i LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI MODEL PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) MELALUI PENDEKATAN CLUSTERING YANG DINAMIS DAN INTEGRATIF (Kaji Tindak pada Klaster-klaster Industri Kecil di Jawa Timur) Tahun ke dua dari rencana tiga tahun Ketua : Arif Hoetoro, SE., MT., PhD (NIDN: 0022097001) Anggota : Prof. Munawar Ismail, SE., DEA., PhD (NIDN: 0012025705) : Dr. Ir. Imam Santoso, MP (NIDN: 0005106806) Dr. Ir. Maftuch, MSi (NIDN: 0025086604) Dibiayai oleh: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya Nomor: DIPA-023.04.2.414989/2013, Tanggal 5 Desember 2013, dan berdasarkan SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor: 157/SK/2014 tanggal 10 April 2014 UNIVERSITAS BRAWIJAYA Desember 2014 Bidang Unggulan PT: Good Governance
100
Embed
LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN … · (Kaji Tindak pada Klaster-klaster Industri Kecil di Jawa Timur) Tahun ke dua dari rencana tiga tahun Ketua : Arif Hoetoro, ... 3.2 Sampel
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
MODEL PENGEMBANGAN
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM)
MELALUI PENDEKATAN CLUSTERING YANG DINAMIS DAN INTEGRATIF
(Kaji Tindak pada Klaster-klaster Industri Kecil di Jawa Timur)
Tahun ke dua dari rencana tiga tahun
Ketua : Arif Hoetoro, SE., MT., PhD (NIDN: 0022097001)
Anggota : Prof. Munawar Ismail, SE., DEA., PhD (NIDN: 0012025705)
: Dr. Ir. Imam Santoso, MP (NIDN: 0005106806)
Dr. Ir. Maftuch, MSi (NIDN: 0025086604)
Dibiayai oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya
Nomor: DIPA-023.04.2.414989/2013, Tanggal 5 Desember 2013, dan berdasarkan
SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor: 157/SK/2014 tanggal 10 April 2014
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Desember 2014
Bidang Unggulan PT: Good Governance
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Model Pengembangan UMKM Melalui Pendekatan
Clustering yang Dinamis dan Integratif (Kaji Tindak
pada Klaster-klaster Industri Kecil di Jawa Timur)
antar klaster untuk kerjasama& persaingan yang sehat
- Perluasan pasar produk UMKM- Jejaring nasional dan
internasional
2020-2023:- Pencapaian standar
internasional - Komersialisasi produk-
produk UMKM secarainternasional
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Penelitian
3.1.1 Model Klastering UMKM yang Dinamis
Model klastering UMKM yang dinamis-integratif dimaksudkan untuk
menjelaskan bagaimana interaksi antar UMKM dalam sebuah klaster industri kecil
menciptakan “collective efficiency” yang dapat mereka peroleh secara internal di
lingkungan klaster UMKM. Dalam model ini dideskripsikan secara mendalam
bagaimana UMKM-UMKM dalam sebuah klaster saling menjalin kaitan-kaitan usaha
dan sekaligus saling bersaing dalam memajukan kinerja bisnis mereka.
Dengan pertimbangan bahwa sebuah klaster UMKM memfasilitasi adanya
lingkungan kerjasama dan persaingan yang sehat antar UMKM (Nadvi, 1999), maka
model klastering UMKM yang dinamis memfokuskan derajat kerjasama dan
persaingan antar UMKM yang mencerminkan dinamika internal klaster UMKM. Model
ini dimaksudkan untuk menjelaskan lebih jauh adanya peluang-peluang klaster UMKM
memperoleh “collective efficiency” atau “collective failure”.
Model penelitian yang memfokuskan pada klastering UMKM yang dinamis
secara internal klaster tersebut ditampilkan pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 sebagai
berikut:
19
Pemerintah
Prov, Kab/Kota Supplier
Distributor
FASILITATOR (BDS, universitas)
Gambar 3.1 Model Pengklasteran UMKM di Jawa Timur
Gambar 3.2 Koordinasi FRK UMKM antar Daerah di Jawa Timur
SENTRA UMKM
Pengklasteran KLASTER UMKM
FORUM REMBUG KLASTER
Instansi Publik Provinsi: - DPRD - Bappeprov - Dinas
FK-P Forum Klaster
Provinsi
Asosiasi Pengusaha
Institusi Pendukung - BDS - Universitas
FK-D Forum Klaster
Daerah
Instansi Publik Provinsi: - DPRD - Bappeprov - Dinas
Asosiasi Pengusaha
Institusi Pendukung - BDS - Universitas
FRK Forum Rembug
Klaster
Dinas Teknis Terkait
BDS Klaster
UMKM
20
Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 menjelaskan model dinamika internal klaster
UMKM. Dalam hal ini pola kerjasama dan persaingan antar UMKM di dalam klaster
digerakkan oleh adanya kelembagaan Forum Rembug Klaster (FRK) UMKM.
Optimalisasi fungsi dan peran FRK UMKM tersebut hanya akan dicapai jika dikuatkan
oleh dukungan kebijakan, program, finansial, dan sumber daya lain dari pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, di setiap kabupaten dan kota
perlu dibentuk suatu institusi yang mengkoordinasi FRK UMKM yang dalam hal ini
dinama-kan Forum Klaster Daerah (FK-D). Sementara itu, untuk mengkoordinasi
setiap FK-D perlu dibentuk Forum Klaster Provinsi (FK-P).
3.1.2 Model Klastering UMKM yang Integratif
Sedangkan model klastering UMKM yang integratif dalam penelitian ini adalah
sebuah model yang menjelaskan bagaimana klaster-klaster UMKM yang terkait dapat
saling mengintegrasikan bisnis mereka pada sinergi yang memberikan keuntungan
bersama (collective efficiency). Dalam konteksi ini, sinergi antar klaster UMKM
diwujudkan dalam program “regionalisasi” UMKM yang dapat dilakukan melalui
fungsionalisasi FRK UMKM secara koordinatif oleh institusi-institusi yang terkait.
Gambar 3.3 menampilkan model mekanisme integrasi antar klaster UMKM ke
dalam sebuah lini bisnis yang sinergi agar “collective efficiency” dapat tercapai sebagai
berikut:
21
Gambar 3.3 Mekanisme Kerja Pengklasteran UMKM
yang Integratif Jawa Timur
Gambar 3.3 di atas menjelaskan bagaimana model networking yang diciptakan
oleh kerjasama bisnis antar klaster UMKM. Sebuah networking antar klaster UMKM
sangat diperlukan sebagai sarana peningkatan kapasitas absorptif bagi UMKM dalam
klaster tersebut. Kapasitas absorptif ini sangat penting dimiliki oleh setiap UMKM
dalam klaster karena berfungsi sebagai modal dasar bagi peningkatan kapasitas inovatif
UMKM yang kelak mem-pengaruhi kemampun UMKM dalam klaster untuk
melakukan berbagai inovasi bagi produk-produk mereka.
