ANTI DIABETES MELITUS
ANTI DIABETES MELITUS
BAB I PENDAHULUANA. Latar belakangDiabetes melitus merupakan
suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada metabolime
glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin
dari sel-sel beta. Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas
sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl,
dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan
pada kerja insulin, baik secara kualitas maupun kuantitas,
keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah
cenderung naik (hiperglikemia)Diabetes merupakan penyakit yang
dapat menggangu metabolisme glukosa dimana glukosa yang seharusnya
menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi
musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ.Pada
diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat
menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi
insulin. Keadaan ini dapat menimbulkan hiperglikemia yang dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti dibetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik
(HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat mengakibatkan komplikasi
mikrovaskular yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi
neuropati (penyakit pada saraf). DM juga meningkatkan insiden
penyakit makrovaskuler yang mencakup insiden infark miokard, stroke
dan penyakit vaskuler perifer.B. Maksud PercobaanAdapun maksud dari
percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami efek farmakologi
dan obat-obat golongan antidiabetes.C. Tujuan PercobaanAdapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efek
antidiabetes melitus dari obat Glibenklamid, Glimepirid dan
metformin, dengan kontrol Na CMC terhadap hewan coba mencit (Mus
musculus)D. Prinsip PercobaanAdapun prinsip percobaannya yaitu
penentuan efektivitas dari obat-obat diabetes yaitu Glibenklamid,
glimepirid, dan metformin terhadap hewan coba mencit (Mus musculus)
yang diinduksi glukosa 10% dengan berdasarkan penurunan kadar
glukosa darah tiap interval waktu 30, 60, dan 90 menit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Teori umumDiabetes melitus adalah
gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovasular dan neuropati
(Sukandar, 2009).Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul
karena defesiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia
timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta
metabolismenya di ganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50 %
glukosa yang di makan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2
dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% di menjadi
lemak. Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu,
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga energi terutama di
peroleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya
hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat
sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrsel.
Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul,karena glukoosa
bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat di
sertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita
diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan
berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan
kehilangan 4 kalori untuk setiap glukosa yang diekskresi.Polifagia
timbul karena perangsangan pusat nafsu maka di hipotalamus oleh
kurangnya pemakaian glukosa di kelenjar itu (Gunawan,
2007).Pangkreas adalah suatu kelenjar endokrim yang menghasilkan
hormon peptida insulin, glukagon dan somatostatin, dan suatu
kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan. Hormon
peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau
Langerhans ( atau sek-B yang menghasilkan insulin, 2 atau sel-A
yang menghasilkan glukagon, dan 1 atau sel-D yang menghasilkan
somatostatin). Hormon-hormon ini memegang peranan penting dalam
pengaturan aktivitas metabolik tubuh, dan dengan demikian, membantu
memelihara homeostatis glukosa darah (Harvey,2013).Hati merupakan
organ utama yang menstabilkan keseimbangan glukosa (homeostatis)
antara absorpsi dan penimbunannya sebagai glikogen (pati hewan).
Glikogen ini sesudah makan dilepaskan ke dalam sirkulasi untuk
menyesuaikan kecepatan pembakaran glukosa oleh jaringan perifer.
Hati juga mampu mensintesa glukosa oleh jaringan perifer. Hati juga
mampu mensintesa glukosa dari molekul-molekul beratom 3C yang
berasal dari perombakan lemak dan protein (Tjay, 2010).Kriteria
diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa 126 mg/dL
atau pada 2 jam setelah makan 200 mg/dL atau HbA1c 8%. Jika kadar
glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi lebih kecil dari
200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah (Sukandar, 2009).Ada
4 jenis sel endokrin, yakni (Tjay. 2010) :1. Sel alfa, yang
memproduksi hormon glukagon2. Sel beta dengan banyak granula
berdekatan membran selnya, yang berisi insulin (Lat. Insula =
pulau). Setiap hari disekresikan ca 2 mg (= 50 UI) insulin, yang
dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-kira 50 % hormon ini
dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam ginjal.3. Sel D,
memproduksi sopmatostatin (antagonis somatropin).4. Sel PP
memproduksi PP (Pancreatic Polypeptide), yang mungkin berperan pada
penghambatan seksresi endokrin dan empedu.Penyakit diabetes
mellitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih),
polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan), yang dapat
dijelaskan sebagai berikut (Tjay. 2010).Disamping naiknya kadar
gula darah, gejala kencing manis bercirikan adanyagula dalam kemih
(glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan
mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan
energi dan turunnya berat badan serta rasa letih. Tubuh mulai
membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai
pembentukan zat-zat perombakan antara lain aseton, asam
hidroksibutirat dan diasetat yang membuat darah menjadi asam.
