Page 1
i
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PRODUK TERAPAN
Tahun kedua dari rencana dua tahun
PENELITI:
Dr. R. Aam Hamdani, M.T. NIDN: 0011016604 (Ketua)
Dr. Bambang Darmawan, M.M. NIDN: 0018016201 (Anggota)
Asep Hadian Sasmita, S.Pd., M.Pd. NIDN: 0013038003 (Anggota)
Dibiayai oleh
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan Nomor 30/EKPT/2017 Tanggal 3 april 2017 tentang
“Penerimaan Pendanaan Pendidikan Tinggi PTNBH” tahun Anggaran 2017
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
OKTOBER 2017
PEMBERDAYAAN SMK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
SELF DESIGNED PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
WIRAUSAHA LULUSAN PADA BIDANG PEMESINAN BUBUT
788/Ilmu Pendidikan Teknologi Kejuruan
Page 3
iii
ABSTRAK
Berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan Direkorat Pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan (PSMK) bahwa lulusan SMK diorientasikan dapat bekerja,
wirausaha dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Agar mutu
lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan dunia industri yang sesuai, tentunya
diperlukan suatu penerapan program pendidikan dan pembelajaran dimana siswa
dilatih dalam suatu kondisi lingkungan yang mirip pada saat nanti mereka bekerja.
Selain dapat meningkatkan keterampilan dalam bidang produktifnya juga
meningkatnya pemahaman dalam wawasan wirausaha. Metode penelitian yang
digunakan adalah eksperimen semu. Perlakuan yang diberikan adalah dengan
menerapkan Model Pembelajaran Praksis berbasis Self Designed Project. Sampel
diukur sebelum dan sesudah perlakuan yang diberikan dengan menggunakan angket
karakter kewirausahaan pribadi dan kompetensi pemesinan bubut. Hasil penelitian
pada pengukuran karakter kewirausahaan pribadi siswa sebelum diberikan
perlakuan berada pada batas rata-rata 14,2 sedangkan setelah diberikan perlakuan
berada pada rata-rata 18,1 dari nilai maksimum 25.
Kata kunci : Model pembelajaran, Pembelajaran Praksis self designed project,
Karakter kewirausahaan pribadi.
Page 4
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran yang strategis untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta)
maupun mengisi lowongan pekerjaan di dunia industri. Artinya untuk menjadi
tenaga kerja, harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai
dengan kualifikasi dunia kerja pengguna lulusan. Untuk dapat bekerja dan bersaing
di industri maupun berwiraswasta, lulusan SMK harus memiliki kompetensi, yakni
kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia
kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut. Kemampuan yang
sesuai dengan pekerjaan di dunia industri dikelompokkan dalam Kualifikasi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) sedangkan pengakuan terhadap kompetensi tersebut
bisa dilakukan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui
kepanjangannya dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Tujuan khusus
pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
yaitu : a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat
menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b)
menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik
dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di
kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi -kompetensi yang
sesuai dengan program keahlian yang dipilih. Berdasar hal tersebut dapat diketahui
bahwa lulusan SMK selain mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha
dan industri, lulusan SMK juga mampu bekerja secara mandiri, dalam hal ini
berwirausaha. Agar luusan SMK mempunyai kemampuan wirausaha, maka secara
legal formal dalam kurikulum dimuat mata pelajaran kewirausahaan.
Mata pelajaran Kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat
mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha. Isi mata pelajaran
Page 5
2
Kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha sebagai fenomena empiris
yang terjadi di lingkungan peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, peserta
didik dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa ekonomi yang
terjadi di lingkungannya. Pembelajaran kewirausahaan dapat menghasilkan
perilaku wirausaha dan jiwa kepemimpinan, yang sangat terkait dengan cara
mengelola usaha untuk membekali peserta didik agar dapat berusaha secara
mandiri. Akan tetapi, pada kenyataannya, mata pelajaran kewirausahaan lebih
banyak memberikan pengetahuan wirausaha bukan pada bagaimana menumbuhkan
keinginan dan kemampuan wirausaha siswa, karena pada pelaksanaannya mata
pelajaran kewirausahaan lebih banyak teori bukan melakukan kewirausahaan itu
sendiri.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di beberapa SMK di Kota
Bandung, bahwa 60% guru SMK menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran
mata pelajaran kewirausahaan yang diajarkan disekolah, selama ini baru
memperkenalkan konsep teoritik kewirausahaan belum kepada taraf bagaimana
memberikan spirit menjadi enterepreneur. Selain itu berdasarkan penelusuran
lulusan SMK, di beberapa SMK di wilayah Bandung bahwa hampir dikatakan tidak
ada lulusan yang berkiprah dalam wirausaha dalam bidang studi yang diambilnya
sewaktu sekolah. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK
belum efektif dan belum mengembangkan kemampuan peserta didik. Padahal
kemampuan kewirausahaan merupakan salah satu faktor untuk mengembangkan
jiwa kewirausahaan, seperti bersikap mandiri, berani mengambil resiko, mampu
menangkap peluang yang ada, kreatif dan inovatif. Perlu ditumbuhkan jiwa
berwirausaha para peserta didik, sehingga dapat menyiapkan diri berwirausaha.
Pemberdayaan unit produksi disekolah belum dilaksanakan secara optimal, belum
terlaksana dengan baik, sehingga para perserta didik kita benar-benar dapat
memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja, yang dapat memotivasi dirinya
dengan memiliki semangat, sikap, perilaku, kemampuan, dan kreativitas dalam
mengelola dan mengembangkan usaha.
Menurut penelitian Laurentius & Muhadi (2005) ada beberapa faktor yang
diduga kuat berhubungan dengan pembentukan jiwa kewirausahaan
(Entrepreneurship) siswa antara lain: (a) latar belakang pekerjaan orang tua; (b)
Page 6
3
kultur keluarga; (c) lingkungan masyarakat; (d) proses pendidikan dan pelatihan di
sekolah; (e) program keahlian, (f) jenis kelamin dan lain-lain.
Selain diorientasikan bekerja, berdasarkan kebijakan PSMK, lulusan SMK
juga diarahkan untuk mampu beriwirausaha dalam bidang yang diambil sewaktu
sekolah. Dikaitkan dengan perkembangan masa kini, tingkat persaingan untuk
mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Juga faktor keadaan politik dan
ekonomi Indonesia masa kini, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan
relokasi dari suatu daerah ke daerah lain termasuk relokasi ke luar negeri.
Dampak hal itu kiranya perlu dipikirkan tentang peningkatan kemampuan
wirausaha bagi lulusan SMK melalui alternatif model pembelajaran. Berdasarkan
hal itu akan diteliti tentang Pemberdayaan SMK melalui Penerapan Model
Alternatif Pembelajaran Praksis berbasis self designed project untuk meningkatkan
kemampuan wirausaha lulusan SMK dalam bidang pemesinan bubut.
1.2 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak
penerapan model alternatif pembelajaran berbasis self designed project learning
terhadap peningkatan kemampuan wirausaha lulusan SMK. Alternatif model
pembelajaran ini merupakan hasil kajian dalam penulisan desertasi doktor yang
mampu secara riil meningkatkan kompetensi siswa untuk memenuhi kualifikasi
industri yang dibutuhkan. Penerapan alternatif model pembelajaran ini akan
mengikuti alur-alur untuk menumbuhkan indikator-indikator kemampuan
wirausaha.
Secara lebih rinci tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran langkah-langkah penyusunan materi ajar pemesinan
yang mengintegrasikan dengan kemampuan wirausaha.
b. Memperoleh gambaran langkah-langkah penerapan model pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan wirausaha lulusan SMK.
c. Memperoleh gambaran pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap
kemampuan wirausaha.
d. Melakukan penyebarluasan (deseminasi) hasil penelitian ini melalui seminar dan
pelatihan-pelatihan di sekolah.
Page 7
4
1.3 Urgensi Peneltian
Sasaran dinamika pengembangan penyelenggaraan pendidikan SMK
diarahkan agar SMK mampu berperan aktif dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan ini dilandasi oleh
pemikiran-pemikiran, seperti yang tercantum dalam pasal 4 UU No 2 tahun 1989
(UUSPN) ditegaskan bahwa pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990, pasal 3
ayat 2, yang menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terutama
menyiapkan tamatan untuk (a) memasuki lapangan kerja serta dapat
mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahlian bisnis dan manajemen;
(b) mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri
dalam lingkup bisnis dan manajemen; (c) menjadi tenaga kerja tingkat menengah
untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang
akan datang dalam lingkup Bisnis dan manajemen; dan (d) menjadi warga negara
yang produktif, adaptif dan kreatif. Dengan demikian siswa SMK dipersiapkan
untuk memasuki lapangan kerja baik melalui jenjang karier menjadi tenaga kerja di
tingkat menengah maupun berusaha sendiri atau berwiraswasta. Untuk itu siswa
SMK perlu dibekali dengan keterampilan-keterampilan yang mengarah pada
keterampilan kerja, dan kemandirian (berwiraswasta).
Adanya kesenjangan tentang lulusan SMK masih belum dapat memenuhi
standar kualifikasi industri, bisa terjadi karena adanya ketidak-eratan antar
komponen-komponen dalam pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yang
seharusnya saling berinteraksi, berinterelasi, dan berinterdependensi antara satu
dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
patut diduga tidak saling mendukung satu sama lainnya. Komponen tersebut antara
lain pendidik, peserta didik, kurikulum/materi, strategi, media, dan evaluasi.
Page 8
5
Komponen materi pembelajaran di dalam kurikulum diartikan sebagai
bahan yang hendak diajarkan kepada peserta didik. Materi pembelajaran
merupakan bahan ajar yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
harus dipelajari peserta didik sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan. Materi pelajaran hendaknya disusun dan dikembangkan sesuai dengan
standar kompetensi dan mudah dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai tujuan
standar kompetensi yang telah ditetapkan.
Komponen strategi merupakan suatu penataan mengenai cara mengelola,
mengorganisasi dan menyampaikan sejumlah materi pembelajaran untuk dapat
mewujudkan tujuan pembelajaran. Dalam penyajian informasi tersebut terjadi
interaksi, interelasi dan interdependensi di antara pendidik, peserta didik dan
lingkungan belajar. Strategi pembelajaran dimaknai sebagai suatu strategi dalam
mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat
mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan standar kompetensi. Berkaitan dengan
pengembangan kompetensi siswa melalui program praktek kerja industri, menurut
Bukit (2002) bahwa guru-guru belum secara memadai menerapkan inovasi dalam
penyusunan bahan ajar, pengelolaan proses belajar mengajar dan evaluasi yang
benar-benar sesuai dengan tuntutan program prakerin/PSG.
Berdasarkan penjelasanan diatas maka dapat dijelaskan tentang urgensi atau
kepentingan penelitian ini adalah sebagai salah satu kunci keberhasilan pemecahan
masalah seperti tertulis di atas, sehingga dapat meningkatkan kompetensi
kewirausahaan siswa SMK. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah
satu alternatif pembelajaran yang mampu memberi pengalaman nyata tentang
bagaimana pekerjaan sesungguhnya apabila kelak bekerja di industri.
1.4 Luaran Penelitian
Pemikiran tentang tidak terbentuknya kemampuan wirausaha harus segera
dicari penyelasaiannya. Hal ini mengingat kebijakan Direktorat PSMK, bahwa
orientasi lulusan SM meliputi bekerja, melanjutkan pendidikan dan wirausaha.
Tantangan semua pihak baik sekolah, masyarakat termasuk di dalamnya industri,
adalah untuk bekerja secara bersama meningkatkan kualitas lulusan SMK.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, luaran yang diharapkan dari
penelitian ini adalah :
Page 9
6
a. didapatnya model pengembangan materi pemesinan secara terintegrasi yang
mampu memperlihatkan indikator-indikator seorang wirausaha.
b. didapatnya model pembelajaran bersifat praksis berbasis self design project
yang mampu meningkatkan kemampuan wirausaha lulusan SMK.
c. Model pembelajaran yang dihasilkan dan diterapkan mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan model yang sudah ada, sehingga bisa
berpotensi untuk mendapatkan hak patent.
Diharapkan dengan adanya luaran ini, dapat memberikan kontribusi yang
nyata dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta kemapuan
wirausaha lulusan SMK.
Page 10
7
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 State of the art bidang yang diteliti.
Bidang kajian yang diteliti adalah pengembangan pembelajaran yang
mampu memberikan dan meningkatkan kemampuan wirausaha dalam bidang
pemesinan. Pembelajaran yang akan dikembangkan mengadopsi dan
mengkompilasi beberapa langkah dari pembelajaran yang sudah biasa digunakan
pada saat sekarang ini di SMK. Materi pembelajaran akan disusun sedemikian rupa
sehingga mampu memberikan luaran pembelajaran yang mempunyai karakteristik
sebagai wirausaha.
Pembelajaran kewirausahaan di SMK umumnya dilakukan dengan metode
ceramah, resitasi, dan membaca buku text. Menurut Bruna IG & Brian H.(2009)
untuk mempelajari suatu ilmu, seseorang harus cekatan dalam menyimak,
memahami dan mengambil keputusan, agar nantinya lebih mampu bertahan hidup.
Untuk itu, pendidik tidak boleh text-book oriented, sebab menurut biasanya
bercorak generalisasi dan mendorong proses pembelajaran hanya sekedar
menjejalkan ide-ide abstrak, sehingga siswa cenderung memorizing not
understanding. Suatu pengetahuan akan terserap secara optimal jika dilakukan
dengan sebanar-benarnya
Di samping model pembelajaran kewirausahaan masih text-
book oriented, ternyata pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
ceramah yang divariasikan dengan metode diskusi belum menekankan pada proses
berfikir siswa secara mandiri. Sebab pada umumnya diskusi dilakukan pada kelas
besar yang masih didominasi guru, materi yang dibahas tidak sesuai dengan kontek
dan isu-isu moral yang sedang berkembang dalam masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan kewirausahaan. Ada kecenderungan siswa hanyalah sebagai
pendengar penjelasan guru atau hanya sekedar melengkapi Lembar Kerja Siswa
(LKS). Kondisinya menjadi semakin serius, karena pendidik kurang
mengembangkan materi pembelajaran nya sesuai dengan kebutuhan siswa. Padahal
dengan memperhatikan interest siswa, seorang guru akan dapat mengajar secara
efektif.
