Page 1
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
IbM KELOMPOK GURU IPA DI SMPN 3 DAN
SMPN 4 BANJAR KABUPATEN BULELENG
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Oleh:
Dr. Suheimi Sya’ban, M.Pd. (NIDN 0009035004)
Dr. Ni Made Pujani, M.Si. (NIDN 0004116302) Ni Wayan Rati, S.Pd.,M.Pd. (NIDN 0014127602)
Dibiayai oleh:
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan
Program Pengabdian kepada Masyarakat
Nomor : 388/UN48.15/LPM/2014
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2014
Page 3
iii
RINGKASAN
Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membuat KIT IPA
sederhana berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan inkuiri, meningkatkan pemahaman dan penyegaran materi
IPA terpadu bagi guru-guru IPA dan meningkatkan kemampuan guru-guru IPA
menerapkan pembelajaran IPA menggunakan inkuiri.
Dalam pencapaian tujuan tersebut metode yang dipakai adalah penyelenggaraan inservice
berupa pelatihan dan pendampingan. Dua target pelatihan adalah pelatihan
mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru IPA dalam produksi/merancang
model KIT IPA berbasis lingkungan sekitar dan pelatihan merancang pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri yang memanfaatkan KIT IPA yang sudah diproduksi.
Pendampingan juga dilakukan terkait dengan meningkatkan kemampuan guru dalam
mengeksplorasi, mengelaborasi dan merefleksi materi ajar IPA terpadu (mencakup aspek
fisika, biologi, dan kimia), serta meningkatkan keterampilan guru dalam
mengimplementasikan rancangan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sekaligus
penyempurnaan rancangan pembelajaran.
Kegiatan yang telah dilakukan terdiri atas kegiatan pendahuluan berupa penyegaran
materi IPA terpadu (SMP kelas VII), pembekalan/pendalaman model pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri dan pelatihan teknik-teknik merancang alat-alat peraga,
dilanjutkan dengan kegiatan inti sebagai berikut: (a) identifikasi konsep kunci dan
hirarki atau struktur konsep kunci IPA SMP sesuai dengan kompetensi dasar; (b)
selanjutnya berdasarkan struktur konsep kunci, diidentifikasi topik (generate topics) atau
fakta-fakta laboratorium yang akan dijadikan fokus kegiatan inkuiri; (c) pembuatan
prosedur kerja praktikum berupa lembar kerja siswa (LKS); (d) membuat model KIT
Alat Praktikum IPA sesuai LKS; (e) merancang pembelajaran IPA terpadu menggunakan
pendekatan inkuiri yang memanfaatkan KIT IPA. Kegiatan berikutnya yang
dilaksanakan adalah pendampingan guru dalam mengimplementasikan rancangan
pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA, pendampingan guru
mengembangkan aplikasi paket-paket KIT IPA dan perangkat pembelajaran IPA terpadu
pada topik-topik yang relevan.
Luaran kegiatan berupa KIT praktikum IPA berbasis lingkungan, perangkat pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA sederhana (berupa RPP, LKS, SOP
alat, panduan guru), dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa modul penyegaran materi
IPA terpadu, modul pendalaman pembelajaran inkuiri.
Hasil kegiatan yang telah dicapai antara lain, meningkatnya pemahaman dan keterampilan
guru-guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar terhadap materi IPA secara terpadu,
meningkatnya pemahaman guru-guru tentang pembelajaran dengan pendekatan inkuiri,
meningkatnya keterampilan guru-guru IPA merancang/membuat KIT IPA sederhana
berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan inkuiri, meningkatnya kemampuan guru-guru IPA untuk
merancang perangkat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, terlatihnya keterampilan
dan kemampuan guru-guru IPA di sekolah mitra dalam mengimplementasikan
pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri.
Kata kunci: Kit IPA, IPA terpadu, inkuiri
Page 4
iv
SUMMARY
This community service program (IbM) aims to improve the skills of making
simple science KIT from the surrounding environment to support learning
science using inquiry approach, increase understanding and refreshment
integrated science subject for science teachers and improve science teachers
apply learning science using inquiry.
In achieving these objectives is the implementation of the method used in the
form of inservice training and mentoring. Two targets training is training to
develop the skills and creativity of science teachers in the production/design a
science-based models KIT surrounding environment and designing training
inquiry learning approach that utilizes science KIT that has been produced.
Assistance was also made relating to improve the ability of teachers to
explore, elaborate and reflect an integrated science teaching materials
(including aspects of physics, biology, and chemistry), as well as improving
the skills of teachers in implementing the learning design approach at the
same inquiry learning design refinement.
Activities that have been carried out consisted of preliminary activities such as
refresher material integrated IPA (junior class VII), briefing / depth model of
learning by inquiry approach, followed by the core activities as follows: (a)
identification of key concepts and key concept hierarchy or structure
corresponding IPA SMP with basic competence; (b) further based on the
structure of the key concepts, identified topics (topics generated) or laboratory
evidence that will be the focus of the activities of inquiry; (c) the manufacture
of lab work procedures in the form of student worksheet (LKS); (d) makes the
model appropriate KIT Science Practical Tool LKS; (e) designing integrated
learning science using inquiry approach that utilizes KIT IPA. The next
activity undertaken is assisting teachers in implementing the learning design
using inquiry-assisted approach KIT IPA, mentoring teachers develop
applications packages KIT science and science learning devices integrated on
relevant topics.
Outcomes activity in the form of KIT-based science lab environments, device-
assisted learning approach KIT IPA simple inquiry (in the form of lesson
plans, worksheets, SOP tool, teacher guides), and scientific articles.
Additional outputs in the form of materials science refresher module
integrated, inquiry learning deepening module.
The results of the activities that have been achieved, among others, increasing
the understanding and skills of science teachers in the SMP and SMP 3 4
Banjar towards an integrated science lesson, increased understanding of
teachers about teaching with inquiry approach, increasing skills of science
teachers to design/create simple science KIT from the surrounding
environment to support learning science using inquiry approach, increasing
the ability of science teachers to design the inquiry approach to learning, skills
and abilities trained science teachers in partner schools in implementing the
inquiry approach to science learning.
Keywords: Kit IPA, IPA integrated, inquiry
Page 5
v
PRAKATA
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang
Hyang Widhi Wasa) atas berkat rakhmat-Nya program IbM ini dapat berjalan sesuai
program yang dijadwalkan. IbM Kelompok Guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar
Kabupaten Buleleng ini bertujuan meningkatkan keterampilan membuat KIT IPA sederhana
berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan inkuiri, meningkatkan pemahaman dan penyegaran materi IPA terpadu bagi
guru-guru IPA dan meningkatkan kemampuan guru-guru IPA menerapkan
pembelajaran IPA menggunakan inkuiri.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis telah banyak menerima bantuan moril maupun spirituil
dari berbagai pihak. Oleh karenyanya sudah sepatutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Ketutr Suma, M.S., selaku Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Undiksha
2. Kepala sekolah SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar atas fasilitas dan kerjasamanya
3. Guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar atas kerjasamanya
4. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, atas bantuan dan keterlibatannya dalam pengabdian ini.
Semoga hasil pengabdian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama bagi dunia pendidikan IPA
di SMP. Tak lupa pula kami mohon maaf atas segala ketidaksempurnaan tulisan hasil penelitian ini.
Singaraja, November 2014
Tim Peneliti
Ketua
Page 6
vi
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………. ii
RINGKASAN DAN SUMMARY …………………………… iii
PRAKATA …………………………… iv
DAFTAR ISI …………………………… v
DAFTAR TABEL …………………………… vii
DAFTAR GAMBAR …………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………… vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi …………………………………………………. 1
1.2 Permasalahan Mitra …………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Program ………………………………………………… 6
BAB 2 TARGET LUARAN 7
BAB 3 MOTODE PELAKSANAAN 8
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN
TINGGI
11
4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Dalam
Kegiatan P2M …………………………………………………… 11
4.2 Kepakaran yang Diperlukan
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Kegiatan …………………………………………………. 13
5.2 Pembahasan …………………………………………………….. 24
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan …………………………………………………………. 28
6.2 Saran ……………………………………………………………... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Evaluasi 30
Lampiran 2 : Foto-foto Dokumentasi Kegiatan 39
Lampiran 3: Produk Pelatihan Pengembangan Model KIT IPA 41
Lampiran 4: Surat Pernyataan Mitra Kegiatan 44
Lampiran 5: Laporan Hasil Penilaian Pemantauan (Monev) Program IbM 46
Lampiran 6: Contoh hasil pengisian angket 49
Lampiran 7 : Contoh RPP dan LKS 58
Page 7
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
1 Tabel 1 Luaran Kegiatan IbM 9
2 Keterkaitan antara Masalah Mitra dengan Solusi Pemecahan 10
3 Contoh alat/bahan KIT IPA 19
4 Rangkuman pelaksanaan kegiatan dan hasilnya 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: (a) Ruang lab yang dijadikan ruang kelas, (b) rak alat
berisi alat sangat terbatas, (c) rak alat/bahan yang sama
sekali tidak berisi alat/bahan
4
Gambar 4.1: Kegiatan Pra Pelaksanaan Kegiatan Utama
(a) Penyegaran Materi IPA Terpadu
(b) Pendalaman model-model pembelajaran dengan inkuiri
13
Gambar 4.2: Kegiatan Pelatihan 1, pembuatan perangkat pembelajaran
inkuiri
14
Gambar 4.3. : Pendampingan Pembuatan KIT IPA 18
Gambar 4.4 : Model KIT IPA 19
Gambar 4.5 : Uji Coba KIT IPA 19
Gambar 4.6. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbantuan KIT IPA 21
Page 8
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Guru-guru IPA di kabupaten Buleleng khususnya guru-guru IPA di SMPN 3 dan
SMPN 4 di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng, masih mengalami permasalahan dalam
mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri. Salah satu faktor penyebabnya
adalah minimnya sarana-prasarana penunjang seperti alat-alat dan bahan laboratorium.
Keberadaan laboratorium merupakan aspek yang penting dalam pembelajaran IPA. Seperti
dikemukakan Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, M. M. (2012), bahwa salah satu prasyarat
dalam pembelajaran IPA adalah pemanfaatan laboratorium. Disebutkan pula bahwa
pembelajaran yang kering dengan demonstrasi fenomena real (hanya teoritik) bagi pebelajar
IPA akan cenderung membosankan. Guru-guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar
menyadari sepenuhnya hal tersebut. Namun, mereka belum bisa mengimplementasikannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah SMP N 3 dan SMPN 4 Banjar saat berbincang-
bincang dengan tim pengusul.
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan hasil observasi di SMPN 3 dan di
SMPN 4 Banjar juga diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPA masih cenderung
menggunakan metode informasi dan diskusi. Guru-guru IPA di dua SMPN ini masih
mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran inovatif sesuai dengan hakikat sains
yang memberikan penekanan pada proses sains sekaligus produk (NRC, 2002).
SMPN 3 Banjar adalah salah satu SMP Negeri di Kabupaten Buleleng yang letaknya
di pedesaan (relatif jauh dari kota kabupaten). SMPN 3 Banjar terletak di Desa Temukus
kecamatan Banjar (sekitar 16 km dari pusat kota kabupaten), tetapi tidak terlalu jauh dari
jalan utama Singaraja-Gilimanuk (sekitar 1 km masuk ke pedesaan). Luas tanah 10.800 m2,
dengan luas bangunan 8.906 m2
(Profil SMPN 3 Banjar). Jumlah maupun luas bangunan, baik
ruangan kelas, perpustakaan, maupun laboratorium yang dimiliki cukup memadai. Ruang
laboratorium IPA dengan luas 165 m2, terdiri atas ruang praktikum, ruang persiapan, dan
ruang alat dan bahan. Ruang alat/bahan berisi 4 buah rak/almari. Walaupun ruang
laboratoriumnya sudah cukup memadai, namun jumlah alat/bahan praktikum yang dimiliki
masih sangat terbatas.
SMPN 4 Banjar terletak di Desa Pedawa Kecamatan Banjar (terkategori desa
pedalaman). Secara geografis letaknya relatif jauh dari pusat kota kabupaten Buleleng (sekitar
45 km). Lokasi sekolah memiliki lands scape yang unik, berada di daerah dataran tinggi
(pegunungan) pada ketinggian ±1860 m dari permukaan laut. Kondisi jalan menuju ke lokasi
Page 9
2
sangat terjal, menanjak dan berliku-liku (sikitar 10 km dari jalan utama Singaraja-
Gilimanuk).
Sekolah ini dikelilingi oleh daerah perkebunan (cengkeh dan jagung) dan perumahan
masyarakat desa setempat. Kondisi cuaca sekitar sangat dingin (suhu udara mencapai 28oC).
Kondisi lingkungan sekolah tersebut sesungguhnya sangat potensial dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran.
Sampai saat ini, SMPN 4 Banjar memiliki 6 ruang kelas, sebuah perpustakaan, sebuah
ruang laboratorium IPA. Ruang laboratorium Lab seluas 145 m2, terdiri dari ruang
praktikum, ruang alat/bahan, dan ruang persiapan (Profil SMPN 4 Banjar). Ruang alat/bahan
dilengkapi dengan 3 buah rak tempat penyimpanan alat/bahan praktikum. Alat maupun bahan
praktikum yang dimiliki sangat terbatas, bahkan salah satu dari tiga buah rak yang tersedia
malah kosong. Ruangan untuk persiapan kurang menunjukkan fungsinya, malahan menjadi
tempat meletakkan kertas-kertas. Bahkan sementara ruang lab (ruang praktikum) justru
dipakai sebagai ruang kelas, karena alasan kekurangan ruang kelas .