Keadaan ini yang disebut ketoacidosis amat berbahaya karena
akhirnya dapat menyebabkan pingsan (coma diabeticum). Napas
penderita yang sudah menjadi sangat kurus sering kali juga berbau
aseton (Tjay. 2010).Dewasa ini diabetes dapat dibagi dalam 3 tipe,
yakni tipe 1, tipe 2, dan tipe hamil (Tjay, 2007) :a. Tipe-1 jenis
remaja (juvenile, DM)Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel beta
pancreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat
sel- sel tidak bisa menyerap dglukosa dari darah. Karena itu kadar
glukosa darah meningkat di atas 10 mmol/I, yakni nilai
ambang-ginjal, sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin
bersama banyak air. Dibawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh
tubuli ginjal.Tipe-I menghadapi orang- orang dibawah usia 30 tahun
dan paling sering dimulai pada usia 10-13 tahun. Karena penderita
senantiasa membutuhkan insulin, maka tipe I dahulu juga disebut
IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus).Penyebabnya belum begitu
jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan
oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun berlebih
untuk menanggulangi virus. Akibatnya sel- sel pertahanan tubuh
tidak hanya membasmi virus, melainkan jug turut merusak atau
memusnahkan sel- sel Langerhans.Pengobatan satu- satunya terhadap
tipe-I adalah pemberian insulin seumur hidup. Berhubungan tipe-I
merupakan penyakit auto- imun, maka imunosupresiva seperti
azatioprin dan siklosporin dapat menghambat jalannya penyakit,
tetapi hanya untuk sementarab. Tipe-2 jenis dewasa (maturity onset,
DM2)Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar
pada orang gemuk (overweight) dengan BMI> 27 dan pada usia lebih
lanjut. Mereka yang hidupnya makmu, makan telampau banyak dan
kurang gerak badan lebih besar lagi resikonya.Mulainya DM2 sangat
berangsur- angsur dengan keluhan ringan yang sering kali tidak
terkendali. Tipe 2 bersifat menyesatkan karena dalam kebanyakan hal
baru menjadi manifes dengan tampilnya gejala stadium lanjut.
Bahkan, bila sudah terjadi komplikasi misalnya infark jantung atau
gangguan penglihatan.Akibat proses menua, banyak penderita jenis
ini mengalami penyusutan sel- sel beta yang progresif serta
penumpukan amiloid disekitarnya. Sel- sel beta yng tersisa pada
umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang.
Selain itu kepekaan juga reseptornya juga menurun. Hipofungsi
sel-beta ini bersama resistensi insulin yang meningkat
mengakibatkan gula darah meningkat (hiperglikemia). Mungkin juga
sebabnya berkaitan dengan suatu infeksi virus pada masa muda.
Diperkirakan bahwa pada penderita tanpa overweight resistensi
insulin tidak memegang peranan.c. Diabetes kehamilan (GDM)Pada
wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat
adalah penting sekali untuk menurunkan resiko akan kguguran
spontan, cacat- cacat dan overweight bayi atau kematian
parinatal.Ada 5 golongan obat antidiabetik oral (ADO) yang dapat
digunakan untuk DM dan telah dipasarkan diIndonesia, yakni
(Gunawan, 2007) :1. Golongan sulfonylureaDikenal 2 generasi
sulfonylurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid, tolazamid,
asetoheksimid, dan klorpropamid. Generasi 2 yang potensi
hipoglikemik lebih besar antara lain gliburid (=glibenklamid),
glipizid, gliklazid, dan glimepirid. Golongan obat ini sering
disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi
insulin dari granul-granul sel -Langerhans pancreas.2.
MeglitinidRepaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid,
mekanisme kerjanya sama dengan sulfonylurea tetapi struktur
kimianya sangat berbeda. Golongan ADO ini merangsang insulin dengan
menutup kanal K yang ATP-independent di sel -pankreas.3.
BiguanidSebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid :
fenformin, buformin, dan metformin, tetapi yang pertama telah
ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat.
