BAB I APOTEK 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dilaksanakan berdasarkan prinsip non-diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional (Depkes RI 1 , 2009). Salah satu tempat yang dapat membantu pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan pemerintah ini mengatur pula pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
APOTEK
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut semua segi
kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
dilaksanakan berdasarkan prinsip non-diskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional (Depkes RI1, 2009). Salah satu tempat yang dapat membantu
pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah
apotek.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh Apoteker. Dalam peraturan pemerintah ini
mengatur pula pekerjaan kefarmasian yang meliputi pengadaan, produksi,
distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi. Pekerjaan
kefarmasian tersebut harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan yaitu Apoteker (Depkes RI2, 2009).
Berdasarkan hal tersebut kini telah terjadi pergeseran orientasi pada
pelayanan kefarmasian yang mengacu kepada pharmaceutical care. Dengan
demikian, fokus apoteker dalam pelayananannya di apotek tidak lagi
hanya pada manajemen persediaan obat, melainkan juga pada pelayanan
pasien. Apoteker selain menyiapkan dan menyerahkan obat, saat ini juga
harus memberikan pelayanan informasi terkait dengan obat yang diterima
pasien. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
1
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.
1.2 Tujuan PKPA di Apotek
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek adalah :
1. Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung
jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Kesempatan melihat dan mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik farmasi komunitas
di apotek.
4. Mempersiapkan memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek
1.3. Manfaat PKPA di Apotek
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
mengelola Apotek.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Apotek.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang
profesional.
2. Kegiatan PKPA dan Pembahasan
2.1. Profil Tempat Kerja Praktek Profesi Apoteker
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Awalmya nama
perusahaan Kimia Farma adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co.
Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa
awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
2
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan
Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah
statusnya menjadi perusahaan publik PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Berbekal pengalaman selama
puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan
pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia.
Sebagai perusahaan publik sekaligus BUMN, Kimia Farma berkomitment
untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu
kebutuhan sekaligus kewajiban sebagaimana diamanatkan Undang-undang
No. 19/2003 tentang BUMN (Kimia Farma1, 2013).
Visi PT. Kimia Farma adalah menjadi menjadi perusahaan jaring layanan
kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan
masyarakat Indonesia.
Misi PT. Kimia Farma adalah menghasilkan pertumbuhan nilai bagi
masyarakat melalui:
a. Jaringan layanan kesehatan yang berintergasi meliputi jaringan apotek,
klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.
c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya
(Fee-based Income).
2.1.1. PT. Kimia Farma Apotek
PT. Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma
(Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4
Januari 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di
Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang
dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat
persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
3
Indonesia dengan Surat Keputusan No. : AHU-45594.AH.01.02.Tahun 2009
tanggal 15 September 2009 (Kimia Farma2. 2013)
PT Kimia Farma Apotek saat ini mengelola sekitar 650 apotek yang
tersebar diseluruh tanah air. PT. Kimia Farma, memiliki Business Manager
(BM) yang bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan
administrasi seluruh Apotek Pelayanan dalam suatu wilayah. Apotek
pelayanan lebih berfokus pada pelayanan perbekalan farmasi dan pemberian
informasi obat kepada pasien. Dengan adanya konsep ini diharapkan
pengelolaan administrasi dan keuangan suatu apotek dalam satu area menjadi
lebih efektif dan efisien, serta mempermudah dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan manajemen apotek secara keseluruhan.
PT Kimia Farma Apotek memiliki visi menjadi perusahaan jaringan
layanan kesehatan yang terkemuka, dan mampu memberikan solusi kesehatan
masyarakat di Indonesia. Dan misi PT Kimia Farma Apotek yaitu
menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan melalui:
1. Jaringan Layanan kesehatan yang terintergrasi meliputi jaringan apotek,
klinik, laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2. Seluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal.
3. Pengmbangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee
Based Income)
2.1.2. Apotek Kimia Farma 356 Bandung
Apotek Kimia Farma 356 Bandung merupakan apotek pelayanan di bawah
naungan Business Manager Bandung yang bertempat di Jl. KH Ahmad
Dahlan No. 96 Bandung. Apotek Kimia Farma 356 Bandung ini menjalankan
fungsinya sebagai salah satu apotek pelayanan kefarmasian dan kesehatan
pada masyarakat melalui pelayanan setiap hari mulai jam 07.00 – 22.00.