Keberadaan alat dan bahan praktikum di laboratorium IPA SMPN 4 Banjar masih
sangat terbatas. Alat-alat gelas yang sangat terbatas dengan spesifikasi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan praktikum. Sementara belum ada penambahan alat dan bahan praktikum.
Pengadaan alat dan bahan kurang menjadi prioritas sekolah karena keterbatasan dana
pengadaan.
(1a) (1b) (1c)
Gambar 1.1. (a) Ruang lab yang dijadikan ruang kelas, (b) rak alat berisi alat sangat
terbatas, (c) rak alat/bahan yang sama sekali tidak berisi alat/bahan
Berdasarkan input yang diperoleh dari guru IPA di SMPN 3 Banjar, salah satu
kendala yang menghambat kelancaran pelaksanaan pembelajaran IPA di laboratorium adalah
terbatasnya jumlah dan/atau jenis alat yang tersedia. Mereka masih mengalami masalah untuk
melakukan praktikum tentang topik-topik tertentu dan tidak semua konsep-konsep IPA
eksperimentatif dapat diajarkan dengan praktikum karena keterbatasan alat-alat dan bahan
yang tersedia.
Page 10
3
Walaupun memiliki potensi lingkungan yang sangat beragam untuk media belajar
namun guru- guru IPA enggan berinovasi untuk memanfaatkan lingkungan sebagai media
belajar, apalagi memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembuatan KIT IPA. Artinya, para
guru bidang studi IPA belum sepenuhnya berinovasi dalam pemanfaatan bahan-bahan lokal
untuk pembuatan KIT IPA. Padahal bahan-bahan lokal dan unsur kearifan lokal sangat
banyak untuk bisa dikembangkan untuk membuat KIT IPA yang sederhana.
Hal serupa juga diungkapkan oleh guru IPA di SMPN 4 Banjar. Sesuai dengan
penuturan guru IPA di SMPN 4 Banjar, pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
sangat jarang dilakukan disebabkan oleh keterbatasan sarana praktikum, dan tidak adanya
laboran. Bagi guru, praktikum dirasa menyita waktu dan tenaga yang sangat besar sehingga
enggan dilakukan. Walaupun persediaan alat dan bahan praktikum sangat terbatas, guru IPA
telah mencoba mengkiati dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar.
Namum karena alasan keterbatasan pengetahuan dan waktu, kiat-kiat kreatif yang dapat
dilakukan oleh guru IPA masih sangat terbatas pada topik-topik tertentu seperti: asam-basa.
Guru menyatakan enggan berinovasi, karena alasan belum mampu untuk melakukan itu.
Penyiapan praktikum justru dirasa sebagai beban tambahan, bukan sebagai sesuatu yang
dapat membantu proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa roh pembelajaran IPA
dengan pendekatan inkuiri belum dipahami dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan guru-guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar
terungkap bahwa mereka juga mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan
pemberlakuan pembelajaran IPA terpadu. Materi pembelajaran IPA terpadu (yang mencakup
aspek fisika, biologi, kimia) menjadi salah satu sumber permasalahan bagi mereka. Hal ini
terkait dengan latar belakang pendidikan mereka. Latar belakang pendidikan mereka
sesungguhnya adalah pendidikan biologi atau pendidikan fisika, sementara materi pelajaran
IPA yang harus diajarkan mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia. Sehingga ketika masuk
ke materi IPA aspek keilmuan di luar bidang yang dikuasai, guru bersangkutan mengalami
kendala. Hal tersebut sangat berpotensi menjadi sumber miskonsepsi.
Guru IPA di SMPN 4 Banjar, basis keilmuannya adalah pendidikan biologi, mengaku
mengalami kesulitan ketika harus mengajar IPA aspek kimia maupun aspek fisika. Demikian
pula guru IPA di SMPN 3 Banjar yang basis keilmuannya fisika, mengaku mengalami
kesulitan ketika harus mengajar IPA aspek kimia maupun aspek biologi. Sebuah pengalaman
unik seperti yang dituturkan oleh seorang guru IPA di SMPN 3 Banjar, bahwa suatu ketika
guru tersebut mengajak siswa-siswanya praktikum yang menggunakan bahan-bahan kimia.
Tidak diketahui penyebabnya, banyak anak mengalami gatal-gatal pada kulit tangannya.
Page 11
4
Bahkan gurunya sendiri juga merasakan gatal-gatal. Semenjak pengalaman itu, guru
bersangkutan menjadi enggan melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini mengindikasikan
bahwa upaya pemantapan dan penyegaran materi IPA terpadu bagi guru-guru IPA di SMPN 3
dan SMPN 4 Banjar masih sangat diperlukan. Anggapan tersebut dibenarkan oleh guru-guru
IPA di SMP N 3 dan SMPN 4 Banjar, yang menyatakan bahwa mereka sangat membutuhkan
program pembekalan/pemantapan materi IPA terpadu.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN 3 dan di SMPN 4 Banjar diketahui keberadaan
laboratorium IPA masih “terlantarkan”. Alat-alat yang ada tidak tertangani dengan baik, tidak
terawat, dan tidak dapat difungsikan secara optimal. Disamping karena sudah rusak,
spesifikasi dan komponen-komponen alat yang ada tidak sesuai dengan rancangan alat
praktikum pada petunjuk praktikum pegangan guru. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan,
pemanfaatan dan pemberdayaan laboratorium IPA di sekolah belum berlangsung dengan baik
atau seadanya. Lagi pula guru yang ditugasi mengelola laboratorium belum memiliki
keterampilan/keahlian khusus untuk mereparasi, dan memodifikasi alat. Sehingga alat yang
ada tidak dapat digunakan.
Guru mitra juga mengeluhkan rendahnya motivasi belajar siswa. Kebanyakan siswa di
SMPN 3 Banjar memiliki kemampuan akademik rendah. Jumlah siswa per kelas sekitar 43
siswa. Tingkat kompetitif penerimaan siswa termasuk kurang. Tidak jauh berbeda dengan
SMPN 3 Banjar, siswa SMPN 4 Banjar juga memiliki motivasi belajar yang rendah. Tingkat
kompetitif penerimaan siswa baru termasuk kurang karena sekolah berkewajiban menampung
semua calon siswa pelamar. Seperti yang terjadi di SMPN 3 Banjar, kegiatan pembelajaran
IPA lebih cenderung pada informasi dan diskusi, dimana siswa lebih cenderung belajar
menerima.
Dari status sosial ekonomi, sebagian besar siswa di dua SMPN ini berasal dari
keluarga petani dan buruh yang secara umum memiliki perhatian dan kemampuan
memotivasi anak yang kurang. Motivasi belajar yang rendah dan kurangnya dukungan sarana
untuk mengimplementasikan pembelajaran inovatif sesuai dengan hakekat sains adalah dua
penyebab utama yang disampaikan guru mitra terhadap masih rendahnya atmosfir belajar
dan hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang
menekankan proses dan produk sulit dilakukan tanpa dukungan dari kesediaan alat, bahan
praktikum, dan bahan ajar yang lain. Sehingga belajar IPA yang pada hakikatnya dipelajari
melalui kerja ilmiah yang dilakukan melalui kegiatan eksperimen di laboratorium (Novianti,
N.R, 2011), sulit dilakukan.
Page 12
5
Permasalahan yang dikemukakan di atas sampai sekarang belum memperoleh solusi
yang tepat. Selain aspek sarana dan prasarana, guru-guru mitra menyadari bahwa mereka
belum memiliki keterampilan yang memadai dalam mengelola pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri. Guru kurang memperoleh inservice tentang pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri. Guru belum biasa dan terlatih memanfaatkan lingkungan sebagai
laboratorium dalam memfasilitasi kegiatan inkuiri siswa. Beberapa permasalahan yang
dihadapi guru dalam mengelola kegiatan inkuiri, seperti: (1) pemilihan fenomena atau kasus
kontekstual yang relevan dengan konsep dan prinsip yang ditekankan dalam pembelajaran;
(2) mengarahkan pengamatan siswa dalam praktikum. Guru yang kreatif yang memiliki
keterampilan mengelola kegiatan inkuiri sebenarnya potensial dalam mengembangkan
alternatif pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dengan memanfaatkan lingkungan
yang ada sebagai media pembelajaran.
Guru mitra mengungkapkan bahwa mereka dari dulu sangat ingin memiliki
keterampilan mengelola pembelajaran IPA berbasis lingkungan. Mereka ingin memiliki
kemampuan dalam membuat media (KIT IPA) sederhana, hanya saja belum ada kesempatan
untuk merealisasikannya. Mereka juga mengemukakan bahwa pembekalan/pemantapan
materi IPA terpadu masih sangat dibutuhkan. Guru-guru sangat berharap melalui kegiatan
pengabdian masyarakat ini keinginan mereka akan dapat diwujudkan.
1.2 Permasalahan Mitra
Dari paparan pada analisis situasi di atas, permasalahan yang dihadapi sekolah mitra
dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA dapat
diinventarisasi sebagai berikut:
(a) kuantitas ruang laboratorium serta alat dan bahan belum memadai;
(b) belum ada tenaga laboran untuk memperlancarkan kegiatan praktikum;
(c) belum adanya media alternatif yang tepat, relevan dengan kompetensi dasar dan
kontekstual dengan lingkungan sekitar, untuk mendukung pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan inkuiri;
(d) keterampilan guru dalam membuat media alternatif pendukung kegiatan inkuiri masih
kurang;
(e) kemampuan guru dalam pemahaman konten IPA (mencakup aspek fisika, biologi, dan
kimia) sebagai IPA terpadu masih perlu ditingkatkan;
(f) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri masih
perlu ditingkatkan; dan
Page 13
6
(g) kurang adanya inservice terkait dengan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola
kegiatan inkuiri siswa.
Dari permasalahan-permasalahan yang diidentifikasi di atas, prioritas permasalahan
yang disepakati bersama mitra untuk dipecahkan adalah permasalahan yang dapat
diklasifikasikan menjadi dua hal pokok, yaitu:
1) belum adanya media alternatif yang tepat untuk pendukung pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri dan
2) kurang terampilnya guru IPA dalam mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan
pendekatan inkuiri.
Permasalahan pokok yang pertama adalah permasalahan terkait dengan pengadaan
atau produksi media alternatif yang di dalamnya tercakup peningkatan keterampilan dan
kreativitas guru dalam mereparasi dan memodifikasi alat yang telah ada menjadi KIT IPA
sederhana dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media untuk mendukung kegiatan
inkuiri siswa. Permasalahan pokok yang kedua adalah permasalahan terkait dengan
mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan inkuiri, termasuk pembelajaran yang
memanfaatkan lingkungan sebagai media alternatif.
1.3 Tujuan Program
Program IbM ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membuat KIT IPA
sederhana berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan inkuiri, meningkatkan pemahaman dan penyegaran materi IPA
terpadu bagi guru-guru IPA dan meningkatkan kemampuan guru-guru IPA menerapkan
pembelajaran IPA menggunakan inkuiri.
Secara lebih rinci, tujuan utama kegiatan adalah: (1) mengembangkan bahan ajar IPA
terpadu (mencakup aspek fisika, biologi, kimia); (2) meningkatkan keterampilan guru
merancang KIT IPA berbasis lingkungan sebagai pendukung pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri; dan (3) meningkatan keterampilan guru mengembangkan bahan ajar
pendukung pendekatan inkuiri.
Page 14
7
BAB 2 TARGET LUARAN
Luaran hasil kegiatan adalah berupa KIT praktikum IPA berbasis lingkungan,
perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA sederhana
(berupa RPP, LKS, SOP alat, panduan guru), dan artikel ilmiah. Luaran tambahan berupa
modul penyegaran materi IPA terpadu, modul pendalaman pembelajaran inkuiri.
Luaran kegiatan IbM ini dirumuskan seperti tabel 1 berikut.
Tabel 1 Luaran Kegiatan IbM
No Luaran Spesifikasi
1 KIT IPA terpadu sebagai
pendukung pembelajaran
menggunakan pendekatan
inkuiri
KIT IPA yang memuat alat-alat dan bahan-bahan
praktikum yang diperlukan dalam pembelajaran IPA
terpadu menggunakan pendekatan inkuiri.
Kemasan KIT bersifat portable dan mudah
digunakan.
Bahan-bahan yang diperlukan mudah diperoleh dari
lingkungan sekitar
KIT dilengkapi dengan prosedur kerja (SOP)
Contoh Foto KIT:
2 Metode pembelajaran
menggunakan pendekatan
inkuiri berbantuan Kit IPA
sederhana lengkap dengan
perangkatnya (RPP, LKS,
SOP, dan panduan guru)
RPP, LKS, dan panduan guru yang feasible untuk
diimplemetasikan di sekolah mitra
3 Artikel ilmiah Artikel tentang efektivitas pembelajaran IPA terpadu
menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT
IPA berbasis lingkungan.
