1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG (TIDAK) MEMOTIVASI MAHASISWA MENGERJAKAN TUGAS DI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNUD Tim Peneliti : Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP 19570506 198403 1 001 Ir. I Made Suarya, MT 19561015 198601 1 001 Dr.Ir. Widiastuti, MT 19630825 199103 2 003 NOMOR SPK : 810/UN14.1.31/PN/2014 TANGGAL 09 SEPTEMBER 2014 NOMOR DIPA: DIPA-023.04.2.415253/2014 TANGGAL 5 DESEMBER 2014 JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2014
39
Embed
LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ......2 halaman pengesahan laporan akhir penelitian hibah penelitian jurusan arsitektur tahun 2014 judul penelitian : faktor faktor
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN AKHIR PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2014
FAKTOR FAKTOR YANG (TIDAK) MEMOTIVASI MAHASISWA MENGERJAKAN TUGAS DI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNUD
Tim Peneliti :
Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP 19570506 198403 1 001 Ir. I Made Suarya, MT 19561015 198601 1 001 Dr.Ir. Widiastuti, MT 19630825 199103 2 003
NOMOR SPK : 810/UN14.1.31/PN/2014 TANGGAL 09 SEPTEMBER 2014 NOMOR DIPA: DIPA-023.04.2.415253/2014 TANGGAL 5 DESEMBER 2014
JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2014
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2014
Judul Penelitian : FAKTOR FAKTOR YANG (TIDAK) MEMOTIVASI
MAHASISWA MENGERJAKAN TUGAS DI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNUD
Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP b. NIDN / NIP : 0006055703 / 19570506 198403 1 001 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Nomor HP / email : 0816 4703 831 / [email protected]
Anggota Peneliti (1) : a. Nama Lengkap : Ir. I Made Suarya, MT b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19561015 199103 2 003 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Nomor HP / email : 081 55766912/ [email protected]
Anggota Peneliti (2) : a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Widistuti, MT b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19630825 c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Nomor HP / email : 081 23651246/ [email protected]
Biaya Penelitian : - dana dari Jurusan Rp. 20.000.000,-
- dana institusi lain Rp. - - inkind sebutkan -
Bukit Jimbaran, 28 Oktober 2014
Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………….……….…………………………………………... 10
2.1. Teori Motif dan Motivasi……………………………………………………………………… 10 2.2. Konsepsi Pengelolaan Studio Arsitektur………………………………………………………. 13 2.3. Studio Arsitektur yang Mengundang………………………………………………………….. 14 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………….… 16 3.1. Rancangan Penelitian…………………………………………………………………..……… 16 3.2. Lokasi Penelitian……………………………………………………………………………… 16 3.3. Jenis dan Sumber Data………………………………………………………………………… 16 3.4. Teknik Sampling……………………………………………………………………………… 17 3.5. Teknik Pendataan…………………………………………………………………………….… 17 3.6. Instrumen Penelitian…………………………………………………………………………… 18 3.7. Teknik Analisis Data……………………………………………………………………..…… 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………. 19
4.1. Faktor – faktor yang Tidak Memotivasi Mahasiswa Mengerjakan Tugas pada Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur…………………………………….. 19 4.1.1. Faktor Intrinsik………………………………………………………………… 19 4.1.2. Faktor Ekstrinsik………………………………………………………………. 22
4.2. Faktor – faktor yang Memotivasi Mahasiswa Mengerjakan Tugas Diluar Studio Formal…………………………………………………………………… 26 4.2.1. Faktor Intrinsik…………………………………………………………………. 27 4.2.2. Faktor Ekstrinsik……………………………………………………………….. 28
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………. 30
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..…………. 32
LAMPIRAN…………………………………………………………………………..…… 33
4
Lampiran 1 Justifikasi Anggaran…………………………………………………………… 34 Lampiran 2 Format Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas….. 35 Lampiran 3 Format Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana……………………… 36 Lampiran 4 Format Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti…………………………………. 39
5
Ucapan Terimakasih
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas terwujudnya Laporan Penelitian yang
berjudul “FAKTOR FAKTOR YANG (TIDAK) MEMOTIVASI MAHSISWA
MENGERJAKAN TUGAS DI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNUD”. Penelitian ini merupakan suatu
paket program Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Unud, sebagai upaya memacu para pengajar
untuk meningkatkan jumlah penelitian dilingkungan jurusan yang dirasakan selama ini masih
kurang.
Berbagai pihak ikut berperan untuk mewujukan hasil penelitian ini, kepada Jurusan Arsitektur
yang mendanai penelitian ini kami mengucapkan terima kasih. Demikian juga mantan
mahasiswa S1 Arsitektur Unud yang menjadi informan, kami ucapkan terima kasih atas
kerjasamanya. Juga pada teman sejawat di lingkungan Jurusan yang memberikan semangat
dan dorongan moral, mari kita pelihara kekesejawatan yang sudah berlangsung baik ini.
Kritik dan saran perbaikan atas laporan ini tetap terbuka. Terima kasih.
Denpasar 28 Oktober 2014
Ketua Team Peneliti
Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP NIP. 19570506 198403 1 001
6
RINGKASAN
Studio Perancangan Arsitektur merupakan inti (core) pada pendidikan Sekolah Arsitektur. Kegiatannya merupakan miniatur studio di dunia praktisi. Sebagai kawah candra dimuka, penggemblengan mahasiswa mengikuti seluruh skenario tahapan dalam proses perencanaan dan perancangan Arsitektur dilakukan di studio. Sebagai examinasinya diwujudkan dalam bentuk pemberian masalah dalam bentuk tugas yang harus diselesaikan diakhir semester. Bekerja di studio diharapkan memberi kemudahan dalam bekerja bagi mahasiswa, baik kemudahan memperoleh informasi, koordinasi maupun kemudahan dalam kontrol dan pemantauan kualitas dan kompetensi yang diharapkan. Namun pada kenyataannya, kehadiran mahasiswa di studio nampaknya hanya sekedar formalitas untuk memenuhi absensi. Produktivitas kerja mereka sangat jauh dari yang diharapkan. Mereka lebih memilih mengerjakan tugas yang sesungguhnya di studio rumahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang tidak memotivasi mengerjakan tugas di studio dan Faktor-faktor yang memotivasi mengerjakan tugas diluar studio formal.
Pendekatan yang dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan cara purposive sampling yaitu memilih sumber sumber informasi yang dianggap tahu dalam hal ini adalah mantan mahasiswa Arsitektur. Penggalian informasi dilakukan melalui wawancara mendalam (deep interview) terhadap informan ini. Hasil wawancara dalam bentuk rekaman suara (audio) ini kemudian menjadi bahasa tulis. Dari bahasa tulis ini kemudian dilakukan pengkodean (coding) untuk mencari kata kata kunci yang bermakna dan mengarah pada tujuan penelitian. Disisi yang lain juga dilakukan observasi mengamati kondsi fisik studio formal dan studio informal, juga dilakukan pencarian informasi melalui website tentang pengelolaan dan fasilitas studio di beberapa perguruan tinggi Arsitektur di Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang tidak memotivasi mahasiswa untuk mengerjakan tugas di studio adalah masalah fasilitas ruang studio yang tidak mendukung dan masalah pengelolaan studio temasuk memperlakukan mahasiswa sebagai mitra belajar dan perlakuan yang manusiawi.
