunya menjadi orang yang hidup dengan
layak, sehingga keadaan Tn. AK dan Ny. H yang telah tidak bekerja
bukan suatu permasalahan besar. Saat ini kebutuhan hidup Tn. AK dan
Ny. H sepenuhnya ditunjang oleh anak cucunya yang telah bekerja.
Anak dan cucunya secara sukarela dan bangga menyisihkan
penghasilannya untuk memberi Tn. AK dan Ny. H.
Untuk pemenuhan dalam bidang spiritual dilaksanakan kadang
secara bersama-sama antara Tn. AK dan Ny. H , namun kadang Tn. AK
beribadah di Mushola dan Ny. H beribadah dirumah. Hal tersebut
disimpulkan dari keterangan Tn. AK dan Ny. H.
Untuk pemenuhan dalam bidang kesehatan dipenuhi Tn. AK dan Ny. H
dengan mendatangi puskesmas maupun memanggil mantri desa. Kunjungan
ke puskesmas maupun pemanggilan mantri desa jarang dilakukan.
Frekuensi banyaknya pemenuhan dalam bidang kesehatan sebanyak 3-4
kali selama setahun. Kunjungan ke puskesmas atau pemanggilan mantri
desa biasanya dilakukan ketika ada keluarga yang sudah merasakan
gejala penyakit yang cukup parah, ketika hanya panas, demam, batuk,
pilek sedikit lebih memilih beristirahat dan minum obat di
warung.
2.5 Gaya Hidup Keluarga
Berdasarkan penjelasan yang diberikan oleh Tn. AK dan Ny. H
mengenai gaya hidup keluarga. Pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
sehari-hari pada keluarga Tn. AK dipilih, dimasak dan disiapkan
oleh Ny. H. Makanan yang dimasak dan disajikan sering kali hanya
diperuntukan untuk Tn. AK dan Ny. H saja, dikarenakan Tn. DW lebih
sering makan di perusahaan tempat dia bekerja saat mendapatkan shif
dia bekerja. Makanan yang disajikan di rumah dimasak setiap pagi
dan sore hari. Pagi hari memasak lauk, sayur dan nasi untuk makan
sarapan pagi dan makan siang, sedangkan sore hari mengangatkan
lauk, sayur dan memasak nasi kembali untuk makan pada malam
hari.
Berdasarkan hasil keterangan makanan yang dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa jenis makanan yang dimasak dan disajikan termasuk
makanan yang memiliki gizi seimbang antara sumber energi, protein
dan serat. Sedangkan jumlah asupan yang dimakan oleh setiap anggota
keluar berdasarkan keterangan adalah 2-3 kali dalam sehari dengan
setiap makannya berkisar - piring. Selain dari pada itu dipaaparkan
pula bahwa sering diselingi makanan ringan seperti roti dan
gorengan diantara waktu makan, walaupun tidak dilakukan setiap hari
untuk makanan selingannya.
Kebiasaan konsumsi air dalam keluarga Tn. AK dan Ny. H dipenuhi
menggunakan air minum dalam kemasan yang kebetulan didapatkan dari
tempat Tn. DW bekerja. Kebutuhan minum untuk Tn. AK dikhususkan
disajikan dalam kondisi hangat oleh Ny. H dikarenakan apabila
disajikan dalam kondisi dingin atau tidak hangat maka Tn. AK
mengeluh merasa kembung dan tidak bisa minum banyak. Frekuensi
minum berdasarkan penjelasan Tn. AK dan Ny. H, 3-5 gelas seukuran
kurang lebih 200ml yang berarti setara dengan 600-1000ml dalam
setiap harinya untuk Tn. AK dan 2-4 gelas seukuran kurang lebih
200ml yang berarti setara dengan 400-800ml dalam setiap harinya
untuk Ny. H.
Untuk kebiasaan berolah raga dalam keluarga dinyatakan sangat
kurang atau hampir tidak pernah dilakukan untuk 5-10 tahun terakhir
bagi Tn. AK dan Ny. H, namun masih rutin dilakukan oleh Tn. DW
disela-sela kesibukannya. Kebiasaan berolah raga yang sangat kurang
disebabkan karena kondisi fisik Tn. AK dan Ny. H yang sudah tidak
memungkinkan. dan Tn. DW yang sibuk bekerja. Bagi Tn. DW sendiri
sering kali berolah raga dengan bermain sepak bola bersama teman
kantornya. Hal ini dikarenakan Tn. DW merupakan salah satu pemain
tetap dalam tim sepak bola di perusahaan tempat dia bekerja.