Page 15
8
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
Metode yang diterapkan dalam pengabdian ini adalah aplikasi teknologi
pembelajaran, dengan mengungkap permasalahan yang muncul dikalangan para guru,
kemudian dilakukan diskusi pengusul bersama mitra untuk merumuskan akar masalah
prioritas yang disepakati, serta menentukan solusi yang tepat. Secara garis besar langkah-
langkah pelaksanaan seperti dicandrakan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2 Keterkaitan antara Masalah Mitra dengan Solusi Pemecahan
Dua Permasalahan
Pokok yang Dipecahkan
Akar Permasalahan Pendekatan Pemecahan Masalah
(Solusi)
Kuantitas dan efektivitas
alat dan bahan
laboratorium sebagai
media penunjang
pembelajaran
menggunakan pendekatan
inkuiri belum memadai
1. Guru-guru IPA belum memiliki
kemampuan yang memadai
untuk memodifikasi atau
mereparasi alat-alat yang sudah
ada
2. Keterampilan dalam membuat
KIT IPA sederhana berbasis
lingkungan yang lebih praktis
dan efektif sebagai pendukung
pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri masih kurang.
3. Rendahnya kreativitas dan
kemampuan berinovasi dalam
memanfatkan lingkungan sebagai
sumber bahan praktikum dalam
pembelajaran IPA.
1. Memberikan pelatihan dan
pendampingan memodifikasi dan
mereparasi alat-alat laboratorium.
2. Memberikan pelatihan dan
pendampingan merancang dan
membuat KIT IPA sederhana dari
bahan baku yang bersumber dari
lingkungan sekitar.
3. Melatih kreativitas dan
kemampuan inovatif dalam
merancang model-model
praktikum berbasis lingkungan
Guru IPA belum intensif
melaksanakan
pembelajaran IPA terpadu
menggunakan pendekatan
inkuiri
1. Keterampilan guru IPA
mengidentifikasi konsep kunci
dan struktur konsep IPA terpadu
masih rendah
2. Kemampuan guru IPA dalam
memilih fakta atau kasus yang
relevan dengan beberapa konsep
masih kurang
3. Kemampuan guru IPA dalam
mengembangkan skenario
pembelajaran IPA terpadu
menggunakan pendekatan inkuiri
masih kurang
4. Keterampilan guru IPA dalam
mengelola kegiatan inkuiri masih
kurang
6 Memberikan pelatihan guru IPA
mengidentifikasi konsep kunci
IPA terpadu dan membuat struktur
konsepnya
7 Memberikan pelatihan
mengidentifikasi fakta atau
fenomena kehidupan sehari-hari
yang relevan dengan beberapa
konsep kunci yang telah
diidentifikasi
8 Memberikan pelatihan dan
pendampingan tentang pembuatan
skenario pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri
9 Melakukan pendampingan guru
dalam mengimplementasikan
pembelajaran IPA terpadu
menggunakan pendekatan inkuiri
berbantuan KIT IPA.
Potensi lingkungan yang sangat beragam yang ada di sekitar sekolah sangat potensial
dimanfaatkan sebagai sumber media belajar IPA (Subamia, I.DP. 2013). Santoso (2010),
menyebutkan bahwa penggunaan alam sekitar sebagai laboratorium dalam pembelajaran IPA
dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan. Melalui sentuhan teknologi
Page 16
9
sederhana juga dapat diproduksi KIT-KIT percobaan/praktikum IPA berbasis lingkungan
sekitar. Dengan demikian kendala keterbatasan alat-alat dan bahan praktikum dalam
pembelajaran IPA dapat teratasi. Solusi untuk permasalahan pokok yang kedua yaitu terkait
dengan mengelola pembelajaran IPA terpadu menggunakan inkuiri dilakukan dengan
pembekalan metode pembelajaran dan penyegaran materi IPA terpadu.
Berdasarkan kajian empiris yang telah dipaparkan di atas, maka pendekatan solusi
yang digunakan untuk memecahkan dua permasalahan pokok yang dihadapi sekolah mitra
adalah penyelenggaraan inservice berupa pelatihan dan pendampingan. Dua target pelatihan
adalah pelatihan mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru IPA dalam
produksi/merancang model KIT IPA dan pelatihan merancang pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri yang memanfaatkan KIT IPA yang sudah diproduksi. Pendampingan
dilakukan terkait dengan meningkatkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan
rancangan pembelajaran yang dibuat sekaligus penyempurnaan rancangan pembelajaran.
Pendampingan juga dilakukan terkait dengan meningkatkan kemampuan guru dalam
mengeksplorasi, mengelaborasi dan merefleksi materi ajar IPA terpadu (mencakup aspek
fisika, biologi, dan kimia).
Koordinasi yang intensif antara guru IPA di sekolah mitra dengan tim dosen
pelaksana kegiatan IbM dilakukan dalam merencanakan seluruh kegiatan, baik pelatihan
maupun pendampingan. Pelatihan pembuatan KIT IPA terpadu diberikan oleh tim dosen
pakar pendidikan IPA yang berkolaborasi dengan tenaga praktisi pranata laboratorium
pendidikan.
Secara lebih detail, tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan adalah: (a)
identifikasi konsep kunci dan hirarki atau struktur konsep kunci IPA sesuai dengan
kompetensi dasar; (b) berdasarkan struktur konsep kunci diidentifikasi topik (generate topics)
atau fakta-fakta laboratorium yang akan dijadikan fokus kegiatan inkuiri; (c) pembuatan
prosedur kerja praktikum (LKS); (d) Membuat KIT sesuai LKS; (e) merancang pembelajaran
IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri yang memanfaatkan KIT IPA; dan (f)
pendampingan guru dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA.
KIT Ilmu Pengetahuan Alam adalah kotak yang berisi alat-alat Ilmu Pengetahuan
Alam, seperangkat peralatan Ilmu Pengetahuan Alam tersebut mengarah pada kegiatan yang
berkesinambungan atau berkelanjutan (Suheimi,S 1979). Peralatan Ilmu Pengetahuan Alam
yang dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba ketrampilan proses
pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam. Sebagai alat yang dirancang dan dibuat secara
Page 17
10
khusus ini maka dapat diartikan bahwa ”alat peraga Kit Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
suatu sistem yang didesain atau dirancang secara khusus untuk suatu tujuan tertentu (Admin,
2009).
Alat peraga KIT IPA sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA karena dengan
menggunakan alat peraga guru dapat terbantu dalam menjelaskan fenomena, fakta mengenai
alam. Menurut Winata Putra (dalam Suharningrum, 2010) ”Alat peraga dapat membantu
siswa untuk berpikir logis dan sistematis sehingga mereka pada akhirnya mempunyai pola
pikiran yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari”.
Pendekatan inkuiri unggul dalam pembelajaran yang menekankan pada proses
sekaligus produk sains (Joyce & Weil, 1996). Pendekatan ini sangat efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep yang mendalam dan keterampilan berpikir ilmiah (NRC,
2002). Walaupun demikian, tidak semua level berpikir dan jenis pengetahuan mesti
dibelajarkan menggunakan pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri semestinya didorong pada
pembelajaran pada konsep kunci (essential concepts) yang sangat berpengaruh pada
pemahaman konsep-konsep yang lain. Oleh sebab itu, identifikasi konsep kunci sesuai
dengan kompetensi dasar dan hirarkinya adalah kemampuan pertama yang mesti dikuasai
guru dalam mengembangkan pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri.
Berdasarkan hirarki konsep kunci, pengkajian fakta kehidupan sehari-hari atau
konteks pembelajaran yang mencakup beberapa konsep-konsep kunci dilakukan sebagai
kasus untuk kegiatan inkuiri siswa. Melalui fakta inilah selanjutnya dirancang kegiatan
inkuiri, seperti: eksplorasi gagasan awal atau hipotesis siswa, pemusatan pengamatan siswa,
pembuktian hipotesis siswa, pemberian penjelasan terhadap pengamatan, elaborasi konsep
sains, penarikan simpulan berdasarkan bukti, dan pemberian penjelasan terhadap fakta lain
yang mirip.
Hasil analisis materi dan konteks pembelajaran (fakta laboratorium) dijadikan
landasan untuk menyusun RPP tentang pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri.
Berdasarkan RPP, fakta-fakta yang telah diidentifikasi selanjutnya diperdalam dalam bentuk
story board yang menuntun pada apa saja yang menjadi fokus pengamatan siswa,
pengamatan apa saja yang mesti diberikan penjelasan oleh siswa, dan data apa yang mesti
dicatat serta dianalisis. Oleh sebab itu, guru perlu dilatih merancang skenario pembelajaran
yang didalamnya mencakup lembar kerja siswa (LKS) dan panduan guru dalam mengelola
pembelajaran IPA terpadu.
Page 18
11
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1 Kinerja Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Dalam Kegiatan P2M
Kegiatan pengabdian pada masyarakat adalah salah satu dari Tri Darma Perguruan
Tinggi. Di Undiksha, kegiatan ini dikoordinasikan oleh suatu lembaga, yaitu Lembaga
Pengabdian pada Masyarakat (LPM) Undiksha. LPM Undiksha memiliki komitmen yang
tinggi untuk memberdayakan masyarakat, khususnya di Bali. Selain pemberdayaan
masyarakat pendidikan, seperti kualifikasi guru, LPM Undiksha juga memberikan perhatian
yang besar pada bidang yang lain, seperti petani, masalah sosial kemasyarakatan, pengerajin,
dan usaha kecil dalam rangka memperkokoh budaya lokal ataupun menciptakan budaya baru
terkait dengan kemajuan sains dan teknologi.
Kepedulian dan komitmen yang tinggi LPM Undiksha terhadap masyarakat sekitar
telah menghasilkan banyak kegiatan pengabdian dan produk-produk inovatif tepat guna yang
sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada lima tahun terakhir ini, jumlah judul yang
diterima cenderung mengalami peningkatan, yaitu 32 judul pada tahun 2006, 67 judul pada
tahun 2007, 71 judul (tahun 2008), 77 judul pada tahun 2009, dan 62 judul pada tahun 2010.
Prestasi Undiksha dalam kegiatan P2M juga dapat dilihat dari dimenangkannya beberapa
hibah di tingkat nasional seperti Voucer, Hibah Sibermas dan P2M lainnya yang bekerja sama
dengan pemerintah propinsi Bali. Disamping memenangkan kompetisi di tingkat nasional,
LPM Undiksha juga banyak melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah Bali dalam
rangka pemberdayaan masyarakat di Bali.
4.2 Kepakaran yang Diperlukan
Tim pelaksana adalah pakar dalam bidang manajemen pendidikan dan pendidikan
IPA, substansi IPA di SMP (mencakup aspek fisika, biologi, dan kimia), dan pedagogi.
Kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan bidang keahlian dari tim pelaksana. Tim
pelaksana telah banyak melakukan penelitian dan pengkajian terkait dengan pembelajaran
IPA, baik dari aspek pedagogi maupun pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran IPA.
Ketua tim, Dr. Suheimi Sya’ban, M.Pd, memiliki kepakaran dalam bidang pendidikan Kimia
(S2), dan manajemen pendidikan (S3). yang telah banyak melakukan penelitian dan
pengkajian pembelajaran IPA di SMP dan SMA (Curriculum vitae terlampir). Ketua tim
pelaksana adalah pengasuh mata kuliah Kimia Dasar dan mata kuliah Manajemen Pendidikan
(S1 Pendidikan Kimia). Anggota tim I, Dr. Ni Made Pujani, M. Si, memiliki bidang keahlian
pendidikan Fisika (S1), Fisika Bumi (S2-ITB), dan pendidikan IPA (Doktor), yang banyak
bergelut di bidang pelatihan praktikum bagi guru SMP/SMA. Beliau nantinya memberikan
Page 19
12
kiat-kiat teknik penyusunan prosedur praktikum dan teknik pembuatan KIT IPA. Anggota tim
II, Ni Wayan Rati, S.Pd.,M.Pd memiliki keahlian dalam bidang pendidikan Biologi (S1) dan
Pendidikan Dasar Konsentrasi IPA (S2). Beliau berkompeten dalam penyusunan materi IPA
aspek biologinya. Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Pd, pengampu mata kuliah manajemen
laboratorium, staf Pranata Laboratorium Pendidikan, seorang praktisi laboratorium yang telah
berpengalaman lebih dari 15 tahun di laboratorium pendidikan Kimia. Sering mengikuti
pelatihan manajemen laboratorium tingkat nasional dan pernah mengikuti Pendidikan non
gelar (magang) di CV. Pudak Scientific Bandung, bidang “Pembuatan alat-alat gelas”.
Pengalaman dan keterampilan yang dimiliki diharapkan nantinya banyak membantu dalam
teknis pembuatan alat-alat/KIT IPA. Secara detail, kepakaran dan pengalaman yang pernah
dilakukan oleh tim pengusul program dapat dilihat pada biodata tim pengusul yang disajikan
pada lampiran 1.
Dilihat dari bidang keahlian dan pengalaman terkait IbM yang diusulkan, tidak
diragukan lagi bahwa tim pelaksana telah memenuhi persyaratan ideal kepakaran dalam
mengembangkan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri berbantuan KIT IPA
berbasis lingkungan. Dengan demikian, tim pelaksana sangat menunjang kesuksesan
pelaksanaan IbM ini.
Dari aspek sarana dan prasarana, kegiatan yang diusulkan ini sangat feasible untuk
dilaksanakan karena tidak dibutuhkan peralatan khusus. Kondisi lingkungan sangat potensial
dijadikan sumber bahan baku pembuatan KIT IPA berbasis lingkungan. Daya dukung sarana
dan prasara yang dimiliki Perguruan Tinggi Pengusul sangat layak. Keberadaan laboratorium
MIPA, bengkel gelas, sangat memadai serta tenaga kependidikan (laboran) yang sudah cukup
berpengalaman.