Kata kunci: Studio perancangan arsitektur, motivasi, tidak memotivasi
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Ciri khas pembelajaran di jurusan Arsitektur yang membedakan dengan pembelajaran pada
jurusan lainnya adalah pada STUDIO PERANCANGAN. Kegiatan Studio merupakan jantung
dalam sistem pendidikan Arsitektur. Tidak akan ada sekolah arsitektur tanpa fasilitas studio.
Akumulasi pembelajaran teoritis yang didapatkan pada semester sebelumnya diaplikasikan
(diwujudkan, dioperasionalkan, dipraktekkan) pada studio sehingga menyerupai bengkel kerja
atau studio konsultan di dunia praktek. Kegiatannya bukan hanya mengasah ketrampilan grafis
tetapi juga keterampilan menulis (membuat laporan sebagai landasan studi) dan keterampilan
dalam oral dan presentasi. Tidak kalah pentingnya adalah pada studio ini sudah sejak dini
mahasiswa diajar bekerja dalam team (kelompok), karena dalam praktek kerja arsitektur di
dunia praktisi kesolidan team kerja memegang peranaan keberhasilan proyek arsitektur.
Sebagai ciri kegiatan studio, seluruh kegiatan dan proses pekerjaan tugas yang diberikan
dikerjakan di studio. Pada umumnya tugas studio yang diberikan kepada mahasiswa berupa
kasus dengan tingkat permasalahan yang sangat kompleks. Dengan demikian, pekerjaan
tersebut tidak dibebankan secara individu mahasiswa, tetapi dengan kelompok. Didalam
kelompok itulah segala persiapan dan strategi penanganan tugas di diskusikan. Selain itu
bekerja di studio memudahkan dalam pemantauan kerja oleh team dosen pengampu, baik target
capaian tugas maupun kualitasnya.
Kenyataannya, ada kecenderungan mahasiswa datang ke studio hanya sekedar formalitas dan
“setor muka saja”. Datang ke studio bukan mengerjakan tugas, tetapi “ngobrol”, main “game”
atau “facebook”an. Mereka bekerja jika dosen pengampunya datang, setelah itu kembali
bermain. Seharian di studio nyaris tidak menghasilkan apa apa. Pekerjaan tugas yang
sesungguhnya dilakukan usai jadwal studio, tepatnya dimalam hari di rumah, dikerjakan sendiri
atapun berkelompok. Kelompok kerja yang dilakukan di studio rumahan ini bisa berbeda
dengan kelompok kerja klaster di studio formal.
8
Mengapa mahasiswa enggan mengerjakan tugas di studio? Mereka mengerjakan pekerjaan
seperti karena keterpaksaan bukan karena kebutuhan. Sebaliknya, mengapa mahasiswa lebih
suka mengerjakan tugas di rumah?. Inilah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Disadari bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar (termasuk studio) setidaknya
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: manusia (pengajar, mahasiswa), fasilitas sarana
dan prasarananya dan sistem pengelolaan (kurikulum, dukungan administrasi, kebijakan
pemerintah). Namun dalam penelitian ini, pintu masuknya dimulai dari perspektif mahasiswa
dimana dalam analisis dan luaran nantinya tidak dinafikan tersentuhnya faktor faktor lain.
1.2.RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan permasalahan pada Latar Belakang di atas, secara terinci Rumusan Masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor – faktor apa yang tidak memotivasi mahasiswa mengerjakan tugas pada Mata
Kuliah Studio Perancangan Arsitektur?
2. Faktor – faktor apa yang memotivasi mahasiswa mengerjakan tugas diluar studio
formal?
1.3.TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui faktor – faktor apa yang tidak memotivasi mahasiswa mengerjakan
tugas pada Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur.
2. Ingin mengetahui faktor – faktor apa yang memotivasi mahasiswa mengerjakan tugas
diluar studio formal
1.4.MANFAAT PENELITIAN
9
a. Manfaat Akademis
Secara akademis dan teoritis penelitian ini bermanfaat untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan
dan teknologi dalam mencermati fenomena psiklogis (dalam hal ini faktor motivasi)
pengaruhnya terhadap pendidikan (dalam hal ini proses belajar-mengajar pada Studio
Perancangan Arsitektur).
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan ke jurusan Arsitektur untuk membenahi
pengelolaan Mata Kuliah Studio Perancangan Arsitektur yang merupakan tulang
punggung dan ciri khas pendidikan Arsitektur. Dengan demikian penelitian ini dapat
menjadi pengayaan bahan ajar Studio Perancangan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1.TEORI MOTIF DAN MOTIVASI
Motif dan motivasi mempunyai hubungan erat dan dalam pengertiannya tidak dapat dibedakan
secara tegas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) menyatakan bahwa ”Motif adalah alasan
(sebab) seseorang melakukan sesuatu. Sedangkam motivasi adalah ”dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan
tujuan tertentu”. Dengan demikian antara motif dan motivasi ada keterkaitan yang sangat erat.
Menurut Sardiman (2011) motif diartikan sebagai upaya mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu serta daya penggerak subjek melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai
tujuan. Sedangkan menurut McDonald dalam Soemanto (1990), motivasi merupakan suatu
perubahan seseorang yang ditandai dorongan efektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Seterusnya Natawijaya (1979) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu proses untuk
menggiatkan motf menjadi perbuatan untuk memuaskan kebutuhan yang menjadi tujuan.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi, adalah
pendorong atau penggerak untuk berprilaku dalam mencapai tujuan. Singkatnya motivasi
adalah dorongan, penggerak untuk berprilaku, bertindak, berkelakuan yang merupakan
kekuatan yang bersumber pada keinginan individu dalam mencapai suatu tujuan.
Banyak pakar membagi motivasi dalam dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik
(Gunarsa, 2007) yang menyatakan bahwa:
a. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu yang menyebabkan ikut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Dorongan ini biasanya merupakan bawaan sejak
lahir sehingga tidak dapat dipelajari. Motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama
dibandingkan dengan motivasi lainnya. Faktor-faktor yang dapat mendukung motivasi
intrinsik: bakat, prestasi; fisik; keterampilan; kedisiplinan; pengetahuan; hobi dan
psikologis. Termasuk juga: (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri;
b. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri individu yang menyebabkan
individu berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Dorongan ini bisa berasal dari Dosen;
orang tua; hadiah; teman; sarana prasarana. Motivasi ekstrinsik dapat dipelajari dan
tergantung pada besarnya nilai penguat dan kemungkinan besar bisa membangkitkan
11
motivasi intrinsik seseorang. Faktor-faktor pendukung motivasi ekstrinsik: orang tua;
sarana prasarana; teman; dosen dan waktu luang. Mahasiswa yang bekerja atas
dorongan faktor eksternal bukan untuk kepuasan batin tetapi lebih mengharapkan
penghargaan/pujian nilai evaluasi dari aktivitas dan hasil kerjanya. Untuk mengetahui
faktor faktor yang memotivasi/tidak memotivasi mahasiswa Arsitektur Unud untuk
bekerja di studio pada mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur akan diungkap
melalui faktor intrinsik dan ekstrinsik tersebut.
