Top Banner
LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA ADVERSITY QUOTIENT (AQ), STATUS SOSIAL EKONOMI DAN INTENSI WIRAUSAHA PADA SISWA SMK Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun TIM PENELITI 1. Itsna Iftayani, S.Pd.I, M.A 0608078501 2. Cahyana Nursidiq, M.Pd 0302038405 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO November 2020 Kode/Nama Rumpun Ilmu*: 624/Bidang Sosial lain yang belum tercantum
22

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

Oct 06, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

ADVERSITY QUOTIENT (AQ), STATUS SOSIAL EKONOMI DAN INTENSI

WIRAUSAHA PADA SISWA SMK

Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun

TIM PENELITI

1. Itsna Iftayani, S.Pd.I, M.A 0608078501

2. Cahyana Nursidiq, M.Pd 0302038405

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

November 2020

Kode/Nama Rumpun Ilmu*: 624/Bidang Sosial lain

yang belum tercantum

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA
Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

iii

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensi wirausaha siswa ditinjau

dari Adversity Quotient (AQ) dan latar belakang sosial ekonomi. Subyek dalam

penelitian ini adalah 61 siswa SMK Batik Purworejo. Sampel diambil dengan metode

random sampling sistem undian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

kuesioner Adversity Quotient (AQ) dan angket intensi wirausaha sedangkan analisis

data yang digunakan adalah analisis varians dilengkapi dengan analisis deskriptif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan intensi wirausaha siswa ditinjau dari

Adversity Quotient (AQ), siswa climber cenderung memiliki intensi wirausaha yang

tinggi, sedangkan siswa dengan quitter memiliki intensi wirausaha yang rendah.

Berbeda dengan AQ, pada status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap intensi

wirausaha. Individu dengan status sosial ekonomi rendah, menengah dan tinggi sama-

sama memiliki intensi wirausaha yang rata-rata sedang. Jika diukur secara bersama

tidak ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan AQ dan status sosial ekonomi.

Kata kunci : Adversity Quotient, Status sosial ekonomi, intensi wirausaha

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

iv

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga laporan akhir penelitian dengan judul

“Adversity Quotient (AQ), Status Sosial Ekonomi dan Intensi Wirausaha pada

Siswa SMK” sejauh ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih yang

tertingga kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan akhir penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo

2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Purworejo

3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial

4. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

5. Ketua Program Studi Psikologi dan seluruh sivitas akademika

6. Guru dan Siswa SMK Batik Perbaik Purworejo

7. Pimpinan Perusahaan dan Institusi

8. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

akhir penelitian ini sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Kami berharap penyusunan laporan akhir ini dapat memberikan manfaat untuk

kita semua demi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.

Hormat Kami,

Peneliti

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

v

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………......... I

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii

RINGKASAN …………………………………………………………………. iii

PRAKATA……………………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL………………………………………………………………. vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. viii

BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1. 1. Latar Belakang…………………………………………………………. 1

1. 2. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2

1. 3. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 2

1. 4. Target Luaran…………………………………………………………... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 3

2. 1. Kajian Teori…………………………………………………………….. 3

2. 1. 1. Intensi Wirausaha ditinjau dari Adversity Quotient…………….. 3

2. 1. 2. Intensi Wirausaha ditinjau dari Latar Belakang Sosial Ekonomi.. 4

2. 2. Kerangka Berfikir……………………………………………………… 5

2. 3. Hipotesis………………………………………………………………... 5

BAB 3. METODE PENELITIAN ……………………………………………. 6

3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………… 6

3. 2 Jenis Penelitian…………………………………………………………... 6

3. 3 Metode Pengumpulan Data……………………………………………... 6

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

vi

3. 4 Teknik Analisis Data……………………………………………………. 6

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………... 6

4.1. Hasil Penelitian…………………………………………………………… 7

4.2. Pembahasan………………………………………………………………… 8

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 10

5. 1. Kesimpulan……………………………………………………………… 10

5. 2. Saran……………………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 11

LAMPIRAN-LAMPIRAN……..…………………………………….…………. 15

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan……………………………………. 3

Tabel 2. Uji Normalitas………...………………………………………………. 7

Tabel 3. Uji Homogenitas…………...………………………………………… 7

Tabel 4. Analisis Deskriptif……………………………………………………. 7

Tabel 5. Uji Hipotesis………………………………………………………….. 8

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Adversity Quotient

Lampiran 2. Kuesioner Intensi Wirausaha

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Kewirausahaan menjadi salah satu penopang perekonomian negara, hal ini

