No. Kode : LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS) Oleh : Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP. Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2 0 1 1
38
Embed
LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PERBANYAKAN BENIH …sampel.malut.litbang.pertanian.go.id/assets/file/LAPORAN_AKHIR... · KATA PENGANTAR Laporan akhir tahun kegiatan perbanyakan benih sumber
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
No. Kode :
LAPORAN AKHIR TAHUN 2011
PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS)
Oleh :
Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP.
Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2 0 1 1
LAPORAN AKHIR TAHUN 2011
PERBANYAKAN BENIH SUMBER (FS) PADI UNIT PENGELOLAAN BENIH SUMBER (UPBS)
Oleh :
Wawan Sulistiono, SP., MP. Agus Hadiarto, SP. Robinson Putra, SP. M. Seni Kulle, STP.
Drs. M. Syukur. Musa Waraiya, SPt. Yayat Hidayat, SP. Munafri L Lagarutu
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA
2 0 1 1
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 2011
1. Judul Kegiatan : Perbanyakan Benih Sumber (FS) Padi Unit
Pengelelolaan Benih Sumber (UPBS)
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara
3. Alamat Unit Kerja : Tidore Kepulauan – Maluku Utara
4. Penanggung Jawab
a. Nama : Wawan Sulistiono, SP., MP.
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/III.b
c. Jabatan
c.1. Struktural : -
c.2. Fungsional : c. Peneliti
5. Lokasi Kegiatan : Wasile, Halmahera Timur
6. Status Kegiatan : Baru
7. Tahun dimulai : 2011
8. Tahun ke- : I. 2011
II. -
9. Biaya Kegiatan TA.2010 : Rp. 206.119.000,- (Dua ratus enam juta seratus sembilan belas ribu rupiah)
waktu di lapangan dan berkelanjutan untuk mendukung program strategis
peningkatan produksi padi di Maluku Utara. Pelaksaan produksi dilaksanakan di
lahan petani melalui sistem kerjasana dengan petani serta lahan sendiri. Lokasi
kegiatan ini adalah desa Mekarsari dan Bumirestu Kec. Wasile Kabupaten
Halmahera Timur. Dalam memenuhi kelayakan sertifikasi, pengawasan mulai di
lapangan sampai pasca panen bekerjasama dengan balai sertifikasi benih Prov.
Maluku Utara. Input produksi yang digunakan merupakan hasil analisa
kebutuhan di lapangan (AKL). AKL dilakukan melalui pengamatan lahan
langsung (uji kesuburan tanah) dan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi
serta hama penyakit yang dominan.
Benih yang diproduksi adalah benih Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari
13 dengan kelas benih FS. Target produksi benih yang dihasilkan adalah 4 ton
benih SS per ha. Pada lahan produksi 10 ha tersebut, ditargetkan menghasilkan
benih 40ton SS. Volume benih ini direncakan akan ditanam oleh petani
penangkar ataupun petani non penangkar dengan total luas 1600 ha dengan
catatan kebutuhan benih per ha 25kg, untuk selanjutnya dihasilkan kelas benih
ES. Sehingga ke depan kebutuhan benih padi di Maluku Utara dapat terpenuhi
secara mandiri (swasembada benih)
Kata Kunci: Benih bermutu, benih padi, peningkatan produksi, Halmahera Timur.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………….. I Kata Pengantar ………………………………………………………………………………. ii Ringkasan ………………………………………………………………………………………. iii Daftar isi …………………………………………………........................................ iv Daftar Tabel …………………………………………………................................... v
Daftar Gambar …………………………………………………................................ vi
I PENDAHULUAN ………………………………………………….............................. 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………........................ 1 1.2. Justifikasi …………………………………………………............................... 2 1.3. Perumusan Masalah ……………………………….................................... 2 1.4. Tujuan ………………………….…………………………………………………........ 3 1.5. Perkiraan keluaran …………..…………………………………………………...... 3
II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………........................ 4 1.1. Teknik Produksi Benih Padi Inbrida ……………….............................. 4
III METODOLOGI ………………………………………………………......................... 13 3.1. Waktu dan Tempat ……………………………………............................... 13 3.2. Alat dan Bahan ……………………………………………………………............. 13 3.3. Pelaksanaan Produksi …………………………………………....................... 14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………................ 15 4.1. Hasil …………………………………………….......................................... 15
4.1.1. Penentuan calon petani/lahan …………….…………………………………… 15 4.1.2. Budidaya dan Teknik Produksi Benih Padi Inbrida …………………..... 16
4.2. Pembahasan……………………… 21
V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………................ 26 5.1. Kesimpulan ………………………………………………….............................. 26 5.2. Saran …………………………………………………...................................... 26
VI KINERJA HASIL PENGKAJIAN …………………………………………………........... 27 DAFTAR PUSTAKAN ……………………………………………………………………………….. 29
DAFTAR TABEL
NO Tabel hal.
1. Rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah menggunakan PUTS... 5
2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut pada lahan petani …….. 16
3. Karakter tanaman yang di roguing per fase pertumbuhan padi............... 21
4. Karakteristik varietas padi yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut.………. 24
DAFTAR GAMBAR
NO Gambar hal.
1. Penyiangan gulma padi menggunakan penyiangan tipe landak……………. 7
2. Proses pengeringan benih padi menggunakan sinar matahari di Haltim …………. 9
3. Kemasan benih dengan kemasan plastik kedap udara …………..……………. 10
4. Blok lahan II dan III UPBS ……………………………..……………………………….. 15
5. Blok lahan I UPBS …………………………………………………………………………… 16
6. Varietas Inpari 6 dan Inpari 10 yang ditanam di lahan produksi ………….. 17
7. Varietas Inpari 1 dan Inpari 13 yang ditanam di lahan produksi ………….. 17
8. Sistem pengairan intermittent . Sistem tanam jajar legowo 2:1 18
9. Penyiangan gulma dengan sistem kimia dengan herbisida pratumbuh
dan penggunaan penyiang tipe landak ………………………………………………
19
10. Pemberian dolomit di lahan dan pemupukan I (KCl) …………………………… 19
11. Pupuk kandang yang diaplikasikan di persemaian ………………………………. 20
12. Perawatan tanaman sekaligus roguing yang dilakukan di fase vegetatif
awal di lahan produksi ……………………………………………………………………..
20
13 Pengembalian dan pembenaman jerami padi saat pengolahan tanah II
di lokasi produksi UPBS BPTP Malut …………………………………………………..
22
14 Sarasehan petani dengan Ka.Dinas Pertanian Kab. Haltim dan Kepala
BPTP Malut di areal devisi produksi UPBS BPTP Malut
27
15 Upaya percepatan adopsi teknologi varietas dan komponen PTT oleh
deta sharing ……………………………………………………………………………………
27
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan usaha tani padi, benih diposisikan sebagai salah satu
komponen yang penting menentukan produksi dan pendapatan petani.
Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi jumlah pemakaian benih,
pertanaman menjadi seragam sehingga memiliki daya ketahanan terhadap gulma
dan serangan hama/penyakit. Kombinasi faktor ini dapat memberikan tambahan
hasil panen antara 5-20% (Anonimous, 2007). Benih berperan sebagai
penghantar teknologi yang terkandung dalam potensi genetik varietas kepada
petani. Sifat-sifat masing varietas seperti tekstur nasi, kadar amilosa, potensi
hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta anjuran tanam akan
memberikan peluang preferensi yang lebih luas mulai dari pasar sampai petani,
serta produsen benih itu sendiri.
Penyediaan sumber benih menempati posisi strategis untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin mendesak yang didasarkan oleh asas 6 tepat
(ketepatan jenis, volume dan waktu). Unit pengelolaan benih sumber (UPBS)
keberadaanya menjad urgent sebagai salah satu elemen sistem perbenihan yang
kuat dan berkelanjutan yang mampu menyediakan ketersediaan benih bermutu.
UPBS di tingkat BPTP dapat mengembangkan benih BS/FS untuk menghasilkan
benih FS/SS yang akan disebar ke produsen benih agar sampai ke petani
(Suyamto dkk, 2007).
BPTP Maluku Utara yang berperan sebagai element pengantar inovasi
teknologi badan Litbang Pertanian di Maluku Utara mengambil peranan dengan
mengusahakan unit pengelolaan benih sumber padi. Hal ini diharapkan mampu
membantu penyediaan benih padi bermutu spesifik lokasi dan mendukung
pencapaian target produksi serta produktivitas padi di Maluku Utara.
1.2. Justifikasi
Pemanfaatan benih padi bermutu/bersertifikat oleh petani di Maluku Utara
belum dapat dihitung secara pasti. Dari laporan balai sertifikasi dan pengawasan
mutu benih Provinsi Maluku Utara, dapat disimpulkan bahwa belum terbentuk
sistem perbenihan yang mampu menyediakan benih sumber secara formal yang
memenuhi 25% kebutuhan petani. Penyediaan benih sebagian besar diusahakan
secara informal oleh petani sehingga tidak memiliki standar mutu benih yang
terjamin. Hal tersebut membuat potensi hasil dan sifat ketahanan terhadap hama
dan penyakit mengalami penurunan/segregasi sifat unggul (rerata produksi
belum mencapai 5 t/ha GKG).
