LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) INTENSIFIKASI USAHA PETERNAKAN ITIK DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PINGGIR KOTA Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc 19640529 198903 2 001 Peneliti Utama Dr. Ir. Sumiati, M.Sc 19611017 198603 2 001 Peneliti Anggota Ir. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc 19610930 198603 2 003 Peneliti Anggota Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian Kepada Masyarakat Mono Tahun Nomor: 187/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010, tanggal 24 Agustus 2010 PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR November 2010
56
Embed
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI · PDF fileLAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) ... keluarga peternak diminta keterampilan peternak masih sederhana dan menggunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIRPROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
INTENSIFIKASI USAHA PETERNAKAN ITIK DALAMRANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN
RUMAH TANGGA PINGGIR KOTA
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc 19640529 198903 2 001 Peneliti UtamaDr. Ir. Sumiati, M.Sc 19611017 198603 2 001 Peneliti AnggotaIr. Anita S. Tjakradidjaja, M.Rur.Sc 19610930 198603 2 003 Peneliti Anggota
Dibiayai olehDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Kompetitif Pengabdian KepadaMasyarakat Mono Tahun Nomor: 187/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010,
tanggal 24 Agustus 2010
PUSAT STUDI HEWAN TROPIKA (CENTRAS)LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGORNovember 2010
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : Intensifikasi Usaha Peternakan Itikdalam rangka Peningkatan Pendapatan RumahTangga Pinggir Kota
2. Unit Lembaga Pengusul : Pusat Studi Hewan Tropika (Centras), LPPM-IPB dengan Kelompok Tani Terpadu SETIAWARGI, Desa Muara Jaya, KecamatanCaringin. Kabupaten Bogor
3. Ketua Tim Pengusula. Nama Lengkapb. Jenis Kelaminc. NIPd. Pangkat/Golongane. Jabatanf. Alamat Kantor
g. Telp/Faksh. Alamat Rumah
i. Telp/Faks/E-mail
: Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc: Perempuan: 19640529 198903 2 001: Lektor kepala/IVa: Kepala Divisi Agribisnis dan Ekofarming: Pusat Studi Hewan Tropika (Centras), LPPM,
1. Kelebihan dan kekurangan dari Sistem Pemeliharaan Sistem Ekstensif,Semi Intensif dan Intensif .................................................................................... 6
2. Produktivitas Itik Sampai Umur 48 Minggu ...................................................... 8
3. Kebutuhan Ransum Itik Berdasarkan Umur per Ekor per Hari .......................... 11
4. Karakteristik Peternak Itik Kelompok Tani Setia Wargi .................................... 21
5. Jumlah Itik yang Dipelihara dan Luas Kandang Peternak .................................. 22
6. Sistem Pemeliharaan dan Curahan Waktu dalam Usaha Peternakan Itik ........... 22
7. Jenis Pakan Itik yang Biasa Digunakan oleh Peternak KT Setia Wargi ............. 22
8. Kebutuhan Zat Makanan Itik Periode Bertelur ................................................... 23
9. Perkiraan Kasar Jumlah Bahan Pakan dalam Pakan Itik .................................... 24
10. Formulasi Ransum Itik Periode Layer ................................................................ 24
11. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari DOD (Kategori I) ............ 26
12. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari Dara (Kategori II) ............ 27
Sebagian besar olehpeternak, selebihnyaitik mencari sendiri
Seluruhnyadisediakan olehpeternak
2. Pengadaankandang
Tidak perlu Perlu Perlu
3. Pengawasanterhadap ternak
Sulit Cukup mudah Mudah
4. Penggunaanenergi pakan
Tidak efisien Kurang efisien Efisien
5. Produksi telur Rendah Cukup tinggi Tinggi6. Penyeleksian Sulit C ukup mudah Mudah7. Teknologi yang
dipakaiMudah Cukup sulit Sulit
8. Penanggulanganpenyakit
Sulit Cukup mudah mudah
9. Pengembanganusaha
Sulit Cukup mudah Mudah
10. Efisien lahan Rendah Cukup tinggi Tinggi11. Investasi yang
ditanamRendah Cukup tinggi Tinggi
* Sumber : Hardjosworo dan Rukmiasih (2003).
Sistem Pemeliharaan Intensif. Pemeliharaan intensif adalah pemeliharaan
secara mendalam dan bersungguh-sungguh. Peternak menggunakan prinsip
mendapatkan keuntungan yang sebesar mungkin, dengan biaya dan resiko yang sekecil
mungkin. Memelihara itik secara intensif dengan dikandangkan ialah beternak tanpa air
(pemeliharaan itik sistem kering), seratus persen dikurung dan tidak diberi air untuk
berenang. Air disediakan hanya untuk air minum.
Keuntungan cara pemeliharaan intensif ini adalah lahan yang diperlukan relatif
kecil, dapat memelihara dalam jumlah yang banyak, penanganan dan pengawasan dapat
lebih mudah, tidak tergantung pada musim, produksi maksimal dapat mencapai 85 %,
kotorannya dapat dimanfaatkan dan memungkinkan peternak memilih lokasi yang lebih
dekat dengan daerah pemasaran. Walaupun biaya pakan cukup tinggi tetapi karena
7
jumlah pemeliharaan dan produksinya cukup tinggi pula maka peternak masih dapat
menikmati keuntungan.
Pemeliharaan Semi Intensif. Pemeliharaan semi intensif bisa juga disebut
pemeliharaan semi tradisional, tapi prinsip–prinsip modern juga sudah mulai dipakai.
Dalam pemeliharaan semi intensif, peternak sudah memakai perhitungan cermat untuk
mendapatkan hasil telur yang semaksimal mungkin. Prinsip peternakan moderen mulai
digunakan antara lain jenis itik yang dipelihara mulai diseleksi (warna bulu, bentuk
badan serta fisik lain). Makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan variasi usia
perkelompok sudah dilakukan, tetapi prinsip tradisional seperti lokasi dan tempat
(lanting, dirawa atau didanau), bahan makanan dan cara pemeliharaan yang dilepas
masih tetap dipertahankan pada pemeliharaan semi intensif, dengan sistem
pemeliharaan semi intensif ini produksi telur dapat mencapai 200 butir per ekor /tahun.
Disamping itu angka kematian itik bisa ditekan dan kontinuitas produksi bisa terjamin
serta kualitas telur bisa diperbaiki.
Pemeliharaan ekstensif atau tradisional. Itik yang dipelihara umumnya tidak
banyak, rasio jantan dan betina tidak diperhitungkan, juga perkandangan. Itik bebas
mencari makan sendiri. Makanan hanya diberikan kalau benar-benar keadaan
memungkinkan, misalnya ada limbah dapur atau sisa bahan lain. Peternak tidak pernah
mau ikut campur dalam kegiatan itik, kecuali telur yang dihasilkan dan peternak
memerlukan daging itik itu sendiri. Sistem pemeliharaan seperti ini tidak akan
memberikan keuntungan yang berarti dan peternak tidak pernah merasa rugi. Untuk
menjaga kelestariannya peternak menetaskan beberapa telur itik pada induk ayam atau
itik Manila (Entok).