Sekarang yang banyak digunakan adalah metformin. Biguanid tidak
merangsang ataupun menghambat perubahan glukosa menjadi lemak. Pada
pasien diabetes yang gemuk, biguanid dapat menurunkan berat badan
dengan mekanisme yang belum jelas pula, pada orang nondiabetik yang
gemuk tidak timbul penurunan berat badan dan kadar glukosa darah.4.
Golongan TiazolidinedionGlitazon digunakan untuk DM tipe 2 yang
tidak memberi respons dengan diet dan latihan fisik, sebagai
monoterapi atau ditambahkan pada mereka yang tidak memberi respons
pada obat hipoglikemik lain (sulfonylurea, metformin) atau
insulin.5. Penghambat enzim -Glikosidase Obat golongan penghambat
enzim -glikosidase ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida
(starch), dekstrin dan disakarida di intestin. Dengan menghambat
kerja enzim -glikosidase di brush border intestine, dapat mencegah
peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM.Reseptor
insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua
subunit dan dua subunit yang terikat secara kovalen oleh ikatan
disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit , kompleks
insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh
enzim lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor
mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan olh kadar
insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada
reseptor mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit dan memulai
suatu rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin
(Neal, 2006).Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar
glukosa puasa 126 mg/dL, atau pada 2 jam setelah makan 200 mg/dL
atau HbA1c 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140
mg/dL, tetapi lebih dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi
lemah (Sukandar, 2008).Manifestasi Klinik Diabetes Melitus
yaitu(Sukandar, dkk,2008) :1. DM tipe Ia. Penderita DM tipe I
biasanya memiliki tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi
diabetes ketoasidosis karena insulin sangat kurang disertai
peningkatan hormone glucagon.b. Sejumlah 20-40% pasien mengalami
DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria, polidipsia,
polifagia, dan kehilangan bobot badan.2. DM tipe IIa. Pasien dengan
DM tipe II sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat
mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama
bertahun-tahun, umumnya muncul neuropathi.b. Pada diagnosis umumnya
terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia
sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang
terjadi.Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin
mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi,
turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil),
disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering.
Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas
bertambah (Pearce, 2006).Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia,
atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan dosis
insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah
barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihaninsulin
dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce,
2006).Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat
disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin
(konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce,
2006).Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin
yang tidak mencukupi untuk menanggapi respon insulin normal dari
lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada sel lemak
merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot
mengurangi pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati
mengurangi stok glukosa, dengan akibat pada penyediaan glukosa
darah. Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom metabolisme
dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).B. Uraian bahan1.
Aquadest (Ditjen POM, 1979 )Nama resmi: AQUA DESTILLATARM/ BM: H2O
/ 18,02Pemerian:Cairan jernih,tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan:
Sebagai pelarut.2. Glukosa ( Ditjen POM, 1979 )Nama resmi:
GLUCOSUMSinonim: GlukosaBM / RM: 198,17 /
C6H12O6.H2OPemerian:Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau
butiran putih, tidak berbau, rasa manis.Kelarutan:Mudah larut dalam
air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P.Penyimpanan:Dalam
wadah tertutup baikKegunaan:Sebagai penginduksi3. Na CMC (Ditjen
POM, 1995)Nama Resmi: Natrii carboxymetylcellulosumNama Lain: CMC,
cethylone, thislose, selolax dan polisePemerian: Granul putih atau
serbuk putihPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKelarutan:
Praktis tidak larut dalam airKegunaan: Sebagai pelarut dan
kontrolC. Uraian Obat1. Glibenklamid (Ditjen POM, 1995)Nama Resmi:
GlibenclamidumNama Lain: GlibenklamidaPemerian:Serubuk hablur,
putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak
berbauKelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter,
sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam
kloroformPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai
pelarut
2. Glimepiride (MIMS,2014 : 280)Indikasi: NIDDM atau tipe 2Efek
samping : Muntah, nyeri lambung, diare, pruritus, eritema,
urtiaria, erupsi yang menerupai ruam morbil atau penglihatan kabur.