Selanjutnya jika setiap UMKM dalam klaster sudah memiliki kapa-bilitas
inovasi yang memadai, maka kemampuan inovatif ini akan sangat berperan penting
Perkuatan
FK-D & FK-P
Perkuatan
FRK & BDS
Bottom Up
Partisipatif
Pertanian Berbasis Processing
Industri Berbasis Ekspor: Mebel, Tekstil,
Kerajinan, Logam
Kawasan Wisata Unggulan
Kebijakan Dinas/Instansi Kab/Kota, Prop, Pusat
Integrated
Program
Keterlibatan Multi
Stakeholder
REGIONALISASI Klaster UMKM Unggulan
Jawa Timur
Fokus
Kapabilitas
Inovatif UMKM
Produktivitas UMKM
Pasar Domestik/Internasional
22
bagi usaha-usaha up-grading atau perbaikan fungsi produksi UMKM. Melalui up-
grading yang efektif UMKM akan mampu memperbaiki mode dan fungsi produksi
mereka yang sangat diperlukan dalam menciptakan produk-produk yang diterima oleh
pasar domestik maupun internasional. Beberapa celah atau peluang pasar domestik dan
internasional akan dapat diisi oleh UMKM jika produk-produk mereka memang
memenuhi standar mutu yang sudah ditentukan. Untuk itu, usaha-usaha up-grading
yang efektif bagi perbaikan fungsi produki UMKM perlu dilakukan secara
berkelanjutan.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah tiga FRK UMKM yang sudah
dibentuk pada penelitian tahun sebelumnya. Ketiga FRK UMKM tersebut adalah FRK
Sido Rukun di sentra mebel Tunjung Sekar Malang, FRK Barokah di sentra cobek
Junrejo Batu, dan FRK Tani Wisata di sentra mamin-agro Sidomulyo Batu. Pemilihan
sampel penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa FRK UMKM berfungsi sebagai
institusi yang mendinamisai klaster UMKM dalam memperoleh efisiensi kolektif.
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data direncanakan berlangsung dalam waktu delapan bulan yang
dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara mendalam, dan focus group
discussion (FGD). Berbagai metode pengumpulan data ini dipilih agar dapat diperoleh
data-data yang menjelaskan dinamika UMKM yang beroperasi di klaster UMKM
secara internal dan eksternal. Di samping itu, dokumen-dokumen resmi yang terkait
dengan kebijakan pengembangan UMKM melalui pendekatan klastering juga sangat
penting dan diperlukan dalam penelitian ini.
23
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan secara dua tahap yaitu 1) analisis kebijakan, dan 2)
analisis SWOT. Langkah-langkah analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1 Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan digunakan untuk meneliti secara lebih mendalam ragam
kebijakan yang telah diimplementasikan oleh pemerintah Jawa Timur baik di tingkat
kabupaten/kota maupun provinsi dalam mengembangkan UMKM. Terutama dalam hal
ini adalah kebijakan pengkasteran melalui sentra-sentra UMKM yang tersebar di
penjuru Jawa Timur.
Oleh karena itu, diperlukan dokumen-dokumen yang terkait dengan
implementasi kebijakan pengklasteran UMKM seperti dokumen RPJM, per-kembangan
UMKM, penguatan kelembagaan sentra UMKM dan dokumen lain-lain yang relevan.
Kemudian, analisis dokumen dilanjutkan dengan cara diskusi mendalam melalui focus
group discussion (FGD). Beberapa institusi publik dan swasta yang diharapkan dapat
mengikuti FGD ini adalah Bappeda, Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM,
Asosiasi Pengusaha, BDS, Per-guruan Tinggi, institusi keuangan, dan FRK UMKM.
Output yang diharapkan dalam FGD ini adalah adanya kesepahaman dan komitmen
untuk menguatkan FRK UMKM dalam koordinasi yang terintegratif mulai ditingkat
kabupaten/ kota hingga provinsi.
3.4.2 Analisis SWOT (Lingkungan Internal dan Eksternal)
Analisis SWOT terhadap lingkunan internal-eksternal ini dilakukan dengan
menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor
Evaluation (EFE). Dengan menggabungkan kedua matriks tersebut yang membentuk
Matriks Internal-Eksternal (IE) dalam membangun jejaring kerja antar klaster UMKM
24
dapat diketahui kekuatan internal klaster UMKM dan pengaruh eksternal yang
dihadapi.
Matriks IE terdiri dari dua dimensi, yaitu:
1. Dimensi X, yaitu: total skor dari matriks IFE, dan
2. Dimensi Y, yaitu: total skor dari matriks EFE.
Sumbu X dari matriks IE, dihitung dengan cara memberikan skor berupa tiga
skor, yaitu; skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa posisi internal klaster UMKM adalah
lemah, skor 2,0-2,99 menyatakan posisinya adalah rataan dan skor 3,0-4,0 menyatakan
bahwa posisinya adalah kuat. Dengan cara yang sama, pada sumbu Y dari matriks IE,
skor 1,0-1,99 menyatakan bahwa tantangan eksternal yang dihadapi oleh klaster
UMKM adalah rendah, skor 2,0-2,99 menyatakan tantangannya adalah sedang dan skor
3,0-4,0 tantangan-nya adalah tinggi (David, 2004).
Selanjutnya, berdasarkan pada analisis lingkungan internal-eksternal ini,
analisis SWOT digunakan untuk mengkaji faktor-faktor yang diperlukan dalam
mengkonstruksi networking antar klaster UMKM yang terkait. Pada kasus-kasus
strategi perusahaan, analisis SWOT (Stengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)
merupakan alat analisis untuk mengevaluasi keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman perusahaan dalam merumuskan strategi perusahaan (Kottler, 2005).
Penggunaan analisis SWOT dalam penelitian ini, dengan demikian, dimaksudkan untuk
mengevaluasi keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ketika sebuah
klaster UMKM ingin membangun sinergi dengan klaster industri UMKM lain yang
terkait.
Untuk keperluan ini, analisis dapat dilakukan dengan menggunakan matriks
SWOT yaitu sebuah matrik yang memuat faktor-faktor strategik perusahaan. Matriks
25
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Terkait dengan topik penelitian ini, matrik SWOT menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi sebuah klaster UMKM
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya ketika bersinergi
dengan klaster UMKM lainnya.
Matrik SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) adalah strategi yang meng-gunakan
kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di
luar perusahaan.