Umumnya peternak memelihara itik setelah musim panen padi, dengan
memanfaatkan sisa-sisa hasil panen. Sistem ini akan diterapkan kembali seiring dengan
musim tanam berikutnya. Walaupun masa pemeliharaan sangat pendek dan produksinya
rendah, rata-rata 50% dari total produksi, tetapi keuntungan yang diperoleh peternak
cukup tinggi. Sistem ini sangat tergantung pada musim (panen), jumlah pemeliharaan
terbatas dan produksinya rendah.
2.5. Itik Petelur
Tujuan pemeliharaan itik dewasa petelur harus sudah mulai ditetapkan
sebelumnya. Apakah sebagai penghasil telur konsumsi atau sebagai penghasil telur
8
tetas atau anak itik. Bila tujuan pemeliharaan itik petelur hanya untuk memperoleh telur
konsumsi saja, tidaklah perlu untuk mencampurkan itik pejantan pada kelompok itik
petelur. Namun, penerapan yang dilakukan oleh para peternak itik yang masih
menggunakan sistem pemeliharaan ekstensif tradisional biasanya masih tercampur
dengan itik jantan yang berfungsi untuk pemimpin dalam penggembalaan.
Masa dewasa itik betina pada umur enam bulan, dengan masa bertelur 8-10 bulan
per tahun sampai mencapai umur 3,5 tahun, setelah itu diafkir. Itik petelur yang baik,
produksi telurnya bisa mencapai 275 butir per ekor/tahun. Produksi telur dipengaruhi
oleh 2 faktor penting, yaitu genetik dan lingkungan. Selain itu, umur dari itik juga
menentukan jumlah produksi telur. Pada saat mencapai dewasa kelamin dan
selanjutnya, jumlah telur akan naik. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang
produktivitas itik sampai umur 48 minggu.
Tabel 2. Produktivitas Itik Sampai Umur 48 Minggu
Kriteria KeteranganUmur dewasa kelaminBobot telurClucthProduksi telur selama 6 bulanProduksi telur selama 12 bulanBobot badan saat bertelurKonsumsi pakan sampai umur 8 mingguKonversi ransum sampai umur 8 minggu
172 – 180 hari1
58,4 – 60 g2
14 - 20 butir1
128 butir / ekor2
248 butir / ekor2
1693,8 – 1520,1 g /ekor2
3560,5 kg / ekor2
4,01 kg / ekor2
Sumber : 1. Abdul (1992)2 . Prasetyo dan Susanti (2006)
2.6. Itik Pedaging
Daging itik merupakan salah satu sumber daging yang sudah diterima oleh
masyarakat. Salah satu bentuk bahwa daging itik dikenal adalah pemanfaatan sebagai
bahan baku masakan, yaitu sate daging itik dan daging itik bakar/panggang. Dengan
demikian, permintaan daging itik sebagai bahan untuk dikonsumsi masyarakat relatif
besar.
Itik yang sering dimanfaatkan sebagai penghasil daging biasanya bertipe jantan.
Namun, tipe betina juga bisa dijadikan sebagai itik pedaging, tetapi yang sudah
memasuki masa afkir (kurang berproduksi lagi). Berat badan yang dicapai oleh itik
jantan pada umur 0, 4, 8 dan 16 minggu, menurt Chaves dan Lasmini (1978), dapat
9
mencapai 37 gram, 623 gram, 1.405 gram dan 1.560 gram, sedangkan pada umur 6
bulan dapat mencapai bobot 1.750 gram.
Penyeleksian bibit sangat penting dalam menentukan ternak itik yang digunakan,
apakah jantan atau betina. Karena dengan menyeleksi bibit inilah, usaha peternakan
kita diarahkan ke petelur atau pedaging. Selain itu, tipe pemeliharaannya juga mesti
diperhatikan, apakah semi intensif, intensif maupun ekstensif. Penyeleksian bibit ini
bisa dikenal dengan istilah sexing (penentuan jenis kelamin).
Untuk mencapai keberhasilan dari suatu usaha budidaya peternakan itik, salah
satunya ditentukan faktor penyeleksian bibit yang baik. Bibit itik biasanya bisa
didapatkan dengan cara memelihara induk itik maupun dengan membeli bibit yang ada
di pasar hewan. Di tempat inilah, proses pembelian bibit dan penyeleksian bibit dapat
dilakukan oleh para peternak, apakah mereka memilih bibit untuk petelur atau pedaging.
2.7. Pakan Itik
Peternak umumnya menyusun ransum sendiri dengan menggunakan bahan pakan
lokal. Bahan-bahan tersebut mudah diperoleh dan murah dibanding bahan pakan lain
seperti tepung udang, bungkil kedelai, dan sebagainya. Masing-masing peternak
memilki kemampuan dalam menyusun ransum itiknya kemampuan ini tidak berdasar
kandungan nutrisi yang ada namun semata-mata karena pengalaman mereka yang cukup
lama. Menurut Setioko (1992), dalam menyusun ransum hendaknya menggunakan
bahan pakan yang bermutu, murah dan tersedia sepanjang waktu serta tidak bersaing
dengan manusia. Bahan pakan lokal yang umum digunakan oleh peternak itik antara
lain dedak, padi, keong air, bekicot, dan beberapa hijauan seperti ganggang dan azolla.
Untuk di daerah lahan kering seringkali diberikan gaplek (Rohaeni, 1996).
Amrullah (2004), menyatakan bahwa komponen bahan pakan yang dapat dicerna,
diserap, serta bermanfaat bagi tubuh disebut zat makanan. Zat makanan itu ada enam
jenis yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin.
Itik sebagaimana ternak lainnya tidak mampu untuk membuat atau memenuhi
kebutuhan gizinya sendiri, ia harus mengambilnya dari luar tubuhnya yaitu dari ransum.
Dari ransum yang dikonsumsi akan diperoleh energi, protein, lemak, dan asam –asam
amino, vitamin dan mineral. Kesemuanya itu dibutuhkan untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk produksi. Bila ransum yang dikonsumsi tidak mengandung
kebutuhan yang cukup untuk hidup pokok dan produksi, maka itik dengan nalurinya
10
akan menyelamatkan hidupnya terlebih dahulu. Unsur-unsur gizi yang diperoleh dari
ransum digunakan dahulu untuk mempertahankan hidup sehingga produksi terhenti
(Rasyaf, 1993).
Wahju (1997) menyatakan bahwa, selain didasarkan atas kandungan nilai gizi
juga diperhitungkan keseimbangan antara protein dan Energi Metabolis (EM) yang
mempunyai hubungan erat dalam menentukan pertumbuhan dan produksi itik.
