8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
1/43
Laporan Akhir
Praktikum Analisis Struktur Material
Kelompok 2
Laboratorium Metalografi dan HST
Departemen Teknik Metalurgi & Material
Fakultas Teknik
ni!ersitas "ndonesia
2#$%
MDL M'TAL()AF"
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
2/43
"* Tu+uan Praktikum
, Mampu melakukan proses persiapan sampel metalografi berbagai logam
-SS ./.# Normalized 0 Aluminium0 Tembaga0 & Kuningan1 dengan
benar*
, Mengidentifikasi struktur mikro dari logam dan paduan ang diberikan0
dan menghubungkan dengan sifat mekanisna*
, Melakukan teknik persiapan sampel berbagai material aitu ba+a0
aluminium0 besi tuang0 dan lain,lain*
, Melakukan identifikasi fasa ang terdapat pada berbagai paduan dengan
menggunakan standar atau membandingkanna dengan atlas struktur
mikro*
, Melakukan perhitungan besar butir dan perbandingan fasa pada material*
2
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
3/43
""* Dasar Teori
Teknik Pengujian Metalografi
Metalografi didefinisikan sebagai ilmu pengamatan bentuk dan struktur dari
material dengan tu+uan untuk kontrol kualitas material* Metalografi se3ara umum
dibagi men+adi pengamatan makroskopi dengan perbesaran $#4 5 $##4 dan
Pengamatan mikroskopi dengan perbesaran lebih dari $##4*
Gambar 1. Perbandingan ukuran dengan skala dalam Metalograf
Pengamatan dapat dilakukan dengan Optical Microscope -perbesaran $###
410 Scanning Electron Microscope -perbesaran 6#### 410 Transmission Electron
Microscope -perbesaran 6##### 41* Tu+uan umum penggunaan mikroskop optik
adalah untuk mengamati susunan geometri dari butir dan fasa pada material*
Pemotongan Sampel
Pemotongan ang dilakukan sangat bergantung kepada +enis material ang
akan diu+i* Sehingga terdapat beberapa +enis metode pemotongan ang digunakan0
diantarana7
• Fracturing
• Wet Abrasive Cutting
• Sawing
• Shearing and unching
• Melting
3
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
4/43
• ntuk mata potong -cut!o"" wheel 1 tiap material memiliki kebutuhan
masing,masing* Pada umumna mata potong terdiri dari lapisan abrasif ang kuat
pada bagian atas ang melekat pada matriks ang lebih lemah* Pada saat
pemotongan pemberian air dan 3airan sintetis sangat umum digunakan untuk
memberikan 8etting ang sesuai antar permukaan* )asio untuk 3airan ang
digunakan antara $7/# sampai $76# dengan air* Pemberian 3airan sangat penting
untuk dilakukan ang berfungsi sebagai7
• Mendinginkan benda ker+a dan permukaan mata potong*
• Lubrikasi & membuang serpihan hasil dari pemotongan*
• Melindungi dari korosi sertadari bakteri dan +amur*
Mounting
• Spesimen ang berukuran ke3il atau memiliki
bentuk ang tidak beraturan akan sulit untuk ditangani
khususna ketika dilakukan pengamplasan dan pemolesan
akhir* Sebagai 3ontoh adalah spesimen ang berupa ka8at0
spesimen lembaran logam tipis0 potongan ang tipis0 dll*
ntuk memudahkan penangananna0 maka spesimen 5
spesimen tersebut harus ditempatkan pada suatu media
-media mounting 1* Se3ara umum sarat 5 sarat ang
harus dimiliki bahan mounting adalah7
• "nert
• Sifat eksotermis rendah
• 9iskositas rendah
• Penusutan linier rendah
• Sifat adhesi baik
• Kekerasan : Sampel
• Flo8abilitas baik
• Konduktif -'tsa 'lektrolit1
•
Amplas
• Proses pengamplasan dilakukan bertahap dari pengamplasan kasar
kemudian pengamplasan halus* Pada belakang kertas amplas terdapat
angka ang menun+ukkan kehalusan dan rapat susunan pasir amplas0
semakin besar angka ang tertulis menun+ukkan semakin halus dan rapat
4
Gambar 2. ProsesMounting
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
5/43
susunan pasir amplas tersebut -#rid 1*
Pengamplasan dilakukan dari nomor grid
ang rendah ke tinggi untuk menghilangkan
goresan dari pengamplasan sebelumna*
• Hal ang harus diperhatikan pada
saat proses pengamplasan adalah pemberian
air* Air berfungsi sebagai pemindah geram
dan memperpan+ang masa pemakaian
kertas amplas* Ketika perubahan arah
pengamplasan0 maka arah ang baru
adalah .6o atau ;#o terhadap arah sebelumna dengan tu+uan
menghilangkan goresan pada proses pengamplasan sebelumna* m* Sedangkan poles halus - "inal polihing 1
untuk menghilangkan goresan ang amat halus dan daerah daerah
deformasi ang dihasilkan selama proses kasar0 dengan menggunakan
partikel poles alumina atau intan kurang dari $ >m -biasana #06 >m1*
Etsa
• 'tsa merupakan suatu proses penerangan atau pengikisan batas
butir se3ara selektif dan terkendali dengan pen3elupan ke dalam larutan
pengetsa baik menggunakan listrik ? tidak ke permukaan sampel sehingga
detail struktur seperti batas butir0 fasa0 dan inklusi ang akan diamati
terlihat dengan +elas dan ta+am*
• Pengamatan metalografi pada dasarna adalah melihat perbedaan
intensitas sinar pantul permukaan logam ang dimasukkan ke dalam
5
Gambar 3. Skema daerahamplas
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
6/43
mikroskop sehingga ter+adi gambar ang berbeda -gelap0 agak terang0
terang1* Dengan demikian apabila seberkas sinar di kenakan pada
permukaan spesimen maka sinar tersebut akan dipantulkan sesuai dengan
orientasi sudut permukaan bidang ang terkena sinar*
•
"""* Metodologi Penelitian
$* Alat dan
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
7/43
+*
k* d* 'tsa
l*
"9* Analisa
$* Analisa Hasil Mounting -Sampel Aging 1
a*
b. Defect Type c. Cause of Defect
d) %ubblese* Pengadukan terlalu
3epat*f.
