i LAPORAN AKHIR PENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PT PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DENGAN SELF HELP GROUP DI KOTA SURAKARTA Ketua / Anggota Tim KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020 Kode/Nama Rumpun Ilmu: 371/Ilmu Keperawatan Nama : NIP : Endang Caturini S, SKep. Ns, M.Kep 19700420 199803 2 002 Insiyah, MN 19720502 199803 2 002
108
Embed
LAPORAN AKHIR - ppid.rsjd-surakarta.jatengprov.go.id
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LAPORAN AKHIRPENELITIAN TERAPAN UNGGULAN PT
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN GANGGUANJIWA (ODGJ) DENGAN SELF HELP GROUP
Pendahuluan: Orang yang mengalami gangguan jiwa atau disebut ODGJ mengalamiberbagai masalah dengan gejala yang berbeda. Biasanya, mereka memiliki atributcampuran gejala, perasaan, perilaku, dan asosiasi yang berubah-ubah dengan orang lainyang menunjukkan berbagai manifestasi dan / atau perubahan perilaku penting yang dapatmenyebabkan hambatan dalam melakukan kapasitas individu sebagai manusia.(UUKesehatan no 18 2014, WHO, 2019). Hal ini merupakan salah satu masalah kesehatanyang serius, yang biasanya memiliki masalah terhadap kualitas hidup yang buruk yangberkaitan dengan perasaan tertekan, kurangnya kontrol atas gejala dan kehidupan secaraumum, persepsi negatif tentang diri, stigmatisasi dan penolakan, berkurangnya aktivitasdan kesulitan dengan fungsi sehari-hari, dan pandangan negatif. (Connell, J, Brazier, J,O'Cathain, A, Jones, M.L. & Paisley, S., 2012). Intervensi kelompok yang dilakukanperawat seperti terapi aktifitas kelompok, terapi suportif dan Self Help Group. Self HelpGroup adalah suatu terapi kelompok dimana setiap pihak ingin mengatasi masalah mentalatau meningkatkan kesejahteraan intelektual atau antusias diantara sekelompok individu.Self Help Group menciptakan rasa iba diantara individu yang berkumpul dimana individuyang berkumpul memberikan dukungan bersama yang berdampak pada peningkatankepuasan pribadi(Sulistyowati., E.C. & Sulistyowati D, 2019). Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui Peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)dengan Self Help Group Di Kota Surakarta. Metode: Penelitian quasi experiment denganpre-post test control group desain. Data diambil sebelum dan sesudah intervensi. Jumlahsampel sebanyak 160 responden dibagi 2 yaitu 80 responden untuk kelompok 1 di GriyaPMI dan 80 responden untuk kelompok 2 di RSJD Dr Arif Z Surakarta, masing-masingkelompok terdiri dari 40 responden intervensi dan 40 responden untuk kelompok kontrol.Riset ini mengukur kualiatas hidup dengan mengunakan kuesioner kualiatas hidupWHOQL-BREF. Uji Paired t-tes, wilcoxon signed ranks test, independent t-test dan mannwhitney-test digunakan untuk menganalisa data. Hasil: Penelitian membuktikan adanyaperbedaan yang siqnifikan secara statistik kualitas hidup sebelum dan setelah pemberianSelf Help Group (p value, 0,000) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, baikdi Griya PMI dengan selisih mean 20,23 maupun di RSJD Dr Arif Z. Self Help Groupdengan selisih mean 10,85. Kesimpulan: Self Help Group yang digunakan untuk
iv
intervensi dianggap efektif untuk meningkatakan kualitas hidup. Saran: Self Help Groupdapat dimanfaatkan sebagai treatment kelompok dalam merawat pasien gangguan mental.
Kata kunci: ODGJ, Self Help group, Kualitas hidup
v
The improvement of the quality of life of people with mental disordersusing the self help group in the city of Surakarta
Endang Caturini Sulistyowati ¹, Insiyah²Health Polytechnic of Surakarta, Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta, Indonesia
Telp (0271) 856929 . E-mail : [email protected] Polytechnic of Surakarta, Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo Surakarta, Indonesia
Introduction: People who suffer from mental disorders experience various problems withdifferent symptoms. Generally, they have characteristics with some combination ofabnormal thoughts, emotions, behavior and relationships with other people. Thesecharacteristics can be manifested in the form of a series of symptoms and changes inbehavior which is meaningful and can cause suffering and obstacles in carrying outpeople's functions as humans. This is a serious health problem, which usually has problemswith poor quality of life. They are related with sentiments of trouble, absence of authorityover manifestations and life all in all, negative impression of self, demonization anddismissal, decreased movement and trouble with every day working, and negativestandpoint. Group interventions carried out by nurses such as group activity therapy,supportive therapy and self-help groups to help individuals improvement in their quality oflife. Group therapy, one of the self help group, is a group where each member has similarlonging to conquer mental issues or increment the degree of psychological or passionateprosperity among bunch individual. Self Help group intends to create empathy amongindividuals in groups where they give common fortification which affects improving thepersonal satisfaction.This study aims to determine the improvement of the quality of life ofpeople with mental disorders (ODGJ) using the self help group in the city of Surakarta.Methods: This was a quasi-experimental study with a pre-post test control group design.Information were taken when giving the intervention of self improvement gatherings ofschizophrenia patients in the intercession gathering. The number of respondents was 160people, where the control group was given treatment as usual from the hospital while theintervention group was given a self-help group intervention. This study measures thequality of life with a research instrument using a life quality questionnaire. Data wereanalyzed using independent t-test and mann whitney-test. Results :The investigationdemonstrated that there was a factually critical contrast in the personal satisfaction whengiving the self help group (p value, 0.000) between the intervention group and the controlgroup, both at Griya PMI with a mean distinction of 20.23 and at RSJD Dr. Arif Z. Selfhelp group with a mean distinction of 10.85. Conclusion: self help group which is used forintervention is considered effective to improve quality of life. Implication: self help groupis one of the interventions that can be provided as an additional intervention in the hospitalbecause these interventions have a better impact on improving the quality of life for peoplewith mental disorders.
Keywords: odgj, quality of life, self help groups
vi
Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat, kasih sayang
dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian
dengan judul “Peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa Dengan
Self Help Group Di Kota Surakara ” tepat pada waktunya.
Tersusunnya laporan hasil penelitian ini, tak lepas dari bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Satino, SKM,MScN., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk mengajukan penelitian.
2. Dr. dr. Harimat Hendarwan, MKes, selaku Reviewer dalam penelitian ini
3. Yuyun Setyorini, SKp., MKep., selaku Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Poltekkes Kemenkes Surakarta
4. Widodo, MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surakarta
yang telah memfasilitasi penelitian ini
5. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan penelitian ini.
Akhirnya kami berharap penelitian ini dapat diterima dan dapat dijadikan
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah............................................................. 1B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4C. Tujuan Penelitian…………..…………………………........….. 4D. Manfaat Penelitian ………...…………………...…………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Gangguan Jiwa……..…………..….………………………….. 6B. Kwalitas Hidup………..…………….………………………… 8C. Self Help Group......................................................................... 9D. Kerangka Teori................................................................. 14E. Kerangka Penelitian.......................................................... 15G. Hipotesis…………………………………………………..….. 15
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 16B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 17C. Populasi dan Sampel Penelitian……………….……………... 18D. Variabel Penelitian..........................................……………...... 18E. Definisi Operasional................................................................ 19F. Instrumen Penelitian………………………….......................... 20G. Jalannya Penelitian.................................................................... 20H. Analisis Data……..................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ..........…..……………………………..…..... 24B. Pembahasan Penelitian ….………………………………....... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
viii
A. Kesimpulan ……………………...............................……….. 58B. Saran……………..........................................……………….. 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 3. 1 Definisi Operasional 19Tabel 4. 1 Analisis Umur, Lamanya menderita dan Frekuensi Dirawat 27Tabel 4. 2 Distribusi Karakteristik ODGJ Menurut Jenis Kelamin,
Pendidikan, Kerja dan Status Perkawinan28
Tabel 4. 3 Kesetaraan kelompok intervensi dengan kelompok kontrolpada ODGJ di Griya PMI Surakarta
30
Tabel 4. 4 Kesetaraan kelompok intervensi dengan kelompok kontrolpada ODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta
30
Tabel 4. 5 Kesetaraan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMIdengan di RSJD Dr Arif Z Surakarta
31
Tabel 4. 6 Uji normalitas pre post test kualitas hidup pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMISurakarta
33
Tabel 4. 7 Uji normalitas selisih pre posttes kualitas hidup padakelompok kontrol dan kelompok intervensi ODGJ di GriyaPMI Surakarta
34
Tabel 4. 8 Hasil keluaran descripstives data selisih pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMI Surakarta
34
Tabel 4. 9 Uji normalitas pre post test kualitas hidup pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di di RSJD Dr Arif ZSurakarta
35
Tabel4.10
Hasil keluaran descripstives pre post test kelompok intervensiODGJ di Griya PMI Surakarta
36
Tabel4.11
Uji normalitas selisih pre posttes kualitas hidup padakelompok kontrol dan kelompok intervensi ODGJ di di RSJDDr Arif Z Surakarta,
37
Tabel4.12
Hasil uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test) tentangperubahan kualitas hidup antara kelompok kontrol sebelumdan sesudah intervensi SHG pada ODGJ di Griya PMISurakarta
38
Tabel4.13
Hasil uji berpasangan (dependen test/ Paired SamplesTest) tentang perubahan kualitas hidup antara kelompokkontrol dan intervensi, sebelum dan sesudah intervensiSHG pada ODGJ di Griya PMI Surakarta
38
Tabel4.15
Hasil uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test) tentangperubahan rata-rata kualitas hidup antara kelompok kontrol
39
x
dan intervensi, sebelum dan sesudah intervensi SHG padaODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta
Tabel4.16
Hasil uji beda dua mean (mann-whitney test) tentangperbedaan perubahan kualitas hidup antara kelompokkontrol dan intervensi, selisih sebelum dan sesudahintervensi SHG pada ODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta
40
Tabel4.17
Uji normalitas pre post test kualitas hidup pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMISurakarta dan di RSJD Dr Arif Z Surakarta
41
Tabel4.18
Hasil uji beda dua mean (mann-whitney test) tentangperbedaan perubahan kualitas hidup antara kelompokkontrol dan intervensi, selisih sebelum dan sesudahintervensi SHG pada ODGJ di Griya PMI dan di RSJD DrArif Z Surakarta
41
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori 14
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian 15
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dukungan sarana dan prasarana penelitian
Lampiran 2 : Susunan Organisasi tim peneliti dan pengembangan tugas
Lampiran 3 : Biodata ketua dan anggota peneliti
Lampiran 4 : Surata Pernyataan ketua penelitian
Lampiran 5 : Intrumen Penelitian, Penjelasan Tentang Penelitian dan
lembar Persetujuan
Lampiran 6 : Persetujuan Kaji Etik
Lampiran 7 : Ijin Penelitian
Lampiran 8 : Hasil Pengolahan Data
Lampiran 9 : Luaran Penelitian
Lampiran 10 : Laporan Keuangan Penelitian
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevalensi gangguan jiwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia (Depkes,2016). Prevalensi ganggunan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
Indonesia, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai
sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Riskesdas,
2013). Sedangkan prevalensi gangguan jiwa di Indonesia menurut Riskesdas
(2018) mencapai sebanyak 7,0 per 1.000, hal ini menunjukan bahwa gangguan
jiwa di Indonesia semakin bertambah.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 sampai tahun 2018 prevalensi
gangguan jiwa skizofrenia di Jawa Tengah adalah 2.3 per 1000 penduduk,
menempati peringkat ketiga secara nasional meningkat menjadi 9 per 1000
penduduk menempati peringkat kelima secara nasional, hal ini menunjukan
bahwa gangguan jiwa di Jawa tengah semakin bertambah.
Gangguan jiwa adalah respons maladaptif terhadap stresor dari
lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau budaya setempat,
2
dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan/atau fisik (Townsend,2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Banyak gangguan
jiwa yang berbeda, dengan presentasi yang berbeda. Gangguan jiwa terdiri dari
berbagai masalah, dengan gejala yang berbeda. Pada umumnya mereka punya
karakteristik dengan beberapa kombinasi pemikiran abnormal, emosi, perilaku
dan hubungan dengan orang lain (WHO, 2019).
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.18 tahun 2014, orang yang
mengalami gangguan jiwa disebut ODGJ dimana orang tersebut
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku
yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Hal ini merupakan salah satu
masalah kesehatan yang serius, yang biasanya memiliki masalah terhadap
kualitas hidup.
