Top Banner
2-36 Laporan Praktikum Batuan Beku 2012 BAB II BATUAN BEKU 2.1 DASAR TEORI 2.1.1 Definisi Batuan Beku Batuan beku (Igneous rock) berasal dari bahasa latin yaitu “ignis” yang berarti api atau pijar. Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari proses pembekuan magma. Magma adalah bahan cair pijar didalam bumi, bersuhu tinggi (800-1400 o C) serta memiliki kekentalan tinggi, bersifat mobile dan cenderung bergerak ke permukaan bumi. Beberapa ahli yang memiliki pendapat tersendiri mengenai batuan beku seperti : a. Bates dan Jackson (1990) Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari proses pembekuaan magma baik secara ekstrusif maupun secara intrusif, yaitu proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. b. Huang (1962) Batuan beku (igneous rocks) adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.
57

laporan Batuan Beku

Oct 29, 2015

Download

Documents

laporan petrologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

BAB II

BATUAN BEKU

2.1 DASAR TEORI

2.1.1 Definisi Batuan Beku

Batuan beku (Igneous rock) berasal dari bahasa latin yaitu “ignis”

yang berarti api atau pijar. Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari

proses pembekuan magma. Magma adalah bahan cair pijar didalam bumi,

bersuhu tinggi (800-1400oC) serta memiliki kekentalan tinggi, bersifat mobile

dan cenderung bergerak ke permukaan bumi.

Beberapa ahli yang memiliki pendapat tersendiri mengenai batuan

beku seperti :

a. Bates dan Jackson (1990)

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari proses

pembekuaan magma baik secara ekstrusif maupun secara intrusif,

yaitu proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat.

b. Huang (1962)

Batuan beku (igneous rocks) adalah kumpulan mineral silikat sebagai

hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.

2.1.2 Proses Pembentukan Batuan Beku

Magma adalah bahan utama pembentuk batuan beku. Magma

merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat didalam bumi

dengan temperature berkisar 600oC sampai 1500oC. Magma disusun oleh

bahan yang berupa gas (volatile) seperti H2O dan CO2, serta bukan gas yang

umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na, dan minor element seperti

V, Sr, Rb, dan lain-lain. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang

disebut dapur magma (magma chamber). Karena magma relatif lebih ringan

dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma selalu bergerak naik ke atas.

Gerakan dari magma ke atas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang

Page 2: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan disekitar dapur magma yang

menyebabkan terjadinya erupsi gunung api. Erupsi gunung api terkadang

hanya menghasilkan lelehan lava namun dapat pula disertai oleh letusan yang

hebat (eksplosif).

Karena magma merupakan cairan yang panas,maka io-ion

penyusunnya akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma

mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan

menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk

yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk

kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi.

Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap

proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma

berlangsung dengan lambat maka ion-ion mempunyi kesempatan untuk

mengembangkan dirinya sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang

besar. Sebaliknya apabila pendinginan berlangsung cepat maka ion-ion

tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga

akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat

cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion-ion untuk membentuk kristal,

sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan

(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas.

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan

silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedral

oksigen-silikon. Kemudian tetrahedral-tetrahedral oksigen silicon tersebut

akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti

kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan

membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun

magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang

sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi

dari mineral yang lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung

kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi

dari magma dan jumlah kandungan bahan folatil juga mempengaruhi proses

kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka

kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi.

Page 3: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Gambar 2.1 Siklus Batuan

2.1.3 Mineral Penyusun Batuan Beku

Mineral-mineral yang membentuk batuan beku di determinasi oleh

komposisi kimia magma darimana mineral-mineral tersebut mengkristal.

Seperti halnya batuan beku yang telah di ketahui mempunyai variasi yang

sangat besar, maka dapat pula di asumsikan bahwa macam magmapun

mempunyai variasi yang besar pula. Para ahli geologi mengungkapkan

bahwa satu gunung api mempunyai tingkat erupsi yang bervariasi, kadang-

kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda, terutama

pada gunung api yang mempunyai periode letusan cukup lama. Oleh karena

itu dapat dikatakan bahwa magma yang sama kemungkinan dapat

menghasilkan kandungan mineral yang bervariasi.

N. L. Bowen adalah seorang ahli yang pertama kali melakuakan

penyelidikan terhadap proses kristalisasi magma pada awal abad ke 20 ini.

Hasil penyelidikan Bowen di laboratorium menunjukkan bahwa mineral-

mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat dalam lingkungan magma

yang masih cair akan bereaksi dengan sisa cairan magma dan menghasilkan

mineral berikutnya. Urut-urutan pengkristalan dari mineral-mineral tersebut

Page 4: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

terkenal dengan nama Bowen’s Reaction Series atau Deret Bowen. Dari deret

Bowen tersebut dapat dilihat bahwa pada bagian kiri terdapat mineral-mineral

yang berwarna gelap atau Mafic (Mafic: Magnesium Ferric) seperti olivin,

piroksen, hornblende, biotit. Sedangkan pada bagian kanan terdapat mineral-

mineral yang berwarna terang atau Felsik (Felsik: Feldspar,  Silika) seperti

kuarsa, orthoklas, plagioklas dan muskovit.

