-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
1/25
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
PERCOBAAN II
METABOLISME OBAT
Disusun Oleh :
Golongan IV Kelompok 4
1.
Ananda Dwi Rahayu (G1F013034)
2. Syaeful Eko P (G1F013036)
3. Murti Setiati (G1F013038)
4.
Feni Amalia F (G1F013040)
5. M. Imaduddin S (G1F013042)
Tanggal Praktikum : Kamis, 17 April 2014
Nama Dosen Pembimbing Praktikum : Heni Ekowati
Nama Asisten Praktikum : 1. Galih Samodra
2. Rahma
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
2/25
PERCOBAAN II
METABOLISME OBAT
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metabolisme obat sering disebut biotransformasi. Metabolisme
obat penting
dalam mengevaluasi keamaanan obat. Selain itu untuk mengetahui
bagaimana
obat dimetabolisme dan dideaktivasi,untuk mengenal jalur serta
kecepatan
distribusi dan eiminasi obat maupun metabolitnya.
B. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim
pemetabolisme
obat dengan mengukur efek farmakologinya.
C. Dasar Teori
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat
kimia
dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi
metabolitnya. Jumlah
obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan
ekskresi. Hati
merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan
efektif
mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan
mengalami reabsorpsi
di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu,
obat yang lipofil
harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih
polar supaya
reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.
Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I
merubah
senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional
seperti OH,
NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami
proses
perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin
mempengaruhi efek
farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim
sitokrom
P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga
berperan penting
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
3/25
dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan
detoksifikasi zat
eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak
menggunakan
enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin,
histamine dan etanol.
Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup
polar
setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada
zat yang sangat
lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan
zat endogen
seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam
amino. Hasil reaksi
konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara
farmakologi.
Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan
paling penting
dalam ekskresi dan inaktifasi obat.
Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH
dan
COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk
dimetabolisme fase II.
Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih
dahulu
sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme
fase II terlebih
dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran
endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang
lain (ekstra
hepatik) adalah: dinding usus, Ginjal, Paru, Darah, Otak dan
Kulit,juga di lumen
kolon(oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar
(larut
lemak) menjadi polar (larut air)agar dapat diekskresikan melalui
ginjal atau
empedu.dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi
inaktif.Tapi
sebagian berubah menjadi lebih aktif(jika asalnya
prodrug),kurang aktif,atau
menjadi toksik.
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim
cytocrome
P450 (cyp) yang disebut juga enzim monooksigenase atau MFO
(Mixed Fungtion
Oxidase) dalam endoplasmic reticulum (mikrosom) hati. Interaksi
dalam
metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim metabolisme,
terutama
enzim cyp.
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
4/25
Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada
tingkat
transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
obat yang
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.
Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara
langsung
dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang
dihambat juga terjadi
secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)
Proses metabolisme dapat mempengaruhi aktivitas biologis, masa
kerja,
dan toksisitas obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang
metabolisme obat
penting dalam studi.suatu obat dapat menimbulkan suatu respon
biologis dengan
melalui dua jalur, yaitu:
a. Obat aktif setelah masuk melalui peredaran darah, langsung
berinteraksi dengan
reseptor dan menimbulkan respon biologis.
b. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses
metabolisme
menjadi obat aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan
respon biologis
(bioaktivasi)
Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat
menjadi
metabolit tidak aktif dan tidak toksik (bioinaktivasi atau
detoksifikasi), mudah
larut dalam air dan kemudian diekskresikan dari tubuh. Hasil
metabolit obat
bersifat lebih toksik dibanding dengan senyawa induk
(biootoksifikasi) dan ada
pula hasil metabolit obat yang mempunyai efek farmakologis
berbeda dengan
senyawa induk. contoh: Iproniazid, suatu obat perangsang system
syaraf pusat,
dalam tubuh di metabolis menjadi isoniazid yang berkhasiat
sebagai anti
tuberkolosis.
Faktor-faktor yang mempengarui metabolisme obat:
Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses
kimiawi
dan enzimatik sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit.