Sebagai salah satu upaya mengatasi masalah diatas, dilakukan program
perbenihan bermutu komoditas padi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
penggunaan benih unggul berkualitas/bersertifikat dan secara simultan
meningkatkan produktivitas padi di Maluku Utara. Upaya tersebut selaras dengan
kegiatan mendukung program peningkatan produksi beras nasional, dimana salah
satu komponen adalah penyediaan benih sumber yang menyangkut pengendalian
mutu benih. Unit pengelola benih sumber (UPBS) bersama dengan Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) memiliki tanggung jawab dalam
pengendalian mutu benih kelas FS, SS, dan ES (Sembiring H dan N. Widiarta,
2008). Dengan langkah ini diharapkan selain percepatan inovasi teknologi badan
litbang pertanian, juga membantu mengatasi masalah hambatan ketersediaan,
mutu, dan volume benih di Maluku Utara sehingga menjadi terpenuhi
berdasarkan asas enam tepat.
1.3. Perumusan Masalah
Benih adalah komponen materi genetik, dalam budidaya juga merupakan
komponen paket teknologi utama. Hal ini dilandaskan dengan materi genetik
yang baik (faktor genetik) yang dibawa dalam sebutir benih, akan terekspresikan
ciri/vigor tanaman yang baik pula. Dalam kondisi tekanan lingkungan yang
berbeda, sifat genetik benih tersebut akan berbeda pula dalam penampakan
fenotifnya. Oleh karena itu keberadaan spesifik lokasi menjadi penting terhadap
sifat fenotif tanaman untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi maksimal.
Perlunya produksi benih in situ selain memenuhi syarat enam tepat
seperti waktu, volume, harga, dan terutama jenis yang sesuai dengan lingkungan
spesifik lokasi. Dari hal tersebut, pengusahaan benih dalam bentuk UPBS di lokasi
sentra pertanaman padi terutama di Halmahera Timur, akan menjadi upaya
memenuhi tantangan tersebut. Selain faktor diatas, perlunya perbanyakan benih
padi unggul di Maluku Utara (Halmahera TImur) karena daerah ini belum
mencapai swasembada benih serta terjadi palandaian produksi padi karena
penggunaan benih varietas lama yang ditanam secara terus menerus seperti
Cisantana. Hal ini dikhawatirkan menimbulkan resistansi hama tertentu karena
terpatahkan toleransi genetik serta menganggu keseimbangan lingkungan.
Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, upaya pernbanyakan benih
sumber yang bermutu dan jenis VUB akan mengatasi masalah produksi dan
sekaligus perlindungan tanaman disamping meningkatkan pendapatan petani.
Ditingkat kebijakan, akan membantu program peningkatan produksi dan
pendapatan dan kesejahteraan petani.
1.4. Tujuan
Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini adalah (1) menyediakan dan
mengembangkan sektor perbenihan formal yang efektif yang mampu mensuplai
minimal 50% kebutuhan benih padi di Maluku Utara melalui UPBS BPTP Maluku
Utara; (2) bekerja sama dengan petani/gapoktan penangkar benih padi,
memantapkan sistem kelembagaan perbenihan padi yang efektif dan mandiri
serta berkelanjutan di Maluku Utara; (3) memberi dukungan/menyediakan stok
benih bagi kegiatan peningkatan produksi padi bagi dinas terkaid di Maluku
Utara.
Tujuan tahun berjalan (2011)
Tujuan tahun berjalan (2011) kegiatan perbanyakan benih sumber UPBS
BPTP Malut adalah:1) Memproduksi benih sumber padi kelas SS yang
bersertifikat minimal 30 ton; 2) Mendistribusikan keseluruhan benih yang
dihasilkan ke pengguna; 3) Membina kelompok tani kooperatif penangkar benih
padi minimal dua gapoktan dalam sistem penangkaran.
1.5. Perkiraan keluaran
Keluaran yang diharapkan dari perbanyakan benih sumber UPBS BPTP
Malut selama tahun berjalan adalah: (1) unit pengelolaaan benih sumber kelas
SS untuk komoditas padi sawah di kawasan Maluku Utara sebanyak 40 ton benih
kelas SS; (2) adanya perubahan sistem pemasaran benih bersertifikat di Maluku
Utara yang lebih efektif dan efisien memenuhi syarat 6 tepat, yang
menguntungkan bagi UPBS dan konsumen benih berdasarkan preferensi dan
spesifik lokasi Maluku Utara (3) BPTP Maluku Utara menjadi pemain/penentu
dalam produksi benih padi di Maluku Utara, (4) adanya kemitraan dengan
kelompok tani/petani penangkar benih padi (binaan) yang memiliki ketrampilan
perbenihan dan pasar, (5) Adanya kerjasama lebih baik dalam kebijakan
pertanian tanaman pangan pada tingkat pemda Kabupaten dan Provinsi. Dalam
hal kesepakatan pemenuhan benih dan tenaga pendamping inovasi teknologi
serta dalam bentuk lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknik Produksi Benih padi Inbrida
Pembudidayaan tanaman untuk benih secara khusus memiliki perbedaan
dengan teknik budidaya untuk produksi non benih atau konsumsi. Terdapat
tahap-tahap tertentu yang harus dipenuhi dan disepakati oleh penangkar benih
dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Hal tersebut telah diamanatkan
dalam UU No12/1992 tentang sistem Budidaya Tanaman dan diperkuat oleh
Peraturan Pemerintah No.44/1995 tentang Perbenihan Tanaman (Nugraha dkk,
2008). Namun begitu, sistem pengelolaan tanaman secara umum memiliki
kesamaan dengan budidaya produksi yaitu pengelolaan tanaman secara terpadu
(prinsip PTT) untuk tercapainya produk yang berkualitas.