Bangunan Apotek Kimia Farma 356 adalah bangunan permanen dengan
fasilitas yang cukup memadai dan lengkap yang terdiri dari ruang tunggu
pelanggan dan pasien, ruang penerimaan dan penyerahan resep, ruang
pengambilan obat dimana tersedia meja pelayanan informasi obat sebagai
tempat dimana apoteker memberikan obat dengan resep dokter sekaligus
4
pemberian informasi obat, ruang peracikan, ruang penulisan etiket dan
pengecekan etiket, lemari penyimpanan obat, lemari obat psikotropika dan
xantoma tuberosa, xantoma papuloeruptif (tubero eruptif). Adanya xantoma dapat
merupakan petunjuk yang patognomonik untuk kelainan genetik atau kelainan
lipoprotein tertentu (Wells et al., 2009).
Komplikasi Hiperlipidemia
Penyakit hiperlipidemia jarang merupakan penyakit tunggal. Hiperlipidemia dapat
menyebabkan dan disebabkan oleh bermacam-macam penyakit, antara lain :
a. Hipertensi
Kadar lemak dan kolseterol yang berlebih dapat menyebabkan kolesterol
membentuk plak di pembuluh darah. Plak yang terbentuk dapat menyebabkan
pembuluh darah mengeras dan menyempit, sehingga jantung harus bekerja
lebih keras untuk memompa darah melalui pembuluh-pembuluh tersebut,
sehingga tekanan darah menjadi abnormal dan tinggi yang dapat
menyebabkan penyakit jantung.
b. Diabetes Melitus
Pasien dengan penyakit diabetes dapat mengganggu keseimbangan antara
kadar HDL dan LDL. Penderita diabetes cenderung memiliki partikel LDL
yang menempel di pembuluh dan mudah merusak dinding pembuluh darah.
Glukosa dalam darah dapat menyelimuti LDL dan membuat LDL menetap
dalam aliran darah lebih lama dan menginisiasi pembentukan plak. Oleh
karena itu pasien diabetes kebanyakan memiliki HDL rendah dan trigliserida
tinggi, yang juga meningkatkan resiko penyakit jantung.
c. Penyakit Jantung Koroner
Apabila kadar kolesterol terlampau tinggi, kolesterol dapat terbentuk di
dinding pembuluh, membentuk plak, dan menyebabkan arteri mengeras
33
(aterosklerosis), dan mengurangi jumlah aliran darah karena penyempitan
pembuluh. Aliran darah yang berkurang dapat menyebabkan angina atau
serangan jantung ketika pembuluh tertutup seluruhnya.
d. Stroke
Apabila pembuluh darah yang membawa darah ke otak juga tertutup oleh
kolesterol/plak, maka otak akan kekurangan darah yang membawa oksigen
dan pasien dapat mengalami stroke.
4.5. Diagnosis Hiperlipidemia
Komponen utama yang dilihat pada diagnosa hyperlipidemia adalah usia,
jenis kelamin (jika perempuan, menstruasi dan estrogen), pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan fisik
1. Adanya faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular individu
2. Riwayat keluarga penyakit jantung prematur atau gangguan lipid
3. Ada atau tidak adanya penyebab sekunder hyperlipidemia, termasuk obat-
obatan bersamaan
4. Ada atau tidak adanya xanthomas, sakit perut, atau riwayat pankreatitis,
penyakit ginjal atau hati, penyakit pembuluh darah perifer, aneurisma aorta
abdominal, atau penyakit pembuluh darah (stroke, atau transient ischemic
attack).
5. Diabetes mellitus dianggap sebagai setara risiko Penyakit Jantung Koroner.
Artinya, kehadiran diabetes pada pasien tanpa penyakit jantung koroner
dikaitkan dengan tingkat resiko yang sama seperti pasien tanpa diabetes tapi
setelah dikonfirmasi terdapat penyakit jantung koroner (Dipiro et al., 2008).
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan lipoprotein termasuk kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliserida harus diukur pada semua orang dewasa 20 tahun atau lebih pada
setidaknya sekali setiap 5 tahun untuk mencegah dan mewaspadai
hiperlipidemia. Individu harus berpuasa paling sedikit 12 jam sebelum
pengambilan sampel darah.
34
(Wells et al., 2009).
1. Kolesterol total
Menurut pedoman National Cholesterol Education Program (NCEP),
diharapkan kolesterol total adalah di bawah 200 miligram (mg) per desiliter
(dL). Batas tingkat tinggi adalah 200-239 mg/dL. Kolesterol tinggi
didefinisikan sebagai lebih besar dari 240 mg/dL.