Page 11
8
Pengelolaan proses pembelajaran di sekolah masih didominasi pada model
keseragaman, yang kurang memperhatikan latar belakang budaya siswa. Beberapa
kenyataan di atas menjadikan pembelajaran kewirausaha-an di SMK menjadi
kurang menarik. Sebagai akibatnya, muncul kebosanan dan kejenuhan dari siswa
untuk mempelajarinya, karena mereka hanya diarahkan untuk sekedar
menghafalkan saja. Hal tersebut terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya
tidak menyentuh kebutuhan mereka. Atau dengan kata lain materi yang dipelajari
tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari, akhirnya materi tersebut
dianggap kurang menantang.
Konsep pengembangan pembelajaran ini didasari oleh alur pikir yang
digagas karena ada berbagai permasalahan yang ada di sekolah. Kerangka
konseptual dibuat didasari karena masih banyaknya lulusan SMK yang tidak
mampu melakukan wirausaha. Faktor penyebab ini diduga karena materi ajar yang
mendukung kompetensi pemesinan, tidak terintegrasi dengan baik sehingga lulusan
tidak mempunyai kemampuan bekerja pada bidang yang relevan. Selain itu metode
pembelajaran yang digunakan juga kurang mendukung terhadap kepercayaan diri
peserta didik untuk menguasai pekerjaannya. Kerangka konseptual yang dimaksud
sebagai dasar penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.
2.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan anak didik yang
mengalami belajar adalah bertujuan agar terjadinya perubahan tingkah laku
individu akibat adanya interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran menurut
Surya, (2004) adalah merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Teori dari Gagne dan Briggs (dalam Abdul Karim, 1979:3 )
mengungkapkan Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk
Page 12
9
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran/keterampilan dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada diri peserta didik.
2.3 Konsep Pembelajaran di SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pelatihan industri
(Industrial Training), dimana keberhasilanya di tandai dengan sejauh mana
outputnya (tamatan, dan produk barang / jasa ) mempunyai relevansi dan
KOMPETENSI
INDUSTRI
TUJUAN SMK :
1. BEKERJA 2. STUDI
LANJUT 3. WIRAUSAHA
BEKERJA =63% STUDI LANJUT =17% WIRAUSAHA = 7% TIDAK BEKERJA = 13%
LULUSAN
KESENJANGAN
REVITALISASI PBM
1. PEMBELAJARAN TEORI.
2. PEMBELAJARAN
PRAKTIS/PRAKTEK
Pengembangan Materi Ajar
Integrasi dan Pebelajaran
Kompetensi Kerja Industri
1. Tujuan
2. Konten
3. Proses belajar
4. Evaluasi
DIUJI SERTIFIKASI OLEH
LSP
INDUSTRI
LSP
SMK
Page 13
10
keunggulan kompetitif secara global. Untuk mencapai tujuan ini, pengembangan
program sekolah berorientasi pada kebutuhan pasar (deman driven), yang dikemas
dalam competencies based training (CBT), dan strategi pembelajarannya
dilaksanakan melalui kegiatan produksi/production Based Training (PBT).
Pendekatan pembelajaran ini menekankan pada bagaimana siswa belajar
/membelajarkan siswa (student centered learning), belajar tuntas (Mastery
Learning), dan Behavior Outcome Aproach. Pendekatan ini sebagai upaya untuk
menghasilkan tamatan yang profesional, produktif, dan dilandasi dengan
ketrampilan berfikir secara kritis, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi berbagai
kondisi dilingkungan kerjanya.
Pembelajaran berbasis produksi/Production Based Training merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang sudah di isyaratkan dalam kurikulum sekolah
Menengah Kejuruan dalam Landasan Program dan Pengembangan. PBT terdiri dari
prinsip strategi dan pendekatan serta metoda untuk melaksanakan proses
pembelajaran program produktif.
Pengembangan strategi PBT merupakan sinkronisasi/paduan antara
penguasaan konsep dan prinsip terhadap suatu obyek serta penerapannya dalam
kegiatan produksi, dengan memperhatikan fakta dan menggunakan prosedur tetap
untuk menghasilkan suatu produk yang standar. Ketentuan ini diacu dalam rangka
pembelajaran untuk membentuk kompetensi dan sikap profesionalisme siswa.
1) Orentasi
Strategi PBT adalah suatu upaya pembelajaran yang difokuskan pada potensi siswa,
dan kebutuhan wilayah untuk menghasilkan tamatan yang profesional, serta
mempunyai relevansi yang tinggi, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
efektifitas dan efisiensi. Pendekatan ini sasaran utamanya adalah agar SMK dapat
berperan dalam meningkatkan pemberdayaan potensi wilayah untuk memacu
pertumbuhan ekonomi.
2) Pengembangan Program
Program pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada produk unggulan
sekolah/daerah, dan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki
lapangan kerja dan berusaha mandiri di bidang pertanian yang relevan.
Pengembangan program juga memperhatikan optimalisasi, efisiensi, kelestarian/
Page 14
11
sustanibility agar mampu menggambarkan suatu pola agribisnis yang terpadu,
mengedepankan nilai-nilai kependidikan, dan bisnis. Selain komponen-komponen
di atas, faktor yang juga harus dipertimbangkan agar program dapat berdayaguna
dan berhasil guna adalah:
Berorientasi dan menyesuaikan dengan lingkungan hidup yang meliputi:
lingkungan biologis, lingkungan geografis termasuk kedekatan dengan
kegiatan ekonomi, lingkungan sosial dan ekologis.
Mempertimbangkan kebutuhan masa yang akan datang (perkembangan
IPTEK, kelestarian lingkungan/sustainability dan kesejahteraan
masyarakat).
Mempertimbangkan aspek ekonomi, bahwa program yang dikembangkan
harus mampu mendorong tumbuhnya perekonomian daerah, dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekolah.
Konsep pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi salah satunya adalah
dengan metode dimana siswa diajak turut serta dalam perencanaan produksi.
Konsep ini disebut dengan self disigned project. Diawal pembelajaran siswa
dikenalkan dengan produk nyata yang diambil dari industri kemudian siswa
diajarkan bagaimana merencanakan pembuatan produk. Hasil perencanaan ini
disebut dengan hasil belajar (evident learning). Fisik hasil belajar ini berupa
dokumen perencanaan produk yang nantinya produk itu harus dibuat.
Langkah-langkah alternatif pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah
sebagai berikut.
Page 15
12
KEGIATAN GURU
SEBAGAI
SUPERVISOR
TAHAP INTI SISWA BERPERAN
SEBAGAI PEKERJA
Berperan sebagai
supervisor di area
pemesinan memandu
pemilihan jenis produk
yang akan dikerjakan
1. Pemilihan
jenis produk
Siswa memilih jenis produk
yang akan dikerjakan sesuai
dengan kemampuan
Guru berperan sebagai
supervisor, memandu
siswa dalam membuat
perancangan pembuatan
jenis produk yang dipilih
oleh siswa
2. Perencanaan
Produk
Siswa membuat
perencanaan pembuatan
produk dimulai dari menulis
latar belakang masalah,
tujuan pembuatan produk,
menggambar produk,
merencanakan langkah
langkah kerja
Guru mengevaluasi hasil
perencanaan pembuatan
produk yang dibuat oleh
siswa
3.Evaluasi
memberikan hasil
perencanaan pembuatan
produk kepada guru
Guru memandu dan
menilai siswa dalam
melaksanakan pekerjaan
pembuatan produk dengan
memperhatikan SOP dan
keselamatan kerja yang
telah dibuat siswa dalam
perencanaan.
4. Pembelajaran
produksi,
melaksanakan
pembuatan
produk
Mengerjakan pembuatan
produk dengan menerapkan
keselamatan kerja,
persiapan kerja, langkah
kerja, menilai hasil kerja,
menghitung waktu kerja
sesuai dengan perencanan
yang telah dibuat.
Guru berperan sebagai
asesor dibantu asesor dari
LSP, mengamati dan
mengevaluasi hasil, proses
dan program
pembelajaran.
Evaluasi meliputi
penelahaan terhadap ciri
ciri kewirausahaan
5. Penutup
Diamati dan dievaluasi
selama proses
melaksanakan
pembelajaran untuk
pembuatan produk yang
dipilih.
Gambar 2.2 Langkah langkah pembelajaran self designed project
Page 16
13
2.4 Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah kemampuan berusaha, mengelola perusahaan yang
dapat menciptakan lapangan kerja melalui kegiatan kreatif, inovatif, dan
terorganisir. Dalam menciptakan produk baru dan pasar baru disertai keberanian
mengambil risiko atas hasil ciptaannya dan melaksanakannya secara terbaik (ulet,
gigih, tekun, progresif, dan pantang menyerah) sehingga nilai tambah yang
diharapkan dapat dicapai. Hasil kegiatan kreatif adalah daya cipta produk baru dan
pasar baru, hasil kegiatan inovatif adalah pengembangan dari produk dan pasar
yang baru.
Berdasarkan kenyataan yang ada, banyak pendidik yang kurang
memperhatikan penumbuhan sikap, motivasi, minat dan perilaku berwirausaha
peserta didik, baik di sekolah–sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional.
Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja dan bukan
pada mendidik calon wirausaha. Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di
sekolah karenanya harus responsif terhadap perubahan pasar sehingga siswa
mampu menguasai kompetensi. Proses pengajaran kewirausahaan mencakup
pemberian keterampilan-keterampilan luas/sesuai kompetensi yang dapat
ditularkan melalui, pembentukan/pengembangan pribadi, dan mengasah
kemampuan untuk membuat perencanaan yang inovatif peserta didik.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di beberapa SMK di Kota
Bandung, bahwa 60% guru SMK menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran
mata pelajaran kewirausahaan yang diajarkan disekolah, selama ini baru
memperkenalkan konsep teoritik kewirausahaan belum kepada taraf bagaimana
memberikan spirit menjadi enterepreneur. Padahal kemampuan kewirausahaan
merupakan salah satu faktor untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan, seperti
bersikap mandiri, berani mengambil risiko, mampu menangkap peluang yang ada,
kreatif dan inovatif. Perlu ditumbuhkan jiwa berwirausaha para peserta didik,
sehingga dapat menyiapkan diri berwirausaha. Pemberdayaan unit produksi
disekolah belum dilaksanakan secara optimal, belum terlaksana dengan baik,
sehingga para perserta didik kita benar-benar dapat memperoleh pengalaman nyata
di dunia kerja, yang dapat memotivasi dirinya dengan memiliki semangat, sikap,
Page 17
14
perilaku, kemampuan, dan kreativitas dalam mengelola dan mengembangkan
usaha.
Tingkat kemampuan berwirausaha di Indonesia masih rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Rasio antara jumlah
wirausahawan dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia hanya 1:83,
sedangkan Filipina 1:66, Jepang 1:25 , bahkan Korea kurang dari 20. Ditinjau
berdasarkan rasio wirausahawan secara international, rasio yang ideal 1:20
(Suryana Yuyus & Bayu Kartib, 2010).
Untuk mengurangi angka pengangguran salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah dikembangkannya semangat entrepreneurship sedini mungkin. Hal ini
disebabkan karena suatu bangsa akan maju apabila jumlah entrepreneurnya paling
sedikit 2% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2010 Indonesia memiliki sekitar
400.000 wirausahawan = 0,18% dari Jumlah penduduk. Bila rumusan 2% dari
jumlah penduduk diperlukan untuk mencapai tingkat kemakmuran, maka Indonesia
saat ini harus memiliki sekitar 4.600.000 wirausaha (Frinces, 2010)
Ciri-ciri/Karakteristik Kewirausahaan Pribadi yakni :
1. Mampu melihat peluang dan manfaatnya, mampu melihat
kesempatan dan menumbuhkan gagasan orisinil dan dimanfaatkan
pada kesempatan terbaik.
2. Tidak mudah menyerah (gigih, ulet, dan tekun). Tidak mudah
menyerah karena dilandasi keyakinan bahwa untuk mencapai
kemajuan perlu kerja keras.
3. Tanggung jawab. Seorang wirausaha harus bekerja dengan penuh
tanggung jawab terhadap pekerjan yang dibebankan.
4. Bekerja secara Berkualitas. Seorang wirausaha harus mampu
bekerja secara berkualitas baik dalam proses maupun hasil.
5. Berani mengambil resiko. Berani mengambil resiko yang
diperhitungankan lebih dulu.
6. Mampu menciptakan tujuan yang harus dicapai. Seorang wirausaha
harus mampu menetapkan tujuan yang dicapai secara jelas dan
mengelola usahanya baik tujuan usaha jangka pendek maupun
jangka panjang.
Page 18
15
7. Aktif mendapatkan informasi. Mampu mendapatkan informasi dan
memanfaatkan untuk kemajuan usaha.
8. Mampu membuat rencana yang sistematik. Membuat rencana
sistematik sebagi dasar untuk mencapai tujuan usaha yang
diharapkan.
9. Kerja Sama. Mampu mengembangkan kerja sama dengan baik
melalui pendekatan persuasif.
10. Percaya Diri. Memiliki kepercayaan yang tinggi pada diri sendiri
dan apa yang dimiliki.
2.5 Kompetensi Kerja
Kompetensi adalah kemampuan individu untuk mengerjakan suatu
tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja, sesuai unjuk kerja yang dipersyaratkan. Standar kompetensi merupakan
pernyataan mengenai pelaksanaan tugas/pekerjaan di tempat kerja yang
digambarkan dalam bentuk hasil keluaran (output) yaitu
a. Apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh pekerja
b. Tingkat kesempurnaan pelaksanaan kerja yang diharapkan dari pekerja
c. Bagaimana menilai bahwa kemampuan pekerja telah berada pada tingkat
yang diharapkan.
Kompetensi kerja dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang
dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan yang didukung sikap kerja, serta
penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu tugas,
tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan kata
lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung, seperti
pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal
di tempat kerja, kemampuan mentransfer dan menerapkannya kemampuan dan
pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang berbeda.
Standar kompetensi kerja sangat berguna bagi "pemangku kepentingan".