a) Penanaman.
Pada saat penanaman varietas dari suatu komoditi untuk sumber benih harus
mempertimbangkan kaidah;
(1) pemilihan lokasi : Areal yang dijadikan pilihan adalah sawah yang subur,
irigasi terjamin, bebas dari kekeringan dan banjir, bukan daerah endemik
penyakit tertentu seperti kerdil kuning atau tungro, kesesuaian varietas
sebelumnya dengan yang akan ditangkarkan, serta mudah diakses. Ini berlaku
WBC dan penggerek batang, serta mengurangi kerusakan tanaman karena
serangan hama tikus (Yulia dkk, 2008).
Pengendalian hama penyakit dilakukan secara terpadu antara mekanik
fisik dan kimia. Pada umur tanaman 18 hari setelah tanam (HST) hama yang
penting adalah serangan sundep. Oleh karena itu dilakukan monitoring ngengat
dan dilakukan pencarian telur penggerek batang. Hasil yang didapat dari
pengencarian kelompok telur penggerek, 4000 kelompok telur dalam 1 ha. Rata-
rata dalam satu kelompok telur terdiri 50-200 telur. Di persemaian, didapat 250
kelompok telur. Pada pengendalian gulma dilakukan secara kimia dan makanik.
Hal ini untuk efisiensi tenaga kerja untuk penggunaan herbisida dan perbaikan
aerase perakaran untuk penggunaan penyiang tipe landak.
Gambar 9. Penyiangan gulma dengan sistem kimia dengan herbisida pratumbuh
dan penggunaan penyiang tipe landak. Pupuk yang digunakan disesuaikan dengan rekomendasi PUTS dan
kondisi tanah. Untuk lahan gejala asam-asaman digunakan pupuk ZA sebagai
sumber N, dengan penambahan pupuk kandang 1,5 ton/ha dan pemberian
dolomit untuk menaikkan pH tanah. Dosis dan waktu pemupukan adalah
pemupukan I umur 2 MST dengan pupuk 80kg ZA, 100kg SP-36 dan 100kg KCl.
Pemupukan II saat umur 4 MST dengan dosis dan macam pupuk 90kg ZA dan
50kg NPK Phonska. Pemupukan III dilakukan 7 MST dengan pupuk 80kg ZA dan
50kg NPK Phonska. Pupuk kandang dan dolomit diberikan sebelum setelah
pengolahan tanah II dan sebelum tanam. Pemberian ZnSO4 diaplikasikan secara
semprot saat umur tanaman 17, 28, dan 32 hst dengan dosis 0,5% ZnSO4.
Gambar 10. Pemberian dolomit di lahan dan pemupukan I (KCl).
Pemberian pupuk kandang juga diberikan di tahap persemaian selain di
lahan yang siap tanam. Dosis pemberian di persemaian adalah 1kg/m2 (Gambar
11).
Gambar 11. Pupuk kandang yang diaplikasikan di persemaian. -Roguing/seleksi off type
Dalam produksi benih sumber padi inbrida, salah satu tahap penting
adalah roguing. Roguing adalah kegiatan untuk membuang tipe simpang
(rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologinya menyimpang dari ciri-ciri
rumpun tanaman varietas yang sedang diproduksi), campuran varietas lain dan
membuang tanaman lain.
Disamping itu, tanaman yang terinfeksi oleh stem borer atau penyakit
tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang pada saat roguing. Roguing
minimal dilakukan 3 kali: fase vegetatif, fase generatif awal dan menjelang
panen.
Gambar 12. Perawatan tanaman sekaligus roguing yang dilakukan di fase vegetatif awal di lahan produksi.
Beberapa karakter tanaman perlu diperhatikan saat roguing diantaranya
seperti yang tertera dalam tabel 3.