Namun, beberapa bukti menunjukkan bahwa standar yang lebih ketat
mungkin lebih sesuai. Risiko kasus jantung menurun seiring menurunnya
jumlah kadar kolesterol, sehingga banyak pihak berwenang menyarankan
sasaran kolesterol total harus sekitar 150 mg/dL.
2. Trigliserida
Tingkat trigliserida normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Ambang batas
trigliserida adalah 150 – 199 mg/dL, dan batas tinggi adalah 200 – 499
mg/dL. Tingkat 500 mg/dL atau lebih tinggi dianggap sangat tinggi.
3. Kolesterol HDL
35
Konsentrasi 60 mg/dL atau lebih tinggi adalah ideal. Secara umum,
konsentrasi HDL di bawah 40 mg/dL dianggap sebagai faktor risiko utama
terkena penyakit jantung koroner. Beberapa ahli menyarankan,
bagaimanapun, bahwa konsentrasi HDL harus dibandingkan dengan
kolesterol total. Dengan cara ini, nilai HDL harus setidaknya sepertiga dari
kolesterol total.
4. Kolesterol LDL
Menurut NCEP, kadar kolesterol LDL di bawah 100mg/dl dianggap ideal.
Kadar LDL 100-129 mg/dL mendekati optimal. Kadar ambang batas adalah
130-159 mg/dL. Kadar tinggi LDL adalah 160-189 mg/dL. Namun, semakin
banyak bukti yang mendukung standar yang lebih ketat. Banyak peneliti dan
dokter percaya bahwa 100 mg/dL harus menjadi batas atas untuk semua
orang, dan beberapa merekomendasikan pengurangan di bawah 70 mg /dL
untuk individu yang berisiko tinggi.
Studi terhadap populasi primitif dan bayi baru lahir normal telah mengubah
konsep kadar kolesterol normal. Konsentrasi kolesterol LDL pada manusia
normal dapat serendah 50 sampai 70 mg/dL. Risiko penyakit jantung koroner
menurun seiring dengan penurunan konsentrasi kolesterol LDL, dan dapat
mencapai level terendah sekitar 40 mg/dL (Azar, 2012).
4.6. Terapi
A. Terapi Non-Farmakologi
Tujuan dari terapi non-farmakologi yang dilakukan adalah untuk menjaga
tingkat kolesterol total dalam batas yang diperbolehkan, baik dengan
meningkatkan HDL, atau menurunkan LDL, VLDL, kilomikron, dan trigliserida.
Tindakan yang dapat dilakukan meliputi perubahan gaya hidup, antara lain:
1. Perubahan pola makan
Yang harus dilakukan adalah mengurangi makanan yang memiliki
kandungan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol tinggi. Makanan yang
mengandung lemak jenuh antara lain adalah daging, keju, susu, dan mentega.
Makanan yang mengandung lemak trans seperti margarin, gorengan, minyak
36
sayur, dan panggangan seperti biskuit dan kue-kue. Dengan mengurangi
makanan tersebut akan menurunkan kolesterol total, LDL, dan trigliserida.
Namun ketika konsumsi lemak jenuh dikurangi, penting untuk mengetahui
apa yang harus diberikan sebagai penggantinya, karena lemak merupakan
sumber energi yang penting, maka perlu ditambah dengan mengkonsumsi
makanan yang dapat mengurangi produksi kolesterol dalam tubuh seperti
makanan yang mengandung serat larut dan berfungsi sebagai pengganti lemak
jenuh. Makanan dengan serat larut dapat mengurangi penyerapan kolesterol
dari usus. Contoh makanan dengan serat larut antara lain gandum, barley,
kacang, buah-buahan dan sayuran, juga perbanyak minum air putih dan
minuman bebas gula dibanding soda. Pola makan yang menggabungkan serat
larut, protein kedelai, sterol nabati dan kacang juga merupakan makanan
dengan efek spesifik penurun kolesterol. Produk sterol tanaman dapat
menurunkan LDL sekitar 10%, protein kedelai mengurangi kolesterol yang
diproduksi hati dan kacang-kacangan juga memiliki efek penurun kolesterol.
2. Olahraga rutin
Olahraga aerobik rutin seperti berjalan, jogging, berenang, atau
bersepeda yang meningkatkan denyut jantung selama 20-130 menit,
setidaknya 5x dalam seminggu merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan level HDL. Durasi dan intensitas olahraga memberikan
kontribusi penting dalam peningkatan HDL. Olahraga yang dilakukan secara
rutin dapat meningkatkan level kolesterol HDL sebanyak 5% dalam 2 bulan
dan menurunkan trigliserida.