2. Strategi ST (Strenght-Threat) adalah strategi dalam menggunakan kekuatan
yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan.
4. Strategi WT (Weakness-Threat) merupakan strategi yang didasar-kan pada
usaha meminimalkan kelemahan yang ada dan meng-hindari ancaman.
Tabel 3.1 menampilkan Matriks SWOT sebagai berikut:
Tabel 3.1 Matrik SWOT
IFE
EFE
Strenghts (S)
Weaknesses (W)
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
Threats (T)
Strategi ST
Strategi WT
Sumber : Rangkuti, 2005
26
3.5 Indikator Capaian Tahunan
Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah dan mengkonstruksikan model
pengembangan UMKM melalui pendekatan klastering yang dinamis dan integratif.
Penelitian difokuskan pada gerak dinamik UMKM melalui penguatan kelembagaan
FRK UMKM. Melalui ini, beberapa indikator capaian tahunan yang diharapkan dari
penelitian ini adalah:
1. Tahun Pertama:
a. Penguatan kelembagaan kerjasama antar UMKM dalam klaster
b. Penguatan kelembagaan Forum Rembug Klaster.
c. Kelembagaan klaster yang menumbuhkan iklim persaingan antar UMKM
yang sehat.
d. Peningkatan aktivitas “joint actions” UMKM dalam klaster
2. Tahun Kedua:
a. Jalinan kerjasama antar klaster UMKM
b. Jalinan networking dengan institusi-institusi yang terkait
c. Inovasi produk-produk UMKM
3. Tahun Ketiga:
a. Penguatan “networking” antar klaster UMKM
b. Peningkatan kapasitas inovasi UMKM
27
BAB IV
EKSISTENSI FORUM REMBUG KLASTER
Transformasi sentra-sentra UMKM menjadi klaster-klaster industri kecil di
Jawa Timur membutuhkan berbagai kelengkapan infrastruktur yang dapat meng-
hubungkan setiap UMKM dalam sentra dengan lembaga-lembaga terkait dalam jalinan
rantai nilai produksi. Demikian pula dinamika internal dalam sentra perlu memer-
hatikan keselarasan antara kepentingan individual dalam bisnis dan kemajuan bersama.
Dalam banyak studi disebutkan bahwa kemajuan sentra atau klaster UMKM hanya
akan dapat diperoleh jika setiap pelaku yang terlibat mampu mewujudkan berbagai
tindakan kolektif (joint actions) di setiap proses produksi dan pemasaran sehingga
dapat diperoleh tingkat efisiensi yang memungkinkan setiap pelaku UMKM untuk
meningkatkan kapasitas perusahaan.
4.1 Kerjasama dan Persaingan dalam Klaster
Kecenderungan UMKM untuk beraglomerasi di suatu tempat tertentu didorong
oleh keinginan untuk memeroleh manfaat lokasional dan daya tarik pembeli untuk
mendatangi pusat-pusat bisnis UMKM. Hal ini berarti bahwa pelaku UMKM yang
beroperasi di lokasi tersebut akan saling memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
seperti ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja sekalipun seringkali sumberdaya
tersebut tersedia secara terbatas. Setiap pelaku UMKM yang terklaster itu pun perlu
memertimbangkan kepentingan individual bisnis dan kolektif agar aglomerasi usaha
tidak mengalami kegagalan bersama. Dengan kata lain, setiap pelaku UMKM dalam
klaster didorong oleh keselarasan antara persaingan dan kerjasama bisnis yang
terbangun dari interaksi keseharian mereka dalam jarak yang saling berdekatan.
28
Persaingan dan kerjasama yang sehat akan mendorong pemerolehan manfaat bersama
dalam klaster industri kecil.
Persaingan UMKM dalam klaster ditampakkan oleh perilaku usaha yang
didorong oleh strategi bisnis masing-masing UMKM. Dalam rangka merebut sumber-
sumber daya yang terbatas, setiap pelaku UMKM menampilkan aneka strategi bisnis
yang tidak jarang mereka jatuh dalam persaingan yang sangat ketat atau bahkan saling
mematikan. Perilaku-perilaku individual maupun oportunistik akan muncul dalam
konteks persaingan ini sehingga justru jika persaingan yang tidak sehat itu berjalan
secara liar setiap pelaku UMKM dalam klaster akan gagal memanfaatkan sumberdaya
lokal dengan optimal.
Sementara itu, kedekatan jarak dalam lokasi usaha mendorong pula setiap
UMKM untuk menjalin kerjasama bisnis di antara mereka. Kerjasama bisnis antar
UMKM dalam klaster ini biasa diwujudkan dalam bentuk keterkaitan usaha antar firma
(inter-firm linkages) yang dilakukan secara horizontal dan vertikal. Bentuk-bentuk
kerjasama ini misalnya adalah membuat subkontrak atas order tertentu, membeli input
produksi secara bersama maupun melakukan pameran produk secara bersama. Dengan
menjalin kerjasama bisnis ini, maka efisiensi maupun penghematan biaya akan dapat
diperoleh secara optimal.
Berdasarkan pada penghitungan data-data lapangan, diperoleh model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara persaingan dan kerjasama bisnis
terhadap kinerja UMKM dalam klaster yang didekati dengan mengukur tingkat kaitan
usaha antar firma dan strategi bisnis sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.1
sebagai berikut:
29
Tabel 4.1
Pengaruh Kerjasama dan Persaingan Bisnis terhadap Kinerja UMKM
Variabel
Independen
Variabel Dependen
Penjualan Laba Aset Tenaga
Kerja Produktivitas
Kinerja
Total
Konstanta 1.223
(3.693)**
1.238
(4.026)**
2.351
(6.894)**
2.231
(7.692)**
1.922
(6.288)**
9.039
(8.437)**
Kaitan Usaha
antar Firma
0.019
(2.420)*
0.017
(2.383)*
0.016
(2.045)*
0.006
(0.946)
-0.001
(-0.164)
0.057
(2.300)*
Strategi
Bisnis
0.092
(6.212)**
0.076
(5.535)**
0.045
(2.938)**
0.051
(1.896)**
0.060
(4.397)**
0.323
(6.761)**
Ukuran
Usaha
0.128 (1.320)
0.308 (3.404)**
-0.166 (-1.654)
-0.405 (-4.725)
-0.067 (-0.742)
-0.195 (-0.618)
Usia Usaha -0.009
(-1.941) -0.007
(-1.582) -0.008
(-1.616) -0.004
(-1.154) -0.007
(-1.667) -0.036
(-2.376)*
Usia
Pengusaha
0.002 (0.420)
0.006 (1.190)
-0.003 (-0.537)
-0.001 (-0.060)
0.001 (0.053)
0.005 (0.296)
Tingkat
Pendidikan
0.066 (1.601)
-0.014 (-0.369)
0.041 (0.972)
0.018 (0.501)
0.097 (2.560)*
0.210 (1.583)
R2 0.239 0.195 0.098 0.153 0.137 0.251
D-W 1.676 1.631 1.245 1.102 1.434 1.326
F-Cal
Sig.