berlaku di seluruh Dunia (Wahid et al., 2019). Kewirausahaan dipandang sebagai

inkubator untuk produk dan pembaharuan pasar, juga dianggap sebagai katalisator

pertumbuhan teknologi sebagai contoh, Jepang menjadi Negara maju di Asia, karena

disponsori aktivitas kewirausahaan. Jepang memiliki 2% wirausahawan sedang dan

20% wirausahawan kecil. Di Indonesia karakteristik wirausahawan dalam memulai

wirausaha masih bersifat negative feeling dalam menanggung resiko kegagalan, dan

kurang percaya terhadap kekuatan sendiri. Berdasarkan data statistik, jumlah

wirausahawan di Indonesia pada tahun 2019 baru mencapai 3,1 % dari jumlah total

penduduk Indonesia (Siregar, 2019). Hal ini masih sangat minim, jika dibandingkan

dengan kebutuhan yang mencapai 14% untuk menopang perekonomian Indonesia

(Akhir, 2019).

Berdasarkan data tersebut, Indonesia dipandang masih perlu meningkatkan

jumlah wirausahawan sehingga dapat meningkatkan perekonomian Negara dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan

penanaman jiwa wirausaha sejak di Sekolah. Pendidikan Kewirausahaan berperan

untuk meningkatkan kreativitas, problem solving dan membentuk sikap responsif

(Isrososiawan, 2013). Salah satu bekal utama siswa untuk menjadi wirausahawan

adalah intensi wirausaha. Intensi wirausaha merupakan proses pencarian informasi

yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Alhaj et al.,

2011).

Intensi wirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor. Intensi wirausaha secara

intrinsik dipengaruhi oleh sikap berwirausaha, norma subyektif dan efikasi diri

(Saraih et al., 2020; Shi et al., 2020). Beberapa faktor internal yang lain yang juga

mempengaruhi intensi wirausaha seseorang adalah Adversity Quotient, kreativitas,

motivasi berprestasi dan kepribadian (Hu et al., 2018; Kumar & Shukla, 2019).

Niat individu untuk berwirausaha sebagai salah satu faktor yang akan

mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha dibentuk oleh motivasi dan optimisme

individu. Motivasi, optimisme, kecerdasan untuk mengatasi kesulitan, kemampuan

untuk bertahan dan terus berjuang dengan gigih inilah yang kemudian disebut sebagai

Adversity Quotient (Zahreni et al., 2012). Adversity Quotient (AQ) merupakan

kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan dan rintangan (Fathiyah et al.,

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

2

2018). Adversity Quotient memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat

berwirausaha (Padmalia & Ciputra, 2016; Zahreni et al., 2012).

AQ menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi kesuksesan individu. Studi

terdahulu mengatakan bahwa AQ yang tinggi dapat mempengaruhi motivasi

berprestasi, kemampuan menangkap peluang, kemampuan untuk bangkit,

kemungkinan meraih sukses (Matore et al., 2015; Mohd Matore et al., 2020).

Adversity quotient dibagi menjadi 3 kategori yaitu Climber (high), camper (average)

dan Quitter (low). Masing-masing kategori memiliki tingkatan dan cara mengatasi

kesulitan yang berbeda satu sama lain. Beberapa studi sebelumnya menjelaskan

bahwa AQ mempengaruhi intensi wirausaha namun belum ada yang secara spesifik

menjelaskan intensi wirausaha jika dilihat dari masing-masing kategori tersebut.

Selain itu juga ada faktor yang berasal luar yaitu faktor lingkungan (Supriadi

et al., 2015). Faktor lingkungan dapat terkait Pendidikan kewirausahaan, dukungan

dari orangtua dan kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi orangtua dapat

mempengaruhi intensi wirausaha individu (Chuluunbaatar et al., 2011). Latar

belakang orangtua memiliki peran penting yang mempengaruhi intensi wirausaha

siswa (Nety Meinawati et al., 2018a). Pada beberapa kasus, pengalaman sebelumnya

juga dapat mempengaruhi intensi berwirausaha meskipun tidak secara langsung (Elert

et al., 2015).

1. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ (climber, camper dan

quitter)?

1.2.2 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari kondisi sosial ekonomi

orangtua (rendang dan tinggi)?

1.2.3 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ dan kondisi sosial

ekonomi orangtua?