Anggorodi (1995) menyatakan, protein adalah unsur pokok alat tubuh dan
jaringan lunak tubuh aneka ternak unggas. Zat tersebut diperlukan untuk pertumbuhan,
pengelolaan dan produksi telur serta merupakan bagian semua enzim dalam tubuh dan
menurut Murtidjo (1998), fungsi protein bagi itik antara lain adalah metabolisme
kedalam fungsi tubuh yang normal, hormon-hormon reproduksi dan pertumbuhan.
Energi ransum yang dikonsumsi hewan dapat digunakan dalam 3 cara yang
berbeda yaitu dapat menyediakan energi untuk kerja, dapat dirubah menjadi panas atau
dapat disimpan sebagai jaringan tubuh. Energi ransum yang melebihi energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan fungsi-fungsi lainnya dalam tubuh
disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan energi metabolis tidak dapat dikeluarkan oleh
tubuh hewan. (Anggorodi, 1985).
Rasyaf (1993) menyatakan bahwa, unsur nutrisi kedua yang penting sekali adalah
energi. Energi dibutuhkan untuk segala aktifitas tubuh dan segala sesuatu yang
berjaitan dengan itu. Begitu pentingnya energi ini, sehingga protein akan diubah
menjadi energi bila energi yang dimakan kurang dan cadangan makanan berupa lemak
juga tidak ada lagi. Bahkan itik akan berhenti makan bila ia merasa kebutuhan
energinya telah terpenuhi.
Istilah ”kualitas Telur” semula hanya diartikan untuk menilai gizinya, penilaian
dari luar, dan sifat-sifat lain yang dapat menentukan bahwa telur ini lebih baik daripada
yang lain. Akan tetapi kalau sifat-sifat dari telur itu dihubungkan dengan kualitas
tinggi, maka ”kualitas telur” itu tidak dapat diberikan definisi dengan istilah yang
mudah. Kisaran luas antara sifat fisik dan kimia telur menentukan kualitas telur secara
keseluruhan (Wahyu, 2004).
Faktor makanan hanya sedikit berperanan terhadap komposisi kuning telur.
Umumnya defisiensi dari protein makanan cenderung menurunkan produksi telur, tetapi
tidak kualitas kuning telur. Kartadisastra (1994), menyatakan jumlah kebutuhan
11
ransum ternak harus disesuaikan dengan laju pertumbuhan dan perkembangan umur
ternak itu sendiri.
Tabel 3. Kebutuhan Ransum Itik Berdasarkan Umur per Ekor per Hari
Umur (minggu) Kebutuhan (gram) Umur (minggu) Kebutuhan (gram)1
2
3
4
8
15
25
35
5
6
7
40
50
60
2.8. Penyakit pada Itik dan Pengendaliannya
Pencegahan (pengendalian) penyakit adalah salah satu kewajiban yang
takterhindarkan apabila usaha ternak itik diharapkan memberi keuntungan. Berbagai
cara pengendalian dilakukan antara lain pemeliharaan kesehatan dan kebersihan
lingkungan peternakan maupun vaksinasi terhadap penyakit tertentu yang sulit diobati.
Penyakit itik pada dasarnya terbagi dua yaitu penyakit tidak menular dan penyakit
tidak menular. Penyakit tidak menular disebabkan oleh buruknya tata laksana
pemeliharaan, seperti keracunan, pemeliharaan kesehataan dan kebersihaan yang buruk,
kekurangan vitamin dan mineral, dan lain sebagainya.
Strees (Cekaman). Stress atau cekaman pada itik bisa disebabkan oleh berbagai
faktor pengganggu yang secara langsung mempengaruhi fisiologi tubuh itik, misalnya;
kebisingan, kurang kebebasan bermain dekat air, berpindah tempat, pertukaran pakan
dan lain-lain. Obat untuk menanggulangi “stress” tidak ada. Yang dapat dilakukan
peternak adalah menghindari segala gangguan yang mungkin menimbulkan “stress”
dengan cara memelihara lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan peternakan.
Kekurangan (defisiensi) Vitamin A. Makanan (pakan) yang tidak cukup
mengandung vitamin A dapat menyebabkan kekurangan vitamin A pada itik dan
akhirnya mengganggu pertumbuhan. Itik akan tampak selalu mengantuk, kondisi kaki
lemah, mata tertimbun lendir warna putih dan mudah terkena infeksi. Pada anak itik
umur sekitar 4 minggu yang kekurangan vitamin A terlihat selaput matanya menebal
dan kering, air mata keluar berlebihan, bagian bawah mata tertimbun cairan lendir.
Sedang pada itik dewasa, kekurangan vitamin A mengakibat-kan penurunan produksi
telur, tubuh mengurus dan lemah. Jagung kuning merupakan sumber vitamin A yang
12
sangat diperlukan dalam komposisi pakan itik. Penyakit kekurangan vitamin A
umumnya terjadi karena peternak mengganti jagung kuning dengan jagung putih yang
miskin vitamin A.
Brooder Pneumonia. Penyakit Brooder Pneumonia umumnya menyerang anak
itik yang masih memiliki bulu-bulu halus. Penyakit ini disebabkan oleh karena kotak
atau pelingkar triplek terlalu padat, lampu pemanas untuk induk buatan kurang panas
sehingga anak itik kedinginanan merasa pengap. Tanda-tanda anak itik terserang
penyakit ini adalah pembengkakan di kepala, pernafasan terlihat sulit dan mata selalu
mengeluarkan air. Pencegahan terhdap penyakit ini pada anak itik dapat dilakukan
dengan mengontrol kapasitas kotak atau pelingkar dan mengontrol panas induk buatan.
Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian satu sendok teh baking soda dalam satu
quart (1,136 liter) air minum selama 12 jam untuk mengurangi penyebaran penyakit.
Rickets Duck. Kekurangan vitamin D yang disertai kekurangan mineral Calsium
dan Fosfor menimbulkan penyakit tulang yang menyebabkan kelumpuhan pada itik.
Penyakit ini biasanya dinamakan “Rickets duck”. Itik yang terserang penyakit ini
mengalami penyimpangan dan kelainan pada persendian kakinya. Pencegahan hanya
bisa dengan memberikan pakan yang cukup mengundang minural Calsium, Fosfor dan
vitamin D. Ke dalam ransum (pakan) itik harus ditambahkan 2 % tepung tulang dan itik
harus mendapat sinar matahari langsung.
Antibiotika Dermatitis. Penyakit ini terjadi pada itik karena penggunaan obat-
obatan yang mengandung antibiotika secara berlebihan. Akibatnya kulit itik menjadi
kering, bulu rontok dan mudah patah, itik selalu gelisa karena gatal-gatal pada kulitnya.
Pencegahaan terhadap penyakit ini adalah dengan menggunakan antibiotika seperlunya.
Penghentian pemberian antibiotika serta pemberian “laxative” (obat pencahar) ringan
seperti “molasses” dapat memulihkan kondisi ternak itik yang menderita dalam 4-6 hari.