3. Tidak atau berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Zat kimia dalam rokok yang disebut akrolein dapat menghentikan HDL
dalam pemindahan LDL ke hati, menyebabkan tingkat kolesterol total yang
meninggi. Berhenti merokok dapat meningkatkan level HDL hingga 10%.
Menghindari alkohol juga dapat membantu mengurangi kadar trigliserida
hingga 5-10 mg/dL.
4. Menjaga berat badan ideal dan berusaha menurunkan berat badan
bagi penderita yang obesitas
37
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan obesitas, maka dengan mengurangi
berat badan atau menjaga berat badan ideal, dapat membantu menurunkan
tingkat kolesterol tubuh.
5. Mengecek kadar kolesterol dalam darah secara rutin
Bagi non-penderita yang berusia diatas 20 tahun, dapat selalu melakukan
pengawasan terhadap kadar kolesterol tubuhnya dengan melakukan pengujian
minimal 5 tahun sekali. Bagi penderita, disarankan untuk melakukan
pengujian 3 bulan sekali untuk mengetahui keefektifan pengobatan dan
pengawasan terhadap kadar kolesterol total.
B. Terapi Farmakologi
Jalur metabolisme kolesterol dapat menjadi target terapi bagi penderita
hiperlipidemia. Obat hiperlipidemia digolongkan menjadi lima obat utama, yaitu :
a. Statin
Statin adalah first-line therapy untuk mengatasi hiperlipidemia karena statin
merupakan golongan yang paling berpotensi sebagai agen penurun LDL,
dengan rosuvastatin merupakan golongan statin yang paling bagus saat ini.
Statin menurunkan level LDL dengan menghambat HMG Co-A reduktase
sehingga konversi HMG Co-A menjadi mevalonat juga terhambat. Apabila
mevalonat terhambat, maka pembentukan kolesterol endogen tidak terjadi dan
LDL menurun. Selain itu, statin juga meningkatkan katabolisme LDL yang
dimediasi reseptor LDL. Statin dapat menurunkan kadar LDL hingga 18-
55%, kadar trigliserida hingga 7-30% dan meningkatkan kadar HDL hingga
5-15%. Contoh obat golongan statin yang beredar saat ini antara lain
simvastatin, lovastatin, pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin.
b. Bile Acid Resin (BAR)
BAR bekerja dengan cara berikatan dengan asam empedu dalam rongga usus
sehingga terjadi peningkatan ekskresi asam empedu dalam feses dan
terganggunya sirkulasi enterohepatik. Pengeluaran asam empedu akan
menstimulasi hati untuk membentuk asam empedu dari kolesterol darah
38
sehingga terjadi penurunan kadar kolesterol dalam darah khususnya LDL,
namun efek yang dihasilkan tidak sebagus statin, karena peningkatan sintesis
kolesterol hepatik sebanding dengan produksi VLDL hepatik. Contoh obat
golongan BAR antara lain kolestiramin dan kolestipol.
c. Niasin (Asam Nikotinat)
Mekanisme kerja niasin adalah menurunkan sintesis VLDL hepatik yang
berujung pada penurunan jumlah LDL. Niasin menginhibisi lipolisis yang
menyebabkan penurunan VLDL, juga dengan menurunkan katabolisme HDL
sehingga kadarnya meningkat. Niasin dapat menurunkan kadar LDL hingga
5-25%, dan kadar trigliserida 20-50%, juga meningkatkan kadar HDL
sebanyak 15-35%.
d. Asam Fibrat
Mekanisme kerja asam fibrat adalah dengan meningkatkan lipoprotein lipase
dan mengurangi sekresi VLDL dari hati ke plasma. Asam fibrat menghambat
ikatan asam lemak rantai panjang dengan trigliserida yang baru terbentuk
sehingga mempercepat pengeluaran kolesterol dari hati dan meningkatkan
ekskresi kolesterol dalam feses. Contoh obat turunan asam fibrat adalah
gemfibrozil, klofibrat, dan fenofibrat.
e. Ezetimibe
Ezetimibe bekerja menurunkan kolesterol dalam darah dengan mengurangi
absorbsi kolesterol di usus. Ezetimibe diabsorbsi dan dimodifikasi oleh
uridine-5-diphosphate glucuronosyl transferase di usus halus dan hati.
Bentuk glukuronidase dari ezetimibe diekskresikan dalam asam empedu dan
dikirim ke rongga usus untuk menghambat absorpsi kolesterol. Ezetimibe
menyerang transporter sterol (NPC1L1) yang bertanggung jawab terhadap
pengambilan kolesterol dan fitosterol dalam tubuh. Kelebihan dari ezetimibe
adalah tidak memengaruhi absorbsi vitamin larut lemak karena spesifik
menghambat absorpsi kolesterol dan sterol lainnya.