1. 3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3. 1 Mengetahui intensi intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ (climber,

camper dan quitter).

1.3. 2 Mengetahui intensi wirausaha siswa ditinjau dari kondisi sosial ekonomi

orangtua (rendah, sedang dan tinggi).

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

3

1.3. 3 Mengetahui intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ dan kondisi sosial

ekonomi orangtua.

1. 4. Target Luaran

Hasil penelitian ini akan dipublikasikan dalam Jurnal Nasional terakreditasi

Sinta 4 Edunomic dan jurnal internasional Educational, cultural and psychological

studies.

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan

No Jenis Luaran Indikator Capaian

TS0 TS+1 TS+2

1 Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional terakreditasi √

2 Publikasi ilmiah Jurnal internasional √

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1. 1 Intensi Wirausaha ditinjau dari Adversity Quotient

Intensi wirausaha merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan

perilaku wirausaha. Intensi wirausaha terdiri dari empat dimensi utama yaitu desires,

preferences, plans dan behavior expectancies. Desire adalah sesuatu dalam diri

seseorang yang berupa keinginan atau hasrat yang tinggi untuk memulai suatu usaha.

Preferences adalah sesuatu dalam diri seseorang yang menunjukkan bahwa memiliki

usaha atau bisnis yang mandiri adalah suatu kebutuhan yang harus dicapai. Plans

merujuk pada harapan dan rencana yang ada dalam diri seseorang untuk memulai

suatu usaha di masa yang akan datang. Behavior expectancies adalah tinjauan atas

suatu kemungkinan untuk berwirausaha dengan diikuti oleh target dimulainya sebuah

usaha bisnis (Handaru et al., 2015).

Intensi wirausaha merupakan salah satu aspek penting dalam wirausaha, karena

setiap perilaku atau perbuatan terlebih dahulu harus diawali dengan adanya keinginan.

Keinginan atau intensi menjadi sangat penting, karena intensi diasumsikan dapat

menangkap faktor-faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah

laku. Sehigga intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan yang masuk akal untuk

memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausahawan (Wibowo, 2016).

Salah satu faktor intenal yang mempengaruhi intensi wirausaha adalah Advesity

Quotient (AQ). Adversity Quotient (AQ) merupakan kegigihan dalam mengatasi

segala rintangan dalam mendaki puncak sukses yang diinginkan. Hal ini tidak terbatas

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

4

pada bagaimana individu mengatasi sebuah kesulitan yang ada akan tetapi individu

tersebut juga diharapkan dapat mengubah pandangannya akan sebuah kesulitan

sebagai sebuah peluang baru untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan (Niky

Amanah, 2017).

Ada tiga respon individu terhadap kesulitan menurut Stoltz (2000) yaitu: (1)

Quitters yaitu individu yang memilih keluar menghindari kewajiban, mundur dan

berhenti. Ketika bekerja, quitters memperlihatkan sedikit ambisi, motivasi yang

rendah dan mutu yang dibawah standar. Mereka cenderung tidak kreatif dan tidak

berani mengambil resiko. (2) Campers, individu yang masuk pada kategori ini adalah

individu yang menghindari atau tidak menyelesaikan pekerjaan sulit sebelum

pekerjaan tersebut selesai. Mereka tidak lagi mengembangkan diri melainkan hanya

mempertahankan agar apa yang mereka raih dapat tetap mereka miliki. campers

memiliki sejumlah inisiatif, sedikit motivasi dan beberapa usaha. (3) Climbers, yaitu

pemikir yang selalu memikirkan kemngkinan-kemungkinan dan tidak pernah

membiarkan usia, jenis kelamin,cacat fisik dan mental menghambat pendakiannya.

Ketika melakukan sesuatu tidak menghiraukan latar belakang, keuntungan atau

kerugian dan lain sebagainya. Individu dalam kategori ini akan terus mendaki dan

menyambut tantangan yang diberikan kepada merek, bisa memotivasi dan terus

berkontribusi kepada masyarakat atau organisasi (Aprilia, 2018).