Gambar 2.2 Deret Bowen

Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil

dan mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada

temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri,

yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk

terakhir adalah biotit.

Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas

karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama

kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada

suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral

sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldsfar kemudian

Page 5: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang

paling stabil. Dengan melihat pada Deret Bowen kita dapat menentukan

mineral-mineral penyusun suatu batuan beku.

2.2 CARA PEMERIAN BATUAN BEKU

2.2.1 Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral

penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma

pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

1. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam

yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potasium

feldspar, muskovit. Mineral-mineral tersebut banyak mengandung

unsure aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (Sodium, Na), kalium

(potassium, K), dan sillisium (Si) sehingga warnanya menjadi cerah.

2. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah

batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya

hampir sama banyak.

3. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan

beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral

mafik. Mineral-mineral mafik mengandung banyak unsure magnesium

(Mg), besi (Fe), umumnya mineral-mineral ini berwarna gelap, seperti

olivine, hornblende, piroksen, dan biotit. Banyaknya unsure logam

berat seperti Mg dan Fe ini yang menyebabkan mineral tersebut

berwarna gelap.

4. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik

disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya

mineral mafik.

Page 6: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Gambar 2.3 Jenis-Jenis Batuan Beku

2.2.2 Struktur Batuan

Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan

yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada

pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. Pada bekuan beku,

struktur yang sering ditemukan adalah :

1. Massif 

Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Umumnya

terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup

tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.

Gambar 2.4 Struktur massif

Page 7: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2. Jointing 

Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan ini akan

mudah diamati pada singkapan di lapangan.

3. Vesikuler 

Dicirikan dengan adanya lubang-lubang bekas keluarnya gas pada saat

pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar.

Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler

ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada

yang berupa lingkaran atau membulat, elips, dan meruncing atau

menyudut, demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk

melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari

lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elips

menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elips sejajar

arah sumber dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada

lava yang kental. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

a. Skorian, (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler

berbentuk membulat atau elips, rapat sekali sehingga berbentuk

seperti rumah lebah atau bila lubang-lubang gas tidak saling

berhubungan.

Gambar 2.5 Vesicular Skorian

b. Pumisan (pumiceous structure), bila lubang-lubang gas saling

berhubungan dan di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.

Page 8: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Gambar 2.6 Vesicular pumisan

c. Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun

lubang-lubang gas.

Gambar 2.7 Vesicular Aliran

d. Amigdaloidal, bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-

mineral sekunder seperti zeolit,karbonat dan bermacam silika.

Gambar 2.8 Vesicular Amigdaloidal

Page 9: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

4. Xenolit

Struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang

masuk atau tertahan kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk

akibat adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping

didalam magma yang menrobos.

Gambar 2.9 Struktur xenolith

5. Autobreccia

Struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava

itu sendiri.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh

setangan (hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku

dalam lingkup lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan

di sekitarnya, seperti dyke (retas), sill, volcanic neck, kubah lava, aliran lava

dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.

2.2.3 Tekstur Batuan

Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan

butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi derajat kristalisasi, ukuran

butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna

batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur

berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur

merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah

kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

Page 10: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2.2.3.1 Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses

pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan

terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan

dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang

berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang

dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma

terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena tidak ada

energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga

akan dihasilkan gelas.

Derajat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :

1. Holokristalin,

Dikatakan holokristalin jika mineral dalam batuan semuanya

berbentuk kristal. Hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi

berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya

mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.

2. Hipokristalin

Dikatakan hipokristalin jika sebagian mineral berbentuk kristal

sedangkan yang lain berbentuk mineral gelas. Hal ini

menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun

masih memungkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal

yang kurang.

3. Holohyalin

Dikatakan holohyalin jika hampir seluruh mineral terdiri dari

gelas. Pengertian gelas disini adalah mineral yang tidak

mengkristal atau amorf. Hal ini menunjukkan bahwa proses

kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak

memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk

yang sempurna.

Page 11: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2.2.3.2 Granularitas

Granularitas atau ukuran butir adalah sifat tekstural yang paling

mudah dikenali. Granularitas dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada

batuan. Granularitas atau ukuran kristal dalam masa batuan beku dibagi

menjadi 2 yaitu:

1. Fanerik

Apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral

penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan huungan

antar butir. Singkatnya, batuan beku mempunyai tekstur fanerik

apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelasatau

kaca dapat diamati.