Tabel 3. Karakter tanaman yang di roguing per fase pertumbuhan padi
No Fase Pertumbuhan Tanaman Karakter yang perlu diperhatikan
1 Tanaman vegetatif Warna daun, Sudut daun, warna pelepah, warna kaki (pelepah bagian bawah)
2 Fase awal berbunga Sudut daun bendera, jumlah malai/rumpun
3 Fase pematangan biji Warna gabah, bentuk gabah, keberadaan bulu pada ujung gabah.
4 Fase panen Kerontokan, bentuk dan ukuran gabah
4.2. Pembahasan
Penentuan calon lahan dan petani dalam unit produksi merupakan
salah satu langkah penting dan strategis dalam pencapaian target produksi dan
mutu benih bersertifikat. Lahan yang digunakan dimana telah memenuhi kriteria
calon lokasi produksi benih sumber seluas 10 ha didesa Bumirestu dan Mekarsari
Kec Wasile, Halmehara Timur.
Lahan yang digunakan adalah lahan yang telah memenuhi kriteria
pencapaian produksi maksimal. Syarat tersebut diantaranya: lahan tidak
bermasalah dengan cekaman asam-asaman yang menyebabkan tanaman
keracunan logam berat sehingga pertumbuhannya kerdil menguning. Lahan ini
dijumpai di daerah cekungan, lahan yang drainase buruk (air selalu
menggenang). Tanah ini cenderung memiliki kandungan unsur hara makro (N, P,
dan K) serta bahan organik, dan unsur hara mikro Zn dan SO4 relatif rendah
(Gamal dkk, 2006). Oleh karena itu, selain pemilihan lahan yang tanahnya relatif
sehat, juga dilakukan pemberian beberapa input produksi yang dapat
menurunkan hambatan faktor pembatas tersebut. Input produksi yang diberikan
berupa pupuk kandang (1,5-3ton/ha), pupuk kimia N yang tidak bereaksi masam
dan mengandung sulfur yaitu ZA, pemberian KCl dengan dosis 100kg/ha, serta
SP-36 100kg/ha. Pemberian pupuk tersebut diharapkan mengatasi kendala
hambatan produksi. Hal ini dikarenakan belum optimalnya hasil tanaman padi di
lahan sawah di berbagai daerah dapat disebabkan oleh kahat hara belerang (S),
seng (Zn), dan tembaga (Cu) (Anonimous, 2006).
Sementara itu menurut Wahyuni S (2011), pemilihan lokasi untuk
produksi benih sumber padi inbrida, dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Lokasi subur dengan air irigasi dan saluran drainase baik
2. Bersih dari sisa-sisa tanaman/varietas lain
3. Bersih dari gangguan hama/penyakit
4. Sedapat mungkin satu lokasi ditanami oleh satu varietas yang sama. Bila tidak
mungkin, maka pengolahan tanah dilakukan secara sempurna untuk iradikasi
tanaman voluntir yang berasal dari gabah yang jatuh dari pertanaman musim
sebelumnya.
Sementara itu, pemberian unsur hara melalui pupuk harus mengacu
pada spesifik lokasi/kebutuhan tanah/tanaman. Sebagai contoh pupuk yang
diberikan pada kondisi lahan yang diduga terdapat gejala tanah masam seperti
hanya unsur K (pupuk KCl), dan ZA. Unsur K berperan penting dalam fotosintesis
karena secara langsung meningkatkan fotosintesis dan indeks luas daun, serta
meningkatkan translokasi hasil fotosintesis keluar daun dan ada korelasi positip
dengan peningkatan jumlah dan panjang akar tanaman (Gardner et al, 1991).
Disamping itu, unsur ini relatif rendah ditanah yang menunjukkan gejala asam-
asaman. Pemberian pupuk kandang sebagai bahan organik tanah memberikan
pengaruh pada kearah perbaikan sifat-sifat tanah (fisik, kimia dan biologi). Bahan
organik memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam
perbandingan yang relatif seimbang, walaupun kadarnya kecil (Winarso, 2005).
Bahan organik juga menggunakan kompos dari pengembalian jerami padi. Di
lahan produksi dilakukan pengembalian jerami padi.
Gambar 13. Pengembalian dan pembenaman jerami padi saat pengolahan tanah II di lokasi produksi UPBS BPTP Malut.
Penggunaan jerami padi sebagai bahan organik telah sering diteliti dan
pada umumnya memberikan pengaruh yang positif. Dari penelitian Juliardi dan
Supriyatno (1995) dalam Karim M (2007), menunjukkan bahwa pemberian bahan
orgaik (jerami padi) dikombinasikan dengan pupuk N meningkatkan hasil gabah
sebanyak 9,4% pada MKI dan 6,1% pada MKII dibanding tanpa pemberian
bahan organik (jerami padi).
Pada sistem tanam jajar legowo tipe 2:1 yang diterapkan, akan
meningkatkan efek tanaman tepi dan mempermudah perawatan. Beberapa
manfaat sistem tanam jajar legowo adalah (1) Meningkatkan populasi tanaman.