Morgan (1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus
merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut yaitu keadaan yang mendorong
tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated
behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
McDonald (1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi
merupakan masalah yang kompleks, karena kebutuhan dan keinginan setiap orang berbeda satu
dengan yang lainya, hal ini disebabkan karena setiap orang adalah unik secara biologis maupun
psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk,
2003).
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1954) berpendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologi (physiological needs); (2)
kebutuhan rasa aman (safety needs), (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4)
kebutuhan akan harga diri (esteem needs), dan (5) aktualisasi diri (self actualization).
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan keamanan, kadang-kadang diklasifikasikan sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal sebagai kebutuhan sekunder. Terlepas dari
cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia
merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat
materi, akan tetapi bersifat psikologi, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menurut Ganursa (2003), terdapat dua motif dasar yang menggerakan perilaku seseorang, yaitu
motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif
12
sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Menurut McDonald, terdapat tiga unsur
yang berkaitan dengan motivasi yaitu :
1. Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya kebijakan
sistem Drop Out bagi mahasiswa yang melebihi 5 tahun akan menimbulkan motif untuk
cepat menyelesaikan studi.
2. Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (effectif arousal), misalnya karena mahasiswa
tertarik dengan tugas studio yang diberikan, maka dia akan bertanya dan ingin tahu.
3. Motif ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Jenis motivasi menurut Davis dan New Strom (1996) adalah prestasi, afiliasi, kompetensi, dan
kekuasaan.
1. Motivasi prestasi (achievement motivation), adalah dorongan dalam diri seseorang untuk
mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan. Mahasiswa akan bekerja
keras menyelesaikan tugas apabila mereka memandang bahwa mereka akan memperoleh
kebanggaan pribadi atas kerjanya, apabila hanya terdapat sedikit resiko tidak lulus, dan
apabila mereka mendapat balikan nilai evaluasi yang tinggi.
2. Motivasi afiliasi (affiliation motivation), adalah dorongan untuk berhubungan dengan
mahasiswa lain atas dasar sosial. Mahasiswa yang bermotivasi afiliasi bekerja lebih baik
apabila mereka dipuji karena sikap dan kerja sama mereka yang menyenangkan.
3. Motivasi kompetensi (competence motivation), adalah dorongan untuk mencapai
keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan dalam memecahkan masalah, dan berusaha
keras untuk inovatif. Umumnya, mereka cenderung melakukan tugas dengan baik karena
kepuasan batin yang mereka rasakan dari melakukan pekerjaan itu dan penghargaan yang
diperoleh dari dosen pembimbing.
4. Motivasi kekuasaan (power motivation), adalah dorongan untuk mempengaruhi mahasiswa
lain dan mengubah situasi. Mahasiswa yang bermotivasi kekuasaan ingin menimbulkan
dampak dan mau memikul resiko untuk melakukan hal itu.
Luthan (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah proses yang dimulai dengan defisiensi
fisiologis dan psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang ditunjukan untuk
tujuan atau insentif. Dengan demikian kata kunci untuk memahami proses motivasi bergantung
pada pengertian dan hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan insentif. Dengan demikian,
mahasiswa akan bekerja di studio bila hal itu mereka anggap sebagai suatu kebutuhan (bukan
keterpaksaan), lalu dibarengi dengan adanya dorongan faktor external dan internal dan adanya
13
imbalan nilai evaluasi yang signifikan. Menurut Masrukhin dan Waridin (2006) motivasi
merupakan faktor psikologis yang menunjukan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas
dan ikut bertanggungjawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan
Yohanas (2006) menyatakan motivasi adalah faktor yang kehadiranya dapat menimbulkan
kepuasan kerja dan meningkatkan produktivitas atau hasil kerja dan menimbulkan berbagai
perilaku manusia.
2.2.KONSEPSI PENGELOLAAN STUDIO ARSITEKTUR
Studio sebagai wadah fisik dan sebagai suatu sstem pengelolaan pembelajaran di Arsitektur
masih sering disalahkaprahkan, baik dikalangan eksternal maupun dikalangan intern jurusan
Arsitektur sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Arifin (2002) berusaha membedakan
dua hal tersebut yang terkait dengan manajemen pengajaran desain di studio:
Pertama, adanya pengertian yang kurang tepat tentang sistem studio yang ditandai dengan:
a. Studio bukan sekedar fasilitas untuk aktivitas menggambar dan asistensi, melainkan
terdiri dari pelatihan dan pengajaran desain yang berorientasi pada program-program
aktivitas yang didesain sesuai dengan metodologi desain yang diterapkan sekaligus
merupakan pelatihan terhadap berpikir konvergen dan divergen.
b. Studio bukan hanya ruangan yang berisi meja gambar beserta kursi gambar.
c. Studio tidak sama dengan ruang kelas, tata atur perabot tidak mempunyai orientasi.
d. Studio tidak mewadahi kegiatan kuliah (baca: tatap muka), fokus belajar pada student
centered learning yang menggunakan aliran konstruktivisme .
e. Studio tidak mewadahi pelatihan dan pengajaran desain yang bersifat massal.
f. Studio tidak hanya mengandalkan peran dosen sebagai pembina mata kuliah, tetapi
lebih mengandalkan peran Kepala Studio sebagai manajernya dan pembimbing sebagai
dosen di kelompok mahasiswa.
Kedua, studio tidak hanya diartikan sebagai wadah, tetapi juga harus mempunyai sistem yang
berorientasi pada pelatihan dan pengajaran desain, meliputi:
a. Penerapan sebuah metodologi desain yang mengoperasionalkan berpikir divergen atau
kreatif (otak kanan) dan berpikir konvergen (otak kiri)
14
b. Opersionalisasi kedua belahan otak diwujudkan dengan program-program aktivitas
yang didesain secara bergantian melalui pelatihan dan pengajaran desain dan terwadahi
dalam sebuah model of design in studio teaching.
c. Peran pembimbing terlihat lebih dominan dibandingkan dengan dosen sebagai Pembina
mata kuliah, karena lingkup pelatihan dan pengajaran desain lebih menuju ke arah
pembentukan pola berpikir desain (design thinking), berbeda dengan pemberian materi
pengetahuan (knowledge content) lebih mengarah pada substansialnya.
Perkembangan dan perubahan di bidang pendidikan desain arsitektur di Indonesia boleh terjadi,
asal telah ada kesiapan untuk mengantisipasinya. Pada era teknolgi informasi seperti ini sudah
saatnya dibutuhkan sebuah sistem studio dengan manajemen pengajaran desain, karena:
a. melibatkan banyak individu dengan pola berpikir yang berbeda-beda.
b. melaksanakan bermacam-macam program aktivitas yang sarat dengan “aturan main”
yang berbentuk instruksi-instruksi teknis.
c. membutuhkan wadah (baca: fasilitas) dengan tuntutan fisik ruang dan tata-atur perabot
yang agak spesifik.