11.764
(0.000)
27.892
(0.000)
4.059
(0.001)
6.763
(0.000)
5.934
(0.000)
12.584
(0.000)
Catatan: * dan ** merupakan tingkat signifikansi statistik 5% dan 1%
Terbaca dalam model-model statistik ini bahwa Tabel 4.1 menjelaskan
hubungan kaitan usaha antar firma dan strategi bisnis terhadap kinerja UMKM dalam
sentra yang kemudian dijelaskan secara spesifik unsur-unsur yang terkandung di setiap
variabel. Semua model yang dirangkum oleh tabel tersebut menggunakan variabel-
variabel kontrol yaitu ukuran usaha, usia usaha, usia pengusaha, dan tingkat pendidikan
pengusaha.
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam model penelitian, kaitan usaha antar
firma memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kinerja UMKM. Kekuatan
dalam hubungan ini menandai tingkat kerjasama yang dilakukan oleh antar pelaku
UMKM dalam sentra-sentra industri kecil di Jawa Timur sehingga memberikan
dampak ekonomi terhadap kinerja usaha mereka. Selanjutnya dapat dipahami bahwa
semakin tinggi tingkat kaitan usaha antar firma itu dilakukan oleh para pelaku UMKM
maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kinerja usaha. Kondisi ini
30
mencerminkan adanya joint actions oleh para pelaku UMKM yang merupakan syarat
pokok diperolehnya efisiensi kolektif sebuah klaster UMKM.
Pada model yang ditampilkan oleh Tabel 4.1 terlihat bahwa kaitan usaha antar
firma berpengaruh terhadap kinerja UMKM di sentra-sentra di Jawa Timur. Hubungan
ini dapat dipahami dari dampak kaitan usaha antar-firma terhadap penjualan, laba, aset,
dan kinerja total. Secara umum, kaitan usaha antar firma berpengaruh positif terhadap
kinerja usaha dengan tingkat signifikansi 5%.
Konsisten dengan hubungan ini, secara spesifik kaitan usaha antar firma
berpengaruh positif terhadap penjualan produk-produk UMKM dalam sentra. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat kerjasama yang baik oleh para pelaku UMKM akan
mampu meningkatkan penjualan produk-produk mereka. Semakin tinggi tingkat
kerjasama usaha semakin tinggi omset penjualan yang diperoleh perusahaan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kerjasama usaha (inter-firm linkage) akan memperlancar dan
meningkatkan capaian target dalam penjualan produk-produk perusahaan.
Selanjutnya terlihat pula bahwa kaitan usaha antar firma berpengaruh terhadap
laba usaha. Pada Tabel 4.1 dapat dipahami bahwa kaitan usaha antar firma memberikan
dampak yang positif terhadap laba usaha dengan derajat signifikansi 5%. Hal ini dapat
dipahami bahwa kaitan usaha antar firma memungkinkan UMKM dalam sentra untuk
menurunkan biaya transaksi dan meningkatkan kemudahan akses sehingga dapat
memperlancar capaian target laba usaha.
Menjalin kerjasama bisnis melalui kaitan usaha antar firma ternyata juga
berdampak positif terhadap peningkatan aset UMKM dalam sentra dengan derajat
signifikansi 5%. Usaha-usaha UMKM untuk bekerja bersama tersebut memungkinkan
mereka pada penggunaan asset seperti mesin dan alat-alat produksi sehingga dapat
meningkatkan kapasitas perusahaan. Dengan meningkatnya kapasitas produksi pelaku
31
UMKM dapat memperoleh omset dan laba yang lebih tinggi sehingga keinginan untuk
menambah aset-aset perusahaan pun dapat dilakukan.
Sementara itu, terhadap pemanfaatan tenaga kerja dan produktivitasnya ternyata
kaitan usaha antar firma tidak memberi pengaruh apa pun. Padahal secara teoritis
dijelaskan bahwa pemanfaatan tenaga kerja seperti dalam bentuk pelatihan bersama
memungkinkan dilakukan oleh para pelaku UMKM dalam klaster sehingga
produktivitas tenaga kerja mereka pun meningkat. Namun hal yang sebaliknya seperti
saling membajak tenaga kerja bisa terjadi dalam lingkungan sentra UMKM sehingga
kaitan usaha antar firma justru tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan tenaga
kerja dan produktivitas. Seperti yang disinyalir oleh Marshall (1920) bahwa sifat
sentra-sentra industri kecil yang terbuka memberi ruang bagi terjadinya kompetisi yang
tidak sehat antar pelaku UMKM dalam sentra.
Selain menjalin kaitan usaha antar firma, UMKM dalam sentra-sentra industri
kecil di Jawa Timur juga menjalankan usahanya melalui strategi-strategi bisnis tertentu.
Strategi bisnis ini memiliki peran penting bagi para pelaku UMKM untuk memenangi
persaingan usaha yang ketat. Sifat sentra yang terbuka memberi ruang bagi setiap
pelaku UMKM untuk saling meman-faatkan sumberdaya yang terbatas, sehingga
persaingan bisnis disifati oleh kemampuan pelaku UMKM menerapkan strategi bisnis
mereka.
Dengan demikian, penerapan strategi bisnis tertentu jelas berperan penting
dalam membangun fungsi kinerja usaha. Hal ini dapat ditelusuri dari sejauh mana
kemampuan pelaku UMKM membangun strategi bisnis yang diwujudkan melalui
strategi keuangan, pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, riset dan pengem-
bangan, dan operasional. Selanjutnya strategi bisnis UMKM dalam satu sentra
digunakan untuk memenangi persaingan yang pada akhirnya memberikan banyak
32
keuntungan bagi perusahaan. Selain itu, strategi bisnis dapat berupa kemampuan usaha
dalam membangun kontinum kinerja usaha untuk memperlancar berbagai aktivitas
ekonomi perusahaan. Namun demikian, patut ditegaskan bahwa penerapan strategi
bisnis oleh UMKM tidak selalu berdampak positif terhadap kinerja UMKM.
Pada Tabel 4.1 diperlihatkan bahwa strategi bisnis yang diterapkan oleh UMKM
dalam sentra di Jawa Timur berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM. Pengaruh
tersebut tidak hanya secara total tetapi juga secara spesifik bahwa strategi bisnis yang
diterapkan oleh UMKM dalam sentra berpengaruh positif terhadap penjualan, laba,
aset, tenaga kerja, dan produktivitas mereka.