Mycosis. Penyakit “Mycosis” pada itik terjadi karena itik secara sengaja atau tak
sengaja mengkonsumsi pakan yang sudah basi atau jamur yang tumbuh di lantai (litter)
kandang itik. Itik yang keracunan jamur terlihat lesu, nafsu makan berkurang dan dalam
beberapa hari berat badan merosot tajam. Bila tidak diketahui, itik akan mati dalam
waktu seminggu. Pencegahaan hanya bisa dilakukan dengan pemeliharaan kesehatan
dan kebersihan kandang yang baik. Lantai (litter) kandang secara berkala dijemur,
diusahakan tidak lembab dan diberi kapur, terutama dimusim penghujan. Pengobatan
13
penyakit Mycosis karena jamur bisa dilakukan dengan memberi antibiotika yang
dicampurkan kedalam air minum atau pakan itik.
Botulism (Limberneck). Penyakit Botulism pada umumnya terjadi karena itik
makan bangkai. Misalnya pemberian makanan daging bekicot yang sudah layu. Bangkai
yang sudah berulat mengandung kuman yang berbahaya yaitu “Clastrididium
Botulinium”. Kuman tersebut memproduksi racun. Tanda-tanda itik yang terserang
penyakit ini adalah leher itik seperti tidak bertulang, tidak tegag atau lunglai setelah itik
memakan bangkai 1-3 hari.
Beberapa jam kemudian setelah leher lunglai mengakibatkan kematian.
Pencegahan dilakukan dengan memelihara kesehatan lingkungan yang baik dan tidak
memberi pakan yang sudah basi (bangkai). Bila masih mungkin ternak itik yang sakit
dapat diberikan obat–obatan pencahar agar itik menceret dan kuman beserta racunnya
dapat ikut keluar dari saluran pencernan. Pengobatan secara tradisional yang dapat
membantu menyembuhkan yaitu dengan memberi: minyak kelapa satu sendok makan
dan air minum yang bersih. Minyak kelapa yang menbuat itik haus dan ingin minum
sebanyak–banyaknya. Jika itik banyak minum, racun dalam darah itik akan encer dan
daya kerjanya berkurang, dengan demikian angka kematian akan menurun.
Keracunan Garam. Penyakit keracunan garam umumnya terjadi bila air itik atau
air kolam mengandung kadar garam yang tinggi, juga bila bahan baku pakan tertentu
berkadar garam tinggi. Keracunan garam pada itik lebih sering terjdi di lokasi
peternakan dekat pantai/tambak yang airnya tercemar garam. Ternak itik tidak begitu
tahan terhadap garam yang berlebihan, konsentrasi 2% saja dalam ransum (pakan) atau
4.000 ppm dalam air minum dapat menimbulkan kematian.
Penyakit menular pada itik merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau kuman yang bisa ditularkan melalui kontak langsung atau lewat udara.
Fowl Cholera (kolera itik). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri “Pasteurella
Avicia”. Kandang yang basah serta lembab mempercepat penularan. Penyakit yang
menyerang anak itik umur 4 minggu dapat menimbulkan kematian sampai 50%, sedang
pada itik dewasa menimbulkan kematian kurang dari 50%. Gejala penyakit ini adalah:
sesak nafas, pial bengkak, dan panas, jalan sempoyongan. Itik yang terserang penyakit
kolera yang akut akan meratap dan mengeluarkan suara yang nyaring dan keluar dari
kelompoknya. Keganasan penyakit ini dapat menyebabkan infeksi darah, dan itik akan
14
mati secara mendadak. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi Fowl Cholera.
Pengobatan bagi itik yang terserang pada tingkat awal dapat digunakan obat
Choramphenicol, Tetracycline atau Preparat-preparat Sulfat.
Fowl Pox (Cacar). Penyakit cacar ini menyerang itik semua umur yang
disebabkan oleh virus. Tanda-tanda penyakit ini adalah dengan munculnya benjolan-
benjolan pada bagian badan itik yang tidak tertutup bulu sepertikaki dan kepala.
Penyakit cacar basah menyerang rongga mulut dalam bentuk “diptherie” dan kematian
terjadi karena itik kesulitan makan dan minum. Pencegahan dapat dilakukan dengan
cara vaksinasi yang disuntukan dibalik sayap itik. Pengobatan cacar kering berupa
benjolan-benjolan dapat dilakukan dengan jalan mengelupasi benjolan-benjolan itu
sampai berdarah kemudian mengolesinya dengan yodium tingture (6-10 %).
White Eye (Mata Memutih). Penyakit yang diduga disebabkan oleh virus ini
menyerang itik segala umur dan yang paling peka adalah itik umur kurang dari 2 bulan.
Biasanya itik yang kurang vitamin A mudah terserang penyakit ini. Kandang yang
lembab dan lantai (litter) yang basah juga memudahkan itik terserang penyakit ini.
Tanda-tanda anak itik yang terserang penyakit ini adalah: cairan putih bening keluar
dari mata dan paruh, kotoran yang bening dalam beberapa jam berubah menjadi
kekuning-kuningan, itik sulit bernafas, lemah dan akhirnya lumpuh. Bila sampai
kejang-kejang, kematian tak bisa dihindari. Pencegahan dan pengobatan bisa dilakukan
dengan antibiotika yang dicampur kedalam air minum atau pakan. Antibiotika yang
sering digunakan adalah Oxytetracycline (terramycin) atau Chlortetracycline
(aureomycin) dengan dosis 10 gram per 100 kg pakan atau 10 gram dalam 40 gallon air
minum akan membantu mengontrol penyakit White Eye.
Coccidiosis. Coccdiosis adalah penyakit berak darah yang juga menyarang itik.
Gejala itik yang diserang penyakit ini adalah kurang nafsu makan, berat badan menurun
drastis dan akhirnya lumpuh. Penularan melalui kotoran itik yang membawa coccidia
dan terjadi relatif cepat pada itik segala umur, tetapi yang banyak terserang adalah pada
anak itik.
Untuk pencegahan dan atau pengobatan penyakit C0ccidiosis dapat dipakai
obat-obatan seperti: “furazolidone, nitrofurazone atau nicardbazin”. Obat-obatan
tersebut dicampurkan kedalam pakan itik atau dilaturkan kedalam air minum. Untuk
membantu kontrol penyakit Coccidiosis, berikan vitamin A dengan konsentrasi tinggi.
15
Coryza. Penyakit Coryza disebut juga penyakit pilek menular. Penyebabnya
adalah semacam microorganisme. Penyakit ini biasanya terjadi pada awal pergantian
musim. Penularannya sangat cepat, melalui kontak langsung antara itik yang sakit
dengan itik yang sehat. Tanda-tanda itik yang terserang penyakit pilek menular ini
adalah keluarnya kotoran cair kental dari mata. Jadi penyakit ini mirip dengan penyakit
White Eye. Anak itik berumur 1 minggu sampai 2 bulan merupkan yang paling sering
menderita. Akan tetapi itik dewasa pun dapat pula terserang wabah penyakit Coryza ini.