Page 20
13
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Kegiatan
Pra Kegiatan Utama
Sebelum pelaksanaan kegiatan utama, dilakukan kegiatan pendahuluan berupa
penyegaran materi IPA terpadu (SMP kelas VII), pembekalan/pendalaman model pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri dan pelatihan teknik-teknik merancang alat-alat peraga. Kegiatan
ini bertujuan meng-upgrade dan menyegarkan pemahaman guru tentang materi IPA terpadu
terutama materi pelajaran yang bukan bidangnya. Kelompok guru IPA yang basic
keilmuannya bidang biologi diajak mendalami bidang kimia dan fisika. Demikian pula
kelompok guru IPA dengan basic keilmuannya bidang fisika disegarkan dengan materi
bidang biologi dan kimia.
(a) (b)
Gambar 4.1. Kegiatan Pra Pelaksanaan Kegiatan Utama
(a) Penyegaran Materi IPA Terpadu
(b) Pendalaman model-model pembelajaran dengan inkuiri
Setelah mengikuti kegiatan tersebut, guru-guru IPA menyatakan bahwa pemahaman
mereka tentang materi IPA terpadu menjadi lebih baik. Mereka merasa lebih percaya diri
untuk membelajarkan mata pelajaran IPA terpadu di kelas. Demikian pula pemahaman
mereka mengenai model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri menjadi dipahami lebih
jelas.
Kegiatan Utama
A. Pelatihan 1
Pelatihan 1 difokuskan untuk mensosialisasi bentuk RPP, LKS, model KIT IPA dan
Panduan guru tentang pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri. Materi
pelatihan mencakup penjelasan tentang contoh-contoh perangkat pembelajaran di atas dan
Page 21
14
alur kerja dalam mewujudkan semua perangkat tersebut, yaitu dari: (1) analisis konsep kunci
berdasarkan kompetensi dasar (KD), (2) penyusunan indikator pembelajaran berdasarkan
konsep/prinsip kunci, (3) penetapan konteks/fakta laboratorium yang digunakan dalam
mendukung pembelajaran pada konsep/prinsip kunci, penyusunan RPP, (4) penyusunan
petujuk praktikum berupa lembar kerja siswa (LKS) dan SOP berlaboratorium, (5) pembuatan
KIT IPA, dan penyusunan Panduan bagi guru.
B. Pelatihan 2
Pada pelatihan 2 ini dilakukan pendampingan pembuatan perangkat pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri terkait topik yang diidentifikasi. Kegiatan mencakup
penyusunan RPP dengan pendekatan inkuiri, pembuatan prosedur kerja praktikum berupa
lembar kerja siswa (LKS), dan penyusunan panduan bagi guru. Pada pelatihan ini dilakukan
pembahasan tentang draft RPP yang dibuat masing-masing guru mitra. Pada pelatihan 2
dilatihkan cara mengembangkan LKS mengacu pada RPP dan konteks/fakta laboratorium
yang telah diidentifikasi. Diskusi secara intensif tentang fenomena dan bagaimana
mengembangkan pertanyaan untuk mengarahkan cara berpiikir siswa berlangsung antara guru
mitra-guru mitra, dan guru mitra-tim pelaksana.
Gambar 4.2. Kegiatan Pelatihan 1, pembuatan perangkat pembelajaran inkuiri
Pada pelatihan ini, didampingi tim pelaksana guru mitra menetapkan satu
kompetensi dasar (KD) untuk dianalisis konsep/prinsip kuncinya sekaligus mengidentifikasi
konteks/fakta laboratorium yang sesuai dengan pembelajaran pada konsep/prinsip kunci
tersebut. Pelatihan ini ditindaklanjuti dengan penyusunan RPP untuk satu kompetensi dasar
IPA SMP kelas VII semester 1 yang menuntut kegiatan inkuiri (praktikum). Hasil kegiatan
berupa RPP, LKS dan panduan bagi guru (terlampir).
Berikut adalah contoh petunjuk praktikum (LKS) yang dikembangkan (dikerjakan)
oleh guru mitra.
Page 22
15
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Tema : Mengenal benda-banda di sekitar
Sub tema : Air laut
Peta integrasi aspek materi IPA terpadu:
Alat/bahan
- Gelas bekas air mineral
- Kaleng aluminium bekas
- Air laut atau campuran garam dapur dan air
- Mistar
- Termometer
- Kertas/kain saring
- Corong plastik
- Kayu pengaduk
- Pembakar spiritus
Kegiatan:
1. Ambil air laut kotor yang sudah disiapkan dalam KIT sebanyak 2 gelas bekas air mineral.
Masukkan ke dalam kaleng aluminium bekas (kaleng susu). (Catatan: air laut dapat
diganti dengan melarutkan 3 sendok makan garam dapur bercampur pasir ke dalam air)
2. Ukurlah tinggi air dalam kaleng dari sisi mulut atas kaleng menggunakan mistar.
3. Amati kaleng dari posisi atas. Apakah kamu dapat membedakan air dan pasir/pengotor
pada campuran air dan pasir tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu!
4. Siapkan kertas/kain saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
Aspek Fisika:
- Pengukuran volume
- Pengukuran Suhu
- Wujud benda dan
perubahan wujud
Aspek Kimia:
- Pemisahan
campuran
- Kristalisasi
Aspek Biologi:
- Pengamatan dengan
mikroskop
- Klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan
tempat tinggalnya
BENDA-
BENDA DI
SEKITAR
KITA
Page 23
16
5. Letakkan kertas/kain saring di dalam corong sampai kertas/kain saring menempel pada
corong.
6. Pisahkan pengotor air laut dengan penyaringan. Amati filtrat dan residu pada kertas/kain
saring. Bandingkan warna filtrate dengan warna air laut sebelum disaring!
7. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap.
8. Panaskan air laut tadi dengan pemanas spiritus (tungku).
9. Ukur suhu air setiap selang 10 menit. Catat perubahan suhu yang terjadi!
10. Ukur pula posisi permukaan filtrat yang dipanaskan dengan mistar setiap selang 10 menit.
11. Teruskan pemanasan tersebut sampai mendidih dan airnya menguap.
12. Amati zat apakah yang tersisa pada kaleng penguap? Catat hasil pengamatan dalam
lembar pengamatan!
13. Ambilah setetes air filtrat di atas!
14. Teteskan pada kaca objek dan tutuplah dengan gelas penutup!
15. Amatilah dengan mikroskop dimulai dari perbesaran lemah sampai perbesaran kuat!
16. Ulangi pengamatan hingga kamu menemukan bentuk kristal!
17. Jika sudah menemukannya, gambarlah pada buku tugas!
Hasil Pengamatan 1:
Air Laut Kotor Tinggi (cm) Suhu (oC)
semula
Setelah 10 menit
Setelah 20 menit
Setelah 30 menit
…………………
Page 24
17
Hasil Pengamatan 2:
No Bahan Hasil Pengamatan
1 Campuran (garam kotor) Wujud : ………………………
Warna : ……………………..
2 Larutan garam setelah disaring
(filtrat)
Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
3. Filtrat setelah dipanaskan Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
Diskusi
A. Lakukan diskusi dengan teman-teman kelompokmu. Komunikasikan hasil diskusimu
kepada kelompok lain!
2. Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu?
3. Jelaskan perubahan wujud benda yang terjadi pada percobaan?
4. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi?
5. Buatlah bagan klasifikasi hewan/tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya!
6. Buatlah kesimpulan dari aktivitas diskusi!
Contoh penilaian kinerja
1) Penilaian Kinerja Melakukan Percobaan
No Aspek yang dinilai Penilaian
1 2 3
1 Merumuskan masalah, hipotesis dan merencanakan
percobaan
2 Merangkai alat
3 Melakukan pengamatan/pengukuran
4 Melakukan analisis data dan menyimpulkan
Rubriknya:
Aspek yang dinilai Penilaian
1 2 3
Merumuskan
masalah, hipotesis,
dan merencanakan
percobaan
Tidak mampu
merumuskan
masalah,
hipotesis, dan
merencanakan
percobaan
Dilakukan dengan
bantuan guru
Dilakukan secara
mandiri (individual
atau kelompok)
Page 25
18
Merangkai alat Rangkaian alat
tidak
benar
Rangkaian alat benar,
tetapi tidak rapi atau
tidak memperhatikan
keselamatan kerja
Rangkaian alat
benar, rapi, dan
memperhatikan
keselamatan kerja
Pengamatan/penguk
uran
Pengamatan
tidak
cermat
Pengamatan cermat,
tetapi mengandung
interpretasi
Pengamatan cermat
dan bebas
interpretasi
Melakukan analisis
data dan
menyimpulkan
Tidak mampu
Dilakukan dengan
bantuan guru
Dilakukan secara
mandiri (individual
atau kelompok)
C. Pelatihan 3
Pelatihan 3 berupa kegiatan pendampingan pembuatan rancangan KIT IPA serta alat/bahan
kelengkapan keperluan praktikum sesuai LKS yang telah disusun.
Gambar 4.3. Pendampingan Pembuatan KIT IPA
KIT IPA ini dikemas dalam kemasan kotak yang terbuat dari kayu dan triplek. Dalam
kotak KIT berisi alat dan sekaligus bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan praktikum sesuai
petunjuk praktikum (LKS). Alat dan bahan yang dipakai sebagian besar dengan pemanfaatan
barang-barang bekas dan bahan-bahan yang mudah didapat dari lingkungan sekitar. Misalnya,
untuk mengganti alat-alat gelas dipakai gelas bekas air minuman mineral, pembakar spiritus
dibuat dari botol bekas minuman suplemen, untuk alat ukur dimanfaatkan spite bekas injector
tinta printer reftil, pengganti tabung reaksi dimanfaatkan botol bening kecil bekas tempat
parfum.Berikut disajikan gambar (foto) model KIT praktikum IPA yang dikembangkan.
Page 26
19
Gambar 4.4. Model KIT IPA Gambar 4.5. Uji Coba KIT IPA
Demikian pula bahan-bahan yang dirujuk dalam petunjuk praktikum (LKS),
memanfaatkan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar. Misalnya, untuk
bahan indikator memanfaatkan bahan-bahan alam seperti kunir, bunga kol, kembang ungu,
dll. Untuk pengenalan larutan asam, basa dan garam menggunakan asam alami (cuka, ekstrak
buah jeruk), larutan basa (kapur tohor, batu kapur, abu, dll). Garam, menggunakan garam
dapur, air laut, dll. Beberapa contoh gambar alat/bahan yang dipergunakan disajikan pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 3. Contoh alat/bahan KIT IPA
Gambar alat/bahan Nama Pemanfaatan
Model molekul dari buah
jeruk nipis
Mengenalkan model bentuk
molekul sederhana
Model Alat Cara Kerja
Paru-Paru
Membantu mengenalkan cara
kerja paru-paru
Model alat Respirometer
dari botol bekas
minuman mineral
Membantu mengenalkan
pengukuran udara pernafasan
Indikator bahan alam
(bunga kol, kunir,
kembang ungu, dll)
Membantu
mengenali/membedakan
senyawa asam dan basa.
Page 27
20
Model alat distilasi
(terbuat dari pipa dan
bolan bekas)
Mengenalkan proses pemisahan
campuran dalam air teh
Model baterai jeruk Mengenalkan sifat larutan yang
bersifat elektrolit
Cermin datar lipat dari
plastik mika
Mengenalkan sifat pemantulan
cahaya oleh benda bening
(cermin)
D. Pelatihan 4: Pendampingan lanjutan revisi dan penyempurnaa KIT IPA.
Sebelum direvisi, perangkat praktikum yang dihasilkan dievaluasi oleh tenaga ahli
(expert) dan oleh praktisi (guru IPA). Hasil pengujian menunjukkan bahwa skor rata-rata uji
validasi isi terhadap produk petunjuk praktikum, perangkat KIT IPA dan lembar penilaian
kinerja praktikum berturut-turut sebesar 3,07, 3,22 dan 3,4 serta termasuk kategori valid.
Selain itu, skor rata-rata uji kelayakan terhadap petunjuk praktikum dan KIT IPA oleh guru
berturut-turut 3,3 dan 3,4 serta termasuk kategori baik/layak. Hasil uji relevansi konten dan
konstruk oleh ahli dan guru terhadap petunjuk praktikum (LKS) berturut-turut adalah
85,30% dan 89,55%. Hasil ini termasuk kategori relevan.
Dari hasil penilaian, model KIT IPA berorientasi lingkungan yang dikembangkan
sudah memenuhi kriteria relevan dan layak. Dari komentar penilai juga diketahui bahwa
perangkat praktikum yang dikembangkan memiliki kelebihan dengan perangkat praktikum
standar, antara lain: 1) perangkat praktikum ini disesuaikan dengan kurikulum 2013 yang
menuntut pembelajaran IPA SMP dilakukan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach);
2) konten materi praktikumnya terintegrasi, diupayakan sesuai dengan konten IPA terpadu; 3)
perangkat praktikum ini merujuk bahan/alat yang dekat dan mudah diperoleh dari lingkungan
sekitar; 4) memberikan kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan, karena petunjuk
praktikum (LKS) diadaptasi dari petunjuk percobaan (kegiatan) yang sudah tercantum pada
buku siswa; 5) memberikan kemudahan bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dengan eksperimen karena perangkat penunjang praktikum telah tersusun dengan rapi dalam
satu kotak kemasan (KIT IPA) dan dilengkapi instruksi kerja alat. Sementara itu, kekurangan
Page 28
21
KIT IPA ini adalah (1) belum mencakup materi IPA terpadu, (2) petunjuk perlu dibuat lebih
terstruktur agar memberi tuntunan secara mudah dan cepat kepada siswa, dan (3) perlu
dilengkapi soal-soal pendalaman untuk mengeksplorasi pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep yang dibelajarkan.