Berdasarkan penjelasan Tn. AK dan Ny. H tentang kebiasaan minum
alkohol dalam keluarga disangkal. Mereka memaparkan bahwa
dilingkungannya sempat pernah ada kebiasaan negatif berupa
minum-minuman dan pemakaian obat terlarang. Namun, hal itu tidak
pernah mengenai keluarganya.
Untuk kebiasaan merokok dilakukan oleh Tn. AK. Kebiasaan merokok
sendiri diakui sulit dihilangkan karena sudah dilakukan sejak kecil
walaupun sudah pernah dilarang oleh Ny. H dan anggota keluarga
lainnya. Frekuensi rokok Tn. AK diakui sampai 1 bungkus
(12-16batang) dalam sehari semalam. Tn. AK merokok disaat waktu
senggang dan setelah makan pokok maupun makan makanan selingan. Tn.
AK sendiri, walaupun sudah merokok sejak kecil, tetap dengan tegas
tidak memperbolehkan anggota keluarganya yang lain merokok seperti
dia.
2.6 Lingkungan Hidup Keluarga
Keluarga Tn. AK dan Ny. H tinggal disalah satu perkampungan
dibilangan Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota
Bandar Lampung. Lingkungan perkampungan tersebut merupakan jenis
perkampungan tempat tinggal permanen yang cukup jauh dari jalan
raya. Lingkungan dalam perkampungan tersebut cukup padat, namun ada
beberapa rumah yang masih memiliki halaman yang luas termasuk rumah
Tn. AK dan Ny. H.
Untuk Higienitas lingkungan rumah Tn. AK dan Ny. H dapat
dikatagorikan sebagai lingkungan yang bersih namun tidak teratur
sesuai panduan Berkas Keluarga FOME FK Unila. Rumah tempat tinggal
Tn. AK dan Ny. H dapat dikatakan bersih karena saat kunjungan tidak
dilihat serakan sampah, limbah dan jauh dari aliran air limbah.
Rumah Tn. AK dan Ny. H dikatakan tidak teratur dikarenakan kondisi
bangunan rumah yang baru saja dibangun dan belum selesai
pembangunannya, sehingga terdapat barang-barang yang belum
sepenuhnya ditata dan keadaan halaman yang masih gersang dan kurang
ditumbuhi tanaman.
Untuk keamanan Lingkungan perkampungan sendiri dapat
dikatagorikan sebagai kategori aman dengan penjagaan berdasarkan
kategori panduan Berkas Keluarga FK Unila. Selama tinggal di
perkampungan tersebut Tn. AK dan Ny. H menjelaskan tidak ada
kejahatan yang cukup mengancam. Namun, ancaman keamanan masih ada,
yang terakhir kali adalah kehilangan 2 motor dalam waktu sebulan
ditahun 2014 yang dialami oleh Tn. DW, Tn. AK dan Ny. H.
kejadiannya sendiri berada di depan rumah yang ditinggali sekarang
dengan kronologi yang hampir sama antara kehilangan yang pertama
dan kedua, yaitu motor diparkir di depan rumah tanpa pengawasan
pada siang hari.
Untuk paparan partikel/zat yang ada di dalam rumah dan
lingkungan sekitar sendiri adalah debu. Debu yang berasal dari
dalam rumah merupakan debu bangunan yang belum selesai dibangun
& dicat, serta debu dari atap rumah yang belum dilapisi
langit-langit/plavon. Debu yang berasal dari lingkungan merupakan
debu tanah halaman yang gersang dan diterbangkan oleh angin.
Status lingkungan pekerjaan pada keluarga Tn. AK dan Ny. H hanya
dimiliki oleh Tn. DW. Tn. DW bekerja pada perusahaan air minum
dalam kemasan. Dalam perusahaan air minum dalam kemasan, Tn. DW
bekerja sebagai pen-sorting (penjaga kualitas) kemasan air minum
yang layak dipasarkan dan harus dipisahkan untuk diulangi yang
dapat dikatagorikan sebagai pekerja fisik dilapangan berdasarkan
panduan Berkas Keluarga FOME FK Unila. Pekerjaannya sendiri
memiliki resiko seperti kecelakaan kerja dan strees kejenuhan,
sedangkan untuk paparan zat/partikel yang mungkin ada dalam
pekerjaannya sehari-hari adalah paparan dari bising dan getaran
yang berasal dari mesin-mesin tempat dia bekerja.
