This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM DASAR-DASAR HORTIKULTURA (AGH 240)
1.1 Latar Belakang................................................................................................41.2 Tujuan.................................................................................................................6
BAB 1............................................................................................................................7BUDIDAYA TANAMAN DI LAPANG......................................................................7
1.1 Tanaman di lapang...............................................................................................7Budidaya kangkung...............................................................................................7Budidaya bayam....................................................................................................9Budidaya kacang panjang....................................................................................10Budidaya tomat....................................................................................................10Budidaya Caisin...................................................................................................12Budidaya cabai rawit...........................................................................................13
1.2 Bahan dan metode...........................................................................................141.3. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................15
A. Kangkung........................................................................................................15B. Caisin..............................................................................................................18C. Bayam.............................................................................................................21D. Tomat..............................................................................................................24E. Cabai...............................................................................................................29F. Kacang Panjang...............................................................................................32
3. . KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................35BAB II.........................................................................................................................36KUNJUNGAN NURSERY DAN PEMBUATAN MEDIA.......................................36
1. Bahan dan Metode..........................................................................................362. Hasil dan Pembahasan...................................................................................36
3.Kesimpulan dan Saran..........................................................................................48BAB III........................................................................................................................49KUNJUNGAN GREENHOUSE.................................................................................49
Pengenalan Greenhouse...........................................................................................49Bentuk-Bentuk Greenhouse.....................................................................................49Heat Unit..................................................................................................................50Komoditi Tanaman Budidaya Dalam Greenhouse..................................................50Syarat-syarat Greenhouse Daerah Tropik................................................................51Media.......................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................65LAMPIRAN................................................................................................................66
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya hortikultura merupakan suatu rangkaian kegiatan pertanian dari
awal penanaman hingga penanganan pasca panen. Secara umum budidaya
hortikultura meliputi: tanaman sayuran (vegetable crops); tanaman buah (fruit crops);
dan tanaman hias (ornamental crops). Kegiatan hortikultura mencakup aspek
produksi dan penanganan pasca panen yaitu: teknologi perbanyakan, penanaman,
pemeliharaan, panen serta pasca panen. Luas lahan pertanian untuk lahan tanaman
hortikultura di dunia adalah sangat kecil bila dibandingkan dengan luas lahan
tanaman lain seperti serealia (biji-bijian) yaitu kurang dari 10%. Hal tersebut
disebabkan oleh banyak faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan
Polibag sebagai tempat dalam menyipkan media tumbuh dipilih
berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan fungsi media
sebagai tempat tumbuhnya media tanam.
Pada umumnya media tumbuh yang banyak digunakan dan
direkomendasikan adalah pot dari tanah, semen, plastik tebal seperti ember
dan plastik tipis (€kantong plastik). Dalam kegiatan yang sifatnya masal untuk
produksi, bukan untuk hobi, tempat media tanam yang biasa digunakan adalah
pot dari tanah dan polibag untuk pembibitan atau budidaya tanaman secara
hidroponik.
Polibag singkatan dari poly ethylin bag artinya kantong yang terbuat
dari bahan plastik berwarna hitam. Beberapa alasan penggunaan polybag
sebagai tempat media tumbuh tanaman, karena polybag mempunyai
kelebihan-kelebihan tertentu antara lain:
Bahannya kuat, sehingga mudah digunakan
Warnanya hitam, sehingga suasana media menjadi gelap dan mampu
untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman
Untuk medi atumbuh yang masa pemeliharaanya relatif singkat. Fungsi
polibag dapat digantikan dengan kantong plastik warn putih, daun pisang atu
bahan lain yang memenuhi persyaratan.
UKURAN POLYBAG
Dipasaran di jumpai berbagai ukuran polybag mulai dari diameter 10
cm sampai 40 cm. Pemilihan ukuran ini disesuaikan dengan peruntukannya.