Berdasarkan hasil penilaian tim ahli dan masukan dari praktisi dilakukan revisi dan
penyempurnaan perangkat. Pada kegiatan ini tim pelaksana mendampingi guru mitra
merevisi dan melakukan penyempurnaan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, KIT IPA).
E. Pelatihan 5: Pendampingan Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbantuan
Perangkat Pembelajaran dan KIT IPA yang telah dirancang.
Pada kegiatan ini dilakukan penerapan pembelajaran inkuiri
memanfaatkan perangkat yang telah dikerjakan oleh guru mitra. Salah seorang
guru mitra tampil sebagai guru model, sementara guru-guru yang lain
memantau bersama tim pelaksana.
Gambar 4.6. Implementasi Pembelajaran Inkuiri Berbantuan KIT IPA
Page 29
22
Hasil penilaian oleh siswa terhadap pemanfaatan produk pada pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri termasuk kategori baik. Respon siswa pada pembelajaran yang
memanfaatkan perangkat praktikum berorientasi lingkungan lebih baik dan lebih
menyenangkan daripada respon siswa pada pembelajaran konvensional (tanpa menggunakan
KIT IPA). Siswa menunjukkan respon positif (skor rata-rata 89,6%). Dari hasil pengamatan
terhadap aktivitas siswa, pada pembelajaran memanfaatkan perangkat praktikum berorientasi
lingkungan siswa lebih aktif dibandingkan pada pembelajaran tanpa perangkat praktikum.
Aktivitas siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum berorientasi lingkungan dalam
pembelajaran IPA termasuk sangat positif (96,8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perangkat praktikum yang dikerjakan mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi
lebih menarik.
Guru memberi respon positif terhadap perangkat praktikum IPA berorientasi
lingkungan, baik dari kemudahan mempersiapkan maupun dari kemudahan
mengimplementasikannya (skor rata-rata 3,4). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model perangkat praktikum berorientasi lingkungan yang dikembangkan sudah memenuhi
kriteria relevan dan mudah digunakan. Respon siswa terhadap pemanfaatan perangkat
praktikum berorientasi lingkungan dalam pembelajaran IPA diperoleh hasil, yaitu: jumlah
siswa yang memberikan respon positif sebesar 83,3% dan memberi respon sangat positif
sebesar 4,7%. Jumlah siswa yang memberi respon posistif dan sangat positif adalah 88%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perangkat praktikum mampu mendukung proses pembelajaran
IPA menjadi lebih menarik. Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa guru
memberi kesan positif terhadap perangkat praktikum berorientasi lingkungan, baik dari
mudahnya mempersiapkan maupun dari mudahnya mengaplikasikannya.
Rangkuman pelaksanaan kegiatan dan hasilnya atau dokumen pendukungnya
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4. Rangkuman pelaksanaan kegiatan dan hasilnya
No
.
Pelaksanaan Kegiatan Hasil/Dokumen
1 18-19/7/2014 Pra Pelatihan:
Penyegaran/Penguatan Materi
IPA Terpadu dan
penyempurnaan materi
penyegaran materi IPA
terpadu
- Modul materi
penyegaran/penguatan mata
pelajaran IPA terpadu
- Daftar hadir
2 20/7/2014 Pra Pelatihan: Pemantapan
model-model pembelajaran
(inkuiri, discovery, PBL,
- Foto pelaksanaan pelatihan model
pembelajaran inkuiri
- Daftar hadir
Page 30
23
Project Based Learning)
3 21-22
/7/2014
Pelatihan 1: Identifikasi
konsep kunci dan topik atau
konteks pembelajaran (2 kali)
- Foto pelaksanaan pelatihan
- Daftar hadir
4 23-26/7/2014 Pelatihan 2: Pendampingan:
Pembuatan perangkat
pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri terkait
topik yang diidentifikasi
(RPP, LKS) (4 kali)
- RPP, LKS, dan panduan guru
- Daftar hadir
5 28-29/7/2014 Pelatihan 3: Pembuatan
rancangan KIT IPA dan alat-
alat peraga
- Foto pelaksanaan pembuatan KIT
IPA
- Model KIT IPA, alat peraga IPA,
- Daftar hadir
6 2-3/8/2014 Pendampingan Pembuatan
alat-alat peraga (2 kali)
- Foto pelaksanaan pembuatan KIT
IPA
- Model alat-alat peraga IPA
- Daftar hadir
7 4-9/8/2014 Pelatihan 4, Pendampingan:
lanjutan pembuatan KIT
IPA, penyelesaian dan
penyempurnan KIT IPA (6
kali)
- KIT IPA
- Daftar hadir
8 11-14/8/2014 Pelatihan : Uji coba
penerapan pembelajaran
inkuiri berbantuan KIT IPA
- Foto uji coba pembelajaran (oleh
guru model)
9 15-16/8/2014 Pendampingan revisi dan
penyempurnaan perangkat
pembelajaran inkuiri
berbantuan KIT IPA
- Panduan Bagi Guru
10 18-30/8/2014 Pelatihan 5: Pendampingan
implementasi pembelajaran
inkuiri berbantuan perangkat
pembelajaran dan KIT IPA
yang telah dirancang.
- Catatan hasil pemantauan
pelaksanaan pembelajaran IPA
dengan metode inkuiri
11 Sept 2014 Evaluasi pelaksanaan program - Dokumen hasil evaluasi
pelaksanaan program
Produk yang telah dihasilkan antara lain: a) KIT IPA terpadu; b) perangkat
pembelajaran IPA terpadu menggunakan pendekatan inkuiri (RPP, LKS, Pedoamn Guru),
c) modul penyegaran materi IPA terpadu, d) modul pelatihan teknik-teknik merancang alat-
alat peraga IPA, e) artikel ilmiah.
F. Evaluasi Kegiatan
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan antara lain, meningkatnya pemahaman dan
keterampilan guru-guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar terhadap materi IPA secara
terpadu, meningkatnya pemahaman guru-guru tentang pembelajaran dengan pendekatan
Page 31
24
inkuiri, meningkatnya keterampilan guru-guru IPA merancang/membuat KIT IPA sederhana
berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan inkuiri, meningkatnya kemampuan guru-guru IPA untuk merancang perangkat
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, terlatihnya keterampilan dan kemampuan guru-guru
IPA di sekolah mitra dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA dengan pendekatan
inkuiri.
5.2 Pembahasan
Dalam hal respon siswa terhadap pemanfaatan perangkat praktikum IPA berorientasi
lingkungan dalam pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri diperoleh hasil jumlah siswa
yang mempunyai respon positif mencapai 35 siswa dari 42 orang atau 83,3% dan 2 orang
(4,7%) memberi respon sangat positif. Hal tersebut menunjukkan perangkat praktikum IPA
mampu mendukung proses pembelajaran IPA menjadi lebih menarik. Ketertarikan siswa
dimungkinkan karena pembelajaran IPA berbantuan KIT IPA berorientasi lingkungan secara
tidak langsung menuntut siswa aktif melakukan sendiri dan menemukan sendiri. Hal ini ini
juga dapat diamati dari semangat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Karli dan
Margaretha (2002) menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan adalah suatu strategi
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan
sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk menarik minat siswa, dan untuk
menanamkan sikap cinta lingkungan.
Perangkat praktikum IPA membutuhkan alat dan bahan untuk mendukung kegitan
praktikum yang dikemas dalam kotak unit pembelajaran. Perangkat ini menyerupai rangkaian
peralatan uji coba keterampilan proses pada bidang studi IPA dan dilengkapi dengan buku
pedoman penggunaannya. Shadely (dalam Suharningrum, 2010) berpendapat bahwa alat
perga KIT IPA adalah kotak yang berisi alat-alat IPA. Seperangkat peralatan IPA tersebut
mengarah pada kegiatan yang berkesinambungan atau berkelanjutan. Peralatan IPA yang
dirancang dan dibuat ini menyerupai rangkaian peralatan uji coba keterampilan proses pada
bidang studi IPA. Sebagai alat yang dirancang dan dibuat secara khusus ini, maka dapat
diartikan bahwa ”alat peraga” KIT IPA merupakan suatu sistem yang didesain atau dirancang
secara khusus untuk suatu tujuan tertentu (Suharningrum, 2010).
Laboratorium dan jenis peralatannya merupakan sarana dan prasana penting untuk
penunjang proses pembelajaran di sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat (2), Pasal 43 ayat (1) dan
ayat (2) mensyaratkan bahwa pendidikan wajib memiliki prasarana termasuk ruang
Page 32
25
laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Lebih
jauh dijelaskan bahwa untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, laboratorium harus
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Tujuan pembelajaran IPA di SMP hanya dapat
dicapai secara optimal bila guru menggunakan laboratorium sebagai sarana dan prasarana
belajar siswa (Sulastri, 2008).
Pada pembelajaran yang memanfaatkan perangkat praktikum IPA berorientasi
lingkungan, siswa dilibatkan dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan
pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini sesuai dengan hakekat
pembelajaran kontekstual, yaitu: makna, bermakna, dan dibermaknakan.
Johnson, E.B. (2002) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) adalah sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa
siswa belajar bila mereka memperoleh makna dalam materi pelajaran yang dipelajari dan bisa
menghubungkan informasi yang baru diperoleh dengan pengetahuan awal yang dimiliki dan
pengalaman mereka (Johnson, E.B. 2002). Dengan melibatkan siswa secara langsung dan
mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitarnya diharapkan proses pembelajaran
akan berlangsung lebih bermakna. Menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti
mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan
sebagai sumber belajar. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar
yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Setiap pembelajaran selalu diamati proses belajar dan mengajar yang terjadi, dicatat
dalam lembar observasi aktivitas siswa. Dari hasil pengamatan pembelajaran, ternyata siswa
yang dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri memanfaatkan perangkat praktikum IPA lebih
aktif dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan tanpa praktikum. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa termasuk kriteria aktif dan sangat aktif. Dengan
demikian, pembelajaran IPA yang memanfaatkan KIT IPA mampu meningkatkan aktivitas
dan efektivitas pembelajaran IPA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pembelajaran
menggunakan perangkat praktikum IPA merupakan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan proses. Implementasi pembelajaran menggunakan perangkat praktikum IPA
memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk membangun konsep sains melalui
pengalaman langsung. Model pembelajaran menggunakan praktikum memiliki karakter yang
relevan dengan karakter materi pelajaran sains. Memperhatikan kesesuaian antara tuntutan
materi, karakteristik IPA, dan tuntutan tujuan pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa
Page 33
26
pembelajaran praktikum menggunakan perangkat praktikum IPA sangat relevan diterapkan
pada pembelajaran IPA.
Hal penting yang perlu diperhatikan pada pembelajaran inkuiri menggunakan
praktikum berbatuan KIT IPA adalah pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered).
Aktivitas pembelajaran lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk mengaktualisasi
kreativitas berpikir dengan melakukan eksperimen secara langsung. Pembelajaran sains
dilaksanakan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) sehingga mampu
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Keterampilan proses sains
menjamin siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna sebab hal ini membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir kritis, membuat
keputusan, dan pemecahan masalah (Karsli & Sahin, 2009).
Pembelajaran IPA dengan pendekatan inkuiri dengan berbantuan KIT praktikum
berorientasi lingkungan dapat memfasilitasi siswa memperoleh keterampilan-keterampilan,
memelihara sikap-sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep-konsep yang berkaitan
dengan pengalaman sehari-hari. Perangkat praktikum ini menyajikan materi yang dekat
dengan dunia siswa, artinya bahan-bahan yang dipergunakan sudah dikenal dan mudah
didapat dari lingkungan sekitar. Secara tidak langsung akan membantu siswa memahami dan
mencintai lingkungan. Pembelajaran ini juga memberi ruang bagi siswa untuk melakukan
discovery. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang ditekankan dalam kurikulum 2013.
Begitu halnya dengan hasil wawancara dengan guru bahwa guru memberi kesan
positif terhadap perangkat praktikum IPA berorientasi lingkungan, baik dari mudahnya
mempersiapkan, maupun mudahnya mengaplikasikannya. Mudah mempersiapkan maupun
menggunakan karena perangkat alat dan petunjuk praktikum yang dibutuhkan telah dikemas
dalam satu KIT perangkat praktikum yang siap digunakan. Sehingga pada waktu akan
dipergunakan, guru cukup hanya miminta kepada masing-masing perwakilan siswa untuk
mengambil KIT tersebut. Di samping itu bahan/alat pengganti untuk keperluan praktikum
juga dengan mudah bisa didapatkan dari lingkungan sekitar.
Salah satu alasan jarangnya atau malasnya guru melakukan kegiatan praktikum adalah
karena merasa terbebani menyiapkan alat/bahan untuk keperluan praktikum. Di samping
karena disibukkan oleh hal-hal administratif, guru juga dituntut dengan jam mengajar
minimal 24 jam. Tidak adanya tenaga khusus di laboratorium (laboran) yang seharusnya
menangani persiapan di laboratorium dan tidak sesuainya alat/bahan yang tersedia di
laboratorium dengan kebutuhan praktikum juga menambah semakin enggannya guru IPA
Page 34
27
menerapkan pembelajaran berbasis kegiatan praktikum. Oleh karena itu, penyediaan
perangkat penunjang praktikum berupa KIT IPA dapat membantu guru dalam melaksanakan
kegiatan praktikum.