Status sosial dalam keluarga pada keluarga Tn. AK dan Ny. H
adalah sebagai anggota dari beberapa perkumpulan yang ada di
lingkungannya. Perkumpulan yang diikuti oleh Tn. AK di
lingkungannya adalah anggota dari pengajian dan baca Yasin yang
rutin dilakukan setiap kamis malah setelah solat Isya (Bada Isya),
sedangkan perkumpulan yang sering diikuti oleh Ny. H adalah sebagai
anggota pengajian ibu-ibu yang rutin dilakukan setiap hri Jumat
sore dan Sabtu sore setelah solat Ashar (Bada Ashar)
Kedudukan keluarga Tn. AK dan Ny. H sendiri ditengah lingkungan
sosial dihormati secara sewajarnya. Penghormatan yang diberikan
kepada keluarga Tn. AK dan Ny. H terbangun dari beberapa faktor,
diantaranya karena Tn. AK dan Ny. H merupakan anggota masyarakat
yang sudah cukup berumur dan berpengalaman, Tn. AK dan Ny. H
merupakan tetangga yang aktif dan dikenal sering membantu dan
memperhatikan tetangganya, istri dari anak Tn. AK dan Ny. H yang
pertama, yaitu Ny. N merupakan kader puskesmas senior.
Paparan stress sosial yang kami tanyakan sebagai gangguan,
tekanan, atau faktor pembuat pusing sebagai warga lingkungan maupun
dari warga lingkungan dijawab tidak ada. Faktor terdekat yang
dinyatakan adalah karena sekarang Tn. AK dan Ny. H tidak bisa lagi
terlalu jauh kalo mau jalan-jalan muter kampong kayak dulu lagi. Di
luar faktor diatas, Tn. AK dan Ny. H mengaku tidak ada, karena
mereka menganggap sesuatu yang membuat mereka pusing sekarang tidak
pernah mereka pikirkan berlebihan.
2.7 Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga
Setelah melakukan kunjungan I sebannyak 2 kali, yaitu tanggal 13
dan 17 april 2015, dimana saat itu kami melakukan perkenalan, dan
identifikasi masalah kepada seluruh anggota keluarga yang tinggal
di rumah. Identifikasi masalah dilakukan dengan cara
meng-anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan glukosa darah dan asam urat darah melalui darah tepi.
Dari hasil identifikasi, didapatkan
2.7.1 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan
karakteristik keluarga
Keluarga Tn. AK dan Ny. H merupakan keluarga lansia dengan
seorang cucu, sehingga terdapat beberapa resiko kesehatan dari
faktor usia dan tingkat pendidikan Tn. AK dan Ny. H. Faktor resiko
yang mungkin terdapat dari keluarga Tn. AK dan Ny. H karena usia
mengarah pada penyakit degeneratif untuk Tn. AK dan Ny. H yang
telah berumur 73 tahun dan 64 tahun. Faktor resiko pada keluarga
Tn. AK dan Ny. H yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang
rendah adalah berupa kebiasaan prilaku yang belum menerapkan pola
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Permasalahan kesehatan yang telah timbul terkait keadaan
karakteristik keluarga Tn. AK dan Ny. H adalah keadaan nyeri otot
yang dirasakan Tn. AK dan nyeri pinggang yang dirasakan Ny. H.
Masalah kesehatan yang timbul selain dari itu, setelah dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa penilaian kadar gula darah dan asam
urat, didapatkan asam urat Tn. AK adalah 9,2mg/dl. Keadaan nyeri
otot yang dirasakan Tn. AK adalah nyeri berdenyut yang terjadi pada
regio cruris sejak setahun lalu dan menjalar ke bagian abdomen
anterior dan posterior. Nyeri dirasakan semakin parah ketika
berjalan lebih dari 30-50m tanpa istirahat. Keadaan nyeri yang
dirasakan Ny. H adalah nyeri pinggang belakang (low back pain).
