Page 1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
ADVERSITY QUOTIENT (AQ), STATUS SOSIAL EKONOMI DAN INTENSI
WIRAUSAHA PADA SISWA SMK
Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun
TIM PENELITI
1. Itsna Iftayani, S.Pd.I, M.A 0608078501
2. Cahyana Nursidiq, M.Pd 0302038405
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
November 2020
Kode/Nama Rumpun Ilmu*: 624/Bidang Sosial lain
yang belum tercantum
Page 3
iii
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intensi wirausaha siswa ditinjau
dari Adversity Quotient (AQ) dan latar belakang sosial ekonomi. Subyek dalam
penelitian ini adalah 61 siswa SMK Batik Purworejo. Sampel diambil dengan metode
random sampling sistem undian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner Adversity Quotient (AQ) dan angket intensi wirausaha sedangkan analisis
data yang digunakan adalah analisis varians dilengkapi dengan analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan intensi wirausaha siswa ditinjau dari
Adversity Quotient (AQ), siswa climber cenderung memiliki intensi wirausaha yang
tinggi, sedangkan siswa dengan quitter memiliki intensi wirausaha yang rendah.
Berbeda dengan AQ, pada status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap intensi
wirausaha. Individu dengan status sosial ekonomi rendah, menengah dan tinggi sama-
sama memiliki intensi wirausaha yang rata-rata sedang. Jika diukur secara bersama
tidak ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan AQ dan status sosial ekonomi.
Kata kunci : Adversity Quotient, Status sosial ekonomi, intensi wirausaha
Page 4
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Hidayah-Nya sehingga laporan akhir penelitian dengan judul
“Adversity Quotient (AQ), Status Sosial Ekonomi dan Intensi Wirausaha pada
Siswa SMK” sejauh ini dapat terlaksana dengan baik. Ucapan terima kasih yang
tertingga kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan akhir penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo
2. Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Purworejo
3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial
4. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
5. Ketua Program Studi Psikologi dan seluruh sivitas akademika
6. Guru dan Siswa SMK Batik Perbaik Purworejo
7. Pimpinan Perusahaan dan Institusi
8. Semua Pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
akhir penelitian ini sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Kami berharap penyusunan laporan akhir ini dapat memberikan manfaat untuk
kita semua demi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.
Hormat Kami,
Peneliti
Page 5
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………......... I
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii
RINGKASAN …………………………………………………………………. iii
PRAKATA……………………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. viii
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
1. 1. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1. 2. Rumusan Masalah……………………………………………………… 2
1. 3. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 2
1. 4. Target Luaran…………………………………………………………... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 3
2. 1. Kajian Teori…………………………………………………………….. 3
2. 1. 1. Intensi Wirausaha ditinjau dari Adversity Quotient…………….. 3
2. 1. 2. Intensi Wirausaha ditinjau dari Latar Belakang Sosial Ekonomi.. 4
2. 2. Kerangka Berfikir……………………………………………………… 5
2. 3. Hipotesis………………………………………………………………... 5
BAB 3. METODE PENELITIAN ……………………………………………. 6
3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………… 6
3. 2 Jenis Penelitian…………………………………………………………... 6
3. 3 Metode Pengumpulan Data……………………………………………... 6
Page 6
vi
3. 4 Teknik Analisis Data……………………………………………………. 6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………... 6
4.1. Hasil Penelitian…………………………………………………………… 7
4.2. Pembahasan………………………………………………………………… 8
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………… 10
5. 1. Kesimpulan……………………………………………………………… 10
5. 2. Saran……………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………... 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN……..…………………………………….…………. 15
Page 7
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan……………………………………. 3
Tabel 2. Uji Normalitas………...………………………………………………. 7
Tabel 3. Uji Homogenitas…………...………………………………………… 7
Tabel 4. Analisis Deskriptif……………………………………………………. 7
Tabel 5. Uji Hipotesis………………………………………………………….. 8
Page 8
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Adversity Quotient
Lampiran 2. Kuesioner Intensi Wirausaha
Page 9
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Kewirausahaan menjadi salah satu penopang perekonomian negara, hal ini
berlaku di seluruh Dunia (Wahid et al., 2019). Kewirausahaan dipandang sebagai
inkubator untuk produk dan pembaharuan pasar, juga dianggap sebagai katalisator
pertumbuhan teknologi sebagai contoh, Jepang menjadi Negara maju di Asia, karena
disponsori aktivitas kewirausahaan. Jepang memiliki 2% wirausahawan sedang dan
20% wirausahawan kecil. Di Indonesia karakteristik wirausahawan dalam memulai
wirausaha masih bersifat negative feeling dalam menanggung resiko kegagalan, dan
kurang percaya terhadap kekuatan sendiri. Berdasarkan data statistik, jumlah
wirausahawan di Indonesia pada tahun 2019 baru mencapai 3,1 % dari jumlah total
penduduk Indonesia (Siregar, 2019). Hal ini masih sangat minim, jika dibandingkan
dengan kebutuhan yang mencapai 14% untuk menopang perekonomian Indonesia
(Akhir, 2019).