Gambar 2.10 Tekstur fanerik

2. Afanitik

Kenampakan butir individual mineral didalam batuan beku sangat

halus halus sehingga mineral penyusunnya tidak dapat diamati

secara mata telanjang atau dengan loupe.

Gambar 2.11 Tekstur afanitik

Page 12: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Tabel 2.1 Kisaran Ukuran Butir

Ji

k

a

Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian

tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan.

Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik maka

pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.

2.2.3.3 Kemas

Kemas meliputi bentuk butir dan suasana hubungan mineral di dalam

suatu batuan beku.

2.2.3.3.1 Bentuk Butir

1. Euhedral, bila mineral dibatasi oleh bidang/bentuk kristal

yang sempurna.

2. Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian

bidang/bentuk kristalnya.

3. Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang/bentuk

kristalnya.

2.2.3.3.2 Hubungan antar Butir

Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat

dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

1. Granular atau Equigranular

Disebut equigranular apabila memiliki ukuran mineral

yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 3:

a. Panidiomorfik Granular

Ukuran Butir Cox, Price, Harte W.T.G Heinric

Halus < 1mm <1 mm <1 mm

Sedang 1 - 5 mm 1 - 5 mm 1 - 10mm

Kasar >5mm 5 - 30 mm 10 - 30 mm

Sangat kasar >30 mm > 30 mm

Page 13: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku

tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk

euhedral

b. Hipidiomorfik Granular

Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku

tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk

subhedral.

c. Allotriomorfik Granular

Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku

tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk

anhedral.

2. Inequigranular

Apabila disusun oleh butir kristal yang tidak seragam.

a. Faneroporfiritik

Bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi

kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat

dikenali dengan mata telanjang. Contoh : Diorot Porfiri.

Gambar 2.12 Faneroporfiritik

b. Porfiroafanitik

Bila Fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang

afanitik. Contoh : Andesit Porfiri.

Page 14: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Gambar 2.13 Porfiroafanitik

Didalam beku bertekstur holokristalin inequigranular

dan hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar,

disebut fenokris, dikelilingi oleh kristal mineral yang lebih

kecil (massa dasar/groundmass). Kenmapakan demikian

disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur

holokristalin porfiritik adalah apabila didalam batuan beku itu

terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam didalam massa

dasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik

diperuntukan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris

tertanam didalam massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah

tekstur dimana mineral penyusunya secara dominan adalah

gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).

3. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila

semuanya tersusun atas gelas.

Gambar 2.14 Contoh struktur gelasan (obsidian)

Page 15: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2.2.3.4 Tekstur Khusus

Tekstur khusus adalah tekstur yang menunjukan pertumbuhan

bersama mineral-mineral yang berbeda. Tekstur ini sangat sulit diamati

secara megaskopis. Tekstur khusus terdiri dari :

1. Tekstur diabasik, tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama

antara plagioklas dan piroksen, piroksen tidak terlihat dengan

jelas,piroklas radier terhadap piroksen.

2. Tekstur trakhitik, tekstur yang menunjukan ruang antara mineral-

mineral plagioklas diisi oleh mineral piroksen, olivine atau bijih

besi.

Tabel 2.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Komposisi

Subgroup ¢ Felsic Felsic Inter-mediate

Inter-mediate Inter-mediate

Mafic Ultrabasic

Minerals ¢ (With quartz)

(Little quartz)

(No quartz)

(No quartz) (No quartz)

(No quartz) (No quartz)

  

Origin ¢

More orthoclase than plagioclase. Also muscovite, biotite, amphibole, hornblende

Orthoclase in similar quantities as plagioclase. Also biotite, amphibole, pyroxene, hornblende, augite

More plagioclase than orthoclase. Also biotite, amphibole, pyroxene, augite, olivine, horn-blende, biotite

No feldspar. Few silicates. Pyroxene, olivine.

Course-grained: cooled slowly underground

Pegmatite,Granite

Syenite Monzonite Granodiorite Diorite Gabbro Peridotite,Dunite,Pyroxenite

Porphyritic: cooled first below then above ground

Granite Porphyry,Rhyolite Porphyry

Syenite Porphyry

Monzonite Porphyry

Granodiorite Porphyry

Andesite Porphyry

Basalt Porphyry

 

Fine-Grained: cooled quickly above ground

Rhyolite Trachyte, Felsite

Latite Dacite Andesite Basalt  

Glassy: cooled very quickly above ground

Pumice   Obsidian     Scoria,Basalt Glass

 

Fragmental: made of igneous fragments

Tuff     Volcanic Breccia

     

2.2.4 Komposisi Mineral

Page 16: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

1. Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan

menjadi 4 yaitu:

a. Kelompok Granit-Riolit

Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh

mineral-mineral kuarsa orthoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat

hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil.

b. Kelompok Diorit-Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun atas

mineral-mineral plaglioklas, Hornblende, piroksen dan kuarsa biotit,

orthoklas dalam jumlah kecil

c. Kelompok Gabro-Basalt

Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-

mineral olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.

d. Kelompok Ultra Basa

Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah

plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

2. Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya

a. Mineral Utama (Essential minerals), adalah mineral yang terbentuk

langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah melimpah sehingga

kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku. Berdasarkan

warna batuan, mineral ini dikelompokan menjadi :

1) Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk

kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma

yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau

batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi

(volcanic glass).

2) Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama

pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun

oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi

menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam

Page 17: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan

sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar

dan plagioklas.

3) Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun

oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin,

piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan

muskovit.

b. Mineral Tambahan (Accessory minerals), adalah mineral yang juga

terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit

sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan.

Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon.

Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut

sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk langsung

sebagai hasil pembekuan daripada magma.

c. Mineral Sekunder (Secondary minerals), adalah mineral ubahan dari

mineral primer sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil

metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada

hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan

dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan

diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh mineral sekunder

adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.

Page 18: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Tabel 2.3 Pengenalan Mineral dan Sifatnya

Nama

Mineral

W a r n a Bentuk dan Perawakan

mineral

Belahan Keterangan/Sifat

Khusus

Olivin HijauTidak teratur, membutir,

massifTak sempurna Kilap kaca

Piroksen Hijau tuaPrismatik pendek

2 arah saling

tegak lurus

Kilap kaca,

permukaan halus

Amfibol

(Hornblende)

Hitam, coklat Prismatik panjang, menyerat,

membutir

2 arah,

membentuk sudut

Kilap arang

BiotitHitam, coklat Tabular, berlembar (memika)

2 arah Kilap kaca

Alkali feldsparMerah jambu,

Putih

Prismatik/tabular panjang,

masif, membutir

2 arah Kilap kaca/ lemak

Plagioklas Putih susu,

abu – abu

Prismatik/tabular panjang,

masif, membutir

3 arah Kilap kaca/ lemak

MuskovitPutih, transparan

Tabular, berlembar (memika)1 arah

Kilap kaca/ mutiara,

sering terdapat dalam

granit pegmatite

Kuarsa Tidak berwarna,

putih abuTidak teratur, masif, membutir Tidak ada

Kilap kaca/ lemak

KalsitTidak berwarna,

putih

Rhombohedral, masif,

membutirSempurna

Membuih bila ditetesi

HCl, kilap kaca

Klorit Hijau Berlembar (memika) SempurnaUmum pada batuan

metamorf

SerisitTidak berwarna,

putihTabular, berlembar Sempurna Kilap kaca

Asbes Putih Masa fibre asbestos, menyerat -Terutama tersusun atas

antopilit

Page 19: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Garnet Coklat merah Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/ mutiara

HaliteTak berwarna,

putih, merahKubus, masif, membutir

SempurnaSebagai garam evaporit

GypsumTak berwarna,

putih

Memapan, membutir,

menyerat

Sempurna Lembar-lembar tipis

terjadi dari evaporit

Anhidrit Putih, abu - abu,

biru pucatMasif, membutir Sempurna

Karena evaporit

(umumnya)

Gambar 2.15 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume.

Tabel 2.4 Determinasi batuan beku

Page 20: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2.2.5 Pembagian Batuan Beku

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama

yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang

terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.

1. Pembagian Berdasarkan Tempat Kejadiannya

Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung

gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3

kelompok yaitu:

a. Batuan beku dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawah permukaan

bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan

seluruhnya  terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). Contoh

Granit, Granodiorit, dan Gabro.

Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di

sekitarnya disebut diskordan. yaitu:

1) Batholit, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar

yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

Page 21: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih

kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock

merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.

3) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang

dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,

sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur

(perlapisan) batuan yang diterobosnya.

4) Volkanic neck, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang

mengalirkan magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang

menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya

kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya

disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.

1) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-

sisinya sejajar.

2) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian

atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,

membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan

Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun

gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.

3) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan

bawahnya cekung ke atas.

Page 22: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Gambar 2.16 Variasi Ukuran dan Bentuk Batuan Beku Intrusif

b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa

gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat

sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna

dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur

porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.

c. Batuan beku luar (volkanik) terbentuk di dekat permukaan bumi.

Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk

kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian,

Riolit dan Batuapung.