Bila media tumbuh akan digunakan untuk penyapihan pertama dari
perkecambahan dapat digunaan polibag dengan diameter 10 cm, tapi bila akan
digunakan untuk penyapihan yang digunakan dalam waktu lama, ukuran
polibag dapat menggunakan ukuran diameter 40 x 60 cm. Pada prinsipnya,
adalah bahwa ukuran/volume tempat media harus mampu menyediakan mesia
untuk tegak dan tumbuhnya tanaman secara optimal selama masa
pemeliharaan di polibag.
Berikut ini disajikan beb erapa ukuran polibag dari yang terkecil
sampai terbesar:
Ukuran :
25 t:25 cm
d: 20 cm
20 t :20cm
d:20cm
35 t:35cm
d:35cm
40 t:40cm
d:40cm
50 t:50cm
d:50cm
Berikut ini adalah tahap-tahap yang diperllukan dari bibit hingga siap
jual:
Tahap-tahap dari bibit sampai siap jual :
1. Okulasi pada tray semai bebentuk kecil
2. Po15 Contohnya adalah rambutan dan nangka
3. Po25 Sampai berumur 4 bulan denga ciri adalah batang sebesar pulpen
atau bisa disambung
4. Po35 6 Bulan sampai okulasi dan sambung jadi
5. Po40 Sampai percabangan kecil
6. Po50 Percabangan Besar
Nb: Cangkok 25-35-40 berarti siap jual
PASAR
Target pasar untuk nurseri di kebun percobaan cikabayan adalah gropromo
yang terletak di samping kampus baranang siang. Bibit yang telah jadi akan
langsung sisuplai keb Agropromo dengan variasi harga tertentu.
3.Kesimpulan dan Saran
Terdapatberbagai macam jenis tanaman nurseri yang terdapat pada
kebun percobaan cikabayan. Mulai dari tanaman pangan, buah, sampai
tanaman perkebuban. Sebagian besar media tanam di kebun percobaan
Cikabayan adalah polibag yang berisi berbagai macam campuran pupuk
organik. Sedikit sekali dalampembuatan media tanam di kebun percobaan
cikabayan yang menggunakan pupuk anorganik. Sedangkan target pasar
utama dari kebun percobaan cikabayan adalah Agropromo.
BAB III
KUNJUNGAN GREENHOUSE
Pengenalan Greenhouse
Menurut Soeseno (1985) Rumah kaca (Greenhouse) adalah istilah untuk
bangunan tempat menumbuhkan tumbuhan yang tetap hijau, walaupun kondisi di
lingkungan sekitar bangunan tidak menguntungkan. Menurut Nelson (1981), istilah
rumah kaca (greenhouse) digunakan untuk menyatakan sebuah bangunan yang
memiliki struktur atap dan dinding yang bersifat tembus cahaya, sehingga tanaman
tetap memperoleh cahaya matahari dan terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah curah hujan yang deras,
tiupan angin yang kencang atau keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Rumah kaca pada awalnya berkembang dari negara-negara subtropis dan dingin.
Awal mula penggunaan greenhouse adalah sebagai alternatif untuk bercocok tanam
dengan tidak terganggu oleh iklim. Dengan penggunaan greenhouse yang dilengkapi
dengan system pengendalian lingkungan maka keadaan yang tidak sesuai dengan
kondisi tumbuh tanaman dapat diatasi. Penggunaan greenhouse di daerah tropis
sebenarnya memiliki tujuan untuk melindungi tanaman agar tidak terkena pengaruh
buruk atau negative dari hujan, radiasi matahari yang tinggi dan agar terisolir atau
aman dari serangan hama.