Kualitas hidup adalah sesuatu yang subjektif, pengalaman multidimensi
dari kesejahteraan yang dibangun secara budaya dalam mencari keselamatan
dan keamanan individu, rasa integritas dan makna hidup serta rasa memiliki
dalam satu jaringan sosial (Singer, 2010). Kualitas hidup sebagai tingkat
persepsi positif dari keadaan kehidupan saat ini. Kualitas hidup yang baik
ditandai oleh perasaan kesejahteraan, kontrol dan otonomi, persepsi diri yang
positif, rasa memiliki, partisipasi dalam kegiatan yang menyenangkan dan
bermakna, dan pandangan positif tentang masa depan. Sebaliknya, kualitas
3
hidup yang buruk dikaitkan dengan perasaan tertekan, kurangnya kontrol atas
gejala dan kehidupan secara umum, persepsi negatif tentang diri, stigmatisasi
dan penolakan, berkurangnya aktivitas dan kesulitan dengan fungsi sehari-hari,
dan pandangan negatif. Domain kehidupan ini berinteraksi dengan cara yang
kompleks dan timbal balik (Connell, J, Brazier, J, O'Cathain, A, Jones, M.L. &
Paisley, S., 2012).
Intervensi kelompok yang dilakukan perawat seperti terapi aktifitas
kelompok, terapi suportif dan self help group untuk membantu individu
meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok, salah satunya Self Help
Group. Hasil penelitian Sudiantara., K dkk,(2015) menyatakan bahwa Self
Help Group meningkatkan kualitas hidup sebesar rerata 11,7 sebelum
dilakukan SHG dengan rerata 73,2 dan setelah dilakukan SHG sebesar 84,9.
Self Help Group merupakan suatu kelompok dimana tiap anggota saling
memiliki keinginan yang sama untuk mengatasi gangguan mental atau
meningkatkan tingkat kesejahteraan kognitif atau emosional sesama anggota
kelompok (Sulistyowati., E.C. &Sulistyowati D, 2018). Self Help Group bertujuan
untuk mengembangkan empathy diantara sesama anggota kelompok dimana
sesama anggota kelompok saling memberikan penguatan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Self Help Group pada pasien gangguan jiwa perlu dilakukan
untuk membantu mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam
kelompok.
4
Berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan
judul Peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
dengan Self Help Group Di Kota Surakarta dengan harapan hasil penelitian ini
nantinya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan evaluasi dalam
terapi modalitas pada pasien.
B. Perumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Apakah ada peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Self Help Group ?
C. Tujuan
Tujuan Penelitian adalah:
1. Tujuan Umum
Mengetahui peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Group
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, frekwensi dirawat dan lama menderita
gangguan jiwa) ODGJ
b. Mengetahui peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help
Group, baik yang dilakukan di Griya PMI dan di Rumah Sakit Jiwa
daerah di Kota Surakarta.
5
c. Mengetahui perbedaan peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan
Self Help Group antara kelompok intervensi dan kontrol di Griya
PMI dan di Rumah Sakit Jiwa daerah di Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perawat
Menambah referensi tentang penelitian Self Help group bagi pasien
gamgguan jiwa bagi perawat dan tenaga kesehatan.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai upaya menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kesehatan jiwa serta
menyediakan model keperawatan kesehatan jiwa dengan pendekatan terapi
modalitas kelompok dengan self help groups
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gangguan JIwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa pasal 1 menyatakan bahwa Orang Dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) yaitu orang yang mengalami masalah dalam pikiran, perilaku, dan
perasaan yang membentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku,
serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan untuk menjalankan
fungsi sebagai manusia yang sehat secara fisik dan mental. Kriteria umum
gangguan jiwa meliputi beberapa hal, yaitu ketidakpuasan terhadap
kemampuan dan prestasi dalam diri, hubungan yang tidak efektif dan tidak
memuaskan, koping yang tidak efektif terhadap suatu kejadian, tidak terjadi
pertumbuhan kepribadian, serta terdapat perilaku yang tidak diharapkan
(Videbeck, 2008).
2. Penyebab Gangguan Jiwa
Berbagai faktor yang mempengaruhi penyebab gangguan jiwa
(Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015) yaitu:
a. Faktor somatik (somatogenik) yakni faktor yang disebabkan akibat dari
gangguan neuroanatomi, neurofisiologi, neurokimia, faktor pranatal dan
perinatal, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik.
7
b. Faktor psikologik yakni faktor yang mempengaruhi terkait dengan
interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antar saudara
kandung, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, permintaan
masyarakat, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep
diri, serta pola daptasi dalam menghadapi masalah. Apabila faktor-
faktor tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik, akan mengakibatkan
kecemasan, rasa mali, rasa bersalah berlebihan, dan depresi.
c. Faktor sosial budaya, meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, dan masalah kelompok minoritas
yang meliputi prasangka, pengaruh rasial dan agama, fasilitas
kesehatan, serta kesejahteraan yang tidak merata
3. Penatalaksanaan
Selain terapi psikofarmaka banyak terapi lain yang bermanfaat bagi
penderita Skizoprenia yaitu terapi individu, terapi kelompok, terapi
lingkungan dan terapi keluarga pada pasien yang dirawat di lingkungan
rawat inap maupun lingkungan masyarakat. Terapi individu dan
kelompok bersifat suportif dengan memberi kesempatan pada pasien
untuk kontak sosial dan menjalin hubungan bermakna bagi orang lain
(Videbeck, 2008). Psikoedukasi, supportif group, Self Help group dan
family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya membantu
keluarga agar mendapat informasi yang akurat tentang Skizoprenia dan
sebagai suatu sistem meningkat kohesivitasnya dan dapat saling
8
menguatkan serta lebih mampu melakukan penyesuaian diri dari kesulitan
yang terjadi ketika merawat anggota keluarga menderita gangguan jiwa
(Stuart & Laraia, 2005).
B. Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah sesuatu yang subjektif, pengalaman
multidimensi dari kesejahteraan yang dibangun secara budaya sebagai
pencarian keselamatan dan keamanan individu, rasa integritas dan makna
dalam hidup dan rasa memiliki dalam satu jaringan sosial (Singer, 2010).
Kualitas hidup merupakan konsep multidimensi yang didefinisikan sebagai
persepsi seseorang tentang situasi kehidupan dalam hubungannya dengan
budaya, nilai-nilai, kesejahteraan, ekonomi dan akomodasi (Songhuai, 2009).
Kualitas hidup sebagai tingkat persepsi positif dari keadaan kehidupan saat
ini, kualitas hidup yang baik ditandai oleh perasaan kesejahteraan, kontrol dan
otonomi, persepsi diri yang positif, rasa memiliki, partisipasi dalam kegiatan
yang menyenangkan dan bermakna, dan pandangan positif tentang masa
depan. Sebaliknya, kualitas hidup yang buruk dikaitkan dengan perasaan
tertekan, kurangnya kontrol atas gejala dan kehidupan secara umum, persepsi
negatif tentang diri, stigmatisasi dan penolakan, berkurangnya aktivitas dan
kesulitan dengan fungsi sehari-hari, dan pandangan negatif. Domain
kehidupan ini berinteraksi dengan cara yang kompleks dan timbal balik
Intervensi Keperawatan :Pemberian obat antipsikotik (kolaborasi) tekhnik komunikasi,perubahan lingkungan (terapi Milieu, terapi musik), perilaku (tokeneconomy )Self awareness perawat, edukasi, terapi kognitif, thoughtstopping, latihan asertf, , terapi kognitif perilaku, terapi aktifitaskelompok, Group psychotherapy, self healp group dan psikoedukasikeluarga
Sesi-sesi pada terapi musik Sesi1. BHSP& Konse : Pembentukan self help group dan
konsep SHG Sesi 2 Role play lima langkah SHG (Arahan / Bimb.) Sesi 3 Role play lima langkah SHG ( Mandiri) Sesi 4 EvaluasiTindakan untuk penyelesaian masalah dengan 5 langkah kegiatan:meningkat kualitas hidup Langkah I : Memahami masalah Langkah II : cara untuk menyelesaikan masalah. Langkah III: Memilih cara pemecahan masalah . Langkah IV : melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah. Langkah V : Pencegahan kekambuhan
Gambar 2.1: Kerangka Teori
15
E. Kerangka Penelitian.
Gambar 2.2: Kerangka Penelitian
F. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
Ada peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Group .
Variabel Independen
Self Help Group
Kualitas Hidup
1. Usia2. Frekwensi dirawat3. Lama menderita4. Jenis kelamin5. Pendidikan6. Pekerjaan7. Status Perkawinan
Variabel dependen Variabel dependen
Variabel Counfounding
Kualitas Hidup
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode quasi experiment dengan pre-
post test control group desain. Pengelompokan anggota sampel pada kelompok
eksperimen tidak dilakukan secara random atau acak, sebagai intervansi
berupa self help group. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perubahan
kualitas hidup pada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan berupa self help group.
Peneliti melakukan pengukuran sebelum perlakuan dan sesudah
perlakuan dengan kuesioner. Peneliti membagi menjadi dua kelompok
sama-sama kelompok intervensi yang mendapat perlakuan yaitu self help
group. Kelompok intervensi 1 yang mendapatkan perlakuan self help group
di Griya PMI Surakarta. Sedangkan kelompok intervensi 2 yang
mendapatkan perlakuan self help group di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Arif
Z Surakarta. Masing-masing kelompok intervensi dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Rancangan penelitian Quasi Experiment dapat dilihat pada gambar 3.1
Pretes Postes
Kelompok Intervensi 01 X 02
Kelompok Kontrol 03 04
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
17
Keterangan :
X : Intervensi terapi self help group
01 : Kualitas hidup pada ODGJ kelompok intervensi sebelummendapat perlakuan self help group
02 : Perubahan kualitas hidup pada ODGJ kelompok intervensisesudah mendapat perlakuan self help group
03 : Kualitas hidup pada ODGJ kelompok kontrol sebelumkelompok intervensi mendapat perlakuan self help group
04 : Perubahan kualitas hidup pada ODGJ kelompok kontrolsesudah kelompok intervensi mendapat perlakuan self helpgroup
02-01 : Perubahan kualitas hidup pada ODGJ kelompok intervensisebelum dan sesudah mendapat perlakuan self help group
04-03 : Perubahan kualitas hidup pada ODGJ kelompok kontrolsebelum dan sesudah kelompok intervensi mendapat perlakuanself help group
01-03 : Kualitas hidup pada ODGJ kelompok intervensi dan kelompokkontrol sebelum kelompok intervensi perlakuan self helpgroup.
02-04 : Perbandingan perubahan kualitas hidup pada ODGJ kelompokintervensi dan kelompok kontrol sesudah kelompokintervensi mendapat perlakuan self help group
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Griya PMI Surakarta dan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr Arif Z Surakarta. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli
2020 sampai dengan Oktober 2020.
18
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah orang dengan gangguan jiwa dilakukan di
Griya PMI Surakarta dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Arif Z Surakarta
Sampel yang dipakai dalam penelitian ini masing- masing tempat 80 orang
dengan gangguan jiwa dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Pasien berumur antara 18- 55 tahun
2. Telah dirawat inap selama 2 minggu
3. Pasien telah mampu berkomunikasi secara verbal
4. Bersedia untuk dilakukan terapi self help group
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki dan didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
penelitian tertentu (Notoatmojo,2010). Variabel dari rencana penelitian ini :
1. Variabel independen : self help group .
2. Variabel dependen kualitas hidup pada ODGJ.
3. Variabel confonding : karakteristik pada ODGJ.
19
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
NOVariabel Definisi Operasional Alat Ukur dan Cara Ukur Hasil Ukur
SkalaUkur
A Variabel Counfounding
1. Usia Lama hidup seseorangsampai hari ulangtahun terakhir saat diobservasi
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang usia pasien
Usiadalamtahun
Interval
2 Frekuensidirawat
Berapa kali pasiendirawat di RS
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang berapa kalipasien di rawat di RS
Frekuensi dira watdlmhitungan
Interval
3 Lamamende rita
Lama pasien sejakdidiagnosa gangguansakit jiwa
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang lama pasiensakit jiwa
Lamasakitdalamtahun
Interval
4 JenisKelamin
Merupakanpembedaan genderpasien
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang jeniskelamin pasien
1.Perempuan
2. Laki-laki
Nominal
5 PendidikanTerakhir
Pendidikan yangditempuh secara formal
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang pendidikan
1.SD,SMPSMU
2.PT
Ordinal
6 Pekerjaan
Kegiatan pasien yangyang dapatmenghasilkan uang
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang pekerjaanpasien
1. Tidakbekerja
2.Bekerja
Nominal
7 StatusPerkaWinan
Status pernikahansecara resmi
Satu item pertanyaan dalamkuesioner A tentang statusperkawinan pasien
1. TidakKawin
2. Kawin
Nominal
B Variabel Dependen
1 Kualitashidup
Kriteria yangmenggambarkan kesankesehatan seseorang meliputikeadaan sehat, kesegaranjasmani,tingkat kenyamanan,kesejakteraan emosi, sosiaspiritual, tujuan hidup,harapan hidup, kepuasanhidup, dan makna hidup
Menggunakan lembar kuesioner Bdengan jumlah keseluruhan terdiridari 26 item pertanyaan , dimanasemua pertanyaan berbentuk skalaLikert, dengan rentang nilai skore1-5, nilai skore minimal 26 danmaksimal 130.