leukopenia, agranulositosis, trombositopenia, anemia hemoltik,
anemia aplastik, pansitopeni.Kotraindikas: Ketoasidosis diabetik dg
atau tanpa disertai koma.Dosis: Awal 1-2 mg 1 x/hr. pemeliharaan:
1-4 mg 1x/hr Maks: 8 mg 1x/hr.Farmakokinetik: Obat ini diabsorbsi
dengan baik per oral setelah 1-30 menit sebelum makan . kedua
meglitinide dimetabolisme menjadi produk inaktif oleh CYP3A4 di
hati dan diekskresi melalui empedu.3. Metformin (MIMS 2014 :
281)Komposisi : Metformin Indikasi: Terapi awal untuk diabetes
onset dewasa yang mengalami kelebihan berat badan atau gagal
diatasi dengan diet. Terapi kombinasi untuk kegagalan terapi
sulfonilurea primer atau sekunder. Terapi tambahan pada IDDM untuk
mengurangi dosis insulin.Dosis : Awal 500 mg 3 x/hr atau 850 mg
1x/hr. Pemeliharaan: 850 mg 2x/hr. Maks: 3 g/hrPemberian obat:
Berikan saat makanKontra indikasi : Koma diabetikum, ketoasidosis,
gangguan fungsi ginjal serius, penyakit hati kronis, gagal jantung,
infarkmiokard, alkoholisme, penyakit akut atau kronis yang
berhubungan dengan hipoksia jaringan, penyakit yang berhubungan
dengan asidosis laktat seperti syok, dan insufisiensi
pulmonal.Perhatian : Gangguan hati atau ginjal. Hentikan terapi
segera jika terjadi asidosis, hamil dan laktasi.Efek samping :
Gangguan Gastrointestinal, asidosis laktat (jarang).Interaksi obat
: Dapat mengganggu absorpsi vit. B12. Dosis antikoagulan harus
disesuaikan. Simetidin mengurangi bersihan metformin di
ginjal.Farmakodinamik :Metformin mereduksi keluaran (ouput) glukosa
hepatik, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis hepatik.
Metformin juga memperlambat absorbsi gula oleh usus dan
meningkatkan ambillan dan penggunaan glukosa diperifer
(Harvey,2014).Farmakokinetik : Metformin oral akan mengalami
absorpsi diintestin, dalam darah tidak terikat protein plasma,
ekskresinya melalui urin dalam keadaan utuh. Masa paruhnya sekitar
2 jam (Gunawan,2007).D. Uraian Hewan Coba1. Mencit (Mus musculus)a.
Klasifikasi Hewan Coba (www.itis.gov) Mencit (Mus musculus) Kingdom
: Animalia Phylum : Cordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Mamalia
Ordo : Rodentia Family : Muridae Genus:Mus Spesies:Mus musculusb.
Karakteristik Hewan Coba (Hariadi, 2012)Mencit merupakan golongan
binatang menyusui atau mamalia yang memiliki kemampuan
berkembangbiak yang sangat tinggi mudah dipelihara dan menunjukkan
reaksi yang cepat terlihat jika digunakan sebagai objek
penelitian.Alasan lain tikus digunakan dalam penelitian medis
adalah genetik mencit, karakteristik biologi dan perilakunya sangat
mirip manusia, sehingga banyak gejala kondisi pada manusia yang
dapat direplikasikan pada tikus
BAB IIIMETODE KERJAA. Alat yang digunakanAdapun alat yang
digunakan dalam praktikum diabetes melitus adalah, alu, batang
pengaduk, gelas kimia, glukometer, kertas timbang, lap kasar, labu
ukur 5 ml, lumpang, restainer, spoit 1ml, kanula, timbangan
analitik.B. Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan dalam
praktikum diabetes melitus adalah alkohol, glibenklamid 5 mg,
aquadest, glimepirid 3mg, glukosa 10%, metformin, Na CMC 1 % dan
tissue.C. Hewan CobaAdapun hewan coba yang digunakan dalam
praktikum adalah mencit (Mus musculus).D. Cara kerja1. Pemilihan
dan pemeliharaan Hewan cobaa. Dipilih hewan coba yang sehat dan
tidak sakit.b. Hewan coba dipuasakan 6-8 jam sebelum praktikum.c.
Hewan coba ditimbang 1 hari sebelum praktikum dan diberi
penandaan.d. Hewan coba dihitung dosis dan volume pemberian
obatnya.