Berdasarkan data tersebut, Indonesia dipandang masih perlu meningkatkan
jumlah wirausahawan sehingga dapat meningkatkan perekonomian Negara dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan
penanaman jiwa wirausaha sejak di Sekolah. Pendidikan Kewirausahaan berperan
untuk meningkatkan kreativitas, problem solving dan membentuk sikap responsif
(Isrososiawan, 2013). Salah satu bekal utama siswa untuk menjadi wirausahawan
adalah intensi wirausaha. Intensi wirausaha merupakan proses pencarian informasi
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Alhaj et al.,
2011).
Intensi wirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor. Intensi wirausaha secara
intrinsik dipengaruhi oleh sikap berwirausaha, norma subyektif dan efikasi diri
(Saraih et al., 2020; Shi et al., 2020). Beberapa faktor internal yang lain yang juga
mempengaruhi intensi wirausaha seseorang adalah Adversity Quotient, kreativitas,
motivasi berprestasi dan kepribadian (Hu et al., 2018; Kumar & Shukla, 2019).
Niat individu untuk berwirausaha sebagai salah satu faktor yang akan
mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha dibentuk oleh motivasi dan optimisme
individu. Motivasi, optimisme, kecerdasan untuk mengatasi kesulitan, kemampuan
untuk bertahan dan terus berjuang dengan gigih inilah yang kemudian disebut sebagai
Adversity Quotient (Zahreni et al., 2012). Adversity Quotient (AQ) merupakan
kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan dan rintangan (Fathiyah et al.,
Page 10
2
2018). Adversity Quotient memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat
berwirausaha (Padmalia & Ciputra, 2016; Zahreni et al., 2012).
AQ menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi kesuksesan individu. Studi
terdahulu mengatakan bahwa AQ yang tinggi dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi, kemampuan menangkap peluang, kemampuan untuk bangkit,
kemungkinan meraih sukses (Matore et al., 2015; Mohd Matore et al., 2020).
Adversity quotient dibagi menjadi 3 kategori yaitu Climber (high), camper (average)
dan Quitter (low). Masing-masing kategori memiliki tingkatan dan cara mengatasi
kesulitan yang berbeda satu sama lain. Beberapa studi sebelumnya menjelaskan
bahwa AQ mempengaruhi intensi wirausaha namun belum ada yang secara spesifik
menjelaskan intensi wirausaha jika dilihat dari masing-masing kategori tersebut.
Selain itu juga ada faktor yang berasal luar yaitu faktor lingkungan (Supriadi
et al., 2015). Faktor lingkungan dapat terkait Pendidikan kewirausahaan, dukungan
dari orangtua dan kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial ekonomi orangtua dapat
mempengaruhi intensi wirausaha individu (Chuluunbaatar et al., 2011). Latar
belakang orangtua memiliki peran penting yang mempengaruhi intensi wirausaha
siswa (Nety Meinawati et al., 2018a). Pada beberapa kasus, pengalaman sebelumnya
juga dapat mempengaruhi intensi berwirausaha meskipun tidak secara langsung (Elert
et al., 2015).
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ (climber, camper dan
quitter)?
1.2.2 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari kondisi sosial ekonomi
orangtua (rendang dan tinggi)?
1.2.3 Bagaimana intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ dan kondisi sosial
ekonomi orangtua?
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3. 1 Mengetahui intensi intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ (climber,
camper dan quitter).
1.3. 2 Mengetahui intensi wirausaha siswa ditinjau dari kondisi sosial ekonomi
orangtua (rendah, sedang dan tinggi).
Page 11
3
1.3. 3 Mengetahui intensi wirausaha siswa ditinjau dari AQ dan kondisi sosial
ekonomi orangtua.
1. 4. Target Luaran
Hasil penelitian ini akan dipublikasikan dalam Jurnal Nasional terakreditasi
Sinta 4 Edunomic dan jurnal internasional Educational, cultural and psychological
studies.
Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
TS0 TS+1 TS+2
1 Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional terakreditasi √
2 Publikasi ilmiah Jurnal internasional √
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1. 1 Intensi Wirausaha ditinjau dari Adversity Quotient
Intensi wirausaha merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan
perilaku wirausaha. Intensi wirausaha terdiri dari empat dimensi utama yaitu desires,
preferences, plans dan behavior expectancies. Desire adalah sesuatu dalam diri
seseorang yang berupa keinginan atau hasrat yang tinggi untuk memulai suatu usaha.
Preferences adalah sesuatu dalam diri seseorang yang menunjukkan bahwa memiliki
usaha atau bisnis yang mandiri adalah suatu kebutuhan yang harus dicapai. Plans
merujuk pada harapan dan rencana yang ada dalam diri seseorang untuk memulai
suatu usaha di masa yang akan datang. Behavior expectancies adalah tinjauan atas
suatu kemungkinan untuk berwirausaha dengan diikuti oleh target dimulainya sebuah
usaha bisnis (Handaru et al., 2015).
Intensi wirausaha merupakan salah satu aspek penting dalam wirausaha, karena
setiap perilaku atau perbuatan terlebih dahulu harus diawali dengan adanya keinginan.
Keinginan atau intensi menjadi sangat penting, karena intensi diasumsikan dapat
menangkap faktor-faktor yang memotivasi dan yang berdampak kuat pada tingkah
laku. Sehigga intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan yang masuk akal untuk
memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausahawan (Wibowo, 2016).
Salah satu faktor intenal yang mempengaruhi intensi wirausaha adalah Advesity
Quotient (AQ). Adversity Quotient (AQ) merupakan kegigihan dalam mengatasi
segala rintangan dalam mendaki puncak sukses yang diinginkan. Hal ini tidak terbatas
Page 12
4
pada bagaimana individu mengatasi sebuah kesulitan yang ada akan tetapi individu
tersebut juga diharapkan dapat mengubah pandangannya akan sebuah kesulitan
sebagai sebuah peluang baru untuk mencapai kesuksesan yang diinginkan (Niky
Amanah, 2017).
Ada tiga respon individu terhadap kesulitan menurut Stoltz (2000) yaitu: (1)
Quitters yaitu individu yang memilih keluar menghindari kewajiban, mundur dan
berhenti. Ketika bekerja, quitters memperlihatkan sedikit ambisi, motivasi yang
rendah dan mutu yang dibawah standar. Mereka cenderung tidak kreatif dan tidak
berani mengambil resiko. (2) Campers, individu yang masuk pada kategori ini adalah
individu yang menghindari atau tidak menyelesaikan pekerjaan sulit sebelum
pekerjaan tersebut selesai. Mereka tidak lagi mengembangkan diri melainkan hanya
mempertahankan agar apa yang mereka raih dapat tetap mereka miliki. campers
memiliki sejumlah inisiatif, sedikit motivasi dan beberapa usaha. (3) Climbers, yaitu
pemikir yang selalu memikirkan kemngkinan-kemungkinan dan tidak pernah
membiarkan usia, jenis kelamin,cacat fisik dan mental menghambat pendakiannya.
Ketika melakukan sesuatu tidak menghiraukan latar belakang, keuntungan atau
kerugian dan lain sebagainya. Individu dalam kategori ini akan terus mendaki dan
menyambut tantangan yang diberikan kepada merek, bisa memotivasi dan terus
berkontribusi kepada masyarakat atau organisasi (Aprilia, 2018).
2.1. 2 Intensi Wirausaha ditinjau dari Latar Belakang Status Sosial Ekonomi
Intensi wirausaha juga dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi. Kondisi sosial
ekonomi seseorang dapat mempengaruhi individu untuk memutuskan berwirausaha
(Haryani, 2017). Latar belakang status sosial ekonomi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perkembangan individu, termasuk dalam pendidikan. Keluarga
sebagai sebagai kelompok sosial terkecil berfungsi sebagai (1) fungsi biologis, yakni
fungsi terkait dengan keturunan, (2) fungsi psikologis yaitu terkait bagaimana dasar-
dasar kehidupan sosial dan juga untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, rasa aman
dan lain sebagainya, (3) fungsi budaya, keluarga menjadi tempat untuk mengenal dan
meneruskan kebudayaan yang ada (4) fungsi ekonomi, yaitu keluarga merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan memelihara kelangsungan
hidup keluarga (Maknunah, 2017).