Nilai skore26-130
Interval
C Variabel Independen
1 SelfHelpgroup
Kelompok ODGJ yangbersama-sama melakukankegiatan yaitu memahamimasalah, cara untukmenyelesaikan masalah
Observasi dengan menggunakanformat ceklis evaluasi
1. Kelp.Interv. 12Kelp.Interv 2.
Nominal
20
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner sosiodemografi terdiri dari 7 pertanyaan yaitu usia, frekuensi
dirawat, lama menderita gangguan jiwa, jenis kelamin, pendidikan
pekerjaan, dan status perkawinan.
2. Kuesioner kualitas hidup menggunakan lembar kuesioner dengan jumlah
keseluruhan terdiri dari dari 26 item pertanyaan , dimana semua pertanyaan
berbentuk skala Likert, dengan rentang nilai skore 1-5, nilai skore minimal
26 dan maksimal 130.
G. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian dalam pelaksanaannya terdiri dari 3 (tiga) tahap,
tahap 1 persiapan, tahap 2 pengembangan instrumen, tahap sosialisasi 3
pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
1.Tahap I merupakan tahap persiapan yang dilakukan berupa persiapan tempat
penelitian, diawali dengan melakukan ajuan usulan ethical clearance /
kelaikan etik penelitihan ke komisi etik penelitian kesehatan di Dr
Moewardi Surakarta dan dinyatakan layak etik. Demikian pula peneliti
melakukan ijin penelitian ke Kepala badan perencanaan daerah inovatif
Surakarta, Kepala Markas PMI Surakarta dan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr Arif Z Surakarta. Setelah mendapat ijin, peneliti melakukan
presentasi proposal penelitian.
21
2.Tahap II merupakan tahap setelah mendapatkan ijin KesBanglinmas
Surakarta, RS PMI Surakarta dan RSJD Dr Arif Z Surakarta, peneliti
melakukan presentasi proposal penelitian, yang dilanjutkan sosialisasi
dengan perawat/ pelaksana ruangan dan menjelaskan/ melatih perawat
ruangan yang akan membantu dalam penelitian dan sebagai numerator dan
penanggungjawab untuk membantu proses seleksi pasien yang memenuhi
kriteria inklusi, melakukan informed concent dengan keluarga responden
dan penggunaan instrumen A, B yaitu data demografi, kualitas hidup
3. Tahap III merupakan tahap pengambilan data dilakukan pada kelompok
kontrol dan intervensi 1 serta kelompok kontrol dan intervensi 2 mengikuti
tahapan kerja dalam proses penelitian ini dengan uraian sebagai berikut:
a. Tahap Pre Tes merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi awal
tentang sebelum pasien diberikan terapi Self Help group, maka
enumerator yang telah ditunjuk peneliti melakukan kegiatan pre tes
b. Tahap Intervensi peneliti melakukan intervensi terapi Self Help group
c. Tahap Post Tes merupakan proses setelah intervensi terapi Self Help
group diberikan pada responden kelompok intervensi, maka enumerator
yang telah ditunjuk peneliti melakukan kegiatan post tes dengan
memberikan kembali kuesioner.
22
H. Rencana Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
komputer melalui proses editing, coding, dan entri data. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat karakteristik responden
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan hasil statistik deskriptif yang
meliputi mean, median, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal. Pada
karakteristik pasien meliputi variabel jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan status perkawinan dianalisis untuk menghitung frekwensi dan persentasi
Sedangkan karakteristik pasien yang meliputi usia, frekuensi perawatan dan
lama menderita gangguan jiwa dan kualitas hidup ODGJ menggunakan
sentral tendensi guna mendapatkan nilai mean, standar deviasi, nilai
minimal dan maksimal serta Confident Interval (CI 95%) .
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
Sebelum analisis bivariat dilaksanakan, maka dilakukan terlebih dahulu uji
kesetaraan untuk mengidentifikasi varian variabel antara kelompok kontrol
dengan kelompok intervensi. Uji kesetaraan dilakukan untuk
mengidentifikasi kesetaraan karakteristik pasien antara kelompok intervensi
1dan kelompok intervensi 2
23
Kesetaraan variabel karakteristik responden meliputi variabel usia,
frekuensi perawatan dan lama menderita gangguan jiwa dan variable
kualitas hidup antara kelompok intervensi 1 dengan kelompok intervensi 2
diukur dengan uji homogenitas (test of homogenneity of varience). Peneliti
melakukan uji normalitas sebelum dan sesudah dilakukan intervensi baik
kelompok kontrol 1, intervensi 1 dan kelompok kontrol 2, intervensi 2 pada
vairiabel kualitas hidup. Selanjutnya peneliti melakukan uji berpasangan
yaitu membandingkan mean sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
baik kelompok intervensi 1 dan kelompok intervensi 2 pada vairiabel
kualitas hidup dengan pendekatan uji dependent t-Test (data berdistribusi
normal) dan uji Wilcoxon Signed Ranks Test (data berdistribusi tidak
normal). Selanjutnya menggunakan uji beda dua mean yaitu
membandingkan kelompok kontrol dan intervensi, baik kelompok intervensi
1 dan kelompok intervensi 2 pada vairiabel kualitas hidup dengan
pendekatan uji Independent t-Test (data berdistribusi normal) dan uji Mann-
Whitney (data berdistribusi tidak normal ). Demikian juga menggunakan
uji beda dua mean yaitu membandingkan kelompok komulatif antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada vairiabel kualitas hidup
dengan pendekatan uji Independent t-Test (data berdistribusi normal) dan uji
Mann-WhitneyTtest (data berdistribusi tidak normal ).
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab keempat berisi hasil, pembahasan, keterbatasan, implikasi penelitian
tentang " Peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Group di Kota
Surakarta" Tahun 2020 dilaksanakan di Griya PMI dan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr Arif Z Surakarta pada 27 Juli sampai 9 Oktober 2020. Peserta semua
pasien yang mengalami gangguan jiwa kreteria inklusi didapatkan sempel 80
pasien untuk kelompok kontrol, dan 80 pasien untuk kelompok intervensi Self
Help Group
A. Hasil Penelitian
Penyajian hasil penelitian terdiri dari 2 bagian yaitu proses pelaksanaan
penelitian Self Help Group pada orang dengan ganggguan jiwa (ODGJ) dan
hasil penelitian intervensi Self Help Group terhadap perubahan kwalitas hidup
pada pasien.
1. Proses pelaksanaan penelitian di Griya PMI dan di Rumah Sakit Jiwa DaerahDr Arif Z Surakarta pada ODGJ
a. Proses tentang pelaksanaan penelitian peningkatan Kualitas Hidup ODGJdengan Self Help Group.
Proses tentang pelaksanaan penelitian tentang pengaruh Self Help
Group terhadap kwalitas hidup pada ODGJ, diawali dengan ijin penelitian
25
baik di Pemkot Surakarta, PMI Surakarta dan RSJD Dr Arif Z
Surakarta. Setelah mendapat ijin melakukan sosialisasi kuesioner kwalitas
hidup dan pelaksanaan terapi Self Help Group bersama komite etik
penelitian dan Diklat di RSJD Dr Arif Z Surakarta dan juga sosialisasi
kuesioner kwalitas hidup dan pelaksanaan terapi Self Help Group dengan
PMI Surakarta. Selanjutnya mensosialisasi dan penjelasan kuesioner
kwalitas hidup dan pelaksanaan terapi Self Help Group dengan pelaksana
dan perawat yang terlibat penelitian dalam penggunaan instrumen
pemilihan responden berdasarkan kreteria inklusi dan penggunaan
instrumen sosial demografi responden, dilanjutkan dengan sosialisasi
intervensi Self Help Group
Pengumpulan data dibantu dengan 2 perawat/pelaksana yang
membantun pelaksanaan penelitian dan 2 mahasiswa perawat sebagai
numerator untuk mengambil data pre dan post di Griya PMI surakarta
dan di RSJD Dr Arif Z Surakarta sebagai penanggungjawab untuk
membantu proses seleksi pasien yang memenuhi kreteria inklusi,
melakukan informed concent dengan responden dan penggunaan
instrumen kualitas hidup dan instrumen sosial demografi responden.
Pada Enumerator melaksanakan pengambilan data pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol terhadap ODGJ mendapatkan perlakuan
Self Help Group di Griya PMI dilakukakan pada mulai 24 Juli sampai 23
Agustus 2020 dan di RSJD Dr Arif Z. Enumerator yang telah ditunjuk
26
peneliti melakukan seleksi pasien 1 minggu perawatan, dan telah
mendapatkan terapi umum, setelah pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
selanjutnya menandatangani lembar persetujuan penelitian sebagai
reponden penelitian dan mengisi instrumen data demografi responden, dan
dilakukan pretest intrumen kualitas hidup..
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dan sudah mengisi pretest
intrumen kualitas hidup, mendapatkan perlakuan Self Help Group
terbagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 8 sampai 10
responden. Setiap kelompok akan mendapatkan intervensi Self Help
Group dalam 4 sesi selama 8 hari. Evaluasi respon pasien dilakukan di
setiap pelaksanaan pada hari itu, dicatat pada buku catatan perkembangan
pasien. Pada hari ke 8 setelah pasien mendapatkan perlakuan Self Help
Group dilakukan posttes dengan menggunakan instrumen penelitian sama
dengan pelaksanaan pretest. Demikian juga untuk responden kelompok
kontrol hari ke 8 setelah pasien kelompok kontrol mendapatkan perlakuan
intervensi diruangan , kelompok kontrol dilakukan posttest.
2.Hasil Penelitian
a. Karakteristik (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, lama hari perawatan, frekwensi dirawat) ODGJ di Griya PMIdan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta
Pada bagian ini diuraikan distribusi karakteristik responden terdiri dari
dua tabel. variabel usia, lama menderita dan frekwensi perawatan
termasuk data numerik yang dianalisis dengan menggunakan analisis
27
sentral tendensi. Hasil distribusinya disajikan pada tabel 5.1. Variabel jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan dalam variabel
katagorik dianalisis dengan distribusi frekwensi, disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 4.1. Analisis Umur, Lamanya menderita dan Frekuensi DirawatPada ODGJ di Griya PMI dan di RSJD Dr Arif Z Surakarta,tahun 2020 (n = 160)
Karakteristik Tempat Kelompok N Mean SD (Min– Max) (95% CI)Umur PMI
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Hasil analisis pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 160 pasien
rerata umur 37,86 tahun dengan standar deviasi 9,118 serta umur termuda
18 tahun dan tertua 56 tahun. Hasil estimasi interval dengan tingkat
kepercayaan 95% disimpulkan bahwa usia responden berada diantara
36,43 sampai 39,28 tahun.
Rerata lamanya menderita selama 4,48 tahun dengan standar deviasi
3,792 dengan lamanya menderita yang terendah 1 tahun dan terlama 16
tahun. Hasil estimasi interval dengan tingkat kepercayaan 95%
disimpulkan bahwa lamanya menderita responden berada diantara 3,89-
sampai 5,07 tahun.
28
Rerata frekwensi perawatan sebanyak 3,74 kali dengan standar deviasi
3,294 dengan jumlah perawatan yang terendah 1 kali dan tertinggi
frekwensi perawatan perawatannya 0-20 kali. Hasil estimasi interval
dengan tingkat kepercayaan 95% disimpulkan bahwa frekwensi
perawatan responden berada diantara 3,22 sampai 4,25 kali.
Tabel 4.2.Distribusi Karakteristik ODGJ Menurut Jenis Kelamin,Pendidikan, Kerja dan Status Perkawinan Pada KelompokIntervensi dan Kontrol Pada ODGJ di Griya PMI dan di RSJDDr Arif Z Surakarta, tahun 2020 (n = 160)
H
a
SSumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Analisis dari tabel 4.2.terhadap proporsi pasien yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari perempuan. Responden laki-laki berjumlah
64% (104) orang sedangkan sisanya berjenis kelamin perempuan 35%
(56).
Pada pendidikan, yang terbanyak pasien berpendidikan SD 31,9%
(51) orang sedangkan SLTP 29,4% (47) orang dan SMU 26,3% (42)
orang.