2.1. 2 Intensi Wirausaha ditinjau dari Latar Belakang Status Sosial Ekonomi

Intensi wirausaha juga dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial

ekonomi seseorang dapat mempengaruhi individu untuk memutuskan berwirausaha

(Haryani, 2017). Latar belakang status sosial ekonomi merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi perkembangan individu, termasuk dalam pendidikan. Keluarga

sebagai sebagai kelompok sosial terkecil berfungsi sebagai (1) fungsi biologis, yakni

fungsi terkait dengan keturunan, (2) fungsi psikologis yaitu terkait bagaimana dasar-

dasar kehidupan sosial dan juga untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, rasa aman

dan lain sebagainya, (3) fungsi budaya, keluarga menjadi tempat untuk mengenal dan

meneruskan kebudayaan yang ada (4) fungsi ekonomi, yaitu keluarga merupakan

tempat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan memelihara kelangsungan

hidup keluarga (Maknunah, 2017).

Latar belakang sosial ekonomi keluarga memiliki peran yang besar terhadap

pendidikan anak, karena anak dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas akan

terpenuhi dan terfasilitasi dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Terdapat 3

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

5

lapisan masyarakat yaitu (1) lapisan ekonomi mampu/kaya ini mempunyai

pendapatan tinggi, sehingga mereka dapat hidup layak. (2) lapiran ekonomi

menengah, lapisan masyarakat yang tergolong pada kategori ini adalah yang memiliki

pendapatan yang dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (3) lapisan

ekonomi bawah, yaitu lapisan masyarakat yang memiliki pendapatan yang minim

(Moies, 2008). Berdasarkan kategorisasi dari Badan Pusat Statistik Tahun 2019 maka

lapisan ekonomi bawah adalah keluarga dengan penghasilan dibawah 1.9 juta, lapisan

ekonomi menengah adalah keluarga dengan penghasilan 1.9 – 5 juta, sedangkan

lapisan ekonomi atas adalah penghasilan diatas 5 juta (Badan Pusat Statistik, 2019;

BPS: Penghasilan Rp 1,9 Juta Per Bulan Masuk Kategori Warga Miskin - Bisnis

Liputan6.com, n.d.)

2.2. Kerangka Berfikir

SMK yang semula bertujuan menghasilkan lulusan yang siap kerja mulai

mengubah orientasinya menjadi sekolah pencetak wirausaha (Kemendikbud, 2019).

Untuk mencapai hal tersebut tentu butuh adanya keterampilan dan motivasi yang kuat

dari siswa untuk berwirausaha. Penelitian menyebutkan bahwa intensi wirausahawan

menjadi prediktor utama dalam menyiapkan wirausahawan yang handal. Salah satu

yang mempengaruhi intensi wirausaha adalah Adversity Quotient (AQ). AQ

diperlukan dalam segala aspek kehidupan termasuk mempersiapkan diri dalam

berwirausaha. AQ berpengaruh terhadap intensi wirausaha (Sandi, 2017).

Intensi wirausaha berhubungan dengan kondisi latar belakang sosial ekonomi

siswa. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa kondisi sosial ekonomi mempengaruhi

intensi wirausaha mahasiswa (Baliyan & Moorad, 2018; Kalitanyi & Bbenkele,

2018). Beberapa studi terdahulu menjelaskan kondisi latar belakang sosial ekonomi

dapat mempengaruhi intensi wirausaha karena kondisi tersebut dapat mempengaruhi

kondisi internal individu (Haryani, 2017).

Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana perbedaan intensi wirausaha

berdasarkan Adversity Quotient (AQ) dan Latar belakang sosial ekonomi.

2.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.3. 1 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Adversity Quotient

(AQ)

2.3. 2 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Status Sosial

Ekonomi

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

6

2.3. 3 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan AQ dan latar

belakang sosial ekonomi.

BAB 3. METODE PENELITIAN

3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

di Purworejo. Penentuan lokasi adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1)

Sekolah merupakan sekolah swasta yang memiliki jumlah siswa lebih dari 60 siswa.

(2) Sekolah memiliki siswa dengan latar belakang sosial ekonomi yang beragam.

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Mei - November 2020.

3. 2 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, Rancangan penelitian

menggunakan cross sectional karena data penelitian dilakukan pengukura pada waktu

yang sama.

3. 3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala dan

dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data latar belakang kondisi

sosial ekonomi siswa sedangka untuk mengukur intensi wirausaha dan AQ digunakan

Skala. Skala intensi wirausaha yang digunakan adalah skala intensi wirausaha yang

disusun dan dikembangkan dari Wouter Duijin (2004) terdiri dari 34 pernyataan.

Skala AQ terdiri dari 20 pernyataan.

3. 4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis varians karena

tujuannya adalah untuk melihat perbedaan rerata melalui pengetesan variansinya.

