LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA IDENTIFIKASI KOMPONEN SENYAWA PADA BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata Semen) Oleh : Kelompok I Transfer 2014 Nama : Sitti Farah Diba Hamid Fitri Tri Putri Sri Reski Ananda Kerolina Seba Riza Rosita Nurwulan Halubangga Tutut Purnama Sari Erfina Marjulyati Irene marlin Zainal Abidin Jabal Rahman
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIAIDENTIFIKASI KOMPONEN SENYAWA PADA
Pemisahan dengan KLT dengan mudah diamati jika semua senyawa yang
dipisahkan berwarna. Namun, jika beberapa atau semua senyawa tidak berwarna
harus dilakukan penampakan bercak. Bercak yang terbentuk berdasarkan hasil
pengembangan diamati dibawah sinar tampak dan sinar UV. Jika senyawa yang
diteliti mengandung ikatan rangkap terkonjugasi atau cincin aromatik, bercak
akan tampak gelap dengan latar belakang bersinar pada UV 254 nm. Pada UV 365
nm, bercak yang sama akan nampak berpendar. Jika pengamatan di bawah sinar
UV tidak dapat mendeteksi suatu senyawa, perlu dilakukan pengujian reaksi
dengan penyemprotan atau penguapan suatu reagen. Pengujian berdasarkan warna
dilakukan untuk uji kualitatif. KLT sering digunakan untuk mencari sistem eluen
untuk pemisahan campuran senyawa dengan kromatografi kolom. Identifikasi dari
senyawa yang terpisah pada lapis tipis diperoleh dari harga faktor retensi (Rf),
yaitu dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh senyawa terlarut dengan
jarak tempuh pelarut.
Harga Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asal
Jarak yang ditempuh pelarut dari titik asal
(Padmawinata, 1985).
Kelebihan KLT adalah dapat melakukan pemisahan senyawa yang sangat
berbeda seperti senyawa organik alam dan organik sintetik, kompleks
anorganikorganik, dan bahkan ion anorganik dapat dilakukan dalam beberapa
menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal. Selain itu, KLT hanya
memerlukan pelarut dan cuplikan dalam jumlah sedikit (beberapa mikrogram
sampai lima gram).
Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nmPada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO410% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi (STIFA) Makassar.
III.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: Alat-alat gelas,
timbangan analitik, tabung reaksi dan rak tabung, batang pengaduk, bunsen, plat
tetes, pipet tetes, corong pisah, lampu UV 254 nm dan 366 nm, dan seperangkat
alat kromatografi lapis tipis (KLT).
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: Sampel biji Labu
Dragendorf, pereaksi Wagner, pereaksi H2SO4, dan lempeng KLT.
III.3 Metode Kerja
III.3.1 Pengambilan sampel
Sampel biji labu kuning (Cucurbita moschata Durch) diperoleh dari Desa
Pakabba’ Dusun Jalumata, Kec. Galesong Utara, Kab. Takalar-Makassar.
III.3.2 Pengolahan sampel
Biji labu kuning (Cucurbita moschata Durch) yang telah dikumpulkan
disortasi basah lalu dicuci. Sampel kemudian dikeringkan dan dirajang (dipotong
kecil-kecil) kemudian dilakukan sortasi kering lalu diserbukkan (serbuk kasar).
III.3.3 Pembuatan Ekstrak
Simplisia biji labu kuning (Cucurbita moschata Durch) diekstraksi
sebanyak 200 gram dengan metode refluks menggunakan 1 liter pelarut etanol
selama 2-3 jam. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan cara diangin-anginkan
hingga diperoleh ekstrak kental.
III.3.4 Proses Pemisahan
III.3.4.1 Ekstraksi Cair-Cair
Ekstrak sebanyak 5 g dilarutkan dengan 50 ml klorofom dan dimasukkan
kedalam corong pisah kemudian ditambahkan 50 ml aquadest, dimasukkan
kedalam corong pisah tersebut. Setelah itu, dikocok dan didiamkan hingga
terbentuk 2 lapisan. Dipisahkan lapisan yang larut kloroform dan lapisan yang
larut air, lalu lapisan yang larut kloroform dimasukkan kembali ke dalam corong
pisah dan ditambahkan 50 ml etil asetat. Dikocok dan didiamkan hingga terbentuk
2 lapisan. Masing-masing lapisan kloroform dan etil asetat kemudian dipisahkan
dan ditampung dalam vial berupa fraksi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya
diuapkan.
III.3.4.2 Kromatografi Lapis Tipis
Lempeng diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Lempeng yang
telah diberi garis diaktifkan dalam oven dengan suhu 115°C selama 15 menit.
Selanjutnya fraksi dilarutkan dengan masing-masing pelarut yg sesuai dan
ditotolkan pada lempeng yang telah diaktifkan.