Latar belakang sosial ekonomi keluarga memiliki peran yang besar terhadap
pendidikan anak, karena anak dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas akan
terpenuhi dan terfasilitasi dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Terdapat 3
Page 13
5
lapisan masyarakat yaitu (1) lapisan ekonomi mampu/kaya ini mempunyai
pendapatan tinggi, sehingga mereka dapat hidup layak. (2) lapiran ekonomi
menengah, lapisan masyarakat yang tergolong pada kategori ini adalah yang memiliki
pendapatan yang dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. (3) lapisan
ekonomi bawah, yaitu lapisan masyarakat yang memiliki pendapatan yang minim
(Moies, 2008). Berdasarkan kategorisasi dari Badan Pusat Statistik Tahun 2019 maka
lapisan ekonomi bawah adalah keluarga dengan penghasilan dibawah 1.9 juta, lapisan
ekonomi menengah adalah keluarga dengan penghasilan 1.9 – 5 juta, sedangkan
lapisan ekonomi atas adalah penghasilan diatas 5 juta (Badan Pusat Statistik, 2019;
BPS: Penghasilan Rp 1,9 Juta Per Bulan Masuk Kategori Warga Miskin - Bisnis
Liputan6.com, n.d.)
2.2. Kerangka Berfikir
SMK yang semula bertujuan menghasilkan lulusan yang siap kerja mulai
mengubah orientasinya menjadi sekolah pencetak wirausaha (Kemendikbud, 2019).
Untuk mencapai hal tersebut tentu butuh adanya keterampilan dan motivasi yang kuat
dari siswa untuk berwirausaha. Penelitian menyebutkan bahwa intensi wirausahawan
menjadi prediktor utama dalam menyiapkan wirausahawan yang handal. Salah satu
yang mempengaruhi intensi wirausaha adalah Adversity Quotient (AQ). AQ
diperlukan dalam segala aspek kehidupan termasuk mempersiapkan diri dalam
berwirausaha. AQ berpengaruh terhadap intensi wirausaha (Sandi, 2017).
Intensi wirausaha berhubungan dengan kondisi latar belakang sosial ekonomi
siswa. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa kondisi sosial ekonomi mempengaruhi
intensi wirausaha mahasiswa (Baliyan & Moorad, 2018; Kalitanyi & Bbenkele,
2018). Beberapa studi terdahulu menjelaskan kondisi latar belakang sosial ekonomi
dapat mempengaruhi intensi wirausaha karena kondisi tersebut dapat mempengaruhi
kondisi internal individu (Haryani, 2017).
Pada penelitian ini akan dilihat bagaimana perbedaan intensi wirausaha
berdasarkan Adversity Quotient (AQ) dan Latar belakang sosial ekonomi.
2.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.3. 1 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Adversity Quotient
(AQ)
2.3. 2 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Status Sosial
Ekonomi
Page 14
6
2.3. 3 Ada perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan AQ dan latar
belakang sosial ekonomi.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
di Purworejo. Penentuan lokasi adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1)
Sekolah merupakan sekolah swasta yang memiliki jumlah siswa lebih dari 60 siswa.
(2) Sekolah memiliki siswa dengan latar belakang sosial ekonomi yang beragam.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai bulan Mei - November 2020.
3. 2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, Rancangan penelitian
menggunakan cross sectional karena data penelitian dilakukan pengukura pada waktu
yang sama.
3. 3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala dan
dokumentasi. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data latar belakang kondisi
sosial ekonomi siswa sedangka untuk mengukur intensi wirausaha dan AQ digunakan
Skala. Skala intensi wirausaha yang digunakan adalah skala intensi wirausaha yang
disusun dan dikembangkan dari Wouter Duijin (2004) terdiri dari 34 pernyataan.
Skala AQ terdiri dari 20 pernyataan.
3. 4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis varians karena
tujuannya adalah untuk melihat perbedaan rerata melalui pengetesan variansinya.
Selain itu juga digunakan teknik deskriptif yaitu dengan memberikan ulasan atau
interpretasi terhadap data yang diperoleh sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna
dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Langkah-langkahnya adalah reduksi data,
penyajian data dengan bagan dan teks, kemudian penarikan kesimpulan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Penelitian
4.1. 1 Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan dengan perhitungan
SPSS maka dapat diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.809. Nilai signifikansi
tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data
Page 15
7
tersebut normal. Hasil spesifik dati pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2. Uji Normalitas
4.1. 2 Uji Homogenitas
Hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa data pada perhitungan
ketiga variabel adalah homogen. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi
yang diperoleh yaitu sebesar 0.096 yang berarti lebih dari 0.05. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas
F df1 df2 Sig.