Jumlah metabolit
ditentukan oleh kadar dan aktivitas enzim yang berperan dalam
proses
metabolisme. Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas
dan masa kerja
obat. Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada
masing-masing
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
5/25
individu. Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan
intensitas dan
memperpanjang masa kerja obat dan kemungkinan meningkatkan
toksisitas obat.
Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan intensitas dan
memperpendek
masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis
normal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara
lain:
1. Faktor Genetik atau keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat
kadang-
kadang terjadi dalam system kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa
factor
genetic atau keturunan ikut berperan terhadap adanya perbedaan
kecepatan
metabolisme obat.
2. Perbedaan spesies dan galur
Pada proses metabolisme obat, perubahan kimia yang terjadi
pada
spesies dan galur kemungkinan sama atau sedikit berbeda, tetapi
kadang-
kadang ada perbedan uang cukup besar pada reaksi
metabolismenya.
3. Perbedaan jenis kelamin
Pada spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis kelamin
terhadap kecepatan metabolisme obat
4. Perbedaan umur
Bayi dalam kandungan atau bayi yang baru lahir jumlah
enzim-enzim
mikrosom hati yang diperlukan untuk memetabolisme obat relatif
masih
sedikit sehingga sangat peka terhadap obat.
5. Penghambatan enzim metabolisme
Kadang-kadang pemberian terlebih dahulu atau secara
bersama-sama
suatu senyawa yang menghambat kerja enzim-enzim metabolisme
dapat
meningkatkan intensitas efek obat, memperpanjang masa kerja obat
dan
kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
6/25
6. Induksi enzim metabolisme
Pemberian bersama-sama suatu senyawa dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa kerja obat. Hal
inidisebabkan senyawa tersebut dapat meningkatkan jumlah atau
aktivitas
enzim metabolisme dan bukan Karena permeablelitas mikrosom atau
adanya
reaksi penghambatan. Peningkatan aktivitas enzim metabolisme
obat-obat
tertentuatau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme
dan
menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek
farmakologis
obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.
Induksi enzim juga mempengaruhi toksisitas beberapa obat
karena
dapat meningkatkan metabolisme dan metabolit reaktif.
Perubahan kimia obat dalam tubuh terutama terjadi pada
jaringan-jaringan
dan organ-organ seperti hati, ginjal, paru dan saluran cerna.
Hati merupakan
organ tubuh tempat utama metabolisme obat oleh karena mengandung
enzim-
enzim metabolisme dibanding organ lain. Metabolisme obat di hati
terjadi padamembrane reticulum endoplasma sel. Retikulum endoplasma
terdiri dari dua tipe
yang berbeda, baik bentuk maupun fungsinya. Tipe 1 mempunyai
permukaan
membran yang kasar, terdiri dari ribosom-ribosom yang tersusun
secara khas dan
berfungsi mengatur susunan genetik asam amino yang diperlukan
untuk sintesis
protein. Tipe 2 mempunyai permukaan membran yang halus tidak
mengandung
ribosom. Kedua tipe ini merupakan tempat enzim-enzim yang
diperlukan untuk
metabolisme obat. Jalur umum metabolisme obat dan senyawa
organik asing
Reaksi metabolisme obat dan dan senyawa organic asing ada dua
tahap yaitu:
1. Reaksi fase I atau reaksi fungsionalisasi
2. Reaksi fase II atau reaksi konjugasi.
Yang termasuk reaksi fase I adalah reaksi-reaksi oksidasi,
reduksi, dan
hidrolisis. Tujuan reaksi ini adalah memasukkan gugus fungsional
tertentu yang
besifat polar.
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
7/25
Yang termasuk reaksi fase II adalah reaksi konjugasi, metilasi
dan
asetilasi. Tujuan reaksi ini adalah mengikat gugus fungsional
hasil metabolit
reaksi fase I dengan senyawa endogen yamg mudah terionisasi dan
bersifat polar,
seperti asam glukoronat, sulfat, glisin dan glutamine,
menghasilkan konjugat yang
mudah larut dalam air. Hasil konjugasi yang terbentuk (konjugat)
kehilangan
aktivias dan toksisitasnya, dan kemudian di ekskresikan melalui
urin.