Kegunaan kompetensi kerja bagi pekerja antara lain adalah: Untuk menjamin
produktivitas kerja dan keselamatan kerja, yang pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan tenaga kerja; Kegunaan kompetensi kerja bagi pemberi kerja
Page 19
16
(employer) antara lain adalah: Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
industri, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan persaingan usaha di dunia
industri; Kegunaan kompetensi kerja bagi konsumen antara lain adalah: Untuk
menghilangkan keraguan terhadap kecukupan kuantitas dan kualitas barang,
termasuk terbebas dari barang-barang berbahaya bagi konsumen.
Semakin tinggi kompetensi kerja, maka akan semakin baik di mata "pemangku
kepentingan". Seirama dengan semakin dikembangkannya industri berteknologi
tinggi saat ini, maka standar kompetensi kerja juga harus semakin tinggi
menyesuaikan dengan tuntutan industri berteknologi tinggi. Adapun cara
peningkatan kompetensi kerja tersebut adalah melalui pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman kerja.
Page 20
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian akan ini diungkap pengaruh suatu perlakuan terhadap suatu
gejala yang diinginkan. Perlakuan yang dimaksud adalah alternatif model
pembelajaran yang dihasilkan dan diterapkan dalan suatu kelompok yang disebut
dengan kelompok eksperimen. Sedangkan gejala yang diinginkan pada penelitian
ini adalah munculnya kemampuan dasar kewirausahaan dari kelompok yang
mendapat perlakuan itu.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka digunakan metode penelitian
eksperomen atau percobaan, yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala
atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri
khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan
ini berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan
tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain.
Karakteristik yang digunakan untuk bisa menjalankan metode penelitian ini
adalah : 1) Baik untuk kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen
menggunakan kelas yang ada yang kira-kira homogen kondisi kelasnya. 2) Terdapat
pretes-postes dan 3) Adanya kelompok kontrol.
Penelitian ini terdiri atas dua tahap yang dilaksanakan dalam dua tahun.
Tahap pertama (tahun pertama) akan dilakukan 1) survey terhadap pelaksanaan
pelatihan yang dilaksanakan di Lembaga Sertifikasi profesi (LSP), dan di industri
pemesinan. Data yang diharapkan terkumpul adalah materi dan model
pembelajaran yang dilaksanakan yang nantinya akan diadopsi dalam eksperimen.
2) perencanaan dan perumusan materi pemesinan yang merangkum kompetensi
kewirausahaan. Perencanaan dan perumusan ini dlakukan dalam kegiatan focus
group discussion (FGD) yang pesertanya meliputi perwakilan sekolah, asesor dari
LSP Logam dan Mesin dan perwakilan industri pemesinan. Tahap kedua (tahun
kedua) dilakukan penerapan materi yang telah disusun dengan penerapan
pembelajaran self design project learning.
Page 21
18
Alur penelitian yang dilaksanakan terlihat pada bagan berikut.
Dari alur penelitian ini materi integrasi yang dirancang, setelah selesai
pembelajaran akan disebarkan angket tentang tentang penelusuran kewirausahaan.
3.2 Lokasi dan Sampel penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Kota Bandung dan Kabupaten
Cianjur. Sedangkan tempat penelitian yang diambil adalah SMKN 2 dan 12 Kota
Bandung serta SMK Ar-Rohmah Kabupaten Cianjur. Sampel yang diambil dari
setiap sekolah tersebut masing-masing dua kelas yang bertindak sebagai kelas
kontrol dan eksperimen.
CIRI-CIRI KEMAMPUAN WIRAUSAHA
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PERENCANAAN MATERI PEMESINAN YANG
BERMUATAN WIRAUSAHA
PERLAKUAN DENGAN PEMBELAJARAN SELF DESIGNED PROJECT LEARNING
PRE TEST
POST
TEST
a. Sekolah b. LSP c. Industri
Page 22
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Materi
FGD dilakukan untuk menyusun materi kewirausahaan yang berkaitan
dengan praktek pemesinan. Kegiatan ini melibatkan guru yang mengampu praktek
pemesinan bubut dan guru kewirausahaan. Hasil dari FGD ini adalah sebagai bahan
pembelajaran manakala kedua guru tersebut akan menyampaikan materi sesuai
dengan mata pelajarannya.
Hasil FGD untuk materi kewirausahaan dengan menganut kepada
Management System International :
1. Kompetensi Prestasi
a. Mencari Peluang
1) Mencari dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang baru.
2) Menangkap peluang yang langka untuk memperoleh pembiayaan,
peralatan, lahan, ruang kerja, bantuan, dan lain sebagainya.
b. Keuletan
1) Mengulangi atau ganti strategi untuk mengatasi hambatan.
2) Memberikan pengorbanan pribadi atau meningkatkan upaya-upaya
secara luar biasa untuk menyelesaikan tugas.
3) Kokoh pendirian menghadapi penentang atau ketidakberhasilan.
c. Komitmen kepada Kontrak Kerja
1) Memikul seluruh tanggung jawab semua persoalan dalam rangka
memenuhi tugas/ keperluan pelanggan.
2) Ikut terjun dalam kerja dan lain-lain dalam rangka menyelesaikan
tugas. Hal tersebut menggambarkan simpati kepada kepuasan
pelanggan.
d. Tuntutan Kwalitas dan Efisiensi
1) Melaksanakan segala sesuatu mencapai atau melampaui standar
terbaik atau memperbaiki performansi sebelumnya.
2) Berpikir lebih bagus, lebih cepat, atau lebih murah.
e. Menanggung Risiko
1) Sedemikian rupa bahwa resikonya dapat diterima.
Page 23
20
2) Keaaan yang disukai adalah situasi dengan risiko yang dapat
diterima
2. Kompetensi Perencanaan
a. Penetapan Tujuan
1) Menetapkan dengan jelas dan khas tujuan jangka pendek
2) Menetapkan dengan jelas tujuan jangka panjang.
b. Perencanaan dan Monitoring yang Sistematis
1) Mengembangkan dan menggunakan tahapan perencanaan untuk
mencapai tujuan.
2) Mengevaluasi beberapa alternatif
3) Memonitor kemampuan dan merubah menjadi strategi alternatif jika
diperlukan dalam pencapaian tujuan
c. Pencarian Informasi
1) Secara pribadi mencari informasi kepada pelanggan, pemasok dan
atau pesaing.
2) Memanfaatkan jaringan informasi untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat.
3. Kompetensi Kekuasaan
a. Persuasif dan Kerjasama
1) Menggunakan strategi kehati-hatian untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain
2) Menggunakan kontak pribadi dan bisnis untuk mencapai tujuannya.
b. Percaya Diri
1) Memiliki kepercayaan yang tinggi pada diri dan apa yang dimiliki.
2) Menunjukkan percaya diri atas kemampuannya untuk menjelaskan
tugas berat atau tantangan yang dihadapi.
Page 24
21
Dari kesepuluh sub poin tersebut akan dibuat kisi-kisi untuk melihat kondisi
kewirausahaan pribadi sebagai berikut.
KUESIONER
KEWIRAUSAHAAN PRIBADI
1. Kuesinoer ini berisi 55 pernyataan ringkas. Bacalah setiap pernyataan dan
tentukanlah seberapa jauh pernyataan-pernyataan sesuai atau menggambarkan
pernyataan anda. Jujurlah tentang diri anda. Ingatlah,ta ada seorang pun
mengerjakan sesuatau dengan sangat sempurna, demikian pula baik dalam
segala hal. Disamping itu nilai anda untuk setiap pernyataan akan tetap rahasia
dan anda boleh memabwa pulang kuesioner ini.
2. Pilihlah salah satu angka di bawah ini untuk menunjukan seberapa jauh
pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan/sesuai dengan diri anda.
5 – Selalu
4 – Umumnya
3 – Kadang-kadang
2 – Jarang
1 – Tidak pernah
Tuliskan angka yang anda pilih panda tanda kurung yang tersedia disebelah
kanan setiap pernyatan.
Contoh : saya tetap tenang di setiap situasi yang menimbulkan stress(2).
Bagi anda yang memberikan respon dengan angka 2, berarti
pernyataan tersebut menggambarkan diri anda sangat sedikit (jarang)
: atau dengan kata lain tingkat kesesuainnya dengan diri anda sangat
sedikit.
Page 25
22
Beberapa pernyataan mungkin hampir sama, tetapi tidak ada dua pertanyaan yang
betul-betul persis sama.
Mohon semua pernyataan di jawab.
Pernyataan Jawaban
1. Saya mencari segala sesuatau yang perlu dikerjakan
2. Apabila menghadapi permasalahan yang sulit, saya selalu
menyediakan waktu yang banyak untuk mencoba
menjawab permasalahan tersebut.
3. Saya selalu mengerjakan sesuatau tepat pada waktunya)
4. Saya merasa terganggu apabila sesuatau pekerjaan tidak
dikerjakan dengan baik
5. Saya menyukai keadaan dimana saya dapat mengontrol
hasil pekerjaan sebanyak mungkin
6. Saya suka untuk memikirkan keadaan masa datang
7. Apabila memulai suatau kegiatan yang baru, selalu
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum
memulainya
8. Saya merencanakan sesuatau pekerjaan besar, dengan cara
berusaha untuk memecahkannya menjadi bagian kecil
9. Saya selalu mendapat sokongan orang lain yang
mendukung gagasan saya
10. Saya selalu merasa percaya diri akan keberhasilan segala
sesuatau yang saya kerjakan
11. Kepadaa siapapun lawan bicara saya, saya selalu menjadi
pendengar dengan baik
12. Saya selalu mengerjakan sesuatau yang harus saya
kerjakan, sebelum saya diminta orang lain untuk
mengerjakannya
13. Saya selalu mencoba berkali-kali sebelum saya meminta
orang lain mengerjakan pekerjaan tersebut
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(......................)
(.......................)
(......................)
Page 26
23
14. Saya selalu berusaha untuk menepati janji yang saya buat
15. Hasil pekerjaan saya lebih baik dibandingkan dengan hasil
kerja orang lain yang bekerja bersama saya
16. Saya tidak akan mengerjakan sesuatau apabila saya tidak
pasti saya akan berhasil
17. Adalah hal yang percuma apabila kita khawatir akan apa-
apa yang kita kerjakan selama ini
18. Saya mencari sumbang saran atas segala sesuatu yang
sedang saya kerjakan
19. Saya selalu menimbang antara kelebihan dan kekurangan
dalam berbagai cara alternatif penyelesaian pekerjaan
20. Saya tidak menyediakan banyak waktu memikirkan cara-
cara untuk mempengaruhi orang lain
21. Saya mengubah cara pemikiran saya, apabila saya tidak
dapat menentukan jalan yang baik
22. Saya merasa kurang puas apabila saya tidak dapat
menemukan jalan yang baik
23. Saya menyukai hal yang menantang dan mendapatkan
pengalaman baru
24. Apabila sesuatau berjalan dengan rencana yang sedang
saya lakukan, saya selalu berusaha untuk menyelesaikan
segala sesuai dengan rencana saya
25. Saya senang membantu pekerjaan orang lain apabila
diperlukan agar pekerjaan tersebut selesai tepat pada
waktunya
26. Saya merasa sangat terganggu, apabila menyia-nyiakan
waktu
27. Saya selalu mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan,
apabila saya harus melakukan sesuatau
28. Lebih spesifik saya dapat menjabarkan keinginan saya,
makin besar kemungkinan dan kesempatan saya untuk
berhasil
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(.......................)
Page 27
24
29. Saya cepat mengambil langkah tanpa harus membuang
waktu untuk mencari banyak informasi
30. Saya berusaha untuk memikirkan semua permasalahan
yang mungkin akan saya hadapi, dan merencanakan apa
yang harus dikerjakan apabila hal itu terjadi
31. Saya mencari orang yang dapat membantu menyelesaikan
pekerjaan untuk mencapai tujuan
32. Apabila saya menghadapi persoalan yang sukar dan
menantang, saya merasa percaya diri bahwa saya akan
berhasil menyelesaikannya
33. Dimasa lalu saya pernah mendapatkan beberapa kegagalan
34. Saya menyukai pekerjaan yang telah saya kuasai dan saya
senangi
35. Apabila menghadapi persoalan sulit, saya cepat berpindah
untuk mengerjakan pekerjaan lain
36. Apabila saya mengerjakan pekerjaan untuk orang lain,
saya berusaha untuk bekerja sebaik mungkin agar orang
tersebut senang akan pekerjaan saya
37. Saya tidak selalu merasa puas dengan cara-cara
pelaksanaan pekerjaan, saya selalu berfikir untuk
memperbaikinya
38. Saya suka mengerjakan pekerjaan yang sifatnya
mengandung resiko
39. Saya mempunyai rencana yang jelas bagi masa depan saya
40. Apabila mengerjakan pekerjaan untuk orang lain, saya
selalu menanyakan segalanya agar saya tahu apa yang
diinginkan oleh pemberi kerja tersebut
41. Saya lebih suka mengerjakan pekerjaan yang ada, daripada
membuang waktu untuk mengantisipasinya
42. Untuk mencapai keberhasilan, saya selalu memikirkan
hal-hal yang dapat bermanfaat bagi semua orang yang
aktif mengerjakannya
(.......................)
(......................)
(......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
Page 28
25
43. Saya selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik
44. Saya mendapat manfaat dari pekerjaan orang lain
45. Saya mencoba pekerjaan yang baru dan berbeda dari
pekerjaan saya saat ini
46. Saya mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan
pekerjaan dan mencari cara pemecahannya untuk
mencapai tujuan saya
47. Bagi saya keluarga dan pribadi saya lebih penting dari
pekerjaan saya
48. Saya tidak merasa mampu untuk menyelesaikan lebih
cepat menyelesaikan pekerjaan / masalah apakah itu di
kantor atau di rumah
49. Saya suka mengerjakan pekerjaan yang oleh orang lain
dianggap sulit dan beresiko
50. Saya menganggap pencapaian sasaran mingguan sama
pentingnya dengan pencapaian sasaran tahunan
51. Saya mencari bermacam-macam informasi dari sumber
yang berbeda, untuk mencapai keberhasilan pekerjaan
52. Apabila suatau cara pemecahan masalah tidak mencapai
sasaran, saya memikirkan cara pendekatan baru
53. Saya mampu untuk membuat orang lain yang memiliki ide
yang kuat untuk berubah pendiriannya
54. Saya teguh pada pendirian saya, meskipun orang lan tidak
setuju
55. Apabila saya tidak menguasai pekerjaan yang saya hadapi,
saya rela untuk tidak menerima / melaksanakan tugas itu
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
Desain model pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi
alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan wirausaha.
a. Desain
Page 29
26
Tujuan Pembelajaran : meningkatkan kompetensi wirausaha
siswa dalam mata pelajaran produktif teknik pemesinan melalui
keterampilan merancang pekerjan projek secara sendiri
Materi Pembelajaran :
Perubahan manajemen belajar meliputi 1) rasional perlunya
kondisi belajar seperti kondisi industri, 2) gambaran umum
tentang kerja di industri, 3) gambaran tentang tugas tenaga
kerja lulusan SMK di industri, 4) gambaran tentang seorang
teknisi junior, 5) sistem penilaian terhadap produk kerja di
industri dan 6) Disiplin, etos kerja dan produktivitas.
