LAPORAN BIOETIK MEDIKOLEGAL DAN HAM
KELOMPOK 1
TUTOR : dr. Oktarina, MSc
KELOMPOK 6 :Annisa Ratnaningtyas (2012730006)Chairul Amri Apgar
(2012730020)Erlisa Azizatul Arifah (2012730033)Eza Melinda
(2012730034)Faathir Iskandarsyah (2012730035)Muhammad Anka Pradana
P (2012730064)Nurul Haq Sari (2012730073)Rifkah Raihana
(2012730084)Sarah Khairina (2012730096)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTERUNIVERSITAS MUHAMMADYAH JAKARTA2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. WbAlhamdullilah, tiada kata yang pantas
kami ungkapkan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
nikmat-Nya yang telah diberikan kepada kami.Segala puji hanya milik
Allah tuhan semesta alam, shalawat dan salam hanya untuk paling
mulianya para nabi dan para rasul; Muhammad SAW, para keluarganya,
para sahabat, dan umatNya semua.Pada semester 2 Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan kesehatan Universitas
Muhammadiyah, kami mendapatkan mata kuliah Bioetika, Medikolegal
dan HAM. Dalam PBL kali ini kami diberikan Kasus 1, dimana kaus
tersebut berhungungan dengan Bioetika. Laporan ini kami buat untuk
memenuhi tugas kuliah Bioetika, Medikolegal dan HAM bagi kami
mahasiswa/i Program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah. Kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas bimbingan dan pemberian materi kepada: dr.
Anwar Wardy W, Sp Neuro, dr. A. H. Muchlis MS serta Tutor kami dr.
Oktarina, MSc Kami mohon maaf kiranya apabila dalam Laporan ini
masih banyak kesalahan serta kekurangan dapat kiranya bapak dan ibu
memberi kami masukan dan arahan.Akhirnya shalawat dan salam untuk
Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para
sahabatnyaWaalaikumsalam, Wr. WbJakarta, Juni 2013
Penulis
9
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................................iiDAFTAR
ISI............................................................................................................................iiiBAB
I :
PENDAHULUAN..........................................................................................1BAB
II:
PEMBAHASAN.............................................................................................7BAB
III:
PENUTUP.....................................................................................................33
BAB I PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PENULISANMampu berprilaku professional dalam praktek
kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan sesuai area Etika,
Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta keselamatan pasien
1.2 TUJUAN Sebagai Mahasiswa/i mampu mengintegrasikan Bioetik,
Medikolegal dan HAM: Mampu menunjukan sikap profesional Mampu
berprilaku profesional dalam bekerja sama Mampu berperan sebagai
anggota tim pelayanan kesehatan yang profesional Mampu melakukan
praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia
Mampu berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya,
sejawat, masyarakat dan dengan anggota profesi lain Mampu
menjelaskan Aspek Medikolegal dalam praktek kedokteran Mampu
menjelaskan Aspek keselamatan pasien dalam praktek kedokteran dan
Hak Azazi Manusia
1.3 SASARAN PEMBELAJARAN1. Mampu menunjukan sikap profesional1.1
Menunjukan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia1.2
Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien1.3 Menunjukan
kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter pasien1.4
Menunjukan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh1.5
Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberi
pelayanan kesehatan dan dampaknya1.6 Mempertimbangkan aspek etis
dalam penanganan pasien sesuai stardar profesi1.7 Mengenal
alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit1.8 Menganalisa
secara sistemik dan mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan
stiap individu pasien
2. Mampu berprilaku profesional dalam bekerja sama2.1
Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial 2.2
Menunjukan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan
peran yang berharga, tanpa memandang status sosial2.3 Berperan
serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan par petugas
kesehatan lainnya2.4 Mengenali dan berusaha menjadi penegah ketika
terjadi konflik2.5 Memberi tanggapan secara konstruktif terhadap
masukan dari orang lain2.6 Mempertimbangakan aspek etis dan moral
dalam hubungan dengan petugas kesehatan lain, serta bertindak
secara profesional2.7 Mengenali dan bertindak sewajarnya saat
kolega melakukan tindakan yang tidak profesional
3. Mampu berperan sebagai anggota tim pelayanan kesehatan yang
profesional3.1 berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan
menerapkan nilai-nilai profesional3.2 bekerja dalam berbagai tim
pelayanan kesehatan secara efektif3.3 menghargai peran dan pendapat
berbagai profesi kesehatan3.4 berperan sebagai manager yang baik
dalam praktek pribadi maupun dalam sistem pelayanan kesehatan3.5
menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan
dapat melakukan suatu perubahan3.6 mampu mengatasi perilaku yang
tidak profesional dari anggota tim pelayanan kesehatan lain
4. Mampu melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat
multikultural di Indonesia4.1 menghargai perbedaan karakter
individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan sejawat4.2
memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender,
orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial
5. Mampu berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya,
sejawat, masyarakat dan dengan anggota profesi lain5.1
Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya5.1.1
Bersabung rasa dengan pasien dan keluarganya5.1.1.1 Memberi situasi
yang yaman bagi pasien5.1.1.2 Menunjukan sikap empati dan dapat
dipercaya5.1.1.3 Menyimpulkan kembali masaah pasien, kekhawatiran,
maupun harapan5.1.1.4 Memelihara dan menjaga harga diri pasien,
hal-hal yang bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien sepanjang
waktu5.1.1.5 Memperlakukan pasien sebagai mitr sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan
5.1.2 Mengumpulkan Informasi5.1.2.1 Meminta penjelasan pada
pasien pada peryantaan yang kurang dimengerti5.1.2.2 Tidak
memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih
mengumpulkan data
5.1.3 Memahami Perspektif Pasien5.1.3.1 Menghargai kepercayaan
pasien terhadap seala sesuatu yang menyangkut penyakitnya5.1.3.2
Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya
dan harapannya5.1.3.3 Melakukan fasilitasi secara profesional
terhadap ungkapan emosi pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung,
eforia, maupun pasien dengan hambatan kamunikasi misalnya
bisu-tuli, gangguan psikis)5.1.3.4 Memperhatikan faktor