Nyeri yang dirasakan oleh Ny. H timbul ketika Ny. H mengangkat 1
ember berisi air 1,5 bulan lalu. Nyeri pada Ny. H semakin parah
ketika diurut 1 bulan lalu. 2.7.2 Risiko/masalah kesehatan yang
berhubungan dengan keadaan rumah
Resiko kesehatan yang ada juga dapat berasal dari keadaan rumah
rumah keluarga Tn. AK dan Ny. H yang saat ini dalam proses
pembangunan dan telah ditempati sebelum selesai sepenuhnya. Resiko
kesehatan yang ada berasal dari paparan debu yang dihasilkan karena
dinding rumah yang belum dicat, debu dari atap rumah yang belum
dilapisi langit-langit/palvon, dan kondisi lantai rumah yang sulit
debersihkan.
Lingkungan hidup sekitar rumah dimana keluarga Tn. AK tinggal
saat ini juga dapat menyebabkan beberapa resiko kesehatan bagi
anggota keluarga yang hidup dirumah. Resiko kesehatan yang dapat
timbul dari keadaan lingkungan hidup keluarga ini adalah halaman
yang gersang dan mudah meniupkan debu ketika ada angin yang cukup
kencang.
Resiko kesehatan lain yang dapat timbul adalah lokasi tempat
tinggal yang tidak cukup jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Sampah
(TPA) Bakung. Faktor resiko tersebut adalah timbulnya bau sampah
menyengat saat hujan dan arah angin mengarah ke perkampungan tempat
tinggal keluarga yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, serta
mudahnya penyebaran penyakit maupun vektor penyakit melalui udara
maupun aliran air yang ada.
2.7.3 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan fungsi
keluarga
Anggota keluarga Tn. AK yang tinggal didalam rumah merupakan
keluarga lansia dengan seorang cucu. Resiko kesehatan yang
berhubungan dengan fungsi keluarga dapat timbul pada cucu Tn. AK
dan Ny. H, yaitu Tn. DW yang telah tinggal bersama Tn. AK dan Ny. H
sejak usia 8 bulan, dan jarang sekali bertemu atau kontak dengan
orang tuanya yang tinggal di Palembang. Faktor resiko tersebut
dapat mengancam dari psikologi Tn. DW yang sudah tinggal jauh dari
kedua orang tuanya sejak kecil.
Faktor resiko lain yang mungkin terjadi dengan kaitannya fungsi
keluarga juga dapat timbul pada Tn. AK dan Ny. H. Resiko kesehatan
itu iyalah tekanan psikologis pada Tn. AK dan Ny. H yang disebabkan
Tn. DW yang akan menikah dan keluar dari rumah pada bulan Juni
2015.
Dalam keluarga Tn. AK terdapat perencanaan yang biasanya
dimusyawarahkan kepada seluruh anggota keluarga yang dirumah. Hasil
dari musyawarah dikonsultasikan juga kepada anggota keluarga yang
tinggal didekat rumah, yaitu Tn. I sebagai anak pertama Tn. AK dan
Ny. H, dan Ny. M sebagai anak keempat. Keputusan perencanaan
diputuskan oleh Tn. AK sebagai kepala keluarga.
2.7.4 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan keluarga
Saat ini keluarga Tn. AK merupakan keluarga orang tua lansia
dengan seorang cucu. Sumber ekonomi keluarga sebagian berasal dari
penghasilan Tn. DW yang telah disisihkan dan sebagian pemberian
setiap bulan oleh seluruh anak dan cucu Tn. AK dan Ny. H yang telah
berkeluarga dengan sukarela dan tanpa penentuan besarnya. Pemenuhan
kebutuhan ekonomi keluarga Tn. AK dapat dikatagorikan dalam
pemenuhan sekunder berdasarkan panduan Berkas Keluarga FOME FK
Unila, dan belum ditemukan resiko kesehatan berarti yang berasal
dari faktor pemenuhan kebutuhan keluarga.
Dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan dalam keluarga dapat
dikatagorikan sebagai terpenuhi pendidikan menengah berdasarkan
Berkas Keluarga FOME FK Unila 2014. Kategori tersebut karena 4 dari
kelima anak Tn. AK dan Ny. H berpendidikan terakhir SMA, dan satu
dari kelima anaknya berpendidikan terakhir sarjana di kota
Yogyakarta.
2.7.5 Risiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya
hidup keluarga
Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan oleh Tn. AK dan Ny.