Kemampuan merencanakan pekerjaan dan merancang
produk yang meliputi penyusunan tentang : 1) Pentingnya
produk yang akan dibuat 2) Fungsi produk/jasa, 3)
Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6)
Proses produksi (Langkah kerja), 7) Rencana anggaran biaya
8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
Mengerjakan hasil perencanaan pekerjaan meliputi : 1)
bekerja dengan mesin, 2) melakukan keselamatan dan
kesehatan kerja, 3) menggunakan alat dan bahan yang sesuai
dan 4) melakukan langkah-langkah quality qontrol.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan model pembelajaran ini dimulai dengan persiapan-
persiapan yang meliputi persiapan administrasi, materi
pelajaran, persiapan bahan, persiapan alat keselamatan kerja,
dan persiapan mesin.
Implementasi model ini dimulai dengan persiapan dan
dilanjutkan dengan dua tahap selanjutnya yaitu :
a) Menciptakan kondisi sekolah menjadi kondisi kerja di
industri, guru mengajak siswa untuk belajar seperti bekerja
di industri.
b) Menjelaskan tentang langkah-langkah merencanakan
pekerjaan membuat yang meliputi penyusunan tentang :1)
Page 30
27
Pentingnya produk yang akan dibuat 2) Fungsi produk/jasa,
3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6)
Proses produksi (Langkah kerja), 7) Rencana anggaran biaya
8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
c) Memandu siswa mengerjakan projek yang telah dirancang.
b. Skema Implementasi
Skema implementasi pembelajaran alternatif dapat dilihat pada gambar
Gambar 4.1 Implementasi pembelajaran self designed project
c. Kegiatan Pokok
Tahap pendahuluan
Langkah 1, siswa berperan sebagai pekerja menerima/memilih
jenis produk yang akan dikerjakan. Pekerja memeriksa contoh
produk yang harus dibuat.
Tahap Inti
Langkah 2, pekerja membuat perencanaan pembuatan produk
meliputi penyusunan tentang :1) Pentingnya produk yang akan
dibuat 2) Fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan,
5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (Langkah kerja), 7)
Kebutuhan Konsumen
Perencanaan pembuatan produk Pemilihan Produk
TIDAK
Disetujui Evaluasi
YA
Pembelajaran produksi
Evaluasi
Hasil Pembelajaran
Page 31
28
Rencana anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9)
Jadwal pelaksanan.
Langkah 3, pekerja membuat produk sesuai dengan hasil
perencanaan dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja, langkah kerja sesuai SOP dan melakukan quality control,
mencocokkan ukuran-ukuran, tingkat presisi, fungsi benda kerja
yang sesuai dengan gambar kerja yang dibuat.
Tahap penutup
Guru sebagai penanggunag jawab seluruh program
pembelajaran, mengamati dan mengevaluasi hasil belajar, proses
dan program pembelajaran.
d. Implementasi Model pembelajaran
Implementasi dari model pembelajaran yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar
4.1
Instrumen yang paling diperhatikan dari langkah pembelajaran yang dibuat
adalah pada langkah perencanaan produk. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan
untuk menganalisis produk yang akan dibuat. Melalui analisis produk diharapkan
anak didik mengalami tahapan seperti yang diamanatkan dalam kurikulum SMK
2013, yaitu pembelajaran saintifik terdiri atas lima langkah, yaitu Observing
(mengamati), Questioning (menanya), Associating (menalar), Experimenting
(mencoba), Networking (membentuk Jejaring/ mengkomunikasikan).
Pada tahapan mengamati, diharapkan siswa dengan teliti mengamati
produk-produk yang ditawarkan untuk dibuat/diproduksi. Pengamatan dilakukan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam proses pembuatan.
Mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan materi/produk secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Melalui
proses mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Pada konteks
ini siswa diharapkan memilih produk yang ditawarkan untuk dibuat dengan
berbagai pertimbangan.
Pada tahap selanjutnya setelah mengamati diharapkan siswa meningkatkan
rasa ingin tahunya melalui proses bertanya. Proses bertanya ini pada diri anak didik
Page 32
29
diharapkan terjadi (1) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta
didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran dalam hal ini produk yang akan
dipilih; (2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri; (3) Mendiagnosis
kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya; (4) Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi.
Pada langkah selanjutnya dalam perencanaan pekerjaan produk, siswa
diharapkan mampu menalar dalam menyelesaikan tugas perencanaan pekerjaan
produk itu. Sebelum dilakukan pembuatan perencanaan pekerjaan produk ini, siswa
diharapkan memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah
diterima. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan dimemori otak berelasi
dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia, sehingga
terjadi pengoptimalan kemampuan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi.
Setelah pemahaman terhadap pengambilan langkah penyelesaian masalah
yaitu perencanaan pekerjaan produk dikuasai, maka siswa diberi kesempatan untuk
mencoba membuat secara mandiri perencanaan pekerjaan produk tersebut.
Indikator-indikator dalam perencanaan tersebut disusun berdasarkan
pengembangan materi integrasi. Pertimbangan penyusunan indikator perencanaan
produk yaitu berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam menjawab
tantangan industri dan juga kompetensi apabila sudah menjadi tenaga kerja.
Perencanaan produk tersebut mengikuti sistematika seperti terlihat pada tabel
berikut 4.1.
Page 33
30
Gambar 4.1 Langkah-langkah implementasi model (Hamdani, A. 2016)
KEGIATAN GURU
SEBAGAI
SUPERVISOR,
FASILITATOR
DAN EVALUATOR
SISWA BERPERAN
SEBAGAI PEKERJA TAHAP INTI
Memandu pemilihan jenis
produk yang akan
dikerjakan
Pemilihan jenis produk Siswa memilih jenis
produk yang akan
dikerjakan
Memandu siswa dalam
membuat perancangan
pembuatan jenis produk
yang dipilih oleh siswa
Siswa membuat
perencanaan kerja dan
pembuatan produk
Perencanaan pekerjaan
dan produk
Mengevaluasi hasil
perencanaan pembuatan
produk yang dibuat oleh
siswa
Memberikan hasil
perencanaa npembuatan
produk kepada guru
Evaluasi terhadap hasil
perencanaan produk
Memandu dan menilai
siswa dalam
melaksanakan pekerjaan
pembuatan produk
dengan memperhatikan
SOP.
Mengerjakan pembuatan
produk dengan menerapkan
keselamatan kerja sesuai
SOP
Pembelajaran produksi,
melaksanakan pembuatan
produk
Guru dibantu asesor dari
LSP, mengamati dan
mengevaluasi hasil, proses
dan program
pembelajaran
Diamati dan dievaluasi
selama proses melaksanakan
pembelajaran untuk
pembuatan produk yang
dipilih.
Evaluasi terhadap hasil
pembuatan produk
Page 34
31
Tabel 4.2 Indikator Kemampuan Oleh Siswa Pada Tahap Perencanaan
Produk (Hamdani, A. 2016)
NO LANGKAH
PERENCANAAN
INDIKATOR KEMAMPUAN
1 Menganalisis pentingya
produk yang akan dibuat
a. Dapat mendeskripsikan secara umum tentang
teknologi
b. Dapat menjelaskan pentingnya suatu produk dibuat.
c. Dapat menyebutkan identifikasi masalah suatu
tema/produk untuk dibuat.
d. Dapat menjelaskan keunggulan produk yang akan
dibuat
2 Menjelaskan fungsi
produk/jasa.
a. Dapat menyebutkan bagian-bagian utama produk.
b. Dapat menjelaskan fungsi produk
3 Membuat sketsa/gambar
kerja
a. Dapat menerapkan teori gambar teknik dengan benar
b. Dapat membuat gambar kerja dengan benar
4 Menganalisis bahan yang
digunakan
a. Dapat menjelaskan alasan pemilihan bahan yang akan
digunakan untuk produk
b. Dapat memilih bahan yang cocok untuk suatu produk
tertentu
5 Menentukan
fasilitas/peralatan
a. Dapat menjelaskan fungsi fasilitas/peralatan yang
akan digunakan dalam pembuatan produk
b. Dapat menyebutkan fasilitas/peralatan yang akan
digunakan dalam pembuatan produk.
6 Menentukan Proses
produksi
(langkah/sistematika
kerja)
a. Dapat menentukan langkah langkah keselamatan kerja
b. Dapat menentukan urutan langkah-langkah kerja
pembuatan produk.
c. Menentukan proses kegiatan yang akan dibuat
prosedurnya
d. Mengidentifikasi setiap kegiatan dalam proses tsb.
e. Membuat flow-chart proses tsb
f. Menyusun prosedur tsb sesuai format yg ditentukan.
7 Membuat rencana
anggaran biaya
a. Dapat menentukan periode waktu yang akan dipakai
sebagai dasar dalam penyusunan anggaran produksi
yang selaras dengan periode yang digunakan dalam
penyusunan anggaran penjualan.
b. Dapat menentukan satuan fisik dari barang yang akan
dihasilkan
c. Dapat menentukan standar penggunaan sumber daya
(bahan baku, tenaga kerja langsung dan penggunaan
fasilitas.
d. Dapat menentukan kebijakan pola produksi dan
kebijakan persediaan.
Page 35
32
e. Dapat menyajikan Anggaran produksi dalam sebuah
tabel. Penyajian dalam bentuk sederhana setidaknya
memuat informasi tentang waktu dan jumlah produksi.
Jumlah produksi dihitung dengan mempertimbangkan
persediaan awal dan persediaan akhir barang jadi.
8 Menganalisis sasaran
pasar/pengguna
a. Dapat mengidentifikasi pengguna sesuai fungsi
produk
b. Dapat mengidentifikasi sasaran pengguna sesuai
kebutuhannya
9 Merancang jadwal
pelaksanan
a. Dapat menghitung waktu pembuatan
b. Dapat menentukan jadual pelaksanaan pembuatan
sesuai dengan pesanan
4.2 Data Hasil Penelitian
Perlakuan yang diberikan kepada sampel untuk tahap ini yaitu siswa
diberikan pembelajaran praktek untuk berbagai produk diantaranya produk batang
palu, produk poros bertingkat dan produk handel pemutar/pemindah ptaran mesin
bubut. Disetiap langkah untuk membuat produk dilakukan pengukuran/tes berupa
pre test dan post test.
Pada pengujian selanjutnya, siswa akan diberikan materi pada mata
pelajaran kewirausahaan dan praktek pemesinan bubut sesuai dengan materi yang
telah disusun pada kegiatan focus gruop discussion. Pemberian materi untuk
meningkatkan kewirausaan dilakukan secara periodik pada pembelajaran mata
pelajaran kewirausahaan. Kegiatan pembelajaran dengan materi yang telah disusun
tersebut kurang lebih lima kali pertemuan. Sebelum materi diberikan, dilakukan
pretest dan setelahnya dilakukan post test. Pengukuran wirausaha pribadi ini masih
dalam lingkup pengetahuan, yang menggambarkan tentang kesiapan diri untuk
merencanakan berkiprah dalam usaha-usaha secara mendiri apabila kelak mendapat
pengetahuan dan keterampilan pada saat belajar.
Hasil pre test dan post test untuk pembuatan produk gagang palu, dapat
dilihat pada grafik berikut.
Page 36
33
Secara pengetahuan, rata-rata kewirausahaan pribadi siswa pada setiap aspek terjadi
peningkatan sekalipun berdasarkan Management System International masih dalam
katagori sedang. Bersadarkan hasil pengukuran ada dua komponen yang masih jadi
kendala kemajuan siswa dalam wirausaha yaitu menanggung resiko, dan
kepercayaan diri. Menurut Suryana Yuyus & Bayu Kartib (2010), memberikan
spirit menjadi entrepreuneur, adalah dengan melakukan latihan-latihan pada
bidangnya sehingga menjadikan suatu habitat sesuai dengan bidang dan
kemampuannya. Kemampuan kewirausahaan merupakan salah satu faktor untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan, seperti bersikap mandiri, berani mengambil
risiko, mampu menangkap peluang yang ada, kreatif dan inovatif.
Pada tahap penelitian selanjutnya akan dilakukan pembelajaran praktek
dengan membuat produk yang lebih sulit/kompleks dengan metode self designed
project. Hasil dari pengukuran sebelum dan setelah melakukan pekerjaan bubut
membuat poros bertingkat dengan adanya pekerjaan bubut alur (pen untuk KA)
dapat dilihat pada gambar berikut.
02468
1012141618
Pengukuran Kewirausahaan Pribadi Siswa SMK (Tahap 1)
SEBELUM SESUDAH
Page 37
34
Pada tahap ini siswa mengalami kegiatan nyata sebagai pekerja/wirausaha yang
mampu menerapkan materi-materi kewirausahaan yang telah diberikan
sebelumnya. Diharapkan kemampuan wirausaha pribadi siswa semakin baik,
karena sudah mengalami kegiatan nyata dibanding dengan membuat pekerjaan
sebelumnya.
4.3 Hasil Penelitian
Penelitian pada tahun pertama sudah menghasilkan materi pembelajaran
kewirausahaan yang meningkatkan kemampuan wirausaha pribadi. Sekaligus juga
dihasilkan instrumen standar untuk mengukurnya. Selain itu model pembelajaran
self designed project learning sebagai model untuk menerapkan materi
pembelajaran tersebut. Hasil penelitian tahun pertama, secara keseluruhan adalah
sebagai berikut:
1. Silabus materi kewirausahaan pribadi berikut instrumen pengukurannya.
2. Naskah pembelajaran self designed project learning.
3. Artikel Seminar Nasional PTK SPs UPI Bandung, 14 September 2016.
4. Artikel pada Seminar Internasional 4th TVET Conference di Bandung
2016.
