LAPORAN EMULSIFIKASIA. Tujuan1. Menghutung jumlah emulgator
golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi2. Membuat
emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan .3.
Mengevaluasi kestabilan suatu emulsi4. Menentukan HLB butuh minyak
yang digunakan dalam pembuatan emulsi
B. Dasar TeoriSuatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil
secara termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair
yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya didispersikan sebagai
bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat stabil dengan adanya
suatu zat pengemulsi. Baik fase terdispers atau fase kontinu bisa
berkisar dalam konsistensi dari suatu cairan mobil sampai suatu
massa setengah padat (semisolid). Jadi sitem emulsi berkisar dari
cairan (lotio) yang mempunyai viskositas relatif rendah sampai
salep atau krim, yang merupakan semisolid. Diameter partikel dari
fase terdispers umumnya berkisar 0,1 10 mm, walaupun partikel
sekecil 0,01 mm dan sebesar 100 mm bukan tidak biasa dalam beberapa
sediaan.Tidak ada teori emulsifikasi yang umum, karena emulsi dapat
dibuat dengan menggunakan beberapa tipe zat pengemulsi yang
masing-masing berbeda bergantung pada cara kerjanya dengan prinsip
yang berbeda untuk mencapai suatu produk yang stabil. Zat
pengemulsi bisa dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut:1.
Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada antarmuka
minyak/air membentuk lapisan monomolekular dan mengurangi tegangan
antarmuka.2. Koloid hidrofilik yang membentuk suatu lapisan
multimolekular sekitar tetesan-tetesan terdispers dari minyak dalam
suatu emulsi o/w.3. Partikel-partikel padat yang terbagi halus,
yang diadsorpsi pada batas antarmuka dua fase cair yang tidak
bercampur dan membentuk suatu lapisan partikel di sekitar bola-bola
terdispersi.Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase
internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi 2 :
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut
emulsi minyak-dalam-air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi
m/a.Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar
minyak disebut emulsi air-dalam-minyak dan dikenal sebagai emulsi
a/m. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinu, suatu
emulsi minyak dalam air diencerkan atau ditambahkan dengan air atau
suatu preparat dalam air. Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang
stabil, perlu fase ketiga atau bagian dari emulsi, yakni: zat
pengemulsi (emulsifying egent). Tergantung pada konstituennya,
viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi farmasi bisa
disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat).Fenomena
penting lainnya dalam pembuatan dan penstabilan dari emulsi adalah
inversi fase, yang dapat membantu atau merusak dalam teknologi
emulsi, inversi fase meliputi perubahan tipe emulsi dari o/w
menjadi w/o atau sebaliknya. Begitu terjadi inversi fase setelah
pembuatan, secara logis hal ini dapat dipertimbangkan sebagai suatu
pertanda dari ketidakstabilan.Dari pertimbangan-pertimbangan ini,
ketidakstabilan dari emulsi farmasi bisa digolongkang sebagai
berikut:1. Flokulasi dan creaming.Flokulasi adalah suatu peristiwa
terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak
beraturan di dalam emulsi. Creaming adalah suatu peristiwa
terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling pekat akan berada
di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot jenis.2.
Penggabungan (Koalesen) dan pemecahan (Deemulsifikasi)Creaming
harus dilihat secara terpisah dari pemisahan, karena creaming
merupakan suatu proses bolak-balik, sedangkan pemecahan merupakan
proses searah. Krim yang menggumpal bisa didispersikan kembali
dengan mudah, dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang
homogen dari suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan,
karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan
pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi pemecahan, pencampuran
biasa tidak bisa mensuspensikan kembali bola-bola tersebut dalam
suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan partikel-partikel
tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung. Telah
dilakukan suatu usaha yang dapat dipertimbangkan untuk mempelajari
ketidakstabilan pemecahan.3. Berbagai jenis perubahan kimia dan
fisika.4. Inversi fase Kestabilan EmulsiBila dua larutan murni yang
tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan,
lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah
salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila
proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan
terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang
sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat.Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua
gaya, yaitu:1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya
London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan mengendap.2. Gaya tolak-menolak
yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi
koloid.Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi,
adalah:Tegangan antar muka rendah.1. Kekuatan mekanik dan
elastisitas lapisan antarmuka.2. Tolakkan listrik double layer.3.
Relatifitas phase pendispersi kecil4. Viskositas tinggi.
C. Alat dan Bahan
Alat: Gelas ukur 100 ml Beaker gelas 250 ml Tabung reaksi
Stamper dan mortir TermometerBahan: Minyak kelapa Tween 80 Span 80
Aquadest
D. Cara kerjaPenentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB
besarBuatlah suatu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing
adalah 6;7;8;9;10;11 dan 12 dengan cara:1. Hitung jumlah tween dan
span yang dibutuhkan harga HLB yang dibutuhkan2. Timbang
masing-masing minyak,air,tween dan span sejumlah yang dibutuhkan3.