Intensi Wirausaha 1.986 5 53 .096
4.1. 3 Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis dan analisis deskriptif menggunakan anava
2 jalur maka dapat diperoleh hasil analisis seperti pada tabel berikut.
Tabel 4. Analisis Deskriptif
Statistik Deskriptif
Adversity
Quotient Sosial Ekonomi Mean
Std.
Deviation N
Climber Tinggi 87.00 . 1
Sedang 76.50 4.950 2
Rendah 72.75 2.500 4
Total 75.86 5.872 7
Camper Tinggi 83.83 5.565 6
Sedang 83.33 6.457 27
Rendah 82.00 6.669 18
Total 82.92 6.356 51
Quitter Sedang 69.50 .707 2
Rendah 67.00 . 1
Total 68.67 1.528 3
Total Tinggi 84.29 5.219 7
Sedang 82.00 7.141 31
Rendah 79.74 7.460 23
Total 81.41 7.131 61
Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistik Db Sig Statistik Db Sig.
Nilai Residual
Standar
.061 61 .200* .988 61 .809
Page 16
8
Tabel 5. Uji Hipotesis
Anava 2 jalur
Sumber JK Db RK F Sig.
Antar 87909.590 1 87909.590 2285.513 .000
Adversity
Quotient
399.673 2 199.837 5.195 .009
Sosial Ekonomi 165.745 2 82.872 2.155 .126
Adversity
Quotient * Sosial
Ekonomi
105.078 3 35.026 .911 .442
Kesalahan 2038.583 53 38.464
Total 407332.000 61
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa
a. Ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan AQ. Hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi 0.009 < 0.05
b. Tidak ada perbedaan intensi wirausaha berdasarkan kondisi sosial
ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0.126>0.05
c. Tidak ada pengaruh interaksi AQ dan kondisi sosial ekonomi terhadap
intensi wirausaha. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0.442 >
0.05
4. 2 Pembahasan
Berdasarkan uji varians tersebut maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan
intensi wirausaha jika dilihat berdasarkan Adversity Quotient (AQ). Hal ini sesuai
dengan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa AQ memiliki korelasi positif
dengan intensi wirausaha. Sumbangan AQ terhadap intensi wirausaha cukup besar
(Afrila, 2010; Julita & Prabowo, 2018). AQ memberikan sumbangan terhadap intensi
wirausaha melalui self-efficacy. Individu yang memiliki AQ yang tinggi akan
memiliki self-efficacy tinggi sehingga dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa
(Alfiah, Fulgentius Danardana Murwan, 2018).
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini perbedaan intensi
wirausaha dilihat berdasarkan tipe AQnya. AQ dikategorikan menjadi tiga yaitu
climber, camper dan quitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi wirausaha
tertinggi dimiliki siswa yang memiliki tipe climber, sedangkan intensi wirausaha
yang paling rendah dimiliki oleh siswa dengan tipe quitter. Climbers yakin bahwa
Page 17
9
segala sesuatu akan bisa dilakukan. Individu dengan tipe ini merasa sangat yakin
dengan sesuatu yang besar dan tantangan yang dihadapkan padanya (Herawan &
Diantina, 2018). Keyakinan inilah yang kemudian menguatkan niat siswa untuk
berwirausaha. Sebaliknya individu dengan tipe quitter akan memilih untuk mundur,
menghindari kewajiban dan berhenti. Individu ini cenderung menolak kesempatan
yang diberikan kepadanya. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa tipe quitter
memiliki intensi wirausaha yang paling rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini juga dapat dilihat berdasarkan tipe AQ nya
bahwa siswa paling banyak memiliki tipe camper yaitu sebanyak 51 orang, tipe
climber 7 orang dan quitter 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden secara
umum memiliki AQ sedang atau camper. Camper memiliki karakter mau menerima
tantangan, namun jika sudah mencapai tingkatan tertentu maka dia akan merasa puas
dan mencukupkan diri. Campers cenderung tidak mau mengembangkan diri dan tidak
menjadikan kesuksesan sebagai tujuan mereka.