PENGOBATAN BERDASARKAN TIPE HIPERLIPIDEMIA
Tipe Hiperlipidemia Pilihan Obat Kombinasi Terapi
39
I Tidak diindikasikan -
II a
StatinKolestiramin atau
kolestipolNiasin
Niasin atau BARStatin atau Niasin
Statin atau BAREzetimibe
II b
Statin
FibratNiasin
BAR, turunan asam fibrat, atau Niasin
Statin, Niasin, BARStatin atau Fibrat
Ezetimibe
III FibratNiasin
Statin atau NiasinStatin atau Fibrat
Ezetimibe
IV FibratNiasin
NiasinFibrat
V FibratNiasin
NiasinMinyak Ikan
Keterangan :
- Kombinasi terapi antara BAR dengan statin adalah rasional, karena
reseptor LDL akan meningkat, mengarah ke penurunan kadar LDL yang
meningkat, penghambatan sintesis kolesterol intraselular, dan sirkulasi
asam empedu enterohepatik dihambat.
- Kombinasi ezetimibe dan statin rasional karena pengurangan LDL
meningkat hingga 12-20% ketika dikombinasikan.
- Interaksi antar obat dapat dihindari dengan interval waktu pemberian
obat, misal setidaknya 6 jam antara pemberian BAR dengan obat lain.
- Niasin dosis rendah dapat dikombinasikan dengan statin atau gemfibrozil
untuk meminimalkan efek samping dan meningkatkan efek respon yang
diinginkan. Kombinasi ini memerlukan pengawasan yang ketat karena
dapat terjadi interaksi.
- Kombinasi terapi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan setelah
penggunaan monoterapi yang tidak memberikan efek yang diinginkan.
- Regimen pengobatan yang bertujuan meningkatkan HDL, harus
menyertakan gemfibrozil atau niasin.
40
- Secara umum, statin dan BAR, atau niasin dan BAR, memberikan
pengurangan kolesterol total dan LDL yang paling besar. Namun, harus
diingat bahwa kombinasi statin dengan obat-obat ini dapat meningkatkan
resiko hepatotoksisitas atau myositis.
4.7. Hasil Terapi yang Diinginkan
Tujuan pengobatan adalah untuk menurunkan kolesterol total dan LDL agar
mengurangi resiko yang pertama atau berulang seperti infark miokardia, angina,
gagal jantung, stroke iskemia, atau bentuk penyakit arteri perifer lainnya seperti
stenosis karotid atau abdominal aortic aneurysm (Wells et al., 2009).
4.8. Evaluasi Hasil Terapi
Evaluasi terapi jangka pendek terapi untuk hiperlipidemia didasarkan pada
respon terhadap diet dan terapi oleh obat yang diperiksa di laboratorium klinis
dengan mengukur kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida untuk pasien
yang dirawat untuk intervensi primer, seperti halnya juga untuk menanggapi
respon pada intervensi sekunder. Hasilnya tergantung pada tingkat keparahan
penyakit, dan pasien yang memiliki beragam faktor risiko, harus dipantau lebih
sering. Pengukuran laboratorium lainnya yang digunakan meliputi kadar protein
C-reaktif, homocysteine, apolipoprotein B, dan lipoprotein. Karena banyak pasien
yang dirawat karena hiperlipidemia primer tidak menunjukan tanda gejala dan
mungkin tidak memiliki manifestasi klinik dari gangguan lipid genetik seperti
xanthomas atau eruptions, monitoring dan hasilnya tergantung pada hasil
pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang dirawat dengan intervensi sekunder,
gejala penyakit aterosklerosis (misalnya, angina atau intermittent claudication)
dapat membaik dalam kurun waktu bulan sampai tahunan. Pada pasien yang
memiliki xanthomas atau manifestasi hiperlipidemia lainnya, lesi yang
ditimbulkan harus diterapi. Pengukuran kadar lipid seharusnya dilakukan pada
saat puasa untuk meminimalisir gangguan pengukuran oleh kilomikron. Ketika
kondisi pasien sudah stabil, pemantaun diperlukan pada interval 6 bulan sampai 1
tahun (Dipiro et al., 2008).