Populasi tanaman di sistem jajar legowo 4:1 adalah 200.000 rumpun bahkan
untuk jajar legowo 2:1 (12,5x 25cm) mencapai 213.000 rumpun. Populasi ini
lebih tinggi 133% dari sistem tanam tegel 25 x 25 cm yang sebesar 160 rumpun;
(2) Meningkatkan efek tanaman tepi. Tanaman menjadi lebih berkembang
maksimal yaitu jumlah anakan produktif dan jumlah malai; (3) Meningkatkan
intersepsi cahaya dan turbulensi udaya hal ini penting untuk menjaga fotosintesis
dan respirasi sehingga didapatkan laju asimilasi bersih yang optimal; (4)
Memudahkan dalam perawatan dan pengendalian hama/penyakit; (5)
Memudahkan dalam panen dan proses rouging untuk produksi benih sumber.
Ditekankan lebih jauh bahwa tanam jajar legowo dianjurkan di daerah endemis
hama penyakit atau di lahan sawah yang keracunan besi (Anonimous, 2006;
Baehaki, 2011).
Varietas adalah salah satu komponen teknologi yang sangat penting.
Masing-masing varietas yang dilepas memiliki karakteristik, potensi, dan alasan
dilepas. Penanaman varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10, dan Inpari 13 di unit
produksi UPBS BPTP Maluku Utara memiliki alasan tersendiri disamping alasan
pelepasan varietas secara umum. Sebagai contoh adalah peningkatan indeks
pertanaman (IP). Untuk meningkatkan indeks pertanaman menjadi IP 300-400
diperlukan varietas genjah. Di Halmahera Timur IP tanaman padi masih 200.
Peningkatan IP sangat perpeluang menggingat lahan sawah adalah irigasi teknis
dan terdapat varietas genjah dan produksi tinggi. Menurut laporan Wawan dkk
(2009), penggunaan varietas Dodokan dan Tukad Petanu dengan sistem sisipan
dapat meningkatkan IP menjadi 400 dengan hasil rerata Tukad Petanu 4,5 ton
GKG dan Dodokan 3,7 ton/ha. Disebutkan lebih lanjut, walaupun belum
maksimal, capaian ini sudah menunjukkan jalan pencapaian peningkatan IP
menjadi 300-400 di Wasile Halmahera Timur.
Pada aspek faktor cekaman biotik yang mempengaruhi produksi,
perhatian pada endemis penyakit dan hama menjadi faktor utama. Di daerah
sentra produksi padi Halmahera Timur, merupakan daerah endemik tungro. Hal
ini dikarenakan adanya pemakain satu jenis varietas yang terus menerus seperti
Cisantana dan IR-64. Terdapat manfaat pergiliran varietas antar musim tanam
diantaranya: (1) Varietas dipilih berdasarkan kesesuaian dengan musim tanam
dan pola tanam, sehingga produktivitas antar musim tetap tinggi; (2) pergiliran
varietas antar musim dengan varietas berbeda “susunan gen-nya” akan berfungsi
sebagai penyangga bagi pembentukan biotipe hama dan strain penyakit; (3)
Pergiliran varietas yang terencana akan memudahkan dalam penyiapan benih
agar tepat jenis, tepat waktu, dan tepat mutu (Satoto, 2011).
Preferensi petani dengan varietas yang lama memang masih menjadi
kendala dan perlu perlu pengarahan. Hal ini karena varietas baru (VUB) adalah
memiliki karakteristik khusus baik sisi terhadap agroklimat maupun kimia-rasa
serta merupakan perbaikan dari varietas sebelumnya. Berikut ini karakteristik
varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Maluku Utara (Tabel 4):
Tabel 4. Karakteristik varietas padi yang diproduksi oleh UPBS BPTP Malut. Varietas Rerata hasil Potensi
hasil
Tekstur nasi dan sifat
kimia lain
Alasan Utama dilepas:
Inpari 1 7,3 t/ha 10 t/ha Pulen, kadar amilosa
22%, Indeks
glikemik 50,4
genjah (108hari), tahan
HDB, perbaikan IR64
untuk ketahanan terhadap HDB, tahan
wereng coklat biotipe2.
Inpari 6 6,82 t/ha 12 t/ha Sangat pulen, kadar
amilosa 18%, Indeks glikemik 66,2
Genjah (118hari), agak
tahan wereng coklat biotipe 2 dan 3, tahan
terhadap HDB patotipe III, IV dan VIII.
Inpari 10 4,08 t/ha 7,0 t/ha Pulen, kadar amilosa
22%,
Genjah, cocok ditanam
dilahan sawah dengan
sistem irigasi berselang 5-7 hari sekali.
Inpari 13 6,6 t/ha 8,0 t/ha Pulen, kadar amilosa
25,2g, indeks
glikemik 45
Sangat genjah, tahan
terhadap WBC biotipe
1, 2, dan 3.