Karakteristik Kelompok PMI Kelompok RSJ
Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi TotalN % N % N % N % N %
JenisKelamin
PerempuanLaki-laki
1525
37,562,5
1327
32,567,5
1228
3070
1624
4060
56114
3565
Pendidikan
Tdk SklahSD
SLTPSMUPT
7221010
17,555,025,02,50
0
2121574
530
37,517,510
28
10191
52025
47,52,5
3912151
7,522,530
37,52,5
145147426
8,831,929,426,33,8
Kerja Tdk kerjaBekerja
400
1000
382
955
1921
47,552,5
1426
3565
11149
69,430,6
Status Tdk KawnCeraiPisahKawin
28453
7010
12,57,5
35230
87,557,50
1962
13
47,5155
52,5
173119
42,57,52,5
47,5
99131038
61,98,16,323,8
29
Proporsi pasien sebelum sakit yang tidak bekerja lebih banyak dari
pada yang bekerja sebanyak 69,4% (111) orang, sisanya bekerja 30,6% (
49) orang
Proporsi pasien yang berstatus tidak kawin lebih banyak dari yang
kawin atau janda/duda dan cerai. Jumlah yang pasien yang tidak kawin
61,9% (99), sedangkan untuk sisanya kawin 23,8% (38) dan cerai 8,1 %
(31) serta pisah 6,3% (10)
Kesetaraan karakteristik responden.
Uji keseteraan pada karakteristik responden ini bertujuan untuk
mengetahui apakah responden dalam penelitian ini mempunyai varian
yang sama atau berbeda antara kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol pada ODGJ di Griya PMI dan di RSJD Dr Arif Z Surakarta.
Uji homogenitas dengan test of homogenety of variance kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol pada ODGJ di Griya PMI disajikan
dalam tabel 4.3.
Hasil pada tabel 4.3 dibawah ini berdasarkan uji kesetaraan menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna/ terdapat kesetaraan umur, jenis
frekwensi dirawat dan kualitas hidup sebelum intervensi antara kelompok
intervensi dengan kelompok kontrol secara statistik adalah setara/varian
sama (p-value > α 0,05), nilai p umur = 0,095, nilai p jenis kelamin =
0,1512, nilai p pekerjaan= 0,230, nilai p pendidikan= 0,314, nilai p status
perkawinan = 0.076, nilai p lamanya menderita= 0,518, nilai p frekwensi
dirawat= 0,112 dan nilai p kualitas hidup sebelum intervensi= 0,077,
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna/ terdapat
kesetaraan (p-value < α 0,05).
b. Peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Group di GriyaPMI dengan Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta
Sebelum menentukan uji berpasangan dan uji beda dua mean
yang digunakan untuk menguji pengaruh Self Help Group terhadap skor
kualitas hidup terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan Shapiro-Wilk data kualitas hidup kelompok kontrol dan
kelompok intervensi pada ODGJ di Griya PMI dan di RSJD Dr Arif Z
Surakarta.
Uji normalitas pada data kualitas hidup pre posttest dilakukan SHG
kelompok kontrol dan kelompok intervensi pada ODGJ di Griya PMI
33
disajikan dalam tabel 4.6., sedangkan untuk data selisih pre posttest
dilakukan SHG kelompok kontrol dengan kelompok interrvensi pada
ODGJ di Griya PMI disajikan dalam tabel 4.7
Tabel 4.6Uji normalitas pre post test kualitas hidup pada kelompok kontroldan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMI Surakarta, tahun2020 dengan menggunakan Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig. Statistik Df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkKelpKontrol
Pre test ,327 40 ,000 ,671 40 ,000
Post test ,306 40 ,000 ,757 40 ,000KelpIntervensi
Pre test ,334 40 ,000 ,825 40 ,000
Post test ,199 40 ,000 ,930 40 ,017Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.6 hasil signifikansi (sig.) data skor kualitas hidup pada
kelompok kontrol sebelum dilakukan SHG yaitu 0.000 dan setelah
dilakukan SHG yaitu 0.000, hasil ini menunjukkan p value < 0.05 yang
berarti data berdisitribusi tidak normal. Hasil signifikansi (sig.) data skor
kualitas hidup pada kelompok intervensi sebelum dilakukan SHG yaitu
0.000 dan setelah dilakukan SHG yaitu 0.017 hasil ini menunjukkan p
value < 0.05 yang berarti data berdisitribusi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas data yang diolah didapatkan hasil pre dan
post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak normal
sehingga uji berpasangan yang digunakan pada kelompok kontrol dan
juga kelompok intervensi adalah wilcoxon signed ranks test
Pada tabel 4.7 dibawah ini hasil signifikansi (sig.) data selisih skor
kualitas hidup pada kelompok kontrol setelah dilakukan SHG yaitu
0.005 yang menunjukkan p value < 0.05 yang berarti data berdisitribusi
34
tidak normal dan kelompok intervensi yaitu 0.574 yang menunjukkan p
value > 0.05 yang berarti data berdisitribusi normal.
Tabel 4.7 Uji normalitas selisih pre posttes kualitas hidup pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMI Surakarta,tahun 2020 dengan menggunakan Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig. Statistik Df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkKelompok
Kontrol ,210 40 ,000 ,913 40 ,005
Intervensi ,118 40 ,167 ,977 40 ,574
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Selanjutnya memastikan uji yang digunakan dengan melakukan
transformasi data untuk lebih menyakinkan uji yang diambil, dengan
menggunakan metode deskriptif berdasarkan rasio skewness dan rasio
kurtosis disajikan dalam tabel 4,8
Tabel 4.8 Hasil keluaran descripstives data selisih pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMI Surakartatahun 2020
Statistik
Kontrol Intervensi
Skewness 0,402 -0,488
Std. Error of Swekness 0,374 0,374
Kurtosis 1,110 -0,855
Std. Error of Kurtosis 0,733 0,733
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.8 hasil keluaran descripstives pada kelompok kontrol
rasio skewness 0,402/0,374=1,075 dan rasio kurtosis 1,110/0,733=1,514,
pada kelompok intervensi rasio skewness -0,488/0,374=-1,319 dan rasio
kurtosis-0,855 /0,733=1,1664
Dari hasil pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi diatas
didapatkan hasil rasio skewness dan rasio kurtosis tidak melebihi angka
35
2, dapat dikatakan data berdistribusi normal, sehingga uji beda dua mean
yang digunakan adalah independen t-test.
Uji normalitas pada data selisih pre posttest kelompok kontrol dan
kelompok intervensi pada ODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta.disajikan
dalam tabel 4.9. dan tabel 5.10 sedangkan untuk data selisih pre posttest
kelompok kontrol dengan kelompok intervensi pada ODGJ di di RSJD Dr
Arif Z Surakarta. disajikan dalam tabel 5.11.
Tabel 4.9.Uji normalitas pre post test kualitas hidup pada kelompok kontroldan kelompok intervensi ODGJ di di RSJD Dr Arif Z Surakarta,tahun 2020 dengan menggunakan Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig. Statistik Df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkKelpKontrol
Pre test ,174 40 ,004 ,822 40 ,000
Post test ,111 40 ,200* ,936 40 ,025KelpIntervensi
Pre test ,107 40 ,200* ,962 40 ,196
Post test ,191 40 ,001 ,924 40 ,010Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 5.9. hasil signifikansi (sig.) data skor kualitas hidup pada
kelompok kontrol sebelum dilakukan SHG yaitu 0.000 yang
menunjukkan p value < 0.05 dan setelah dilakukan SHG yaitu 0.025
yang menunjukkan p value < 0.05 yang berarti data berdisitribusi tidak
normal. Hasil signifikansi (sig.) data skor kualitas hidup pada kelompok
intervensi sebelum dilakukan SHG yaitu 0.196 yang menunjukkan p
value > 0.05 yang berarti data berdisitribusi normal dan sedangkan data
setelah dilakukan SHG yaitu 0.010 menunjukkan p value < 0.005 yang
berarti data berdisitribusi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas data yang diolah didapatkan hasil pre dan
36
post test pada kelompok kontrol tidak normal sehingga uji berpasangan
yang digunakan pada kelompok kontrol adalah wilcoxon signed ranks
test, sedangkan untuk kelompok intervensi dilanjutkan dengan
memastikan uji yang digunakan dengan melakukan transformasi data
untuk lebih menyakinkan uji yang diambil, dengan menggunakan metode
deskriptif berdasarkan rasio skewness dan rasio kurtosis disajikan
dalam tabel 4,10
Tabel 4.10 Hasil keluaran descripstives pre post test kelompok intervensi ODGJ diGriya PMI Surakarta , tahun 2020
Statistik
pretest Post test
Skewness 0,420 0,790
Std. Error of Swekness 0,374 0,374
Kurtosis 0,036 0,093
Std. Error of Kurtosis 0,733 0,733
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.10 hasil keluaran descripstives pada data pre test rasio
skewness 0,420/0,374=1,123 dan rasio kurtosis 0,036/0,733=0,049,
pada data post test rasio skewness 0,790/0,374=-2,112 dan rasio kurtosis
0,093/0,733=0,127, dari hasil pada kelompok intervensi pre post test
diatas didapatkan hasil hanya rasio skewness post test hasilnya melebihi
angka 2 sedangkan rasio skewness dan rasio kurtosis pretest serta rasio
kurtosis post test hasilnya tidak melebihi angka 2, dapat dikatakan data
berdistribusi normal, sehingga uji berpasangan yang digunakan adalah
dependen t-test.
37
Tabel 4.11 Uji normalitas selisih pre posttes kualitas hidup pada kelompokkontrol dan kelompok intervensi ODGJ di di RSJD Dr Arif ZSurakarta, tahun 2020 dengan menggunakan Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig. Statistik Df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkKelp.
Kontrol ,331 40 ,000 ,384 40 ,000
Intervensi ,116 40 ,193 ,878 40 ,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.11. hasil signifikansi (sig.) data selisih skor kualitas
hidup pada kelompok kontrol setelah dilakukan SHG yaitu 0.000 yang
menunjukkan p value < 0.05 yaitu 0.000 yang berarti data berdisitribusi
tidak normal dan kelompok intervensi yaitu 0.000 yang menunjukkan p
value < 0.05 yaitu 0.000 yang berarti data berdisitribusi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas data yang diolah didapatkan hasil selisih
pre post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak
normal sehingga uji beda dua mean yang digunakan adalah mann-
whitney test.
Analisis perubahan kualitas hidup ODGJ pada kelompok kontrol yang
tidak mendapatkan SHG di Griya PMI Surakarta pada data sebelum dan
sesudah dianalisis dengan uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test),
dengan hasil uji analisis terangkum dalam tabel 4.12, sedangkan kelompok
intervensi yang mendapatkan SHG di Griya PMI Surakarta pada data
sebelum dan sesudah dianalisis dengan uji berpasangan (dependent test/
Paired Samples Test), dengan hasil uji analisis terangkum dalam tabel
4.13. Pada data selisih dianalisis dengan uji beda dua mean (independen
t-test) dengan hasil uji analisis terangkum dalam uji tabel 4.14.
38
Tabel 4.12 Hasil uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test) tentangperubahan kualitas hidup antara kelompok kontrol sebelumdan sesudah intervensi SHG pada ODGJ di Griya PMISurakarta, tahun 2020 (n = 80)
Kelompok N Mean SD (Min– Max) (95% CI) Uji Z P valueKontrol1. Sebelum2. Sesudah
Selisih
404080
85,7086,600,9
8,4599,368
65-9165-98
82,99-88,4183,62-89,8
-,82 0,326
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.12 didapatkan peningkatan kualitas hidup pada hasil
pretpost test kelompok kontrol skor ini naik sebesar 0,9, hasil tersebut
lebih tinggi secara tidak bermakna (p value 0,326).
Tabel 4.13 Hasil uji berpasangan (dependen test/ Paired Samples Test)tentang perubahan kualitas hidup antara kelompok kontroldan intervensi, sebelum dan sesudah intervensi SHG padaODGJ di Griya PMI Surakarta, tahun 2020 (n = 80)
Kelompok N Mean SD (Min– Max) (95% CI) Uji t P valueIntervensi1. Sebelum2. Sesudah
Selisih
404080
86,40106,6320,23
9,5969,032
67-10186-119
83,33-89,4715,94-24,51
-10,611 0,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.13 didapatkan peningkatan kualitas hidup pada hasil
pretpost test kelompok intervensi yang mendapatkan SHG lebih tinggi
secara bermakna (p value 0,000), skor ini naik sebesar 20,23.
Tabel 4.14 dibawah ini menunjukan terdapat perbedaan yang
secara statistik signifikan (p = 0,00), tentang kualiatas hidup ODGJ
antara kelompok kontrol dan intervensi dengan selisih mean 19,33. Rata-
rata peningkatan kualitas hidup pasien pada kelompok intervensi (mean
39
20,23) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (mean 0,9) dengan p<
0,05.