Ada dua hal perlu dilakukan berkaitan dengan fenomena ini. Pertama, guru mesti
menyadari bahwa IPA merupakan ilmu berbasis eksperimen. Sejalan dengan itu, laboratorium
dan praktikum tidak hanya merupakan pendukung pembelajaran IPA, tetapi menjadi bagian
dari sistem akademik pembelajaran IPA. Kedua, guru mesti melakukan redefinisi terhadap
pembelajaran IPA, yang tidak lagi berorientasi pada banyaknya materi yang mesti
diinformasikan, tetapi menekankan kompetensi yang harus dikuasi siswa. Atas dasar itu,
guru mesti memilah dan memilih materi yang esensial diajarkan kepada siswa agar mereka
menguasai kompetensi sesuai tuntutan kurikulum.
Page 35
28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Program ini berlangsung dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Guru-guru
dari sekolah mitra termotivasi dan terlibat dengan aktif dalam mengikuti kegiatan. Guru-guru
dari sekolah mitra antusias dan partisifasi aktif dalam melaksanakan kegiatan. Semua guru
mitra telah memiliki kemampuan dasar dalam mengembangkan perangkat pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan inkuiri beserta dengan perangkat pendunkung pembelajarannya,
walaupun kemampuan guru mitra tidak sama satu dengan yang lain. Kemajuan keterampilan
guru mitra dalam merancang KIT IPA tergantung pada keterampilan awal guru dan kemauan
yang dimiliki.
KIT IPA yang dibuat dikemas dalam kemasan kotak yang terbuat dari kayu dan
triplek. Dalam kotak KIT berisi alat dan sekaligus bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan
praktikum sesuai petunjuk praktikum (LKS). Alat dan bahan yang dipakai sebagian besar
dengan pemanfaatan barang-barang bekas dan bahan-bahan yang mudah didapat dari
lingkungan sekitar
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan antara lain, meningkatnya pemahaman dan
keterampilan guru-guru IPA di SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar terhadap materi IPA secara
terpadu, meningkatnya pemahaman guru-guru tentang pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri, meningkatnya keterampilan guru-guru IPA merancang/membuat KIT IPA sederhana
berbahan baku dari lingkungan sekitar sebagai penunjang pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan inkuiri, meningkatnya kemampuan guru-guru IPA untuk merancang perangkat
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, terlatihnya keterampilan dan kemampuan guru-guru
IPA di sekolah mitra dalam mengimplementasikan pembelajaran IPA dengan pendekatan
inkuiri.
6.2 Saran
KIT IPA dan perangkat pembelajaran pendukung pembelajaran menggunakan
pendekatan inkuiri sangat dibutuhkan oleh semua guru, utaman guru IPA, baik SD, SMP,
maupun SMA. Keterampilan guru-guru dalam membuat KIT IPA maupun perangkat
pembelajaran masih kurang. Demikian juga kemampuan guru dalam mengimplementasikan
pembelajaran inkuiri masih perlu pendampingan lebih intensif. Oleh sebab itu, pengabdian
masyarakat sejenis ini sangat penting didorong dan diberikan peluang yang lebih besar.
Page 36
29
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. Alat Peraga IPA Sederhana Solusi Pembelajaran IPA di Sekolah.
http://ypwi.or.id/index.php?view=article&catid=25%3Apendidikan&id=98% 3Alat-
peraga-ipa-sederhana-solusi-pembelajaran-ipa-di
sekolah&format=pdf&option=com_content. Diakses Minggu tanggal 17 Pebruari
2012.
BSNP. 2007. Standar Nasional Pendidikan Indonesia untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 Tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching (5th
Ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Krajcik, J. S. and Banaszak Holl, M. M. 2012. Concurrent Enrollment in Lecture and
Laboratory Enhances Student. Journal of Research in Science Teaching. Vol 49 Issue
5. May 2012. ISSN 0022-4308. online www/htt: library.wiley.com/ doi/10.1002/
tea.21016. diakses tgl. 2 September 2012
National Research Council (NRC). 2002. Explore Inquiry and the National Science
Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington: National
Academy Press.
Novianti, N.R. 2011. Kontribusi Pengelolaan Laboratorium dan Motivasi Belajar Siswa
Tehadap Efektifitas Proses Pembelajaran (Penelitian pada SMP Negeri dan Swasta di
Kabupaten Kuningan Provinsi JawaBarat). Jurnal.Upi.Edu/File/15. Edisi Khusus No.
1, Agustus 2011. ISSN 1412-565X
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. 2007. (Online),
(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-
2007_.pdf, diakses 8 Februari 2013).
Pujani,N.M. 2011. Pembekalan Keterampilan Laboratorium IPBA Berbasis Kemampuan
Generik Sains Bagi Calon Guru. Disertasi Doktor. Tidak dipublikasi. UPI, Bandung.
Pujani, N.M, dan Rapi N. K. 2012. Pelatihan Praktikum IPBA Bagi Guru SMP/SMA di Kota
Singaraja Menuju Olimpiade Astronomi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
Widya Laksana. ISSN: 1410-4369, Edisi Juli 2012. Hal.119-130. Singaraja:
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha
Santoso, T. T. 2010. Pemanfaatan Media Alam Sekitar untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan.Jurnal Pendidikan Kimia
Tentang Media Lingkungan Sekitar.
Subamia, I.D.P, 2013. Implementasi 3RH (Reduce, Reuse, Recycle, Dan Handle) Dalam Tata
Kelola Laboratorium Ipa (Kimia) Berwawasan Green Chemistry.Prosedding Seminar
Nasional MIPA Undiksha. ISBN : 978-602-17993-0-7. Cetakan I, Januari 2013.
Suharningrum, Tatik. 2010. Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran IPA Siswa
Kelas V SDN No.65/I Tiang Tunggang dengan Menggunakan Alat Peraga Kit IPA.
http://ebookbrowse.com/45-tatik-suharningrum-cover-proposal1-doc-d243360024
Suheimi, S. 1979. Efektivitas Penggunaan Laboratorium Kimia SMA N Se-Kota Bandung.
Skripsi: Tidak dipublikasikan
Page 37
30
Lampiran 1: Instrumen Evaluasi
A. ANGKET SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VII / I Hari/tanggal : ………………
Petunjuk
1. Pada kuesioner ini terdapat 34 pernyataan. Baca dan cermati baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan pendekatan pembelajaran yang baru selesai
kamu ikuti. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu..
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
3. Beri respon Anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan menyilang angka
yang sesuai dengan pendapat Anda. Terima kasih.
Keterangan Pilihan jawaban:
1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = ragu-ragu
4 = setuju
5 = sangat setuju
PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN 1 M e n u r u t s a ya p embelajaran dengan pendekatan
praktikum ini lebih menarik. 1 2 3 4 5
2 Pada awal pembelajaran, ada sesuatu yang menarik bagi saya. 1 2 3 4 5
3 Dengan pendekatan ini, materi pembelajaran lebih sulit dipahami
daripada yang saya harapkan. 1 2 3 4 5
4 Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, saya yakin bahwa saya
lebih mudah memahami apa yang harus saya pelajari dari
pembelajaran ini.
1 2 3 4 5
5 Menyelesaikan tugas-tugas dalam pembelajaran ini membuat saya
merasa puas terhadap hasil yang telah saya capai. 1 2 3 4 5
6 Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran ini
dengan apa yang telah saya ketahui. 1 2 3 4 5
7 Banyak petunjuk-petunjuk yang mengandung informasi yang
kurang jelas sehingga sukar bagi saya untuk mengikuti 1 2 3 4 5
8 Setelah mempelajari pembelajaran ini beberapa saat, saya
percaya bahwa saya akan berhasil dalam tes 1 2 3 4 5
9 Pembelajaran ini tidak relevan dengan kebutuhan saya sebab
sebagian besar isinya tidak saya ketahui. 1 2 3 4 5
10 Kalimat umpan balik setelah latihan, atau komentar-
komentar lain pada pembelajaran ini, membuat saya merasa
mendapat penghargaan bagi upaya saya.
1 2 3 4 5
11 Saya dapat menghubungkan isi pembelajaran ini dengan hal- hal
yang telah saya lihat, saya lakukan, atau saya pikirkan di dalam
kehidupan sehari-hari.
1 2 3 4 5
12 Isi pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya. 1 2 3 4 5
13 Sedikitpun saya tidak memahami materi pembelajaran ini. 1 2 3 4 5
14 Suatu hal yang sangat menyenangkan mempelajari
pembelajaran yang dirancang dengan dengan cara ini 1 2 3 4 5
Page 38
31
15 Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami
menjadi antuasias terhadap materi pelajaran. 1 2 3 4 5
16 Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan
bermanfaat bagi saya. 1 2 3 4 5
17 Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam
pembelajaran ini 1 2 3 4 5
18 Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya. 1 2 3 4 5
19 Guru membuat materi pelajaran ini menjadi penting 1 2 3 4 5
20 Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi
pelajaran ini dengan sesuatu yang telah saya ketahui. 1 2 3 4 5
21 Guru membuat suasana menjadi tegang apabila membangun
sesuatu pengertian. 1 2 3 4 5
22 Materi pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya. 1 2 3 4 5
23 Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam
pembelajaran ini, hal itu tergantung pada saya. 1 2 3 4 5
24 Isi pembelajaran ini sesuai dengan harapan dan tujuan saya. 1 2 3 4 5
25 Guru melakukan hal-hal yang tidak lazim dan
menakjubkan yang menarik. 1 2 3 4 5
26 Para siswa berperan aktif di dalam pembelajaran 1 2 3 4 5
27 Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang
menarik. 1 2 3 4 5
28 Saya tidak berpendapat bahwa saya akan memperoleh banyak
keuntungan dari pembelajaran ini. 1 2 3 4 5
29 Rasa ingin tahu saya sering kali tergerak oleh pertanyaan yang
dikemukakan dan masalah yang diberikan guru pada materi
pembelajaran ini.
1 2 3 4 5
30 Saya berpendapat bahwa tingkat tantangan dalam
pembelajaran ini tepat, tidak terlalu gampang dan tidak terlalu
sulit.
1 2 3 4 5
31 Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran ini. 1 2 3 4 5
32 Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil
kerja saya dalam pembelajaran ini, baik dalam bentuk nilai,
komentar atau masukan lain
1 2 3 4 5
33 Jumlah tugas yang harus saya lakukan adalah memadai untuk
pembelajaran semacam ini. 1 2 3 4 5
34 Saya memperoleh masukan yang cukup untuk mengetahui
tingkat keberhasilan kinerja saya 1 2 3 4 5
Page 39
32
PENGGOLONGAN PERNYATAAN DALAM ANGKET MINAT DAN MOTIVASI BERDASARKAN KRITERIA DAN KONDISI
No.
Kondisi
Angket Respon Siswa
Nomor Pernyataan Positif Nomor Pernyataan Negatif
1. Perhatian (Attention)
1,2,8, 14, 15, 19, 26, 27, 29
3,13,18,21, 22, 25,31
2. Relevansi (Relevance)
4, 5,6,10,11,12, 16,17,23,
24,30,32,33
7,9,20,28,34
Rekap skor yang diberikan siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam Angket
Minat Siswa dan Angket Motivasi Siswa dibuat dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk pernyataan dengan kriteria positif: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3
= ragu-ragu, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.
2. Untuk pernyataan dengan kriteria negatif: 1 = sangat setuju, 2 = setuju, 3 = ragu-
ragu, 4 = tidak setuju, dan 5 = sangat tidak setuju.
3. Mengitung skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap kondisi,
kemudian menentukan katagorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49 =
tidak baik, 1,50-2,49 = kurang baik, 2,50-3,49 = cukup baik, 3,50-4,49 = baik,
dan
Page 40
33
B. Instrumen Validasi
Validitas isi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif oleh ahli (pakar). Untuk
menentukan validitas isi (content validity) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Penilaian instrument oleh pakar “judges”
2) Pengelompokan hasil penilaian pakar ke dalam kategori kurang relevan, cukup relevan,
dan sangat relevan.
3) Mentabulasi hasil penilaian pakar ke dalam bentuk matrik tabulasi silang (2x2)
4) Tabel tabulasi hasil penilaian pakar dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.
Tabel Gregory Expert Judges Perangkat Praktikum
Judges I
Kurang relevan
(Skor 1-2)
Sangat relevan
(Skor 3-4)
(A) (B)
(C)
(D)
(Gregory, 2000: 98-99)
5) Memasukkan data hasil tabulasi silang ke dalam rumus validitas isi, sebagai berikut:
DCBA
DIsiValiditas
. (Gregory, 2000)
Keterangan:
A = sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua pakar/penilai
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai/ pakar
D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua
penilai/pakar
Semakin besar nilai D semakin besar validitas isi butir dan untuk tes baku nilai
validitas isi harus 0,9 (Gregory, 2000).