2.3.STUDIO ARSITEKTUR YANG MENGUNDANG
Berbagai fasilitas dan suasana studio perancangan arsitektur yang dapat menjadi daya tarik
bagi mahasiswa untuk mengerjakan tugas di studio telah diulas dan diteliti oleh berbagai pakar
pendidikan Arsitektur, antara lain (Salamah, 1995; Sigit Arifin, 2002; Laurence, 2002):
a. area untuk aktivitas eksplorasi berupa perpustakaan mini dan fasilitas internet di studio
yang memungkinkan mahasiswa melakukan aktivitas konstruktif (hunting
information), pada program ini mahasiswa dikondisikan proaktif mencari informasi
sebanyak mungkin kemudian menyusun laporan kompilasi data, disebut dengan tahap
persiapan dan usaha, melalui pelatihan ini diharapkan mahasiswa mampu berpikir
konvergen
b. area untuk diskusi kelompok yang menerapkan teknik-teknik kreatif, termasuk
misalnya : problem based learning, program mendatangkan dosen tamu, pakar praktisi
(lunch bag lecture), calon pengguna, program sharing model kakak kelas yang
15
berprestasi, lebih dituntut suasana yang agak santai tetapi tetap dapat berkonsentrasi
tinggi, dapat duduk bersila lesehan di lantai . Aktivitas-aktivitas tersebut baik menurut
Quayle (1985) maupun Utami Munandar (1999) memang benar dapat menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif atau disebut dengan Lingkungan Belajar yang
Mengundang (LBM).
c. area untuk inkubasi yang diperlukan untuk “melepaskan diri“ dari masalah untuk
sementara, lebih bersifat mandiri, disediakan individual space atau “keluar dari ruang
studio, entah ke mana?
d. area untuk bersibuk diri secara kreatif, dikondisikan suasana di mana sikap pembimbing
agak fleksibel, artinya diperlukan tenggang rasa dalam menuntut ketenangan, bahwa
setiap mahasiswa tidak harus “duduk diam menjadi anak manis”, terdengar suara suara
produktif yang terkait dengan pencetusan gagasan dalam wujud visual atau 3D.
e. area untuk evaluasi hasil karya desain, diperlukan display box, aktivitas gelar karya atau
pameran karya ini diupayakan dapat dijadikan wadah untuk saling kritik,
berkomunikasi secara verbal sekaligus visual
BAB 3
METODE PENELITIAN
16
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Berdasakan pada masalah penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1 maka penelitian ini
akan menggunakan Metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih karena
feonomena yang akan dipecahkan bersifat abstrak yang menghubungkan dua fenomena yaitu:
fenomena psikologis (dalam hal ini, faktor motivasi) dengan fenomena kegiatan pendidikan
(dalam hal ini, proses belajar mengajar pada studio perancangan Arsitektur). Seluru gejala
yang berkaitan degan kedua fenomena tersebut akan dipaparkan dalam bentuk narasi
(deskriptif)
3.2. LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan pada Studio Perancangan Arsitektur, baik yang berlokasi di
kampus bukit Jimbaran maupun yang di Kampus Sudirman. Selain dilakukan di kampus juga
akan dilakukan pengamatan pada rumah rumah yang sering dijadikan sebagai tempat kerja
mahasiswa yang mengerjakan tugas secara berkelompok. Pengamatan Kampus dan Rumah
hanya terbatas pada pencarian data dan informasi fisik tentang kondisi, kualitas dan fasilitas
yang tersedia.
Sedangkan data dan informasi yang bersifat opini, pendapat, penilaian, komentar mahasiswa
yang akan dijadikan sampel tidak terikat dengan lokasi (insitu). Wawancara yang dilakukan
bisa dilakukan dimana saja (exsitu)
3.3. JENIS DAN SUMBER DATA
a. JENIS DATA
Jenis data yang akan dikumpulkan dapat berupa data angka angka (kuantitatif) seperti luas
ruang studio, luas ruang “studio” rumahan, kapasitas daya tampung ruang. Selain itu juga data
yang bersifat kualitatif misalnya untuk menilai kualitas sarana dan prasarana studio,
identifikasi fasilitas yang tersedia dan data lain berupa pendapat, komentar, uneg –uneg,
penilaian mahasiswa.
b. SUMBER DATA
Sebagian besar data akan diperoleh dari sumber primer, artinya peneliti akan mencari langsung
dari sumber aslinya, baik melalui wawancara maupun observasi langsung di lapangan.
17
Sedangkan Data sekunder, misalnya ukuran ruang studio diperoleh dari data yang sudah
dimiliki oleh jurusan atau fakultas (bila tidak ada akan diadakan pengukuran sendiri/sumber
primer).
3.4. TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling, artinya
mahasiswa yang akan diwawancarai sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan akan dapat
memberikan informasi yang banyak tentang studio dan permasalahannya. Mahasiswa yang
akan diwawancarai adalah mahasiswa yang SUDAH LULUS (TAMMAT). Pertimbangannya
adalah mahasiswa ini tidak ada beban psikologis ketika diwawancarai, hal ini tentu sangat
berbeda jika masih aktif, akan banyak ewuh pakewuh, sehingga agak sulit memperoleh data
secara bebas dan jujur.
Sebagaimana karakteristik penelitian kualitatif, dimana jumlah sampling tidak terlalu dituntut
jumlahnya, karena diakhir analisis tidak ada generalisasi. Meski demikian jumlahnya
ditentukan dengan kuota sampling sebanyak lima (5) orang. Jumlah ini juga masih fleksible
tergantung dengan kondisi lapangan nantinya.
3.5. TEKNIK PENDATAAN
Data akan diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap responden
yang dipilih. Pada wawancara mendalam ini peneliti akan melepas responden bercerita
sebanyak mungkin apa yang mereka ketahui, rasakan, impiannya, serta memperhatikan bahasa
tubuh, mimik wajah ketika bercerita. Diusahakan sedemikian rupa supaya responden tidak
mengetahui bahwa mereka “diwawancarai”, diharapkan dengan cara ini diperoleh data yang
“alami” tidak dibuat buat, apa adanya. Untuk itu rekaman wawancara dilakukan secara
tersembunyi (hidden recorder).
Sedangkan data fisik studio dan studio rumahan akan dilakukan melaui teknik observasi.
Karena peneliti adalah juga dosen pembimbing pada studio Perancangan, maka penghayatan
dan gambaran suasana ruang setidaknya sangat membantu “membaca” ruang ruang yang ada.
Untuk studio rumahan gambaran umumnya melalui wawancara yang kemudian diverifikasi
melalui cara bertamu.
3.6. INSTRUMEN PENELITIAN
18
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Handphone sebagai alat perekam, bukan radio yang menjolok.
2. Kamera
3. Meteran
3.7.TEKNIK ANALISIS DATA
Langkah langkah analisis penelitian dilakukan beberapa tahap:
1. Data yang diperoleh dari rekaman wawancara (audio data) ditransfer kedalam bahasa
tulis (literate data).
2. Hasil wawancara sebagai faktor intrinsik yang sudah dalam bentuk tulisan, dicoding,
yaitu diberi tanda misalnya dengan stabilo untuk mencari kata kata kunci yang memiliki
makna, langkah ini juga sekaligus sebagai upaya reduksi data yang banyak menjadi
lebih ringkas.
3. Dari makna kata yang diperoleh, diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Demikian halnya dengan data data fisik tentang studio, fasilitas sarana dan prasarana,
suasana ruang (sebagai faktor ekstrinsik) dideskripsikan dan dikaji silang dengan hasil
wawancara,
5. Selanjutnya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik didialogkan dengan teori dan
kemudian di interpretasikan dan dimaknai
6. Termasuk dalam pertimbangan analisis adalah interpretasi bahasa tubuh, mimik,
suasana ruang dibalik yang kasat mata.