Berbeda dengan tipe AQ, jika dilihat secara sosial ekonomi, responden yang
terbanyak memiliki kondisi sosial ekonomi sedang dengan penghasilan 1.9-5 juta
sebanyak 31 orang, berpenghasilan rendah yaitu dibawah 1.9 juta sebanyak 23 orang
dan yang berpenghasilan tinggi hanya 7 orang saja. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
secara status sosial ekonomi mayoritas responden berada pada lapisan menengah ke
bawah.
Hasil temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
intensi wirausaha siswa jika dilihat berdasarkan status sosial ekonomi. Hal ini
berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa status sosial
ekonomi dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa (Haryani, 2017). Ada
beberapa kemungkinan yang menjadikan status sosial ekonomi tidak mempengaruhi
intensi wirausaha, yang pertama adalah kondisi sosial ekonomi yang cenderung
menengah ke bawah ini justru memotivasi responden untuk mengubah persepsi siswa
terhadap pekerjaan yang dijalani oleh orangtua. Hal yang kedua adalah kondisi sosial
ekonomi merupakan bagian dari lingkungan, berpengaruh atau tidaknya lingkungan
ini berhubungan dengan akses modal. Lingkungan memiliki pengaruh terhadap
intensi wirausaha, bahkan faktor lingkungan menjadi faktor yang memiliki peran
paling tinggi terhadap minat usaha. Salah satu bagian dari lingkungan yang
mempengaruhi adalah akses modal. Individu yang memiliki akses modal yang baik
maka akan memiliki intensi wirausaha yang tinggi (Supriadi et al., 2015).
Page 18
10
Lingkungan yang mempengaruhi individu untuk berwirausaha ini juga lebih
banyak berkaitan dengan latar belakang orangtuanya. Latar belakang keluarga
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap intensi wirausaha siswa. Siswa yang
memiliki orangtua yang berwirausaha maka intensi wirausahanya juga tinggi, hal ini
dikarenakan siswa memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada siswa yang
orangtuanya tidak berwirausaha (Nety Meinawati et al., 2018b).
Temuan lain dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh interaksi AQ dan
kondisi sosial ekonomi terhadap intensi wirausaha. Meskipun jika diukur secara
terpisah tipe AQ memiliki pengaruh terhadap intensi wirausaha, namun jika diukur
interaksinya dengan status sosial ekonomi maka tidak ada pengaruhnya. AQ memiliki
empat dimensi yaitu pengendalian, kepemilikan, jangkauan dan daya tahan. Secara
umum keseluruhan dari empat dimensi ini yang kemudian menggambarkan kapasitas
seseorang dalam menghadapi kesulitan (Supardi U.S., 2015). Secara umum intensi
wirausaha siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain yang tidak diukur dalam
penelitian ini seperti norma subyektif, sikap berwirausaha dan self-efficacy (Saraih et
al., 2020; Shi et al., 2020). Faktor lain yang juga kemungkinan mempengaruhi adalah
motivasi, kebutuhan akan prestasi dan Pendidikan kewirausahaan (Wirananda et al.,
2016).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan intensi wirausaha siswa berdasarkan Adversity Quotient (AQ). Rerata
intensi wirausaha tertinggi ada pada tipe climber dan yang terendah pada tipe quitter.
Berbeda dengan AQ, status sosial ekonomi siswa tidak mempengaruhi intensi
wirausaha sehingga tidak ada perbedaan intensi wirausaha pada siswa dengan status
sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Jika diukur secara bersamaan (interaksi
antara AQ dengan status sosial ekonomi) juga tidak ada perbedaan intensi wirausaha.
5.2. Saran
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, yaitu belum mengungkap secara
mendalam mengapa tipe AQ dapat mempengaruhi intensi wirausaha siswa,
demikiran juga pada status sosial ekonomi. Oleh karena itu rekomendasi bagi peneliti
berikutnya, dapat meneliti secara mendalam mengenai intensi wirausaha secara
mendalam menggunakan metode penelitian kualitatif berkaitan dengan AQ dan status
sosial ekonomi.
Page 19
11
DAFTAR PUSTAKA
Afrila, N. (2010). Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Intensi Berwirausaha
Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Universitas HKBP Nommensen, 6(2), 102–
113. https://doi.org/10.36655/psikologi.v6i2.125
Akhir, D. J. (2019). Syarat Jadi Negara Maju: Jumlah Pengusaha 14% dari Rasio
Penduduk : Okezone Economy. okezone.com.
https://economy.okezone.com/read/2019/04/09/320/2040896/syarat-jadi-negara-
maju-jumlah-pengusaha-14-dari-rasio-penduduk
Alfiah, Fulgentius Danardana Murwan, L. W. W. (2018). Influence of Adversity
Quotient and Entrepreneurial Self Efficacy to the Entrepreneurial Intention on
Management and Members of Cooperative. European Journal of Business and
Management, 10(13), 34–39.