Pasien dengan beragam faktor risiko dan memikili PJK harus dipantau dan
dievaluasi untuk kemajuan terapi dari beragam faktor risiko tersebut, seperti
41
hipertensi, pengurangan merokok, olahraga dan pengontrolan berat badan, dan
kontrol kadar gula jika diabetes. Tujuannya adalah untuk menjaga tekanan darah
<130/80 mm Hg, terutama untuk pasien dengan diabetes atau gangguan ginjal,
berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, berolahraga setidaknya 20 menit
per hari atau minimalnya tiga kali per minggu, dan menjaga kadar glukosa
plasmanya <100 mg/dL (Ambang batas untuk intoleransi glukosa). Evaluasi
invasif, seperti karakterisasi jantung, berguna pada pasien yang memiliki PJK dan
biasanya digunakan untuk perencanaan revaskularisasi dari pada melakukan
pemantauan dalam terapi penurunan lipid (Dipiro et al., 2008).
Evaluasi dari terapi diet merupakan bagian dari evaluasi hasil dalam terapi
hiperlipidemia, dan bantuan terapi diet juga direkomendasikan untuk
memaksimalkan hasilnya. Penggunaan buku harian diet dan recall survey
instruments memungkinkan dalam pengumpulan informasi yang sistematis
tentang diet dan mungkin akan meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
rekomendasi diet. Pasien yang menjalani terapi resin harus memiliki profil
lipoprotein dalam keadaan puasa dan diperiksa setiap 4 sampai 8 minggu, hingga
dosis yang stabil tercapai; trigliserida harus diperiksa pada penggunaan obat
dengan dosis yang stabil untuk memastikan kadarnya tidak meningkat. Niasin
membutuhkan uji awal fungsi hati, asam urat, dan glukosa. Uji ulang sebaiknya
dilakukan pada dosis 1000 – 1500 mg/hari. Gejala miopati atau diabetes
sebaiknya dicari penyebabnya dan mungkin memerlukan penetapan kreatinin
kinase dan glukosa. Pasien dengan diabetes memerlukan pemantauan lebih sering.
Kadar lipoprotein saat puasa diukur 4 sampai 8 minggu setelah pemberian dosis
awal atau setelah terjadi perubahan dosis statin yang semestinya. Tes fungsi hati
seharusnya dilakukan pada tahap awal dan secara rutin dilakukan setelahnya
berdasarkan informasi yang didapatkan; para ahli percaya bahwa hepatotoksik dan
miopati dapat dipicu oleh gejala-gejala tersebut, sehingga diperlukan pemantauan.
Terapi menggunalan ezetimibe membutuhkan sedikit pemantauan khusus (Dipiro
et al., 2008).
4.9. Kajian Resep
4.9.1. Resep 1
42
A. Kajian Administratif
No. Kriteria Ada Tidak
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
3 Alamat dokter / RS √
4 Tanggal penulisan resep √
5 Tandatangan dokter √
6 Nama pasien √
7 Alamat Pasien √
8 Umur √
9 Jenis kelamin √
10 Berat badan √
11 Superscription (tulisan R/) √
12 Subscription (obat /formula) √
13 Inscription (pembuatan) √
14 Signa (aturan pakai) √
43
B. Kesesuaian Farmasetik
No. Kriteria Sesuai Tidak sesuai
1 Bentuk dan kekuatan sediaan √
2 Stabilitas √
3 Kompatibilitas
(Ketercampuran )
√
C. Pertimbangan Klinis
1. Subjektif
Nama pasien : Ny. Suwarti
Tidak ada data umur, berat badan, dan keluhan pasien.
2. Objektif
Hasil pemeriksaan kimia klinis
No.
Jenis pemeriksaan
Hasil Satuan Nilai normal Kesimpulan
1 Gula darah sewaktu
139 mg/100 ml 70-180 Normal
2 Kolesterol total 235 mg/100 ml 140-200 Cukup tinggi3 Asam urat 5,2 mg/100 ml Lk. 3,4-7
Pr. 2,4-5,7Normal
3. Assessment
a. Analisis obat yang diberikan
Brainact 500 mg (mengandung citicoline 500 mg)Indikasi - Gangguan kesadaran akibat cedera kepala, bedah otak, dan
infark serebral stadium akut- Meningkatkan rehabilitasi anggota gerak atas dan bawah pada
hemiplegia akibat apopleksi serebralKesesuaian Dosis
- 100-500 mg, 1 atau 2 kali sehari IV/IM : gangguan kesadaran akibat cedera otak atau bedah otak
- 1000 mg sekali sehari IV selama 2 minggu : gangguan kesadaran akibat infark serebral stadium akut
Kesesuaian Durasi
Frekuensi pemberian 2 kali sehari sudah sesuai
Mekanisme kerja
Sebagai prekursor fosfolipid, menghambat deposisi β amiloid di otak, meningkatkan neurotransmiter norepinefrin, dopamin, dan
44
serotonin, membentuk asetilkolin, menghambat aktivitas fosfolipase dan sfingomielinase, dan memberikan efek neuroproteksi.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, pemberian bersama dengan Levodopa
Efek Samping Syok, ruam-ruam, psikoneurologik, gastrointestinal, fungsi hati abnormal, diplopia.