7. Pelaporan penelitian dilengkapi dengan gambar, sketsa,foto .
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Pada Bab 4 akan diuraikan jawaban tujuan penelitian yang mengacu pada dua pokok
permasalahan utama, yaitu: (1) Ingin mengidentifikasi faktor-faktor yang TIDAK memotivasi
mahasiswa mengerjakan tugas pada mata kuliah Studio perancangan arsitektur; dan (2) Ingin
mengidentifikasi faktor faktor yang memotivasi mahasiswa mengerjakan tugas di luar studio
Informal.
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan pembahasan yang dilakukan ditempuh dengan
membahas HASIL penelitian dan PEMBAHASAN secara simultan (tidak dipisah antara uraian
HASIL dengan PEMBAHASAN).
4.1.FAKTOR– FAKTOR YANG TIDAK MEMOTIVASI MAHASISWA MENGERJAKAN
TUGAS PADA MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berdasarkan Kajian Literatur yang telah diuraikan pada Bab 2, bahwa untuk mengetahui
motivasi seseorang (sekelompok orang) untuk mengerjakan/tidak mengerjakan sesuatu
kegiatan, sangat dipengaruhi dua hal utama yaitu, (1) Faktor Intrinsik, (2) faktor Ekstrinsik.
Teori inilah yang akan dijadikan sebagai pola dasar dalam membahas penelitian ini.
Dalam penelitian digunakan dua informan mantan mahasiswa Arsitektur Unud, yaitu (1) Adi
Prabawa (Angkatan 2006) dan (2) Kresna (Angkatan 2010). Diwawancarai mendalam dalam
beberapa pertemuan secara terpisah untuk mengorek informasi sebanyak banyaknya mengenai
pengalaman mengerjakan tugas di studio perancangan arsitektur.
4.1.1. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor dari dalam diri mahasiswa yang dapat dikontrol keberadaannya.
Dua informan memberikan keterangan yang hampir sama mengenai faktor yang tidak
memotivasi untuk mengerjakan tugas di studio yaitu masalah ketidaknyamanan dan
kesumpekan di ruang studio. Lebih lanjut, Prabawa menjelaskan bahwa ruang studio yang
relatif sempit dijejali hampir ratusan mahasiswa, mereka berdesakan satu dengan lainnya.
Kondisi seperti ini tidak mendorong mahasiswa untuk bisa bekerja secara optimal. Apalagi
bila mahasiswa sebelahnya suka bermain, maka perilaku seperti ini akan menular ke mahasiswa
yang lain. Sehingga bukan tidak mungkin seorang mahasiswa yang pada awalnya serius dan
tekun bisa kena pengaruh. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1 (bandingkan dengan
Gambar 2)
20
Gambar 1. Kondisi Studio yang padat dengan mahasiswa (1 meja 3-4 mahasiswa)
Gambar 2. Studio Arsitektur di ITB (1 meja satu mahasiswa)
Sedangkan menurut Kresna kondisi ketidaknyamanan mahasiswa seperti mengerjakan sesuatu
dalam keadaan tertekan dan dikejar kejar. Diperparah lagi bila target capaian dari dosen
berubah ubah setiap saat. Dalam hal ini Prabawa dan Kresna sepakat bahwa kondisi seperti ini
disinyalir tidak adanya koordinasi antar team pengajar di studio. Prabawa memberikan contoh,
ketika kelompoknya asistensi ke Dosen X, memberikan pengarahan yang sangat berbeda
dengan Dosen Y. Kelompoknya dan kelompok lainnya juga mengalami hal yang sama, mereka
kebingungan harus mengikuti yang mana?. Dalam kondisi menunggu kepastian yang harus
21
diikuti itulah ada jedah waktu yang cukup lama (bisa satu minggu), mahasiswa mengerjakan
tugas apa adanya (takut berbuat banyak yang belum tentu nantinya diterima). Kresna juga
mengungkapkan hal yang sama sebagai berikut:
..”ketika kelompok kami asistensi ke Pak (.........) memberikan pengarahan bangunan disepanjang koridor boleh dirobohkan bila dianggap tidak sesuai dengan tata ruang; seminggu kemudian, kelompok kami mengadakan asistenske Pak (……), sambil senyum masem mengomentari “memangnya
tanah ini tanah nenek moyangmu yang seenaknya dirobohkan…..coba tanya ke
yang punya, mau nggak bangunannya dirobohkan…. yang realistik
dong”……..
Selain hal yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor ketidaknyamanan lain yang tidak
mendorong mahasiswa bekerja di studio adalah perlakuan sistem pembelajaran di studio yang
mestinya agak berbeda dengan pembelajaran non studio, sebagaimana yang diungkap oleh
Kresna:
Faktor lainnya, adalah adanya kesenjangan antara harapan mahasiswa untuk mendapatkan nilai
yang lebih baik dengan kenyataan yang didadapatkan, seperti yang dikemukakan oleh Prabawa
sebagai berikut:
4.1.2. Faktor Ekstrinsik
Dari hasil wawancara diperoleh suatu simpulan umum bahwa nampaknya faktor ektrinsik ini
lebih dikedepankan sebagai pemicu tidak betahnya mahasiswa mengerjakan tugas di studio.
“kalau mata kuliah biasa itu khan hanya sekitar 2 jam paling banter 2,5 jam,
sedangkan studio itu sekitar 7 atau 8 jam…..kalau mahasiswa harus duduk manis
sampai sekian jam dengan isterahat sekali……sangat menjemukan….mestinya
biarkanlah dengan cara kami sendiri mengatur waktu, isterahat diselingi “main”, atau
membuat kegiatan agak menyimpang dari kegiatan studio misalnya main game…….itu semua dalam rangka mengusir kejenuhan………pokokya tentukan saja
target yang harus dicapai hari ini……pasti kami bisa capai dengan cara kami……he….he…he……..”
“Bapak bapak dosen selalu memacu kita untuk kreatif membuat sesuatu terobosan desain…..tidak yang itu-itu saja dari tahun ke tahun….bahkan mereka berjanji untuk
memberikan nilai yang lebih baik…..namun kenyataanya, ketika kami membuat
desain “yang aneh aneh”……belum apa-apa langsung dinyek…….dan bener pada saat pengumuman nilai akhir tidak ada penghargaan sama sekali terhadap desain yang kreatif……sudah susah susah (membuatnya) toh nilainya segitu juga,…..pocol…….”
22
Ketika peneliti mencoba memancing kedua informan untuk mengetahui faktor ektrinsik ini
secara lebih mendalam secara garis besarnya dapat diidentifikasi pada dua faktor utama, yaitu:
(1) Faktor fisik, dan (2) Faktor pengelolaan studio.