H mengenai gaya hidup keluarga dalam pertemuan I terdapat beberapa
resiko kesehatan yang mengancam. Resiko kesehatan yang pertama
datang dari kebiasaan pola makanan yang dipilih, dimasak dan
disajikan oleh Ny. H sebagai ibu rumah tangga. hal ini dapat
menyebabkan beberapa kemungkinan dari resiko kesehatan bagi
keluarga Tn. AK berhubungan dengan asupan gizi.
Resiko kesehatan kedua yang berhubungan dengan gaya hidup
keluarga adalah kebiasaan merokok Tn. AK masih berlanjut sampai
saat ini. Tn. AK mengaku untuk kebiasaan merokok telah dilakukannya
sejak kecil dan dia tidak bisa bila minta berhenti, bahkan menurut
keterangan Ny. H, Tn. AK pernah marah ketika terus terusan diminta
untuk berhenti merokok olehnya dan oleh anggota keluarga yang
lainnya. Kebiasaan merokok ini dapat menjadi faktor resiko dari
beberapa penyakit yang berhubungan dengan jantung, paru, dan
pembuluh darah (Cardiorespirovascular diseases) bagi Tn. AK sebagai
perokok aktif, maupun anggota keluarga lainnya yang tinggal di
dalam rumah sebagai perokok pasif.
Resiko kesehatan ketiga yang berhubungan dengan gaya hidup
keluarga adalah kurangnya, bahkan tidak adanya aktivitas olah raga
bagi Tn. AK dan Ny. H. Kurangnya olah raga bagi Tn. AK dan Ny. H
diakibatkan karena kondisi fisik lansia mereka yang sudah
memungkinkan untuk melakukan olah raga. Keadaan kurang olah raga
bagi Tn. AK dan Ny. H dapat menyebabkan penurunan kebugaran tubuh
dan penumpukan energy yang berlebihan.
2.8.Urutan Prioritas Masalah Keluarga
Setelah mendapatkan informasi yang kami anggap cukup dari Tn.
AK, Ny. H, dan Tn. DW secara langsung, maka kami menetapkan
beberapa permasalahan berdasarkan prioritasnya dengan menggunakan
metode USG. Adapun prioritas permasalahan pada keluarga Tn. AK
sebagai berikut :a. Kadar asam urat yang tinggi pada Tn. AK b.
Kebiasaan merokok Tn. AK.c. Kondisi rumah rumah yang berdebu.d. Low
back pain yang dialami Ny. H
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Alasan Penyusunan Prioritas Masalah KeluargaUntuk menentukan
prioritas masalah yang akan ditangani, kami menggunakan metode USG
(urgensi, seriosness, growth), yang dijabarkan pada tabel
berikut.Tabel 2. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode
USGNoDaftar masalahNilai KriteriaNilai Akhir
USG
1Kadar asam urat Tn. AK yang tinggi.44413
2Kebiasaan merokok Tn. Ak24410
3Kondisi rumah yang berdebu4239
4Low back pain yang dialami Ny. H43411
Dari beberapa masalah kesehatan yang berhasil diidentifikasi,
setelah dilakukan perhitungan tingkat perioritas menggunakan metode
USG, masalah kadar asam urat Tn. AK yang tinggi menjadi prioritas
tertinggi kami. Jika dibandingkan dengan yang lainnya, masalah kadr
asam urat Tn. AK yang tinggi dilihat dari sisi seriousness yang
mana Tn. AK sering mengeluhkan nyeri-nyeri pada bebrapa bagian
tubuhnya dan hal tersebut menyebabkan penurunan produktifitas dari
Tn. AK. Masalah tersebut cukup fiable bagi kami untuk kami
intervensi.
3.2Rencana Pemeliharaan Kesehatan Pada KeluargaLangkah
selanjutnya setelah kami menentukan prioritas masalah yang akan
ditangani adalah melakukan intervensi. Sebelum melakukan intervensi
diperlukan strategi atau perencanaan agar tujuan yang dinginkan
terceapai atau paling tidak dapat menurunkan masalah yang ada.