Neurotam 1 gr (Piracteam)Indikasi - Kapsul 400 mg, Kaplet salut selaput 800 mg dan 1200 mg :
gejala-gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut, kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, reaksi psikomotorik yang terganggu.
- Alkoholisme kronik dan adiksi. Pengobatan detoksikasi (untuk gangguan karena penghentian obat yang secara mendadak, gangguan selera makan dan defisiensi).
- Gejala pasca-trauma. Disfungsi serebral sehubungan dengan akibat pasca-trauma (sakit kepala, vertigo, agitasi, gangguan ingatan).
- Sirup : Pengobatan gangguan tingkah laku pada anak-anak, misalnya pada anak-anak yang hiperkinetik, enuresis.
- Pada kondisi yang berat, pengobatan infark serebral : injeksi IV atau IM
Kesesuaian Dosis
- Dosis lazim : 3 x 1 gram per hari- Kasus akut : dosis per hari 3 - 9 g, 3-4 kali per hari- Kasus gawat : infus terus-menerus dengan dosis sampai 12
gram per hari.Kesesuaian Durasi
Frekuensi pemberian 3 kali sehari sudah sesuai
Mekanisme kerja
Sebagai nootropik dan neurotonik/neurotopik→ analog GABA → meningkatkan aliran darah di otak, aktivator serebral
Kontraindikasi
Pada penderita dengan kerusakan ginjal yang berat (bersihan kreatinin di bawah 20 ml/menit). Hipersensitivitas.
Efek Samping Keguguran, mudah marah, sukar tidur, gelisah, gemetar, agitasi, lelah, mengantuk, mual, muntah, diare, gastralgia, sakit kepala, vertigo, mulut kering, libido meningkat, menambah berat badan dan sebagian besar reaksi hipersensitif penyakit kulit. Pada kebanyakan kasus, pengurangan dosis cukup untuk menghilangkan semua efek samping.
anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12Kesesuaian Dosis 500 μg 3 kali sehariKesesuaian Durasi Frekuensi pemberian 3 kali sehari sudah sesuai
45
Mekanisme kerja Sebagai nootropik dan neurotonik/neurotopikPerhatian Hentikan pemakaian bila tidak ada perubahan setelah
penggunaan selama beberapa bulan. Bayi baru lahir, bayi prematur, dan anak-anak.
kematian karena penyakit jantung koroner, stroke- Dislipidemia
Kesesuaian Dosis
- Dewasa : dosis awal 20-40 mg sekali sehari- Pasien dengan PJK/PJK ekivalen : dosis awal 40 mg sekali
sehari- Rentang dosis : 5-80 mg sehari
Kesesuaian Durasi
Frekuensi pemberian 1 kali sehari sudah sesuai (di malam hari)
Mekanisme kerja
Inhibitor HMG-CoA (Hidroksimetilglutaril-CoA) reduktase → menurunkan sintesis kolesterol di hati → menurunkan konsentrasi serum kolesterol total, LDL, VLDL, apo B, dan trigliserida. Dapat memperlambat progresi aterosklerosis di arteri koroner, antiinflamasi.
Kontraindikasi
Penyakit hati (peningkatan serum aminotransferase), kehamilan, menyusui, hipersensitivitas
Efek Samping Infeksi saluran pernafasan atas, sakit kepala, nyeri perut, konstipasi, mual, myopati.
46
Candesartan (sebagai candesartan cilexetil)Indikasi - Hipertensi : tunggal atau kombinasi dengan obat hipertensi lain,
bisa digunakan pada pasien hipertensi dengan CKD (penyakit ginjal kronis), diabetes melitus, atau gagal jantung.
