KELELAHAN OTOT PADA MANUSIA
Tujuan percobaan / pemeriksaan: Untuk mengetahui perubahan suhu
dan warna kulit akibat iskemia.
Alat-alat yang digunakan: 1. Kimograf + kertas+ perekat 2.
Manset sfigmomanometer 3. Ergograf 4. Metronome ( frekuensi 1 detik
)Cara Kerja :1. Percobaan 4 : Rasa nyeri, perubahan warna dan suhu
kulit akibat iskemia Latihan ini dilakukan pada orang percobaan
lain dan tanpa pencatatan erogram. Pasanglah manset pada lengat
atas kanan orang percobaan dan berikan pembebanan yang cukup berat
sehingga penarikan hanya akan memperlihatkan penyimpangan ujung
pencatat yang kecil saja. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan
bawah kanan orang percobaan. Lakukan satu tarikan tiap satu detik
sampai diadakan oklusi sehingga terjadi kelelahan total atau sampai
terjadi rasa sakit yang tak tertahan. Hentikan tindakan oklusi
segera setelah orang percobaan merasa nyeri yang hebat sekali.
Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan orang
percobaan.Hasil Pemeriksaan 1. Percobaan 4Pada percobaan keempat,
OP diberikan oklusi serta beban yang berat agar otot lebih cepat
mengalami kelelahan. Selain itu, OP juga diberikan frekuensi
tarikan yang lebih cepat agar proses kelelahan otot menjadi semakin
cepat. Akibatnya, warna kulit di lengan bawah pun menjadi pucat dan
lama-lama berubah menjadi kebiruan. Selain itu, suhu pada lengan
menjadi rendah akibat kurangnya oksigen yang dapat memecah tumpukan
asam laktat diotot. Lengan sebelum di oklusi
Lengan berubah menjadi Kebiruan Pembahasan:Otot rangka
dirangsang untuk berkontraksi melalui pengeluaran asetil kolin
(ACh) di taut neuromuskulus antara ujung- ujung akhir neuron
motorik dan sel otot.Mekanisme kontraksi otot:1. Asetilkolin yang
dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial
aksi di sel otot yang merambat keseluruh permukaan membran.2.
Aktivitas listrik permukaan dibawa kebagian tengah (sentral) serat
otot oleh tubulus T.3. Penyebaran potensial aksi ketubulus T
mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari kantung- kantung lateral
retikulum sarkoplasma di dekat tubulus.4. Ca2+ yang dilepaskan
berikatan dengan troponin dan mengubah bentuknya, sehingga kompleks
troponin- tropomiosin secara fisik tergeser kesamping, membuka
tempat pengikatan jembatan silang aktin.5. Bagian aktin yang telah
terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang
sebelumnya telah mendapat energy dari penguraian ATP menjadi ADP +
Pi + energy oleh ATPase miosin di jembatan silang.6. Pengikatan
aktin dan miosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang
menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik
filamen tipis kearah dalam. Pergeseran kearah dalam dari semua
filamen tipis yang mengelilingi filament tebal memperpendek
sarkomer (yaitu kontraksi otot).7. Selama gerakan mengayun yang
kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang.8.
Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya
jembatan silang, yang mengembalikan bentuknya kekonformasi
semula.9. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin
kembali memberikan energy bagi jembatan silang.10. Apabila Ca2+
masih ada sehingga kompleks troponin- tropomiosin tetap tergeser
kesamping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan
penekukan, menarik filament tipis selanjutnya.11. Apabila tidak
lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif telah
kembali ketempat penyimpanannya di kantung lateral reticulum
sarkoplasma, kompleks troponin- tropomiosin bergeser kembali
keposisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang aktin,
sehingga aktin dan myosin tidak lagi berikatan di jembatan silang,
dan filament tipis bergser kembali keposisi istirahat seiring
dengan terjadinya proses relaksasi.Kontraksi otot memerlukan suplai
oksigen yang mencukupi agar otot dapat bekerja dengan efektif.
Kontraksi otot secara terus menerus akan mengakibatkan kelelahan
otot. Otot semakin lama semakin lemah karena serabut otot
kekurangan energi.Rasa nyeri adalah dikarenakan oleh pengumpulan
asam laktat. Dengan bertambahnya asam laktat, konsentrasi H+
meningkat dan pH menurun.Peningkatan ini menghambat proses
rangkaian eksitasi oleh menurunnya sejumlah Ca2+ yang dikeluarkan
dari reticulum sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat Ca2+
kepada troponin. Peningkatan konsentrasi ion H+ juga menghambat
kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibatdi dalam
anaerobic glikolikis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis,
mengurangi penyediaan ATP untuk energi.
Bagaimana cara otot dalam keadaan normal melemas? Seperti halnya
potensial aksi di serat otot mengaktifkan proses kontraksi dengan
memicu pelepasan Ca2+ dalam kantung lateral ke dalam sitosol,
proses kontraksi dihentikan ketika Ca2+ dikembalikan ke kantung
lateral saat aktivitas lstrik local berhenti. Retikulum sarkoplasma
memiliki molekul pembawa, pompa Ca2+-ATPase, yang memerlukan energy
dan secara aktif mengangkut Ca2+ dari sitosol untuk memekatkannya
di dalam kantung lateral ketika asetilkolinesterase menyingkirkan
ACh dari taut neuromuscular, potensial aksi serat aksi serat otot
terhenti. Ketika potensial aksi local tidak lagi terdapat di
tubulus T untuk memicu pelepasan Ca2+, aktivitas pompa Ca2+
reticulum sarkplasma, mengembalikan Ca2+ yang dilepaskan ke kantung
lateral. Hilangnya Ca2+ dari sitosol memungkinkan kompleks
troponin/ tropomiosin bergeser kembali ke posisinya yang
menghambat, sehingga aktin dan myosin tidak lagi berikatan di
jembatan silang. Filamen tipis, setelah dibebaskan dari siklus
pelekatan dan penarikan jembatan silang, kembali secara pasif ke
posisi istirahatnya. Serat otot kembali melemas.
Kesimpulan Tingkat kelelahan otot dipengaruhi oleh frekuensi
waktu yang digunakan otot untuk berkontraksi. Pada otot yang
berkontraksi terlalu keras dengan waktu yang lebih cepat dan adanya
penyumbatan pembuluh darah akan lebih cepat merasakan lelah oleh
karena pengangkutan oksigen yang tidak mencukupi untuk pembentukan
energi sehingga akan menyebabkan perubahan suhu dan warna kulit.
Kulit akan bersuhu dingin dan berwarna kebiruan yang disebabkan
karena kurangnya oksigen pada otot sehingga terjadilah penumpukan
asam laktat pada otot.Daftar Pustaka1. Sherwood L. Fisiologi
manusia dari sel ke sistem. 2th ed. Jakarta: Buku Kedoteran EGC;
1996.p. 221.2. Ethel S. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001.3. Sherwood L. Fisiologi manusia
dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: Buku Kedoteran EGC; 2013.p.
289.