Pada metabolisme obat, gambaran secara tepat system enzin
yang
bertanggung jawab terhadap proses oksidasi, reduksi, masih belum
diketahui
secara jelas. Secara umum diketahui bahwa sebagian besar reaksi
metabolik akan
melibatkan prpses oksidasi. Proses ini memerlukan enzim sebagai
kofaktor, yaitu
bentuk tereduksi dari nikotinamid-adenin-dinukleotida fosfat
(NADPH) dan
nikotinamid-adenin-dinukleotida
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
8/25
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Spuit injeksi (0,1-2 ml),
jarum
sonde, labu ukur 10 ml, stop watch, timbangan tikus, neraca
analitik, dan
alat-alat gelas.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquabidest, diazepam,
induktor
enzim : fenobarbital 30 mg/kg BB, inhibitor enzim : simetidin
dan
siprofloksasin, hewan coba (tikus), kapas dan alkohol.
III.
CARA KERJA
a. Tikus I
-
Ditimbang
-
Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)
- Diambil 4 ml dengan spuit injeksi
- Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut
- Didiamkan 15 menit
-
Dicatat onset diazepam secara intra peritoneal- Dimasukkan dalam
rotarod selama 2 menit pada menit
ke 15, 30, 60, dan 90
- Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod
-
Dicatat durasi diazepam secara intra peritoneal
TIKUS
DIAZEPAM AMPUL
TIKUS
DATA
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
9/25
b. Tikus II
-
Ditimbang
- Ditimbang
- Digerus
-
Diambil sesuai dengan dosis (1,35 mg)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 25 ml)
-
Diambil 5 ml dengan jarum sonde
- Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut
-
Didiamkan 15 menit
-
Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)
- Diambil 5 ml dengan spuit injeksi
- Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut
- Didiamkan 15 menit
-
Dicatat onset diazepam dengan induktor fenobarbital- Dimasukkan
dalam rotarod selama 2 menit pada menit
ke 15, 30, 60, dan 90
- Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod
-
Dicatat durasi diazepam dengan induktor fenobarbital
FENOBARBITAL TABLET
TIKUS
DATA
TIKUS
DIAZEPAM AMPUL
TIKUS
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
10/25
c. Tikus III
-
Ditimbang
- Ditimbang
- Digerus
-
Diambil sesuai dengan dosis (9 mg)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 10 ml)
-
Diambil 5 ml dengan jarum sonde
Diinjeksikan dalam tikus melalui mulut
-
Didiamkan 15 menit
- Diambil sesuai dengan dosis (0,18 ml)
- Diencerkan dalam labu ukur (di ad air 50 ml)
- Diambil 5 ml dengan spuit injeksi
- Diinjeksikan dalam tikus melalui rongga perut
-
Didiamkan 15 menit- Dicatat onset diazepam dengan inhibitor
ciprofloksasin
- Dimasukkan dalam rotarod selama 2 menit pada menit
ke 15, 30, 60, dan 90
-
Dicatat banyaknya frekuensi tikus terjatuh dari rotarod
- Dicatat durasi diazepam dengan inhibitor ciprofloksasin
CIPROFLOKSASIN TABLET
TIKUS
TIKUS
DATA
TIKUS
DIAZEPAM AMPUL
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
11/25
IV. PERHITUNGAN DAN HASIL PERCOBAAN
Perhitungan Dosis :
Ciprofloksasin
Dosis obat : 500 mg
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
12/25
Diazepam
Dosis obat : 5 mg
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
13/25
Fenobarbital
Dosis obat : 30 mg
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
14/25
Data Pengamatan :
Kelompok 1 Onset Durasi 15 30 60 90
Tikus I (Diaz) 16 40 - 5 3 2
Tikus II (Feno +
Diaz)
6 52 3 4 3 4
Tikus III (Simet
+ Diaz)
29 24 5 3 3 5
Kelompok 2 Onset Durasi 15 30 60 90
Tikus I (Diaz) 13 22 5 4 4 5
Tikus II (Feno +
Diaz)
11 24 4 4 1 1
Tikus III (Simet
+ Diaz)
28 67 5 4 1 1
Kelompok 3 Onset Durasi 15 30 60 90
Tikus I (Diaz) 9 75 15 7 5 2
Tikus II (Feno +
Diaz)
11 65 10 12 5 1
Tikus III (Cipro
+ Diaz)
12 >90 8 6 6 5
Kelompok 4 Onset Durasi 15 30 60 90
Tikus I (Diaz) 5 70 17 9 7 3
Tikus II (Feno +
Diaz)
4 69 9 9 7 4
Tikus III (Cipro
+ Diaz)
3 57 7 4 2 3