2. Penyiapan bahana. Glukosa 10 %1) Disiapkan alat dan bahan
yang digunakan.2) Ditimbang glukosa 10 gram, kemudian dilarutkan
dalam air suling hingga terbentuk larutan.3) Ditambahkan dengan
aquades hingga volume larutan mencapai 100 ml.4) Disimpan dalam
lemari esb. Obat Diabetes Melitus1) Metformin a) Disiapkan alat dan
bahan yang digunakan.b) Ditimbang metformin sebanyak 0,242385 mg.c)
Dimasukkan obat yang telah ditimbang kedalam labu takar 5 mL.d)
Dicukupkan volumenya hingga 5 ml dan dihomogenkan.2) Glimepirida)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.b) Ditimbang glimepiride
sebanyak 1,158768 mg.c) Dimasukkan obat yang telah ditimbang ke
dalam labu takar 5 mL.d) Dicukupkan volumenya hingga 5 ml dan
dihomogenkan.3) Glibenklamida) Disiapkan alat dan bahan yang
digunakan.b) Ditimbang glibenklamid sebanyak 6,2166 g.c) Dimasukkan
obat yang telah ditimbang kedalam labu takar 5 mL.d) Dicukupkan
volumenya hingga 5 ml dan dihomogenkan.3. Perlakuan hewan cobaa.
Diambil 9 ekor mencit.b. Dipuasakan mencit selama kurang lebih 6-8
jam.c. Diukur kadar glukosa puasanya.d. Diinduksi dengan glukosa
10%.e. Diukur kembali kadar glukosa setelah induksi.f. Diberikan
obat metformin, glimepirid dan glibenklamid pada masing-masing 3
mencit.g. Diukur kembali kadar glukosa darahnya tiap interval waktu
30 menit, 60 menit, 90 menit.
BAB IVHasil PraktikumA. Tabel PengamatanOBATBERAT
MENCIT(gr)KADAR GLUKOSA AWAL(mg/dL)KADAR GLUKOSA SETELAH INDUKSI
GLUKOSA 10%(mg/dL)WAKTU PENGUJIAN (SETELAH PEMBERIAN OBAT
ANTIDIABETES SECARA ORAL)(mg/dL)
306090
METFORMIN500 mg17 144151115155132
20131202128133114
17133166111120111
GLIMEPIRID 3 mg21971751179087
19120219129100107
291552021309396
GLIBENKLAMID 5 mg1915318912110096
211302111409579
BAB VPEMBAHASANDiabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes
merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya
ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut. Defisiensi insulin
relative yaitu apabila insulin yang disekresikan tidak mencukupi
kebutuhan untuk mengikat glukosa dalam darah, sedangkan defisiensi
absolute terjadi apabila insulin tidak dapat disekresikan lagi oleh
sel pankreas. Pelepasan insulin yang tidak kuat diperberat oleh
glukagon yang berlebihan.Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu
kelainan yang paling sering terjadi. Salah satu kelenjar endokrin
yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal. Diabetes terdapat 2
tipe, yaitu :1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I)
disebabkan oleh defisiensi absolut atau penghancuran sel yang dapat
mengurangi produksi insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun
dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia,
hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Karena
sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan injeksi
insulin.2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe
II) disebabkan oleh penurunan pelepasan insulin atau kelainan
respon jaringan terhadap insulin yang menyebabkan hiperglikemia,
tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih
dari 35 tahunKadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis)
adalah 70 sampai 110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai
kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl, sedangkan
hipoglikemia bila kadarnya lebih rendah dari 70 mg/dl. Glukosa
difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hampir semuanya direabsorpsi
oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak
melebihi 160 sampai 180 mg/dl. Jika konsentrasi serum naik melebihi
kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urin, dan keadaan
ini disebut sebagai glikosuria.Mekanisme kerja obat-obat
hipoglikemik oral secara umum ada 4 yaitu :1. Menurunkan absorbsi
karbohidrat yaitu golongan biguanid Metformin, dan Akarbose dari
golongan glikooksidase inhibitor.2. Menurunkan sekresi insulin
yaitu golongan sulfonil urea generasi kedua dan Miglitinid.3.
Menurunkan ambilan glukosa dihati yaitu golongan Biguanid.4.