Dilihat pengaruhnya terhadap penjualan produk, Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
strategi bisnis yang diterapkan oleh UMKM berpengaruh positif terhadap penjualan
produk dengan derajat signifikansi yang sangat kuat sebesar 1%. Hal ini meng-
indikasikan bahwa semakin efektif strategi bisnis yang diterapkan oleh UMKM dalam
sentra akan semakin tinggi penjualan produk yang diperoleh perusahaan.
Seiring dengan pengaruhnya terhadap penjualan produk, strategi bisnis juga
berpengaruh terhadap laba UMKM dengan tingkat signifikansi sebesar 1%. Hubungan
ini mengindikasikan bahwa jika strategi bisnis UMKM dapat ditingkatkan maka hal itu
akan berpengaruh positif terhadap laba usaha. Dengan demikian, jika para pelaku
UMKM mampu menerapkan strategi bisnis yang efektif maka hal itu akan sangat
berdampak pada peningkatan laba usaha.
Di samping pengaruhnya terhadap penjualan dan laba perusahaan, strategi
bisnis yang diterapkan oleh para pelaku UMKM dalam sentra-sentra di Jawa Timur
berdampak positif pula terhadap pertumbuhanan aset perusahaan. Dalam model
diperlihatkan bahwa dengan derajat signifikansi 1% jika terjadi peningkatan strategi
bisnis maka hal ini akan berpengaruh positif terhadap kenaikan aset UMKM. Hal ini
33
dapat dipahami bahwa dengan kenaikan penjualan produk dan laba akan mendorong
pelaku UMKM untuk menambah aset mereka.
Strategi bisnis yang diterapkan oleh pelaku UMKM juga berpengaruh positif
terhadap peningkatan tenaga kerja dengan derajat signifikansi 1% yang berarti bahwa
jika terjadi peningkatan strategi bisnis oleh UMKM maka hal itu akan berpengaruh
pada kenaikan tenaga kerja. Dengan demikian, UMKM dalam satu sentra dapat saling
bersaing dalam rangka memperoleh tenaga kerja yang diharapkan.
Selanjutnya, strategi bisnis yang diterapkan oleh UMKM dalam sentra di Jawa
Timur dapat berpengaruh positif terhadap produktivitas. Dalam model diperlihatkan
bahwa dengan derajat signifikansi 1% maka setiap ada pening-katan strategi bisnis
berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu adalah
wajar jika setiap pelaku UMKM saling bersaing dengan strategi-strategi bisnis mereka
sebab hal itu berpengaruh positif terhadap produktivitas usaha.
4.2 Forum Rembug Klaster
Forum Rembug Klaster (FRK) merupakan sebuah institusi yang esensial dalam
pendekatan pengklasteran UMKM. Dalam transformasi sentra menjadi klaster UMKM
di Jawa Timur, institusi ini diperlukan untuk mengharmonisasi tingkat persaingan dan
kerjasama UMKM dalam sentra. Di samping itu, FRK juga berfungsi sebagai institusi
yang mendorong dan mendinamisasi UMKM dalam sentra untuk saling memajukan
usaha melalui tindakan-tindakan kolektif yang bermanfaat. Berikut ini akan dijelaskan
tiga FRK di sentra UMKM di kota Malang dan Batu yang sudah terbentuk dalam
penelitian sebelumnya.
34
4.2.1 FRK Mebel “Sido Rukun” Tunjung Sekar Kota Malang
Kelurahan Tunjung Sekar sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai sentra
mebel di Kota Malang. Di sentra mebel ini terdapat sekitar 60 pelaku UMKM yang
memproduksi aneka jenis furnitur dari kayu dan multipleks dengan persebaran yang
merata di setiap lorong jalan Ikan Piranha Atas kelurahan Tunjung Sekar, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang.
Karakteristik sentra mebel Tunjung Sekar ini disifati oleh pola-pola kerjasama
tertentu yang beriringan dengan persaingan bisnis. Pola kerjasama tersebut diwujudkan
di antaranya melalui pembagian order produk melalui sistem subkontrak maupun
menjalin pasokan input dan distribusi produk yang relatif kontinyu dengan mitra kerja.
Kendatipun demikian, jalinan kaitan usaha antar firma di sentra mebel Tunjung Sekar
tampaknya belum berjalan secara maksimal dan efektif.
Perilaku oportunistik dan soliter yang ditunjukkan oleh sebagian besar pengrajin
mebel di sentra tersebut mendorong kecenderungan setiap pelaku UMKM untuk saling
bersaing dalam situasi yang kurang sehat. Ditambah dengan perselisihan etnis yang
sering muncul antara etnis Madura sebagai pengrajin pendatang dengan etnis Jawa
sebagai pengrajin lokal menjadikan sentra mebel Tunjung Sekar kurang berkembang
dengan baik.
Oleh karena itu, FRK Mebel Tunjung Sekar dipandang bermanfaat oleh
pengusaha setempat setelah dikenalkannya konsep dan mekanisme pengklasteran
UMKM yang lebih dinamis dan berkeunggulan kompetitif daripada sekedar sentra.
Dengan menggunakan analisis SWOT, pembentukan FRK Mebel Tunjung Sekar
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
35
Gambar 4.1
Analisis SWOT Pembentukan FRK Mebel Sido Rukun, Tunjung Sekar
Tampak pada Gambar 4.1 bahwa pengusaha mebel di sentra Tunjung Sekar
memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha dalam sentra. Di
antaranya adalah kemauan untuk membangun kepercayaan dan saling berbagi
informasi bisnis dengan mitra kerja dapat menjadi modal sosial penting dalam menjalin
kerjasama.
Kekuatan yang dimiliki ini seharusnya dapat mengurangi kelemahan sentra
seperti tidak adanya standar harga dan kualitas, persaingan yang tidak sehat, dan
kecenderungan bertindak secara soliter. Seperti yang telah dijelaskan, perilaku yang
ditunjukkan oleh kelemahan di sentra mebel Tunjung Sekar ini mendorong para
pengusahanya untuk lebih mengutamakan persaingan daripada tindakan kolektif demi
merebutkan pangsa pasar.