Tabel 4.14.Hasil uji beda mean (independen t-test) tentang perbedaanperubahan kualitas hidup antara kelompok kontrol danintervensi, selisih sebelum dan sesudah intervensi SHG padaODGJ di Griya PMI Surakarta, tahun 2020 (n = 80)
Kelompok N Mean SD (Min– Max) (95% CI) Uji-t P valueKontrolIntervensi
Selisih
404080
0,920,2319,33
7,20713,412
-15-19-9-47
-1,40-3,2015,94-24,51
-8,028 0,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Analisis perubahan kualitas hidup ODGJ pada kelompok yang
mendapatkan SHG dengan kelompok yang tidak mendapatkan SHG
di RSJD Dr Arif Z Surakarta pada data sebelum dan sesudah dianalisis
dengan uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test), dengan hasil uji
analisis terangkum dalam tabel 4.15., sedangkan pada data selisih
dianalisis dengan uji beda dua mean (mann-whitney test) dengan hasil
uji analisis terangkum dalam uji tabel 4.16.
Tabel 4.15 Hasil uji berpasangan (wilcoxon signed ranks test) tentangperubahan rata-rata kualitas hidup antara kelompok kontroldan intervensi, sebelum dan sesudah intervensi SHG padaODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta, tahun 2020 (n = 80)
Kelompok N Mean SD (Min– Max) (95% CI) Uji Z P valueKontrol1. Sebelum2.Sesudah
Selisih
404080
75,9575,220,73
11,0387,937
61-12463-97
72,42-79,4872,69-77,76
-1,060 0,289
Intervensi1. Sebelum2. Sesudah
Selisih
404080
67,8578,7010,85
13,76313,955
46-10155-110
63,45-72,2574,24-86,16
-5,514 0,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
40
Pada tabel 4.15 didapatkan peningkatan kualitas pada kelompok yang
tidak mendapatkan SHG lebih tinggi secara tidak bermakna (p value
0,289), skor ini naik sebesar 0,73. Sedangkan pada kelompok yang
mendapatkan SHG lebih tinggi secara bermakna (p value 0,000), skor
ini naik sebesar 10,85.
Tabel 4.16.Hasil uji beda dua mean (mann-whitney test) tentangperbedaan perubahan kualitas hidup antara kelompok kontroldan intervensi, selisih sebelum dan sesudah intervensi SHGpada ODGJ di RSJD Dr Arif Z Surakarta, tahun 2020 (n =80) Surakarta
Kelompok N Mean SD (Min–Max) (95% CI) Uji U Uji Z P valueKontrolIntervensi
Selisih
404080
0,7310,8510,12
7,326,467
-44-43-36
-3,07-1,628,78-12,92
11,000 -7,608 0,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Tabel 4.16 menunjukan terdapat perbedaan yang secara
statistik signifikan (p< 0,05), tentang kualitas hidup ODGJ antara
kelompok intervensi dan kontrol. Rata-rata kualitas hidup ODGJ pada
kelompok intervensi (mean 10,85) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
(mean 0,73) dengan p = 0,000.
c. Perbedaan peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Groupantara kelompok kontrol dengan kelompok kontrol di Rumah di GriyaPMI dan Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta.hidup
Analisis perubahan kualitas hidup ODGJ pada kelompok yang
mendapatkan SHG di Griya PMI dengan Rumah Sakit Jiwa Daerah
41
Surakarta, dilakukan setelah mengetahui hasil dari distribusi normal
seperti yang terangkum dalam tabel 4.17.
Tabel 4.17 Uji normalitas selisih pre posttes kualitas hidup pada kelompokkontrol dengan kelompok intervensi ODGJ di Griya PMI dan diRSJD Dr Arif Z Surakarta, tahun 2020 dengan menggunakanShapiro-Wilk
Statistik Df Sig. Statistik Df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-WilkKelompok
Kontrol ,240 80 ,000 ,701 80 ,000
Intervensi ,091 80 ,097 ,961 80 ,016
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
Pada tabel 4.17. hasil signifikansi (sig.) data selisih skor kualitas
hidup pada kelompok kontrol setelah dilakukan SHG yaitu 0.000 yang
menunjukkan p value < 0.05 yaitu 0.000 yang berarti data berdisitribusi
tidak normal dan kelompok intervensi yaitu 0.016 yang menunjukkan p
value < 0.05 yaitu 0.016 yang berarti data berdisitribusi tidak normal.
Berdasarkan uji normalitas data yang diolah didapatkan hasil selisih
pre post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak
normal sehingga uji beda dua mean yang digunakan adalah mann-
whitney test, dengan hasil uji analisis terangkum dalam uji tabel 4.18.
Tabel 4.18.Hasil uji beda mean (mann-whitney test.) tentang perbedaanperubahan kualitas hidup antara kelompok kontroldengan kelompok intervensi SHG di Griya PMI Surakartadan RSJD Dr Arif Z Surakarta, tahun 2020 (n = 160)
Kelompok N Mean SD (Min–Max) (95% CI) Uji U Uji Z P valueKontrolIntervensi
Selisih
8080
160
0,0915,5415,45
7,26411,476
-44-19-9-47
-1,53-1,7012,98-18,09
503,00 -9,219 0,000
Sumber : Data primer (Diolah menggunakan SPSS for windows 18)
42
Tabel 4.18 menunjukan terdapat perbedaan yang secara statistik
signifikan (p = < 0,05), tentang kualitas hidup ODGJ antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Griya PMI Surakarta dan RSJD Dr
Arif Z Surakarta. Rata-rata peningkatan kualitas hidup (mean 15,45)
ODGJ pada kelompok intervensi (mean 15,54) lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol (mean 0,09) dengan p< 0,000.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Karakteristik (umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, lama menderita, frekwensi dirawat) ODGJ di Griya PMI dan diRumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta
Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan
pekerjaan, status perkawinan, lama menderita, frekwensi dirawat di Griya
PMI dan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta :
a. Umur
Usia responden berada diantara 36,43 sampai 39,28 tahun. Umur
ini adalah umur produktif bagi kebanyakan orang. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sulistyowati dan Patriani (2017), juga menunjukkan
bahwa rata rata pasien di usia dewasa produktif dengan rerata umur
responden 34-35 tahun.
b. Jenis kelamin
Pada penelitian ini persentase pasien laki – laki mencapai 64%
(104) orang sedangkan sisanya berjenis kelamin perempuan 35% (56).
43
Proporsi responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan , hal ini dikuatkan oleh Stuart dan
Laraia (2005), bahwa proporsi responden yang berjenis kelamin laki-laki
lebih beresiko gangguasn jiwa karena beban laki laki lebih berat dari
perempuan.
c. Status perkawinan
Proporsi pasien yang berstatus tidak kawin lebih banyak dari
yang kawin atau janda/duda dan cerai. Jumlah pasien yang tidak kawin
61,9% (99), sedangkan untuk sisanya kawin 23,8% (38) dan cerai 8,1
% (31) serta pisah 6,3% (10). Stuart dan Laraia (2005), menyatakan
bahwa individu yang mengalami perceraian atau tidak memiliki
pasangan beresiko tinggi mengalami gangguan jiwa.
d. Pendidikan
Pada pendidikan, yang terbanyak pasien berpendidikan SD 31,9%
(51) orang sedangkan SLTP 29,4% (47) orang dan SMU 26,3% (42)
orang. Terkait dengan pendidikan persentase pasien dengan perbedaan
pendidikan tak jauh berbeda yang menggambarkan tingkat Pendidikan
masyarakat Indonesia pada umumnya dan gangguan jiwa dapat terjadi
pada segala umur.
e. Pekerjaan
Proporsi pasien sebelum sakit yang tidak bekerja lebih banyak
dari pada yang bekerja sebanyak 69,4% (111) orang, sisanya bekerja
44
30,6% ( 49) orang. Towsend (2005) menyatakan bahwa sosial ekonomi
rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka
gangguan jiwa. Demikian juga kehilangan pekerjaan sering memberi
dampak pada seseorang dan mengakibatkan tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan fasilitas, makan, perumahan. Lebih lanjut
rendahnya pemenuhan perawatan kesehatan juga bisa diakibatkan
karena rendahnya faktor sosial ekonomi yang pada akhirnya bisa
menjadi pemicu rendahnya kemampuan seseorang untuk mengatasi
situasi stress.
f. Frekuensi perawatan
Frekuensi perawatan responden berada diantara 3,22 sampai
4,25 kali. Pada penelitian yang lain oleh Sulistyowati dan Patriani
(2017), menunjukkan bahwa rerata kekambuhan 2,88 kali dengan
frekuensi perawatan 10 kali, hal ini menunjukkan adanya peningkatan
frekuensi kekambuhan pada gangguan jiwa, sehingga perlu penanganan
yang komprehensif yang diharapkan dapat menurunkan angka
kekambuhan.
g. Lama menderita
Lamanya menderita responden dalam penelitian ini berada
diantara 3,89-sampai 5,07 tahun. Mayoritas pasien menderita gangguan
jiwa cukup lama. Hal ini terjadi karena pasien yang sudah kembali ke
rumah tidak jarang masuk rumah sakit lagi. Penelitian oleh (Hyun and
45
Kim, 2019) menunjukkan bahwa mayoritas penderita gangguan jiwa
yang kembali ke masyarakat setelah pengobatan masih menderita
gangguan fungsional dan derajat tertentu gejala berlanjut. Kebanyakan
dari mereka tidak merasa bahwa mereka dapat memimpin kehidupan
produktif dan mengalami kesulitan dalam mempertahankan kekuatan
pribadi atas hidup mereka. Selain itu, mereka mungkin menganggap diri
mereka terstigmatisasi, berharap diperlakukan buruk oleh publik, dan
mengalami ketidakberdayaan. Akibatnya, orang dengan penyakit
mental menderita masalah ganda, seperti gejala yang disebabkan oleh
penyakit mental dan stigma publik. Selain itu, mereka sering gagal
untuk menegaskan hak asasi manusia yang menjadi hak setiap individu,
dan kualitas hidup orang-orang penyakit mental lebih buruk daripada
orang dengan gangguan fisik. Hal itulah yang menyebabkan pasien
menderita gangguan jiwa lebih lama.
2. Peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Group di Griya PMIdengan Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta
Di Griya PMI Surakarta didapatkan peningkatan kualitas hidup pada
hasil pretpost test kelompok kontrol skor ini naik sebesar 0,9, hasil
tersebut lebih tinggi secara tidak bermakna (p value 0,326). Sementara
didapatkan peningkatan kualitas hidup pada hasil pretpost test
kelompok intervensi yang mendapatkan SHG lebih tinggi secara
bermakna (p value 0,000), skor ini naik sebesar 20,23. Sedangkan di
46
Rumah Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta, didapatkan peningkatan
kualitas pada kelompok yang tidak mendapatkan SHG lebih tinggi secara
tidak bermakna (p value 0,289), skor ini naik sebesar 0,73. Sedangkan
pada kelompok yang mendapatkan SHG lebih tinggi secara bermakna
(p value 0,000), skor ini naik sebesar 10,85. Terdapat perbedaan
yang secara statistik signifikan (p = 0,000), tentang kualiatas hidup
ODGJ antara kelompok kontrol dan intervensi. Rata-rata peningkatan
kualitas hidup pasien pada kelompok intervensi mean (20,23) lebih
tinggi dari pada kelompok kontrol (mean 0,9) dengan p< 0,05.
Dari kedua kelompok intervensi baik di Griya PMI maupun Rumah
Sakit Jiwa Daerah Kota Surakarta menunjukkan adanya peningkatan
yang signifikan dalam kualitas hidupnya setelah tindakan Self Help
Group. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dimana
SHG meningkatkan kualiatas hidup sebesar rerata 11,7 sebelum
dilakukan SHG dengan rerata 73,2 dan setelah dilakukan SHG sebesar
84,9 (Sudiantara., K dkk, 2015) Hal ini didukung Tew et al., (2012)
bahwa suatu hubungan terutama dengan keluarga dan teman-teman,
adalah pusat kualitas hidup Peran penting untuk perawat kesehatan
mental adalah untuk mendukung seseorang pulih dari penyakit mental
dalam pengembangan dan pemeliharaan hubungan sosial yang positif
(Tew Perubahan diperlukan dalam fokus perawatan kesehatan mental
saat ini dari pendekatan individual, ke model perawatan yang lebih
47
inklusif secara sosial yang mencakup keluarga, teman, dan komunitas
dalam pemulihan individu (Barker & Buchanan-Barker, 2011). Dalam
hal ini SHG menjadi relevan dimana terapi ini bertujuan untuk
mengembangkan empathy diantara sesama anggota kelompok dimana
sesama anggota kelompok saling memberikan penguatan, mengubah
anggota dalam perspektif diri mereka sendiri, belajar strategi koping
baru, latihan perilaku. (Wikipidia , 2018).