Dibuat eluen yang sesuai, yaitu kloroform : metanol (9 : 1). Kemudian
masing-masing eluen dimasukkan ke dalam chamber, setelah itu dijenuhkan
dengan kertas saring. Dimasukan lempeng yang telah ditotolkan kedalam chamber
dan kemudian dielusi. Dilakukan pengamatan pada penampakan noda dengan
menggunakan UV 254 nm dan 366 nm.
III.3.5 Uji Identifikasi Senyawa
1. Uji Saponim
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan alkohol
70%, kemudian ditambahkan 10 ml air hangat/panas lalu dikocok selama 30
menit. Dilihat busanya dan diukur berapa cm busa yang terbentuk. Dibiarkan
selama 10 menit dan jika busanya tidak hilang ditambahkan HCl. Apabila masih
terdapat busa yang konstan maka menunjukan hasil yang positif.
2. Uji Flavonoid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
kemudian ditambahkan serbuk Magnesium sebanyak 0,5 mg lalu ditambahkan
HCl pekat 3 tetes. Endapan merah menunjukan senyawa flavon, endapan merah
tua menunjukan senyawa flavonol/flavonon dan endapan hijau menunjukan
senyawa glikosida/aglikon.
3. Uji Alkaloid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
kemudian ditambahkan 5 tetes HCl 2 N dan dipanaskan. Setelah itu ditambahkan
NaCl dan disaring lalu ditambahkan 5 tetes HCl 2 N. Dipipet 1 ml dan dimasukan
dalam tabung reaksi, dimana masing-masing tabung reaksi ditambahkan pereaksi
Dragendorf, pereaksi Mayer dan pereaksi Wagner. Untuk pereaksi Dragendorf
endapan merah/jingga menunjukan positif senyawa alkaloid, pada pereaksi Mayer
endapan putih menunjukan positif senyawa alkaloid dan pada pereaksi Wagner
endapan coklat menujukan hasil yang positif.
4. Uji Terpenoid/Steroid
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
kemudian ditambahkan eter sebanyak 5 tetes hingga terbentuk 2 lapisan antara
larutan air dan etanol. Lapisan bagian atas (larut etanol) dipisahkan dan diuapkan
dalam plat tetes lalu ditambahkan H2SO4. Endapan warna hijau menunjukan hasil
yang positif.
5. Uji Tanin
Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi dan diencerkan dengan etanol 70%,
kemudian ditambahkan 2 mL air. Setelah itu ditambahkan 3 tetes FeCl3. Endapan
warna hijau kehitaman menunjukan hasil yang positif.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol Biji Labu Kuning mengandung steroid, alkaloid, flavonoid, dan
tanin.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan orientasi pemilihan eluan secara gradien hingga
diperoleh komposisi yang baik, yang dapat menarik senyawa aktif pada lempeng
silika gel. Jika noda yang terbetuk berekor
DAFTAR PUSTAKA
Anomim, 1995, Materia Medika Indonesia VI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 1997, Ensiklopedia Nasional Indonesia, P.T. Delta Pamungkas.
Anonim, 2004. Wuluh, http://id.wikipedia.org/wiki/Waluh. Diakses tanggal 19 Desember 2014.
Anonim, 2014. Kromatografi Lapis Tipis.http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi_lapis_tipis. Diakses tanggal 19 Desember 2014.
Anonim,2011. Labu Kuning. http://riyanpharmacy.blogspot.com/2011/01/labu-kuning-cucurbitae-moschata.html. Di akses tanggal19 Desember 2014.
Byrd Graft, Alfred, 1992, Tropica, Roehrs Company, East Rutherford.
Campbell, N. A., 2000, Biologi, Edisi Kelima, Jilid I, 196, Jakarta: Erlangga.
Ditjen POM, 1986, Sediaan Galenik , Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Estien Yazid, 2005, Kimia Fisika untuk Paramedis, Yogyakarta: Andi.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia III, Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan Indonesia.
Khamidinal, 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khopkar, 2010, Konsep Dasar kimia Analitik, Jakarta: UI-PRESS.
Padmawinata, K. dan I. Soediro, 1985, Analisis Obat secara Kromatografi danMikroskopi, Penerbit ITB, Bandung. Terjemahan : Drugs Analisis by Chromatography and Microscopy, Stahl, E., Michigan
Stahl, Egon. 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung: ITB.
Still, Clark., Kahn, M., and Mitra, A., 1978. Rapid Chromatographic Techniquefor Preparatives Separations with Moderate Resolution. Journal of Organic Chemistry. Vol. 43. No. 14.
Sudjadi, Drs., 1986. Metode Pemisahan, Yogyakarta: UGM Press.