Selain itu juga digunakan teknik deskriptif yaitu dengan memberikan ulasan atau

interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna

dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-langkahnya adalah reduksi data,

penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan kesimpulan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Penelitian

4.1. 1 Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan dengan perhitungan

SPSS maka dapat diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.809. Nilai signifikansi

tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

7

tersebut normal. Hasil spesifik dati pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2. Uji Normalitas

4.1. 2 Uji Homogenitas

Hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa data pada perhitungan

ketiga variabel adalah homogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

yang diperoleh yaitu sebesar 0.096 yang berarti lebih dari 0.05. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas

F df1 df2 Sig.

Intensi Wirausaha 1.986 5 53 .096

4.1. 3 Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan analisis deskriptif menggunakan anava

2 jalur maka dapat diperoleh hasil analisis seperti pada tabel berikut.

Tabel 4. Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif

Adversity

Quotient Sosial Ekonomi Mean

Std.

Deviation N

Climber Tinggi 87.00 . 1

Sedang 76.50 4.950 2

Rendah 72.75 2.500 4

Total 75.86 5.872 7

Camper Tinggi 83.83 5.565 6

Sedang 83.33 6.457 27

Rendah 82.00 6.669 18

Total 82.92 6.356 51

Quitter Sedang 69.50 .707 2

Rendah 67.00 . 1

Total 68.67 1.528 3

Total Tinggi 84.29 5.219 7

Sedang 82.00 7.141 31

Rendah 79.74 7.460 23

Total 81.41 7.131 61

Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistik Db Sig Statistik Db Sig.

Nilai Residual

Standar

.061 61 .200* .988 61 .809

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

8

Tabel 5. Uji Hipotesis

Anava 2 jalur

Sumber JK Db RK F Sig.

Antar 87909.590 1 87909.590 2285.513 .000

Adversity

Quotient

399.673 2 199.837 5.195 .009

Sosial Ekonomi 165.745 2 82.872 2.155 .126

Adversity

Quotient * Sosial

Ekonomi

105.078 3 35.026 .911 .442

Kesalahan 2038.583 53 38.464

Total 407332.000 61

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa

a. Ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan AQ. Hal ini dapat dilihat

dari nilai signifikansi 0.009 < 0.05

b. Tidak ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan kondisi sosial

ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0.126>0.05

c. Tidak ada pengaruh interaksi AQ dan kondisi sosial ekonomi terhadap

intensi wirausaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0.442 >

0.05

4. 2 Pembahasan

Berdasarkan uji varians tersebut maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan

intensi wirausaha jika dilihat berdasarkan Adversity Quotient (AQ). Hal ini sesuai

dengan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa AQ memiliki korelasi positif

dengan intensi wirausaha. Sumbangan AQ terhadap intensi wirausaha cukup besar

(Afrila, 2010; Julita & Prabowo, 2018). AQ memberikan sumbangan terhadap intensi

wirausaha melalui self-efficacy. Individu yang memiliki AQ yang tinggi akan

memiliki self-efficacy tinggi sehingga dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa

(Alfiah, Fulgentius Danardana Murwan, 2018).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini perbedaan intensi

wirausaha dilihat berdasarkan tipe AQnya. AQ dikategorikan menjadi tiga yaitu

climber, camper dan quitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi wirausaha

tertinggi dimiliki siswa yang memiliki tipe climber, sedangkan intensi wirausaha

yang paling rendah dimiliki oleh siswa dengan tipe quitter. Climbers yakin bahwa

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

9

segala sesuatu akan bisa dilakukan. Individu dengan tipe ini merasa sangat yakin

dengan sesuatu yang besar dan tantangan yang dihadapkan padanya (Herawan &

Diantina, 2018). Keyakinan inilah yang kemudian menguatkan niat siswa untuk

berwirausaha. Sebaliknya individu dengan tipe quitter akan memilih untuk mundur,

menghindari kewajiban dan berhenti. Individu ini cenderung menolak kesempatan

yang diberikan kepadanya. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa tipe quitter

memiliki intensi wirausaha yang paling rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat dilihat berdasarkan tipe AQ nya

bahwa siswa paling banyak memiliki tipe camper yaitu sebanyak 51 orang, tipe

climber 7 orang dan quitter 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden secara

umum memiliki AQ sedang atau camper. Camper memiliki karakter mau menerima

tantangan, namun jika sudah mencapai tingkatan tertentu maka dia akan merasa puas

dan mencukupkan diri. Campers cenderung tidak mau mengembangkan diri dan tidak

menjadikan kesuksesan sebagai tujuan mereka.