bio-psiko-sosiobudaya dan norma-norma setmpat untuk menetapkan dan
mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang
profesional5.1.3.5 Mengunakan bahasa yang santun dan dapat
dimengerti oleh pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai
dengan umur, tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan,
meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan
penanganan serta prognosis
5.1.4 Memberi Penjelasan dan Informasi5.1.4.1 Mempersiapkan
perasaab paien untuk menghindari rasa takut dan stress sebelum
melakukan pemeriksaan fisik5.1.4.2 Memberi tahu adanya rasa sakit
atau ketidak nyaman yang mungkin timbul selama permeriksaan fisik
atau tindakan5.1.4.3 Memberi penjelasan dengan benar, jelas,
lengkap dan jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, resiko
prosedure diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi,
prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan5.1.4.4 Menjawab pertanyaan
dengan jujur, memberi konsultasi atau mengajukanrujukan untuk
permasalahan yang sulit5.1.4.5 Memberi edukasi dan promosi
kesehatan kepada pasien maupun keluarganya5.1.4.6 Memastikan
mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan
telah dipahami oleh pasien5.1.4.7 Memberi waktu yang cukup kepada
pasien untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum
membuat persetujuan5.1.4.8 Menyampaikan berita buruk secara
profesional dengan menjujung tinggi etika kedokteran5.1.4.9
Memastikan kesinambungan pelayan yang telah dibuat dan
disepakati
5.2 Berkomunikasi Dengan Sejawat, Masyarakat dan Dengan Anggota
Profesi Lain5.2.1 Memberi informasi yang tepat kepada teman sejawat
tentang kondisi pasien baik secara lisan, tertulis ataupun
elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun
ilmu kedokteran5.2.2 Menulis surat rujukan dan laporan penangan
pasien dengan benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu
kedokteran5.2.3 Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif
dan jelas demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran5.2.4
Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat5.2.5 Menggali
masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat5.2.6 Menggunakan
tehnik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat memahami
kesehatan sebagai kebutuhan5.2.7 Memanfaatkan media dan kegiatan
kemasyarakatan secara efektif ketika melakukan promosi
kesehatan5.2.8 Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan
kesehatan secara profesional5.2.9 Mendenagrkan dengan penuh
perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi lain untuk
menyampaikan pendapatnya5.2.10 Memberi infomasi yang tepat waktu
dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi
kesehatan untuk pemprosesan klaim5.2.11 Memberikan informasi yang
relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di pengadilan
(jika diperlukan)
6. Mampu menjelaskan Aspek Medikolegal dalam Praktek
Kedokteran6.1 Menjelaskan tentang Hak Asasi Manusia6.2 Menjelaskan
aspek Medikolegal pemberian resep6.3 Menjelaskan aspek medikolegal
penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual6.4 Menjelaskan tentang
Kode Etik Kedokteran Indonesia6.5 Menjelasksn aspek medikolegal
pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematian6.6
Menjelaskan proses di pengadilan6.7 Menjelaskan tentang UU RI No.
29 tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran6.8 Menjelaskan tentang
peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur
praktik kedokteran6.9 Menentukan, menyatakan dan menganalisa segi
etika dalam kebijakan kesehatan
7. Mampu menjelaskan Aspek Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran7.1 Menerapkan Standard Keselamatan Pasien7.1.1 Hak
Pasien7.1.2 Mendidik pasien dan keluarga7.1.3 Keselamatn asien dan
kesinambungan pelayanan7.1.4 Penggunaan metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien7.1.5 Peran keppemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien7.1.6 Mendidik staf tentang keselamatan pasien7.1.7
Komunikasi yang merupakan kunci bagi staff untuk mencapai
keselamatan pasien
7.2 Menerapkan 7 Langkah Keselamatan Pasien7.2.1 Bangun
kesadaran akan nilai keselamatan pasien7.2.2 Memimpin dan mendukung
staff7.2.3 Integrasi aktifitas pengelolaan resiko7.2.4 Kembangkan
sistem pelaporan7.2.5 Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien7.2.6
Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien7.2.7
Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamat pasien
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 KASUS 1: BIOETIKADOKTER URAPKetika sudah sampai gilirannya
Pak Becak pun memasuki ruang praktek Dokter Urap. Selamat sore dok,
sapanya. Sore juga Pak Becak, silahkan duduk (B) Dokter Urap
mempersilhkan sambil membaca seksama kartu berobat Pak Becak. Apa
hasil rontgen dan laboratoriumnya Pak tanya Dokter Urap setelah
membaca catatan dalam kartu berobat bahwa dua hari yang lalu ia
meminta Pak Becak untuk dua pemeriksaan tersebut.Sudah dok jawab
Pak Becak sambil menyerahkan hasil rontgen dan laboratoriumnya.
Dokter Urap memperhatikan dan membaca dengan seksama kedua hasil
pemeriksaan tersebut, kemudian Dari hasil pemeriksaan saya dan
gejala klinis yang saya temukan, ditambah hasil rontgen dan
laboratorium Bapak, saya bisa menyimpulkan bahwa Bapak menderita
TBC paru aktif simpul Dokter Urap.Untuk itu Bapak harus menjalanin
terapi selama minimal 6 bulan dan obatnya tidak boleh terputus
lanjut Dokter Urap. Saya akan memberikan obat untuk satu bulan, dan
Bapak harus rajin kontrol. Pak Becak terdiam, Bagaimana pak? tanya
Dokter Urap. Tapi dok saya tidak punya uang untuk mematuhi anjuran
dokter jawab Pak Becak. Untuk makan sehari-hari saja susah dok
lanjutnya.Ooo begitu... baiklah saya akan rujuk ke Puskemas dekat
tempat tinggal Bapak, karena obat untuk penyakit Bapak dapat
diperoleh dengan gratis disana.Untuk sementara saya kasih obat
untuk satu minggu ya Pak, obatnya saya kasih obat generik biar
Bapak bisa menebusnya, tapi ingat sesegera mungkin Bapak harus
melapor ke Puskemas sambil membawa surat rujukan saya jelas dokter
Urap sambil mengambil kertas dan pulpen.O ya Bapak punya anak kecil
dirumah? tanya dokter Urap sambil terus menulis. Ada dok, satu
orang, usianya 2 tahun, kenapa dok? tanya Pak Becak menanggapi.
Penyakit Bapak dalam fase penularan, oleh karena itu saya anjurkan
kalau Bapak ke Puskemas nanti, jangan lupa anaknya juga dibawa
serta untuk diperiksa jelas Dokter Urap. Baiklah dok Pak Becak
menyanggupi. Ini pak surat rujukanny dan jangan lupa anaknya
diperiksa juga, Dokter Urap mengingatkan sambil menyerahkan surat
rujukan alam amplop yang telah tertutup rapat. Terima kasih dok
jawab Pak Becak seraya menerima amplop rujukan dan kertas resep.