Alhaj, B. K., Yusof, M. Z., & Edama, N. (2011). Entrepreneurial Intention: An
Empirical Study of Community College Students in Malaysia. In EUROSOIL
Symposium.
Aprilia, D. E. (2018). Adversity Quotient of Late Adolescence: a Lesson To Build
Survival Skill From Early Life. Proceedings of the International Conference on
the Roles of Parents in Shaping Children’s Characters, 1997, 332–343.
Badan Pusat Statistik. (2019). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2019: Infrastructure
Development in Indonesia.
Baliyan, S. P., & Moorad, F. R. (2018). Teaching effectiveness in private higher
education institutions in botswana: Analysis of students’ perceptions.
International Journal of Higher Education, 7(3), 143–155.
https://doi.org/10.5430/ijhe.v7n3p143
BPS: Penghasilan Rp 1,9 Juta Per Bulan Masuk Kategori Warga Miskin - Bisnis
Liputan6.com. (n.d.). Diambil 10 Februari 2021, dari
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4013223/bps-penghasilan-rp-19-juta-per-
bulan-masuk-kategori-warga-miskin
Chuluunbaatar, E., Ottavia, Luh, D. B., & Kung, S. F. (2011). The entrepreneurial
start-up process: The role of social capital and the social economic condition.
Asian Academy of Management Journal, 16(1), 43–71.
Elert, N., Andersson, F. W., & Wennberg, K. (2015). The impact of entrepreneurship
education in high school on long-term entrepreneurial performance. Journal of
Economic Behavior and Organization, 111(1063), 209–223.
https://doi.org/10.1016/j.jebo.2014.12.020
Fathiyah, I., Tamar, M., & Arfah, T. (2018). Adversity Quotient and Perception to
Adversity in Differentiating Entrepreneurial Survival.
https://doi.org/10.2991/icaaip-17.2018.19
Handaru, A. W., Parimita, W., & Mufdhalifah, I. W. (2015). Membangun Intensi
Page 20
12
Berwirausaha Melalui Adversity. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 17(2),
155–166. https://doi.org/10.9744/jmk.17.2.155
Haryani, S. (2017). Pengaruh Lingkungan Kewirausahaan Terhadap Pengembangan
Wirausaha Di Kabupaten Sleman. EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan),
1(1), 24. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2017.v1.i1.1841
Herawan, S. R., & Diantina, F. P. (2018). Adversity Quotient Remaja Putus Sekolah
di Komunitas Perpus Banjaran. Prosiding Seminar Nasional, 4(1), 193–199.
Hu, R., Wang, L., Zhang, W., & Bin, P. (2018). Creativity, proactive personality, and
entrepreneurial intention: The role of entrepreneurial alertness. Frontiers in
Psychology, 9(JUN), 1–10. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.00951
Isrososiawan, S. (2013). Peran Kewirausahaan Dalam Pendidikan. Jurnal Jurusan
Pendidikan IPS Ekonomi Jiwa, ix, 26–49.
Julita, I., & Prabowo, M.Si, S. (2018). Intensi Berwirausaha Ditinjau Dari Adversity
Quotient Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang. Psikodimensia, 17(1), 85.
https://doi.org/10.24167/psidim.v17i1.1530
Kalitanyi, V., & Bbenkele, E. (2018). Cultural values as determinants of
entrepreneurial intentions among university students in Cape Town-South
Africa. Journal of Enterprising Communities, 12(4), 437–453.
https://doi.org/10.1108/JEC-01-2017-0017
Kemendikbud. (2019). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik
Indonesia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/03/mendikbud-dorong-siswa-
smk-jadi-wirausaha-di-era-industri-40
Kumar, R., & Shukla, S. (2019). Creativity, Proactive Personality and Entrepreneurial
Intentions: Examining the Mediating Role of Entrepreneurial Self-efficacy.
