Proses Fabrikasi
Fabrikasi merupakan tahapan awal dalam proses produksi
konstruksi kapal (steel construction), dan menghasilkan sebagian
besar komponen yang membentuk struktur kapal tersebut. Jenis
pengerjaan yang terjadi dalam proses fabrikasi adalah: Mould
Lofting Penandaan (Marking) Pemotongan (Cutting) Pembentukan (Roll,
Press, and Bending) Sub-assembling Assembling Erection
Outfitting
A. Mould Lofting
Karena struktur kapal yang kompleks terutama konstruksi yang
berada di bagian haluan dan buritan, maka sulit untuk memfabrikasi
komponen konstruksi tersebut secara langsung dari gambar-gambar
rancangan, kecuali dengan menerapkan teknologi yang sudah
terkomputerisasi (CAD/CAM). Gambar-gambar rancangan (design plans)
umumnya digambarkan dengan skala 1:50 hingga 1:100 sehingga
kesalahan akan lebih mudah terjadi bila komponen kapal
difabrikasikan secara langsung dalam ukuran sebenarnya. Oleh sebab
itu, diperlukan suatu tahapan pengerjaan yang merupakan media
antara pekerjaan rancangan dan fabrikasi yang dalam istilah teknik
perkapalan disebut sebagai proses mould loufting.
Dalam proses mould lofting, konstruksi kapal digambarkan dengan
metode skala 1:1 (full scale lofting), 1:10 sampai 1:25 (reduce
scale lofting), di atas lantai gambar yang terbuat dari papan atau
plywood. Metode mould lofting lainnya adalah numerical lofting yang
tidak menggunakan skala tertentu karena gambar lofting seluruhnya
tersimpan dalam data numeric yang diolah dengan computer. Hasil
(output) dari data numerik ini dikonversikan ke dalam bentuk pipa
berlubang (punched card) yang diproses dengan mesin Computerized
Numerical Control (CNC) untuk pemotongan plat dan sebagainya.
Keuntungan penerapan numerical lofting adalah bahwa data dalam
mould lofting tersimpan dalam memori komputer untuk jangka waktu
yang sangat lama selama tidak terjadi kerusakan pada data tersebut.
Data sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan kembali bila dibutuhkan untuk
membangun kapal dengan tipe dan ukuran yang sama. Pelaksanaan mould
lofting untuk konstruksi dapat dilakukan setelah ada gambar lines
plan, data offset dan dimensi konstruksi dari bagian Rancang Bangun
(Engineering) yang sudah disetujui class. Schedule utama ( 1 bulan)
pada tahap ini adalah mendapatkan bentuk gading-gading tiap jarak
gading dan selebihnya adalah perbaikan dan bentuk-bentuk lain
konstruksi kapal.
B. Penandaan (Marking)
Marking adalah proses penandaan komponen berdasarkan data dari
bengkel Mould Loft, sebelum melakukan pemotongan (cutting) terhadap
komponen. Berdasarkan peralatan yang digunakan, marking dibedakan
atas: Penandaan secara manual (manual marking)
Penandaan dengan metode proyeksi (projection marking)
Penandaan dengan menggunakan mesin electro photo
Penandaan secara numerik (numerical controlled marking)
Dengan manual marking, seluruh penandaan penggambaran komponen
di atas permukaan material dilakukan secara manual dengan
menggunakan peralatan sederhana. Pada projection marking, proses
penandaan dibantu dengan peralatan optik sehingga gambar komponen
dari bengkel mould loft dapat dilaksanakan. Sementara Electro Photo
Marking (EPM) merupakan pengembangan dari projection marking.
Proses marking ini membutuhkan pengerjaan awal (pre-processing)
pada pelat baja yang akan di marking, karena sudah menggunakan
photo conductive powder (EPM photoner) dan fixative, sedangkan
Numerically Controlled Marking dibantu dengan peralatan komputer
(CNC) dimana data inputnya hanya menggunakan data numerik.
Selama penandaan pelat ini terlebih dahulu dicatat nomor
pelat/identifikasi pelat dan dibuat daftar pemakaian dan
penempatannya di kapal tersebut (cutting plan) untuk keperluan
telusur material (traceability material).
Gambar 1. Manual marking
C. Cutting (Pemotongan)
Cutting adalah proses pemotongan yang dilakukan pada pelat
setelah mengalami proses penandaan komponen (marking) di bengkel
mould loft. Proses cutting yang biasa digunakan adalah cutting
secara manual dengan menggunakan gas (oxygen cutting) dan cutting
menggunakan mesin CNC (Computerized Numerical Control). Biasanya
proses oxygen cutting lebih efisien ditinjau dari segi lose
material daripada mesin CNC karena mesin CNC pemotongannya
membutuhkan clearance kurang lebih 10 mm.
Gambar 2. Cutting menggunakan CNC
Gambar 3. Manual cutting menggunakan oxygen gas
D. Forming (Rolling, Pressing, Bending)
Forming adalah tahapan selanjutnya dalam proses fabrikasi yang
dilakukan setelah cutting untuk membentuk pelat-pelat yang
berbentuk datar menjadi pelat-pelat dengan variasi yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan. Forming yang biasa digunakan melalui
proses roll, press, atau bending. Roll adalah proses penekanan
(pembengkokan) untuk membentuk pelat dari berbentuk datar menjadi
bentuk lingkaran atau setengah lingkaran.