Bentuk-Bentuk Greenhouse
materi, bentuk serta struktur green house sangatlah bervariasi sesuai dengan
tujuan/kepentingan yang ingin diperoleh. Ukuran green house mulai 100 m2 hingga
10.000 m2 bahkan lebih. Sedangkan bahan yang digunakan mulai yang sederhana
terbuat dari lembar polythein, dilengkapi dengan atap dari lembar polycarbonate,
gabungan polythein dan shading net, otomatik dan semi otomatik hingga seluruhnya
dikendalikan dengan sistem komputerisasi. Menurut bentuk dasarnya greenhouse
dibedakan menjadi : green house melengkung, rata (flat arch), kubah (raised dome),
gigi gergaji (sawtooth), terowongan (tunnel/igloos) dan sebagainya. Sedangkan
ditelaah dari strukturnya, green house terbagi menjadi:
a) Shade house (Rumah Naungan). Struktur bangunan ini terbuat dari rangkaian
naungan dari bahan
material yang memungkinkan cahaya matahari, kelembaban dan udara dapat masuk
melalui celah-celah. Bahan materi penutup bangunan digunakan untuk memodifikasi
lingkungan yang secara khusus digunakan untuk mengurangi cahaya sekaligus
melindungi tanaman dari kondisi cuaca yang kurang menguntungkan. Ketinggian
struktur bangunan tersebut bervariasi tergantung pada jenis tanaman yang akan
dibudidayakan yaitu lebih kurang 8 meter.
b) Screen house (Rumah Kaca/Plastik). Bangunan ini terbuat dari plastik atau kaca
yang dibuat untuk melindungi tanaman dari serangan hama. Screen house ini banyak
dijumpai di daerah-daerah panas atau beriklim tropis.
c) Crop top structures (Struktur Puncak Tanaman). Green house pada katagori ini
dibuat atap tanpa ada
dinding. Atapnya bisa terbuat dari plastik atau kaca, kain (shade cloth), atau ram
nyamuk (insect screening). Struktur ini dibuat sedemikian rupa untuk melindungi
tanaman dari air hujan atau mengurangi intensitas cahaya.
Heat Unit
Heat Unit merupakan control utama dari greenhouse atau kumpulan
greenhouse. Fungi dari heat unit adalah untuk mengatur penyiraman dan pemberian
pupuk pada budidaya hidroponik. Pengaturan ini termasuk jumlah dan waktu
pemberian pupuk dan air. Pengaturan ini dilakukan oleh computer dan memudahkan
untuk mengelola beberapa greenhouse sekaligus.
Komoditi Tanaman Budidaya Dalam Greenhouse
Tanaman yang terutama dapat dibudidayakan dalam greenhouse adalah
komoditi hortikultura yang umumnya tidak berkayu dan berukuran kecil. Seperti
sayur-sayuran (tomat, cabai, paprika), tanaman hias, tanaman obat dan tanaman buah.
Umumnya tanaman tersebut bernilai komersial tinggi, membutuhkan perawatan
intensif dan membutuhkan wadah tanam.
Syarat-syarat Greenhouse Daerah Tropik
Greenhouse untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai
banyak keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan
sepanjang tahun, dimana produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan
karena adanya hujan yang sering dan angin yang kencang. Kebutuhan dan tujuan
utama dari greenhouse dan bangunan konstruksinya untuk daerah tropis adalah 1)
melindungi tanaman dari hujan yang sangat lebat yang dapat terjadi secara
berlebihan, tingginya radiasi matahari dan angin, 2) efisiensi ventilasi yang tinggi, 3)
jangka waktu penggunaan plastik film (sekali dalam satu tahun ) dan 4) pengumpulan
air untuk irigasi dalam musim kemarau. Struktur greenhouse di daerah tropis sering
menggunakan sisinya untuk melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan
ventilasi alamiah maupun terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu
mengurangi serangan serangga dan hama. Penggunaan greenhouse pada daearah
tropis haruslah memperhatikan suhu greenhouse tersebut. Daerah yang beriklim
tropis cenderung memiliki radiasi matahari yang cukup tinggi, oleh karena itu suhu di
dalam greenhouse haruslah sama dengan suhu di luar greenhouse. Kejadian yang
sering terjadi pada penggunaan greenhouse di daerah beriklim tropis adalah suhu di
dalam greenhouse lebih tinggi dibandingkan suhu di luar greenhouse, hal inilah yang
menyebabkan tanaman tumbuh tidak optimal. Adapun cara untuk menyiasati agar
suhu di dalam greenhouse bisa sama dengan suhu di luar greenhouse adalah dengan
cara membuat ventilasi udara yang cukup. Ventilasi ini nantinya akan mengeluarkan
sebagian udara panas yang ada di dalam greenhouse. Syarat ideal suatu ventilasi pada
greenhouse adalah 40 % dari luas lantai.