4.1.2.1. Faktor Fisik Studio
Sejak awal pembangunan fasilitas gedung jurusan Arsitektur, baik di kampus Bukit Jimbaran,
maupun di kampus Sudirman Denpasar, TIDAK PERNAH dirancang secara khusus
pembuatan Studio Perancangan untuk Arsitektur. Yang dirancang dan dibangun adalah ruang
kelas yang multi fungsi (ruang kelas sekaligus ruang studio). Padahal kedua fungsi ruang ini
sangat jauh berbeda, ruang kelas didesain sebagai wadah proses belajar mengajar yang bersifat
konvergen (pengetahuan), sedangkan kegiatan studio lebih ditekankan pada upaya pemunculan
sisi kreatifitas, keterampilan motorik yang bersifat divergen. Atau secara extrim perbedaan
antara ruang kelas dengan studio adalah yang satu bersifat passif yang lainnya bersifat aktif
(bekerja dan praktek).
Dari fungsi yang bebeda tersebut, tercermin pada lay out ruangnya. Pada ruang kelas, lay out
ruang cenderung digunakan pola segi panjang, sedangkan studio yang lebih menekankan pada
BEKERJA cederung pada bentuk segi empat. Lihat Gambar 3 dan 4
Gambar 3. Lay out Ruang Kelas dan Ruang Studio
Dengan demikian dari segi dimensi ruang, ruang studio LEBIH BESAR dibanding dengan
ruang kelas, dimana kebutuhan furniturenya juga akan berbeda. Ruang kelas didominasi
perabot kursi sedangkan perabot studio membutuhkan meja gambar dan kursi gambar.
Ruang Kelas
Ruang Studio
23
Dengan kondisi seperti ini bisa dimaklumi keluhan informan terhadap ruang kelas yang disulap
menjadi ruang studio: sumpek dan berjejal.
Gambar 4. Ruang Studio Perancangan di Arsitektur Petra Surabaya
Ruang studio yang multifungsi ini menyebabkan ruang studio menjadi tidak permanen. Hari
ini digunakan sebagai Studio, besoknya digunakan untuk perkuliahan teori. Dampaknya secara
psikologis bagi mahasiswa yang bekerja di studio bahwa ruang kerjanya hanya sementara,
bahwa sebentar lagi barang dan perlengkapan yang dibawa dari rumah harus dibawa pulang.
Padahal salah satu upaya untuk membetahkan orang bekerja adalah suasana home harus
tercipta, termasuk perlengkapan kerja dengan segala pernak perniknya (lihat Gambar 5)
24
Gambar 5. Pernak pernik Ruang Kerja yang membuat suasana home
Senada dengan menciptakan rasa home di studio Kresna memberi komentar sebagai berikut:
Idea Kresna ini hanya bisa terwujud seandainya Ruang Studio bersifat permanen. Bukan hanya
permanen tetapi setiap Mata Kuliah Studio memiliki Ruang studio yang tetap. Dengan
demikian perlu dibuat secara pemanen 6 Ruang Studio + 1 Ruang Studio Tugas Akhir yang
tidak bisa digunakan untuk perkuliahan.
Mengenai fasilitas ruang studio, salah satu faktor yang membuat kurang membetahkan
mahasiswa bekerja karena kurang nyaman, misalnya ruang studio yang sudah dijejali begitu
banyak mahasiswa pendingin ruangnya sangat terbatas, sehingga suasana studio tetap gerah
dan tidak nyaman bekerja.
Selain masalah pendingin ruang yang tidak memadai, fasilitas pendukung lain yang tidak kalah
pentingnya adalah Internet. Dari fasilitas inilah segala macam informasi dapat diperoleh untuk
kepentingan tugas. Kondisi ruang studio baik di Denpasar maupun di Bukit semuanya tidak
terjangkau oleh Internet Kampus. Kebutuhan internet dilakukan atas usaha pribadi masing
masing mahasiswa melalui server berbayar. Untuk mendapatkan asses Wifi secara gratis hanya
diperoleh kalau keluar ruang studio mencari sinyal Wifi kampus.
4.1.2.2. Faktor Pengelolaan Studio
Faktor ektrinsik yang mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
mahasiswa untuk tidak termotivasi bekerja di studio yang tidak kalah pentingnya adalah faktor
pengelolaan (management) studio. Termasuk dalam hal ini: perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan/evaluasi kegiatan studio.
Perencanaan
“saya membayangkan seandainya saja di studio ada tempat untuk membikin minuman sendiri, atau bahkan bisa memasak mie instan……..sehingga tidak perlu wira wiri kesana kemari hanya untuk mencari jajan atau beli kopi…..juga bisa membawa dari rumah komputerr desktop berkapasitas besar, scanner dan printer A3”
25
Termasuk dalam hal ini adalah kurikulum dan penjabarannya dalam bentuk Silabus dan Satuan
Acara Pengajaran (SAP) Studio. Peran koordinator studio mengkoordinasi team pengajar
menjadi sangat penting. Bentuk Tugas yang akan diberikan kepada mahasiswa harus jelas dan
terukur dengan baik – termasuk tata kala (time schedule)- sehingga setiap anggota team yang
ikut pada studio tahu apa yang akan dikerjakan, tahu apa yang akan disampaikan/diberikan
kepada mahasiswa. Mestinya informasi ini juga disampaikan kepada seluruh mahasiswa,
sehingga dari awal mahasiswa sudah tahu bayangan kerja yang akan dilakukan dan persiapan
apa yang akan dilakukan.
Pada prakteknya, tahapan ini belum terlaksana dengan baik (ada studio yang sudah melakukan
hal ini dengan baik). Koordinasi hanya dilakukan seadanya, sumber informasi terpusat pada
koodinator saja. Anggota team dipersilahkan berimprovisasi sendiri.
Pelaksanaan
Merupakan tahapan eksekusi Silabus dan SAP dalam bentuk Tugas Studio yang setiap semester
mengambil Topik kasus yang berbeda.
Dinamika dalam pelaksanaan Tugas kerap berkembang karena keunikan setiap proyek, juga
tidak semua hal dapat diantisipasi dalam perencanaan. Mestinya dalam tahap ini diperlukan
adanya Koodinasi rutin yang memerlukan problem solving yang sangat mendesak, namun pada
kenyataannya tidak dilakukan seperti ini. Akhirnya penyelesaiannya bersifat parsial tergantung
dari masing masing anggota team teaching.
Pemantauan dan Evaluasi
Sesungguhnya kegiatan ini berlangsung di seluruh tahapan proses pembelajaran mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan akhir studio.
Evaluasi di tahap “perencanaan” dilakukan misalnya untuk menilai pakah Tugas yang
diberikan sesuai dengan porsi SKS yang telah ditentukan, termasuk menilai apakah seluruh
aspek kompetensi yang diharapkan tercakup dalam Tugas, juga termasuk jumlah peserta studio
yang fluktuatif jumlahnya kaitannya dengan strategi penanganan tugas. Pada kenyataanya
tahapan ini jarang bahkan tidak pernah dilakukan (semuanya ditangani Koordinator).
26
Evaluasi di tahap “pelaksanaan” misalnya untuk mengetahui apakah target capaian sesuai
dengan skenario perencanaan awal; lalu mencari tahu peyebabnya dst. Juga tahap ini tidak
pernah dilakukan.
Evaluasi di akhir studio, merupakan evaluasi total seluruh kegiatan untuk dijadikan acuan
pembelajaran pada semester berikutnya. Evaluasi ini juga tidak pernah dilakukan sehingga
kesalahan dan kealpaan pada semester yang lalu, berulang ulang seolah menjadi masalah yang
rutin yang selalu ditemui pada tiap semester.