- Gagal jantung kongestif : pilihan kedua bila intoleran terhadap inhibitor ACE
- Diabetes nefropati : sebagai pilihan pertamaKesesuaian Dosis
- Dewasa : dosis awal, 16 mg sekali sehari- Dosis terapetik : 8-32 mg sehari (dosis tunggal atau 2 dosis
terbagi)Kesesuaian Durasi
Frekuensi pemberian 1 kali sehari sudah sesuai
Mekanisme kerja
Antagonis reseptor angiotensin II → menghambat pengikatan angiotensin II pada resptor AT1 di berbagai jaringan (otot polos vaskular, kelenjar adrenal) → menghambat pelepasan aldosteron dan efek vasokonstriksi → menurunkan tekanan darah
Parameter Kondisi yang ditemukanObat tanpa indikasi -Indikasi tidak terobati -Salah pemilihan obat -Dosis subterapetik -Overdosis/toksisitas -Efek samping -Interaksi obat - Aspirin-candesartan (moderate)
NSAID menurunkan efek antihipertensi candesartan, penggunaan bersama keduanya menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Pasien disarankan mengecek rutin tekanan darah dan fungsi ginjal selama penggunaan keduanya. Interaksi diharapkan tidak terjadi pada dosis rendah aspirin.- Simvastatin-makanan (mayor)Grapefruit dan grapefruit juice meningkatkan secara signifikan konsentrasi simvastatin dalam darah → toksisitas otot rangka → rhabdomyolisis : nyeri otot.Serat (oat bran dan pektin) menurunkan efek simvastatin → diberi jeda minimal 2 atau 4 jam antara makan serat dan simvastatin.- Candesartan-makanan (moderate)Makanan/suplemen kaya kalium harus dihindari →
47
meningkatkan risiko hiperkalemia pada pasien yang mengonsumsi ARB.
Gagal mencapai terapi -
c. Kesimpulan Penyakit
Dari obat-obat yang diberikan dokter, pasien diduga mengalami
hiperlipidemia, hipertensi, dan infark serebral akut/stroke iskemik.
Hipertensi merupakan faktor risiko hiperlipidemia. Hiperlipidemia dan
hipertensi merupakan faktor risiko stroke iskemik. Pada kasus ini,
berdasarkan penyebabnya pasien dikategorikan mengalami hiperlipidemia
sekunder dimana kemungkinan hiperlipidemia terjadi karena faktor gaya
hidup dan asupan berlebih lemak jenuh dan kolesterol. Tipe gangguan
lipid yang spesifik tidak dapat ditentukan karena tidak ada data nilai
LDL-C, HDL-C, dan trigliserida. Begitu pula dengan tipe hipertensi tidak
dapat ditentukan karena tidak ada data tekanan darah pasien. Hubungan
antara berbagai penyakit tersebut adalah kemungkinan berawal dari
hipertensi yang tidak terkontrol, ditambah faktor lain (gaya hidup, pola
makan) berkembang menjadi penyakit hiperlipidemia, dan hiperlipidemia
yang tidak terkontrol berkembang menjadi penyakit stroke iskemik.
4. Planning
a. Rencana terapi
- Tujuan Terapi
1. Menurunkan risiko/terjadinya kembali infark myokard,
angina, gagal jantung, stoke iskemik, dan penyakit arteri
2 x 1 ampul sehari Untuk gangguan kesadaran akibat infark serebri akut, brainact sebaiknya mulai diberikan dalam waktu 2 minggu pasca stroke.Pemberian IV : IV lambat.
Injeksi neurotam 1 gr
3 x 1 ampul sehari Pengobatan infark serebral dapat diberikan dalam bentuk injeksi IV atau IM
Lapibal 500 μg 3 x 1 kapsul sehari Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan
Proxime 1 x 1 tablet sehari Diberikan sesudah makanSimvastatin40 mg
1 x 1 tablet sehari Diminum malam hari bersama atau tanpa makanan
Candesartan8 mg
1 x 1 tablet sehari Diberikan bersama atau tanpa makanan
Kartu minum obat
Hari Pagi Siang Malam
Senin LapibalCandesartan Lapibal
LapibalProxime
Simvastatin
Selasa LapibalCandesartan Lapibal
LapibalProxime
Simvastatin
Rabu LapibalCandesartan Lapibal
LapibalProxime
Simvastatin
Kamis LapibalCandesartan
ProximeSimvastatin
Jumat Candesartan ProximeSimvastatin
b. Terapi non farmakologi
- Olahraga teratur dengan intensitas sedang 30 menit per hari
minimal 3 kali dalam seminggu disertai penghentian merokok.
Pasien dengan CAD risiko tinggi harus dievaluasi sebelum
melakukan aktivitas fisik yang berat. Contoh olahraga : latihan
aerobik teratur seperti joging, tenis, renang bersepeda
- Menurunkan berat badan terbukti dapat membantu menurunkan