5. Draft Jurnal Internasional Scopus (Proses Bimbingan).
Bukti dari hasil penelitian tahun pertama, disajikan sebagai berikut:
0
5
10
15
20
Pengukuran Kewirausahaan Pribadi Siswa SMK (Tahap 2)
SEBELUM SESUDAH
Page 38
35
1. Naskah materi kewirausahaan beserta instrumennya dapat digunakan
sebagai alternatif yang dapat dipilih guru Kewirausahaan di SMK. (lampiran 1).
2. Naskah pembelajaran self designed project learning beserta sintaks-
sintaknya secara lengkap (lampiran 2).
3. Artikel Seminar Nasional PTK SPs UPI Bandung, 14 September 2016,
sudah dilaksanakan dengan sertifikat dan abstrak artikel sebagai berikut:
Formulasi Materi Integrasi
Pada Model Pembelajaran Self Designed Project
Hamdani, A*). Djohar, A. Bambang, D.
FPTK UPI
[email protected]
Abstrak
Pengembangan materi pelajaran merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan
kurikulum. Pengembangan materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar
mampu mencapai kompetensi yang ditentukan. Apabila pengembangan materi ini
dilakukan secara parsial diantara materi-materi yang harus disampaikan kepada
siswa, maka sulit kompetensi yang sudah ditensukan bisa tercapai. Tujuan
penelitian ini adalah memperoleh gambaran pengaruh formulasi materi integrasi
yang diterapkan pada model self designed project based learning terhadap
pencapaian kompetensi kerja siswa SMK dalam bidang pemesinan bubut komplek.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang menggunakan
kelompok sampel/kelas dan dianalisa peningkatan kompetensi kerja dalam
perencanaan produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran ini lebih
membuka wawasan bekerja yang meliputi perencanaan pembuatan produk,
pembuatan langkah-langkah kerja, perencanaan biaya dan pengendalian mutu
produk dan kerja. Rata-rata N-Gain untuk kelompok kelas eksperimen adalah 0,57
sedangkan untuk kelompok kontrol adalah 0,22. Jadi terdapat peningkatan yang
kompetensi dari kelompok kelas eksperimen yang meneraapkan formulasi materi
integrasi pada penerapan pembelajaran self designed project based. Implikasi dari
penelitian ini, dengan diformulasikannya materi secara integrasi dan diterapkan
pada model pembelajaran ini, siswa dapat memerankan diri sebagai
pekerja/operator dan mendapatkan pengalaman langsung suasana kerja di sekolah.
Kata kunci : Materi integrasi, self designed project based learning, Kompetensi
kerja industri.
Page 39
36
Gambar 1. Sertifikat Seminar Nasional PTK 01 - 2016
4. Artikel pada Seminar Internasional 4th TVET Conference di Bandung,
Nopember 2016, sudah dinyatakan diterima dengan abstrak sebagai berikut:
Vocational Students Entrepreneurial Personality Analysis Through
Application of Self Designed Project Learning Model
Hamdani, A. Djohar, A. Darmawan,B. Hadian, A.
One of the strategic plan that targeted the Directorate of Vocational, graduates of
vocational school are capable of entrepreneurship in the field. But in reality it is
hard to achieve. The purpose of this study is find out the effect of self designed
project learning model application on entrepreneurial persona by vocational
students in the field of lathe complex machining. The method used is a quasi
experiment that uses the sample group / class and entrepreneurial personality
analyzed before and after treatment. The results showed that this learning more
insightful work that includes planning the manufacture of the product, the
manufacturing work steps, cost planning and quality control of products and
employment. Based on the calculation of the average score entrepreneurial
personality, there is an increase. This means that there is an increase preparedness
Page 40
37
of students to plunge into the entrepreneurial world. The implications of this
research through this learning model, students can portray himself as a worker /
operator and gain firsthand experience working atmosphere in school and be able
to foster the entrepreneurial spirit.
Keywords: entrepreneurial personality, self-designed learning project
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Karim M, 2013, Hakekat Belajar dan Pembelajaran, dalam
malikabdulkarim.blogspot.com/…/hakekat-belajar-dan-
pembelajaran.htm..tanggal 4 Juli 2013.
2. Billett, Stephen. 2010. Learning Through Practice : Models, Traditions,
Orientations and Approaches. New York : Springer Science+Business
Media B.V.
3. Bruna IG & Brian H.(2009): Cognitive Pathways: Analysis Of Students'
Written Texts For Science Understanding, International Journal Of
Science Education, (31):4, 503-521
4. Bukit Masriam (2002), Beberapa Masalah dalam Implementasi
Pendidikan Sistem Ganda di SMK, Sejarah Pendidikan Teknik dan
Kejuruan di Indonesia, Depdiknas.
5. Frinces, Z.H. (2010). Pentingnya Profesi Wirausaha Di Indonesia, Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, (7),1, hlm. 34-57
6. Hamdani, A. (2016). Pengembangan Pembelajaran Berbasis Materi
Integrasi untuk Mencapai Kompetensi Kerja Industri Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan. Desertasi. Universitas Pendidikan Indonesia.
7. Laurentius & Muhadi.2005. Jiwa Kewirausahaan Siswa SMK: Suatu
Survei pada 3 SMK Negeri dan 7 SMK Swasta di DIY. Daerah Istimewa
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Page 41
38
8. Nugraha A, 2012, Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Prestasi
Belajar Siswa, didapat ebookbrowse.com/pengaruh-metode-mengajar-
guru-terhadap-prestasi-belajar, Jumat, 28 September 2012.
9. Raelin, J. A. (2008). Work-based learning. Bridging knowledge an action
ini the workplace. New and revised Edition. San Francisco : John Wiley
and Sons.
10. Stevenson John, 2003 Developing Vocational Expertise, Principles and
issues in vocational education, Allen & Unwin, CMO Image Printing
Enterprise, Singapore.
11. Sugiyono,2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Alfabeta, Bandung,
12. Surya M, (2004), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yayasan
Bhakti Winaya, Bandung
13. Suryana Yuyus & Bayu Kartib. (2010). Kewirausahaan: Pendekatan
Karakteristik Wirausahawan Sukses. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada
Media Grup
14. _______ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
15. _______ Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Menengah Presiden Republik Indonesia.
Page 42
39
LAMPIRAN 1
NASKAH SILABUS MATERI KEWIRAUSAHAAN PRIBADI
A. Karakteristik Kewirausahaan Pribadi
Berdasarkan hasil penelitian yang intensif oleh Management System
International (Mc Ber dkk) berhasil mengidentifikasi sepuluh kunci
Karakteristik Kewirausahaan Pribadi yang mempengaruhi keberhasilan/
kesuksesannya.
1. Kompetensi Prestasi
a. Mencari Peluang
1) Mencari dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang baru.
2) Menangkap peluang yang langka untuk memperoleh pembiayaan,
peralatan, lahan, ruang kerja, bantuan, dan lain sebagainya.
b. Keuletan
1) Mengulangi atau ganti strategi untuk mengatasi hambatan.
2) Memberikan pengorbanan pribadi atau meningkatkan upaya-upaya
secara luar biasa untuk menyelesaikan tugas.
3) Kokoh pendirian menghadapi penentang atau ketidakberhasilan.
c. Komitmen kepada Kontrak Kerja
1) Memikul seluruh tanggung jawab semua persoalan dalam rangka
memenuhi tugas/ keperluan pelanggan.
2) Ikut terjun dalam kerja dan lain-lain dalam rangka menyelesaikan
tugas. Hal tersebut menggambarkan simpati kepada kepuasan
pelanggan.
d. Tuntutan Kwalitas dan Efisiensi
1) Melaksanakan segala sesuatu mencapai atau melampaui standar
terbaik atau memperbaiki performansi sebelumnya.
Page 43
40
2) Berpikir lebih bagus, lebih cepat, atau lebih murah.
e. Menanggung Risiko
1) Sedemikian rupa bahwa resikonya dapat diterima.
2) Keaaan yang disukai adalah situasi dengan risiko yang dapat
diterima
2. Kompetensi Perencanaan
a. Penetapan Tujuan
1) Menetapkan dengan jelas dan khas tujuan jangka pendek
2) Menetapkan dengan jelas tujuan jangka panjang.
b. Perencanaan dan Monitoring yang Sistematis
1) Mengembangkan dan menggunakan tahapan perencanaan untuk
mencapai tujuan.
2) Mengevaluasi beberapa alternatif
3) Memonitor kemampuan dan merubah menjadi strategi alternatif jika
diperlukan dalam pencapaian tujuan
c. Pencarian Informasi
1) Secara pribadi mencari informasi kepada pelanggan, pemasok dan
atau pesaing.
2) Memanfaatkan jaringan informasi untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat.
3. Kompetensi Kekuasaan
a. Persuasif dan Kerjasama
1) Menggunakan strategi kehati-hatian untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain
Page 44
41
2) Menggunakan kontak pribadi dan bisnis untuk mencapai
tujuannya.
b. Percaya Diri
1) Memiliki kepercayaan yang tinggi pada diri dan apa yang dimiliki.
2) Menunjukkan percaya diri atas kemampuannya untuk menjelaskan
tugas
berat atau tantangan yang dihadapi.
KUESIONER
KEWIRAUSAHAAN PRIBADI
1. Kuesinoer ini berisi 55 pernyataan ringkas. Bacalah setiap pernyataan dan
tentukanlah seberapa jauh pernyataan-pernyataan sesuai atau
menggambarkan pernyataan anda. Jujurlah tentang diri anda. Ingatlah,ta ada
seorang pun mengerjakan sesuatau dengan sangat sempurna, demikian pula
baik dalam segala hal. Disamping itu nilai anda untuk setiap pernyataan akan
tetap rahasia dan anda boleh memabwa pulang kuesioner ini.
2. Pilihlah salah satu angka di bawah ini untuk menunjukan seberapa jauh
pernyataan-pernyataan tersebut menggambarkan/sesuai dengan diri anda.
5 – Selalu
4 – Umumnya
3 – Kadang-kadang
2 – Jarang
1 – Tidak pernah
Tuliskan angka yang anda pilih panda tanda kurung yang tersedia disebelah
kanan setiap pernyatan.
Page 45
42
Contoh : saya tetap tenang di setiap situasi yang menimbulkan stress(2).
Bagi anda yang memberikan respon dengan angka 2, berarti
pernyataan tersebut menggambarkan diri anda sangat sedikit
(jarang) : atau dengan kata lain tingkat kesesuainnya dengan diri
anda sangat sedikit.
Beberapa pernyataan mungkin hampir sama, tetapi tidak ada dua pertanyaan yang
betul-betul persis sama.
Mohon semua pernyataan di jawab.
DAFTAR PERNYATAAN
ANALISA KEPRIBADIAN WIRAUSAHA
Pernyataan Jawaban
1. Saya mencari segala sesuatau yang perlu dikerjakan
2. Apabila menghadapi permasalahan yang sulit, saya selalu
menyediakan waktu yang banyak untuk mencoba menjawab
permasalahan tersebut.
3. Saya selalu mengerjakan sesuatau tepat pada waktunya)
4. Saya merasa terganggu apabila sesuatau pekerjaan tidak
dikerjakan dengan baik
5. Saya menyukai keadaan dimana saya dapat mengontrol hasil
pekerjaan sebanyak mungkin
6. Saya suka untuk memikirkan keadaan masa datang
7. Apabila memulai suatau kegiatan yang baru, selalu
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum
memulainya
8. Saya merencanakan sesuatau pekerjaan besar, dengan cara
berusaha untuk memecahkannya menjadi bagian kecil
9. Saya selalu mendapat sokongan orang lain yang mendukung
gagasan saya
10. Saya selalu merasa percaya diri akan keberhasilan segala
sesuatau yang saya kerjakan
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
Page 46
43
11. Kepadaa siapapun lawan bicara saya, saya selalu menjadi
pendengar dengan baik
12. Saya selalu mengerjakan sesuatau yang harus saya kerjakan,
sebelum saya diminta orang lain untuk mengerjakannya
13. Saya selalu mencoba berkali-kali sebelum saya meminta orang
lain mengerjakan pekerjaan tersebut
14. Saya selalu berusaha untuk menepati janji yang saya buat
15. Hasil pekerjaan saya lebih baik dibandingkan dengan hasil kerja
orang lain yang bekerja bersama saya
16. Saya tidak akan mengerjakan sesuatau apabila saya tidak pasti
saya akan berhasil
17. Adalah hal yang percuma apabila kita khawatir akan apa-apa yang
kita kerjakan selama ini
18. Saya mencari sumbang saran atas segala sesuatu yang sedang
saya kerjakan
19. Saya selalu menimbang antara kelebihan dan kekurangan dalam
berbagai cara alternatif penyelesaian pekerjaan
20. Saya tidak menyediakan banyak waktu memikirkan cara-cara
untuk mempengaruhi orang lain
21. Saya mengubah cara pemikiran saya, apabila saya tidak dapat
menentukan jalan yang baik
22. Saya merasa kurang puas apabila saya tidak dapat menemukan
jalan yang baik
23. Saya menyukai hal yang menantang dan mendapatkan
pengalaman baru
24. Apabila sesuatau berjalan dengan rencana yang sedang saya
lakukan, saya selalu berusaha untuk menyelesaikan segala
sesuai dengan rencana saya
25. Saya senang membantu pekerjaan orang lain apabila diperlukan
agar pekerjaan tersebut selesai tepat pada waktunya
26. Saya merasa sangat terganggu, apabila menyia-nyiakan waktu
27. Saya selalu mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan,
apabila saya harus melakukan sesuatau
28. Lebih spesifik saya dapat menjabarkan keinginan saya, makin
besar kemungkinan dan kesempatan saya untuk berhasil
(......................)
(.......................)
(......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(.......................)
Page 47
44
29. Saya cepat mengambil langkah tanpa harus membuang waktu
untuk mencari banyak informasi
30. Saya berusaha untuk memikirkan semua permasalahan yang
mungkin akan saya hadapi, dan merencanakan apa yang harus
dikerjakan apabila hal itu terjadi
31. Saya mencari orang yang dapat membantu menyelesaikan
pekerjaan untuk mencapai tujuan
32. Apabila saya menghadapi persoalan yang sukar dan menantang,
saya merasa percaya diri bahwa saya akan berhasil
menyelesaikannya
33. Dimasa lalu saya pernah mendapatkan beberapa kegagalan
34. Saya menyukai pekerjaan yang telah saya kuasai dan saya
senangi
35. Apabila menghadapi persoalan sulit, saya cepat berpindah untuk
mengerjakan pekerjaan lain
36. Apabila saya mengerjakan pekerjaan untuk orang lain, saya
berusaha untuk bekerja sebaik mungkin agar orang tersebut
senang akan pekerjaan saya
37. Saya tidak selalu merasa puas dengan cara-cara pelaksanaan
pekerjaan, saya selalu berfikir untuk memperbaikinya
38. Saya suka mengerjakan pekerjaan yang sifatnya mengandung
resiko
39. Saya mempunyai rencana yang jelas bagi masa depan saya
40. Apabila mengerjakan pekerjaan untuk orang lain, saya selalu
menanyakan segalanya agar saya tahu apa yang diinginkan oleh
pemberi kerja tersebut
41. Saya lebih suka mengerjakan pekerjaan yang ada, daripada
membuang waktu untuk mengantisipasinya
42. Untuk mencapai keberhasilan, saya selalu memikirkan hal-hal
yang dapat bermanfaat bagi semua orang yang aktif
mengerjakannya
43. Saya selalu mengerjakan pekerjaan dengan baik
44. Saya mendapat manfaat dari pekerjaan orang lain
45. Saya mencoba pekerjaan yang baru dan berbeda dari pekerjaan
saya saat ini
(.......................)
(......................)
(......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(.......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
Page 48
45
46. Saya mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan pekerjaan
dan mencari cara pemecahannya untuk mencapai tujuan saya
47. Bagi saya keluarga dan pribadi saya lebih penting dari pekerjaan
saya
48. Saya tidak merasa mampu untuk menyelesaikan lebih cepat
menyelesaikan pekerjaan / masalah apakah itu di kantor atau di
rumah
49. Saya suka mengerjakan pekerjaan yang oleh orang lain dianggap
sulit dan beresiko
50. Saya menganggap pencapaian sasaran mingguan sama
pentingnya dengan pencapaian sasaran tahunan.
51. Saya mencari bermacam-macam informasi dari sumber yang
berbeda, untuk mencapai keberhasilan pekerjaan
52. Apabila suatau cara pemecahan masalah tidak mencapai
sasaran, saya memikirkan cara pendekatan baru
53. Saya mampu untuk membuat orang lain yang memiliki ide yang
kuat untuk berubah pendiriannya
54. Saya teguh pada pendirian saya, meskipun orang lan tidak setuju
55. Apabila saya tidak menguasai pekerjaan yang saya hadapi, saya
rela untuk tidak menerima / melaksanakan tugas itu
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
(......................)
TABEL PENILAIAN
NILAI PERNYATAAN SKORE KETERANGAN
------- + -------- + -------- - -------- + ------- + 6 = Mencari kesempatan
1 12 23 34 45
------- + -------- + -------- - -------- + ------- + 6 = Kegigihan
2 13 24 35 46
Page 49
46
------- + -------- + -------- + -------- - ------- + 6 = TanggungJawab
pada
3 14 25 36 47 tugas/kontrak
------- + -------- + -------- + -------- - ------- + 6 = Kualitas kerja dan
4 15 26 37 48 efisiensi
------- - -------- + -------- + -------- + ------- + 6 = Menanggung Resiko
5 16 27 38 49
------- - -------- + -------- + -------- + ------- + 6 = Penetapan tujuan
6 17 28 39 50
------- + -------- - -------- + -------- + ------- + 6 = Mencari informasi
7 18 29 40 51
------- + -------- + -------- - -------- + ------- + 6 = Rencana dan
8 19 30 41 52 monitoring sistematis
------- - -------- + -------- + -------- + ------- + 6 = Kerja sama/jaringan
9 20 31 42 53 kerja dan persuasi
------- - -------- + -------- + -------- + ------- + 6 = Percaya diri
10 21 32 43 54
Total Nilai KP
------- - -------- - -------- - -------- + ------- + 18 = NILAI FAKTOR
KOREKSI
11 22 33 44 55
Page 50
47
Lembar Koreksi Penilaian Kewirausahaan Pribadi
Langkah kerja :
1. Nilai faktor koreksi merupakan jumlah nilai jawaban pilihan dari pertanyaan :
11,22,33,44,55, digunakan untuk mengkoreksi nilai jawaban yang dipilih.
2. Apabila nilai faktor koreksi sama atau lebih besar dari 20, maka nilai total
jawaban harus dikoreksi, untuk lebih menjamin keakuratan hasil analisa ini.
3. Gunakan pengurangan (koreksi faktor) seperti dibawah ini :
Nilai Faktor Koreksi Angka Pengurangan Untuk
Masing-masing Kelompok Jawban
24 atau 25
22 atau 23
20 atau 21
19 atau kurang
7
5
3
0
Page 51
48
LAMPIRAN 2
NASKAH
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MATERI INTEGRASI UNTUK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHA LULUSAN
PADA BIDANG PEMESINAN BUBUT
DR. HR. AAM HAMDANI, M.T.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2017
Page 52
49
NASKAH PEMBELAJARAN
a. NAMA PEMBELAJARAN : Self designed Project Based learning
b. DESAIN
Tujuan Pembelajaran : meningkatkan kompetensi siswa dalam
mata pelajaran produktif teknik pemesinan melalui keterampilan
merancang proyek secara sendiri
Materi Pembelajaran :
Perubahan manajemen belajar meliputi 1) rasional perlunya kondisi belajar seperti
kondisi industri, 2) gambaran umum tentang kerja di industri, 3) gambaran tentang
tugas tenaga kerja lulusan SMK di industri, 4) gambaran tentang seorang teknisi
junior, 5) sistem penilaian terhadap produk kerja di industri dan 6) Disiplin, etos
kerja dan produktivitas.
Kemampuan merancang produk yang meliputi penyusunan : Pentingnya produk
yang akan dibuat, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja,
4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana
anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
Mengerjakan hasil perencanaan meliputi : 1) bekerja dengan mesin, 2) melakukan
keselamatan dan kesehatan kerja, 3) menggunakan alat dan bahan yang sesuai dan
4) melakukan langkah-langkah quality qontrol.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan model pembelajaran ini dimulai dengan persiapan-persiapan yang
meliputi persiapan administrasi, materi pelajaran, persiapan bahan, persiapan alat
keselamatan kerja, dan persiapan mesin.
Implementasi model ini dimulai dengan persiapan dan dilanjutkan dengan dua
tahap selanjutnya yaitu :
a) Menciptakan kondisi sekolah menjadi kondisi kerja di
industri, guru mengajak siswa untuk belajar seperti bekerja
di industri.
b) Menjelaskan tentang langkah-langkah merancang suatu
projek yang meliputi penyusunan :1) Latar belakang, 2)
Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja,
4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi
Page 53
50
(sistematika kerja), 7) Rencana anggaran biaya 8) Sasaran
pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
c) Memandu siswa mengerjakan projek yang telah dirancang.
c. SKEMA IMPLEMENTASI
d. KEGIATAN POKOK
Tahap pendahuluan
Langkah 1, siswa berperan sebagai pekerja menerima/memilih jenis produk yang
akan dikerjakan. Pekerja memeriksa contoh produk yang harus dibuat.
Tahap Inti
Langkah 2, pekerja merancang produk meliputi penyusunan : Pentingnya produk
yang akan dibuat, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja,
4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana
anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan
Langkah 3, pekerja mengerjakan produk sesuai dengan hasil perencanaan dengan
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja, langkah kerja sesuai SOP dan
melakukan quality control, mencocokkan ukuran-ukran, tingkat presisi, fungsi
benda kerja yang sesuai dengan gambar kerja yang dibuat.
Tahap penutup
Guru sebagai asesor dan penanggung jawab seluruh program pembelajaran,
mengamati dan mengevaluasi hasil belajar, proses dan program pembelajaran.
Perencanaan pembuatan produk Pemilihan Produk
Disetujui
TIDAK
Evaluasi
YA
Pembelajaran produksi
Evaluasi
Hasil Pembelajaran
Page 54
51
e. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
f. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
Penerapan dari suatu model pembelajaran yang dihasilkan tentunya sangat
tergantung kepada karakteristik itu sendiri. Dilihat dari keterlaksanaan model
KEGIATAN GURU
SEBAGAI
SUPERVISOR,
FASILITATOR
DAN EVALUATOR
SISWA BERPERAN
SEBAGAI PEKERJA TAHAP INTI
Memandu pemilihan jenis
produk yang akan
dikerjakan
Pemilihan jenis produk Siswa memilih jenis
produk yang akan
dikerjakan
Memandu siswa dalam
membuat perancangan
pembuatan jenis produk
yang dipilih oleh siswa
Siswa membuat
perencanaan kerja dan
pembuatan produk
Perencanaan pekerjaan
dan produk
Mengevaluasi hasil
perencanaan pembuatan
produk yang dibuat oleh
siswa
Memberikan hasil
perencanaa npembuatan
produk kepada guru
Evaluasi terhadap hasil
perencanaan produk
Memandu dan menilai
siswa dalam
melaksanakan pekerjaan
pembuatan produk
dengan memperhatikan
SOP.
Mengerjakan pembuatan
produk dengan menerapkan
keselamatan kerja sesuai
SOP
Pembelajaran produksi,
melaksanakan pembuatan
produk
Guru dibantu asesor dari
LSP, mengamati dan
mengevaluasi hasil, proses
dan program
pembelajaran
Diamati dan dievaluasi
selama proses melaksanakan
pembelajaran untuk
pembuatan produk yang
dipilih.
Evaluasi terhadap hasil
pembuatan produk
Page 55
52
pembelajaran alternatif ini, dan disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas dalam
pelasksanaannya, maka faktor yang mendukung pelaksanaan diantaranya :
a) Faktor-faktor pendukung
1) Kebijakan pelaksanaan model pembelajaran alternatif ini cukup sederhana.
Artinya implementasi model pembelajaran ini yang dilakukan oleh guru dan
siswa mudah dilaksanakan dan diikuti.
2) Pengkondisian iklim pembelajaran agar mendekati iklim sesungguhnya
(industri) mudah dilakukan.
3) Sebagian besar guru pemesinan sudah tersertifikasi baik sertifikasi sebagai
profesional guru, sertifikasi sebagai asesor dan sertifikasi keahlian teknis
yang dikeluarkan badan tertentu, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
model pembelajaran ini.
4) Sarana/alat bengkel yang ada di sekolah cukup memadai untuk pelaksanaan
model pembelajaran ini.
5) Antusiasme siswa terlihat cukup tinggi. Hal ini terungkap pada uji luas dan
uji validasi. Siswa mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini lebih
menggali kemampuan dan menuntut kreatif yang baik.
b) Faktor-faktor penghambat
1) Kebijakan sekolah dan guru umumnya masih tergantung kepada yang
bersifat sentral. Pada umumnya belum terbiasa terjadi perbedaan-perbedaan
dengan kebijakan pemerintah.
2) Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan industri atau konsumen dalam
rangka mendapatkan order merupakan hambatan tersendiri. Namun mental
yang cukup tinggi dari guru-guru, bisa memberi harapan baik untuk
menjalin kerjasama dengan industri. Sebuah keuntungan apabila terdapat
guru yang berwirausaha dalam pembuatan produk, bisa dijadikan konsumen
yang baik yang dapat dijalin kerjasamanya.
DRAFT JURNAL INTERNASIONAL SCOPUS
Pembelajaran Praksis Berbasis Self Designed Project : Pembelajaran
Alternatif Pada Bidang Vocational
Aam Hamdani, Asari Djohar, Bambang Darmawan, Asep Hadian Sasmita
Page 56
53
Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK
Universitas Pendidikan Indonesia
Program pembelajaran di sekolah kejuruan adalah program pembelajaran khusus
yang diarahkan sehingga tujuannya yaitu agar lulusannya menjadi tenaga kerja atau
mampu berwirausaha dalam bidangnya. Program dan proses pembelajaran di
sekolah kejuruan merupakan program aplikatif, sehingga setiap hal yang diajarkan
di sekolah kejuruan adalah hal-hal yang memungkinkan anak didik mampu
bertahan hidup melalui keterampilan yang didapat dari proses pendidikan dan
pembelajaran. Untuk itu program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah
kejuruan adalah pembelajaran yang mampu membekali lulusannya dengan
keterampilan secara komprehensif dan diarahkan sebagai aplikasi keahlian
lulusannya atau anak didik dan mampu menciptakan belajar bagaimana belajar
(learning how to learn), multi skilling, mudah dilatih ulang serta memiliki dasar
dasar kemampuan lain yang sesuai dan dibutuhkan oleh steakholder pemakai
lulusan. Tujuan peneltian ini adalah untuk mendapatkan model pembelajaran yang
berbasis pada materi integrasi yang dikembangkan berdasarkan tuntutan
kompetensi kerja industri. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah action
research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran self designed
project ini merupakan pembelajaran alternatif yang mampu meningkatkan
keterampilan yang dituntut oleh industri dan pembelajaran alternatif ini lebih
membuka wawasan bekerja yang meliputi perencanaan produk, pembuatan
langkah-langkah kerja, perencanaan biaya dan pengendalian mutu produk dan
kerja.
Kata kunci : Kompetensi, pembelajaran berbasis Self Designed Project
1. PENDAHULUAN
Pendidikan vokasi memiliki peran yang strategis untuk mempersiapkan
peserta didik agar siap bekerja baik secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi
lowongan pekerjaan di dunia industri. Artinya untuk menjadi tenaga kerja, harus
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan kualifikasi
dunia kerja pengguna lulusan (Stevenson John, 2003). Untuk dapat bekerja dan
bersaing di industri maupun berwiraswasta, lulusan sekolah vokasi harus memiliki
kompetensi, yakni kemampuan yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan
Page 57
54
tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi terhadap kemampuan tersebut
(Raelin, J. A., 2008).