Akumulasi dari permasalahan diatas pasti berimbas pada mahasiswa misalnya terjadinya
keraguan untuk melakukan sesuatu, sulitnya mencari kebenaran yang sesungguhnya dan yang
terparah adalah seringnya semua kesalahan ini ditimpakan kepada mahasiswa.
4.2. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMOTIVASI MAHASISWA MENGERJAKAN
TUGAS DILUAR STUDIO FORMAL
Faktor faktor ini merupakan kebalikan dari faktor faktor yang telah diuraikan sebelumnya.
Misalnya apa yang dianggap kurang (disadvantage) di studio formal, bisa didapatkan di studio
informal ini (advantage).
Studio inormal dalam penelitian ini dapat berupa studio yang memang direncanakan untuk
kebutuhan studio Arsitektur dan/atau juga dapat berupa rumah tinggal dimana salah satu ruang
dari rumah tersebut difungsikan sebagai studio.
Anggotanya ada yang bersifat permanen (berteman sejak awal) dan ada yang bersifat temporer
(kebetulan satu kelompok dalam suatu tugas), atau kombinasi keduanya, tetapi yang pasti
jumlahnya tidak banyak (< 10 orang).
4.2.1. Faktor Intrinsik
Faktor faktor yang mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas di studio informal adalah
:
Inisiatif sendiri, waktu lebih flexible, cara kerja bebas, merasa lebih home, sebagaimana
dikemukakan oleh Kresna yang berstudio permanen bersama sama teman lainnya sejak awal
kuliah.
27
Keuntungan lain di studio informal tersebut adalah, seringnya berkumpul dengan kakak kelas
mereka, baik untuk ngobrol maupun menumpang mengerjakan tugas. Bahkan kadangkala
senior meminta bantuan pada yuniornya untuk membantu tugas, sebaliknya yunior
memperoleh segala informasi dari kakak kelasnya. Ikatan ini berlangsung secara alamiah,
sehingga kadangkala dalam mengerjakan suatu tugas lebih mendengar kakak seniornya dari
pada dosennya sendiri. Si yunior tidak sungkan untuk bertanya atau diajari oleh seniornya,
demikian juga seniornya ikhlas membagi apa yang diketahuinya tanpa pamrih.
Hubungan seperti ini nyaris tidak akan pernah terjadi di studio formal, antara mahasiswa
dengan dosen studio seperti ada jarak yang terbentang lebar, hubungannya sangat kaku.
Sehingga problema yang dihadapi oleh mahasiswa lebih nyaman ditanyakan pada seniornya
saja. Hal itu hanya bisa di dapatkan di studio “rumahan”. Sehingga seorang mahasiswa merasa
rugi bila tidak memiliki studio infomal. Ini sudah seperti suatu kebutuhan bukan keterpaksaan.
4.2.2. Faktor Ekstrinsik
Faktor luar yang menjadi daya tarik mahasiswa mengerjakan tugas salah satunya adalah
masalah fasilitas yang tidak perlu mewah tetapi cukup mengakomodasi kebutuhan mahasiswa.
Gambar 6 dan 7 diberikan contoh salah satu hasil observasi Studio informal ini.
“saya kesana dengan kemauan sendiri, waktu kerjanya semau saya, kalau ngantuk bisa bermalam di sana…..pakaiannya apa saja…..bisa saling ngobrol sambil
bekerja…kalau lagi bosan, main game ramai ramai….lapar?? bikin mie sendiri di
dapur…..”
28
Gambar 6 Suasana
Salah Satu Studio Informal
29
Gambar 7 Denah Salah satu Studio Informal
Studio ini merupakan salah satu unit bangunan pada bangunan Rumah Tinggal. Kegiatannya
terpisah dengan kegiatan Rumah tangga. Bangunan terdiri dari dua lantai, lantai 1 pada siang
hari digunakan sebagai kantor jasa kontraktor, sedangkan lantai 2 untuk kegiatan jasa servis
komputer. Malam hari ruang kantor kontraktor ini disulap menjadi studio yang beranggotakan
8 orang yang kesemuanya sudah lulus S1.
Fasilitas ruang studio ini: AC, Wifi, meja gambar, kursi gambar, Komputer desktop, Scanner,
Printer A3, KM/WC, dapur.
Ruang dapur
KM/WC
Ruang Pimpinan
Ruang Studio
Ruang Tamu
30
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan analisis Hasil dan Bahasan pada Bab 4 maka simpulan yang merupakan upaya
untuk menjawab Rumusan masalah yang dikemukakan pada Bab 1. Sebagai suatu penelitian
kualitatif, tentu simpulan ini bukan merupakan generalisasi tetapi merupakan suatu pendapat
informan yang merupakan representasi dari dunia nyata.
1. Faktor faktor yang tidak memotivasi mahasiswa untuk mengerjakan tugas di studio
dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu : Faktor fasilitas studio yang tidak mendukung
proses belajar mengajar di studio seperti kapasitas ruang yang tidak memadai untuk
suatu kegiatan studio; fasilitas AC studio ruangan yang tidak memadai; furniture meja
gambar dan kursi gambar yang masih kurang. Faktor kedua yang tidak mendukung
adalah masalah pengelolaan studio: kurangnya kordinasi pada team teaching studio
berdampak banyak secara psikologis bagi mahasiswa seperti adanya ketidakpastian,
ketidaksinkronan informasi. Sehingga mereka mencari sumber sumber yang dianggap
lebih pasti seperti kakak kelas. Komunikasi dengan senior ini tentu tidak diperoleh di
studio formal tetapi di luar studio.
2. Faktor faktor yang mendorong mahasiswa memilih mengerjakan tugas di studio in
formal adalah: suasana HOME. Mereka bisa mengatur waktu untuk bekerja secara
fleksibel, cara kerja bebas. Saat bekerja mereka dapat menyelingi dengan refreshing
misalnya main game, bermain gitar dan menyanyi, nonton dan makan minum. Selain
itu dukungan fasilitas ruang yang ber AC, Wifi dan peralatan Scanner dan Printer,
komputer desktop yang berkapasitas besar sangat mendukung produk gambar yang
bersifat animasi. Selain itu di studio “rumahan” ini dikunjungi berbagai angkatan dan
kakak kelas yang dapat menjadi nara sumber.
31
5.2. SARAN
Untuk mengembalikan fungsi studio sebagai tempat kerja bagi mahasiswa, perlu diadakan
pembenahan sebagai berikut:
1. Setiap mata kuliah Studio memiliki studio masing masing yang dapat digunakan
sepanjang waktu dan tidak digunakan untuk fungsi fungsi lain
2. Rancangan ruang studio berbeda dengan rancangan ruang kelas teori
3. Lay out meja dan tempat duduk studio tidak sama dengan lay out ruang kelas teori. Lay
out ruang studio sangat dinamis dibuat perklaster dan diserahkan ke mahasiswa untuk
mengaturnya masing masing.
4. Selain ruang kerja juga dperlukan ruang penunjang berupa pantry, tempat makan
minum, ruang relax sebagai tempat “refreshing” untuk mengurangi kejenuhan. Juga
ruang gallery tempat memajang berbagai karya dan tugas mahasiswa. Ini yang disebut
ruang inkubasi.