Media
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman
yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap
daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum,
media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan
cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di
Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa
pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan
tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara
bahan satu dengan lainnya.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga
menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman
yang akan ditanam, seorang hobiis harus memiliki pemahaman mengenai
karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya.
8erdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan
organik dan anorganik.
A. Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal
dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang,
bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh
lebih unggul dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan
organik sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan
organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan
karbondioksida (CO2), air(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan
sumber unsur hara yang dapat diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses
dekomposisi yang terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk
menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu, penambahan
unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan media tanam tersebut
mengalami dekomposisi.
Seberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di
antaranya arang, cacahan pakis, kompos, mosS, sabut kelapa, pupuk kandang, dan
humus.
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat coeok
digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu
dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari
media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika
terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa
segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi
jamur atau eendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang
eenderung miskin akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu
disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam, idealnya arang dipeeah menjadi
potongan-potongan keeil terlebih dahulu sehingga memudahkan dalam penempatan
di dalam pot. Ukuran peeahan arang ini sangat bergantung pada wadah yang
digunakan untuk menanam serta jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi
wadah yang memiliki diameter 15 em atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang
yang berukuran panjang 3 em, lebar 2-3 em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk wadah
(pot) yang lebih keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih kecil.
2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis
hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih
umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman
pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah
dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media
tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk
lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan dari
lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang
kecillainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan
sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta
bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.
3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari
proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput,
dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah
sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat
tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi
fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk
memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos
yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos
dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator
berfungsi dalam Il1emperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai media tanam yaitu Ydng telah
mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan I IL,rubahan warna dari
bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang
rendah, dan memiliki suhu ruang.
4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau
kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media
tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini
mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta
memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar. Untuk hasil tanaman yang optimal,
sebaiknya moss dikombinasikan dengan media tanam organik lainnya, seperti kulit
kayu, tanah gambut, atau daun-daunan kering.
5. Pupuk kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk
kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan
kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam.
Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain
itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu
merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih
mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis
makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum
diaplikasikan sebagai media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah
matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan
pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri
atau cendawan yang dapat merusak tanaman.
6. Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat
digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I 'iJdiknya berasal
dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah
yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media
tanam ini mudah lapuk. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga
bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu
direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan media
lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih sering dilakukan
karena sifatya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan
karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan
kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara esensial,
seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N), dan fosfor (P).
7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam
padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak
dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama.
Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah
sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi
karena mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam
bakar juga memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam ini menjadi gembur, Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Sementara kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah
mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan
tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat
tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur
hara.
8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro
dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa
berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya,
humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil)
Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki
kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa
menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah,
Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl'rjadi perubahan
suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas
yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian,
sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain
yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
B. Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang
berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut
diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan
kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan
batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan
(berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-
50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa
berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media
anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil,
pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai
media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan
efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram,
atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna
sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh
karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini,
misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk tanaman hias
berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan
ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan
pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah.
Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk
pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap
terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan
media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan
pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur
tersebut.
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai
media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek
batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan
bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang.
Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan
dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan Jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir
menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi (ketahanan terhadap proses :o::misahan) pasir sangat kecil sehingga
mudah terkikis oleh air atau ~'lgin. Dengan demikian, media pasir lebih
membutuhkan pengairan dan ::emupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang
menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan dengan
campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan organik yang
disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari
untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci :erlebih
dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat ,enyebabkan tanaman
menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, juga
memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan
(nekrosis).
3. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang :idakjauh
berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak
daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman
secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur
hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun,
kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah
dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil sintesis. Sifat
kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni memiliki rongga-rongga
udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan
dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air.
Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat
mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.
4. Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti
halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan
akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat
keeil, seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 em. Semakin keeil ukurannya,
kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk.
Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan
kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam
ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan kesterilan
pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu, penggunaan media ini
perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi haranya disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk.
Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar
pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering
menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.
5. Spons (floralfoam)
Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spans
sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja.
Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah
direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman.
Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap
terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam bentuk
larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya mudah hancur.
Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai (mudah hancur ketika
dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru. Berdasarkan kelebihan dan
kekurangannya tersebut, spans sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman
hias bunga potong (cutting flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara
waktu saja.
6. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket
atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki poripori berukuran keeil
(pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-
pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang eukup kuat. Pori-pori
mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori
makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang.
Ruang dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan
sirkulasi air atau udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara sehingga perlu
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara. Penggunaan
tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir dan humus
sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, eangkok, dan bonsai.
7. Vermikulit dan perlit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan
H',lum. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki
kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan padat dan
pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan meningkatkan daya
serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika digunakan sebagai
campuran media tanam,
Vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air
sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral berbobot ringan
serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang rendah. Sebagai
campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan
berat jenis dan meningkatkan daya serap air.
Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam sebaiknya
dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman dalam
menyerap unsur-unsur hara.
8. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya,
styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri) bagi
tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya bersifat
sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.
Sekarang, beberapa nursery menggunakan styrofoam sebagai campuran media
tanam untuk meningkatkan porousitas media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam
yang digunakan dalam bentuk yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola
kecil, berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam
membuatnya mennjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh
semut. 9. Air dan Udara Istilah budidaya yang umum digunakan untuk
penggunaan air sebagai media adalah hidoponik, true hidroponik atau bare root
hidroponik dan untuk penggunaan udara sebagai media adalah aeroponik.
Greenhouse di Cikabayan
Cikabayan mempunyai kuarang lebih 25 unit greenhouse yang dimanfaatkan
untuk kegiatan praktikum maupun komersial. Greenhouse yang berada di Cikabayan
bentuknya sama seperti bentuk greenhouse pada umumnya, namun untuk ukuran
greenhouse di daerah tropis, greenhouse di Cikabayan untuk 1 bangunan terlalu besar
luasnya. Seharusnya bangunan tersebut dijadikan dua bangunan, karena dengan luas
bangunan yang besar panas di dalam greenhouse akan bertambah tinggi. Suhu di
dalam greenhouse Cikabayan lebih tinggi dari suhu di luar greenhouse. Hal ini
tentunya sangat tidak sesuai dengan greenhouse yang ideal di daerah tropis, yaitu
suhu di dalam greenhouse harus sama dengan suhu di luar greenhouse. Untuk
mengatasi hal tersebut, pihak University Farm mengatasinya dengan cara menambah
tinggi greenhouse sebesar 90 cm. Hal ini terbukti ampuh yaitu menurunkan suhu
sekitar 4-6 derajat celcius. Selain meninggikan pihak University Farm sebenarnya
telah membuat ventilasi untuk bagian dinding, namun perbandingan ventilasi dengan
luas lantai tidak sesuai, seharusnya untuk ventilasi harus tersedia sebesar 40% dari
luas lantai, sementara di greenhouse Cikabayan hanya 26%.
Irigasi Tetes dan Pemupukan
Menurut Sumarna (1998) irigasi dapat dibedakan berdasarkan cara
pemberiannya :
1. Irigasi permukaan (Surface Irrigation)
2. Irigasi bawah tanah (Sub-surface irrigation)
3. Irigasi curah (overhead/sprinkler irrigation)
Irigasi tetes pada dasarnya merupakan cara pemberian air pada tanaman secara
langsung, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan-tetesan
secara sinambung dan perlahan. Irigasi tetes hanya memberikan air pada tanah di
dekat perakaran saja, tidak pada seluruh areal. Menurut Keller dan Bleisner (1990)
komponen-komponen yang terdapat pada system irigasi tetes adalah sebagai berikut :
1. Emitter atau penetes
Merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah
sekitar tanaman secara bersinambungan dengan debit rendah.