Secara global sasaran dinamika pengembangan penyelenggaraan
pendidikan vokasi diarahkan agar mampu berperan aktif dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat (Reeves Jenny, 2010).
Pendidikan vokasi diharapkan mampu membentuk manusia yang professional
produktif, adaptif/kreatif dan dilandasi oleh sistim nilai, bahkan memenuhi
karakteristik manusia Indonesia yang cerdas, disertai sifat kepribadian yang
mengacu pada aspek sistem nilai (Susanne,K. 2014). Selain itu tingkat mutu dan
relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan
bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya sukar untuk dicapai (Reeves Jenny,
2010).
Agar mutu lulusan sekolah vokasi sesuai dengan kebutuhan dunia industri,
tentunya diperlukan suatu perencanaan program pendidikan dan pembelajaran
dimana siswa dilatih dalam suatu kondisi lingkungan yang mirip pada saat nanti
mereka bekerja (Reeves Jenny, 2010). Pengenalan dunia kerja sangatlah penting
untuk calon lulusan sekolah vokasi. Selain itu agar luaran pembelajaran sejalan
dengan kondisi pekerjaan di dunia industri, maka diperlukan pembekalan ilmu
pengetahuan melalui model pengembangan kompetensi kerja industri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model pembelajaran
Praksis berbasis self designed project sehingga menjadi pembelajaran alternatif
untuk meningkatkan keterampilan kerja.
2. METODE PENELITIAN, SAMPEL DAN ALAT PENGUMPUL
DATA
a. Metode Penelitian
Akan dikaji pengembangan pembelajaran yang berbasis self designed
project untuk meningkatkan keterampilan siswa didik. Pengembangan model
pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah dalam proses penelitian dan
pengembangan (R&D). Secara garis besar penelitian dikelompokkan dalam tiga
tahap yaitu 1) FGD dengan merancang model pembelajaran, 2) Tahap
Page 58
55
pengembangan dengan Uji coba implementasi untuk melihat kelaikan model yang
dibuat dan 3) Evaluasi dengan melakukan eksperimen pembelajaran.
Pada tahap I dilakukan menjaring data diantaranya (1) materi pembelajaran
pemesinan bubut. Materi ini dihimpun dari masukan industri, lembaga sertifikasi
profesi dan materi dari sekolah (SMK). (2) data tentang konsep/pengalaman
pelatihan yang dilakukan oleh industri terhadap tenaga kerja baru juga dan (3) data
tentang gambaran pelatihan yang diberikan LSP sebelum dilakukan uji petik
kompetensi produktif kepada masyarakat. Pada tahap ini dibuat perencanaan
produk yang meliputi sistem, metode kerja dan alat tertentu yang dapat
meningkatkan produktivitas suatu sistem tertentu. Dalam perencanaan alat/produk
tersebut, dirumuskan berbagai aspek yang meliputi tujuan, isi/konten, proses belajar
dan evaluasi. Hasil perencanaan produk dari data yang dihasilkan pada langkah
pertama tadi, (1) dibuat rumusan materi integrasi melalui kegiatan Focus Group
Discussion (FGD). (2) dibuat draf langkah-langkah pembelajaran untuk
membelajarkan materi integrasi tersebut.
Pada tahap kedua dilakukan pengembangan produk awal setelah karakter-
karakter dari produk itu dirumuskan pada tahap sebelumnya. Rancangan produk
awal ini dibuat dan disusun selengkap mungkin, sesuai dengan aspek-aspek yang
telah ditentukan. Model atau bentuk produk yang baik yang dikembangkan
memenuhi kriteria a) kriteria efektivitas dan efisiensi dan b) kriteria penampilan.
Desain produk awal ini masih bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena
efektivitasnya belum terbukti, dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-
pengujian. Pengembangan pembelajaran praksis yang sudah dikembangkan
dilakukan uji coba. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelayakan
produk itu. Dari uji coba ini akan diketahui kelemahan/kekurangan model manakala
nanti model akan digunakan pada kondisi yang lebih luas sehingga bisa
disimpulkan apakah model pembelajaran bisa digunakan untuk mencapai sasaran
dan tujuan.
Pada tahap ketiga, setelah pengujian terhadap produk berhasil, dan mungkin
ada revisi misalnya ada penyederhanaan langkah-langkah, maka selanjutnya model
pembelajaran tersebut diterapkan dalam lingkup pendidikan yang luas. Dalam
operasinya, metode pembelajaran tersebut, tetap harus dinilai kekurangan atau
Page 59
56
hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut. Revisi terhadap model
pembelajaran dilakukan, apabila dalam pemakaian pada pendidikan yang lebih luas
terdapat kekurangan atau kelemahan. Pada proses uji pemakaian, perlu dievaluasi
bagaimana kinerja model. Hasil revisi pada tahap ini berguna untuk mendapatkan
suatu produk yang layak dan memiliki keunggulan dalam penggunaannya. Hasil
revisi ini, produk diasumsikan sudah sempurna.
b. Sampel Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari siswa dan guru dari sekolah yang menjadi
lokasi penelitian. Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dari program
keahlian teknik pemesinan kelas XII yang pernah mendapat pembelajaran mata
pelajaran dasar pemesinan bubut. Diambilnya sampel ini karena karakteristik model
pembelajaran yang akan dikembangkan cocok untuk materi yang sifatnya lanjut
(advance). Jumlah sampel yang diambil sebanyak satu kelas atau 32 siswa (seluruh
sampel berkelamin laki-laki). Sedangkan gurunya berjumlah 3 orang guru mata
pelajaran pemesinan bubut.
c. Pengumpal Data
Teknik pengumpulan data dilakukan terhadap keseluruhan proses tahap
penelitian dan juga memperhatikan rumusan masalah yang telah ditentukan. Secara
detail teknik pengumpulan data disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Teknik Pengumpulan Data
No Tahapan Teknik
pengumpulan
data
Alat pengumpulan
data
Studi pendahuluan
1 Persiapan pembelajaran di
SMK
Observasi Lembar observasi
2 Persiapan pelatihan di industri Observasi Lembar observasi
3 Persiapan pelatihan yang
dilakukan oleh LSP
Observasi Lembar observasi
4 Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran sebelumnya
Kuesioner Angket dengan
pertanyaan tertutup
5 Desain materi integratif
pembelajaran pemesinan bubut
Wawancara Lembar wawancara
melalui kegiatan
FGD
6 Langkah-langkah pembelajaran Wawancara Lembar wawancara
melalui kegiatan
FGD
Tahap pengembangan dan uji coba
Page 60
57
1 Kualitas perencanaan model
pembelajaran
Penilaian ahli Rubrik/FGD
2 Uji coba terbatas :
a. Penguasaan kognitif
b. Penguasaan kompetensi
Tes
Tes
Tes tulis
Tes tindakan
3 Uji coba terbatas :
a. Penguasaan kognitif
b. Penguasaan kompetensi
Tes
Tes
Tes tulis
Tes tindakan
Tahap validasi
1 Eksperimen dalam
pembelajaran
a.Penguasaan kognitif
b.Penguasaan kompetensi
Tes
Tes
Tes tulis
Tes tindakan
2 Tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran praksis
Kuesioner Angket dengan
pertanyaan tertutup
3. PEMBAHASAN
Pelaksanaan penilaian peningkatan kompetensi diarahkan untuk mengukur dan
menilai performansi peserta didik (aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap),
baik secara langsung pada saat melakukan aktivitas belajar maupun secara tidak
langsung yaitu melalui bukti hasil belajar (evidence of learning) sesuai dengan
kriteria kinerja (performance criteria) yang diorganisasikan dalam bentuk portfolio.
Konsep pembelajaran yang dirancang harus memenuhi unsur penggalian
kompetensi siswa yang mampu memenuhi kompetensi kerja industri.
Desain model pembelajaran yang dikembangkan melalui kegiatan Forum
Group Discussion (FGD), diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang
dapat meningkatkan kompetensi kerja industri.
e. Desain
Nama model pembelajaran : Self Designed Project Based
Learning
Tujuan Pembelajaran : meningkatkan kompetensi siswa dalam
mata pelajaran produktif teknik pemesinan melalui keterampilan
merancang pekerjan projek secara sendiri
Materi Pembelajaran :
Perubahan manajemen belajar meliputi 1) rasional perlunya
kondisi belajar seperti kondisi industri, 2) gambaran umum
tentang kerja di industri, 3) gambaran tentang tugas tenaga
Page 61
58
kerja lulusan SMK di industri, 4) gambaran tentang seorang
teknisi junior, 5) sistem penilaian terhadap produk kerja di
industri dan 6) Disiplin, etos kerja dan produktivitas.
Kemampuan merencanakan pekerjaan dan merancang
produk yang meliputi penyusunan tentang : 1) Pentingnya
produk yang akan dibuat 2) Fungsi produk/jasa, 3)
Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6)
Proses produksi (Langkah kerja), 7) Rencana anggaran biaya
8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
Mengerjakan hasil perencanaan pekerjaan meliputi : 1)
bekerja dengan mesin, 2) melakukan keselamatan dan
kesehatan kerja, 3) menggunakan alat dan bahan yang sesuai
dan 4) melakukan langkah-langkah quality qontrol.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan model pembelajaran ini dimulai dengan persiapan-
persiapan yang meliputi persiapan administrasi, materi
pelajaran, persiapan bahan, persiapan alat keselamatan kerja,
dan persiapan mesin.
Implementasi model ini dimulai dengan persiapan dan
dilanjutkan dengan dua tahap selanjutnya yaitu :
d) Menciptakan kondisi sekolah menjadi kondisi kerja di
industri, guru mengajak siswa untuk belajar seperti bekerja
di industri.
e) Menjelaskan tentang langkah-langkah merencanakan
pekerjaan membuat yang meliputi penyusunan tentang :1)
Pentingnya produk yang akan dibuat 2) Fungsi produk/jasa,
3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6)
Proses produksi (Langkah kerja), 7) Rencana anggaran biaya
8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
f) Memandu siswa mengerjakan projek yang telah dirancang.
f. Skema Implementasi
Page 62
59
g. Kegiatan Pokok
Tahap pendahuluan
Langkah 1, siswa berperan sebagai pekerja menerima/memilih
jenis produk yang akan dikerjakan. Pekerja memeriksa contoh
produk yang harus dibuat.
Tahap Inti
Langkah 2, pekerja membuat perencanaan pembuatan produk
meliputi penyusunan tentang :1) Pentingnya produk yang akan
dibuat 2) Fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan,
5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (Langkah kerja), 7)
Rencana anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9)
Jadwal pelaksanan.
Langkah 3, pekerja membuat produk sesuai dengan hasil
perencanaan dengan menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja, langkah kerja sesuai SOP dan melakukan quality control,
mencocokkan ukuran-ukuran, tingkat presisi, fungsi benda kerja
yang sesuai dengan gambar kerja yang dibuat.
Tahap penutup
Guru sebagai penanggunag jawab seluruh program
pembelajaran, mengamati dan mengevaluasi hasil belajar, proses
dan program pembelajaran.
Perencanaan pembuatan produk Pemilihan Produk
Disetujui
TIDAK
Evaluasi
YA
Pembelajaran produksi
Evaluasi
Hasil Pembelajaran
Page 63
60
h. Langkah-langkah Model pembelajaran
Langkah-langkah model pembelajaran yang dihasilkan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Page 64
61
Langkah-langkah yang terkait dengan pembelajaran yang akan diimplementasikan
adalah :
a) Langkah 1 : Memilih produk
Pada langkah ini, kepada siswa diperlihatkan berbagai jenis produk yang sudah
dipakai dan merupakan komponen dari suatu sistem/mesin. Pada kegiatan ini
Page 65
62
diperlihatkan contoh produk yang dibuat oleh suatu industri berupa gagang
palu, kepala palu (contoh dari palu pemecah kaca untuk kereta api), pen yang
digunakan untuk menghubungkan gerbong satu dengan lainnya dan poros
motor roda depan. Siswa diberikan kebebasan memilih untuk selanjutnya
dibuat perencanaannya dan pembuatan produknya. Namun demikian pada uji
validasi ini, untuk kedua kelompok sampel diwajibkan mengerjakan
tangkai/gagang palu.
b) Langkah 2 : Merencanakan pembuatan produk
Pada langkah ini siswa diajarkan dalam hal merencanakan pembuatan produk
yang diawali dengan 1) Pentingnya produk yang akan dibuat, 2) Keunggulan
dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja, 4) Bahan, 5)
Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana
anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan.
Siswa diajarkan tentang indikator yang harus digambarkan dalam setiap poin
dari sistematika merencanakan pembuatan produk tersebut. Indikator-indikator
dari setiap langkah di sistematika merencanakan pembuatan produk (tabel 2).
Diharapkan pada saat penyusunan perancangan produk tersebut, siswa mampu
memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan. Dalam hal pembuatan
perencanaan, diberi waktu 24 jam untuk mengerjakannya.
Kinerja siswa dalam membuat perencanaan produk diharapkan memenuhi
indikator-indikator yang telah ditentukan seperti yang tercantum dalam tabel 2
yaitu :
1) Pentingnya produk yang akan dibuat. Diharapkan dalam
penyusunan ini siswa mampu mendeskripsikan dengan memenuhi
indikator : dapat mendeskripsikan secara umum tentang teknologi,
dapat menjelaskan pentingnya suatu produk dibuat, dapat
menyebutkan identifikasi masalah suatu tema/produk untuk dibuat
dan dapat menjelaskan keunggulan produk yang akan dibuat
2) Menjelaskan fungsi produk/jasa. Diharapkan siswa mampu
mendeskripsikan : dapat menyebutkan bagian-bagian utama produk
dan dapat menjelaskan fungsi produk.
Page 66
63
3) Membuat sketsa/gambar kerja. Diharapkan siswa mampu membuat
gambar kerja yang meliputi : dapat menerapkan teori gambar teknik
dengan benar dan dapat membuat gambar kerja dengan benar.
4) Menganalisis bahan yang digunakan. Siswa : dapat menjelaskan
alasan pemilihan bahan yang akan digunakan untuk produk dan
dapat memilih bahan yang cocok untuk suatu produk tertentu.