Sudah Pak simpan aja duitnya untuk menebus (J)obat kata Dokter Urap
ketika melihat Pak Becak sibuk menghitung recehan dari
kantongnya.Saat pasien berikutnya sedang diperiksa Dokter Urap,
tiba-tiba suster masuk ke ruang praktek sambil berkata Dok... Pak
Becak pingsan didepan klinik setelah beliau batuk darah hebat
beberapa kali. Maaf ya Bu saya tinggal sebentar (J) kata Dokter
Urap kepada Ibu yang sedang diperiksanya sambil bergegas keluar
dengan membawa peralatan emergensi.Setelah memeriksa Pak Becak yang
telah diangkat ke dalam ruang tunggu, Dokter Urap segera meminta
satpam memanggil taxi (NM) untuk membawa Pak Becak ke rumah
sakit
2.2 KLARIFIKASI ISTILAH Obat Generik : obat yang telah habis
masa patennya, sehingga dapat diproduksi oleh semua perusahaan
farmasi tanpa perlu membayar royalti. Ada dua jenis obat generik,
yaitu: Obat generik bermerek dagang. Dalam obat generik bermerek,
kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). Zat aktif amoxicillin
misalnya, oleh pabrik A diberi merek inemicillin, sedangkan pabrik
B memberi nama gatoticilin dan seterusnya, sesuai keinginan pabrik
obat. Dari berbagai merek tersebut, bahannya sama: amoxicillin.
Obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat
aktifnya. 2.3 PERTANYAAN1. Definisi Etika, Bioetika dan Moral2.
Hubungan Etika, Bioetika dan Moral dalam praktek sehai-hari3.
Analisa Kasus berhubungan dengan Kaidah Dasar Bioetik
2.4 JAWABAN1. Definisi Etika: code of conduct yang berarti tata
aturan tentang prilaku atau tingkah laku. Yunani Kuno: "ethikos",
berarti "timbul dari kebiasaan" adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika
dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan
kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang
berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia. Secara metodologi tidak setiap hal menilai perbuatan dapat
dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis,
dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain
yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk
terhadap perbuatan manusia. Definisi Bioetika: biologi dan ilmu
kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang,
tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang
akan datang.
Tiga etika dalam bioetika1. Etika sebagai nilai-nilai dan
asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu keloompok sebagai
pegangan bagi tingkah lakunya. 2. Etika sebagai kumpulan asas dan
nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau
buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit. 3.
Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut
norma dan nilai-nilai moral. Fransese Abel merumuskan definisi
tentang bioetika yang diterjemahkan Bertens sebagai berikut:
Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang
ditimbulkan oleh perkembanagn di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik pada skala mikro maupun pada skala makro, lagipula tentang
dampaknya atas masyarakat luas serta sistim nilainya kini dan masa
mendatang. Diperoleh dari
"http://id.wikipedia.org/wiki/Bioetika"
Definisi Moral/ Ahlak: nilai luhur dalam tingkah laku.Moral
(Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai
implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral
itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang
diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika
ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral
diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan
manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai
mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah
produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai
sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat
mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman,tafsiran,suarahati,serta nasihat,dll. Moral merupakan
kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang
terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.
2. Hubungan Etika, Bioetik dan Moral dalam prilaku sehari-hari
dimana sebagai seorang dokter mempunyai aturan yang terdapat dalam
Etika Profesi dokter dimana didalam tata aturan yang mengatur
tingkah laku dan prilaku para dokter, khususnya yang berkaitan
dengan ketika seorang dokter menjalankan pekerjaan kedokterannya.
Etika sendiri berhubungan erat dengan moral atau ahlak dan juga
berhubungan erat dengan hati nurani. Masyarakat masih mengagap
profesi dokter adalah profesi yang mulia dan luhur yang berkaitan
dengan menyelamatkan nyawa manusia. Dimana Bioetik sendiri adalah
efek dari apa yang dilakukan seorang dokter dalam menyelamatkan
nyawa manusia dengan ilmu yang dimiliki untuk masa depan pasien
itu.
2.5 ANALISA MASALAH2.5.1 BERDASARKAN PARAGRAPA. DALAM PARAGRAP
1: Ketika sudah sampai gilirannya Pak Becak pun memasuki ruang
praktek Dokter Urap. Selamat sore dok, sapanya. Sore juga Pak
Becak, silahkan duduk (B) Dokter Urap mempersilhkan sambil membaca
seksama kartu berobat Pak Becak. Apa hasil rontgen dan
laboratoriumnya Pak tanya Dokter Urap setelah membaca catatan dalam
kartu berobat bahwa dua hari yang lalu ia meminta Pak Becak untuk
dua pemeriksaan tersebut
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE dimana
tercermin sikap Altruisme dimana dr. Urap menyapa sang pasien Bapak
Becak dengan sopan dan mempersilahkan pasien untuk duduk walaupun
dr. Urap mengerti pekerjaan bapak Becak. Sebagai dokter yang baik
ia tetap menghormati dan santun kepada semua pasiennya tanpa
memandang pekerjaan serta status sosial pasiennya.2. NONMALEFICENCE
tercermin sikap Do No Harm dalam Praktek Klinis dimana ia membaca
catatan dalam kartu berobat bapak Becak sebelum melanjutkan
pemeriksaan serta menayakan hasil pemeriksaan Laboratorium serta
hasil Rontgen sebelum memastikan penyakit yang diderita oleh bapak
Becak. Dimana ia sebagai dokter memastikan tidak membahayakan
kehidupan pasien karena kelalaian.
B. DALAM PARAGRAP 2:Sudah dok jawab Pak Becak sambil menyerahkan
hasil rontgen dan laboratoriumnya. Dokter Urap memperhatikan dan
membaca dengan seksama kedua hasil pemeriksaan tersebut, kemudian
Dari hasil pemeriksaan saya dan gejala klinis yang saya temukan,
ditambah hasil rontgen dan laboratorium Bapak, saya bisa
menyimpulkan bahwa Bapak menderita TBC paru aktif simpul Dokter
Urap.
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. NONMALEFICENCE dimana
dalam paragrap tersebut dr. Urap membaca hasil Laboratorium dan
Rontgen secara seksama sebelum memberitahu pak Becak yang
mencermikan dr. Urap menghindari misrepresentasi diagnosis penyakit
bapak Becak. Dalam paragrap tersebut juga mencerminkan bahwa dr.
Urap sangat berhati-hati dalam memeriksa semua hasil pemeriksaan
penunjang agar dapat memberikan pengobatan yang tepat yang tidak
akan membahayakan jiwa bapak Becak.2. AUTONOMI sikap tersebut
tercermin dalam menyimpulkan diagnosis penyakit bapak Becak dimana
dr. Urap berterus terang serta tidak berbohong mengenai penyakit
yang diderita bapak Becak yaitu TBC Paru aktif.
C. DALAM PARAGRAP 3:Untuk itu Bapak harus menjalanin terapi
selama minimal 6 bulan dan obatnya tidak boleh terputus lanjut
Dokter Urap. Saya akan memberikan obat untuk satu bulan, dan Bapak
harus rajin kontrol. Pak Becak terdiam, Bagaimana pak? tanya Dokter
Urap. Tapi dok saya tidak punya uang untuk mematuhi anjuran dokter
jawab Pak Becak. Untuk makan sehari-hari saja susah dok
lanjutnya.Ooo begitu... baiklah saya akan rujuk ke Puskemas dekat
tempat tinggal Bapak, karena obat untuk penyakit Bapak dapat
diperoleh dengan gratis disana.