Judges
II
San
gat
rel
evan
(Skor
3-4
)
Kura
ng r
elev
an
(Skor
1-2
)
Page 41
34
C. Angket Ahli (Pakar)
ANGKET PENILAIAN AHLI
KELAYAKAN ALAT PERAGA KIT ALAT PRAKTIKUM
Nama Alat : KIT Alat Praktikum IPA
Jenis Penggunaan : Praktik/Demonstrasi
Kelas/Sekolah : VII/SMP
Isilah tanda (√) pada kolom angka, jika (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4)
sangat setuju
No Aspek Kelayakan Skor Saran
Perbaikan
Saran
Pengguna
an
Skor Nilai
Kelayakan 1 2 3 4
1 Keterkaitan dengan bahan ajar
a. Konsep yang diajarkan
b. Tingkat keperluan untuk
pembelajaran
c. Kejelasan objek dan fenomena
2 Nilai Pendidikan
a. Kesesuaian dengan
perkembangan intelektual
peserta didik
b. Kompetensi yang ditingkatkan
pada peserta didik
3 Ketahanan Alat
a. Ketahanan terhadap cuaca
b. Memiliki alat pelindung dari
kerusakan
c. Kemudahan perawatan
4 Keakuratan Alat
a. Ketahanan komponen-
komponenya pada dudukan
asalnya
b. Ketepatan pemasangan setiap
komponen pada alat ukur
c. Ketepatan skala pengukuran
d. Ketelitian pengukuran
5 Efisiensi Alat
a. Kemudahan dirangkaikan
b. Kemudahan digunakan/
dijalankan
6 Keamanan Bagi Peserta didik
a. Memiliki alat/bahan pengaman
b. Konstruksi alat aman bagi
peserta didik
7 Estetika
a. Warna
Page 42
35
b. Bentuk
8 Kotak Kit
a. Kemudahan mencari alat
b. Kemudahan
mengambil/menyimpan
c. Ketahanan kotak
Total Skor Nilai Kelayakan Alat Peraga
Rekomendasi :
..............................., .... , ......................... 20...
Penilai,............................................................
Page 43
36
D. Angket Guru
ANGKET PENILAIAN OLEH GURU
KELAYAKAN ALAT PERAGA KIT ALAT PRAKTIKUM
Nama Alat : KIT Alat Praktikum IPA
Jenis Penggunaan : Praktik/Demonstrasi
Kelas/Sekolah : VII/SMP
Isilah tanda (√) pada kolom angka, jika (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju, (4)
sangat setuju
No Aspek Kelayakan Skor Saran
Perbaikan
Saran
Penggunaan
Skor Nilai
Kelayakan 1 2 3 4
1 Keterkaitan dengan bahan ajar
a. Konsep yang diajarkan
b. Tingkat keperluan untuk
pembelajaran
c. Kejelasan objek dan fenomena
2 Nilai Pendidikan
a. Kesesuaian dengan
perkembangan intelektual
peserta didik
b. Kompetensi yang ditingkatkan
pada peserta didik
3 Ketahanan Alat
a. Ketahanan terhadap cuaca
b. Memiliki alat pelindung dari
kerusakan
c. Kemudahan perawatan
4 Keakuratan Alat
a. Ketahanan komponen-
komponenya pada dudukan
asalnya
b. Ketepatan pemasangan setiap
komponen pada alat ukur
c. Ketepatan skala pengukuran
d. Ketelitian pengukuran
5 Efisiensi Alat
a. Kemudahan dirangkaikan
b. Kemudahan digunakan/
dijalankan
6 Keamanan Bagi Peserta didik
a. Memiliki alat/bahan pengaman
b. Konstruksi alat aman bagi
peserta didik
7 Estetika
a. Warna
Page 44
37
b. Bentuk
8 Kotak Kit
a. Kemudahan mencari alat
b. Kemudahan
mengambil/menyimpan
c. Ketahanan kotak
Total Skor Nilai Kelayakan Alat Peraga
Rekomendasi :
..............................., .... , ......................... 20...
Penilai,............................................................
Page 45
38
E. Hasil Angket Respon Guru
Tabel : Rekap Hasil Angket Respon Guru
Kode Skor Respon terhadap masing-masing pernyataan (statemen) Rerata Kategori
Aspek R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11
1a 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3.3 B
1b 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3.2 B
1c 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3.4 B
2a 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3.5 SB
2b 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.1 B
3a 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3.4 B
3b 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3.4 B
3c 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3.4 B
4a 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3.3 B
4b 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3.3 B
4c 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3.3 B
4d 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3.3 B
5a 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3.8 SB
5b 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3.5 SB
6a 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3.5 SB
6b 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3.3 B
7a 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3.5 B
7b 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3.4 B
8a 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3.5 SB
8b 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3.5 SB
8c 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3.6 SB
Rerata 3.4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3.4 B
Kategeri B SB B B SB B B SB SB B B B
Catatan: Kategori respon masing-masing responden
Mi = 3 Skor : 2,35-3.45; Kategori Baik
R = Peserta (responden)
SD = 0.7 Skor : > 3.45; Kategori sangat baik 1,2,3… = Statemen (Pernyataan)
Pedoman Konversi Kategorisasi Respon Peserta
No. Kriteria Kategori
1 >(Mi + 1,5 SDi) Sangat baik (SB)
2 (Mi + 0,5SD) – (Mi + 1,5SDi) Baik (B)
3 (Mi - 0,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Sedang (S)
4 (Mi -1,5SD) – (Mi + 0,5SDi) Kurang (K)
5 < (Mi -1,5 SDi) Sangat Kurang (SK)
(Dantes, 2001)
Berdasarkan data hasil angket, dapat diketahui bahwa pandangan peserta terhadap
pelaksanaan kegiatan IbM ini tergolong baik (rerata skor 3,4).
Page 46
39
Lampiran 2: Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan
Acara Pembukaan Kegiatan Oleh Ketua LPM
A
B
A. Bincang-bincang Tim Pelaksana IbM
dengan Kepala Sekolah Mitra (SMPN 3
Banjar)
B. Bincang-bincang Tim Pelaksana dengan
Guru Mitra
Penyajian Materi Pelatihan Penyusunan
Perangkat Pembelajaran Inkuiri oleh Tim
pelaksana IbM (Dr. Suheimi Sya’ban, M.Pd)
Penyajian Materi dan Diskusi “Penyegaran
Materi IPA Terpadu dan Model-Modell
Pembelajaran (Penyadji: Dr. Ni Made Pujani,
M.Pd/Tim Pelaksana)
Page 47
40
Contoh Model Kotak KIT IPA
Pendampingan membuat KIT IPA (Tim
pelaksana dan Guru Mitra)
Peserta pelatihan saat istirahat siang
Praktek Membuat larutan
Praktek pembuatan Indikator asam-basa
dari bahan alam
(Sumber: Dok. Tim pelaksana)
Page 48
41
Lampiran 3: Produk Pelatihan Pengembangan Model KIT IPA
A. Model Ktak KIT IPA
B. Peraga 1: Model molekul Berbahan Baku Buah Jeruk
Page 49
42
C. Peraga 2 Percobaan Organ dan Indikator Alami
Foto : Model Alat Cara Kerja Paru-Paru
Foto : Model Ginjal dari botol bekas
Gambar: Penyiapan Indikator Alami
Page 50
D. Peraga 3 Respirasi, Fermentasi, Distilasi, Listrik dan Optik
Foto : Model Alat Respirometer
Foto : Model Alat Fermemtasi Sederhana
Foto: Model Baterai jeruk
Gambar: Model Alat
Elektromagnetisasi
Model Molekul
Foto: Model Molekul dari buah jeruk
Foto : Model Alat Distilasi Sederhana dari
Pipa dan Bolan Bekas
Foto: Cernin datar lipat dari plastik mika
Page 51
44
Lampiran 4: Surat Pernyataan Mitra Kegiatan
KELOMPOK GURU IPA
SMPN 4 BANJAR KABUPATEN BULELENG
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tanganb di bawah ini :
Nama : Nyoman Warta, S.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jabatan : Guru IPA
Menyatakan bahwa program IbM bagi Kelompok Guru IPA yang diselenggarakan oleh
Tim Pelaksana Program IbM Undiksha di SMPN 4 Banjar telah berjalan sesuai rencana.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Banjar, 14 Juli 2014
Page 52
45
KELOMPOK GURU IPA
SMPN 4 BANJAR KABUPATEN BULELENG
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tanganb di bawah ini :
Nama : Dra. Ni Ketut Liesvi Ismawantini
Jenis Kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru IPA
Menyatakan bahwa program IbM bagi Kelompok Guru IPA yang diselenggarakan oleh
Tim Pelaksana Program IbM Undiksha di SMPN 3 Banjar telah berjalan sesuai rencana.
Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Banjar, 14 Juli 2014
Page 53
46
Lampiran 5: Laporan Hasil Penilaian Pemantauan (Monev) Program IbM
Page 56
49
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/semester : VII (tujuh)/1 (Satu)
TIM PELAKSANA IbM BAGI GURU IPA SMP N 3 DAN SMPN 4
BANJAR KABUPATEN BULELENG
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2014
Page 57
50
CONTOH RPP 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Satuan Pendidikan : Sekolah Menegah Pertama
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : Semester I
Topik : Perubahan Benda-benda di Sekitar Kita
Sub Topik : Bagaimana Cara Memisahkan
Campuran
Alokasi Waktu : 6 X 40 menit ( 3 kali tatap muka)
A. KOMPETENSI DASAR
1) Menunjukkan prilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat;
tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
2) Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
3) Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggungjawab dalam aktivitas sehari-hari
4) Memahami karakteristik zat, serta perubahan fisika dan kimia pada zat yang dapat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari
5) 4 Melakukan pemisahan campuran berdasarkan sifat fisika dan kimia zat
B. INDIKATOR
1. Mengidentifikasi perangkat alat percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi,
evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi
2. Menjelaskan prinsip pemisahan campuran pada setiap metode berdasarkan data
percobaan
3. Terampil melakukan pemisahan campuran dengan metode metode filtrasi, evaporasi,
kristalisasi, sublimasi, destilasi, dan kromatografi
4. Mengidentifikasi contoh pemanfaatan pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
5. Menjelaskan proses penjernihan air dengan metode pemisahan campuran
6. Memisahkan bahan-bahan yang masih dapat digunakan menggunakan metode pemisahan
campuran
7. Memiliki rasa ingin tahu, teliti, dan peduli lingkungan melalui diskusi, kerja kelompok, dan
melakukan praktikum pemisahan campuran
8. Menunjukkan ketekunan, tanggung jawab, saling menghargai dalam kegiatan belajar dan
bekerja baik secara individu maupun berkelompok
9. Menjaga kehidupan dalam ekosistem dari bahan kimia berbahaya dengan melakukan
pemisahan limbah sebelum membuang ke lingkungan.
10. Membuat alat penjernihan air dari alat sederhana menggunakan metode pemisahan
campuran
Page 58
51
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kajian LKS, siswa dapat mengidentifikasi alat-alat untuk percobaan pemisahan
campuran dengan metode filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi,
dekantasi dan kromatografi
2. Mengembangkan keterampilan memisahkan campuran melalui praktikum pemisahan
campuran dengan metode filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi,
dekantasi dan kromatografi
3. Siswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip dan metode pemisahan campuran metode
filtrasi, evaporasi, kristalisasi, sublimasi, destilasi, dekantasi dan kromatografi melalui
diskusi data hasil percobaan
4. Siswa dapat menjelaskan pemanfaatan metode pemisahan campuran dalam
kehidupan sehari-hari melalui diskusi kelompok
5. Siswa dapat merancang dan membuat alat penjernihan air mengunakan metode
pemisahan campuran
6. Mengembangkan perilaku rasa ingin tahu, teliti, jujur, tekun, tanggungjawab, saling
menghargai pendapat melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok
7. Siswa dapat menerapkan prinsip-prinsip pemisahan campuran untuk menjaga
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran
D. MATERI
1. Metode Pemisahan Campuran
Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia
yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Metode pemisahan bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni
dari suatu campuran, sering disebut sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui
keberadaan suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
2. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain adalah ukuran partikel, titik didih,
kelarutan, dan pengendapan
3. Jenis-jenis metode pemisahan campuran
1) Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat
padat dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring)
2) Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran yang terdiri dari suatu zat
yang memiliki sifat dapat menyublim dengan zat yang tidak dapat menyublim
3) Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang
terlarut dalam suatu larutan
4) Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan yang prinsipnya didasarkan pada
perbedaan titik didih zat cair yang ada dalam campuran sehingga dapat
dipisahkan pada saat salah satu zat cair menguap lebih dahulu.
5) Evaporasi
Page 59
52
Evaporasi merupakan metode pemisahan campuran dengan cara menguapkan
pelarut pada campuran
6) Kromatografi
Kromatografi merupakan metode pemisahan campuran yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel yang bercampur dalam
suatu mediumdiam ketika dialiri suatu medium yang bergerak
7) Dekantasi
Dekantasi merupakan metode pemisahan campuran zat cair dan zat padat
dengan cara mengendapkan endapan kemudian menuangkan cairan
E. PENDEKATAN/STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Scientific
2. Metode : Diskusi dan Eksperimen
3. Model : Discovery Learning/INKUIRI
F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Media
Charta , Komputer, LCD, KIT IPA
2. Alat dan Bahan
No. Jenis Jumlah
1. Alat dan bahan praktikum Filtrasi 2 set
2. Alat dan bahan praktikum sublimasi 1 set
3. Alat dan bahan praktikum dekantasi 2 set
5 Alat dan bahan praktikum evaporasi 1 set
4. Alat dan bahan praktikum kromatografi 1 set
5. Alat dan bahan praktikum destilasi 1 set
6 Alat dan bahan praktikum kristalisasi 1 set
Nama dan alat praktikum sesuai dengan yang tertulis dalam LKS
3. Sumber Belajar
a) Buku IPA SMP kelas VII, Puskurbuk 2013
b) LKS metode pemisahan campuran
c) Artikel metode pemisahan campuran
Page 60
53
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 JP)
Kegiatan
Langkah-
langkah Model
Discovery
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Menciptakan
Situasi
(Stimulasi)
Pemusatan perhatian :
- Guru memperlihatkan berbagai campuran
misalnya air campur pasir dan air campur
tepung dan larutan garam kemudian guru
mengajukan pertanyaan seperti :
Diantara campuran ini mana dari
campuran tersebut yang merupakan
campuran homogen dan heterogen?