Meningkatkan ambilan glukosa dijaringan periver yaitu golongan
sulfonilurea generasi kedua tiazolidindion dan biguanid.Mekanisme
kerja dari golongan sulfonilurea yaitu mengontrol glukosa tanpa
meningkatkan insulin, golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan
DM tipe I. Golongan Biguanid memproduksi glukosa dihati tanpa
menurunkan absorbsi karbohidrat, dan melakukan glukogenolisis
dihati atau penguraian glukosa. Golongan glukosidase inhibitor
mekanisme kerjanya menghambat enzim glukosidase yang merombak
karbohidrat menjadi gula yang terdapat diusus halus, golongan ini
biasa digunakan untuk pengobatan DM tipe II.Golongan miglitinid
mekanisme kerjanya yaitu merangsang sekresi insulin, sedangkan
golongan Tiazolidindion mengurangi resistensi insulin dan golongan
ini cocok untuk pengobatan DM tipe II.Obat hipoglikemik oral dari
golongan sulfonilurea yang digunakan yaitu Glibenklamin dengan
mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau
langerhans, sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya
adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan
penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra
pankreatik)Sedangkan Obat Hipoglikemik Oral dari golongan Biguanid
yang digunakan adalahMetformindengan mekanisme kerja menurunkan
glukosa darah tidak tergantung pada adanya fungsi pankreatik
sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada subjek normal setelah puasa
satu malam,tetapi kadar glukosa darah pasca prandial mereka menurun
selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja yang diusulkan adalah
stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan
peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis
hati, melambatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan
peningkatan perubahan glukosa menjadi laktat oleh enterosit dan
penurunan kadar glukagon plasmaAdapun tujuan dari praktikum kali
ini adalah untuk mengetahui efek antidiabetes melitus dari obat
glibenklamid, glimepirid dan metformin, dengan kontrol Na CMC
terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).Untuk mengukur kadar
glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur
yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang
terpasang pada bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim
glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka
akan langsung terbaca oleh glukometer.Sebelum dilakukan percobaan,
terlebih dahulu dilakukan pra perlakuan yaitu mencit dipuasakan
selama 6-8 jam untuk melihat jumlah kadar glukosa darah mencit
puasa, setelah itu diukur kadar glukosa mencit puasa.Percobaan
dilakukan dengan cara memberikan obat anti diabetes pada hewan uji.
Namun sebelum dilakukan pemberian obat, terlebih dahulu mencit
diinduksi dengan glukosa 10 %. Hal ini bertujuan agar kadar glukosa
hewan coba meningkat sehingga lebih mudah untuk diujikan dengan
obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat.
Selanjutnya, diukur kadar glukosa dengan interval waktu , 30, 60,
90. Penggunaan interval waktu yang bervariasi bertujuan untuk
mengetahui melihat seberapa lama obat tersebut memberikan
efeknya.Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil
yaitu, untuk kelompok mencit dengan pemberian Metformin pada mencit
pertama dengan berat 17 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit
ke, 30, 60, dan 90 secara berturut-turut yaitu 115mg/dl, 155mg/dl,
132mg/dl. Untuk mencit ke dua dengan berat 20 g mempunyai kadar
glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 secara berturut-turut
yaitu 128mg/dl, 133mg/dl, 114mg/dl, Untuk mencit ke tiga dengan
berat 17 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan
90 secara berturut-turut yaitu 111mg/dl, 120mg/dl, 111mg/dl. Untuk
kelompok mencit dengan pemberian Glimepirid pada mencit dengan
berat mencit 21 g mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30,
60, dan 90 yaitu 117mg/dl, 90mg/dl, 87mg/dl. Untuk kelompok mencit
dengan pemberian Glibenklamid pada mencit dengan berat mencit 19 g
mempunyai kadar glukosa darah pada menit ke 30, 60, dan 90 yaitu
121mg/dl, 100mg/dl, 96mg/dl, Dari hasil praktikum yang telah di
lakukan dapat di simpulkan bahwa obat yang paling cepat menurunkan
diabetes melitus yaitu golongan sulfonilurea yaitu glibenklamid di
bandingkan dengan glimepirid dan metformin. Glibenklamid merupakan
obat yang mekanisme kerjanya menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan, serta merangsang
sekresi insulin pada pankreas hingga hanya efektif bila sel beta
pankreas masih dapat berproduksi.
BAB VIPENUTUPA. KesimpulanDari hasil percobaan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa obat glibenklamid efektif menurunkan kadar
glukosa yang tinggi bila dibandingkan dengan metformin dan
glimepirid.B. SaranSebaiknya asisten selalu mendampingi
praktikannya selama kegiatan praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKADirjen POM , 1979 , Farmakope Indonesia Edisi III,
Depkes RI, Jakarta.