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE dimana
tercermin sikap Altruisme dr. Urap yang menganjurkan pak Becak
untuk berobat ke Puskesmas terdekat tempat tinggal pak Becak untuk
mendapatkan pengobatan yang gratis. Dengan merujuk pak Becak ke
Puskesmas dr. Urap memberi kebahagiaan serta kepuasan untuk pak
becak dalam menjalankan pengobatan sesuai dengan kemampuannya.
Dengan merujuk ke Puskemas dr. Urap memandang pasien tak hanya
sejauh menguntungkan dokter.2. NONMALEFICENCE dimana dalam paragrap
tersebut dr. Urap menganjurkan agak pak Becak untuk menjalani
terapi selama minimal 6 bulan yang mencerminkan bahwa dr. Urap
mencegah penyakit pak Urat menjadi kronik. Serta dalam paragrap dr.
Urap mengetahui kondisi ekonomi pak Urap yang serba kekurangan dr.
Urap tidak menghina pak Becak akan tetapi merujuk pak Becak ke
Puskesmas. 3. AUTONOMI dalam paragrap ke 3 ini dr. Urap tidak
mengintervensi pasien untuk tetap berobat kepadanya melainkan
dengan merujuk ke Puskemas terdekat. Dr. Urap juga melakukan
informed consent dan berterus terang kepada pak Becak dengan
mengatakan bahwa pak Becak harus menjalani terapi minimal selama 6
bulan dan obat tidak boleh terputus4. JUSTICE dalam paragrap ini
dr. Urap meberlakukan segala sesuatunya secara universal serta
menghargai hak pasien yang dimaksud disini ialah ia memberi
kesempatan pasien untuk menentukan pengobatan berdasarkan
kemampuan. Dr. Urap juga tidak membedakan pelayanan kesehatan
kepada semua pasiennya. Serta memberikan hak hukum pasien secara
menyeluruh serta menghargai hak orang lain. Mengetahui keadaan
ekonomi bapak Becak, dr Urap tidak membebani pak becak untuk tetap
berobat kepadanya.
D. DALAM PARAGRAP 4:Untuk sementara saya kasih obat untuk satu
minggu ya Pak, obatnya saya kasih obat generik biar Bapak bisa
menebusnya, tapi ingat sesegera mungkin Bapak harus melapor ke
Puskemas sambil membawa surat rujukan saya jelas dokter Urap sambil
mengambil kertas dan pulpen
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE dimana dr.
Urap mengusahakan pengobat yang dapat dipenuhi dengan memberikan
obat berkhasiat namun murah untuk satu minggu dengan obat generik
kepada pak Becak. 2. NONMALEFICENCE dalam paragrap ini dr. Urap
tetap mengingatkan pak Becak untuk melapor ke Puskemas dengan tidak
menghina melainkan dengan santun atas ketidak mampuan pak Becak
berobat kepadanya.3. JUSTICE dimana memberikan kesempatan kepada
pak Becak untuk melanjutkan pengobatan ke Puskesmas terdekat tempat
tinggal pak Becak. Serta tidak membebani pasien untuk membayar dan
dr. Urap menghargai hak sehat pasien.
E. DALAM PARAGRAP 5:O ya Bapak punya anak kecil dirumah? tanya
dokter Urap sambil terus menulis. Ada dok, satu orang, usianya 2
tahun, kenapa dok? tanya Pak Becak menanggapi. Penyakit Bapak dalam
fase penularan, oleh karena itu saya anjurkan kalau Bapak ke
Puskemas nanti, jangan lupa anaknya juga dibawa serta untuk
diperiksa jelas Dokter Urap. Baiklah dok Pak Becak menyanggupi. Ini
pak surat rujukannya dan jangan lupa anaknya diperiksa juga, Dokter
Urap mengingatkan sambil menyerahkan surat rujukan dalam amplop
yang telah tertutup rapat. Terima kasih dok jawab Pak Becak seraya
menerima amplop rujukan dan kertas resep. Sudah Pak simpan aja
duitnya untuk menebus (J)obat kata Dokter Urap ketika melihat Pak
Becak sibuk menghitung recehan dari kantongnya.
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE sikap ini
tercermin dalam pertanyaan mengenai keluarga pak Becak apakah ia
mempunyai anak kecil dalam hal ini dr. Urap mengusahakan agar
keluarga pak Becak diberi pengobatan juga disini dr. Urap
mengusahakan agar kebaikan bagi keluarga. Serta dr. Urap tidak
menarik bayaran dari pak Becak kerena memahami kesulitan ekonomi
yang dihadapi pak Becak. 2. NONMALEFICENCE dalam paragrap ini dr.
Urap mencegah penularan kepada anggota keluarga pak Becak lainnya
dengan menanyakan apakah pak Becak mempunyai anak kecil yang mana
anak kecil rentan tertular penyakit yang diderita pak Becak3.
AUTONOMI dimana dr. Urap berterus terang menerangkan bahwa penyakit
pak Becak dapat menular pada anak kecil dengan menganjurkan pak
Becak untuk membawa anaknya periksa di Puskesmas.Dalam memberikan
surat rujukan dr. Urap sangat menjaga privacy bapak Becak dan
menghargai rahasia pasien dengan cara menutup amplop surat
rujukan.4. JUSTICE dr. Urap tidak menarik bayaran dr Pak Becak
karena memahami bahwa pak Becak tidak mampu membayar uang periksa
karena dalam kehidupan sehari-hari ia kesulitan mendapatkan uang
karena pekerjaannya yang hanya sebagai tukang Becak. Serta menjaga
kelompok yang rentan dimana dr. Urap menanyakan apakah bapak Urap
memiliki anak yang biasanya anak kecil rentan terhadap
penyakit.
F. DALAM PARAGRAP 6:Saat pasien berikutnya sedang diperiksa
Dokter Urap, tiba-tiba suster masuk ke ruang praktek sambil berkata
Dok... Pak Becak pingsan didepan klinik setelah beliau batuk darah
hebat beberapa kali. Maaf ya Bu saya tinggal sebentar (J) kata
Dokter Urap kepada Ibu yang sedang diperiksanya sambil bergegas
keluar dengan membawa peralatan emergensi.
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE dr. Urap dalam
paragrap ini digambarkan ketika mendengar pak Becak pingsan didepan
kliniknya dr. Urap segera meminta maaf kepada pasien yang sedang
diperiksa untuk segera menolong pak Becak karena ia berkewajiban
menolong pasien gawat darurat yang juga mengambarkan bahwa dr. Urap
menerapkan Golden Rule Principle bahwa ia mendahulukan pasien
emergensi untuk mencegah atau meminimalisasi akibat yang buruk
dengan segera menolong pak Becak yang sedang pingsan.2.