Strength:- Masih ada harapan untuk salingmembangun kepercayaan
- Penghormatan antar pengusaha- Lingkungan bisnis yang kondusif- Saling berbagi informasi bisnis
Weakness:- Sulit mempercayai mitra kerja- Persaingan yang tidak sehat- Tidak ada standar harga dan mutu- Kecurigaan terhadap pendatang- Berperilaku soliter
Opportunity:- Lokasi usaha dikenal luas sebagaisentra mebel sehingga menarikminat pembeli
- Mulai tumbuh spesialisasi produk- Interaksi bisnis dengan sentramebel di luar kota Malang
Threat:- Perebutan pangsa pasar melaluiperang harga
- Egosentrisme etnis- Antar pengusaha salingmembajak input dan order
36
Kelemahan-kelemahan yang tidak segera diatasi dapat menjadi titik masuk bagi
ancaman terhadap sentra misalnya adalah munculnya perebutan pasar dengan cara
perang harga, egosentrime etnik, dan saling membajak input dan order. Jika sebuah
sentra UMKM telah menunjukkan gejala perebutan pasar melalui perang harga yang
tidak fair, besar kemungkinan sentra mebel Tunjung Sekar tetap berjalan stagnan atau
bahkan mengalami kegagalan kolektif (collective failure).
Oleh karena itu, menatap optimisme dengan berusaha meraih peluang yang
tersedia akan membantu kemajuan pengusaha mebel dalam sentra. Peluang yang
mendukung kemajuan bisnis tersebut di antaranya adalah lokasi yang sudah dikenal
luas sebagai sebagai sentra mebel di Kota Malang, spesialisasi produk yang mulai
berkembang, dan interaksi bisnis dengan sentra mebel di luar Kota Malang seperti
dengan sentra mebel di Pasuruan.
4.2.2 FRK “Tani Wisata” Sidomulyo Kota Batu
Kelurahan Sidomulyo merupakan kawasan pengembangan agro wisata yang
strategis karena lokasinya yang berdekatan sekitar 2 km dengan taman rekreasi
“Selecta” yang terkenal. Di samping itu, Kelurahan Sidomulyo juga dikenal sebagai
kawasan pengembangbiak bunga hias dan olahan makanan-minuman (mamin) berbasis
hasil pertanian seperti keripik dan sari buah apel. Pembentukan FRK Tani Wisata
Sidomulyo ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kapasitas dan potensi UMKM
yang sudah eksis selama ini. Dalam hal ini, FRK Tani Wisata Sidomulyo merupakan
forum rembug klaster yang mengakomodasi UMKM yang bergerak di bidang
pengolahan makanan-minuman dan agrikultura. Diharapkan FRK Tani Wisata ini akan
mampu mengaitkan satu sama lain jenis-jenis usaha yang berbeda tersebut dalam satu
37
tujuan pengembangan usaha bersama, misalnya adalah pengembangan agro wisata
terpadu di Sidomulyo.
Dengan menggunakan analisis SWOT, pembentukan FRK Tani Wisata
Sidomulyo didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagaimana di-tampilkan
pada Gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Analisis SWOT Pembentukan FRK Tani Wisata Sidomulyo
Tampak pada Gambar 4.2 bahwa UMKM makanan-minuman dan agro di
Kelurahan Sidomulyo Kota Batu memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk
pengembangan usaha dalam klaster. Secara geografis, lokasi usaha yang dekat dengan
tempat wisata “Selecta” menjadi daya dukung yang potensial bagi pengembangan
klaster karena konsumen akan lebih mudah mengenalinya. Tumbuhnya banyak ragam
usaha dan daya kohevisitas sosial yang kuat juga merupakan kekuatan bagi FRK Tani
Strength:- Berlokasi di kawasan agro-wisata
Selecta- Tumbuh aneka ragam usaha - Tingkat kohesivitas sosial yang
tinggi
Weakness:- Kurangnya pembinaan usaha- Kurangnya kaitan usaha denganpihak luar
- Tata kelola usaha yang lemah
Opportunity:- Lokasi usaha dekat dengantempat wisata sehingga memicunaiknya konsumen
- Pengembangan usaha agro-wisata yang terpadu
Threat:- Tumbuhnya aneka ragam wisata
baru seperti BNS, Secreat Zooyang sementara ini lebih diminatiwisatawan
38
Wisata Sidomulyo untuk memanfaatkan potensi tersebut bagi usaha agro-wisata
terpadu. Artinya, para wisatawan yang mengunjungi Selecta tidak lagi hanya pergi
menuju taman rekreasi tersebut tetapi juga dapat menjadi konsumen yang potensial
bagi produk-produk yang beragam klaster Sidomulyo tersebut.
Namun, kurangnya pembinaan dari instansi atau lembaga yang terkait bisa
menjadi kelemahan tersendiri. Di samping itu, kurangnya kaitan usaha antar firma
dengan pihak luar dan lemahnya tata kelola kawasan usaha juga merupakan kelemahan
yang perlu diatasi oleh FRK Tani Wisata Sidomulyo. Cara yang dapat dilakukan
misalnya adalah dengan memanfaatkan tingkat kohesivitas yang sudah dimiliki untuk
menumbuhkan tindakan kolektif bagi kemajuan usaha.
Jika kelemahan-kelemahan tersebut dapat segera diatasi, FRK Tani Wisata
Sidomulyo memiliki peluang pengembangan usaha melalui kenaikan daya tarik
konsumen terhadap kawasan usaha. Hal ini disebabkan oleh posisi yang berdekatan
dengan taman rekreasi “Selecta” sehingga peluang untuk meningkatnya permintaan
produk akan diperoleh melalui kunjungan para wisatawan. Peluang usaha akan semakin
dikembangkan jika FRK Taman Wisata Sidomulyo mengarahkan usaha-usaha mereka
pada pencapaian usaha agro-wisata yang terpadu. Artinya, produk-produk dari
Sidomulyo dapat didesain sebagai paket pelengkap bagi konsumen dan wisatawan yang
menikmati waktu luang ke taman rekreasi Selecta.
Lebih dari hal itu, FRK Tani Wisata Sidomulyo diharapkan berfungsi sebagai
institusi yang menginisiasi pengembangan agro-wisata yang terpadu. Konsep dan
tujuan pengembangan agro-wisata terpadu diarahkan pada usaha-usaha untuk
menjadikan area taman Selecta dan sekitarnya dijadikan sebagai Kawasan
Pengembangan Ekonomi (KPE). Di sepanjang KPE tumbuh ragam Kawasan Wisata
Alam (KWA), Kawasan Wisata Budaya (KWB) dan Klaster Ekonomi Lokal (CEL).