Berbeda dengan tipe AQ, jika dilihat secara sosial ekonomi, responden yang

terbanyak memiliki kondisi sosial ekonomi sedang dengan penghasilan 1.9-5 juta

sebanyak 31 orang, berpenghasilan rendah yaitu dibawah 1.9 juta sebanyak 23 orang

dan yang berpenghasilan tinggi hanya 7 orang saja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

secara status sosial ekonomi mayoritas responden berada pada lapisan menengah ke

bawah.

Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

intensi wirausaha siswa jika dilihat berdasarkan status sosial ekonomi. Hal ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa status sosial

ekonomi dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa (Haryani, 2017). Ada

beberapa kemungkinan yang menjadikan status sosial ekonomi tidak mempengaruhi

intensi wirausaha, yang pertama adalah kondisi sosial ekonomi yang cenderung

menengah ke bawah ini justru memotivasi responden untuk mengubah persepsi siswa

terhadap pekerjaan yang dijalani oleh orangtua. Hal yang kedua adalah kondisi sosial

ekonomi merupakan bagian dari lingkungan, berpengaruh atau tidaknya lingkungan

ini berhubungan dengan akses modal. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap

intensi wirausaha, bahkan faktor lingkungan menjadi faktor yang memiliki peran

paling tinggi terhadap minat usaha. Salah satu bagian dari lingkungan yang

mempengaruhi adalah akses modal. Individu yang memiliki akses modal yang baik

maka akan memiliki intensi wirausaha yang tinggi (Supriadi et al., 2015).

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

10

Lingkungan yang mempengaruhi individu untuk berwirausaha ini juga lebih

banyak berkaitan dengan latar belakang orangtuanya. Latar belakang keluarga

memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap intensi wirausaha siswa. Siswa yang

memiliki orangtua yang berwirausaha maka intensi wirausahanya juga tinggi, hal ini

dikarenakan siswa memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada siswa yang

orangtuanya tidak berwirausaha (Nety Meinawati et al., 2018b).

Temuan lain dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh interaksi AQ dan

kondisi sosial ekonomi terhadap intensi wirausaha. Meskipun jika diukur secara

terpisah tipe AQ memiliki pengaruh terhadap intensi wirausaha, namun jika diukur

interaksinya dengan status sosial ekonomi maka tidak ada pengaruhnya. AQ memiliki

empat dimensi yaitu pengendalian, kepemilikan, jangkauan dan daya tahan. Secara

umum keseluruhan dari empat dimensi ini yang kemudian menggambarkan kapasitas

seseorang dalam menghadapi kesulitan (Supardi U.S., 2015). Secara umum intensi

wirausaha siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain yang tidak diukur dalam

penelitian ini seperti norma subyektif, sikap berwirausaha dan self-efficacy (Saraih et

al., 2020; Shi et al., 2020). Faktor lain yang juga kemungkinan mempengaruhi adalah

motivasi, kebutuhan akan prestasi dan Pendidikan kewirausahaan (Wirananda et al.,

2016).

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada

perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Adversity Quotient (AQ). Rerata

intensi wirausaha tertinggi ada pada tipe climber dan yang terendah pada tipe quitter.

Berbeda dengan AQ, status sosial ekonomi siswa tidak mempengaruhi intensi

wirausaha sehingga tidak ada perbedaan intensi wirausaha pada siswa dengan status

sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Jika diukur secara bersamaan (interaksi

antara AQ dengan status sosial ekonomi) juga tidak ada perbedaan intensi wirausaha.

5.2. Saran

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu belum mengungkap secara

mendalam mengapa tipe AQ dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa,

demikiran juga pada status sosial ekonomi. Oleh karena itu rekomendasi bagi peneliti

berikutnya, dapat meneliti secara mendalam mengenai intensi wirausaha secara

mendalam menggunakan metode penelitian kualitatif berkaitan dengan AQ dan status

sosial ekonomi.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

11

DAFTAR PUSTAKA

Afrila, N. (2010). Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Intensi Berwirausaha

Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas HKBP Nommensen, 6(2), 102–

113. https://doi.org/10.36655/psikologi.v6i2.125

Akhir, D. J. (2019). Syarat Jadi Negara Maju: Jumlah Pengusaha 14% dari Rasio

Penduduk : Okezone Economy. okezone.com.

https://economy.okezone.com/read/2019/04/09/320/2040896/syarat-jadi-negara-

maju-jumlah-pengusaha-14-dari-rasio-penduduk

Alfiah, Fulgentius Danardana Murwan, L. W. W. (2018). Influence of Adversity

Quotient and Entrepreneurial Self Efficacy to the Entrepreneurial Intention on

Management and Members of Cooperative. European Journal of Business and

Management, 10(13), 34–39.