Pendekatan perawatan kesehatan mental berdasarkan model sosial
perawatan, yang menekankan pada pemberdayaan dan pengembangan
kapasitas, dapat menawarkan cara baru untuk memahami kebutuhan
kesehatan mental dan mempromosikan pemulihan (Heenan, 2006).
Dukungan untuk kualitas hidup penting dilakukan secara
berkelanjutan dan teratur; pasien diharapkan mampu mengidentifikasi
akses terhadap ketersediaan dukungan yang teratur dan terus menerus
sebagai prioritas utama dalam perawatan kesehatan mental mereka.
Dukungan rutin dari perawat kesehatan jiwa merupakan elemen yang
sangat penting dalam mempromosikan dan mempertahankan kualitas
hidup yang positif. Berdasarkan temuan ini, sebaiknya Kesehatan jiwa
disarankan menilai tingkat dukungan yang dibutuhkan pasien dan
merencanakan tindakan keperawatan yang sesuai untuk memastikan
dukungan memadai dan berkelanjutan. Pasien harus diberdayakan untuk
mengidentifikasi elemen kehidupan mereka yang penting untuk
48
menentukan kualitas hidupnya, untuk mengidentifikasi tujuan pribadi,
dan memberikan wawasan tentang apa yang dapat dilakukan perawat
untuk berkontribusi secara positif pada peningkatan kualitas hidup
mereka(Williams et al., 2015).
Sebuah proyek yang dijalankan 2010 hingga 2013. Tahap pertama
berlangsung dari 2010 hingga 2011 dan melibatkan penelitian kualitatif
partisipatif yang dilakukan di dua lokasi di Inggris Raya. Dua puluh satu
kelompok sengaja dipilih untuk memasukkan berbagai masalah, peneliti
melakukan 21 wawancara dengan koordinator kelompok dan dua puluh
diskusi kelompok dengan anggota untuk mengeksplorasi tujuan, sifat dan
perkembangan kelompok. Analisis awal data menunjukkan bahwa
kesejahteraan mental adalah sebuah tema umum di seluruh kelompok.
Selanjutnya data dianalisis ulang untuk mengeksplorasi kontribusi
kelompok terhadap kesejahteraan mental menggunakan daftar periksa
untuk kesejahteraan mental sebagai kerangka kerja pengkodean. Temuan
menunjukkan bahwa kelompok memberikan kontribusi yang kuat bagi
kesejahteraan mental anggota dengan meningkatkan rasa kendali,
meningkat ketahanan dan memfasilitasi partisipasi. Anggota kelompok
dapat bertukar dukungan emosional dan praktis; mereka mendapatkan
harga diri, pengetahuan dan kepercayaan diri (Seebohm et al., 2013).
Dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan kendali mereka
atas situasi yang dialami. Untuk beberapa kelompok, faktor sosial
49
ekonomi membatasi ruang lingkupnya dan mengancam masa depan
mereka. Artikel tersebut memberikan basis bukti yang menggambarkan
bagaimana selfhelp group dapat meningkatkan kesejahteraan mental.
Kelompok ini memungkinkan orang-orang dengan berbagai perbedaan
perhatian untuk mengembangkan respon yang disesuaikan kebutuhan
spesifik mereka. Peneliti menyarankan agar pembuat kebijakan terlibat
dengan masyarakat lokal, berinvestasi dalam mendukung terpenuhinya
kebutuhan yang berbeda pada pasien gangguan jiwa sehingga
memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemandirian atau
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan diantara kelompok
mereka sendiri untuk meningkatkan rasa kesejahteraan mental mereka
(Seebohm et al., 2013).
Self-help / mutual aid groups adalah terkait dengan peningkatan harga
diri dan kemampuan untuk mengatasinya, dan penurunan isolasi
(Seebohm et al., 2013). Edwards & Imrie (2008) menekankan self-help
dan terapi klinis sebagai intervensi untuk mendukung seseorang dengan
kecacatan untuk mendapatkan pekerjaan, dan mengalihkan fokus dari
hambatan sosio-struktural dan hak asasi manusia. Taylor (2011) setuju
bahwa penekanan pada kemandirian individu terlalu sempit dan
memerlukan penting untuk mengenali sifat sosial manusia. Sementara
Coote dengan Goodwin 2010, Marmot 2010) membantah bahwa
kebijakan kesejahteraan harus didasarkan pada sosial keadilan. Intervensi
50
yang senada juga dilakukan oleh peneliti lan terhadap keluarga pasien
yang disebut Family Support Group (FSG). FSG telah dikembangkan
untuk mendukung anggota keluarga dalam menangani penyakit mental
dan tatanan hukum kerabat mereka. Intervensi FSG didasarkan pada
format kelompok multi-keluarga yang mengintegrasikan sistemik dan
pendekatan naratif dan disesuaikan dengan konteks forensik. Organisasi
FSG dijelaskan dan sketsa klinis digunakan untuk menggambarkan
proses terapeutik. Beberapa refleksi tentang FSG adalah: orang dengan
penyakit mental yang melakukan tindak criminal tidak dapat dianggap
bertanggung jawab secara kriminal atas kejahatan yang telah mereka
lakukan karena penyakit mental mereka. Anggota keluarga pelaku
penyakit jiwa dihadapkan pada stigma ganda dan beban yang berbeda
karena kerabat mereka dianggap gila dan jahat. Oleh karena itu mereka
membutuhkan dukungan profesional dan sosial untuk menghadapi situasi
yang mereka hadapi. FSG dikembangkan secara sistemik untuk
mendukung anggota keluarga dalam menangani penyakit mental dan
aturan hukum dari keluarga mereka. Setelah FSG, anggota keluarga
melaporkan lebih sedikit menyalahkan diri sendiri dan lebih sedikit
beban (misalnya, penurunan kehilangan kontrol atas hidup mereka dan
peningkatan kesejahteraan emosional). Faktor terapeutik seperti
pembelajaran dengan observasi, modeling, dukungan dari kelompok,
mengalami kesamaan dengan orang lain, dan universalitas masalah
51
dikaitkan dengan hasil positif ini (Rowaert et al., 2018).
3. Perbedaan peningkatan Kualitas Hidup ODGJ dengan Self Help Groupantara kelompok intervensi dengan kontrol di Griya PMI dan Rumah SakitJiwa Daerah Kota Surakarta.
Terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan (p = 0,000),
tentang kualitas hidup ODGJ antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di Griya PMI Surakarta dan RSJD Dr Arif Z Surakarta. Rerata
peningkatan kualitas hidup ODGJ (mean 15,45), pada kelompok intervensi
(mean 15,45) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (mean 0,09) dengan
p< 0,05.
Banyak peserta menyampaikan tentang menghargai keterlibatan
kelompok mereka dan itu merupakan peran yang berharga. Mereka ingin
memberikan kembali bantuan yang mereka terima, untuk mencegah orag
lain dalam kelompok memiliki keterbatasan dalam pengalaman klinis yang
mereka miliki, atau untuk membantu komunitas mereka. Memberi sama
pentingnya dengan menerima bantuan. Banyak anggota membantu dengan
cara sederhana seperti pengorganisasian minuman atau berbagi pengalaman
pribadi. Fasilitator menuntut secara mental dan emosional, tanggung jawab
dan semangat untuk melakukan sesuatu yang membantu orang lain. Imbalan
mereka adalah mengetahui bahwa mereka membuat perbedaan bagi
kehidupan orang-orang lainnya melalui masukan dari anggota dan kesehatan
52
mereka yang terlihat meningkat atau mendapatkan kebahagiaan (Seebohm et
al., 2013).
Stigma diri telah dikaitkan dengan keputusasaan, miskin harga diri,
penurunan pemberdayaan, penurunan kepatuhan pengobatan, dan
peningkatan keparahan gejala (Livingston & Boyd, 2010). Orang yang
memiliki gangguan mental harus dirawat dalam pengaturan yang longgar,
perawatan komunitas wajib memberikan strategi lain bagi mereka yang
tidak membutuhkan rawat inap paksa tradisional, tetapi masih membutuhkan
perawatan, pengawasan, dan dukungan. Meskipun stigma diri dirujuk
secara luas sebagai hambatan substansial dalam proses pemulihan kesehatan
mental, sifat pasti pengaruhnya terhadap kesehatan dan hasil sosial tetap
tidak jelas. Sejauh mana stigma diri menyebabkan atau memperburuk hasil
perawatan pada orang dengan gangguan mental, stigma diri memiliki
implikasi penting bagi layanan dan kebijakan kesehatan mental. Misalnya,
sejauh mana program dan intervensi kesehatan mental harus ditujukan
dalam meningkatkan kualitas hidup orang dengan penyakit mental
berkonsentrasi pada persepsi dan pengalaman stigma diri (Livingston,
2012). Dihipotesiskan bahwa, seiring waktu, stigma diri akan berdampak
langsung pada pengikisan kualitas hidup di antara orang-orang dengan
penyakit mental yang menerima perawatan komunitas wajib; Namun,
hubungan ini tidak dikonfirmasi oleh data. Walaupun analisis cross-
sectional mengungkapkan hubungan negatif yang sedang antara stigma diri
53
dan kualitas hidup, analisis longitudinal menunjukkan bahwa stigma diri
tidak dapat memprediksi kualitas hidup di antara peserta penelitian.
Faktanya, setelah mengendalikan efek dari variabel perancu potensial,
stigma diri dasar terhitung kurang dari satu persen dari variasi kualitas hidup
1 tahun kemudian (Livingston, 2012).
Council of Australian Governments (2011) menyarankan bahwa
kegiatan kelompok dengan partisipasi sosial dan masyarakat merupakan
bagian integral dari pemulihan menuju inklusi sosial. Aktivitas sosial
bersama dapat berdampak positif terhadap kesehatan mental dan
kesejahteraan, mempromosikan perkembangan persahabatan, dan
mengurangi isolasi sosial (Hillier, 2007). Meskipun orang dengan
penyakit mental yang parah menghadapi peningkatan risiko kematian dan
kematian berdampak pada hasil kesehatan yang negatif, penelitian telah
menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup dapat mendukung kesehatan
mereka. Penelitian oleh (Bj and Haage, 2018), meneliti intervensi gaya
hidup yang dipimpin perawat untuk mengukur dampaknya terhadap
kualitas kehidupan, kinerja kognitif, kapasitas berjalan, dan kesehatan
tubuh orang dengan gangguan mental berat. Berlangsung selama 26
minggu dan melibatkan 38 orang dengan gangguan jiwa berat, intervensi
tersebut memprioritaskan dua komponen: hubungan interpersonal orang
dengan penyakit mental yang berat, staf, dan pemimpin kelompok dan
pendidikan kelompok tentang kesehatan fisik dan mental. Pra-posting
54
pengukuran intervensi kualitas hidup dikumpulkan dengan Manchester
Short Assessment of Kualitas Hidup, kinerja kognitif dengan Skala
Perilaku Sistem Frontal, kapasitas berjalan dengan tes jalan 6 menit, dan
kondisi tubuh ditinjau dari lingkar pinggang dan indeks massa tubuh
dianalisis menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon signed-rank test.
Hasil menunjukkan bahwa intervensi memberikan peningkatan
signifikan dalam variabel kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan, kinerja kognitif, kapasitas berjalan, dan lingkar pinggang
untuk orang dengan gangguan mental.
Namun, studi jangka panjang dengan kelompok kontrol dan yang
memeriksa parameter hidup dengan gangguan kesehatan mental secara
negatif mempengaruhi beberapa aspek kualitas hidup dengan
mempromosikan kurangnya interaksi sosial, perasaan tertekan, dan
kurangnya kontrol dan otonomi (Connell et al. 2012)
C. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan, peneliti
menyadari keterbatasan dari penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang merupakan ancaman meliputi: keterbatasan desain penelitian,
keterbatasan proses pelaksanaan penelitian.
55
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Quasi
experimental pre-post test control group” dengan intervensi Self Help
Group . Pengumpulan data dan pengukuran variabel dilakukan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah tindakan
Self Help Group .