Bagaimana cara memisahkan komponen-
komponen di dalam campuran tersebut?
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
mempelajari metode pemisahan campuran
1. m
5 menit
Kegiatan Inti Pembahasan
Tugas dan
Identifikasi
Masalah
Observasi
Pengumpulan
data
Pengolahan data dan analisis
Verifikasi
Generalisasi
2. Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang
akan dilakukan yaitu eksperimen pemisahan
campuran dengan metode filtrasi, dekantasi,
evavorasi, kristalisasi
3. Membagi siswa menjadi 10 kelompok
4. Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS
pemisahan campuran dengan metode filtrasi,
dekantasi, evaporasi, kristalisasi dan
mengidentifikasi konsep yang harus diperoleh
melalui percobaan
5. Melakukan percobaan pemisahan campuran metode filtrasi, dekantasi , evaporasi, dan kristalisasi
6. Siswa mengamati percobaan dan mencatat data
pengamatan pada kolom yang tersedia pada
LKS
7. Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
8. Presentasi hasil percobaan
9. Diskusi prinsip-prinsip pemisahan campuran
berdasarkan hasil data hasil percobaan
10. Membuat kesimpulan tentang prinsip-prinsip
dan metode pemisahan campuran
50 menit
Penutup - Siswa dan guru mereview hasil kegiatan
pembelajaran
- Guru memberikan penghargaan (misalnya
20
Page 61
54
pujian atau bentuk penghargaan lain yang
relevan) kepada kelompok yang berkinerja
baik
- Siswa menjawab kuis tentang prinsip
pemisahan campuran
- Pemberian tugas untuk mempelajari
pemanfaatan pemisahan campuran dalam
kehidupan sehari-hari dan tugas baca
pemisahan campuran dengan cara destilasi,
sublimasi dan kromatografi
Pertemuan Kedua ( 2 JP)
Kegiatan Langkah-langkah
Model Discovery
Deskripsi Kegiatan
Alokasi
Waktu
Pendahuluan Menciptakan Situasi (Stimulasi)
Pemusatan perhatian :
- Guru memperlihatkan larutan cuka 25% , alkohol 70 % dan air teh.
- Guru mengajukan pertanyaan:
Bagaimana cara memisahkan komponen-komponen di dalam campuran tersebut?
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari metode pemisahan campuran yang akan dicoba.
1. M5 menit
Kegiatan Inti Pembahasan Tugas dan Identifikasi Masalah Observasi Pengumpulan data Pengolahan data dan analisis Verifikasi Generalisasi
- Menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu eksperimen pemisahan campuran dengan metode destilasi, sublimasi, dan kromatografi
- Membagi siswa menjadi 10 kelompok
- Diskusi kelompok untuk mengkaji LKS pemisahan campuran dengan metode destilasi, sublimasi, dan kromatografi
- Siswa mengidentifikasi konsep yang harus diperoleh melalui percobaan
- Melakukan percobaan pemisahan campuran metode destilasi, sublimasi, dan kromatografi
- Siswa mengamati percobaan dan mencatat data pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS
- Mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS
- Presentasi hasil percobaan
- Diskusi prinsip-prinsip pemisahan campuran berdasarkan hasil data hasil percobaan
- Membuat kesimpulan tentang prinsip-prinsip dan metode pemisahan campuran
50 menit
Page 62
55
Penutup - Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran
- Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik
- Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan campuran
- Pemberian tugas untuk mempelajari pemanfaatan pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
20 menit
Pertemuan Ketiga (2 JP)
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan - Pemusatan perhatian : Memperlihatkan gambar berbagai campuran yang dapat dipisahkan dengan metode pemisahan yang telah dipelajari ( misalnya sampah dan air kotor)
- Apersepsi: Memberikan pertanyaan tentang prinsip-prinsip pemisahan campuran?
- Motivasi : kalau dirumahmu air pompanya kotor, menurutmu metode pemisahan campuran apa yang dapat dilakukan
- Guru memberikan informasi tujuan dan manfaat mempelajari penerapan metode pemisahan campuran
10menit
Kegiatan Inti - Mencari informasi dan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi pemanfaatan metode pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
- Penyamaan persepsi tentang pemanfaatan metode pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
- Diskusi penerapan prinsip-prinsip pemisahan campuran dalam kehidupan sehari-hari
- Mencari informasi cara membuat alat pemurnian air sederhana dari buku atau internet untuk membuat tugas proyek merancang dan membuat alat penjernihan air.
60 menit
Penutup - Mereview hasil kegiatan pembelajaran
- Pemberian penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik
- Siswa menjawab kuis tentang prinsip pemisahan campuran
- Pemberian tugas kelompok untuk membuat alat penjernihan air secara sederhana
30 menit
H. PENILAIAN
1. Metode dan Bentuk Instrumen
Metode Bentuk Instrumen
Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik
Tes Unjuk Kerja Tes penilaian kinerja metode filtrasi
Tes Tertulis Tes Uraian dan Pilihan Ganda HOT
Page 63
56
2. Contoh Instrumen a. Lembar Pengamatan Sikap 1. Pengamatan Perilaku Ilmiah
No Aspek yang dinilai 3 2 1 Keterangan
1 Rasa ingin tahu (curiosity)
2 Ketelitian dan kehati-hatian dalam
melakukan percobaan
3 Ketekunan dan tanggungjawab dalam
belajar dan bekerja baik secara individu
maupun berkelompok
4 Keterampilan berkomunikasi pada saat
belajar
Rubrik Penilaian Perilaku
No Aspek yang
dinilai
Rubrik
1. Menunjukkan
rasa ingin tahu
3: menunjukkan rasa ingin tahu yang besar,
antusias, aktif dalam dalam kegiatan kelompok
2: menunjukkan rasa ingin tahu, namun tidak
terlalu antusias, dan baru terlibat aktif dalam
kegiatan kelompok ketika disuruh
1: tidak menunjukkan antusias dalam pengamatan,
sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok
walaupun telah didorong untuk terlibat
2. Ketelitian dan
hati-hati
3. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, hati-hati dalam melakukan percobaan
2. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur, kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
1. mengamati hasil percobaan sesuai prosedur,
kurang hati-hati dalam melakukan percobaan
3 Ketekunan
dan
tanggungjawab
dalam belajar
dan bekerja
baik secara
individu
maupun
berkelompok
3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil
terbaik yang bisa dilakukan, berupaya tepat
waktu.
2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan
tugas, namun belum menunjukkan upaya
terbaiknya
1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai
4 Berkomunikasi 3. aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukaan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain
2. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain
1. aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukaan gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa lain
b. Lembar Pengamatan Keterampilan Praktikum
Peniaian keterampilan metode pemisahan dengan filtrasi
No Keterampilan
yang dinilai Skor Rubrik
Page 64
57
1 Cara melipat
kertas saring
3 - Lipatan awal simetris,
- Ukuran disesuaikan dengan corong,
- Lipatan kedua ada ada perbedaan ukuran
- Ujung lipatan disobek sedikit
2 Ada tiga aspek yang benar
1 Ada dua aspek yang benar
2 Cara
menyimpan
kertas saring
pada corong
3 - Tinggi kertas saring pas dengan corong
- Rapat dengan corong
- Dibasahi air dahulu
2 Ada dua aspek yang benar
1 Ada satu aspek yang benar
2 Cara
menuangkan
campuran pada
corong
3 - Campuran yang akan disaring dalam keadaan homogen
- Campuran dialirkan perlahan melewati batang pengaduk
- Posisi batang pengaduk tegak diatas batang corong
- Campuran tidak melimpah dari corong
2 Ada 3 aspek yang benar
1 Ada 2 aspek yang benar
Page 65
58
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PETUNJUK KEGIATAN PRAKTIKUM IPA
(Penunjang Pembelajaran Dengan Inquiri-Discovery)
Diadaptasi dari Buku Siswa
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang Diterbitkan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2014, Edisi Revisi
UNTUK KELAS VII SMP/MTs
SEMESTER 1
Oleh:
Tim pelaksana Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM)
Kelompok Guru IPA SMPN 3 dan SMPN 4 Banjar
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2014
Page 66
59
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Tema : Mengenal benda-banda di sekitar
Sub tema : Air laut
Peta integrasi aspek materi IPA terpadu:
Alat/bahan
- Gelas bekas air mineral
- Kaleng aluminium bekas
- Air laut atau campuran garam dapur dan air
- Mistar
- Termometer
- Kertas/kain saring
- Corong plastik
- Kayu pengaduk
- Pembakar spiritus
Kegiatan:
18. Ambil air laut kotor yang sudah disiapkan dalam KIT sebanyak 2 gelas bekas air
mineral. Masukkan ke dalam kaleng aluminium bekas (kaleng susu). (Catatan: air
laut dapat diganti dengan melarutkan 3 sendok makan garam dapur bercampur pasir
ke dalam air)
19. Ukurlah tinggi air dalam kaleng dari sisi mulut atas kaleng menggunakan mistar.
20. Amati kaleng dari posisi atas. Apakah kamu dapat membedakan air dan
pasir/pengotor pada campuran air dan pasir tersebut? Jelaskan hasil pengamatanmu!
21. Siapkan kertas/kain saring dan lipat dengan cara sebagai berikut:
Aspek Fisika:
- Pengukuran volume
- Pengukuran Suhu
- Wujud benda dan
perubahan wujud
Aspek Kimia:
- Pemisahan
campuran
- Kristalisasi
Aspek Biologi:
- Pengamatan dengan
mikroskop
- Klasifikasi makhluk
hidup berdasarkan
tempat tinggalnya
BENDA-
BENDA DI
SEKITAR
KITA
Page 67
60
22. Letakkan kertas/kain saring di dalam corong sampai kertas/kain saring menempel
pada corong.
23. Pisahkan pengotor air laut dengan penyaringan. Amati filtrat dan residu pada
kertas/kain saring. Bandingkan warna filtrate dengan warna air laut sebelum
disaring!
24. Masukkan filtrat (hasil saringan) ke dalam cawan penguap.
25. Panaskan air laut tadi dengan pemanas spiritus (tungku).
26. Ukur suhu air setiap selang 10 menit. Catat perubahan suhu yang terjadi!
27. Ukur pula posisi permukaan filtrat yang dipanaskan dengan mistar setiap selang 10
menit.
28. Teruskan pemanasan tersebut sampai mendidih dan airnya menguap.
29. Amati zat apakah yang tersisa pada kaleng penguap? Catat hasil pengamatan dalam
lembar pengamatan!
30. Ambilah setetes air filtrat di atas!
31. Teteskan pada kaca objek dan tutuplah dengan gelas penutup!
32. Amatilah dengan mikroskop dimulai dari perbesaran lemah sampai perbesaran kuat!
33. Ulangi pengamatan hingga kamu menemukan bentuk kristal!
34. Jika sudah menemukannya, gambarlah pada buku tugas!
Hasil Pengamatan 1:
Air Laut Kotor Tinggi (cm) Suhu (oC)
semula
Setelah 10 menit
Setelah 20 menit
Setelah 30 menit
…………………
Page 68
61
Hasil Pengamatan 2:
No Bahan Hasil Pengamatan
1 Campuran (garam kotor) Wujud : ………………………
Warna : ……………………..
2 Larutan garam setelah disaring
(filtrat)
Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
3. Filtrat setelah dipanaskan Wujud : ……………………
Warna : ……………………..
Diskusi
E. Lakukan diskusi dengan teman-teman kelompokmu. Komunikasikan hasil
diskusimu kepada kelompok lain!
7. Mengapa garam kotor harus dilarutkan terlebih dahulu?
8. Jelaskan perubahan wujud benda yang terjadi pada percobaan?
9. Jelaskan prinsip pemisahan campuran dengan metode kristalisasi?
10. Buatlah bagan klasifikasi hewan/tumbuhan berdasarkan tempat hidupnya!
11. Buatlah kesimpulan dari aktivitas diskusi!
Contoh penilaian kinerja
2) Penilaian Kinerja Melakukan Percobaan
No Aspek yang dinilai Penilaian
1 2 3
1 Merumuskan masalah, hipotesis dan merencanakan
percobaan
2 Merangkai alat
3 Melakukan pengamatan/pengukuran
4 Melakukan analisis data dan menyimpulkan
Rubriknya:
Aspek yang dinilai Penilaian
1 2 3
Merumuskan
masalah, hipotesis,
dan merencanakan
percobaan
Tidak mampu
merumuskan
masalah,
hipotesis, dan
merencanakan
percobaan
Dilakukan dengan
bantuan guru
Dilakukan secara
mandiri
(individual atau
kelompok)
Page 69
62
Merangkai alat Rangkaian alat
tidak
benar
Rangkaian alat benar,
tetapi tidak rapi atau
tidak memperhatikan
keselamatan kerja
Rangkaian alat
benar, rapi, dan
memperhatikan
keselamatan kerja
Pengamatan/penguk
uran
Pengamatan
tidak
cermat
Pengamatan cermat,
tetapi mengandung
interpretasi
Pengamatan
cermat dan bebas
interpretasi
Melakukan analisis
data dan
menyimpulkan
Tidak mampu
Dilakukan dengan
bantuan guru
Dilakukan secara
mandiri
(individual atau
kelompok)