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
15/25
V. PEMBAHASAN
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat
kimia
dalam jaringan biologi yang dikatalis oleh enzim menjadi
metabolitnya. Jumlahobat dalam tubuh dapat berkurang karena proses
metabolisme dan ekskresi. Hati
merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan
efektif
mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan
mengalami reabsorpsi
di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu,
obat yang lipofil
harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih
polar supaya
reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi.
Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I
merubah
senyawa lipofil menjadi senyawa yang mempunyai gugus fungsional
seperti OH,
NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa lebih mudah mengalami
proses
perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin
mempengaruhi efek
farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim
sitokrom
P450 yang banyak terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga
berperan penting
dalam memetabolisme zat endogen seperti steroid, lemak dan
detoksifikasi zat
eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak
menggunakanenzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin,
histamine dan etanol.
Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup
polar
setelah mengalami metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada
zat yang sangat
lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan antara obat dengan
zat endogen
seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam
amino. Hasil reaksi
konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara
farmakologi.
Glukoronidasi adalah reaksi konjugasi yang paling umum dan
paling penting
dalam ekskresi dan inaktifasi obat.
Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH
dan
COOH mungkin tidak perlu mengalami reaksi fase I untuk
dimetabolisme fase II.
Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi fase I terlebih
dahulu
sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme
fase II terlebih
dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001)
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
16/25
Induksi berarti peningkatan sistem enzim metabolisme pada
tingkat
transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
obat yang
menjadi substrat enzim yang bersangkutan.Contoh obat yang
bersifat induksi
adalah sebagai induktor yaitu fenobarbital
Inhibisi enzim metabolisme berarti hambatan yang terjadi secara
langsung
dengan akibat peningkatan kadar substrat dari enzim yang
dihambat juga terjadi
secara langsung. (Mardjono,2007,hal 8)
Metabolisme merupakan proses mengubah struktur suatu zat menjadi
zat
lain yang memiliki sifat yang sama, menyerupai atau bahkan
berbeda dengan zat
itu sebelumnya (Sari, 2008).
Zat-zat yang larut dalam lipid dimetabolisme oleh hati
menggunakan dua
set umum reaksi, fase I dan fase II. Reaksi fase I sering
melibatkan sistem P-450.
Reaksi fase II adalah konjugasi, sebagian besar dengan
glukuronid. Reaksi fase I
mengubah molekul lipofilik menjadi molekul-molekul yang lebih
polar dengan
memasukkan atau membuka gugus fungsional polar seperti OH atau
NH2.
Sebagian besar reaksi ini menggunakan enzim-enzim P-450
mikrosomal. Reaksi
fase I merupakan dasar sejumlah interaksi obat. Terdapat suatu
rangkaian lengkap
enzim sitokrom P-450 yang dapat diinhibisi atau diinduksi.
Diantara enzim-enzim
tersebut, CYP3A4 mempunyai peran dalam metabolisme sekitar 50%
obat yang
akhir-akhir ini diresepkan. Inhibisi atau induksi CYP3A4 oleh
satu obat akan
mempengaruhi kadar obat lain yang juga dimetabolisme oleh
CYP3A4. Sebagai
contoh, rifampin menginduksi CYP3A4, yang dapat meningkatkan
metabolisme
estrogen, sehingga mengurangi keefektifan pil pengontrol
kehamilan (pil KB)
(Stringer, 2008).
Reaksi fase II adalah reaksi konjugasi. Reaksi-reaksi ini
mengombinasikan
asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino dengan
molekul obat
sehingga obat tersebut menjadi lebih polar. Obat-obat yang
sangat polar ini
selanjutnya dapat diekskresikan oleh ginjal (Stringer,
2008).
Suatu obat yang dapat meningkatkan metabolisme dari obat lain
dengan
merangsang (menginduksi) enzim-enzim hati. Obat-obat yang dapat
menginduksi
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
17/25
enzim-enzim disebut sebagai penginduksi enzim. Salah satu contoh
dari
penginduksi enzim adalah barbiturat (fenobarbital). Fenobarbital
meningkatkan
metabolisme penghambat reseptor beta (propanolol), kebanyakan
dari
antipsikotropik, dan teofilin. Metabolisme yang meningkat
mempercepat
eliminasi obat di dalam plasma. Akibatnya adalah penurunan kerja
obat. Kadang-
kadang enzim-enzim hati mengubah obat menjadi metabolit aktif
atau pasif. Ada
juga beberapa obat yang merupakan penghambat enzim (Kee dan
Hayes, 1996).
Inhibitor enzim menghambat metabolisme obat, meningkatkan durasi
kerja
dan konsentrasi plasma obat-obat pendamping. Contohnya
simetidin, disulfiram,
etanol, antibiotika makrolid, alopurinol, isoniazid,
kloramfenikol, dan ketokonazol
(Cairns, 2009).
Kerja suatu inhibitor yaitu berikatan dengan enzim sehingga
ketika ada
obat lain masuk obat tersebut tidak akan dimetabolisme, lalu
obat akan
terakumulasi dalam plasma dan akan menyebabkan efek toksik.
Akibatnya durasi
efek terapi yang lama dan bahkan kematian hewan uji. Secara
garis besar kerja
inhibitor yaitu menghambat metabolisme suatu obat.
Kerja suatu inductor yaitu membantu meningkatkan enzim
pemetabolisme,
ketika ada obat lain yang masuk obat tersebut akan langsung
dimetabolisme dan
di ekskesikan sehingga mengurangi kadarnya dalam plasma dan
diperoleh durasi
obat yang pendek
Contoh obat yang bersifat inhibisi adalah sebagai inhibitor
yaitu simetidin
dan siprofloksasin
Monografi dan mekanisme kerja
1. Diazepam
7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4-benzodiazepin-2-on,BM:
284,75
Pemerian : Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning; praktis
tidak
berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam
kloroform; larut
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
18/25
dalam etanol. Suhu lebur :130-134Ph : diazepam dalam larutan
relative stabil
pada ph 4 dan maksimum stabilitas pada ph 5. Diazepam adalah
N-demethylated
oleh CYP3A4 dan 2C19 ke desmethyldiazepam metabolit aktif-N,
dan
dihidroksilasi oleh CYP3A4 ke temazepam metabolit aktif.
N-desmethyldiazepam
dan temazepam keduanya dimetabolisme lebih lanjut untuk
oxazepam.Temazepam dan oxazepam sebagian besar dihilangkan
dengan
glucuronidation.
Berikatan dengan reseptor stereospesifik benzodiazepin pada
saraf GABA
post-sinaps di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat,
termasuk sistem limbik,
susunan retikular. Menambah efek penghambat GABA pada hasil
eksitabilitas
saraf dengan meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap
ion klorin.
Pertukaran ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi dan
stabilisasi. (Lexy-Comp
p.462)
1. Fenobarbital
Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang
efektif dalam
mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis. Mekanisme kerja
menghambat kejang
kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui
suatu kerja
pada reseptor GABA, rekaman intrasel neuron korteks atau
spinalis kordata
mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan respons
terhadap GABA
yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini telah teramati pada
konsentrasi
fenobarbital yang sesuai secara terapeutik. Analisis saluran
tunggal pada out patch
bagian luar yang diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit
menunjukkan
bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor
GABA dengan
meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor GABA
tanpamerubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi
konsentrasi terapeutik,
fenobarbital juga membatasi perangsangan berulang terus menerus;
ini mendasari
beberapa efek kejang fenobarbital pada konsentrasi yang lebih
tinggi yang
tercapai selama terapi status epileptikus.
2. Cimetidine
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
19/25
Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara
selektif
dan reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan
menghambat sekresi
asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah
perangsangan oleh
makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine
dengan cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam
plasma dicapai
dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine
diekskresikan melalui
urin.
3. Siprofloksasin
Ciprofloxacin
(1-cyclopropyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(-1-
piperazinyl-3-quinolone carboxylic acid) merupakan salah satu
obat sintetik
derivat quinolone. mekanisme kerjanya adalah menghambat
aktifitas DNA gyrase
bakteri, bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap
bakteri gram positif
maupun gram negatif.
Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran
cerna,
bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat
pada protein
plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh.
metabolismenya
dihati dan diekskresi terutama melalui urine.
Tikus diberi diazepam 10mg/kg BB secara intraperitoneal.
Diazepam
bekarja dengan aksi gama-aminobutyric acid (GABA) sebagai
neurotransmitter
penghambat sehingga kanal klorida terbuka dan terjadi
hiperpolarisasipost
sinaptik membran sel dan mendorongnya agar tidak dapat di
eksitasi. Hal tersebut
mangakibatkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde,
potensial alcohol,
antikonvulsi dan relaxasi otot skeletal. Kemudian tikus II
diberi fenobarbital
30mg/70 kg BB dengan fenobarbital setelah 15 menit diberi
diazepam.
Fenobarbital adalah obat induksi enzim metabolisme menyebabkan
enzim
sitokrom P450 terinduksi akibatnya diazepam akan cepat di
metabolisme sehingga
obat akan cepat di eliminasi dari dalam tubuh. Akibatnya efek
diazepam dalam
tubuh berkurang karena hanya berefek sebentar. Sedangkan tikus
III diberi
simetidin setelah 15 menit diberi diazepam. Dan tikus IV diberi
ciprofloksasin
setelah 15 menit diberi diazepam. Simetidin dan ciprofloksasin
merupakan obat
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
20/25
penginhibisi enzim metabolism. Kerjanya menghambat kerja enzim
sitokrom
P450 sehingga metabolism obat dihambat. Obat di eliminasi lebih
lama di dalam
tubuh dan obat berefek lebih lama di dalam tubuh (Mardjono,
2007).
Tikus diamati onset dan durasinya berdasarkan refleks balik
badan.
Jumlah jatuhnya tikus menandakan kesadaran tikus. Semakin banyak
tikus jatuh
berarti tikus dalam keadaan dibawah pengaruh sedasi. Onset bisa
dilihat dari
waktu mulainya tikus mulai lemas dan durasi bisa dilihat dari
lamanya waktu
tikus menjadi lemas sampai tikus terlihat mulai aktif kembali
(Mardjono, 2007).
Onset diazepam pada umumnya pada menit ke 4-8 setelah pemberian
( Anonim,
2004).
VI. KESIMPULAN
Metabolisme obat dapat dipengaruhi oleh obat lain yang
digunakan
bersama-sama.
Obat yang mempengaruhi metabolisme obat dapat memperlama
atau
memperpendek kerja obat.
Contoh obat yang memperpanjang kerja obat (inhibitor) yaitu
ciprofloksasin dan simetidin.
Contoh obat yang memperpendek kerja obat (induktor) yaitu
golongan
barbitulat contohnya fenobarbital.
Tikus yang diberi obat penghibisi enzim metabolisme
mengalami
durasi yang lebih lama daripada yang diberi obat penginduksi
enzim
metabolisme.
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
21/25
VII.TUGAS
1. Sebutkan senyawa-senyawa yang dapat menginduksi dan
menginhibisi
enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme!