Penelitian kuasi eksperimen semua variabel harus dikendalikan,
jadi dapat dipastikan bahwa tidak ada variabel pengganggu. Namun
demikian, area penelitian yang dilakukan adalah pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan berbagai karakteristik yang berbeda dan bervariasi
maka peneliti tidak dapat mengontrol seluruh variabel karakteristik
demografi secara optimal sehingga variabel tersebut sedikit banyak akan
mempengaruhi variabel penelitian. Salah satu variabel yang menurut
peneliti menjadi pengganggu adalah faktor setting tempat pelaksanaan Self
Help Group yang paling banyak dilakukan di bangsal rawat inap kelas
tiga yang kurang nyaman dan terganggu dengan pasien lainnya ataupun
diluar ruangan dengan ketidaknyamanan silaunya sinar matahari. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka peneliti menggunakan tempat ruang perawat
untuk menjaga pasien dari gangguan pasien lainnya. Masukan untuk
penelitian berikutnya untuk membuat suasana yang nyaman bagi pasien
dengan menempatkan pasien diruang khusus dan leluasa saat pelaksanaan
56
Self Help Group sehingga tidak mengganggu pasien yang yang sedang
diintervensi.
2. Proses pelaksanaan penelitian
Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh perawat
ruangan dalam melakukan intervensi Self Help Group, namun karena
ruangan kurang nyaman dan privacy bagi pasien, maka peneliti meminta
perawat yang sudah ditujuk untuk melakukan diruang perawat.
Pelaksanaan Self Help Group dilakukan selama 8 hari untuk setiap
kelompok pasien dalam Self Help Group . Pelaksanaannya dominan dipagi
hari mulai pukul 09.00 Selama pelaksanaan terdapat 4 orang pasien drop
out pada pasien kelompok kontrol pasien pulang 2 orang dan kelompok
intervensi pasien pulang 2 orang.
D. Implikasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan Self Help Group Di Kota Surakarta
menunjukkan hasil yang bermakna.
Berikut diuraikan mengenai implikasi hasil penelitian terhadap :
a. Pelayanan Keperawatan
Panti Griya PMI dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, bagi Kepala
ruangan dan perawat pelaksanan yang bertugas di ruang rawat inap
mendapatkan pengetahuan tentang Self Help Group bagi pasien ODGJ
57
yang mengalami penurunan kualitas hidup. SHG bermanfaat sebagai
salah satu terapi yang dapat dilakukan oleh perawat bagi pasien untuk
meningkatkan kualitas hidup.
b. Keilmuan dan Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh Self Help Group terhadap kualitas
hidup sebagai salah satu intervensi yang dapat diberikan kepada pasien
dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pada kurikulum pendidikan perawat
khususnya mata ajar keperawatan jiwa Self Help Group merupakan bentuk
terapi pada kelompok dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa
dalam upaya meningkatkan kesehatan jiwa dan dapat diberikan sebagai
bahan pembelajaran pendidikan keperawatan jiwa terutama pada terapi
keperawatan jiwa.
c. Kepentingan Penelitian
Hasil penelitian ini terbatas pada tingkat rumah sakit jiwa, agar dapat
digeneralisasi dapat diulang dibeberapa panti rehabilitasi dan rumah sakit
jiwa serta rumah sakit umum lainnya. Penelitian kualitatif diperlukan
untuk meneliti proses pelaksanaan Self Help Group. Hasil penelitian
merupakan data awal untuk melakukan penelitian Self Help Group
selanjutnya, baik pada pasien dengan gangguan jiwa yang dirawat di
rumah sakit jiwa dan gangguan fisik yang dirawat di rumah sakit umum
maupun pasien gangguan psikososial di masyarakat.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Karakteristik klien pada umumnya berada dalam rata-rata usia 38 tahun,
jenis kelamin laki-laki, tidak bekerja dan tidak kawin lebih banyak,
demikian juga pendidikan SD, lamanya menderita 4,5 tahun sedangkan
frekwensi perawatan rata-rata 4 kali. Karakteristik responden (umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, lamanya menderita,
frekensi rawat) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
didapatkan setara (p value > α 0.05).
2. Kualitas hidup setelah pelaksanaan Self Help Group di Griya PMI pada
responden kelompok kontrol menunjukkan selisih mean 0,9 dan kelompok
intervensi menunjukkan kualitas hidup selisih mean 20,23. Intervensi Self
Help Group dapat memberikan pengaruh peningkatkan kualitas hidup
lebih tinggi, menunjukan terdapat perbedaan secara statistik
signifikan (p value < α 0,05) antara kelompok intervensi dan kontrol.
Demikian juga di RSJD Dr Arif Z Surakarta pada responden kelompok
kontrol menunjukkan selisih mean 0,73 dan kelompok intervensi
menunjukkan kwalitas hidup selisih mean 10,85. Intervensi Self Help
Group dapat memberikan pengaruh peningkatkan kualitas hidup lebih
59
tinggi, menunjukan terdapat perbedaan secara statistik signifikan
(p value < α 0,05) antara kelompok intervensi dan kontrol.
3. Ada perbedaan peningkatan kualitas hidup pada ODGJ di Griya PMI dan
RSJD Dr Arif Z Surakarta secara statistik signifikan (p = 0,000), antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Rata-rata peningkatan kualitas
hidup pada ODGJ pada kelompok intervensi (mean 15,45) lebih tinggi
dari pada kelompok kontrol (mean 0,09) dengan p< 0,05.
B. Saran
Terkait dengan kesimpulan hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat
disarankan demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian pengaruh SHG
terhadap kwalitas hidup sebagai berikut :
1. Teoritis
Pihak pendidikan tinggi keperawatan hendaknya menggunakan evidence
based dari hasil penelitian Self Help Group ini dan menjadikan sebagai
salah satu intervensi terapi kelompok dalam praktek keperawatan jiwa
serta sebagai bahan pembelajaran dalam pendidikan keperawatan
2. Praktis
Pihak rumah sakit diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat
memberikan masukan informasi dan bahan pertimbangan dapat digunakan
sebagai salah satu pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan pada
60
pasien gangguan jiwa (ODGJ) dengan penerapan Self Help Group sebagai
intervensi terapi kelompok.
3. Penelitian
Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dalam bentuk peneliti kualitatif
untuk meneliti proses pelaksanaan Self Help Group dan melengkapi
informasi keefektifan penggunaan tentang sejauh mana Self Help Group
dapat meningkatkan kwalitas hidup ing pada pasien gangguan jiwa.
61
DAFTAR PUSTAKA
Audina. 2016. Hubungan antara Kualitas Hidup dengan pengambilanKeputusan untuk mengikuti kegiatan dalam kelompok senam prodiaPurwokerto. Fakultas Psikologi UMP
Barker, P., & Buchanan-Barker, P. (2011). Myth of mental health nursingand the challenge of recovery. International Journal of Mental HealthNursing, 20(5), 337–344. https://doi.org/10.1111/j.1447-0349.2010.00734.x
Bj, A., & Haage, D. (2018). Educational nurse-led lifestyle intervention forpersons with mental illness. 1022–1031.https://doi.org/10.1111/inm.12410
Citron, et.all(1999). Self-help groups for families of persons with mentalillness: Perceived benefits of helpfulness. http://www.proquest.com
Connell, J., Brazier, J., O’Cathain, A., Lloyd-Jones, M., & Paisley, S.(2012). Quality of life of people with mental health problems: Asynthesis of qualitative research. Health and Quality of LifeOutcomes, 10(1), 1. https://doi.org/10.1186/1477-7525-10-138
Dep Kes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.http://www.depkes.go.id/resources/
download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Dep Kes RI. 2016. Peran keluarga dukung dalam kesehatan jiwamasayarakat.http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html
Dep Kes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar.http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkin/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
62
Hastono, S.P. 2007, Analisis data kesehatan. Tidak dipublikasikan,Depok.
Heenan, D. (2006). Art as therapy: An effective way of promoting positivemental health? Disability and Society, 21(2), 179–191.https://doi.org/10.1080/09687590500498143
Kem.Kes RI. 2014. Undang-undang Kesehatan Jiwa.http://www.farmalkes.kemkes.go.id
Livingston, J. (2012). SELF-STIGMA AND QUALITY OF LIFE AMONGPEOPLE WITH MENTAL ILLNESS WHO RECEIVE COMPULSORYCOMMUNITY TREATMENT SERVICES. 40(6), 699–714.https://doi.org/10.1002/jcop
Livingston, J. D., & Boyd, J. E. (2010). Correlates and consequences ofinternalized stigma for people living with mental illness: A systematicreview and meta-analysis. Social Science and Medicine, 71(12),2150–2161. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2010.09.030.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Owaert, S. et al. (2018) ‘A Family Support Group for Family Members ofOffenders with a Mental Illness – Part 2 : Treatment Protocol’, pp.487–500. doi: 10.1002/anzf.1336.
Rowaert, S., Hanssens, F., Audenaert, K., Vandevelde, S., & Lemmens, G.(2018). A Family Support Group for Family Members of Offenders with aMental Illness – Part 2 : Treatment Protocol. 487–500.https://doi.org/10.1002/anzf.1336
Seebohm, P., Ma, B. A., Chaudhary, S., Ma, L. L. B., Ba, M. B., Elkan, R.,… Ma, C. M. B. A. (2013). The contribution of self-help / mutual aidgroups to mental well-being. 21, 391–401.https://doi.org/10.1111/hsc.12021
63
Singer. 2010. Health- Related Quality of life and Culture. Seminar in OmncologyNursing .
Songhuai. 2009.The Effect of Depressionon the Quality of live of Patien.www. theijmed.com
Sulistyowati,E.C. Sulistyowati, D., (2019). Pemberdayaan Pasien denganPendekatan Self Help Group terhadap Perubahan MekanismeKoping pada pasien Gangguan Jiwa Skizoprenia di RSJD Dr Arif ZSurakarta. Poltekkes Surakarta, Interes Jurnal Ilmu Kesehatan No1,Vol 8. http://jurnalinterest.com/index.php/int/article/view/123/119
Sudiantara., K dkk, (2015) Pengaruh Self Help Group Therapy TerhadapPeningkatan Kemampuan Merawat diri dan Kualitas Hidup Lansia.http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/sudiantara.pdf
Stuart, G.W., and Laraia. 2005. Principles and practice of psyhiatricnursing.(7"' ed.). St. Louis : Mosby Year B.
Utami. TW (2008) Pengaruh self-help groups terhadap kemampuankeluarga dalam merawat klien gangguan jiwa di kelurahan sindangbarang bogor . Jakarta : UI (tidak dipublikasikan
Videbeek, S.L. 2008. Psychiatric mental health nursing.(3r d edition). Philadhelpia:Lippincott Williams & Wilkin
WHO.2018. WHO 2019 Mental disordershttps://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders
World Health Organization. 2020. WHO Quality of Life-BREF.https://www.who.int/toolkits/whoqol/whoqol-bref/docs/default-source/publishing-policies/whoqol-bref/indonesian-whoqol-bref
Wikipedia 2018. Self Help Group for Mental Heath.
64
https://en.wikipedia.org/wiki/Self-help groups for mental health
Yusuf., Fitryasari., dan Nihawati. Buku ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.www.researchgate.net> publication>317040335
65
66
DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen
berupa kuesioner demografi responden dan perkembangan sosial dan
emosional anak pra sekolah.
Adapun prasarana dan alat-alat serta bahan yang digunakan dalam
penelitian ini semua dapat difasilitasi dan tersedia di lingkungan Politeknik
Kesehatan Surakarta seperti:
1. Perangkat komputer untuk pembuatan laporan
2. Software SPSS untuk pengolahan data awal
3. Buku catatan lapangan
4. Lembar scoring sheet dalam pengumpulan data
5. Lembar kerja problem solving terapi
Peneliti berharap tidak ada kendala yang berarti, sehingga proses
penelitian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang
telah disusun peneliti.
67
Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
No NamaLengkap
InstansiAsal
BidangIlmu
Alokasi
Waktu(Jam/
Minggu)
Pembagian Tugas
1 Endang
Caturini
Sulistyowati
,
S.Kep.,Ns.,
M.Kep.
PoliteknikKesehatanSurakarta
Kepera
Watan
8 jam /mingg
u
1. Penyusunan proposal2. Review literatur tentang
instrumen penelitian danmetodologi penelitian
3. Mengurus perijinanpenelitian
4. Melakukan intervensiSelf Help Group padakelompok intervensi
mengenakan baju dan peningkatanself esteem pada anak dengan
retardasi mental dengan vidio self– modelling
Risbinakes
6 2017 Dukungan psikososial denganpendekatan budaya “Trisna”
terhadap penurunan kecemasandan peningkatan koping padapasien program terapi rumatan
metadon
Risbinakes
7 2018 Pemberdayaan Pasiendengan Pendekatan SelfHelp Group terhadapPerubahan MekanismeKoping pada pasienGangguan Jiwa Skizopreniadi RSJD Dr Arif Z Surakarta
Risbinakes
8 2019 Parenting PsikoedukasiDalam MendukungPerkembangan Sosial DanEmosional Anak Usia PraSekolah Di Kota Surakarta”
Risbinakes
D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah NamaJurnal
Vol/Nomor/Tahun
1 The Effect Of SpiritualEmotional FreedomTechnique To
Prosiding
ISSN/ISBN 1413536244Tahun Terbit/Tempat Pelaksanaan2017, In: 8th International NursingConference “Education, Practice And
Research Development In Nursing”.Penerbit/organise UniversitasAirlangga Surabayahttp://eprints.ners.unair.ac.id/591/3/253-Endang%20Caturini-The%20Effect%20of%20Spiritual%20Emotional%20Freedom.pdf
-12 The Self-Concept OfChronic Renal FailurePatients WhoUndergoingHemodialysis In DrSoeradji TirtonegoroHospital
Prosiding
ISSN/ISBN 1413536244Tahun Terbit/Tempat Pelaksanaan2017,In: 8th International Nursing Conference“Education, Practice And ResearchDevelopment In Nursing”Penerbit/organise UniversitasAirlangga Surabaya .Alamat repositoryPT/web Prosiding :http://eprints.ners.unair.ac.id/590/3/251-Sakha%20Insiyah-The%20Self-Concept%20of%20Chronic%20Renal%20Failure.pdf
113 Pengaruh CognitifBehavioral Therapy(CBT)
InteresJurnalIlmuKesehatan
Vol 4, No 2 (2015)
1 4 Pengaruh ROMPasif Terhadap LajuPernapasan DanSpO2 Pada PasienPost Craniotomy DiICU RSUD Dr.Moewardi SurakartaTahun 2015
Mellitus Pada PasienDM di PuskesmasSibela Kota Surakarta
7 20178 20189 2019 Parenting Psikoedukasi
Dalam MendukungPerkembangan SosialDan Emosional AnakUsia Pra Sekolah DiKota Surakarta”
RisbinakesRp.
47.000.000,00
D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/Tahun1 Gambaran Implementasi
Kuliah Mata AjarKeperawatan JiwaDalam RangkaPencapaian KompetensiMelaksanakan AsuhanKeperawatan Jiwa diJurusan KeperawatanPoltekkes Surakarta
JurnalTerpaduIlmuKesehatanInterest
ISSN 2252-5432VOL 1,NOMOR 1Mei tahun 2012
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/
2 Pengaruh terapipenyelesaianmasalah(problemsolving therapy)terhadap penurunandistress psikologik padacaregiver lansia di RT 03RW04, Mojosongo,Jebres, Surakarta.
JurnalTerpaduIlmuKesehatanInterest
ISSN 2252-5432VOL 3,NOMOR 2November 2014
http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/
3 Penurunan TekananDarah denganmenggunakan Tehnik
JurnalTerpaduIlmu
ISSN 2252-5432VOL 4, NOMOR 2November 2015
76
Nafas Dalam (DeepBreathing) pada PasienHipertensi di PuskesmasBendosari KabupatenSukoharjo.
KesehatanInterest http://jurnal.poltekke
s-solo.ac.id/
4 Tingkat Pengetahuandan Kepatuhan TentangDiit Diabetes Mellituspada Pasien DiabetesMellitus di PuskesmasSibela Kota Surakarta
JurnalTerpaduIlmuKesehatanInterest
ISSN 2252-5432VOL 5, NOMOR 1Mei 2016http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id/
5 Implementasi MetodeSelf Directed Learningdan Diskusi KelompokKecil Dalam RangkaMeningkatkanKompetensiMenerapkan KonsepModel KeperawatanDalam Berbagai SituasiPada Mata Ajar IlmuKeperawatan Dasar II
E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral presentation) dalam 5 tahun Terakhir
No Nama PertemuanIlmiah/Seminar
Judul Artikel Waktu dan Tempat
1 - - -
F. Karya buku dalam 5 Tahun Terakhir
77
No Judul Buku Tahun JumlahHalaman
Penerbit
1 - - - -
G. Perolehan HKI dalam 5 -10 Tahun Terakhir
No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID1 - - - -
78
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Endang Caturini Sulistyowati
NIP/NIDN : 19700420 199803 2 002/4020047001
Pangkat / Golongan :Penata Tingkat I/IIId
Jabatan Fungsional : Lektor
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan Judul
“Peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan Ganggu Jiwa (ODGJ)Dengan Self Help Group Di Kota Surakarta. “
Yang diusulkan dalam skema penelitian PTUPT, untuk tahun anggaran2020, bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumberdana lain.Bila mana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan
ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses dengan ketentuan yang
berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima
ke kas negara
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan
sebenar-benarnya.
Surakarta, 2020
Mengetahui
Ka. Unit Penelitian Poltekkes Surakarta Ketua Peneliti
Yuyun Setyorini, M.KepNIP. 19750604 199803 2 003
Endang Caturini S, MKepNIP: 19700420 199803 2 002
79
Mengesahkan
Direktur Poltekkes Surakarta
Satino, SKM., MSc .NIP. 19610102 198903 1 001
80
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN(Kuesioner A)
No Responden : (Diisi oleh peneliti)
Nama pasien: ..................
Petunjuk Pengisian :1. Bacalah dengan teliti pertanyaan berikut di bawah ini2. Isilah pertanyaan pada tempat yang telah disediakan3. Apabila pertanyaan berupa pilihan, cukup dijawab sesuai dengan
petunjuk
1. Kapan anda lahir? ______/ ______/ ________Tanggal Bulan Tahun
Usia : .............................. tahun
2. Apa jenis kelamin anda? :a. Perempuanb. Laki-laki
3. Apa status pekerjaan anda?a. Tidak Bekerjab. Bekerja
4. Apa pendidikan terakhir anda?:a. Tidak Sekolahb. SDc. SLTPd. SMUe. Perguruan Tinggi
5. Apa status perkawinan anda?a. Menikahb. Lajangc. Pisahd. Ceraie. Janda/ Duda
6. Apa anda sedang dalam kondisi sakit?a. Yab. Tidak
7. Jika ada yang mengganggu kesehatan anda, Apa itu menurut anda?
81
___________________________________sakit/ masalah
8. Sudah berapa lama anda Sakit?: ................... tahun
9. Berapa kali (Frekuensi) anda dirawat dirumah sakit ?................... kali :
82
KUALITAS HIDUP RESPONDEN(WHOQL-BREF Tentang Anda)
(Kuesioner B)
No Responden : (Diisi oleh peneliti)
Nama pasien : .................. Tempat : ..................
Petunjuk Pengisian :Kuesioner ini menanyakan tentang apa yang anda rasakan tentang kualitas hidupanda, kesehatan atau area lain dalam kehidupan anda. Tolong jawab semuapertanyaan. Jika anda tidak yakin tentang respon seperti apa untuk memberikansebuah pertanyaan, tolong pilih satu yang paling tepat. Sering ini menjadi responpertama anda.
Tolong ingat tentang standar, harapan, kesenangan dan perhatian anda. Kamimenanyakan apa yang anda pikirkan tentang hidup anda dalam 2 minggu terakhir.Contohnya, pikirkan tentang 2 minggu terakhir, pertanyaan bisa berupa:
Apakah kamu mendapat semacam dukungan dari orang lain yang andabutuhkan?
(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak sama sekali1
Sedikit2
Biasa3
Banyak4
Penuh5
Anda harus melingkari nomor yang terbaik, untuk mengukur seberapa banyakdukungan yang anda dapat dalam 2 minggu terakhir. Jadi anda akan melingkarinomer 4 jika anda mendapatkan banyak dukungan dari orang lain.
Apakah anda mendapat semacam dukungan dari orang lain yang andabutuhkan?
(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak sama sekali1
Sedikit2
Biasa3
Banyak4
Penuh5
83
Anda akan melingkari nomor 1 jika anda tidak mendapat dukungan apapundari orang lain dalam 2 minggu terakhir.
Apakah anda mendapat semacam dukungan dari orang lain yang andabutuhkan?
(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak sama sekal1
Sedikit2
Biasa3
Banyak4
Penuh5
Tolong baca setiap pertanyaan, perkirakan perasaan anda dan lingkar nomoryang memberkan jawaban terbaik untuk setiap pertanyaan anda.
1. Bagaimana anda mengukur kualitas hidup anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Sangatburuk
1
Buruk2
Sedang3
Baik4
Sangat Baik5
2. Seberapa puas anda dengan kesehatan anda?
(Tolong lingkarilah nomer)
Sangat tidakpuas
1
TidakPuas
2
Sedang3
Puas4
Sangat Puas5
Pertanyaan-pertanyaan berikut bertanya tentang berapa banyak anda mengalamihal-hal tertentu dalam 2 minggu terakhir.
84
3. Sampai sejauh mana anda merasakan sakit fisik yang menghalangi andamelakukan apa yang anda perlu lakukan?
(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
SangatBanyak
4
Sangat AmatBanyak
5
4. Berapa banyak perawatan medis yang anda butuhkan dalam kehidupananda?
(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Sangat Banyak4
Sangat AmatBanyak
5
5. Seberapa banyak anda menikmati hidup anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
SangatBanyak
4
Sangat AmatBanyak
5
6. Sejauh mana anda merasa hidup anda berarti?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
SangatBanyak
4
Sangat AmatBanyak
5
7. Seberapa baik anda dalam berkonsentrasi?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Sangat Baik4
Sangat Amat Baik5
8. Seberapa aman yang anda rasakan dalam kehidupan anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Sangat Baik4
Sangat Amat Baik5
85
9. Seberapa sehat lingkungan anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Sangat Baik4
Sangat Amat Baik5
Pertanyaan-pertanyaan berikut bertanya tentang seberapa lengkap pengalamananda atau mampu melakukan hal-hal tertentu dalam 2 minggu terakhir.
10. Apakah anda memiliki cukup energy setiap hari?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Banyak4
Penuh/ Lengkap5
11. Apakah anda dapat menerima penampilan tubuh anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Banyak4
Penuh/ Lengkap5
12. Apakah anda memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Banyak4
Penuh/ Lengkap5
13. Seberapa tersedianya informasi yang anda butuhkan dari hari ke-haridalam hidup anda?
(Tolong lingkarilah nomer)Tidak Sama
Sekali1
Sedikit2
Sedang3
Banyak4
Penuh/ Lengkap5
14. Sejauh mana Anda memiliki kesempatan untuk kegiatan rekreasi?(Tolong lingkarilah nomer)
Tidak SamaSekali
1
Sedikit2
Sedang3
Banyak4
Penuh/ Lengkap5
86
15. Seberapa baik anda bisa berbaur?
(Tolong lingkarilah nomer)Sangat Kurang
1Kurang
2Sedang
3Baik
4Sangat Baik
5
Pertanyaan-pertanyaan berikut bertanya kepada anda tentang seberapa baik danmemuaskan yang anda rasakan dalam berbagai aspek kehidupan dalam 2 mingguterakhir.
16. Seberapa puas anda dengan tidur anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Sangat TidakPuas
1
Tidak Puas2
Sedang3
Puas4
Sangat Puas5
17. Seberapa puas anda dengan kemampuan anda melakukan aktivitas sehari-hari?
(Tolong lingkarilah nomer)Sangat Tidak
Puas1
Tidak Puas2
Sedang3
Puas4
Sangat Puas5
18. Seberapa puas anda dengan kapasitas pekerjaan anda?(Tolong lingkarilah nomer)
Sangat TidakPuas
1
Tidak Puas2
Sedang3
Puas4
Sangat Puas5
19. Seberapa puas anda dengan diri anda sendiri?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
87
20. Seberapa puas anda dengan pasangan anda?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
21. Seberapa puas anda dengan kehidupan seks anda?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
22. Seberapa puas anda dengan dukungan dari teman-teman anda?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
23. Seberapa puas anda dengan kondisi tempat tinggal anda?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
24. Seberapa puas anda dengan akses anda ke pelayanan kesehatan?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
25. Seberapa puas anda dengan jenis transportasi anda?(Tolong lingkarilah nomer)
SangatTidak Puas
1
Tidak Puas
2
Sedang
3
Puas
4
Sangat Puas
5
88
Pertanyaan-pertanyaan berikut bertanya tentang seberapa sering anda merasa ataumemiliki pengalaman berbagai hal tertentu dalam 2 minggu terakhir.
26. Seberapa sering anda memiliki perasaan negative, seperti murung, putusasa, gelisah dan depresi?
(Tolong lingkarilah nomer)Tidak
Pernah
1
Jarang
2
CukupSering
3
SangatSering
4
Selalu
5
Apakah seseorang membantu anda Ya Tidak
untuk mengisi formulir ini?
(Tolong lingkari Ya atau Tidak)
Seberapa lama waktu yang dibutuhkan
Untuk mengisi formulir ini? ______________________
89
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Judul Penelitian :
“Peningkatan Kualitas Hidup Orang Dengan Ganggu Jiwa (ODGJ) Dengan SelfHelp Group Di Kota Surakarta. ”