(Satoto, 2011).
Untuk menunjang keberhasilan benih bermutu/bersertifikasi, diperlukan
teknik pemurnian varietas dari campuran varietas lain (CVL) dan tipe simpang
serta tanaman terinfeksi hama/penyakit tertentu. Dalam tahap ini diperlukan
langkah pemurnian dan kontrol semenjak di lapangan. Langkah dimaksud adalah
isolasi baik jarak dan waktu dan rouging. Varietas yang berbeda seperti di blok I
yang terdiri varietas Inpari !, Inpari 13, dan Inpari 6, serta blok III yaitu Inpari 1
dan 6 menggunakan isolasi waktu. Isolasi waktu idealnya antar varietas adalah
30 hari didasarkan atas perbedaan waktu berbunga. Ini diperlukan untuk
menghindari terjadinya penyerbukan silang. Untuk isolasi jarak antar varietas
adalah 2m (Wahyuni S, 2011).
Namun demikian dalam pelaksaaan produksi di lahan, isolasi waktu tidak
menggunakan perbedaan waktu 30 hari. Hal ini dikarenakan tanaman padi
adalah tanaman menyerbuk sendiri sebelum sekam membuka sempurna,
sehingga kemungkinan menyerbuk silang sangat kecil (Satoto, 2011). Hal ini
didukung oleh Udin dkk, 2009, bahwa isolasi waktu tanam agar agar waktu
pembungaannya berbeda sekitar 10-20 hari sudah memadai.
Rouging yang dilakukan didasarkan atas karekater tanaman untuk tiap
varietas terhadap tipe simpang dan varietas lain. Proses rouging dilakukan saat
fase vegetatif harus memperhatikan karakter tanaman: 1) tumbuh diluar jalur
barisan, (2) rumpun/tanaman yang tipe pertunasan awal menyimpang dari
sebagian besar rumpun-rumpun yang lain, (3) tanaman yang bentuk dan ukuran
daunnya berbeda, (4) tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda,
dan (5) tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda /mencolok (Udin dkk,
2009). Ciri karakter tersebut harus dicabut dan dibuang dari areal pertanaman.
Tahapan mulai dari pemilihan lokasi perbanyakan benih sumber, teknik
budidaya yang tepat untuk tercapainya produksi maksimal, proses/tahapan
sertifikasi lapang yaitu teknik isolasi dan rouging adalah beberapa hal yang
sangat penting dijaga untuk keberhasilan proses perbenihan. Diharapkan hal
tersebut akan menghasilkan produk yang bermutu dengan volume yang
maksimal. Keberadaan benih yang dihasilkan menjadi memenuhi syarat enam (6)
tepat yang diantaranya tepat jenis (varietas) karena telah adaptif spesifik lokasi
dan preferensi petani, tepat harga karena dibuat areal sentra produksi padi
sehingga beban biaya tranportasi menjadi tiada/terkurangi, tepat mutu, dan
tepat volume. Diharapkan target benih yang dicanangkan sebesar 4 ton benih SS
bersertifikat per ha, total 40 ton benih kelas SS terpenuhi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan yang telah dicapai dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemilhan lokasi (lahan) sesuai dengan dengan pertimbangan
lahan produksi benih sumber padi Inbrida. Hal ini ditandai dengan
petumbuhan tanaman terakhir tumbuh normal dengan vigor
bagus.
2. Penggunaan teknologi spesifik lokasi untuk sistem perbenihan
sangat penting dalam pemenuhan pencapaian mutu benih dan
volume benih yang dihasilkan.
3. Varietas Inpari 1, Inpari 6, Inpari 10 dan Inpari 13 yang
diproduksi pertumbuhannya bagus dicirikan dengan vigor tanaman
yang optimal. Hal ini selain faktor genetik varietas, diduga kuat
karena pengaruh input produksi yang diterapkan. Di lapangan
tidak ditemukan adanya gangguan serangan hama HDB, WBC dan
penggerek batang diatas ambang batas serta gangguan
keracunan besi/asam-asaman. Apabila kondisi optimal tersebut
kontinyu, maka target produksi benih sumber kelas SS sebanyak
40 ton akan terpenuhi.
4. Penerimaan petani/kelompok tani dan dinas terkaid baik-sangat
baik terhadap sistim perbenihan padi Inbrida.
5. Inovasi teknologi berjalan dengan adanya sistem perbanyakan
benih sumber padi di lokasi Halmahera Timur.
5.2. Saran
1. Diperlukan pengawasan lapang yang lebih intensif untuk mencapai
standar mutu benih di lapangan.
2. Perlu koordinasi yang lebih intensif dengan BPSB serta dinas
pertanian kabupaten dan Provinsi. Khususnya kabupaten
Halmahera Timur untuk menampung volume benih yang
dihasilkan.