Pengobatan yang paling efesien adalah dengan menyuntikan “Streptomycin Sulphat”
secara individual dengan disis 0,4 gram rendah dengan patokan berat badannya.
Penyuntikan dapat diulang sekali dalam sehari untuk selama beberapa hari, dengan
dosis Streptomycin setengah dari dosis diatas.
Salmonellosis. Penyakit Salmonellosis menyerang itik segala umur dan dapat
menyebabkan angkan kematian sampai 50%. Penyebabnya adalah kuman “Salmonella
Anatis”, melalui perantaraan lalat atau makanan atau minuman yang tercemar kuman
tersebut. Tanda-tanda itik yang terserang penyakit ini adalah: keluarnya kotoran dari
mata dan hidung dan menceret. Itik yang bisa sembuh sendiri cukup berbahaya cukup
berbahaya sebagai sumber penyakit, maka sebaiknya disingkirkan saja. Pencegahan
hanya bisa dilakukan dengan menjaga kesehatan dan kebersihan. Secara berkala
dilakukan pembersihan kandang agar kandang bebas dari kuman Salmonella.
Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan “Furazolidone”.
Sinusitis. Penyakit Sinusitis menyerang itik dewasa sehingga menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit. Penyakit ini dikarenakan tata laksana pemeliharaan yang
buruk, kekurangan mineral dalam pakannya dan tidak tersedianya kolam untuk bermain.
Akibatnya itik menjadi renta mendapat infeksi sekunder. Tanda-tanda itik yang
terserang penyakit ini adalah: terjadi pembengkakan sinus, dari lubang hidung keluar
cairan jernih, sekresi mata menjadi berbuih, sinus yang membengkak menimbulkan
benjolan di bawah dan di depan mata. Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan tata
laksana pemeliharaan yang baik. Pengobatan bagi itik yang sakit ada;lah disuntuk
dengan antibiotika (strepto-mycin) ke dalam sinus yang menderita. Dosis pada itik
dewasa adalah sebanyak 0,5 gram streptomycin yang dilarutkan ke dalam 20 cc
aquadest. Larutan ini disuntikan ke dalam sinus. Untuk pengobatan yang lebih muda,
16
dosisnya dikurangi. Pengobatan seperti ini dilakukan sekali dalam 48 jam sampai
sembuh.
Aflatoksikosis. Aflatoksikosis yang menyerang itik pada umumnya disebabkan
oleh “Aflatoksin” yang dihasilkan oleh “Asperqillus Flavus”. Aflatoksin menyerang
hati, sehingga itik yang terserang penyakit ini hatinya membesar. Tanda-tanda itik yang
terserang penyakit ini adalah : kondisi sangat lemah, terjadi pendarahan di bawah kulit
kaki dan jari, terhuyung-huyung, akhirnya mati dalam posisi terlentang. Anak itik lebih
muda terserang penyakit ini dibanding itik dewasa. Pencegahan bisa dilakukan dengan
pemeliharaan kebersihan lingkungan kandang, penaburan kapur di lantai kandang,
pembersihan kandang agar bebas dari serangga. Pengobatan hanya bisa diusahakan
dengan memberikan anti biotika yang dicampurkan dalam air minum atau pakannya.
17
III. TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari kegiatan transfer ilmu dan teknologi berbasis (IbM) adalah:
1. Mengetahui karakteristik peternak itik dan potensi pakan itik di di Desa Muara
Jaya, Kecamatan Caringin, Bogor.
2. Menformulasi pakan itik komplit untuk pemeliharaan secara intensif.
3. Transfer teknologi tentang: penyusunan ransum itik, managemen pemeliharaan itik
secara intensif
4. Mengetahui tingkat kelayakan usahaternak itik secara intensif.
Manfaat utama ditujukan bagi peternak yaitu:
1. Peternak dapat menyusun ransum itik menggunakan bahan pakan yang ada di
lokasi, dengan kualitas yang memenuhi persyaratan kebutuhan nutrisi itik dan
dengan biaya yang minimum
2. peternak mampu membuat recording performance usahanya yang meliputi
performan reproduksi, performan produksi dan manajemen.
3. Berdasarkan recording tersebut, peternak mampu menganalisis kelayakan usaha
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh pembiayaan usaha dari lembaga
keuangan.
4. Berdasarkan recording peternak mampu meningkatkan genetik populasi itiknya
untuk meningkatkan produktivitas peternakannya, sehingga pendapatannya dapat
meningkat.
18
IV. METODE PENELITIAN
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat tentang Intensifikasi Usaha
Peternakan Itik dalam rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir Kota
adalah:
4.1. Desk Study dan Survey
- Desk study menelusuri dan mengevaluasi data sekunder dan studi yang terkait.
- Melaksanakan survey data lapangan untuk memperoleh data kondisi sosial ekonomi
peternak.
4.2. Formulasi dan Pembuatan Pakan
Dalam kegiatan ini dikaji tentang kandungan nutrien bahan pakan potensial,
formulasi dan pembuatan ransum itik, dan cara pembuatan pakan itik.
4.3. Pelatihan dan Pendampingan Peternak (Feeding Trial)
Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan peternak yang meliputi:
a. Manajemen pemeliharaan itik secara intensif yang meliputi feeding (pemberian
pakan), breeding (seleksi induk yang baik) dan manajemen (perkandangan dan
kesehatan ternak).
b. Pengetahuan bahan baku pakan itik, baik pakan sumber protein maupun pakan
sumber energi.
c. Formulasi dan pembuatan pakan itik
d. Recording usahaternak itik yang meliputi performan reproduksi (daya tetas, laying
Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui tingkat
keuntungan usaha ternak itik dan formulasi ransum yang bisa meminimumkan biaya.
19
a. Analisis kelayakan Usaha Secara intensif
Kriteria kelayakan yang digunakan yaitu :
1. Nilai Manfaat Sekarang ( Net Present Value/ NPV)
NPV = ∑
Keterangan :
NPV = Net Present Value sampai dengan tahun ke-t
n = Periode usaha ( tahun)
t = Tahun
Bt = Penerimaan pada tahun ke-t
Ct = Biaya tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga/ tahun
Nilai NPV memiliki arti :
NPV > 0 maka usaha peternakan itik Alabio layak untuk dilaksanakan/
menguntungkan.
NPV < 0 maka usaha peternakan itik tidak layak untuk dilaksanakan/
merugikan.
NPV = 0 maka usaha peternakan itik Alabio impas antara biaya dan manfaat.