Alhaj, B. K., Yusof, M. Z., & Edama, N. (2011). Entrepreneurial Intention: An

Empirical Study of Community College Students in Malaysia. In EUROSOIL

Symposium.

Aprilia, D. E. (2018). Adversity Quotient of Late Adolescence: a Lesson To Build

Survival Skill From Early Life. Proceedings of the International Conference on

the Roles of Parents in Shaping Children’s Characters, 1997, 332–343.

Badan Pusat Statistik. (2019). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2019: Infrastructure

Development in Indonesia.

Baliyan, S. P., & Moorad, F. R. (2018). Teaching effectiveness in private higher

education institutions in botswana: Analysis of students’ perceptions.

International Journal of Higher Education, 7(3), 143–155.

https://doi.org/10.5430/ijhe.v7n3p143

BPS: Penghasilan Rp 1,9 Juta Per Bulan Masuk Kategori Warga Miskin - Bisnis

Liputan6.com. (n.d.). Diambil 10 Februari 2021, dari

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4013223/bps-penghasilan-rp-19-juta-per-

bulan-masuk-kategori-warga-miskin

Chuluunbaatar, E., Ottavia, Luh, D. B., & Kung, S. F. (2011). The entrepreneurial

start-up process: The role of social capital and the social economic condition.

Asian Academy of Management Journal, 16(1), 43–71.

Elert, N., Andersson, F. W., & Wennberg, K. (2015). The impact of entrepreneurship

education in high school on long-term entrepreneurial performance. Journal of

Economic Behavior and Organization, 111(1063), 209–223.

https://doi.org/10.1016/j.jebo.2014.12.020

Fathiyah, I., Tamar, M., & Arfah, T. (2018). Adversity Quotient and Perception to

Adversity in Differentiating Entrepreneurial Survival.

https://doi.org/10.2991/icaaip-17.2018.19

Handaru, A. W., Parimita, W., & Mufdhalifah, I. W. (2015). Membangun Intensi

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

12

Berwirausaha Melalui Adversity. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 17(2),

155–166. https://doi.org/10.9744/jmk.17.2.155

Haryani, S. (2017). Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan Terhadap Pengembangan

Wirausaha Di Kabupaten Sleman. EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan),

1(1), 24. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.1841

Herawan, S. R., & Diantina, F. P. (2018). Adversity Quotient Remaja Putus Sekolah

di Komunitas Perpus Banjaran. Prosiding Seminar Nasional, 4(1), 193–199.

Hu, R., Wang, L., Zhang, W., & Bin, P. (2018). Creativity, proactive personality, and

entrepreneurial intention: The role of entrepreneurial alertness. Frontiers in

Psychology, 9(JUN), 1–10. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.00951

Isrososiawan, S. (2013). Peran Kewirausahaan Dalam Pendidikan. Jurnal Jurusan

Pendidikan IPS Ekonomi Jiwa, ix, 26–49.

Julita, I., & Prabowo, M.Si, S. (2018). Intensi Berwirausaha Ditinjau Dari Adversity

Quotient Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang. Psikodimensia, 17(1), 85.

https://doi.org/10.24167/psidim.v17i1.1530

Kalitanyi, V., & Bbenkele, E. (2018). Cultural values as determinants of

entrepreneurial intentions among university students in Cape Town-South

Africa. Journal of Enterprising Communities, 12(4), 437–453.

https://doi.org/10.1108/JEC-01-2017-0017

Kemendikbud. (2019). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik

Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/03/mendikbud-dorong-siswa-

smk-jadi-wirausaha-di-era-industri-40

Kumar, R., & Shukla, S. (2019). Creativity, Proactive Personality and Entrepreneurial

Intentions: Examining the Mediating Role of Entrepreneurial Self-efficacy.