2. Lateral
Merupakan pipa dimana terdapat emitter
3. Pipa Sub-utama
Merupakan pipa yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral.
4. Pipa Utama
Merupakan komponen yang menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa
distribusi ke dalam jaringan.
5. Pompa dan Tenaga Penggerak
Memiliki fungsi mengangkat air dari sumber, selanjutnya dialirkan ke
lahan melalui jaringan perpipaan.
6. Komponen Penyokong
Terdiri dari katup-katup, pengukur tekanan, pengatur debit, tangki bahan
kimia, dan system pengontrol.
Kelebihan irigasi tetes menurut Keller dan Bleisner (1990) adalah sebagai berikut :
1. Efisiensi dalam pemakaian air
2. Dapat menghemat energy daqn tenaga kerja
3. Dapat menekan aktivitas organism pengganggu tanaman
4. Dapat menaikkan efektifitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida
Pada penerapan system irigasi tetes, pemberian pupuk dilaksanakan
bersamaan dengan irigasi, hal ini biasa disebut fertigasi. Pemberian pupuk melalui
irigasi tetes lebih efisien dan ramah lingkungan. Menurut Sumarna (1998) pupuk
yang diberikan untuk system fertigasi pada umumnya jenis pupuk yang mudah larut
dalam air, sehingga cenderung mudah hilang. Oleh sebab itu pupuk jenis ini
sebaiknya tidak diberikan sekaligus, tetapi diberikan secara bertahap sehingga dapat
menjamin tersedianya pupuk di dalam tanah dan dapat merangsang pertumbuhan
tanaman.
Pemberian pupuk melalui irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya :
1. Tanaman dapat memanfaatkan unsure hara dengan lebih efisien.
2. Tidak merusak biji atau akar tanaman yang ditanam.
3. Pemberian pupuk dapat sejalan dengan fase pertumbuhan fisiologis
tanaman dan pupuk akan terdapat di daerah zona akar, sehingga
perkembangan akar akan lebih cepat dan lebih baik.
4. Dapat menghemat tenaga kerja pemupukan, karena mudah dalam
pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alviana, Vivit Fitriana, 2005. Optimasi Pemupukan pada Budidaya Cabai dengan Irigasi Tetes dan Mulsa Polyethylene. Skripsi. Institut Pertanian Bogor
Gozali, Gumilang Agus. 2006. Rancang Bangun Sistem Pemantauan dan Peringatan Dini Parameter Lingkungan Mikro Budidaya Tanaman pada Rumah Kaca (Greenhouse). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Manner, Harleey. dan Elevitch, Craig R. 2006. Species Profles for Pacifc Island Agroforestry, Cananga odorata (ylang-ylang). Ver 2.1. www.traditionaltree.org
Prihatmal, Kemal. 2000. Manggis ( Garcinia mangostana L. ). Jakarta. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Prihatmal, Kemal. 2000. Nangka ( Artocarpus heterophyllus Lamk ). Jakarta. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Prihatmal, Kemal. 2000. Rambutan (Nephelium sp.). Jakarta. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Soerianegara dan Lemmens. 1994. Syzygium aqueum & S. samarangense. Anonim Saleh, Muhammad., M, Marwadi., dan Khairullah, Izhar. Potensi Buah Unggulan Lahan Rawa Manggis, Durian, Nangka. anonim
Sunda, Syukrira Ratna, 2007. Karakterisasi Jambu Biji (Psidium guajava L.) Berdasarkan Karakter Morfologi dan Kimia di Kecamatan Cileungsi, Cariu, dan Tanjungsari, Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
http://www.bbpp-lembang.info/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=255 diakses tgl 03 juli 2009 pkl 10.15
http://www.kebonkembang.com/panduan-dan-tip-rubrik-35/145.html diakses tanggal 03 juli 2009 pkl 10.30
http://www.ristek.go.id diakses tanggal 03 juli 2009 pkl 10.20