2. Tingkat Pengembalian Internal ( Internal Rate of Return/ IRR)
IRR = I1 + (I2 – I1) x
Keterangan
IRR = Internal Rate of Return
I1 = Suku bunga yang rendah
I2 = Suku bunga yang tinggi
NPV1 = Nilai NPV yang tinggi (positif)
NPV2 = Nilai NPV yang rendah (negatif)
NPV
NPV1 – NPV2
n
t-1
Bt – Ct
(1 + i)t
20
Nilai IRR memiliki arti :
IRR > suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio layak
dilaksanankan
IRR < suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio tidak layak
dilaksanakan
IRR = suku bunga yang berlaku, maka usaha peternakan itik Alabio impas tidak
untung atau rugi
b. Analisis program linier
Ransum yang dibuat dibedakan untuk itik layer (petelur) dan ransum untuk
pembesaran itik sari DOD (day old duck) sampai pulet (itik dara siap bertelur).
Bahan yang digunakan sesuai dengan potensi pakan di lokasi. Kendala
pembatasnya adalah kenutuhan energi, protein dan kalsium.
Persamaan program linier yang digunakan adalah sebagai berikut
Minimumkan C = C1X1 + C2X2 + ..... + cn Xn
Kendala pembatas:
E1X1 + E2X2 + ..............+ EnCn ≥ E
P1X1 + P2X2 + ..............+ PnCn ≥ P
K1X1 + K2X2 + ..............+ KnCn ≥ K
Dimana C = biaya ransum yang akan diminimumkan (Rp)
Ci = harga bahan baku pakan ke –i (Rp)
Xi = jumlah bahan baku pakan ke –i yang digunakan
Ei = kandungan energi bahan baku pakan ke –i (kkal)
Pi = kandungan protein bahan baku pakan ke –i (%)
Ki = kandungan kalsium bahan baku pakan ke –i (%)
E = kandungan energi minimum dalam ransum (kkal)
P = kandungan protein minimum dalam ransum (%)
K = kandungan kalsium minimum dalam ransum (%)
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Peternak Itik dan Potensi Pakan Itik di Desa Muara Jaya,Kecamatan Caringin, BogorKarakteristik anggota KT Setia Wargi dilihat berdasarkan umur, pendidikan
formal dan lama beternak itik (pengalaman). Kisaran umur anggota KT Setia Wargi
antara 17 sampai 47 tahun. Kisaran tersebut masih berada pada usia produktif. Sebagian
besar anggota KT Setia Wargi berpendidikan SMP atau SMA dan pengalaman dalam
beternak itik antara 5 sampai 20 tahun. Secara rinci karakteristik anggota KT Setia
Wargi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Peternak Itik Kelompok Tani Setia Wargi
No Nama Umur(tahun)
PendidikanFormal
Lama Beternak(tahun)
1 Ade Sarifudin 30 SMA 102 Sarja 45 SD 153 Agus Candra 17 SMP 24 Damu 20 SMP 105 Wahyu Nurdin 33 SMA 56 Alam Saefudin 35 SMP 57 Ade Hasanudin 30 SMA 58 Endi Kusnadi 34 SMP 59 Arifin Suhendar 33 SMP 1010 Empung Sumitra 47 SMA 1511 Encep Sudarcep 35 SMP 1512 Munijar 43 SD 2013 Andi 40 SMA 514 Gandi 40 SMA 1015 Deni Iskandar 44 SD 20
Jumlah itik yang dipelihara oleh anggota KT Setia Wargi bervariasi. Sebagian
besar memelihara berkisar antara 1 sampai 10 ekor (60 %). Luas kandang yang dimiliki
peternak antara 10 sampai 20 m2. Pada Tabel 5 dapat dilihat persentase jumlah peternak
berdasarkan jumlah itik yang dipelihara dan luas kandang yang dimilikinya.
22
Tabel 5. Jumlah Itik yang Dipelihara dan Luas Kandang Peternak
No Uraian Jumlah Peternak (orang)Persentase
(%)1 Jumlah Itik (Ekor) 1-10 9 60
10-20 5 33>20 1 7
Total 15 1002 Luas Kandang (m2) <10 2 13
10-20 10 67>20 3 20
Total 15 100
Kegiatan ini dimaksudkan agar peternak dapat memelihara itik secara intensif.
Karena sebagian besar peternak masih memelihara secara ekstensif. Para peternak
masih mengangon itiknya ke sawah. Hal tersebut dapat menghabiskan waktu peternak
selama 1 sampai 9 jam per hari untuk mengangon. Sistem pemeliharaan dan curahan
waktu dalam usaha peternakan itik dapat dilihat pada Tabel 6 dan pada Tabel 7 dapat
dilihat beberapa jenis pakan yang biasa digunakan oleh anggota KT Setia Wargi.
Tabel 6. Sistem Pemeliharaan dan Curahan Waktu dalam Usaha Peternakan Itik
No Uraian Jumlah Peternak(orang)
Persentase(%)
1 Sistem Pemeliharaan Ekstensif 6 40Semi Intensif 9 60Intensif 0
cangkang udang, tepung kerang, tepung cangkang telur, dan masih banyak lagi.
Kebutuhan zat makanan setiap jenis itik maupun setiap periode pemeliharaan
sangat penting diketahui, karena sangat diperlukan dalam membuat formula pakan itik.
Tanpa mengetahui kebutuhan zat makanan dari ternak itik yang mau kita buatkan
formula pakannya, tidak mungkin suatu formula pakan akan tersusun. Kebutuhan zat
makanan untuk itik periode bertelur disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Kebutuhan Zat Makanan Itik Periode Bertelur
Zat makanan JumlahEnergi (Kkal/kg) 2860,00Protein (%) 18,00Kalsium (%) 3,50Fosfor (%) 0,42Metionin (%) 0,34Lisin (%) 0,93
Sebelum menyusun ransum, selain kebutuhan zat makanan, yang penting
diperhatikan adalah batas penggunaan bahan-bahan makanan di dalam pakan. Dari
praktek sehari-hari dalam membuat formulasi pakan, perkiraan kasar jumlah bahan
pakan yang biasa digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Maka diperoleh formulasi
pakan itik komplit yang dapat dilihat pada Tabel 10.
24
Tabel 9. Perkiraan Kasar Jumlah Bahan Pakan dalam Pakan Itik
Bahan pakan Jumlah dalam pakan (%)Jagung kuning 50 – 60Tepung gaplek 30Dedak halus 20 – 30Bungkil-bungkilan 15 – 30Tepung ikan 5 – 15Minyak s/d 7Tepung daun 3 – 5Premiks 0,5
Tabel 10. Formulasi Ransum Itik Periode Layer
Bahan makanan Jumlah (%)Jagung kuning 56,00Dedak padi 13,00Meat Bone Meal (MBM) 1,85Bungkil kedelai 11,03Tepung ikan 7,00Minyak 4,20CaCO3 6,32L-lysin 0,00Dl-methionin 0,10Premix 0,50Jumlah 100,00
5.3. Transfer Teknologi Tentang: Penyusunan Ransum Itik, ManajemenPemeliharaan Itik Secara IntensifKegiatan edukasi dan pendampingan
peternak yang dilakukan terdiri atas dua
kegiatan, yaitu:
1. Pelatihan Recording, Kelayakan Usaha
dan Penyusunan Ransum Komplit.