2. Pembagian Berdasarkan Komposisi Kimia

Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari

kandungan SiO2-nya. Maka batuan beku dapat diklasifikasikan atas :

a. Batuan Beku Asam

Batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan beku asam apabila batuan

beku tersebut memiliki kandungan SiO2 lebih besar dari 66 % (> 66

Page 23: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

%). Batuan beku asam tersusun atas mineral kwarsa, orthoklast,

palgioklast Na, terkadang terdapat biotit, muskovit dalam jumlah yang

sangat kecil. Batuan beku asam umumnya akan berwarna cerah

apabila kelimpahan mineral kwarsa dan orthoklast di dalam

batuannya. Contoh dari batuan ini adalah granite, riolite, granudiorite.

Gambar 2.17 Contoh batuan beku asam (granit)

b. Batuan Beku Intermediet

Batuan beku intermediet mengandung SiO2 antara 52%-60%, terutama

tersusun oleh mineral plagioklast, hornblende, dan kwarsa. Sedangkan

biotit dan orthoklast dalam jumlah kecil. Warna dari batuan ini juga

masih cerah, tetapi tidak secerah dari batuan beku asam. Contohnya

adalah andesit, diorite, seanite.

Gambar 2.18 contoh batuan beku intermediet (andesit)

c. Batuan Beku Basa

Batuan beku basa mengandunu 45%-52% SiO2. batuan ini tersusun

dari magma asal yang bersifat basa. Warna dari batuan beku ini akan

Page 24: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

terlihat lebih gelap, karena mineral-mineral mafik sudah sangat jarang

terbentuk pada batuan golongan ini. Batuan beku basa terdiri dari

mineral-mineral seperti olivine, plagioklast Ca, dan hornblende.

Contoh batuannya adalah gabro, basalt, dan diabas.

Gambar 2.19 contoh batuan beku basa (basalt)

d. Batuan Beku Ultrabasa

Pada batuan ini kandungan SiO2 lebih kecil dari 45% (< 45%). Warna

batuan ini gelap, lebih gelap dari batu beku basa. Batuan ini tersusun

oleh mineral-mineral olivine, piroksine, serpentine. Hanya satu atau

dua macam mineral saja yang hadir pada suatu batuan. Mineral lain

yang mungkin hadir adalah plagioklast Ca dalam jumlah yang kecil.

Contoh batuannya adalah dunit, piroksinite, peridotite, serpentinite.

Gambar 2.20 contoh batuan beku ultrabasa (peridotit)

3. Pembagian Berdasarkan Susunan Mineralogi

Pembagian secara mineralogy;merupakan salah satu kelemahan

dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan

Page 25: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

waktu lama. Analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang

ditunjuka pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut ini:

a. Mieral felsik: kuarsa 100%, alkali feldspar 64-66%, oligoklas 62%,

andesine 59-60%, labradorite 52-53%, dan lain-lain.

b. Mineral mafik: hornblende 42-50%, biotit 35-38%, augit 47-51%,

magnesium dan piroksin 50-55%, dan lain-lain.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa keluarga atau kelompok yaitu:

1. Keluarga granit-riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali

felsparnya melebihi plagioklas.

2. Keluarga granodiorit-quartz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na

Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K

Felspar.

3. Keluarga syenit-trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak

dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas,

kadang plagioklas juga tidak hadir.

4. Keluarga monzonit-latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir

dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar

5. Keluarga syenit-fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar

melebihi plagioklas

6. Keluarga tonalit-dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa

dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar

7. Keluarga diorite-andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,

plagioklas melimpah

8. Keluarga gabbro-basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas

(Ca), sedikit Quartz dan K-felspar

9. Keluarga gabbro-basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama

felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun

tidak hadir

10. Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (olivin, piroksen,

hornblende), plagio klas (Ca) sangat sedikit atau absen.

Page 26: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

2.2.6 Penamaan Batuan Beku

Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi

menjadi batuan beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi

selanjutnya dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku

intrusi dekat permukaan. Berdasarkan komposisi mineral pembentuknya maka

batuan beku dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku

ultramafik, batuan beku mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik.

Istilah mafik ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan

asam, sekalipun tidak tepat.

Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit,

anortosit, peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin,

sedang piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit

terdiri dari mineral olivin dan piroksen; diorit secara dominan terdiri dari

piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya

bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.

Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen

dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal.

Batuan beku dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol

dan plagioklas menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit.

Antara andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal

(basaltic andesit). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau

granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral

penyusunnya hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa

dan alkali felspar, sementara palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam.

Apabila alkali felspar dan kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya

semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam dinamakan granit,

sedang batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam batuan beku asam ini

mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang

amfibol. Batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak

daripada plagioklas adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh

alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut

obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut perlit.

Page 27: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan

aspek tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol.

Sebagai contoh, andesit porfir, basal vesikuler dan andesit piroksen.

Penambahan nama komposisi mineral tersebut umumnya diberikan apabila

persentase kehadirannya paling sedikit 10%.