39
Keberadaan FRK akan mampu mengintegrasikan semua potensi ekonomi tersebut
sebagaimana tampak pada Gambar 4.3:
Gambar 4.3
Model Agro-Wisata Terpadu Sidomulyo
Keterangan :
AGP : Agropolitan
CEL : Cluster Ekonomi Lokal (mamin, bunga potong, bunga hias)
KWA : Kawasan Wisata Alam (Taman Selecta)
KWB : Kawasan Wisata Budaya
KPE : Kawasan Pengembangan Ekonomi
Sumber: diadopsi dari Munir (2006)
4.2.3 FRK Cobek “Barokah” Junrejo Kota Batu
Dusun Gejos Kelurahan Junrejo Kota Batu dikenal sebagai sentra kerajinan
cobek yang terbuat dari batu gunung, kayu-kayuan, maupun semen. Terdapat sekitar 40
rumah tangga yang memproduksi cobek dengan kapasitas produksi total lebih dari 5000
buah per bulan. Area pemasaran cobek tidak hanya di sekitar kota Batu tetapi juga
menjangkau Kalimantan dan bahkan sudah ada permintaan dari Korea sebesar 10.000
buah per bulan.
Posisi sentra cobek yang berada di sepanjang jalan raya Malang-Batu sangat
strategis untuk mendukung peningkatan produksi cobek. Setiap orang atau wisatawan
40
yang ingin berlibur di tempat-tempat wisata yang tersebar di hampir setiap sudut kota
Batu tentu melewati jalur perlintasan dari Malang ke Batu ini. Oleh karena itu,
penataan area promosi dan penjualan cobek yang tepat di sisi jalan raya Junrejo-Batu
akan dapat menarik para wisatawan untuk membeli cobek dan aneka kerajinan rumah
tangga lainnya yang diproduksi oleh sentra cobek Junrejo ini.
Dalam rangka peningkatan kapasitas sentra cobek, pendekatan peng-klasteran
UMKM pun dikenalkan kepada para pengrajin. Sebagaimana di daerah lainnya,
pengklasteran ini dimaksudkan untuk saling mengaitkan antar usaha yang sudah
berkembang di sentra cobek Junrejo. Beberapa alasan yang digunakan dalam
pengklasteran sentra cobek Junrejo ini dituangkan dalam analisis SWOT sebagaimana
ditampilkan pada Gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4
Analisis SWOT Pembentukan FRK Cobek “Barokah” Junrejo Batu
Strength:- Produk unik, berbeda dengan
cobek-cobek daerah lain- Tingkat kohesivitas sosial yang
tinggi
Weakness:- Kurangnya pembinaan usaha- Kurangnya kaitan usahadengan pihak luar
- Peralatan kurang memadai
Opportunity:- Lokasi usaha berada di sisi
jalan raya Malang-Batu- Menjadi salah satu ikon
wisata kota Batu
Threat:- Bahan baku alami yang kianberkurang
- Generasi penerus usaha yangmulai berkurang
41
Mengacu pada Gambar 4.4 dapat dipahami bahwa sentra cobek Junrejo Kota
Batu memiliki beberapa kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan
produksi sentra. Kekuatan yang utama itu adalah bahwa cobek yang diproduksi
sangatlah unik, berbeda dengan cobek-cobek yang diproduksi dari daerah lain.
Kekuatan lainnya adalah daya kohesivitas yang tinggi antar UMKM sehingga
merupakan modal sosial yang penting bagi pengembangan sentra. Dalam pola produksi
sentra, daya kohesivitas sosial ini membantu pemenuhan kapasitas produksi sekalipun
sampai saat ini belum mampu memenuhi permintaan luar negeri (Korea).
Kurangnya kapasitas produksi boleh jadi disebabkan oleh kelemahan yang
masih dimiliki oleh sentra. Di antaranya adalah kurangnya pembinaan usaha yang
diberikan oleh instansi yang terkait. Sejauh ini dirasakan oleh para pengrajin cobek di
sentra Junrejo bahwa pemerintah Kota Batu kurang mem-beri layanan pengembangan
usaha. Klinik UMKM yang dibangun tampaknya kurang dimanfaatkan secara optimal
oleh karena sangat jarang ada petugas dari pemerintah kota yang menjalankan
tugasnya.
Kurangnya kaitan usaha dengan pihak luar juga menjadi kelemahan sentra
cobek Junrejo dalam pengembangan usaha. Kota Batu yang dikenal sebagai kota wisata
yang unggul seharusnya dapat dimanfaatkan oleh sentra cobek untuk membangun
kawasan wisata cobek misalnya sebab dengan demikian kaitan usaha antara sektor
produksi dan wisata terjalin dengan kuat.
Dan kelemahan terakhir adalah kurangnya peralatan, modal usaha, dan sumber
daya lain yang dibutuhkan dalam proses produksi. Kelemahan ini terlihat dari belum
optimalnya kapasitas produksi sentra dalam memenuhi permintaan pasar domestik dan
internasional. Potensi ekspor oleh Korea yang meminta 10.000 cobek per bulan belum
mampu dipenuhi karena kapasitas produksi sentra yang hanya 5.000 cobek per bulan.
42
Mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, terdapat peluang
yang bermanfaat bagi pengembangan usaha sentra cobek Junrejo. Pertama, posisi sentra
yang terletak di sepanjang jalan raya Malang-Batu sebenarnya menjadi peluang
lokasional yang dapat dimanfaatkan untuk menarik minat konsumen sebab merupakan
jalan masuk utama para wisatawan dari Malang menuju Batu. Dan peluang yang kedua
adalah menjadikan cobek dari sentra sebagai ikon wisata kota Batu. Hal ini
memungkinkan dipenuhi oleh karena sampai saat ini sudah tercatat oleh Museum
Rekor MURI adanya cobek terbesar yang diproduksi oleh sentra cobek Junrejo. Dengan
pengakuan rekor ini tentu merupakan peluang besar yang dapat ditangkap oleh sentra
untuk peningkatan kapasitas produksinya.
Sedangkan ancaman yang kini sudah mulai dirasakan adalah semakin
berkurangnya bahan baku alami berupa batu alam untuk pembuatan cobek. Untuk
memenuhi permintaan, kini banyak cobek yang diproduksi dengan menggunakan bahan
baku non alam. Di samping itu, berkurangnya generasi penerus juga menjadi ancaman
tersendiri yang perlu segera diselesaikan.
FRK cobek “Barokah” merupakan forum klaster yang paling unik karena semua
anggotanya adalah para ibu sehingga boleh dikata program pengarusutamaan jender
telah dipenuhi oleh FRK ini. Para ibu biasanya mempunyai energi yang khas seperti
keuletan dan komitmen yang tinggi sehingga diharapkan FRK cobek “Barokah” dapat
mentransformasi sentra cobek menjadi klaster wisata cobek. Transformasi ini berarti
memanfaatkan jalinan yang kuat antara potensi-potensi produksi ekonomi rakyat
dengan tujuan pemerintah kota untuk menjadikan Batu sebagai kota wisata yang paling
unggul di Jawa Timur.