2. Pendampingan Peternak dalam
Introduksi Teknologi Tepat Guna
Optimasi Pemberian Ransum Komplit.
Dalam kegiatan pelatihan peternak, materi yang diberikan meliputi recording,
analisis kelayakan usaha, penyediaan bahan baku ransum itik, pembuatan formulasi
25
ransum itik, pengenalan teknologi
pengolahan ransum itik dan penerapan
teknologi penyediaan ransum itik. Kegiatan
pendampingan peternak merupakan uji coba
lapang di tingkat peternak berupa materi
yang telah diberikan pada saat pelatihan
agar peternak dapat melihat dampak dari
teknologi ransum dan manipulasi nutrisi
yang telah disesuaikan dengan kondisi peternak.
Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 13-17 Oktober 2010 di Kelompok Tani
Setia Wargi (KT Setia Wargi), Desa Muara Jaya, Kecamatan caringin, Kabupaten
Bogor. Peserta kegiatan berasal dari anggota
KT Setia Wargi sebanyak 15 orang.
Materi pelatihan meliputi :
1. Penyusunan Recording
2. Analisis Kelayakan Usaha
3. Pembuatan Ransum Itik Komplit
Materi pelatihan secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Kegiatan pendampingan peternak dilakukan dari bulan 18 Oktober sampai 18
November 2010. Peternak yang didampingi merupakan peternak yang mengikuti
kegiatan pelatihan. Pendampingan peternak
dilakukan dengan pembuatan demonstrasi
penggunaan ransum (Feeding Trial) di
peternakan yang dapat ditinjau dan diamati
oleh peternak. Uji coba dilakukan pada tiga
orang anggota kelompok yaitu Ade
Saefudin, Empung Sumitra, dan Wahyu
Nurdin. Sebanyak 10 ekor betina dan satu
ekor jantan pada masing-masing peternak.
26
Dari hasil uji coba lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum
komplit dapat meningkatkan produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen.
5.4. Tingkat Kelayakan Usahaternak Itik Secara IntensifAnalisis keuntungan dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari
DOD (kategori I) dan pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II).
Tabel 11. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari DOD (Kategori I)No Asumsi Nilai Satuan1 Periode pemeliharaan DOD + Produksi 30 Bulan2 Bangunan (kandang) 2.000.000 Rp/1000 ekor itik3 Tenaga kerja 2 Orang4 Tenaga Ahli 1 Orang5 Harga jual
5.1. Telur per butir 1.0005.2. Pupuk kandang (karung/100kg) 250.0005.3. Itik tua per ekor 25.000
6 Pemeliharaan itik umur 1hari 1.000 DOD7 Itik mulai bertelur 6 bulan
- Itik 6-8 bulan 50% bertelur- Itik 8-24 bulan 75% bertelur- Itik 24-30 bulan 50% bertelur
8 PakanAlternatif I (Konsentrat: Dedak = 1:4) 2.500 Rp/kgAlternatif II (Konsentrat: Dedak = 1:5) 2.300 Rp/kgAlternatif III (Keong: Dedak = 2:3) 2000 Rp/kg
9 Mortalitas 7%10 Lama 1 bulan 30 hari
27
Tabel 12. Asumsi dan Parameter Perhitungan Itik Petelur dari Dara (Kategori II)No Asumsi Nilai Satuan1 Periode Produksi 24 Bulan2 Bangunan (kandang) 2.000.000 Rp/1000 ekor itik3 Tenaga kerja 2 Orang4 Tenaga Ahli 1 Orang5 Harga jual
5.1. Telur per butir 1.000 Rupiah5.2. Pupuk kandang (karung/100kg) 2.500 Rupiah5.3. Itik tua per ekor 12.500 Rupiah
6 Pemeliharaan itik umur 5 bulan 3minggu 1.000 Dara
7 Itik mulai bertelur 6 bulan- Itik 6-8 bulan 50% bertelur- Itik 8-24 bulan 75% bertelur- Itik 24-30 bulan 50% bertelur
8 PakanAlternatif I (Konsentrat: Dedak = 1:4) 2.500 Rp/kgAlternatif II (Konsentrat: Dedak = 1:5) 2.300 Rp/kgAlternatif III (Keong: Dedak = 2:3) 2.000 Rp/kg
9 Mortalitas 2%10 Lama 1 bulan 30 hari11 Itik Dara Betina (5 bulan 3 minggu) 40.000 Rp/ekor
5.4.1. Komponen dan Struktur Biaya
Komponen biaya investasi usaha itik petelur terdiri dari sewa tanah, biaya
pembuatan kandang, biaya infrastruktur air dan listrik, peralatan penunjang lainnya,
pembelian bibit itik DOD (Day Old Duck), sekop, wadah pakan, dan tempat
penampungan telur. Biaya operasi meliputi pembelian pakan dan obat-obatan. Porsi
biaya terbesar usaha itik petelur adalah untuk pakan.
28
Tabel 13. Rincian Biaya Investasi (Kategori I)
NoNo Uraian Spesifikasi
Teknis
JumlahSatuanFisik
HargapersatuanFisik (Rp
JumlahNilai (Rp)
UmurEkonomis
(th)
NilaiPenyusutan
(Rp)1 2 3 4 5 6 7
1 Sewa Tanah 1.000.0002 Kandang Paket 1.000 2000 2.000.000 5 400.0003 Sumber air dan
listrikUtk sejumlah
ekor 2.500.000 15 166.667
4 Peralatanpenunjanglainnya
1.000.000 15 66.667
5 DOD 100 % betinaumur 1 hari 1.000 4.500 4.500.000 2,50 1.800.000
2 Obat dan vaksin Ekor 1.000 1.500 1.500.0003 Tenaga kerja Orang 2 900.000 54.000.0004 Tenaga Ahli (Koordinator) Orang 1 1.500.000 45.000.0005 Keranjang telur dan
transport Ekor 1.000 4.500 4.500.000
6 Air dan Listrik Bulan 30 90.000 2.700.0007 Penunjang Produksi Ekor 1.000 900 900.0008 Pemeliharaan dan
perbaikan Ekor 1.000 1.000 1.000.000
Jumlah Ekor 418.242.000Asumsi :1. Penjualan tiap hari tetapi pendapatan di peroleh tiap 10 hari sekali2. Modal Kerja = biaya operasi per 10 hari (= total biaya/360 x 10 )
29
Tabel 15. Rincian Biaya Investasi (Kategori II)
No Uraian SpesifikasiTeknis
JumlahSatuanFisik
Hargapersatuan
Fisik(Rp)
JumlahNilai (Rp)
UmurEkonomis
(th)
NilaiPenyusutan
(Rp)
1 Sewarumah/Tanah 1.000.000
2 Kandang Paket 1.000 2.000 2.000.000 5 400.0003 Sumber air
6 Air dan Listrik Bulan 24 90.000 2.160.0007 Penunjang Produksi Ekor 1.000 900 900.0008 Pemeliharaan dan
perbaikan Ekor 1.000 1.000 1.000.000
JUMLAH Ekor 2.000 354.220.000Asumsi:1. Penjualan tiap hari tetapi pendapatan di peroleh tiap 10 hari sekali2. Modal Kerja = biaya operasi per 10 hari (= total biaya/360 x 10 )
30
5.4.2. Pendapatan
Pendapatan bersih yang dihasilkan dari usaha itik petelur dari tahun pertama
hingga berakhirnya masa proyek rinciannya dapat dilihat dalam Tabel 17. Pendapatan
bersih khusus pada tahun ke empat pada kategori I pendapatan bersih bernilai negative
karena adanya pembelian baru DOD.