Gambar 2.21 Klasifikasi Batuan Beku (O’Dunn & Sill, 1986)

2.2.7 Aspek Ekonomis Batuan Beku

Tak semua batuan beku mempunyai nilai ekonomis, hal ini tergantung

pada sifat, komposisi mineral, kekuatan fisik, daya tahan, cara penggalian, dan

lain-lain sebab tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral

tertentu, sehingga tidak semua jenis batuan dapat digunakan untuk semua

jenis pekerjaan. Kegunaan batuan beku antara lain:

1. Batuan yang memiliki kerapatan tinggi dan tidak berporos sangat baik

untuk keperluan pekerjaan di laut

2. Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam baik untuk digunakan di

daerah industri.

Page 28: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

3. Batuan yang keras dan memiliki daya tahan sangat baik untuk digunakan

sebagai pondasi rumah dan pengeras jalan raya.

4. Batuan yang memiliki corak warna yang menarik dan tidak berporos

sangat cocok untuk ornamen maupun sebagai pelapis dinding.

2.3 BATUAN PIROKLASTIK

2.3.1 Pengertian Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses

lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama

erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami

lithifikasi baik sebelum ditransport maupun re-working oleh air atau es (W.T

Huang, 1962)

Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang

dihasilkan oleh serangkaian proses yng berkaitan dengan letusan gunung api,

dengan material asal yang berbeda dimana material penyusun tersebut

terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oleh air atau

es (William, 1982)

2.3.2 Tekstur Batuan Piroklastik

Variasi batuan, pembundaran dan pemilihan batuan piroklastik mirip

dengan batuan sedimen klastik pada umumnya. Hanya unsur-unsur tersebut

tergantung tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh

seretan.

1. Bentuk butir

Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk batuan yang runcing

dan tajam yang disebut breksi dan bentuk batuan membundar yang

disebut konglomerat.

2. Ukuran butir

Batas kisaran ukuran butir dan peristilahannya tersaji dalam tabel

berikut ini :

Tabel 2.5 Klasifikasi batuan piroklastik.

Page 29: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan

> 64 mm Bom gunungapi

Blok/bongkah gunungapi

Aglomerat

Breksi piroklastik

2 – 64 mm Lapili Batulapili

1 – 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir kasar) Tuf kasar

< 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus

2.3.3 Struktur Batuan Piroklastik

Seperti halnya struktur batuan beku , pada batuan piroklastik juga dijumpai

struktur seperti jointing, skoriaan, vesikuler, serta amygdaloidal.

1. Jointing : Batuan tampak mempunyai retakan. 

2. Vesikuler : Pada batuan terdapat lubang gas

3. Skoriaan : Lubang-lubang tidak saling berhubungan 

4. Pumisan : Lubang-lubang gas saling berhubungan

5. Aliran :Terdapat kenampakn aliran dari kristal-kristal maupun

lubang gas

6. Amigdaloidal : Lubang-lubang gas terisi oleh mineral sekunder. 

2.3.4 Tipe Endapan Piroklastik

Endapan piroklastik dibedakan atas :

1. Endapan Piroklastik yang Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated)

a. Bom Gunung Api

Bom adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih

besar dari 64 mm. Daerah ini sebagian atau semuanya berwujud

plastik pada waktu tererupsi. Beberapa bomb mempunyai ukuran

yang sangat besar.

b. Block Gunung Api

Page 30: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan

oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih

dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu

menyudut bentuknya atau equidimensional.

c. Lapili

Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi

eksplosif gunung api yang berukuruan 2 mm-64 mm. Selain dari

fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti,

olivine, plagioklas.

d. Debu Gunung Api

Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-

1/256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat

erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi

karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu

gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi

2. Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)

a. Breksi piroklastik

Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block-block

gunung api yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih

50% serta mengandung lebih kurang 25% lapili dan abu.

b. Aglomerat

Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material–

material dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api

dimana kandungan lapili dan abu kurang dari 25%.

c. Batu lapili

Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili

dengan ukuran 2-64 mm.

d. Tuff

Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami

konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75%. Contohnya tuff

lapili, tuff aglomerat, tuff breksi piroklastik.

Page 31: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

3. Endapan Piroklastik Jatuhan

a. Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)

Endapan piroklastik jatuhan yaitu onggokan piroklastik yang

diendapkan melalui udara . Endapan ini umumnya akan berlapis baik,

dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran

bersusun.Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan

lapili.

b. Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)

Endapan piroklastik aliran yaitu material hasil langsung dari pusat

erupsi, kemudian teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot

avalanche, glowing avalanche, lava collapse ,hot ashes avalanche.

Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500°C-650°C

dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya.

Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi,

sebab sifat-sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi

cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan bagian

atasnya datar..

c. Endapan Surge (Pyroclastic Surge)

Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari

bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah

dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara trubulensi di atas

permukaan. Umumnya endapan piroklastik surge mempunyai

pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini

mempunyai strutur pengendapan primer seperti laminasi dan

perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari

endapan ini adalah mempunyai struktur silang siur, melensa dan

bersudaut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan

kristal.