3. Perlu pembinaan terhadap petani penangkarbenih padi secara
lebih intensif agar dapat menjadi petani penangkar mandiri dari
hasil benih produksi UPBS BPTP Malut.
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN
Dari hasil kegiatan produksi benih sumber padi yang sedang berjalan
berpengaruh positif, diantaranya adalah:
1. Memberikan ruang kepada petani sekitarnya untuk lebih cepat
menyerap dan menerima informasi dan teknologi terkait budidaya
padi yang baik. Kesempatan ini ada ketika ada kunjungan tim
selanjutnya melakukan sarasehan.
Gambar 14. Sarasehan petani dengan Ka.Dinas Pertanian Kab. Haltim (duduk tengah) dan Kepala BPTP Malut (kanan) di areal devisi produksi UPBS BPTP Malut.
2. Inovasi teknologi lebih cepat sampai ke petani (diseminasi inovasi
teknologi). Contohnya seperti sistim tanam jajar legowo 2:1,
penggunaan varietas unggul yang bersertifikat, pengelolaan hara
tanah (pemberian pupuk kandang), perlakuan tanah asam-asaman,
tanam serempak, sistem pengairan, dan kelembagaan petani.
Gambar 15. Upaya percepatan adopsi teknologi varietas dan komponen PTT oleh deta sharing.
3. Mendukung program pencapaian produksi dan produktivitas tanaman
padi yang dicanangkan oleh dinas pertanian Kabupaten terutama
Halmahera Timur, dan secara umum Provinsi Maluku Utara. UPBS
berperan dalam penyediaan stok benih unggul padi bersertifikat.
Daftar Pustaka
Anonimous, 2006. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Pangan Berbasis Agroekosistem Mendukung Prima Tani. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta.
Anonimous, 2007. Penggunaan Benih Bermutu. www.puslittan.bogor.[ 17 April
2011].
Abdurrahman S., Sembiring H., dan Suyamto. 2008. Pemupukan Tanaman Padi. Padi Inovasi Teknologi Produksi. Buku. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Tibang Deptan RI. Jakarta.
Baehaki, 2011. Beberapa Temuan Kekeliruan SL-PTT. Episode: Kendala, Peluang, dan Harapan. Materi Ilmiah dalam koordinasi SL-PTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi.
Fairhurst T., Witt C., Burest R., and Dobermann A.-Penyunting-., Widjono A.-
Gamal P., Suwono F., Kasijadi, D.P., Saraswati, Sutrisno O., 2006. Teknologi Produksi Padi di lahan Sawah Bergejala Asam-asaman. Info Teknologi Pertanian. No.09. BPTP Jatim. Malang.
Tanaman Budidaya. UI Press. Jakarta. Hamidin E. dkk, 2010. Sertifikasi Benih. Laboratorium Teknologi Benih Jurusan
Budidaya Pertanian. www.Scribd.com [ 24 April 2011].
Karim M., Sumarno, Suyamto., 2007. Jerami Padi. Pengelolaan dan Pemanfaatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Kuswanto H., 2007. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan dan Penyimpanan
Benih. Kanisius. Jogjakarta.
Nugraha U.S, Sri Wahyuni M., dan Yamin Samaullah. 2008. Produksi Benih
Komersial. Sistem Perbenihan. Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Buku
2. Balai Besar Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Satoto, 2011. Pengenalan Tipe Varietas dan Program Pemuliaan Padi di BB Padi. Materi Ilmiah dalam koordinasi SL-PTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi.
Sembiring H dan N. Widiarta, 2008. Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan.
Inovasi Teknologi Tanaman Tanam. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Sulistiono W., Syahbudin H., Hakim O. R., M. Seni Kulle., Yayat H., Wardono
H.P., Musyadik, 2009. Peningkatan Produksi varietas Dodokan dan
Tukad Petanu Menuju IP Padi 400 di Wasile Halmahera Timur.
Laporan Akhir Tahun. Pengkajian BPTP Maluku Utara. Sofifi.
Suyamto dkk, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Jagung. Badan
Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Sutopo L., 2004. Teknologi Benih-Ed. Revisi. RajaGrafindo Persada.Jakarta.
Udin S., Wahyuni S., Samaullah M.Y., Ruskandar A., 2009. Sistem Perbenihan Padi. Padi. Inovasi Teknologi Produksi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Wahyuni S, 2011. Teknik Produksi Benih Sumber Padi. Materi Ilmiah dalam
Koordinasi SLPTT Padi dan UPBS. Balai Besar Padi. Sukamandi. Winarso S., 2005. Kesuburan Tanah. Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakata.
Yulia P., Junita B., Bambang W., 2008. Teknologi Budidaya Padi. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.