Dirjen POM , 1995 , Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI,
Jakarta
Gunawan, Sulistya. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. FKUI,
Jakarta
Hariadi. 2012. Peluang Jitu Beternak Tikus Putih. Pustaka Baru
Press: Yogyakarta
Harvey, C. Richard, 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC :
Jakarta
Lopulalan. 2008. Kajian Formulasi dan Isothermis Sorpsi Air
Biskuit Jagung. Sekolah Pasc Sarjana, Institut Pertanian, Bogor
MIMS Petunjuk Konsultasi. 2014. MIMS Petunjuk Konsultasi
Indonesia Edisi 13.Kelompok Gramedia: Jakarta.
Pearce, 2006,Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia,
JakartaSukandar. Dkk. 2009. Iso Farmakoterapi. PT ISFI. Jakarta
Tjay, T , H , dkk, 2010 , Obat-obat Penting , PT. Elex Media
Komputindo , Jakarta.
www.itis.gov (Integrated Taxonomic Information System).
LAMPIRANA. Daftar obat yang digunakanAdapun obat yang digunakan
yaituGlibenklamid, Glimipirid dan Metformin.B. Perhitungan dosis1.
GlibenklamidDosis obat= 5 mgBerat etiket= 5 mgBerat rata-rata=
159,4 mgVolume larutan stok= 5 mLUntuk mencit 20 g= 5 mg x 0,0026=
0,013 mg 30Untuk mencit 30 g= x 0,013 mg 20= 0,0195 mg 5 mLlarutan
stok 5 mL= x 0,0195 mg 0,5 mL= 0,195 mg/ 5 mL 0,195 mgBYD= x 159,4
mg 5 mg= 6,2166 mg
2. GlimepiridDosis obat= 3 mgBerat etiket= 5 mgBerat rata-rata=
49,52 mgVolume larutan stok= 5 mLUntuk mencit 20 g= 3 mg x 0,0026=
0,0078 mg 30Untuk mencit 30 g= x 0,0078 mg 20= 0,0117 mg 5
mLlarutan stok 5 mL= x 0,0117 mg 0,5 mL= 0,117 mg/ 5 mL 0,117
mgBYD= x 49,52 mg 5 mg= 1,1588 mg3. Metformin Dosis obat= 500
mgBerat etiket= 500 mgBerat rata-rata= 0,6215 mgVolume larutan
stok= 5 mLUntuk mencit 20 g = 500 mg x 0,0026= 13 mg 30Untuk mencit
30 g= x 13 mg 20= 19,5 mg 5 mLlarutan stok 5 mL= x 19,5 mg 0,5 mL=
195 mg/ 5 mL 195 mLBYD= x 0,6215 mg 500 mg= 0,2424 mg
SKEMA KERJAMencit dipuasakan
Ukur konsentrasi glukosa puasa
Induksi glukosa 10%
Ukur glukosa Setelah induksi
Pemberian obat (peroral)
Glibenklamid Metformin glimepirid
Ukur konsentrasi glukosa tiap 30, 60, dan 90
BROSUR OBATA. Brosur obat yang digunakan
METFORMIN
.: KEMASAN & NO REG :.
Metformin 500 mg tablet (1 box berisi 10 strip @ 10 tablet), No.
Reg : GKL0608513117A1.
.: FARMAKOLOGI :.
Meftormin merupakan obat antidiabetik oral yang berbeda dari
golongan sulfonilurea baik secara kimiawi maupun dalam cara
bekerjanya. Obat ini merupakan suatu biguanida yang tersubsitusi
rangkap yaitu Metformin (dimethylbiguanide) Hydrochloride.
Mekanisme kerja Metformin antara lain : Metformin merupakan zat
antihiperglikemik oral golongan biguanid. Mekanisme kerja Metformin
menurunkan kadar gula darah dan tidak meningkatkan sekresi insulin.
Metformin tidak mengalami metabolisme di hati, diekskresikan dalam
bentuk yang tidak berubah terutama dalam air kemih dan sejumlah
kecil dalam tinja.
.: INDIKASI :.
Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin
dan kelebihan berat badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol
dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dapat
diberikan sebagai obat kombinasi dengan Sulfonilurea. Untuk terapi
tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap
insulin yang simptomnya sulit dikontrol.
.: KONTRA INDIKASI :.
Koma diabetik dan ketoasidosis. Gangguan fungsi ginjal yang
serius, karena semua obat-obatan terutama dieksresi melalui ginjal.
Penyakit hati kronis, kegagalan jantung, miokardial infark,
alkoholisme, keadaan penyakit kronik atau akut yang berkaitan
dengan hipoksia jaringan. Keadaan yang berhubungan dengan laktat
asidosis seperti syok, insufisiensi pulmonal, riwayat laktat
asidosis, dan keadaan yang ditandai dengan hipoksemia.
Hipersensitif tehadap obat ini. Kehamilan dan menyusui.
.: DOSIS :.
Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari. Pemberian Metformin
500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat mengendalikan
penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai
sampai dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai,
dosis dapat dinaikkan secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari).
Bila gejala diabetes telah dapat dikontrol, dosis dapat diturunkan.
Pada pengobatan kombinasi dengan sulfonilurea, mula-mula diberikan
1 tablet Metformin 500 mg, dosis dinaikkan perlahan-lahan sampai
diperoleh kontrol optimal. Dosis sulfonilurea dapat dikurangi, pada
beberapa pasien bahkan tidak perlu diberikan lagi. Pengobatan dapat
dilanjutkan dengan metformin sebagai obat tunggal. Apabila
diberikan bersama insulin, dapat mengikuti petunjuk ini :1. Bila
dosis insulin kurang dari 60 unit sehari, permulaan diberikan satu
tablet metformin 500 mg, kemudian dosis insulin dikurangi secara
berangsur-angsur (4 unit setiap 24 hari). Dosis Metformin dapat
ditambah setiap interval mingguan.2. Bila dosis insulin lebih dari
60 unit sehari, pemberian Metformin adakalanya menyebabkan
penurunan kadar gula darah dengan cepat. Pasien yang demikian harus
diobservasi dengan hati-hati selama 24 jam pertama setelah
pemberian Metformin. Setelah itu dapat diikuti petunjuk (1). Tablet
diberikan bersama makanan atau setelah makan. Dosis percobaan
tunggal. Penentuan kadar gula darah setelah pemberian suatu dosis
percobaan tunggal tidak memberikan petunjuk apakah seorang
penderita diabetes akan memberikan respon terhadap Metformin
berminggu-minggu. Oleh karena itu dosis percobaan tunggal tidak
digunakan sebagai penilaian.
.: EFEK SAMPING :.
Metformin dapat diterima baik oleh pasien dengan hanya sedikit
gangguan gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini
umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan
atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping
telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol. Bila tampak
gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu
langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan
hilang pada penggunaan selanjutnya. Anoreksia, mual, muntah, diare.
Berkurangnya absorbsi vitamin B12.
.: OVER DOSIS :.
Gejala-gejala : hipoglikemia dapat terjadi bila diberikan
bersama Sulfonilurea, Insulin atau alkohol. Pada dosis berlebih
dapat terjadi asidosis. Cara penanggulangan : Terapi penunjang
dapat diberikan secara intensif terutama memperbaiki hilangnya
cairan dan gangguan metabolik.
.: PERINGATAN DAN PERHATIAN :.
Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal. Tidak dianjurkan penggunaan pada kondisi dimana menyebabkan
dehidrasi atau pada penderita yang baru sembuh dari infeksi serius
atau taruma. Dianjurkan pemeriksaan berkala kadar B12 pada
penggunaan jangka panjang. Oleh karena adanya kemungkinan
terjadinya hipoglikemia pada penggunaan kombinasi dengan
Sulfonilurea, kadar gula dalam darah harus dimonitor. Pada
pengobatan kombinasi Metformin dan insulin, sebaiknya dilakukan di
rumah sakit agar tercapai rasio kombinasi pada kedua obat dengan
mantap. Hati-hati pemberian pada pasien usia lanjut yang mempunyai
gangguan fungsi ginjal. Tidak direkomendasikan penggunaan pada
anak-anak.
.: INTERAKSI OBAT :.
Kemungkinan terjadi interaksi antara Metformin dan antikoagulan
tertentu. Dalam hal ini mungkin diperlukan penyesuaian dosisi
antikoagulan. Terjadi penurunan kliren ginjal Metformin pada
penggunaan bersama dengan simetidin, maka dosis harus
dikurangi.
.: LAIN-LAIN :.
Penyimpanan:Simpan pada suhu 15-30oC.HARUS DENGAN RESEP
DOKTER
ARIN RIZKI TALIB15020130082NURUL MAGFIRAH