Jawab :
Senyawa yang dapat menginduksi enzim yaitu fenobarbital,
alobarbital, pentobarbital, dan sekobarbital. Seangkan senyawa
yang
dapat menginhibisi enzim yaitu simetidin, ciprofloksasin,
dan
eritromisin.
2. Jelaskan mekanisme induksi dan inhibisi enzim!
Jawab :
Induksi seperti jenis fenobarbital akan menaikkan proliferasi
RE
dan dengan demikian bekerja menaikkan dengan jelas bobot
hati.
Induksi terutama pada sitokrom P450 dan juga pada glukuronil
transfase, glutation transfase, dan epoksida hidrolase, induksi
yang
terjadi relatif cepat (beberapa hari). Induktor metilkolantren
yang
termassuk karbohidrat aromatik (misalnya benzpiren,
metilkolatren,
triklordibenodioksin, fenantren) dan beberapa herbisida,
terutama
meningkatkan kerja sitokrom P450 dan sintesis glukuronil
transferase.
Proliferasi RE dan dengan demikian kenaikan bobot hati
sedikit.
Sebagai akibat dari induksi enzim maka kapasitas penguraian
meningkat, sehingga dalam waktu beberapa minggu menurun
hingga
pada tingkat asalnya.
Pada penambahan inhibitor enzim terjadi pula mekanisme
inhibisi enzim dengan cara bahan obat yang menyebabkan
penurunansintesis atau menaikkan penguraian enzim RE atau antara 2
obat
terdapat persaingan tempat ikatan pada enzim, akibatnya
terjadi
penghambatan penguraian secara kompetitif sehingga laju
metabolisme menurun.
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
22/25
3. Jelaskan hubungan antara induksi dan inhibisi enzim dengan
efek
farmakologi dan toksisitas!
Jawab :
Inhibisi berarti hambatan terjadi langsung, dengan akibat
peningkatan kadar obat yang menjadi substrat dari enzim yang
menghambat juga terjadi secara langsung untuk mencegah
terjadinya
toksisitas, diperlukan penurunan dosis obat yang bersangkutan
atau
bahkan tidak boleh diberikan bersama penghambatnya (kontra
indikasi) jika akibatnya membahayakan. Hambatan pada umumnya
bersifat kompetitif (karena merupakan substrat dari enzim yang
sama),
tetapi juga dapat bersifat non-kompetitif (bukan substrat dari
enzim
yang bersangkutan atau ikatannya irreversibel.
Induksi berarti peningkatan sintesis enzim metabolisme pada
tingkat transkripsi sehingga terjadi peningkatan kecepatan
metabolisme obat yang menjadi substrat enzim yang
bersangkutan,
akibatnya diperlukan peningkatan dosis obat tersebut, berarti
terjadi
toleransi farmakokinetik karena melibatkan sintesis enzim
maka
diperlukan waktu beberapa hari (3 hari sampai 1 minggu)
sebelum
dicapai efek yang maksimal.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta :
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995,Farmakope Indonesia IV, Jakarta : Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonym, 2004,Diazepam, url :http://www.nursingtimes.netdiakses
15
Mei 2014.
Cairns, Donald. 2009.Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : EGC.
http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/http://www.nursingtimes.net/
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
23/25
Kee, Joyce L., Dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi
Pendekatan
Proses
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Mardjono, Mahar, 2007,Farmakologi dan Terapi, Jakarta : UI
press.
Martindale, 2006,The Complete drug Reference. 35th
edition,AHFS
DRUG.
Mycek, Mary J, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2,
Widya
Medika, Jakarta.
Sari, Wening, dkk. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Jakarta :
Penebar Plus.
Siswandono, Soekardjo, 1995,Kimia Medisinal, Surabaya;
Airlangga
University Press.
Stringer, Janet L. 2008.Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta :
EGC
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
24/25
Purwokerto, 16 Mei 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Praktikum
(Esti Dyah Utami)
Ketua Kelompok,
(Syaeful Eko Prayitno)
-
7/13/2019 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II - Copy.docx
25/25