2.4 IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara

identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan di

Page 32: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

lapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan di lapangan diikuti pengamatan

contoh setangan. Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku

fragmental dengan batuan beku non fragmental. Pada batuan beku fragmental

identifikasi dititik beratkan pada struktur dan hubungan antar komponen pembentuk

batuan (bahan-bahan piroklastik) sedangkan pada identifikasi batuan beku non

fragmental lebih dititik beratkan pada hubungan unit–unit pembentuk batuan yaitu

Kristal-kristal mineral.

2.4.1 Deskripsi singkapan batuan beku.

Dalam melakukan deskripsi singkapan di lapangan ada beberapa hal

yang harus diamati dan dicatat dalam buku catatan lapangan :

a. Menentukan lokasi pengamatan dengan tepat, memberi nomor lokasi

pengamatan dan membuat deskripsi menyeluruh kenampakan yang

teramati di lapangan dan membuat sketsa singkapan atau membuat foto

singkapan.

b. Mengamati dan mencatat orientasi vein, kelompok-kelompok kekar yang

ada.

c. Jika singkapan menunjukan kenampakan vein, apatit pegmatite, dykes atau

kontak-kontak sederhana antara beberapa tipe batuan yang berbeda

terutama di daerah dekat kontak dilakukan pengamatan orientasi baik

linier atau krnampakan bidang serta kedudukannya.

d. Jika pada singkapan menunjukkan kenampakan banding atau laminasi

batuan beku maka harus diamati dan diukur orientasi alami banding dan

laminasi tersebut serta pengamatan batas antara keduanya.

e. Membuat catatan detail dari pengamatan struktur, tekstur dan mineralogi

serta penamaan batuan ( Brown, 1985 ).

2.4.2 Deskripsi Contoh Setangan

Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data

pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data

tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :

1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warn segar batuan, kekerasan minera

relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum.

Page 33: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Menidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil

lapukannya.

2. Untuk menyimpan contoh data yang penting, dapat dilakukan analisa

petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian yang segar

3. Mengamati warna permukaan segar dan apabila mungkin membuat

estimasi mengenai color index.

4. Pengamatan butiran pada contoh setangan bila batuan afanitik, cacat

tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau

mafik.

a. Amati hubungan antar mineral dan batuan yang memiliki kristal

kasar sampai medium.

b. Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan

yang bertekstur porfiritik

c. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi, aliran,

banding, lubang gas, tekstur dan inklusi

d. Amati dan catat proporsi mineral-mineral yang berbeda dan

deskripsi mineral yang berbeda seperti warna, kilap pecahan,

belahan, kekerasan, ciri khas dan sebagainya.

e. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan

klasifikasi tertentu. Pada praktikum ini menggunakan klasifikasi

Huang (1962).

2.4.3 Petrogenesa

Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskna seluruh

aspek terbetuknya batuan dari asal usul atau sumber, proses primer

terbentuknya batuan hingga perubahan-perbahan (proses sekunder) pada

batuan tersebut. Untuk batuan beku sebagai sumbernya adalah magma. Proses

primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadiandari pembentukan berbagai

bentuk magma sampai denga terbentuknya berbagai bentuk batuan beku,

termasuk lokasi pembentukannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan

itu kemudian mengalami proses sekunder, antara lain berupa oksidasi,

pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement) dan

malihan, sehingga sifat fisik maupun kimianya dapat berubah total dari batuan

semula atau primernya.

Page 34: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Sejarah terbnetuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama

(dalam ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan

bumi, sehimgga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau

penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditujukan

berdasarkan hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada

batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data

obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur,

komposisi mineral dan komposisi lainnya.

Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari

jawaban atas pertanyaan mengapa (Why) dan bagaimana (How) terhadap data

pemerian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan

berstruktur vesikuler, sedangkan batuan beku dalam bertekstur kristalin dan

berstruktur massif?, Mengapa basalt berwarna gelap sedangkan pegmatit

berwarna cerah?, Bagaimana olivine terbentuk bersama kuarsa dan biotit di

dalam suatu batuan?, Bagaimana terbentuknya andesit dari basalt dan riolit?

Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah kristalografi dan

mineralogi, kuliah petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan

praktikan dapat menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan

praktikum, berdasarkan data pemeriannya.