5. Fasilitas yang ada pada studio: AC sesuai dengan kebutuhan, LCD, Komputer
berkapasitas besar (server), Scanner, printer untuk ukuran A3, Wifi berkecepatan
tinggi.
6. Pengelolaan studio yang terencana, terkordinasi dan sistem evaluasi yang jelas
7. Mengundang pembicara tamu dari berbagai profesi yang sesuai dengan topik tugas,
kakak senior yang dianggap berprestasi, kunjungan ke lapangan yang disertai dengan
pembimbing.
8. Membimbing mahasiswa sebagai mitra belajar, yang bisa diajak berdiskusi lepas.
32
Daftar Pustaka
Bakarman, Ahmed Abdullah. Quality Evaluation Tool for the Design Studio Practice (Pdf)
Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikologi. Jakarta:BPK Gunung Mulia
Keith, Davis, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi .Yogyakarta: BPFE.
Laurens, Joyce M. (ed), 2002. The Design Studio. Surabaya: PCU.
Natawijaya, Rohman dan Moesa, Moein, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Dikti.
Salama, Ashraf. 1995. New Trends In Architectural Education: Designing the Design Studio.
North Carolina.
Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Sigit Arifin, Liliany. Manajemen Pengajaran di Studio Disain Arsitektur. Dimensi Teknik
Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 1 – 9
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan.
33
LAMPIRAN JADWAL PENELITIAN
Waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah 2 (dua) bulan, terhitung mulai bulan
September hingga Oktober 2014. Secara terinci kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2 Tata Kala Penelitian
No KEGIATAN
WAKTU
September Oktober
II III IV V VI VII VIII
1 Persiapan (Grand tour,
kajian pustaka)
2 Pendataan
3 Analisis dan
Interpretasi
4 Penyusunan
laporan
5 Penggandaan
dan penjilidan
5 Penyerahan
Laporan
34
Justifikasi Anggaran A. HONOR
No. Honor Honor/Jam
(Rp) Waktu
(jam/minggu) Jumlah Minggu Jumlah (Rp)
1 Ketua 50000 4 8 1,600,000 2 Anggota 1 25000 4 7 700,000
2 Penggandaan Lap Penelitian 100,000 13 Eksemplar 1,300,000
3 Konsumsi (Nasi dan Kue kotak) 90,000 15 kotak 1,350,000
Sub Total E : 3,000,000
TOTAL ANGGARAN : 20,000,000
35
Lampiran 2. Format Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas
No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu (jam/minggu) Uraian Tugas
1. Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP
00-060557-03
Jurusan Arsitektur
Perencanaan Kota
4 jam/minggu Koordinator penelitian
Menyiapkan penelitian
2. Ir.I Made Suarya, MT Jurusan Arsitektur
Teori dan Kritik Arsitektur
4 jam/minggu Koordinasi lapangan
3. Dr.Ir. Widiastuti,MT Jurusan Arsitektur
Perencang Knota
4 jam/minggu Membuat laporan
36
Lampiran 3. Format Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana
BIODATA TIM PENELITI
A. Identitas Diri (Ketua / Anggota) 1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP 2 Jenis Kelamin Laki 3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala 4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19570506 198403 1 001 5 NIDN 00-060557-03 6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar 6 Mei 1957 7 E-mail [email protected] 8 Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 734312/0816 4703 831 9 Alamat Kantor Bukit jimbaran
10 Nomor Telepon/Faks (0361 703 384) 11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang 12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Seminar Tugas Akhir
2. Metodologi Penelitian 3. Studio Perancangan Arsitektur 1 dan 6
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Unhas ITB Universite de Pau et des Pays de l’Adour
Bidang Ilmu Arsitektur Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan Kota dan Wilayah
Tahun Masuk-Lulus 1976 - 1983 1986 - 1988 1997 -2000
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Perancangan Kebun Binatang di Ujungpandang
Pengaruh Pariwisata Terhadap Pola Tata Ruang Perumahan Tradisional Bali
Le problème des impacts culturels du tourisme À Bali (Indonésie) : vers une alternative planificatrice
Nama Pembimbing/Promotor Ir.JSG. Undap Dr.Ir. Bambang Kusbiantoro, MA, MSc
Olivier Soubeyran
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber* Jml.(Juta Rp.)
1. 2013 Pola Penggunaan Ruang pada Kawasan Tepian Sungai di Denpasar
Hibah Jurusan arsitektur
Rp.15.000.000
2.
3.
*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan *Sumber Jml.(Juta Rp.)
1. 2013 Penghijauan di Bedugul
37
2. 2012 Bilteks di Serangan
3. 2011 Penataan Ruang Publik di Kopleks
Perumahan Padang Galeria, Denpasar
*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/
Tahun Nama Jurnal
1. Pavingisasi Pusat Kota Denpasar : Kajian Fungsional dan Estetika..
Jurnal Terakreditasi Dirjen Dikti Depdiknas No.108/DIKTI/Kep./2007. ISSN 1411-9688. Volume 10 Nomor 1, Februari 2010
Bumi Lestari : Jurnal Lingkungan Hidup
2. Merajut Masa Lalu, Menggapai Lingkungan Binaan Hari Esok,
, Volume 7 Nomor 1 Februari 2009
NATAH
3.
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1.
Seminar Nasional Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara.,
World Heritage di Jatiluwih: Untuk Siapa dan Untuk Apa?. Prosiding Seminar ISBN no. 978-602-7776-68-5
Denpasar, 10 Oktober 2013
2. International Joint Seminar «Architecture and Built Heritage ».
Stagnansi Perkembangan Konsep Arsitektur Bali
Denpasar 11 April 2013
3. Seminar dalam Rangkaian Festival Danau Sentani.
Dasar dasar Pertimbangan Perencanaan Destinasi Pariwisata
Jayapura 15 April 2013
4 Seminar Pariwisata Berkelanjutan, Program Doktor Pascasarjana Pariwisata,
Elemen Arsitektur Bali Sebagai Tengaran (Landmark) Atraksi Pariwisata di Bali.
Denpasar 2 Mei 2013.
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman Penerbit
1.
Soroh Pande di Bali : Pembentukan « Kasta » dan Nilai Gelar (terjemahan Francois Guermonprez, Les Pande de Bali : La Formation d’une « Caste » et La Valeur d’un Titre
2012 395 Udayana University Press.
2.
H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir
No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID 1. 2.
38
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan Tahun
Tempat Penerapan
Respon Masyarakat
1. 2.
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi,
atau institusi lainnya)
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan Tahun
1. 2.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2014 Bukit Jimbaran, 28 Oktober 2014
(Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP)
39
Lampiran 4. Format Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR
Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali (0361) 703384, 703320 Fax : 703384
www.ar.unud.ac.id
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP NIDN / NIP : 00 -060557 -03 Pangkat / Golongan : Pembina Tk I/IV b Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul : FAKTOR FAKTOR YANG (TIDAK) MEMOTIVASI MAHASISWA MENGERJAKAN TUGAS DI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PADA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNUD yang diusulkan dalam ‘Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2014’, bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya. Bukit Jimbaran, 5 September 2014
Menyetujui,
Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti