LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH Disusun Oleh : Nama : Nia Safitri NIM : A1L013123 Rombongan : C2 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
Disusun Oleh :
Nama : Nia Safitri
NIM : A1L013123
Rombongan : C2
Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini dengan tepat
waktu.Laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah ini disusun
guna melengkapi tugas mata kuliah Praktikum Dasar-dasar Ilmu
Tanah dan untuk membuktikan teori – teori yang diperoleh dari
mata kuliah tersebut. Penulis merasa bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak, laporan ini tidak dapat terselesaikan tepat
waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis bermaksud
menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Para Co-Ass yang telah membantu penulis baik dalam
praktikum ataupun di luar praktikum.
2. Kedua orang tua penulis yang telah membantu baik secara
material maupun spriritual.
3. Rekan–rekan yang telah membantu penulis sehingga laporan
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis masih mengharapkan
kesediaan dari berbagai pihak untuk memberikan saran dan kritik
yang bersifat membangun.Terakhir penulis berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan baik untuk
penulis khususnya maupun pembaca umumnya. Atas kerjasamanya
diucapkan terima kasih.
Purwokerto , 3 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Penetapan kadar air
A. Latar belakang
B. Tujuan
I. TINJAUAN PUSTAKA
II. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
B. Prosedur kerja
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Pembahasan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Derajat kerut tanah
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
C. Prosedur kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil
D. Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Pengamatan tanah dengan indra
I. PENDAHULUAN
D. Latar belakang
E. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODE PRAKTIKUM
F. Alat dan bahan
G. Prosedur kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
E. Hasil
F. Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Pengenalan profil tanah
VI. PENDAHULUAN
C. Latar belakang
D. Tujuan
VII. TINJAUAN PUSTAKA
VIII. METODE PRAKTIKUM
C. Alat dan bahan
D. Prosedur kerja
IX. HASIL DAN PEMBAHASAN
G. Hasil
H. Pembahasan
X. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR AIR TANAH
Disusun oleh :
Nama : Nia Safitri
NIM : A1L013123
Rombongan : C2
Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Tanah dalam bahasa inggris disebut soil, menurut Dokuchnev
tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri
dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling
atas dari kulit bumi. Kata “tanah” seperti banyak kata umum
lainnya, mempunyai beberapa pengertian. Dalam pengertian
tradisional, tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan
tanaman daratan, tanpa memperhitungkan tanah tersebut mempunyai
horizon yang kelihatan atau tidak. Tanah menutupi permukaan
bumi sebagai lapisan yang sambung menyambung, terkecuali pada
batuan tandus, pada wilayah yang terus menerus membeku, atau
tertutup air dalam , atau pada lapisan es terbuka suatu gletser
(Sutedjo, 1991).
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua
bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi
tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimiawi organisme
hidup, sehingga sangat essensial(Wulan, 2011).
Keadaan air yang terkandung dalam tanah perlu diketahui
terutama pada kedalaman dari permukaan air tanah baik secara
musim ataupun bulanan. Tentang kedalaman permukaan air tanah
bisa ditentukan melalui sumber-sumber air setempat, juga
melalui lubang-lubang pengeboran air (Kartasapoetra, 1987).
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara.
Sering dipakai istilah-istilah nisbih, seperti basah dan
kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang
kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat
diartikan yang penuh terisi dan yang menunjukkan setiap
kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi, yang
dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila
dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh
berat tanah kering yang tetap (Apriyanti, 2012)
Kadar air merupakan komponen utama tanaman hijau yang
merupakan 70% - 90% dari berat segar. Kebanyakan
sepsis tanaman tak berkayu, sebagian besar air kandungan dalam
isi sel (85% - 90%) yang merupakan media yang baik untuk banyak
reaksi biokimia. Tetapi air mempunyai beberapa peranan lain
dalam fisiologi tanaman dan keadaannya unik yang cocok dengan
sifat kimia dan fisikanya yang diperankan (Fitter-Hay, 1991).
B.Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering udara, kapasitas
lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri
(perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau
disebut berdasarkan % berat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan
pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, mengisi
ruang pori batuan dan berada di bawah water table. Akuifer
merupakan suatu lapisan, formasi atau kumpulan formasi geologi
yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk
dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air
tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung (Sosiawan, 2010).
Kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan
oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang
tetap.Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air
bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran
air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang
diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang
menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan
tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan
sebaran hujan sepanjang tahun (Sosiawan, 2010).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti
pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan
dalam tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan
dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan
air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan
tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air
tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban,
kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah(Buckman
dan Brady, 1982).
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya :
1. Banyaknya curah hujan atau air irigasi
2. Kemampuan tanah menahan air
3. Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui
tanah dan melalui vegetasi.
4. Tingginya muka air tanah
5. Kadar bahan organik tanah
6. Kenyawa kimiawi atau kandungan garam-garam
7. Kedalaman solum tanah atau lapisan tanah. (Brady, N.C.
1974.)
Adapun manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk
mengetahui proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah
yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi
pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses
irigasi, mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya
simpan lengas tanah (Soviani, 2012)
BAB. III METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan
analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejana seng,
kertas label, spidol, pipet ukur 2mm, bak perendam, serbet,
kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.
B. Cara Kerja
a. Kadar Air Tanah Kering Angin (Udara)
1) Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label,
lalu ditimbang (= a gram).
2) Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang
berdiameter 2 mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu
ditimbang kembali (= b gram).
3) Botol timbang yang berisi tanah dimasukan ke dalam oven
dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukanpada suhu
105-1100C selaqma minimal 4 jam.
4) Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup
kembali dengan menggunakan tang penjepit.
5) Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven
dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam
eksikator selama 15 menit.
6) Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan
menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang
sama (= c gram).
Perhitungan :
Kering udara = (b – a) x 100%
(c – a)
b. Kadar Air Kapasitas Lapang
1) Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian
ditimbang (= a gram)
2) Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan ke dalam
bejana seng.
3) Contoh tanah kering angin 2mm dimasukkan ke dalam keranjang
kuningan setinggi 25 cm(sampai tanda batas) secara merata tanpa
di tekan.
4) Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara
perlahan-lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan (1 titik
=0,67 ml), kemudian bejana seng ditutup, diletakkan ditempat
yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
5) Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak
dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab,
lalu ditimbang (= b gram)
Kapasitas Lapang : 2 x 100% +
Ka
b- (a+2)
c. Kadar Air Maksimum Tanah
1) Cawan tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi
label secukupnya 2)
2) Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring,
dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air
dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam Petridis
kemudian ditimbang (= a gram).
3) Cawan tembaga porus dikeluarkan dari Petridis, isi dengan
contoh tanah halus ( 0,5 mm) kurang lebih 1/3-nya, Cawan
diketuk-ketuk perlahan sampai permukaan tanahnya rata, Contoh
tanah halus ditambahkan lagi 1/3-nya dengan jalan yang sama
sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah . Kelebihan
tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
4) Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan
ditumpu batu dibawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan
tembaga porus Perendaman dilakukan selama 12 -16 jam.
5) Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus
diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang
diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap),
dimasukkan ke dalam cawan Petridis yang digunakan pada waktu
penimbangan paertama, lalu ditimbang (= b gram).
6) Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105-110ºC.
7) Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam
dengan suhu 105-110 derajat Celcius.
8) Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan
tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15
menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian
ditimbang beratnya (= c gram).
9) Tanah yang ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan
tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan Petridis
yang sama lalu ditimbangberatnya (= d gram)
Kadar air maksimum = (b – a) -
(c – d) x 100 %
(c – d)
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
1.Tanah kering udara
ulangan Botol
timbang
kosong (a
g)
(a)+contoh
tanah (b
g)
(b)
setelah
dioven (c
g)
Kadar
air
tanah
kering
udara
(%)
Ka 1
(2,00)
22,2846 gr 27,7204 gr 26,8386 gr 19,36 %
Ka 2
(2,00)
22,1819 gr 27,9378 gr 27,0303 gr 18,71%
Ka 3 (0,5) 22,5172 gr 27,6837 gr 26,8572 gr 19,04 %
Rata - rata 19,03 %
2.Kapasitas lapang
ulangan Keranjang
kuningan
(a)+gumpalan
tanah basah
Kadar air
kapasitas
kosong (a g) (b g) lapang (%)
KL-1 76,8803 gr 82,7981 gr 70,07 %
KL-2 78,0386 gr 85,4455 gr 56,01 %
Rata - rata 63,04 %
3.Kadar air maksimum
ulanga
n
Cawan+ker
tas
saring
jenuh+pet
ridish (a
g)
(a)
+tanah
basah
jenuh
air (b
g)
(b)
setela
h
dioven
24 jam
(c g)
Petridish+c
awan+kertas
saring
setelah
dioven (d
g)
Kadar
air
maksim
um (%)
KAM-1 84,6950
gr
144,530
6 gr
111,85
gr
83,7967 gr 113,29
%
KAM-2 92,0955
gr
15,1932
gr
120,48
gr
91,2572 gr 112,49
%
Rata - rata 112,89
%
Perhitungan :
1.Tanah kering udara
Kadar air 1 = (b-c) ×100 % = (27,7204 – 26,8386) ×
100 %
(c-a) (26,8386 – 22,2846)
= 0,8818 × 100 %
4,554
=19,36 %
Kadar air 2 = (b-c) × 100 % = (27,9378 -27,0303) ×100 %
(c-a) (27,0303-22,1819)
= 0,9075 × 100 % = 18,71 %
4,8484
Kadar air 3 = (b-c) × 100 % = (27,6837-26,8572) × 100 %
(c-a) (26,8572-22,5172)
= 0,8265 × 100 % = 19,04 %
4,34
Rata – rata = (ka 1+ka 2+ka 3)
3
= 19,36% + 18,71 % + 19,04 %
3
= 57,11 =19,03 %
3
2.kapasitas lapang
KL-1 = 2 × 100% + ka
b - (a+2)
= 2 × 100 % + 19,03 %
82,7981-(76,8803 + 2)
= 2 × 100 % +19,03 %
82,7981-78,8803
= 2 ×100 % + 19,03 % =70,07 %
3,9178
KL-2 = 2 ×100 % + ka
b-(a+2)
= 2 × 100 % + 19,03 %
85,4455-(78,0386+2)
= 2 × 100 % + 19,03 %
85,4455-80,0386
= 2 × 100 % + 19,03 % = 56,01 %
5,4069
Rata – rata = (KL-1 + KL-2)
2
= 70,07 % + 56,01 % = 126,08 5 = 63,04 %
2 2
B.Pembahasan
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam
tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh
lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang
baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya
gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-
gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
1. Air higroskopis, adalah air yang diserap tanah sangat kuat
sehingga tidak dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi
karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air
higroskopis merupakan selimut air pada permukaan butir-butir
tanah.
2. Air kapiler, adalah air tanah dimana daya kohesi (gaya
tarik-menarik antara sesama butir-butir air) dan gaya adhesi
(antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat
begerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas)
karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler
merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
3. Air gravitasi, adalah bagian dari air tanah yang tidak
dapat ditahan oleh tanah dan mengalir secara bebas karena
pengaruh gaya gravitasi. Jumlah air yang ditahan oleh tanah
setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang,
dengan besarnya tekanan sekitar 1/3 atmosfer. (Hasan, 2011).
Kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan
oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang
tetap.Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air
bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran
air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang
diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang
menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan
tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan
sebaran hujan sepanjang tahun (Sosiawan, 2010).
Adapun manfaat mengetahui kadar air tanah yaitu untuk
mengetahui proses pelapukan mineral dan bahan organik tanah
yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi
pertumbuhan tanaman, menduga kebutuhan air selama proses
irigasi, mengetahui kemampuan suatu jenis tanah mengenai daya
simpan lengas tanah (Soviani, 2012)
Kapasitas lapang adalah kandungan lengas maksimum yang
terseia untuk pertumbuhan tanaman. Pengukuran dapat
dilaksanakan dengan membasahi tanah sampai lewat jenuh kemudian
dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi selama 48 jam.
Pada kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia
untuk tanaman. Pori makro terisi udara, sedangkan pori mikro
sebagian terisi air yang tersedia. Pada umumnya harkat
kandungan lengas kapasitas lapang meningkat berdasarkan urutan-
urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung < gambut. Air
tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik
layu yang besarnya dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan
kapasitas lapang. Sedangkan titik layu permanen merupakan pada
titik terbawah daerah kelembaban yang tersedia. Suatu tanaman
akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang dibutuhkan.
Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu
hari yang panas dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih
kembali. Pada saat hari yang lebih sejuk kelayuan permanen
begitu pula kelayuan sementara tergantung pada besarnya
pemakaian air oleh tanaman (Sambroek, 1969).
Kadar air maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya
hisap matriks atau partikel tanah, kedalaman tanah dan
pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah
dan kedalaman solum, makin tinggi kadar bahan organik tanah
akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam kedalaman solum
tanah maka kadar air juga semakin tinggi (Hanafiah, 2007)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah
tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi, adhesi,
dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena
butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap
satuan berat (gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil
sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih
tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
dibanding tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan
besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut.
Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya
menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur
halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah
bertekstur berlempung atau liat(Hardjowigeno, 1992).
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya
adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi:
air higroskopis,air kapiler dan air gravitasi.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi kadar air tanah
diantaranya kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain
oleh tekstur tanah, . kadar bahan organik tanah (BOT), dan
Senyawa kimiawi serta faktor lainnya.
3. Berdasarkan percobaan dapat diperoleh hasil :
Penetapan kadar air tanah kering udara, tanah Andisol
adalah sebesar 19,03 %.
Penetapan kadar air kapasitas lapang, tanah Andisol
adalah sebesar 63,04 %.
Penetapan kadar air maksimum, tanah Andisol adalah
sebesar 112,89 %.
B. Saran
Sebaiknya sebelum praktikum dimulai, perlengkapan untuk
laboratorium yang akan digunakan sudah tersedia serta keadaan
laboratorium sudah siap pakai.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O., dan Nyle C. Brandy. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara
Karya Aksara : Jakarta.
Fitter-Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Madya
Universitas Press Yokyakarta.
Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Jakarta :Rajawali
Press
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo :
Jakarta
Kartasapoetra, Sutedjo. Mul Mulyani, 1987. Teknologi Konversasi
Tanah Air Rineka Cipta, Jakarta.
Sambroek . 1967 . Amazon Soils . Centre for Agricultural
Publivatins and Documentation
Soetjipto . 1992 . Dasar-Dasar Irigasi . Erlangga. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
DERAJAT KERUT TANAH
Disusun oleh :
Nama : Nia Safitri
NIM : A1L013123
Rombongan : C2
Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2014
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian
besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula.
Tanah merupakan suatu sitem mekanik yang kompleks terdiri
dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padat
yang hampir menempati 50% volume tanah sebagian besar terdiri
dari bahan mineral dan sebagian lainnya bahan organik. Yang
terkhir ini dijumpai dalam jumlah yang besar pada tanah organik
(organosol). Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang
ditempati sebagian oleh fase cair dan gas yang perbandingannya
selalu bervariasi menurut musim dan pengolahan tanah.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan
anorganik, bahan organik, udara dan air. Masing - masing fraksi
mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda beda. Bahan anorganik
secara garis besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu :
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) yaitu Tidak plastis dan tidak liat,
daya menahan air rendah, ukuran yang besar menyebabkan ruang pori
makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase
tanah pasir relative baik. Partikel pasir ini berbentuk bulat dan
tidak lekat satu sama lain.
2. Debu (0,002 mm – 0,005 mm) yaituMerupakn pasir mikro. Tanah
keringnya menggumpal tetapi mudah pecah jika basah, empuk dan
menepung. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi
yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm) yaituBerbentuk lempeng, punya sifat lekat
yang tinggi sehingga bila dibasahi amat lengket dan sangat
plastis, sifat mengmbang dan mengkerut yang besar.
Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut
tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut
tanah.Selain itu bahan organik tanah, bahan organik tanah
berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik
tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
B.Tujuan
Megetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah
dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang
diamati.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur
yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berkembang
secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau
perkembangan tanah dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan,
perubahan atau translokasi (Rizki, 2012).
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur
yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan yang berkembang
secara genetik. Proses-proses pembentukan tanah atau
perkembangan tanah dapat dilihat sebagai penambahan, pengurangan,
perubahan atau translokasi (Rizki, 2012).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan
anorganik, organik,udara dan air. Bahan anorganik secara garis
besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak
liat,daya menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori
makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse
tanh pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir
mikrodan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai
sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila
dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan
mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap energi
panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi
pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan (Hardjowigeno,
1987).
Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengkerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena
tanah mengerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang
dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat
montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan
tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Coefficient Of Linear
Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell index =
index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang
ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam bidang
engineering (pembuatan jalan, gedung-gedung dsb).
(Hardjowigeno,2010)
Bahan organic merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi
biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat
tanah.Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal
dari bahan organic. (Hakim, 1986).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
A.Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan yaitu contoh tanah hanus ( <
0,5 mm ),botol semprot,air,cawan porselin,colet,cawan
dakhil,jangka sorong dan serbet/lap pembersih.
B.Produr kerja
1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukan kedalam cawan
porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu
diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi
homogen.
2. Pasta tanah yang sudah homogeny tadi dimasukan kedalam cawan
dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka
soron (diameter awal).
3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur
dibawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya
pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan
(diameter akhir).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
NoJenis
tanah
Pengamatan keDerajat keruh
1 2 3 4
1
Andisol
Φ1 35,4 35,1 34,9 34,5 2,54 %
Φ2 35,4 35,1 35 34,5 2,54 %
X 35,4 35,1 34,95 34,5 2,54 %
2
Inseptiso
l
Φ1 34,1 32,6 28,09 28,02 17,83 %
Φ2 34,1 31,2 28,07 28,07 17,68 %
X 34,1 31,9 28,08 28,04
5
17,76 %
3
Ultisol
Φ1 35,6 33,8 32,5 32,5 8,71 %
Φ2 35,5 33,7 32,4 32,4 8.73 %
X 35,55 33,75 32,45 32,45 8,72 %
4
Entisol
Φ1 35,1 35,1 34,6 33,3 5,13 %
Φ2 35,7 35,1 33,7 32,7 8,40 %
X 35,4 35,1 34,15 33 6,78 %
5
Vertisol
Φ1 34 32,3 32 31,5 7,35 %
Φ2 35,1 33,6 32,1 31,9 9,12 %
X 34,55 32,95 32,05 31,7 8,25 %
Perhitungan :
Andisol
DK = dawal - dakhirx 100 % = 35,4 – 34,5 x 100 % = 2,54 %
dawal 35,4
ϕ1 => DK = 35,4 – 34,5 x 100 % = 2,54 %
35,4
Φ2 => DK = 35,4 – 34,5 x 100 % = 2,54 %
35,4
Inseptisol
DK = dawal - dakhirx 100 % = 34,1 – 28,045 x 100 % =
17,75 %
dawal 34,1
ϕ1 => DK = 34,1 – 28,02 x 100 % = 17,83 %
34,1
Φ2 => DK = 34,1 – 28,07 x 100 % = 17,68 %
34,1
Ultisol
DK = dawal - dakhirx 100 % = 35,55 – 32,45 x 100 % =
8,72 %
dawal 35,55
ϕ1 => DK = 35,6 – 32,4 x 100 % = 8,71 %
35,6
Φ2 => DK = 35,5 – 32,4 x 100 % = 8,73 %
35,5
Entisol
DK = dawal - dakhirx 100 % = 35,4 – 33 x 100 % = 6,78 %
dawal 35,4
ϕ1 => DK = 35,1 – 33,3 x 100 % = 5,13 %
35,1
Φ2 => DK = 35,7 – 32,7 x 100 % = 8,40 %
35,7
Vertisol
DK = dawal - dakhirx 100 % = 35,55 – 31,7 x 100 % =
6,78 %
dawal 35,55
ϕ1 => DK = 34 – 31,5 x 100 % = 7,35 %
34
Φ2 => DK = 35,1 – 31,9 x 100 % = 9,12 %
35,1
B. Pembahasan
Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut
(bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya
derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar
derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh
sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka
derajat kerut tanah semakin kecil (Notohadiprawiro, 1998).
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3
kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut
batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan
berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus
(Kohnke, 1968).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur
yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut
sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung
liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar
pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Derajat kerut tanah adalah kemapuan tanah untuk mengembang
dan mengerut. Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan
mengerut (bila kering).Tanah yang banyak mengandung pasir akan
mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air
dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak
mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket
dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief,
1986)
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur
yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut
sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung
liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar
pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986)
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan
anorganik, organik,udara dan air. Bahan anorganik secara garis
besar dibagi atas golongan fraksi tanah yaitu:
1. Pasir (0,05 mm – 2,00 mm) bersifat tidak plastis dantidak
liat,daya menahan air rendah,ukurannya yang menyebabkan pori
makro lebih banyak, perkolasi cepat,sehingga aerasi dan draianse
tanh pasiran relatif lebih baik.
2. Debu (0,002mm – 0,05mm) sebenarnya merupakan pasir
mikrodan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai
sedikit sifat plastis dan kohesi yang baik.
3. Liat (<0,002 mm) berbentuk mika atau lempeng, bila
dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sofat mengembang dan
mengerut yang besar. Bila kering menciut banyak menyerap energi
panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi
pelepasan yang disebut sebagai panas pembasahan (Hardjowigeno,
1987).
Berbagai macam ukuran, tekstur dan srtuktur yang telah
disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau
mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral
merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik,
rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih
besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh
koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang
butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan
tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian
terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri
lempung (Soegiman, 1982).
Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut
tanah. Selain itu, bahan orgaik tanah berpengaruh sebaliknya.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka derajat kerut
tanah semakin kecil. (Notohadiprawiro, 1998)
Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi
hasil dari abu vulkanik. Tanah ini sangat subur sehingga tanah
jenis ini baik untuk ditanami. Selain unsur hara, tanah andisol
memiliki kandungan zat-zat organic yang berada di lapisan tengah
dan atas sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsure hara
dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini mampu mengikat air
dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun sangat tinggi
dibandingkan tanah yang lain.(Hardjowigeno, S. 1992.)
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pengamatan dan pembahasan diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa suatu tanah semakin tinggi kandungan liatnya,
maka semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan orgaik
tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan
organik tanah, maka derajat kerut tanah semakin kecil. Rata-rata
derajat kerut sebesar 8,80 %.
B. Saran
Pada praktikum yang dilakukan diperlukan ketelitian dari
praktikan dalam melakukan pengamatan dan pengukuran menggunakan
jangka sorong agar mendapatkan data yang tidak melenceng dari
literatur.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim. N. M.Y. Nyapka, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A
Dina, G.B Hong, H.H Baile, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung : Lampung
Hardjowigeno. S., 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo.
Jakarta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company
Ltd.: Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan :
Jakarta.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA IV
PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA
Disusun oleh :
Nama : Nia Safitri
NIM : A1L013123
Rombongan : C2
Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2014
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Didunia pertanian, tanah mempunyai peranan yang penting,
tanah sangat dibutuhkan tanaman. Dengan bertambah majunya
peradaban manusia yang sejalan dengan perkembangan pertanian dan
disertai perkembangan penduduk yang begitu pesat, memaksa manusia
mulai menghadapi masalah-masalah tentang tanah, terutama untuk
pertanian sebagai mata pencaharian pokok pada waktu itu.
Tanah bersifat dinamis, dimana tanah mengalami perkembangan
setiap waktunya. Karakteristik tanah di setiap daerah tentunya
berbeda dengan daerah lainnya. Tanah dapat dikelompokkan
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimilikinya. Ilmu
yang mempelajari tentang proses-proses pembentukan tanah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut genesis tanah.
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan
kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan.
Untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan dan
mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat
melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah, Dengan mengamati
profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur,
konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna,
perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu
wilayah.tentunya Pengamatan pada profil tanah tidak dapat
dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan,
setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan
struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam
menginterpretasikan suatu sifat tanah.
B.Tujuan
1. Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan
menggunakan buku Munsell Soil Color Chart.
2. Menetapkan tekstur dari beberapa jenis tanah
3. Menetapkan struktur dari beberapa jenis tanah.
4. Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah dalam
keadaaan basah, lembab, dan kering.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan
kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil
pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium
pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian
besar planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki
sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah,
dikenal lima macam faktor pembentuk tanah, yaitu :
1. Iklim
2. Kehidupan
3. Bahan induk
4. Topografi
5. Waktu.
Dari kelima faktor tersebut yang bebas pengaruhnya adalah
iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan
istilah asing weathering. Secara garis besar proses
pembentukan tanah dibagi dalam dua tahap, yaitu proses
pelapukan dan proses perkembangan tanah (Hardjowigeno, 1992).
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih
banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena
tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara
tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur
dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah,
coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan
atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak
murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3
warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995)
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah
satu sama lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat
tanah. Apabila syarat agregat tanah terpenuhi maka dengan
sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah
terbentuk akibat penggarapan tanah disebut clod. Untuk
mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus dengan
melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium elatif
sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk
agregatnya (Hardjowigeno, 1992).
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya
kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah
dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika
tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh
gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya
kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik
antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan
derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan
ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan
oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengarui bentuk tanah
(Kohnke, , 1968).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
Alat yang digunakan antara lain cawan porselin, botol
semprot, colet/spatel, lap/serbet,lup, dan buku Munsell Soil
Color Chart. Bahan yang digunakan antara lain contoh tanah halus
(<0,5mm) dan tanah yang masih berbentuk gumpalan (Inseptisol,
Andisol, Ultisol, Vertisol, Entisol).
B. Prosedur Kerja
1. Warna Tanah
Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya
(permukaanya tidak mengkilap), diletakkan di bawah lubang kertas
buku Munsee Soil Collor Chart. Dicatat notasi warna (Hue, Value,
chroma) dan nama warna. Penamatan warna tanah tidak boleh terkena
cahaya matahari langsung.
2. Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah dilapang dilakukan dengan cara
merasakan atau meremas tanah antara ibu jari dan jari telunjuk.
Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan
air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijit kemudian
dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah. Jika
Bentukan benang mudah dan membentuk pita panjang, maka besar
kemungkinan teksturnya liat,
Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan
Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika
terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu ; terasa kasar :
lempung berpasir.
3. Struktur Tanah
Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah
dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari
ketinggian tertentu. Sehingga bongkah tanah akan pecah secara
alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang
merupakan kelas struktur tanah.
4. Konsistensi
Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan
cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai
pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air
pada contoh tanahnya.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Warna dan tekstur
NoJenis
tanah
Warna tanahTekstur
tanahNotasi
warnaNama warna
1 Andisol 10 YR 2/2Very dark
brown
Lempung
berpasir
(SL)
2 Ultisol 7,5 YR 3/4 Dark brown
Liat
berpasir
(CS)
3 Entisol 10 YR 2/2Very dark
brown
Lempung
berliat (CL)
4Inseptiso
l5 YR 2,5/2
Dark reddish
brown
Lempung liat
berdebu
(SICL)
5 Vertisol 5 YR 3/1 Very dark grey Lempung liat
berdebu
(SICL)
2. Struktur
NoJenis
tanah
Struktur tanah
Tipe Klas Derajat
1 Andisol Gumpal Sangat halus (VF) Cukupan
2 Ultisol Gumpal Kasar (C) Kuat
3 Entisol Gumpal Halus (F) Lemah
4Inseptiso
lGumpal Halus (F) Cukupan
5 Vertisol Gumpal Sangat kasar (VC) Kuat
3. Konsistensi
NoJenis
tanah
Konsistensi basah Konsist
ensi
lembab
Konsist
ensi
keringKelekatan Keliatan
1 AndisolAgak
lekat(ss)
Agak
plastis(
ps)
Teguh(t
)
Keras(h
)
2 Ultisol Lekat(s) Agak Teguh(t Keras(h
plastis(
ps)) )
3 EntisolAgak
lekat(ss)
Plastis(
p)
Gembur(
f)
Lunak(s
)
4Inseptis
ol
Sangat
lekat(vs)
Tidak
plastis(
po)
Gembur(
f)
Keras(h
)
5 VertisolAgak
lekat(ss)
Agak
plastis(
ps)
Sangat
teguh
sekali(
et)
Sangat
keras
sekali(
eh)
B. Pembahasan
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna
beragam antara horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian
profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah diperi secara
lengkap. Pemerian warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan
antara pola warna dengan struktu tanah kesarangan tanah. Agregat
tanah yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah
warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell
Soil Color Chart merupakan buku pedoman pemerian warna tanah yang
dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). Buku
edisi tahun 1971 ini terdiri dari tujuh halaman warna mempunyai
sejumlah potongan warna dan jumlah potongan warna pada tujuh
halaman ini adalah 196 potong. Potongan-potongan warna merupakan
versi modifikasi dari kumpulan warna yang terdapat dalam buku
induk Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran warna
edisi lengkapnya (Poerwidodo, 1991)
Warna tanah diatas ditetapkan menggunakan Munsell Soil Color
Chart. Yaitu dimana dalam penetapan warna harus di catat HUE,
VALUE, dan CHROMA.
1. HUE : warna dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya,
2. VALUE : merupakan kartu warna ke arah vertikal yang
menunjukkan warna tua-muda atau
hitam-putih, ditulis dibelakang nilai hue.
3. CHROMA : merupakan kartu warna yang disusun horizontal
yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis dibelakang value yang
dipisahkan dengan garis miring.
Warna tanah yang terdeteksi berbeda-beda karena mencerminkan
sifat tanah, sedangkan diketahui jenis tanahnya berbeda, sehingga
warnanya pun pasti berbeda (Pipit, 2011)
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi
pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan
Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir
mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, debu
dengan ukuran 0,05-0.002 mm dan liat dengan ukuran <0.002 mm
(penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat
berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti
struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
(Hanafiah, 2007).
Tekstur dapat didefinisikan sebagai perbandinga relatif
jumlah fraksi pasir, debu dan liat dalam masa tanah. Dalam tanah
terdapat perbandingan ketiga fraksi tersebut dikenal 12 macam
tekstur dari kasar sampai halus yaitu: pasir, berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung liat berpasir,
lempung berliat, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat
berdebu dan liat. Tekstur merupakan salah satu sifat morfologi
tanah yang penting, karena variasi tekstur dapat digunakan untuk
menduga sejarah geogenesis dan pedogenesis. (Foth, 1991)
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir
tanah. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir,
debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti
bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Menurut
bentuknya struktur dapat dibedakan menjadi:
1. Bentuk Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu horizontal,
ditemukan di horison E atau pada lapisan padas liat
2. Prisma: Sumbu vertikal > sumbu horizontal bagian atasnya
rata, di horison B tanah daerah iklim kering
3. Tiang: Sumbu vertikal > sumbu horisontal, bagian atasnya
membulat, di horison B tanah daerah iklim kering
4. Gumpal bersedut: Seperti kubus dengan sudut-sudut tajam.
Sumbu vertikal = sumbu horisontal, di horison B tanah daerah
iklim basah
5. Gumpal membulat: Seperti kubus dengan sudut-sudut membulat.
Simbu vertikal = sumbu horisontal, di horison B tanah daerah
iklim basah
6. Granuler: Bulat-porous, di horison A
7. Remah: Bulat sangat porous, di horison A(Hardjowigeno,
1992)
Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau susunan partikel-
partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada
partikel-partikel sekunder atau ped disebut juga agregat.
Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah merupakan
satu ciri penting tanah, seperti warna tekstur atau komposisi
kimia. Struktur mengubah pengaruh tekstur dengan memperhatikan
hubungan kelembaban udara. Struktur berkenbang tidak dari satu
butir tunggal maupun dari keadaan pejal. Warna merupakan sifat
tanah yang nyata dan mudah dikenali. Warna merupakan sifat tanah
yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran
langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar
diamati dan diukur dengan teliti misalnya drainase. Jadi warna
tanah bila digunakan dengan ciri-ciri lainnya berguna dalam
penbentukan tanah dan penggunaan lahan. Bahan organik merupakan
sebuah bahan utama pewarnaan tanah tergantung pada keadaan
alaminya, jumlah dan penyebaran dalam profil tanah tersebut.
Bahan organik biasanya tertinggi di lapisan permukaan tanah di
daerah sedang warna permukaan tanahnya agak gelap. (Foth, 1998)
Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan sangat erat
dengan kandingan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya
fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada didalam tanah pada
kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil
(sedikit), dalam keadaan ilmiahataupun sangat terganggu,
terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam keadaanlembab
atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan
erat satu samalain, struktur tanah menyangkut bentuk ukuran dan
pendefinisian agregat alamiah yangmerupakan hasil dari keragaman
gaya tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknyakonsistensi meliputi
corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, 1986).
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengamatan jenis suatu tanah dapat ditentukan dari 4 cara yaitu
Warna tanah, Tekstur Tanah, Struktur Tanah dan Konsistensi.
2. Pengamatan warna tanah dan tekstur tanah diketahui warna tanah
vertisol berada pada notasi warna 5 YR 3/1 yang berarti mempunyai
warna Very Dark Grayish Gray, sementara teksturnya adalah lempung
liat berdebu. Tanah andisol berada pada notasi warna 10 YR 2/2
yang mempunyai warna very Dark Brown dan bertekstur pasir
berlempung. Tanah inseptisol berada pada notasi warna 5 YR 2,5/2
yang mempunyai warna dark reddish Brown dan bertekstur lempung liat
berdebu. Tanah entisol berada pada nptasi warna 10R 2/2 dan
mempunyai warna very Dark Brown dan bertekstur lempung berliat.
Tanah ultisol berada pada notasi warna 7,5 YR 3/4 mempunyai warna
dark Brown bertekstur liat berpasir.
3. Praktikum pengamatan struktur tanah, didapatkan tanah vertisol
yang mempunyai tipe gumpal, klas sangat kasar (VC) serta derajat
kuat.Tanah andisol mempunyai tipe gumpal dengan klas sangat halus
dan derajat cukupan.Tanah inseptisol mempunyai tipe gumpal,
klasnya halus (F), serta derajatnya cukupan.Tanah entisol
mempunyai tipe gumpal dengan klas halus dan derajatnya
lemah.Tanah ultisol mempunyai tipe gumpal dengan klas kasar dan
derajatnya kuat
4. Praktikum pengamatan konsistensi lembab dan kering tanah,
didapatkan konsistensi Vertisol, Entisol, Inceptisol, Ultisol,
dan Andisol pada keadaan lembab yaitu berturut-turut sangat teguh
sekali,gembur,gembur,teguh,teguh.Sedangkan konsistensi Vertisol,
Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol pada keadaan kering
yakni Sangat Keras Sekali,lunak,keras,keras,keras.
B. Saran
Ketelitian dalam pengamatan warna, tekstur, struktur dan
konsistensi tanah sangat dibutuhkan agar dapat memperoleh data
yang sesuai dengan kenyataan.
DAFTAR PUSTAKA
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada : Yogyakarta.
Foth, H.D. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta
Hakim, N. Et all. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung : Lampung.
Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo : Jakarta
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company
Ltd.: Bombay.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfoli.Fahutan: Institut
Pertanian Bogor
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian The dan Kina
: Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA V
PENGENALAN PROFIL TANAH
Disusun oleh :
Nama : Nia Safitri
NIM : A1L013123
Rombongan : C2
Asisten :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
2014
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah
oleh proses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan
erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi
antara, hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah
campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam
keadaan padat,gas, dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk
hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan
batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh
proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang
dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan
tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses
lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka
akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik,
kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik
akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil
Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon
tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk
dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan
pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-
ulang oleh genangan air
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki
perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses
tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan profil
tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap
tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang,
dan lebar serta kedalam tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk
dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam ( natural forces )
Terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan dan
pelapukan bahan-bahan koloid (Hakim,1982).
Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan
sisa batuan dari organism yang hidup diatasnya. Selain itu,
terdapat pula udara dan air di dalam tanah. Air dalam tanah
berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak
meresap ke tempat lain, di samping pencampuran bahan organik di
dalam proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan
tanah (Hardjowigeno,1985).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal
mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan
tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat.
Adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk
membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat besar
(Foth,1999).
Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang
diperlukan deskripsi (penguatan) profil tanah. Dari pengamatan
sifat-sifat tanah di lapangan serta di sokong oleh analisis
contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap horizon, di
dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis
tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari tiap
horizon di dalam profil atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya.
Profil tanah ialah penampang tegak/vertikal tanah di mulai dari
permukaan tanah sampai lapisan induk bawah tanah. Solum tanah
adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga horizon B.
Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki
perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses
tertentu, umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil
tanah ( Gobahong,1994 ).
Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat
membangun tubuh alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan
oleh susunan horizon tertentu. Secara umum dapat di sebutkan
bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon
utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur,
struktur dan sifat morfologis lainnya (Pairunan.1985).
Faktor-faktor pembentukan tanah adalah tidak
tergantung ( bebas ), namun perlu dilihat situasinya. Oleh karena
itu, dari seluruh faktor pada bentang lahan yang efektif sehingga
hanya satu faktor peubah yang tampak. Hal ini menjadikan sekuen-
sekuen tanah dapat dikatakan hanya dirajai oleh faktor tunggal,
sehingga dapat ditemui tanah-tanah climosekuen, biosekuen,
toposekuen, litosekuen, dan kronosekuen ( Jenny,1941 ).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan bahan
Bor tanah, abney level ( clinometer ) untuk mengukur
kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot,
kertas label, meteran, larutan H2O2 3 %, larutan HCL 10 %,
larutan aa – dipridil dalam 1 N NH4Oac netral, aquades, buku
Munsell Soil Colour Chart, Kantong plastik, spidol, buku pedoman
pengamatan tanah di lapang dan daftar isian profil.
B. Prosedur kerja
1. Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan
pengeboran ( boring ) di tempat – tempat sekitar profil yang akan
dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 tempat berjarak 1 meter,
yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2. Menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil
tanah dengan ukuran panjang 2m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5.
Di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga ( trap ) kebawah
untuk memudahkan pengamat turun.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Nama lapisan
1 2 3 4 5
Dalam lapisan(cm)
0-28 28-44 44-58 58-75 75-91
Simbol lapisan
A B C D E
Batas lapisan
d d d d d
Batas topografi
s s s s s
Warna tanah(matriks)
10 YR 2/2(very dark brown)
7,5 YR ¾(dark brown)
7,5 YR ¾(dark brown)
10 YR ¾(dark yellow brown)
10 YR ¾(darkyellowbrown)
Tekstur tanah
cl cl l cl
Struktur tanah
2 VF 1 M 1 VF 1 VF 2 M
Konsistensi
B L K B L K B L K B L K B L Kso
vf
sh
ss vf
s ss
vf
l so
f l ss
vf
s
ps
pH tanah(lapang)
6 5 5,5 5 5,5
Reaksi terhadap HCl(buih)
banyak sedikit sedikit Tidak ada
Tidak ada
Reaksi terhadap
sedikit banyak banyak banyak banyak
H2O(buih)Perakaran sedang sedikit sedang sedikit Sediki
t
B. Pembahasan
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah, dibuat dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang
dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah
dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang
terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural
forces) terhadap proses pembentukan mineral. Pembentukan dan
pelapukan bahan-bahan organik pertukaran ion-ion, pergerakan dan
pencucian bahan-bahan koloid (Wahyuaskari, 2011).
Horizon Tanah adalah tanah yang terdiri dari lapisan berbeda
horisontal, pada lapisan yang disebut horizons.Mereka mulai dari
kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang
rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock).Horizon
dan lapisan terbagi sesuai dengan (Mul, M.S. 2007).
Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah:
1.Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau
tidak sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat
air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang
sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk
dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien.
Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal,
namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.
2. Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk
hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan
menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas
dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung
berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki
variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan
kemampuan menahan air.
3. Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan
organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu
menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang
meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut,
cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan
mencampur bahan organik dengan mineral.
4. Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu.Soil yang masih
muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang
sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif,
rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti
ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran
ekstrusif.Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava,
debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut
paleosol.Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat
mengandung fosil.Maka dari itu, soil inisangat berguna untuk
dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan
topografi lampau.
5. Iklim
Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan
ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang
sama dapat terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya
berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi
atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada
laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis
organisme yang dapat hidup di soil tersebut
Horizon O merupakan horizon yang didominan oleh bahan
organic, baik yang jenuh air, yang drainase sudah diperbiaki atau
pun yang tidak pernah jenuh dari air. Pada lapisan ini merupakan
lapisan yang memiliki sifat keremahan tinggi dan daya ikat air
pun tinggi jika jumlah bahan organic didalamnya tinggi. Merupkan
hal yang jika diatan lapisan ini juga banyak ditumbuhi oleh
tumbuhan. Setelah lapisan (horizon) O, terdapat lapisan dengan
kandungan mineral tinggi dan memiliki struktur lebih halus.
Horizon mineral di permukaan tanah atau di bawah lapisan O dan
mempunyai salah satu atau kedua sifat berikut. 1) merupakan
akumulasi bahan organic halusyang tercampur dengan bahan mineral
dan tidak didominan oleh sifat horizon E atau B. dan 2)
menunjukan sifat sebagai hasil pengolahan tanah. Horizon mineral
dengan sifat utama terjadi pencucian liat (clay), besi, alumunium
atau kombinasinya, bahan organic, dan lain-lain sehingga
tertinggal pasir dan debun umumnya berwarna pucat. Horizon A di
atasnya atau horizon B di bawahnya(Hardjowigeno, 1993).
Perkembangan pembentukan profil tanah dipengaruhi oleh topografi,
yaitu dipengaruhi oleh curah hujan, terarbsobsi dan tersimpan di
dalam tanah, mempengaruhi tingkat perpindahan tanah oleh aerosi,
mempengaruhi arah pergerakan bahan dalam suatu suspense atau
larutan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. (Hakim, 1984).
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat ditarik
kesimpulan :
1. Tiap – tiap lapisan pada profil tanah berbeda, mulai dari
warna ; tekstur ; struktur ; konsistensi ; pH tanah dll.
2. Untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah
digunakan larutan H2O2 dan akan ditandai dengan keluarnya buih
dari dalam tanah.
3. Selain itu, ada juga larutan HCL yang digunakan untuk
mengetahui kandungan kapur dari dalam tanah, sama halnya
dengan H2O2 ditandai dengan keluarnya buih dari dalam tanah.
B. Saran
buku penuntun praktikumnya lebih diperjelas lagi. Hal ini perlu
direspon agar ke depan tidak lagi mengalami kesalahan data.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, D Henry. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjamadah
University:Yogyakarta.
Gobahong.1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
Hakim,N.M.Y, dkk.1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung.Lampung.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo.
Jakarta.
Mul, M.S. 2007. Analisis Tanah, air dan jaringan tanaman. Rieneka Cipta
, Jakarta.
Pairunan.A.K.dkk.1985.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Ujung
Pandang:BKPT INTIM