NONMALEFICENCE yaitu mendahulukan pasien emergensi karena dr. Urap
menyadari kondisi pak Becak dalam keadaan sangat berbahaya sesudah
beliau batuk darah hebat serta memberikan pengobatan yang
proposional dalam keadaan gawat darutan dengan mendahulukan pak
Becak dengan pasien yang sedang ia periksa.3. JUSTICE dalam
paragrap ini dr. Urap tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar
status sosial ia hanya mendahulukan keadaan emergensi karena ia
menghargai hak orang lain
G. DALAM PARAGRAP 7:Setelah memeriksa Pak Becak yang telah
diangkat ke dalam ruang tunggu, Dokter Urap segera meminta satpam
memanggil taxi (NM) untuk membawa Pak Becak ke rumah sakit
ANALISA BERDASARKAN KAIDAH BIOETIK:1. BENEFICENCE tercermin
sebagai dokter ia berkewajiban menolong pasien gawat darurat dengan
menolong tanpa pamrih yaitu memeriksa keadaan pak Becak yang
pingsan diruang tunggu untuk meminimalisasi akibat buruk yang dapat
terjadi serta bertaggung jawab dengan membawa pak Becak ke rumah
sakit2. NONMALEFICENCE yaitu sebagai dokter, dr Urap mendahulukan
menolong pasien emergensi untuk mencegah bahaya akibat dari batuk
darah yang dialami pak Urap3. JUSTICE dengan memberlakukan segala
sesuatu dengan universal dimana pada paragrap ini ia mendahulukan
kasus emergensi yaitu dengan memberi pertolongan secepatnya kepada
pak Becak, ia memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama bila terjadi pada pasien dengan tingkat ekonomi
yang berbeda dengan pak Becak dengan kata lain dr. Urap tidak
membedakan dalam memberikan pelayan kepada pasien atas dasar SARA
ataupun status sosial.
2.6 BERDASARKAN KAIDAH DASAR BIOETIKBerdasarkan Kasus 1 Bioetik
cerita diatas bila ditinjau atas dasar Kaidah Dasar Bioetik I
tercermin berdasarkan altruisme dalam berpraktek :
BENEFICENCEKRITERIAADATIDAK ADA
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban
untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin bilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pambatasan Goal base
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/prefensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorium diluar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasasn tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle
Berdasarkan Kaidah Dasar Bioetika 2 yaitu Do No Harm dalam
situasi Emergensi dan Praktek KlinisNONMALEFICENCEKRITERIAADATIDAK
ADA
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk mengambarkan kriteria ini adalah: Pasien dalam
keadaan amat berbahaya (darurat)/beresiko hilangnya sesuatu yang
penting (gawat) Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut Tindakan dokter terbukti efektif Manfaat bagi pasien lebih
banyak dari kerugian dokter (hanya mengalami resiko monimal)
3. Mengobati pasien yang luka
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5. Tidak menghina/mencaci maki/memfaatkan pasien
6. Tidak memandang pasien sebagai objek
7. Mengobati tidak secara proposional
8. Tidak mencegah pasien dari bahaya
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup
12. Tidak melindungi pasien dari serangan
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarga
Berdasarkan Kaidah Dasar Bioetika 3 yaitu Otonomi pasien dalam
berbagai situasiAUTONOMIKRITERIAADATIDAK ADA
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat
pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada
kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privacy
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melakukan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan
sendir
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan, termasuk keluarga pasien sendir
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus
emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (Kontrak)
Berdasarkan Kaidah Dasar Bioetika 4 yaitu Prinsip keadilan dalam
konteks hubungan dokter pasienJUSTICEKRITERIAADATIDAK ADA
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi
yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
eccessibility, availability. Quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makroalokasi
10. Memberi kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi psien sesuai dengan kemampuan
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya,
beban, sangsi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara merata tanpa alasan
sah/tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status
sosial, dll
DAFTAR TILIK ETIKA KLINIKA. MEDICAL INDICATION1.a. Apakah
masalah medis pasien : Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh dr. Urap berdasarkan gejala klinis serta hasil pemeriksaan
Laboratorium dan Rotgent pak Becak didiagnosa menderita TBC paru
aktif. b. Riwayat :Dari kasus yang kami dapatkan tidak diceritakan
riwayat penyakit pak Becak. Kasus diatas menceritakan kedatangan ke
dua pak Becak menemui dr. Urap untuk memberikan hasil Laboratorium
dan Rontgen c. Diagnosis : Berdasarkan pemeriksaan yang telah
dilakukan pada kunjungan pertama pak Becak menemui dr. Urap serta
hasil Laboratorium dan Rontgen pak Becak menderita TBC Paru Aktif .
d. Prognosis : Prognosis pada penderita TB Paru aktif adalah baik
bila penderita menjalani terapi minimal selama 6 bulan dengan obat
yang diberikan secara patuh dalam mengkomsumi obat dan tidak boleh
terputus dalam terapi. Serta istirahat dengan cukup. Tuberkulosis
seringkali menjadi berat apabila lokasinya di paru, selaput otak,
ginjal atau tulang belakang. Bentuk penyakitnya ringan bila
lokasinya di kelenjar limfe leher, tulang (kecuali tulang belakang)
,sendi ,abdomen,telinga, mata dan kulit.2.a. Apakah masalah
tersebut akut/kronis/kritis/gawat darurat : Dalam kasus dr. Urap
mengatakan bahwa pak Becak menderita TB Paru aktif yang berarti
penyakit yang diderita pak Becak adalah dalam katagori akut. Akan
tetapi pada saat pak Becak keluar dari ruangan praktek dr. Urap ia
batuk darah yang hebat menandakan kondisi pak Becak dalam keadaan
kronik serta gawat yang memerlukan pertolongan gawat darurat. b.
Masihkah dapat disembuhkan : Bila pak Becak menjalani perintah dr.
Urap untuk terapi selama minimal 6 bulan dengan taat serta tidak
berhenti penyakit pak Becak masih dapat disembuhkan.3.Apakah tujuan
akhir pengobatan : Tujuan akhir dari pengobatan pak Becak adalah
agar pak Becak dapat sembuh dari penyakit TB, sehingga dapat
bekerja secara maksimal kembali 4.Berapa besar kemungkinan berhasil
: Kemungkinan keberhasilan pengobatan tergantung atas kedisiplinan
pak Becak dalam mengkomsumsi obat yang telah diberikan kepadanya
selama minimal 6 bulan tanpa berhenti. Jika pak Becak tidak
disiplin dalam mengkomsumsi obat yang telah diberikan kemungkinan
keberhasilan sangat rendah.Pengobatan juga harus diimbangi dengan
istirahat yang cukup serta gizi yang baik.