43
4.3 Kondisi Eksisting FRK
Ketiga FRK yang telah dibentuk itu diharapkan mampu berperan sebagai
institusi yang mendinamisasi sentra mebel di kota Malang maupun sentra cobek dan
mamin-agro di kota Batu. Selanjutnya FRK dapat juga berfungsi sebagai agen
transformasi sentra menjadi klaster UMKM di kota Malang dan Batu.
Melalui pendampingan yang diberikan kepada ketiga FRK tersebut diperoleh
informasi mengenai kendala, permasalahan dan prospek perkembangan ketiga FRK
sebagai berikut:
4.3.1 Kendala dan Permasalahan
Dalam perjalanan roda organisasi yang baru terbentuk, ketiga FRK menghadapi
beberapa kendala dan permasalahan. Pertama, masih kurangnya pemahaman anggota
FRK terhadap fungsi dan peran FRK. Hal ini misalnya diungkapkan oleh Bapak Nadi
selaku sekretaris FRK Sido Rukun di sentra Mebel Tunjung Sekar bahwa anggota FRK
masih enggan untuk diajak membuat program-perogran organisasi agar dapat memaju-
kan usaha bersama. Sebagian dari mereka menganggap keberadaan organisasi seperti
sebuah rutinitas yang tidak tampak hasilnya.
Sementara itu, di sentra cobek Junrejo kota Batu juga didapatkan permasalahan
yang sama. Menurut Ibu Yus selaku ketua FRK Barokah di sentra cobek Junrejo
mengungkapkan bahwa kurangnya pemahaman anggota atas keberadaan organisasi
disebabkan oleh kesibukan anggota yang menangani urusan domestic rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa anggota FRK Barokah ini seluruhnya adalah ibu-ibu
rumah tangga sehingga mereka harus membagi waktu antara urusan rumah tangga dan
organisasi yang seringkali focus perhatian lebih ditujukan untuk urusan rumah tangga
ketimbang organisasi.
44
Kedua, masih terdapat perilaku-perilaku soliter dan oportunistik di sebagian
anggota FRK. Kendala dan permasalahan ini tampaknya dapat dimaklumi mengingat
perubahan orientasi dari kerja individual menjadi kerja bersama memang memerlukan
waktu yang tidak sebentar. Perilaku-perilaku soliter dan oportunistik itu ditunjukkan
oleh keengganan sebagian anggota FRK untuk melakukan aksi bersama demi kemajuan
institusi FRK. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman
sebagian anggota mengenai arti strategis dari keberadaan FRK.
Dan ketiga, belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah kota. Organisasi FRK
memang dimaksudkan sebagai agen intermediasi yang menerjemahkan kebijakan
pemerintah kota dalam mengembangkan sektor UMKM melalui pendekatang klaster.
Sebagai organisasi yang mentrasformasi sentra menjadi klaster UMKM, FRK diharap-
kan dapat terintegrasi ke dalam desain kebijakan dan program pemerintah kota Malang
dan Batu dalam memajukan perkembangan UMKM. Jika FRK sudah terintegrasi ke
dalam desain kebijakan pemerintah kota maka FRK akan mampu memfungsikan
dirinya untuk lebih mengoptimalkan manfaat lokasional dari keberadaan sebuah sentra
atau klaster UMKM.
4.3.2 Prospek
Selain adanya kendala dan permasalahan, gerak organisasional FRK sebenarnya
juga member harapan atau prospek yang menjanjikan bagi perkembangan sentra atau
klaster UMKM di kota Malang dan Batu. Sebagian anggota yang sudah memahami
keberadaan atau fungsi FRK mempunyai gagasan-gagasan yang dimaksudkan untuk
membangun kerja bersama di antara para pelaku UMKM dalam sentra atau klaster.
Pertama, memajukan aksi bersama dalam pemasaran produk melalui rencana
pembangunan show room kelompok. Hal ini misalnya diungkapkan oleh para anggota
45
FRK Sido Rukun di sentra Mebel Tunjung Sekar. Menurut Bapak Nadi selaku
sekretaris FRK Sido Rukun bahwa rencana pembangunan show room kelompok ini
didasari oleh keinginan anggota untuk lebih mengenalkan produk-produk mereka
secara langsung kepada konsumen. Terutama show room ini akan member manfaat
bagi anggota FRK yang lokasi usaha mereka tidak terletak di pinggir jalan utama sentra
atau klaster mebel.
Selama memberi pendampingan bagi kemajuan organisasi, gagasan ini telah
dibicarakan dengan mitra terkait yaitu PT. PGN (Perusahaan Gas Negara) yang berniat
untuk menyalurkan dana CSR-nya bagi pengembangan UMKM. Ide ini tampaknya
menjadi agenda kerja yang utama FRK Sido Rukun di sentra Mebel Tunjung Sekar
Kota Malang.
Kedua, peningkatan kapasitas organisasi FRK. Sekalipun pemahaman terhadap
fungsi FRK masih minim namun semangat untuk memajukan organisasi tampak relatif
tinggi. Sebagian anggota FRK mungkin menyadari pentingnya kerja bersama dalam
sentra namun belum mengetahui bagaimana kerja bersama itu dapat dilakukan. Oleh
karena itu, usaha-usaha untuk meningkatkan kapasitas organisasi diharapkan dapat
memberi pemahaman yang lebih baik bagaimana seharusnya FRK dikelola agar mampu
memajukan usaha bersama para pelaku UMKM.
Dalam konteks ini, pendampingan yang terus-menerus oleh lembaga-lembaga
terkait baik dari pemerintah kota maupun Business Development Services (BDS)
sangatlah diperlukan. Pendampingan ini dimaksudkan agar para anggota FRK semakin
memahami keberadaan FRK dan sekaligus mampu memfungsikannya untuk meraih
kemajuan bersama dan keunggulan kolektif dari sebuah sentra atau klaster UMKM.
Pendampingan juga dimaksudkan agar laju dan gerak organisasi dapat terus berjalan
sehingga mampu mentransformasi sentra menjadi klaster UMKM yang sebenarnya.
46
Dan ketiga, peningkatan kapasitas usaha individual. Seiring dengan kesadaran
kolektif dalam menggiatkan gerak organisasi, setiap anggota FRK juga menginginkan
adanya peningkatan kapasitas usaha individual mereka. Hal ini menjadi penting karena
jika kapasitas individual meningkat maka dengan sendirinya kapasitas organisasi FRK
juga akan meningkat. Oleh karena itu berbagai pelatihan yang memungkinkan setiap
individu atau pelaku UMKM untuk maju perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dalam
hal ini, beberapa pelatihan yang diperlukan misalnya adalah pelatihan manajemen