Global Business Review. https://doi.org/10.1177/0972150919844395

Maknunah, A. (2017). PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA (STUDI KASUS

PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA PADA SUAMI PELAKU

POLIGAMI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

Oleh: Jom Fisip, 4(1), 1–13. https://media.neliti.com/media/publications/183768-

ID-partisipasi-masyarakat-dalam-pelaksanaan.pdf

Matore, M. E. E. M., Khairani, A. Z., & Razak, N. A. (2015). The influence of AQ on

the academic achievement among Malaysian polytechnic students. International

Education Studies, 8(6), 69–74. https://doi.org/10.5539/ies.v8n6p69

Mohd Matore, M. E. E., Rahman, N. A., Idris, H., Khairani, A. Z., & Mohd Al Hapiz,

N. (2020). Is adversity quotient (AQ) able to predict the academic performance

of polytechnic students? Journal of Critical Reviews, 7(3), 393–398.

https://doi.org/10.31838/JCR.07.03.75

Moies, S. (2008). Struktur Sosial: Stratifikasi sosial (hal. 2–20).

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

13

Nety Meinawati, Eeng Ahman, & Suwatno. (2018a). Pengaruh Latar Belakang

Keluarga dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha melalui

Efikasi Diri. Indonesian Journal Of Economics Education, 1(1), 55–64.

https://doi.org/10.17509/jurnal

Nety Meinawati, Eeng Ahman, & Suwatno. (2018b). Pengaruh Latar Belakang

Keluarga dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha melalui

Efikasi Diri. Indonesian Journal Of Economics Education, 1(1).

Niky Amanah, L. (2017). Pengaruh Adversity Quotient (Aq) Dan Kemampuan

Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Perspektif Ilmu

Pendidikan, 28(1), 55. https://doi.org/10.21009/pip.281.7

Padmalia, M., & Ciputra, U. (2016). Keterhubungannya Dengan Kecerdasan-Hadapi-

. 10(1), 21–36.

Sandi, A. (2017). The influence of adversity quotient and entrepreneurship education

toward entrepreneurial intention of students’ social science education

department in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang.

http://etheses.uin-malang.ac.id/9849/%0Ahttps://lens.org/057-632-164-864-053

Saraih, U. N., Amlus, M. H., Samah, I. H. A., Abdul Mutalib, S., Aris, A. Z. Z., &

Sharmini, A. (2020). Relationships between attitude towards behaviour,

subjective norm, self-efficacy and entrepreneurial intention among the technical

secondary students in Malaysia. Journal of Critical Reviews, 7(16), 943–952.

https://doi.org/10.31838/jcr.07.16.121

Shi, Y., Yuan, T., Bell, R., & Wang, J. (2020). Investigating the Relationship

Between Creativity and Entrepreneurial Intention: The Moderating Role of

Creativity in the Theory of Planned Behavior. Frontiers in Psychology, 11(June),

1–12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01209

Siregar, T. (2019). Jumlah Wirausaha di Indonesia Tembus 8 Juta Jiwa - Ekonomi |.

RRI.co.id. https://rri.co.id/ekonomi/651422/jumlah-wirausaha-di-indonesia-

tembus-8-juta-jiwa

Supardi U.S., S. U. S. (2015). Pengaruh Adversity Qoutient terhadap Prestasi Belajar

Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(1), 61–71.

https://doi.org/10.30998/formatif.v3i1.112

Supriadi, Y., Tinggi, S., Ekonomi, I., Sukartaatmadja, I., Tinggi, S., & Ekonomi, I.

(2015). ANALISIS FAKTOR DETERMINAN INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA

SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BOGOR (Nomor June 2018).

https://doi.org/10.13140/RG.2.2.14602.16321

Wahid, S. D. M., Ayob, A. H., & Hussain, W. M. H. W. (2019). Twinkle twinkle little

star how subjective norm mediates so far? Formation of social entrepreneurship

intention in Malaysia. International Journal of Engineering and Advanced

Technology, 8(5C), 101–107. https://doi.org/10.35940/ijeat.E1014.0585C19

Wibowo, B. (2016). Relationship between Entrepreneurial Intention Among

Undergraduates Student and Entrepreneurship Education: Differences between

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA

14

Gender. Asia Pacific Management and Business Application, 5(1), 30–50.

https://doi.org/10.21776/ub.apmba.2016.005.01.3

Wirananda, M., Kusuma, A., & Warmika, I. G. K. (2016). BERWIRAUSAHA PADA

MAHASISWA S1 FEB UNUD Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana , Bali , Indonesia. 5(1), 678–705.

Zahreni, S., Sari, R., & Pane, D. (2012). Pengaruh Adversity Quotient Terhadap

Intensi Berwirausaha. Jurnal ekonomi, 15(04), 173–178.