Berikut ini tabel perencanaan pemeliharaan kesehatan keluarga dan
intervensi.Tabel 3. Rencana pemeliharaan kesehatan keluarga dan
intervensiPerencanaanTahap Intervensi (2)Hasil Intervensi (3)
Tujuan KegiatanMateri KegiatanCara PembinaanSasaran Individu
Edukasi diet rendah purin.Daftar bahan pangan rendah purin dan
contoh menu rendah purin.Memberikan edukasi seputar bahan pangan
tinggi purin dan penjelasan daftar bahan pangan dan contoh menu
rendah purin.Tn. AK dan Ny. H.Tn. AK mengikuti anjuran untuk
mengikuti diet rendah purin dan Ny. H men-support dengan menyajikan
menu rendah purin setiap hari.Terdapat penurunan kadar asam urat
Tn. AK
3.3Pelaksanaan IntervensiPelaksanaan intervensi dilakukan pada
tanggal 24 April 2015 pukul 7.30 sampai dengan selesai. Intervensi
dilakukan dengan menggunakan media yaitu berupa beberapa poster
berukuran A3 berisi daftar bahan pangan dan contoh menu rendah
purin serta lembar catatan makanan yang dimakan setiap hari.
Penjelasan mengenai media intervensi sebagai berikut.a. Poster
daftar bahan pangan dan contoh menu rendah purin.Poster tersebut
dibuat dengan ukuran A3 dengan isi sebagai berikut: Makanan
pokokYang boleh dikonsumsi : Nasi, ketan, bubur nasi, bihun, roti,
gandum, makaroni, pasta, kentang, ubi, talas, singkong.Yang harus
dikurangi : Tidak adaYang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada
Lauk-paukYang boleh dikonsumsi: TelurYang harus dikurangi: -
Daging (ayam, sapi, kambing) maksimal 1 potong/ hari ata 50
gram/hari. Ikan bandeng, tongkol, tenggiri, bawal. Maksimal 1
potong/ hari ataa 50 gram/hari. Udang. Tahu, tempe. Maksimal 1
potong/ hari atau 50 gram/hari.Yang tidak boleh dikonsumsi: Jeroan
(hati, ampela, usus, paru, babat dll), sarden, kaldu daging, bebek,
burung, angsa, remis, dan ragi.
Sayur-sayuranYang boleh dikonsumsi: Wortel, sawi, labu siam,
kacang panjang, terong, pare, oyong, ketimun, labu air, selada air,
tomat, selada, lobak.Yang harus dikurangi:Bayam, buncis, daun/biji
melinjo, kapri, kacang polong, kembang kol, kangkung, jamur.
Maksimal 1 ons/hari.Yang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada
Buah-buahanYang boleh dikonsumsi: Semua macam buah. Dianjurkan
makan buah pepaya, jambu, jeruk, tomat, pisang.Yang harus
dikurangi: Tidak adaYang tidak boleh dikonsumsi: Tidak ada
MinumanYang boleh diminum:Semua minuman yang tidak beralkohol
dan bersoda.Yang harus dikurangi: Teh kental, kopi. Maksimal 1
gelas/hariYang tidak boleh diminum: Minuman bersoda (coca cola,
fanta, sprit), minumal beralkohol (tuak, arak, ciu dll)
Lain-lainnyaYang boleh di konsumsi:Semua bumbu gunakan
secukupnyaYang harus dikurangi: Makanan yang berlemak, santan
kental, makanan yang digoreng.
Contoh menu rendah purinContoh menu 1 Pagi : nasi, telur, tomat,
susu.- Pukul 10.00 pagi : pisang, jambu.- Siang: nasi, ikan sayur
asam (tanpa buah atau daun melinjo), pisang atau pepaya.- Pukul
4.00 sore: teh manis.- Malam : nasi, tumis sawi dengan tomat,
timun, pisang.
Contoh menu 2 Pagi: nasi, telur dadar isi wortel dan tomat, teh
manis.- Pukul 10.00 pagi: semangka.- Siang: nasi, ikan (1 potong),
tempe bacem (1 potong kecil), sayur sop, buah jeruk.- Pukul 4.00
sore: pisang.- Malam: nasi, daging (1 potong), pepes tahu, tumis
sawi dan tomat, buah pisang ambon.
Gambar 5. Media intervensi daftar bahan pangan dan contoh menu
rendah purin.
b. Lembar catatan makanan yang dimakan sehari-hariLembar ini
berfungsi layaknya diary dimana makanan yang dimakan setiap hari
ditulis di kolom yang disediakan sesuai dengan hari dan jenis
konsumsinya (makanan atau minuman). Tujuan dari lembar ini adalah
selain untuk mengetahui apa saja yang dikonsumsi sehari-hari juga
bertujuan agar apabila intervensi diet rendah purin membuahkan
hasil maka jenis konsumsi yang telah dikonsumsi dihari-hari
sebelumnya seperti yang terdapat dalam lembar catatan dapat
digunakan sebagai panduan menu dihari-hari selanjutnya.Untuk
pencatatan makanan yang dimakan sehari-hari kami minta cucu Tn. AK
yaitu sdr. DW untuk mencatatnya.
Gambar 6. Media intervensi lembar catatan makanan yang dimakan
sehari-harib. Food recall via telphoneSelain meminta Tn. AK dan Ny.
H untuk mencatat apa saja yang sikonsumsi sehari-hari, kami juga
melakukan food recall via telphone setiap malam pukul 19.30 dan
kemudian dicatat. Tujuan food recall via telphone ini adalah untuk
mengetahui apa saja yang dikonsumsi keluarga Tn. AK (evaluasi) dan
juga untuk mengingatkan apabila terdapat kesalahan dalam pemilihan
bahan pangan dan jumlah konsumsi yang tidak sesuai dengan menu
diaet rendah purin.
3.4 Hasil IntervensiTahap selanjutnya setelah intervensi adalah
evaluasi. Evaluasi kami lakukan pada tanggal 8 Mei 2015 pukul 15.30
18.00. tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperoleh setelah intervensi.Media evaluasi yang kami gunakan
adalah alat pengukur kadar asam urat dan juga catatan dari hasil
food recall via telphone yang kami lakukan setiap hari.Hasil dari
pengecekan kadar asam urat menunjukkan penurunan walaupun masih
dalam kadar diatas normal yaitu 8 mg/dL. Tn. AK juga bercerita
bahwa keluhan yang dialaminya seputar nyeri-nyeri pada beberapa
bagian tubuhnya juga mulai berkurang.
48
Gambar 7. Hasil evaluasiMenurut catatan hasil recall dan
dicocokkan dengan lembar catatan makanan yang dimakan sehari-hari
yang telah kami minta kepada sdr. DW untuk mencatatnya menunjukkan
bahwa Tn. AK dan Ny. H menjalankan diet rendah purin dengan baik.
Kepatuhan ini disebabkan oleh adanya kemauan dari Tn. AK dan Ny. H
untuk hidup lebih sehat dan juga didukung dengan daftar menu diet
rendah purin yang telah kami berikan.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Prioritas masalah dari keluarga Tn. AK adalah tingginya kadar
asam urat Tn. AK . Hasil intervensi diet rendah purin telah cukup
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi dimana terjadi
penurunan kadar asam urat Tn. AK stelah mengikuti diet rendah purin
dan terjadi perbaikan pola yang sehat yang sesuai dengan kondisi
Tn. AK.
4.2 Saran Adapun saran yang dapat kami berikan kepada keluarga
Tn. AK adalah sebagai berikut.4.2.1 Tn. AK dan Ny. S harus selalu
memotivasi diri sendiri untuk selalu mengikuti diet rendah
purin.4.2.2anggota keluarga lain, dalam hal ini sdr. DW, juga harus
memberi motivasi dan mengingatkan Tn. AK dan Ny. H untuk selalu
menjaga pola makan diet rendah purin.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Singkat Pencapaian
Millenium Development Goals Indonesia 2009.Kemenkes RI.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI 133 (2009). Retrieved from
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU No. 36 Th 2009 ttg
Kesehatan.pdfLarasati T. A. dan Reni Zuraida. 2014. Buku Panduan
Family Oriented Medical Education. FK Unila. Bandar
Lampung.Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Departemen Kesehatan RI (2004).Republik Indonesia, 2012,
Peraturan pemerintah no. 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
NasionalRepublik Indonesia, 2014, Kementrian Kesehatan RI no. 75
tahun 2014 tentang Sistem Kesehatan NasionaWHO,UNICEF. 2006.
Meeting The MDG Drinking Water and Sanitation Target: The Urban and
Rural Challenge of The Decade. WHO Press. Geneva.Hal 1- 41
LAMPIRAN
Identifikasi masalah
Intervensi
Evaluasi
Media intervensi