5.Adakah rencana lain bila tidak berhasil : Bila pengobatan
pertama tidak berhasil maka akan diberikan pengobatan kedua yaitu
dengan kombinasi obat. Bila tidak berhasil juga maka pasien akan
dirujuk untuk dirawat secara intensif di rumah sakit.6.Sebagai
tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan dengan perawatan medis,
dan bagaimana kerugian dari pengobatan yang dapat dihindari : Pada
kasus pak Becak diatas sebagai pasien kurang mampu pak Becak tetap
dapat menjalani pengobatan di Puskemas dengan obat gratis dari
pemerintah. Dalam kasus diatas tidak mencerminkan kerugian bagi
pihak pasien karena dr. Urap yang pertama kali ia kunjungi tidak
memaksa pak Becak untuk kembali berobat kepadanya. Bila kasus
diatas dr. Urap mengharuskan pak Becak untuk berobat kepadanya
serta member obat paten maka pak Becak mengalami kerugian yang
sangat besar yaitu harus membayar biaya pengobatan yang mahal. B.
QUALITY OF LIFE1. Bagaimana prosek, dengan atau tanpa pengobatan
untuk kembali kekehidupan normal : Bagi pak Becak dengan menjalani
pengobatan yang dianjurkan dr. Urap maka prospeknya kesehatan pak
Becak dapat pulih kembali seperti biasa. Akan tetapi bila pak Becak
tidak mengikuti anjuran yang telah diberikan dr. Urap untuk minimal
mengkomsumsi obat selama 6 bulan dan tidak terputus dapat berakibat
fatal menjadi kronik bahkan dapat mengakibatkan kematian.2. Apakah
gangguan fisik, mental dan sosial yang pasien alami bila pengobatan
berhasil : Bila pengobatan berhasil maka ngangguan fisik yang
dialami pasien akan berkurang seperti berat badan akan kembali
normal, secara mental pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan
secara normal karena pada masyarakat bila kita menderita TBC akan
dikucilkan. 3. Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan
kecurigaan terhadap evaluasi pemberian pelayanan terhadap kualitas
hidup pasien : Pengobatan TBC memerlukan waktu yang panjang yaitu
pada penderita awal diperlukan waktu minimal selama 6 bulan dan
tidak boleh berhenti biasanya pasien akan bosan dengan waktu yang
harus dijalani dalam terapi ini dan berprasangka bahwa pengobatan
yang telah dijalani tidak berhasil menyebabkan kwalitas hidup
menurun dan memutuskan untuk berhenti mengkomsumsi obat yang telah
diberikan. Akibat yang akan diderita memperburuk kondisi pasien
yang dapat mengakibatkan kematian.4. Bagaimana kondisi pasien
sekarang atau masa depan, apakah kehidupan selanjutnya dapat
dinilai seperti yang diharapkan : Bila pasien patuh dalam menjalani
terapi yang telah dianjurkan dokter, InsyaAllah kehidupan pasien
dimasa depan dapat berjalan dengan baik. Dalam kasus TBC diperlukan
pengawas minum obat yang biasanya dalam lingkungan yang dekat
dengan penderita serta penderita wajib memeriksakan perkembangan
dari penyakit itu sendiri dengan mengunjungi dokter serta melakukan
pemantauan dengan melakukan tes-tes selama menjalani terapi.5.
Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan selanjutnya :
Pada kasus TBC tergantung pada stadium atau keparahan dari TBC itu
sendiri dalam melakukan terapi yang akan diberikan. 6. Apakah ada
rencana untuk kenyamanan dan perawatan paliantif
(meringankan/mengurangi penderitaan): Pada kasus diatas keyamanan
bagi pak Becak untuk tetap menjalankan terapi di Puskemas dengan
obat gratis. Untuk mengurangi penderitaan dapat diberikan saran
untuk melakukan terapi uap yang sederhana dirumah.
C. PATIENT PREFERRENCES1.a Apakah secara mental pasien mampu dan
kompeten secara legal : Pada awal kunjungan kedua menemui dr. Urap,
pak Becak mampu dan kompeten secara legal untuk memutuskan kemana
ia akan berobat atau menjalankan terapi sesuai dengan kemampuan dia
sebagai tukang Becak. Akan tetapi pada saat pak Becak pingsan ia
secara mental dan tidak kompeten untuk memutuskan menerima ataupun
menolak dikirim kerumah sakit. b. Apakah ada keadaan yang
menimbulkan ketidakmampuan : Pada awal mengetahui bahwa pak Becak
menderita TB Paru aktif dan dr. Urap menganjurkan ia untuk
menjalani terapi minimal selama 6 bulan dan tidak dapat berhenti ia
merasa tidak mampu secara ekonomi untuk mengikuti anjuran dokter
tersebut. Pada keadaan pak Becak pingsan ia tidak dapat menolak
anjuran dokter untuk dibawa kerumah sakit. 2. Bila kompeten apa
yang akan pasien katakan mengenai pilihan pengobatannya : Bila
keadaan ekonomi pak Becak tidak seperti sekarang ia akan segera
menjawab bila ia akan menuruti anjuran dokter. Akan tetapi dengan
pilihan yang diberikan oleh dr. Urap untuk menjalani terapi di
Puskemas pak Becak menyangupi karena ia masih memiliki anak yang
masih kecil, ia sadar bila ia tidak mengikuti anjuran dokter
kemungkinan ia dapat meninggal. Bila pak Becak tidak pingsan
kemungkinan ia akan menolak berobat dirumah sakit karena masalah
biaya. 3. Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan
dan resikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang
diberikan dan memberi persetujuan : Dalam kasus diatas dr. Urap
menerangkan resiko penularan TBC pada anggota keluarga terutama
pada anak kecil. Pak Becak akan mengikuti saran dr. Urap untuk
membawa anaknya untuk diperiksa di Puskesmas.4. Apakah pasien
tersebut telah menunjukan sesuatu yang lebih disukainya : Pak Becak
lebih menyukai saran dr. Urap untuk berobat di Puskemas karena pak
Becak tidak harus membayar biaya obat.5.a. Bila tidak kompenten
siapa yang pantas menggantikannya : Pada kasus diatas tidak
diceritakan apakah saat berkunjung ke dr. Urap, pak Becak datang
bersama keluarga atau sendirian. Akan tetapi pada kasus dimana
pasien datang dengan keluarga ataupun kerabat dekat bila terjadi
kasus seperti pak Becak dimana ia pingsan maka keluarga ataupun
kerabat dekat dari pasien dapat mengantikan mengambil keputusan.b.
Apakah yang mengantikan gunakan standard yang sesuai dalam
pengambilan keputusannya : Kadangkala penganti pengambil keputusan
tidak sesuai dengan kemauan pasien. Biasanya penganti pengambil
keputusan hanya mengiginkan yang terbaik bagi pasien itu saja untuk
penyembuhan.7. Apakah pasien tidak berkeinginan/tidak mampu untuk
bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan? Kalau ya, kenapa?
Pada kasus TBC biasanya pasien mengalami kebosanan akan durasi
dalam terapi pengobatan yaitu minimal 6 bulan. Kadangkala masalah
ekonomi juga sangat berpengaruh dalam hal ini dimana pasien tidak
memiliki biaya yang cukup ataupun mampu untuk membeli obat yang
harus dikomsumsi setiap hari yang mengakibatkan pengobatan
terhenti. 8. Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih
untuk dihormati tanpa memandang etnis dan agama? Sebagai dokter
dimana dalam kaidah Bioetik serta dalam sumpah dokter disebutkan
kami sebagai dokter tidak akan membedakan dalam memberikan
pelayanan kesehatan tanpa memandang background pasien dalam hal
status sosial, agama dan etnis serta menghargai hak pasien secara
universal dengan tidak membedakan antara pasien tersebut mampu atau
kurang mampu
D. CONTEXTUAL FEATURE1. Apakah ada masalah keluarga yang mungkin
mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan : Masalah keluarga
yang biasanya menjadi penghambat dalam menjalani terapi pengobatan
adalah masalah ekonomi.2. Apakah ada masalah sumber data (klinisi
dan perawat) yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan : Pada masyarakat dengan tingkat ekonomi tertentu dalam
menentukan pengobatan melihat apakah dokter yang akan merawat serta
rumah sakit berserta petugas yang ada mempunyai kredibilitas yang
baik di masyarakat. 3. Apakah ada masalah faktor keuangan : Bagi
masyarakat dengan tingkatan ekonomi kecil faktor keuangan berperan
penting dalam pengobatan. Biasanya mereka kesulitan untuk membeli
obat yang diberikan oleh dokter-dokter praktek swasta. Tidak semua
dokter praktek swasta mengerti kesulitan yang dihadapi oleh pasien.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang berpendapat berobat di
dokter swasta lebih baik dari pada berobat diPuskemas. 4. Apakah
ada masalah faktor religius dan budaya : Pada kasus diatas tidak
dibahas apakah agama yang dianut oleh pak Becak dan dr. Urap. Akan
tetapi pada masyarakat di daerah tertentu di Indonesia masih banyak
yang mempermasalahkan faktor agama dan budaya, contohnya seperti
didaerah pendalaman ataupun dikota-kota tertentu pasien wanita
tidak mau diperiksa oleh dokter pria. 5. Apakah ada masalah faktor
alokasi dana : Pada kasus diatas tidak ada maslah alokasi dana. 6.
Apakah ada masalah faktor keuangan dan ekonomi : Pada kasus pak
Becak faktor keuangan serta ekonomi pak Becak tidak menunjang dia
untuk membeli obat yang diresepkan oleh dr. Urap. Faktor ekonomi
yang nyata dikatakan Pak becak dengan jujur kepada dr. Urap bahwa
ia kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya. 7.
Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan :
Peraturan Mentreri Kesehatan Republik IndonesiaNomor :
585/Men.Kes/Per/IX/1989TentangPersetujuan Tindakan Medik
BAB IKetentuan UmumPasal 1Dalam Persetujuan ini yang dimaksud
dengan :a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.b. Tindakan Medik adalah suatu tindakan yang
dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau terapeutik.c.
Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh.d. Dokter adalah dokter
umum/dokter spesialis dan dokter gigi/ dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit puskesmas, klinik atau praktek perorangan/
bersama.
BAB IIIInformasi Pasal 4(1) Informasi tentang tindakan medik
harus diberikan kepada pasien , baik diminta maupun tidak
diminta.(2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya
, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak
diberikan informasi.
Pasal 5 (1) Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan
kerugian dari pada tindakan medik yang akan dilakukan , baik
diagnostik maupun terapeutik
BAB VTanggung JawabPasal 12(1) Dokter bertanggung jawab atas
pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medik (2)
Pemberian persetujuan tindakan medik yang dilaksanakan di rumah
sakit /klinik, maka rumah sakit /klinik yang bersangkutan ikut
bertanggung jawab.
BAB VISanksiPasal 13Terhadap dokter yang melakukan tindakan
medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya dapat
dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat izin
prakteknya.
Jadi, pada pengambilan keputusan pada pengobatan semua telah
ditentukan dasar hukumnya dalam kode etika kedokteran, segala hal
yang bersangkutan dengan pengambilan keputusan dalam pengobatan
bahwa pasien tersebut sakit dan harus diobati ,memang terletak
ditangan dokter akan tetapi keputusan terletak di tangan pasien.8.
Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibatKemajuan iptek
kedokteran bertumpu pada riset yang dilakukan , termasuk riset
biomedik yang dilakukan pada manusia sebagai subjek. Walaupun telah
dilakukan uji pada hewan berhasil efektif dan aman , belum tentu
hasil nya sesuai dengan manusia sebagai subjek. Riset biomedik pada
manusia bertujuan untuk menyempurnakan tatacara diagnosis, terapi,
pencegahan serta pengetahuan tentang etiologi dan patogenesis
penyakitnya.Tujuan akhir ilmu pengetahuan adalah untuk
kesejahteraan umat manusia, jadi nilai sebenarnya suatu ilmu
pengetahuan adalah terletak pada penerapannya dimasyarakat. Oleh
karena itu perlu diingat bahwa dalam riset biomedik pada manusia,
kesejahteraan individu lebih penting dari penemuan ilmiah baru
apapun. Kesimpulan : Pada pengobatan ini tidak ada sangkut pautnya
dengan bidang riset klinik karena dalam skenario dokter hanya
memiliki wewenang dalam mengobati saja bukan menjadikan pasien
sebagai objek penelitian.Riset kedokteran yang dikombinasi dengan
pengobatan (Riset Klinik)1. Dalam mengobati penderita, dokter harus
bebas menggunakan cara diagnosis atau terapi yang baru, bila
dirasakan bahwa cara ini memberi harapan untuk menyelamatkan jiwa,
memulihkan kesehatan atau mengurangi penderitaan.2. Manfaat, bahaya
dan rasa tidak enak yang ditimbulkan oleh suatu metoda baru
haruslah ditimbang terhadap kelebihan dari metoda diagnosis dan
terapi yang ada pada saat itu.3. Dalam setiap studi kedokteran,
setiap pasien (termasuk pasien dalam kelompok kontrol) harus
mendapat metoda diagnosis dan terapi yang bait.4. Penolakan pasien
untuk berpartisipasi dalam suatu studi sama sekali tidak boleh
mempengaruhi hubungan dokter-pasien5. Bila dokter menganggap
esensial untuk tidak meminta persetujuan setelah penjelasan maka
alasannya harus dicantumkan dalam protokol riset dan disampaikan
kepada panitia yang independen 6. Dokter dapat mengkombinasikan
riset kedookteran dengan pengobatan untuk mendapat pengetahuan
kedokteran yang baru, tetapi hanya bila riset ini mempunyai nilai
diagnosis atau terapeutik terhadap pasien yang bersangkutan.
9. Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian pengambilan
keputusan dalam satu institusiDalam skenario tidak ada masalah /
konflik saat pengambilan keputusan yang bersangkutan dalam
institusi (klinik) , pasien tidak diberatkan untuk membayar uang
pengobatan di klinik sesuai dengan keputusan yang diberikan oleh dr
Urap. Akan tetapi pasien tidak sanggup untuk melakukan pengobatan
lanjutannya karena biaya, sehingga dr Urap memberikan pilihan
kepada pasien dengan merujuknya ke puskesmas tanpa ada unsur
intervensi ke pasien.Kewajiban Rumah sakit :a. Merawat pasien
sebaik-baiknyab. Menjaga mutu perawatan pasienc. Memberikan
pertolongan pengobatan di nunit emergenssid. Menyediakan sarana dan
peralatan umum yang dibutuhkan
2.7 DAFTAR TILIK ETIKA ISLAM1. Prinsip Niat/Intention (Qa,idat
al qasd)2. Prinsip Kepastian/ Certainty (Qa,idat al yaqeen)3.
Prinsip Kerugian/ Do Harm (Qa, idatal dharat)4. Prinsip Kesukaran /
Do Difficulty (Qa,idat al mashaqqat)5. Prinsip Kebiasaan / Custom
(Qa,idat al aadat)\
1. Kaidah Niatan (Qa,idat al qasd)Prinsip ini meminta dokter
untuk berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat banyak masalah
mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui oleh
orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur
dengan alasan yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar,
namun sesungguhnya memiliki niatan yang berbeda namun tersembunyi.
Contoh praktisnya; penggunaan morfin sebagai penghilang rasa sakit
pada perawatan kondisi terminal namun niat yang sesungguhnya adalah
agar terjadi depresi pernafasan yang akan menyebabkan kematian.
2. Kaidah Kepastian (Qoidah al yaqiin)Tidak ada yang benar-benar
pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya tingkat kepastian
(yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin yang
diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat
probabilitas terbaik dari yang ada. Termasuk pula dalam hal
diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling
mungkin.3. Kaidah Kerugian (Qoidah al dharar)a. Intervensi medis
untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian, kehilangan hari-hari
sehat) pada pasien.b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al
dharar yang sebanding (al dharar la yuzaal bi mitslihi)c.
Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi dimana
intervensi medis yang diusulkan memiliki efek samping, kita
mengikuti prinsip bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas yang
lebih tinggi ketimbang keuntungan dengan nilai yang sama, darian
mafasid awla min jalbi al mashaalih. Jika keuntungan memiliki
kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian, maka
mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi.d.
Keseimbangan antara yang dilarang vs diperbolehkan. Dokter kadang
dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang
namun juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk hukum adalah
bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk dikenali
jika keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus diambil,
idza ijtimaa al halaal wa al haram ghalaba al haraam al halaal.e.
Pilihan antara 2 keburukan. Jika dihadapkan dengan 2 situasi medis
dimana keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan
selain memilih salah satu dari keduanya, yang kurang merugikan
dilakukan, ikhtiyaar ahwan al syarrain. Suatu hal yang merugikan
dilakukan untuk mencegah munculnya kerugian yang lebih besar, al
dharar al asyadd yuzaalu bi al dharar al akhaff. Dengan cara yang
sama, intervensi medis yang memiliki kepentingan umum diutamakan di
atas kepentingan individu, al mashlahat al aamah muqoddamat ala al
mashlahat al khassat. Individu mungkin harus mendapatkan kerugian
untuk melindungi kepentingan umum, yatahammalu al dharar al khaas
il dafiu al dharar al aam. Untuk melawan penyakit menular,
pemerintah tidak boleh melanggar / menghilangkan hak-hak umum
kecuali ada keuntungan umum yang bisa didapatkan, al tasarruf ala
al raiuyat manuutu bi al mashlahat.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)a.
Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan
gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera
disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam
mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syariah.b.
Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syariah tersebut
tidak melewati batas-batas yang diperlukan (secukupnya saja).c.
Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan,
tidak menghilangkan secara permanen hak-hak pasien yang harus
direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan semula seiring dengan
waktu; kesulitan melegalisir sementara dari tindakan medis yang
melanggar, dan berakhir setelah kondisi yang menyulitkan tadi
berakhir. Dengan kata lain, jika hambatan telah dilewati, tindakan
medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)Dalam prinsip ini, standar
yang diterima secara umum untuk perawatan klinis dianggap diperkuat
oleh syarah.
[1] Professor Omar Hasan Kasule; Aplikasi Nilai-nilai Islam pada
Pengajaran Klinis; dipresentasikan di Seminar dan Lokakarya
Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam Pendidikan Kedokteran di
Indonesia FKUNISMA 8 9 September 2007
BAB IIIPENUTUP3.1 KESIMPULANBerdasarkan diskusi yang telah
dilakukan oleh kelompok kami menyimpulkan Dr.Urap dalam menghadapi
bapak Becak berdarkan Kaidah Dasar Bioetik:1. Menunjukan sikap
profesional dimana ia menunjukan sikap sesuai dengan kode etik
kedokteran2. Dr.Urap menghormati semua pasien tanpa membedakan
status sosial3. Sebagai dokter yang baik ia menunjukan rasa empati
dengn pendekatan yang menyeluruh4. Dr.Urap memperlakukan bapak
Becak sebagai mitra yang sejajar dimana ia meminta persetujuan
bapak Becak dalam memutuskan terapi dan tindakan5. Sebagai dokter
yang baik ia memberi penjelasan dengan bahasa yang santun yang
mudah dipahami kepada bapak Becak mengenai penyakit yang diderita
dengan jujur serta memastikan pasien memahami apa yang dijelaskan6.
Sebagai dokter ia memahami kesulitan yang dihadapi oleh bapak Becak
dengan tidak meminta bayaran7. Pada saat emergensi ia mengutamakan
kesalamatan pasien tanpa memandang status sosial pasien
tersebut
3.2 SARANBerdasarkan diskusi yang telah kami lakukan berdasarkan
kasus diatas dalam menghadapi bapak Becak, dr. Urap telah
menerapkan Kaidah Dasar Bioetika akan tetapi bila ia menatap bapak
Becak ketika berbicara akan lebih baik. Bapak Becak akan merasa
lebih dihargai.