Global Business Review. https://doi.org/10.1177/0972150919844395
Maknunah, A. (2017). PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA (STUDI KASUS
PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA PADA SUAMI PELAKU
POLIGAMI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN
Oleh: Jom Fisip, 4(1), 1–13. https://media.neliti.com/media/publications/183768-
ID-partisipasi-masyarakat-dalam-pelaksanaan.pdf
Matore, M. E. E. M., Khairani, A. Z., & Razak, N. A. (2015). The influence of AQ on
the academic achievement among Malaysian polytechnic students. International
Education Studies, 8(6), 69–74. https://doi.org/10.5539/ies.v8n6p69
Mohd Matore, M. E. E., Rahman, N. A., Idris, H., Khairani, A. Z., & Mohd Al Hapiz,
N. (2020). Is adversity quotient (AQ) able to predict the academic performance
of polytechnic students? Journal of Critical Reviews, 7(3), 393–398.
https://doi.org/10.31838/JCR.07.03.75
Moies, S. (2008). Struktur Sosial: Stratifikasi sosial (hal. 2–20).
Page 21
13
Nety Meinawati, Eeng Ahman, & Suwatno. (2018a). Pengaruh Latar Belakang
Keluarga dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha melalui
Efikasi Diri. Indonesian Journal Of Economics Education, 1(1), 55–64.
https://doi.org/10.17509/jurnal
Nety Meinawati, Eeng Ahman, & Suwatno. (2018b). Pengaruh Latar Belakang
Keluarga dan Pendidikan Kewirausahaan terhadap Intensi Berwirausaha melalui
Efikasi Diri. Indonesian Journal Of Economics Education, 1(1).
Niky Amanah, L. (2017). Pengaruh Adversity Quotient (Aq) Dan Kemampuan
Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 28(1), 55. https://doi.org/10.21009/pip.281.7
Padmalia, M., & Ciputra, U. (2016). Keterhubungannya Dengan Kecerdasan-Hadapi-
. 10(1), 21–36.
Sandi, A. (2017). The influence of adversity quotient and entrepreneurship education
toward entrepreneurial intention of students’ social science education
department in Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang.
http://etheses.uin-malang.ac.id/9849/%0Ahttps://lens.org/057-632-164-864-053
Saraih, U. N., Amlus, M. H., Samah, I. H. A., Abdul Mutalib, S., Aris, A. Z. Z., &
Sharmini, A. (2020). Relationships between attitude towards behaviour,
subjective norm, self-efficacy and entrepreneurial intention among the technical
secondary students in Malaysia. Journal of Critical Reviews, 7(16), 943–952.
https://doi.org/10.31838/jcr.07.16.121
Shi, Y., Yuan, T., Bell, R., & Wang, J. (2020). Investigating the Relationship
Between Creativity and Entrepreneurial Intention: The Moderating Role of
Creativity in the Theory of Planned Behavior. Frontiers in Psychology, 11(June),
1–12. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.01209
Siregar, T. (2019). Jumlah Wirausaha di Indonesia Tembus 8 Juta Jiwa - Ekonomi |.
RRI.co.id. https://rri.co.id/ekonomi/651422/jumlah-wirausaha-di-indonesia-
tembus-8-juta-jiwa
Supardi U.S., S. U. S. (2015). Pengaruh Adversity Qoutient terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 3(1), 61–71.
https://doi.org/10.30998/formatif.v3i1.112
Supriadi, Y., Tinggi, S., Ekonomi, I., Sukartaatmadja, I., Tinggi, S., & Ekonomi, I.
(2015). ANALISIS FAKTOR DETERMINAN INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA
SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA BOGOR (Nomor June 2018).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.14602.16321
Wahid, S. D. M., Ayob, A. H., & Hussain, W. M. H. W. (2019). Twinkle twinkle little
star how subjective norm mediates so far? Formation of social entrepreneurship
intention in Malaysia. International Journal of Engineering and Advanced
Technology, 8(5C), 101–107. https://doi.org/10.35940/ijeat.E1014.0585C19
Wibowo, B. (2016). Relationship between Entrepreneurial Intention Among
Undergraduates Student and Entrepreneurship Education: Differences between
Page 22
14
Gender. Asia Pacific Management and Business Application, 5(1), 30–50.
https://doi.org/10.21776/ub.apmba.2016.005.01.3
Wirananda, M., Kusuma, A., & Warmika, I. G. K. (2016). BERWIRAUSAHA PADA
MAHASISWA S1 FEB UNUD Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana , Bali , Indonesia. 5(1), 678–705.
Zahreni, S., Sari, R., & Pane, D. (2012). Pengaruh Adversity Quotient Terhadap
Intensi Berwirausaha. Jurnal ekonomi, 15(04), 173–178.