Press adalah proses membentuk pelat menjadi datar atau lurus
kembali dari gelombang atau ketidakrataan yang terdapat di pelat.
Bending adalah proses pembentukan pelat membentuk seksi tiga
dimensi (frame/profil) sesuai dengan yang dibutuhkan.
Berdasarkan cara pengerjaannya, bending dispesifikasikan
atas:
Cold bending, yaitu proses pembentukan pelat dalam keadaan
temperature normal (suhu kamar).
Hot bending, yaitu proses pembentukan pelat dengan bantuan
pemanasan dari luar untuk mempermudah pengerjaan pembentukan.
Gambar 4. Mesin roll
Gambar 5. Mesin press
E. Sub-Assembling
Sub-Assembling merupakan proses perakitan awal dimana pada
proses ini terjadi penyambungan pelat dengan pelat, pelat dengan
konstruksi penguat seperti profil I, profil T, dan sebagainya,
dengan tujuan untuk mengurangi volume kerja diatas assembling
jig.
F. Assembling
Assembling adalah lanjutan dari proses sub-assembling dimana
bagian-bagian pelat dan profil penguat yang telah mengalami
perakitan, digabungkan dengan bagian-bagian lain yang telah
mengalami sub-assembling juga sehingga menjadi satu bangunan tiga
dimensi yang lebih besar dan kompak, yang sering disebut sebagai
block.
Tujuan dari pembuatan blok-blok tersebut adalah :
Mempermudah proses pengerjaan bagi tenaga subkontraktor karena
dibuat lebih sistematis, dimana mereka melakukan pengerjaannya
diatas building berth masing- masing sesuai dengan pembagian kerja
yang diberikan oleh pihak produksi. Mempersingkat waktu kerja.
Meningkatkan kemampuan kerja dan keselamatan kerja, khususnya untuk
pekerjaan outfitting (perpipaan dan kelistrikan) yang bisa
dilakukan secara bersamaan.
Ukuran blok yang dirakit didasarkan pada dimensi kapal dan
kapasitas crane yang digunakan di bengkel assembling.
Gambar 6. Proses assembling
G. Erection (Ereksi)
Ereksi adalah tahapan yang dilalui dalam proses fabrikasi dimana
setiap blok-blok telah selesai dibangun diatas building berth,
digabung satu dengan yang lain menggunakan crane sesuai dengan
assembly drawing hingga menghasilkan bentuk kapal yang utuh. Adapun
pengerjaan-pengerjaan yang secara umum dilakukan saat proses ereksi
adalah :
Blok diangkat oleh crane dan dipindahkan dari meja kerja ke atas
truk.
Truk membawa blok ke daerah perakitan yang sebelumnya sudah
diberi penyanggah kayu untuk menopang balok.
Blok diangkat oleh crane dan diputar posisinya agar sesuai
dengan rancangan gambar.
Blok diletakkan di penyanggah kayu, namun crane masih dalam
posisi belum melepas balok secara bebas, sampai posisi penyanggah
kayu sudah pas dengan kapal.
Blok ditarik, didorong, atau diatur sedemikian rupa hingga
setiap blok alignment satu sama lain yang dilakukan secara manual
dengan menggunakan bantuan chain block (2 ton) dan dongkrak (1,5
ton) dalam kondisi masih ditopang crane.
Crane melepaskan pengikat blok. Melakukan proses alignment antar
blok dengan metode Lub melalui bantuan chain hold dan selang
air.
Memasang plat pelurus diatas permukaan blok.
Melakukan proses pengelasan dari luar dan dalam kapal serta
melakukan proses penggerindaan hasil pengelasan.
Pengecekan ereksi oleh BKI.
H. Out-fitting (Perlengkapan Kapal)
Out-fitting biasanya secara umum meliputi hull out-fitting
(perlengkapan lambung) dan system out-fitting (perlengkapan
sistem). Perlengkapan secara umum yang ada di kapal adalah:
Oil Water Separator berfungsi untuk memisahkan minyak dan air
yang disedot oleh sistem bilga yang berada di ruang mesin, dimana
setelah terjadi pemisahan, minyak ditransfer ke sludge tank
sementara air dikeluarkan melalui overboard. Goose Neck berfungsi
sebagai saluran penghubung antara tanki balas atau tanki-tanki yang
berisi fluida air dan udara bebas, untuk menghindari tanki kedap
udara sebagai salah satu kondisi untuk menjaga kondisi tanki tidak
mengalami tekanan yang hebat akibat tekanan udara dan tekanan
hidrostatik air. Oil Indicator, berfungsi untuk sebagai indikator
pengisian tanki fuel oil sudah penuh atau belum. Jika sudah penuh,
maka akan terdapat tetesan minyak tumpah yang ditampung konstruksi
berbentuk kotak yang menempel di oil indicator.