5) Menentukan fasilitas/peralatan. Diharapkan siswa dapat
mendeskripsikan tentang menjelaskan fungsi fasilitas/peralatan
yang digunakan dalam pembuatan produk dan menyebutkan
fasilitas/peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan produk.
6) Menentukan Proses produksi (langkah/sistematika kerja). Dalam
menyusun langkah kerja untuk membuat produk memenuhi : dapat
menentukan langkah-langkah keselamatan kerja, dapat menentukan
urutan langkah-langkah kerja pembuatan produk, mengidentifikasi
setiap kegiatan dalam proses tersebut, membuat flow-chart proses
tersebut.
7) Membuat rencana anggaran biaya. Pada langkah ini siswa
diharapkan dapat mendeskripsikan: dapat menentukan periode
waktu yang dipakai sebagai dasar dalam penyusunan anggaran
produksi yang selaras dengan periode yang digunakan dalam
penyusunan anggaran penjualan, dapat menentukan satuan fisik dari
barang yang akan dihasilkan, dapat menentukan standar penggunaan
sumber daya (bahan baku, tenaga kerja langsung dan penggunaan
fasilitas).
8) Menganalisis sasaran pasar/pengguna. Diharapkan siswa dapat
mendeskripsikan : dapat mengidentifikasi pengguna sesuai fungsi
produk dan dapat mengidentifikasi sasaran pengguna sesuai
kebutuhannya.
9) Merancang jadwal pelaksanan. Diharapkan siswa dapat
mendeskripsikan : dapat menghitung waktu pembuatan dan dapat
menentukan jadual pelaksanaan pembuatan sesuai dengan pesanan.
Tabel 2 Indikator Kemampuan Siswa Pada Tahap merencanakan pembuatan
produk
Page 67
64
NO LANGKAH
PERENCANAAN
INDIKATOR KEMAMPUAN
1 Pentingnya produk yang
akan dibuat
a. Dapat mendeskripsikan secara umum tentang
teknologi
b. Dapat menjelaskan pentingnya suatu produk
dibuat.
c. Dapat menyebutkan identifikasi masalah suatu
tema/produk untuk dibuat.
d. Dapat menjelaskan keunggulan produk yang
akan dibuat
2 Menjelaskan fungsi
produk/jasa.
a. Dapat menyebutkan bagian-bagian utama
produk.
b. Dapat menjelaskan fungsi produk
3 Membuat sketsa/gambar
kerja
a. Dapat menerapkan teori gambar teknik dengan
benar
b. Dapat membuat gambar kerja dengan benar
4 Menganalisis bahan yang
digunakan
a. Dapat menjelaskan alasan pemilihan bahan yang
akan digunakan untuk produk
b. Dapat memilih bahan yang cocok untuk suatu
produk tertentu
5 Menentukan
fasilitas/peralatan
a. Dapat menjelaskan fungsi fasilitas/peralatan yang
akan digunakan dalam pembuatan produk
b. Dapat menyebutkan fasilitas/peralatan yang
digunakan dalam pembuatan produk.
6 Menentukan Proses
produksi
(langkah/sistematika
kerja)
a. Dapat menentukan langkah langkah keselamatan
kerja
b. Dapat menentukan urutan langkah-langkah kerja
pembuatan produk.
c. Menentukan proses kegiatan yang akan dibuat
prosedurnya
d. Membuat flow-chart proses tsb
7 Membuat rencana
anggaran biaya
a. Dapat menentukan periode waktu yang dipakai
sebagai dasar dalam penyusunan anggaran
produksi yang selaras dengan periode yang
digunakan dalam penyusunan anggaran
penjualan.
b. Dapat menentukan satuan fisik dari barang yang
akan dihasilkan
c. Dapat menentukan standar penggunaan sumber
daya (bahan baku, tenaga kerja langsung dan
penggunaan fasilitas.
8 Menganalisis sasaran
pasar/pengguna
a. Dapat mengidentifikasi pengguna sesuai fungsi
produk
b. Dapat mengidentifikasi sasaran pengguna sesuai
kebutuhannya
Page 68
65
9 Merancang jadwal
pelaksanan
a. Dapat menghitung waktu pembuatan
b. Dapat menentukan jadwal pelaksanaan
pembuatan sesuai dengan pesanan
c) Langkah 3 : Membuat produk
Siswa dipersilahkan melaksanakan proses pembuatan produk yang dimulai
dengan 1) persiapan keselamatan kerja, 2) persiapan alat dan bahan dan 3)
melaksanakan pekerjaan pemesinan bubut sesuai dengan gambar kerja yang dibuat.
Siswa dipersilahkan memilih mesin bubut dan membawa alat-alat dan bahan yang
telah disediakan. Alat-alat tersebut disimpan di meja disekitar mesin. Alat
keselamatan kerja harus dipakai. Gambar kerja yang telah dibuat,
disimpan/digantung di sekitar mesin bubut agar mudah terlihat dan terbaca.
Siswa mengerjakan order produk sesuai dengan tuntutan gambar kerja,
prosedur dan karakteristik pekerjaan dengan langkah-langkah kerja yang telah
disusun. Pada tahap ini seluruh siswa melaksanakan langkah-langkah kerja yang
telah disusun. Pada proses pembuatan produk, siswa terlihat melakukan
pengendalian mutu (quality control) melalui teknik pengukuran setelah melakukan
langkah pemesinan. Proses pengendalian mutu ini memungkinkan adanya
kepercayaan diri terhadap penyelesaian pesanan/pembuatan produk.
Jumlah sampel adalah sebanyak 66 siswa yang berasal dari dua SMKN di
Kota Bandung. Sebanyak 35 siswa mengambil dan mengerjakan produk dengan
bentuk gagang palu, sebanyak 14 siswa mengerjakan produk kepala palu dan 17
siswa mengerjakan produk pin kereta api. Pada kesempatan ini dibahas hasil uji
coba terhadap dua proyek kegiatan yaitu kegiatan merencanakan produk dan
membuat produk.
a) Merencanakan pembuatan produk
Langkah-langkah merencanakan pembuatan produk yang harus dilakukan
oleh siswa sebelum siswa tersebut membuat produk adalah :1) Pentingnya produk
yang akan dibuat, 2) Keunggulan dan fungsi produk/jasa, 3) Sketsa/gambar kerja,
4) Bahan, 5) Fasilitas/peralatan, 6) Proses produksi (sistematika kerja), 7) Rencana
anggaran biaya 8) Sasaran pasar/pengguna, dan 9) Jadwal pelaksanan. Pada proses
mengembangkan konsep perencanaan tersebut juga diperhatikan materi inti dari
Page 69
66
mata pelajaran kewirausahaan di SMK yang meliputi : menganalisis peluang usaha,
menciptakan peluang usaha, menganalisis proses produksi, memahami proses
produksi, memahami sumber daya dan membuat karya kerajinan
Hasil penulisan merencanakan pembuatan produk seluruh siswa diperiksa
dan disesuaikan dengan indikator-indikator seperti pada tabel 2. Berdasarkan hasil
uji coba luas ini, kompetensi siswa dalam hal merencanakan produk sudah bisa
memenuhi indikator-indikator seperti pada tabel 2. Disamping itu dengan
meningkatnya kemampuan siswa dalam merencana suatu produk, dapat disebutkan
bahwa bisa memenuhi materi inti mata pelajaran kewirausahaan yang diberikan di
SMK. Sehingga melalui pembelajaran ini dapat disebutkan adanya peningkatan
kemampuan wawasan kewirausahaan siswa dalam bidang pemesinan (Wijaya, T.,
2007).
Berdasarkan angket pendapat siswa tentang pelaksanaan model
pembelajaran ini, 1) seluruh siswa menyataan bahwa pembelajaran ini merupakan
pembelajaran yang baru pertama kali didapat, 2) hampir seluruh siswa berpendapat
bahwa melalui pembelajaran alternatif ini lebih leluasa dalam menggali ilmu yang
berkaitan dengan pemesinan, juga hampir seluruhnya menyatakan keaktifan turut
serta dalam pembelajaran. Dalam hal penggalian potensi siswa, 3) hampir
seluruhnya menyatakan bahwa pembelajaran ini lebih menggali potensi siswa baik
dalam perencanaan produk ataupun pembuatan produk.Untuk tema pengembangan
wawasan tentang bekerja, 4) hampir seluruh siswa menyatakan bahwa
pembelajaran alternatif ini lebih membuka wawasan bekerja yang maliputi
perencanaan produk, pembuatan langkah-langkah kerja, perencanaan biaya dan
pengendalian mutu produk dan kerja.Untuk tema pengembangan kepercayaan diri,
5) hampir seluruh siswa menyatakan melalui pembelajaran alternatif ini, dapat
meningkatkan kepercayaan diri tentang kemampuan kerja dan berwirausaha dalam
bidang pemesinan.
Apabila seluruh siswa sudah membuat perencanaan produk, langkah
selanjutnya seluruh siswa diwajibkan mengumpulkan alat-alat yang dibutuhkan
seperti pahat, alat ukur, kunci-kunci yang dibutuhkan, dan perlengkapan bubut
lainnya. Ini dilakukan agar dalam proses bekerja, tidak boleh ada siswa yang
meminjam alat ke siswa lainnya. Hal ini tentunya berpengaruh dalam mengejar
Page 70
67
waktu proses pembuatan produk. Selain itu juga untuk mendekatkan lingkungan
sekolah ke lingkungan kerja.
Penentuan nilai yang diberikan sesuai standar penilaian
kinerja/keterampilan yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP), dimana terdapat lima aspek/komponen untuk mengukur keterampilan
yaitu persiapan kerja, proses (sistematika & cara kerja), hasil kerja, sikap kerja dan
waktu. Nilai rata-rata yang dicapai reponden untuk setiap jenis pekerjaan produk
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Rata-rata nilai yang dicapai responden pada uji pembuatan produk
No
Komponen Yang Dinilai
Rata-Rata Nilai Yang Dicapai
Responden Untuk Produk :
Gagang palu Kepala Palu Pen KA
1 Persiapan Kerja 9,5 9,5 9,5
2 Proses (Sistematika & Cara
Kerja),
9,4 9,3 9,5
3 Hasil Kerja 9,3 9,4 9,3
4 Sikap Kerja 9,5 9,5 9,5
5 Waktu pembuatan (menit) 85 55 45
Berdasarkan pencapaian keterampilan pemesinan bubut tersebut, dapat
disebutkan bahwa seluruh siswa termasuk dalam katagori kompeten (pada rentang
nilai 9,00 – 10,00) yaitu mampu memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan industri
(Klotzl, dkk, 2014). Hasil pembuatan produk ini dibandingkan dengan hasil yang
dibuat oleh pekerja di industri dimana contoh produk dibuat, kualitas produk yang
dibuat siswa mendekati atau dapat dikatakan bahwa produk yang dibuat siswa
tersebut dapat dipakai.
Tentang penilaian waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan produk oleh
setiap siswa, sekitar 84% (26 siswa) mampu menyelesaikan produknya sesuai
dengan waktu yang mereka rancang dalam dokumen perencanaan produk.
Sedangkan sebanyak 16% (6 siswa) memerlukan waktu yang lebih lama (lk 10%)
dari waktu yang telah dirancang oleh mereka dalam perencanaan produk.
Adanya peningkatan kualitas dalam hal penggunaan waktu yang tepat
(sesuai perencanaan), karena adanya pengkondisian pembelajaran pembuatan
produk yang mendekati kondisi yang sebenarnya sebagai seorang operator
(Martawijaya DH, 2012, Metso, S., & Kianto, A. 2014). Misalnya adalah pemenuhan
Page 71
68
alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan produk sebelum pembuatan produk
dilaksanakan. Cara tersebut adalah penting agar waktu yang harus ditempuh dalam
pembuatan produk terus berlangsung tanpa terkendala karena menunggu alat yang
sedang digunakan oleh operator/siswa lainnya.
4. KESIMPULAN
a. Model pembelajaran self designed project ini merupakan pembelajaran
alternatif yang mampu meningkatkan keterampilan yang dituntut oleh
industri.
b. Model pembelajaran self designed project ini merupakan pembelajaran
alternatif ini lebih leluasa dalam menggali ilmu.
c. Model pembelajaran self designed project ini merupakan pembelajaran ini
lebih menggali potensi siswa baik dalam perencanaan produk ataupun
pembuatan produk.
d. Model pembelajaran self designed project ini merupakan pembelajaran
alternatif ini lebih membuka wawasan bekerja yang meliputi perencanaan
produk, pembuatan langkah-langkah kerja, perencanaan biaya dan
pengendalian mutu produk dan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Billett Stephen. (2010). Learning Through Practice : Models, Traditions,
Orientations and Approaches. New York : Springer Science+Business Media B.V.
Masriam. (2002), Beberapa Masalah dalam Implementasi Pendidikan Sistem
Ganda di SMK, Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, Depdiknas.
Hordern, J., (2014).How is Vocational Knowledge Recontextualised? Journal of
Vocational Education & Training, 6,(1), hlm. 22-2-38
Klotz1, V. K., dkk. (2014). Promoting Workforce Excellence: Formation And
Relevance Of Vocational Identity For Vocational Educational Training, Journal of
Empirical Research In Vocational Education And Training, 6,(6), hlm. 1-20.
Martawijaya, D. H. (2012). Developing a teaching factory learning model to
improve production competences among mechanical engineering students in a
Page 72
69
vocational senior high school. Journal of Technical Education and Training
(JTET.) 4, (2). hlm. 35-56.
Metso, S., & Kianto, A. (2014). Vocational students' perspective on professional
skills workplace learning. Journal of Workplace Learning. 26, (2), hlm.128-148.
Raelin, J. A. (2008). Work-based learning. Bridging knowledge an action ini the
workplace. New and revised Edition. San Francisco : John Wiley and Sons.
Reeves Jenny, (2010), Professional Learning as Relational Practice,Springer
Science+Business Media B.V.
Stevenson John, (2003). Developing Vocational Expertise, Principles and issues
in vocational education, Allen & Unwin, CMO Image Printing Enterprise,
Singapore.
Susanne,K. (2014). How Vocational Teachers Describe Their Vocational Teacher
Identity, Journal of Vocational Education & Training, 66.(2), hlm. 194-211.
Wijaya, T. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha
(Studi Empiris pada Siswa SMKN 7 Yogyakarta). Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, 9, (2), hlm. 117-127.