Campurkan minyak dan span, air dengan tween lalu panaskan diatas
penangas air sampai suhu 70C4. Masukkan campuran minyak kedalam
lumping yang sangat panas gerus tambahkan campuran air kedalam
lumping perlahan-lahan gerus sampai homogeny.5. Masukkan kedalam
tabung reaksi atau tabung sedimentasi dan beri tanda untuk
masing-masing HLB6. Amati kestabilannya selama 1 minggu7. Catat
pada HLB berapa emulsi relative paling stabil
E. Data perhitungan FormulasiR/ Minyak 20 %Emulgator 5 %Aqua
ad100 %dibuat 50 mg1. Minyak 20% = 20 gram2. Emulgator 5%= 5
gramAqua ad 50 ml = 50 - ( 20+5 ) = 25 mlPerhitungan HLBHLB yang
digunakan 6, 8, 10 dan 12. HLB 6 6 x 5 = [ a x 15 ] + [ ( 5 a ) x
4,3] 30 = 15a + 21,5 4,3a 30 = 21,5 + 15a 4,3a30 21,5 = 10,7a a =
jadi tween = a = 0,79 span = 5 a = 5 0,79 = 4,20 HLB 8 8 x 5 = [ a
x 15 ] + [ ( 5 a ) x 4,3] 40 = 15a + 21,5 4,3a 40 = 21,5 + 15a
4,3a40 21,5 = 10,7a a = jadi tween = a = 1,72 span = 5 a = 5 1,72 =
3,28 HLB 10 10 x 5 = [ a x 15 ] + [ ( 5 a ) x 4,3] 50 = 15a + 21,5
4,3a 50 = 21,5 + 15a 4,3a50 21,5 = 10,7a a = jadi tween = a = 2,66
span = 5 a = 5 2,66 = 2,34 HLB 12 12 x 5 = [ a x 15 ] + [ ( 5 a ) x
4,3] 60 = 15a + 21,5 4,3a 60 = 21,5 + 15a 4,3a60 21,5 = 10,7a a =
jadi tween = a = 3,59 span = 5 a = 5 3,59 = 1,41
F. Data Pengamatan Pertama pembuatan
Hari 0
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Hari 7
Nilai HLBHari
1234567
12121212121212
63,23,23,43,23,43,23,63,43,63,43,73,73,73,5
80,80,8111,41,41,61,61,71,72,02,12,12,2
102,93,03,23,43,43,63,43,63,53,63,53,73,63,8
123,03,03,03,13,43,43,43,43,43,43,43,53,53,5
G. Pembahasan Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil
secara termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair
yang tidak bercampur , dimana satu diantaranya didispersikan
sebagai bola-bola dalam fase cair lain . Sistem dibuat stabil
dengan dengan adanya suatu zat pengemulsi . Berbagai tipe zat
pengemulsi akan dibicarakan kemudian dalam bagian ini . Baik fase
terdispers atau fase kontinu bisa berkisar dalam konsistensi dari
suatu cairan mobil sampai suatu massa setengah padat (semi
solid).Untuk membuat suatu emulsi dibutuhkan adanya emulgator,
dalam percobaan ini emulgator yang digunakan adalah Tween 80 dengan
HLB butuh 15,0 (bersifat hidrofil) dan Span 80 (bersifat lipofil).
Proses penggerusan yang kuat dan konstan dalam pembuatan emulsi ini
sangat penting, untuk memperkecil partikel-partikel dari fase
minyak dan air. Sehingga memudahkan partikel-partikel tersebut
terdispersi dalam fase kontinunya.Emulsi yang stabil dapat terjadi
apabila ada kesetaraan antara HLB surfaktan dan HLB butuh minyak.
HLB butuh minyak adalah HLB karakteristik yang menurut grifin
setara dengan HLB surfaktan yang dapat membentuk emulsi tipe
tertentu yang stabil. Diperlukan suhu 700 untuk membuat emulsi ,
hal ini dimaksudkan untuk menurunkan viskositas dari
partikel-partikel minyak dan menurunkan tegangan antar muka
sehingga dapat membentuk corpus dengan fase air.Fase air dipanaskan
di waterbath karena pada suhu yang tinggi dapat menurunkan
viskositas dan tegangan permukaan emulsi sehingga masing-masing
fase mudah untuk dibuat dalam tetesan-tetesan halus dan emulsi pun
dapat dengan mudah terbentuk.Dari hasil pengamatan selama 7 hari,
semua emulsi bersifat kurang stabil. Pada HLB 6, 8, 10 dan 12
terjadi pengkriman. Peristiwa tersebut terjadi jika densitas fase
terdispersi lebih kecil dari fase kontinu, yang umumnya terjadi
pada emulsi O/W. kecepatan sedimentasinya negative sehingga terjadi
pengkriman ke atas. pemecahan terjadi mungkin terjadi karena faktor
lumpang dan alu yang kurang panas saat penggerusan atau juga karena
proses penggerusan yang kurang kuat dan penambahan fase minyak yang
terlalu lama. Pengkriman berbeda dengan pemecahan karena pengkriman
merupakan proses reversible (apabila dikocok akan membentuk emulsi
kembali ) .Tinggi creaming menunjukan kestabilan dari suatu emulsi,
dimana apabila creaming yang terbentuk lebih tinggi maka emulsi
lebih tidak stabil, dan apabila tinggi creaming yang terbentuk
lebih rendah maka seri emulsi tersebut lebih stabil.
H. KesimpulanBerdasarkan hasil praktikum emulsifikasi yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut 1. Pada praktikum
digunakan surfaktan kombinasi yaitu tween 80 dan span 80 sebagai
emulgator.2. Semua seri emulsi dengan nilai HLB butuh 6, 8, 10, 12
menghasilkan creaming di bagian atas dengan tinggi yang
bervariasi.3. Dari data pengamatan praktikum, HLB yang cukup stabil
adalah pada HLB 8 karena tinggi creaming yang terbentuk lebih
rendah dari creaming pada HLB 6, 10 dan 12.
DAFTAR PUSTAKA Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi , edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Martin, Alfred, dkk. 2008. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika,
edisi kelima. Jakarta: EGC LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
II Emulsifikasi .Ade Afriyani dkk, Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila 2013. Tim Dosen (2013)., Modul Penuntun Praktikum Farmasi
fisika, Jurusan Farmasi, Poltekes TNI AU. Bandung. Anief. Moh.
2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Anonim
a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen
kesehatan RI. Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta
: Departemen Kesehatan Republik Indonesi.