Berikut Adalah Deskripsi Batuan Beku

Page 35: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Pada Praktikum Petrologi Laboratorium

Petrologi Universitas Nusa Cendana

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum PetrologiAcara Batuan Beku

No. Urut : 3-04Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2012Jenis Batuan : Batuan Beku AsamNo. peraga : A12

Deskrpsi Batuan Warna : Cerah-felsikStruktur : Masif

Page 36: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (fanerik kasar 5-30 mm), kemas (subhedral), hubungan antar butir (hipidiomorfik granular)

Komposisi : Alkali feldspar (45%), kuarsa (20%), plagioklas (15%), hornblende (12%), biotit (5%), muskovit (3%)

Komposisi MineralAlkali Feldspar :warna merah jambu, tabular panjang, massif, kilap lemak,

penyebaran merata, kelimpahan 45%Kuarsa :putih, transparan, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 20%Plagioklas :warna abu-abu, prismatik panjang, massif, kilap kaca/lemak,

penyebaran merata, kelimpahan 15%Hornblende :hitam, kilap arang, prismatik panjang, penyebaran merata,

kelimpahan 7%Biotit : hitam,kilap kaca, penyebaran tidak merata, kelimpahan 5% Muskovit :putih, kilap kaca, berlembar, penyebaran tidak merata, kelimpahan

3%

Nama Batuan : Granite (Huang, 1962)Petrogenesa : Berdasarkan warna batuan yaitu cerah, maka batuan ini berasal dari

magma yang bersifat asam. Sedangkan dari teksturnya yang holokristalin, dan mempunyai ukuran butir fanerik kasar maka batuan ini termasuk batuan plutonik yang membeku di bawah permukaan bumi.

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Beku

No. Urut : 3-04Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Maret 2012Jenis Batuan : Batuan Beku UltrabasaNo. peraga : A35

Deskrpsi Batuan Warna : Gelap-Ultramafik

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN

Page 37: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Struktur : MasifTekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (fanerik sedang 1-

5 mm), kemas (subhedral), hubungan antar butir (hipidiomorfik granular).

Komposisi : Olivin (50%), piroksen (45%), antigorite (3%), plagioklas (2%)Komposisi MineralOlivin :hijau cerah, kilap kaca, massif, ukuran 5-10 mm, penyebaran

merata, kelimpahan 50%Piroksen :hijau tua, kilap kaca, prismatik pendek, ukuran 3-8 mm,

penyebaran merata, kelimpahan 45% Antigorite :mineral penciri pada batuan beku ultrabasa, kilpa lemak,

penyebaran merata, kelimpahan 3%Plagioklas :abu-abu, kilap lemak, prismatik panjang, massif, penyebaran tidak

merata, ukuran 1-2 mm, kelimpahan 2%

Nama Batuan : Peridotite (Huang, 1962)Petrogenesa :Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (ultramafik) serta adanya

mineral penciri yaitu antigorit, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat ultrabasa. Berdasarkan tekstur batuan yang fanerik sedang maka batuan ini termasuk batuan beku dalam (intrusif/plutonik).

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Beku

No. Urut : 3-04

Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa

No. peraga :

Deskrpsi Batuan

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN

Page 38: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Warna : Gelap-mafik

Struktur : Vesikular-skorian

Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (afanitik)

Komposisi :Didominasi oleh mineral-mineral mafik

Komposisi Mineral

Nama Batuan : Basalt Skoria (Huang, 1962)

Petrogenesa :Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (mafik), maka batuan ini

berasal dari magma yang bersifat basa. Berdasarkan tekstur

batuan yaitu afanitik maka batuan ini termasuk batuan

ekstrusif/volkanik

LABORATORIUM PETROLOGIJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Beku

No. Urut : 3-04Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012Jenis Batuan : Batuan Beku IntermedietNo. peraga : A19

Deskrpsi Batuan Warna : Abu-abuStruktur : Masif

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN

Page 39: laporan Batuan Beku

2-36

Laporan Praktikum Batuan Beku 2012

Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (fanerik halus <1 mm), kemas (euhedral), hubungan antar butir (panidiomorfik granular).

Komposisi : Plagioklas (45%), Hornblende (25%), Piroksen (15%), Biotit (10%), Kuarsa (5%)

Komposisi MineralPlagioklas :putih, massif, kilap lemak, penyebaran merata, kelimpahan 45%Hornblende :hitam, kilap arang, membutir, penyebaran merata, kelimpahan

25% Piroksen :hijau kelam, kilap kaca, penyebaran relatif merata, kelimpahan

15%Biotit :hitam, kilap kaca, penyebaran relatif merata, kelimpahan 10%Kuarsa :putih, kilap kaca, massif, penyebaran tidak merata, kelimpahan

5%

Nama Batuan :Diorite (Huang, 1962)Petrogenesa :Berdasarkan warna batuan yaitu abu-abu, maka batuan ini berasal

dari magma yang bersifat intermediet. Berdasarkan tekstur batuan yang fanerik halus maka batuan ini termasuk batuan beku dalam (intrusif/plutonik).

Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE

Nim : 1006102007

Jurusan : TEKNIK PERTAMBANGAN