Tabel 17. Pendapatan Bersih Usaha Ternak Itik PetelurTahun Kategori I (DOD) Kategori II (Itik Dara)
Tahun Ke 1 -593.859.105 945.390.000Tahun Ke 2 504.055.455 982.342.200Tahun Ke 3 606.076.320 1.076.385.150Tahun Ke 4 -291.458.505 1.002.765.000Tahun Ke 5 460.180.455 606.802.200Tahun Ke 6 600.451.320 951.190.350Rata-rata per tahun 214.240.980 927.479.145
5.4.3. Aliran Laba-Rugi dan Arus Kas
Arus Kas dan Evaluasi Profitabilitas Rencana Investasi
1. Arus Kas
Arus kas untuk usaha itik petelur kategori I dan kategori II secara terperinci dapat
dilihat dalam lampiran.
2. Net B/C, IRR, NPV, dan Pay Back Periode.
Perhitungan net B/C, IRR dan NPV dan Pay Back Period untuk usaha itik petelur
kategori I dan kategori II menggunakan rumus dan cara perhitungan seperti yang
diuraikan pada lampiran
3. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha ternak itik petelur pada kategori II
lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengusahaan itik petelur pada kategori
I. Nilai IRR untuk Kategori I sebesar 35% berarti usaha itu masih layak secara
finansial untuk terus diusahakan sampai tingkat suku bunga yang berlaku masih
dibawah 35%. Demikian juga untuk Kategori II, usaha tersebut masih layak untuk
diusahakan secara finansial sampai tingkat suku bunga yang berlaku masih dibawah
159%. Hasil perhitungan lengkap dapat dilihat pada Tabel 18.
31
Tabel 18. Evaluasi Profibilitas Rencana Investasi Usaha Ternak Itik Petelur
Kriteria Kategori I Kategori IINPV Rp. 19.695.093 Rp. 179.405.378
Net B/C 1,42 5,94IRR 34,76% 159%PBP 2 tahun 7 bulan 8 bulan
Sumber: Hasil pengolahan data primer (2001)
5.4.4. Analisis Break Even Point
Analisis titik pulang pokok/impas atau Break Even Point dari usaha itik petelur
dengan mempertimbangkan besarnya biaya tetap, biaya variabel dan tingkat harga jual,
selama umur proyek didapatkan nilai rata-rata untuk skala usaha kategori I sebesar
Rp 31.003.288, atau sebesar 49.502 kg telur itik, sedangkan untuk skala usaha kategori
II sebesar Rp 45.022.355 atau sebesar 73.411 kg telur itik.
32
VI. KESIMPULAN
Karakteristik anggota KT Setia Wargi dilihat berdasarkan umur, pendidikan formal dan
lama beternak itik (pengalaman). Kisaran umur anggota KT Setia Wargi antara 17 sampai 47
tahun. Kisaran tersebut masih berada pada usia produktif. Sebagian besar anggota KT Setia
Wargi berpendidikan SMP atau SMA dan pengalaman dalam beternak itik antara 5 sampai 20
tahun. Jumlah itik yang dipelihara oleh anggota KT Setia Wargi bervariasi. Sebagian
besar memelihara berkisar antara 1 sampai 10 ekor (60 %).
Kegiatan edukasi dan pendampingan peternak yang dilakukan terdiri atas dua
kegiatan. Kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 13-17 Oktober 2010 di Kelompok
Tani Setia Wargi (KT Setia Wargi), Desa Muara Jaya, Kecamatan caringin, Kabupaten
Bogor. Peserta kegiatan berasal dari anggota KT Setia Wargi sebanyak 15 orang.
Kegiatan pendampingan peternak dilakukan dari bulan 18 Oktober sampai 18 November 2010.
Peternak yang didampingi merupakan peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan.
Pendampingan peternak dilakukan dengan pembuatan demonstrasi penggunaan ransum
(Feeding Trial) di peternakan yang dapat ditinjau dan diamati oleh peternak. Uji coba dilakukan
pada tiga orang anggota kelompok yaitu Ade Saefudin, Empung Sumitra, dan Wahyu Nurdin.
Sebanyak 10 ekor betina dan satu ekor jantan pada masing-masing peternak. Dari hasil uji coba
lapang ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum komplit dapat meningkatkan
produksi telur sekitar 20 sampai 30 persen.
Analisis keuntungan dilakukan dalam dua kategori, yaitu pemeliharaan mulai dari
DOD (kategori I) dan pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode
usaha 10 tahun dan dengan biaya investasi sebesar Rp. 11.550.000 (kategori I), Rp.
47.050.000 (kategori II), Net Present Value yang diperoleh sebesar Rp. 19.695.093
(kategori I), dan Rp. 179.405.378 (kategori II), dengan Net B/C, kategori I, 1,42, dan
kategori II, 5,94 . Nilai Internal Rate of Return pada periode usaha yang sama
(kategori I) adalah 34,76%, dan pada kategori II, sebesar 159%. Sedangkan PBP, pada
kategori I, 2 tahun 7 bulan, dan pada kategori II, 8 bulan. Secara umum usaha
peternakan itik Alabio “Bina Karya Ternak” layak untuk dilaksanakan karena nilai Net
Present Value positif dan nilai Internal Rate of Return lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku.
33
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Biro Pusat Statistik. 2001. Sensus Pertanian 2001. BPS. Jakarta.
Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan.Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gretinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. UI-Press. Jakarta.
Kadariah, Karlina, L., dan Gray, C. 1999. Pengantar Evaluasi proyek. FE-UI. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murtidjo, Bambang Agus. 1992. Mengelola Itik. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Samosir, D. J. 1983. Ilmu Ternak Itik. Penerbit P.T. Gramedia, Jakarta.
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan: Kumpulan Pemikiran. USESEFoundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB. Bogor.
Shane S. M. 1998. Buku Pedoman Penyakit Unggas. American Soybean Association.Singapore.
Soehadji. 1995. Membangun Peternakan Tangguh. Orasi Ilmiah. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Soekartawi, A. Sohardjo, John L.D., J.B. Hardake. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitianuntuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.