g.
h) Gambar 4. Indikasi cacat pada mounting
i*
+* Sampel ang di mounting adalah Aluminium ang di keraskan
menggunakan resin sebanak $?/ ukuran 3etakan dan di3ampur menggunakan
hardener sebanak $6 tetes* Sampel mounting kemudian didiamkan kurang lebih
selama setengah +am hingga men+adi padat*
7
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
8/43
k* Dari hasil mounting ang didapatkan0 dapat diamati bah8a
terdapat bubbles atau gelembung,gelembung udara dalam mounting tersebut* Hal
ini dapat diakibatkan oleh pengadukan ang dilakukan saat men+alankan prosedur
terlalu 3epat0 sehingga menebabkan adana bubbles ang terperangkap ketika
mengeras*
l*
m.
n) Gambar 5. Skema bubbles pada mounting
2* Analisa Hasil Amplas
o*
p. Gr
id Sie!. Grinding Appearance r. Analysis
s* $#
##
t* SS ./.# 7
u) Small blac*ish spot in
the middle)
!* Pengamplasan
ang tidak sebidang*
8*
4* Proses pengamplasan dilakukan dalam beberapa tahap
menggunakan kertas amplas dengan ukuran grid ang ber!ariasi -#0 $2#0 2.#0
.##0 %##0 ##0 $###0 $2##1* Pengamplasan dimulai dengan menggunakan grid
ang paling rendah dimana ter+adi pengamplasan se3ara kasar -#,.##B1*
Kemudian dilan+utkan pengamplasan se3ara halus -%##,$2##B1* kuran tersebutdapat didefinisikan sebagai banakna +umlah lubang dalam satuan in3i kuadrat*
* Terdapat empat +enis sampel ang dipoles aitu
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
9/43
C* Pada pengamplasan sampel Aluminium +uga sempat ter+adi arah
pengamplasan ang tidak sebidang saat pengamplasan kasar0 namun setelah
melalui grid .##0 permukaan sampel sudah kembali searah* ntuk Tembaga dan
Kuningan proses pengamplasan ber+alan dengan baik dan tidak ditemukan
indikasi 3a3at0 namun untuk sampel Kuningan sempat ter+atuh ketika dilakukan
pengamplasan*
aa* Hal lain ang perlu diperhatikan ketika melakukan pengamplasan
tersebut adalah pemberian air pada permukaan mesin amplas* ntuk sampel
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
10/43
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
11/43
goresan ang signifikan atau dapat mengganggu pengamatan mikrostruktur* @at
etsa ang digunakan berbeda,beda disesuaikan dengan sampel ang digunakan*
bm* Hal ang perlu diperhatikan pada proses pengikisan selektif ini
adalah lamana 8aktu sampel di3elupkan kedalam larutan pengetsa* Karena
apabila 8aktu pen3elupan terlalu lama maka akan ter+adi overetching ang malah
akan mempersulit pengamatan pada mikroskop nantina*
bn* Menurut modul 8aktu etching ang digunakan dapat ber!ariasi
antara 6 sampai dengan /# detik* Gamun dari hasil per3obaan praktikum ang
kami lakukan0 rentang 8aktu antara 2 sampai dengan 6 detik ternata sudah 3ukup
untuk melakukan pengikisan batas butir pada permukaan sampel ang akan
diamati*
bo* Karena setelah dilakukan pengamatan diba8ah mikroskop0
terdapat beberapa sampel ang sudah mengalami o!eret3hing dibeberapa sisina*
alaupun demikian pengamatan masih dapat dilakukan dengan baik dan
mikrostruktur dari sampel masih dapat dilihat meskipun kurang +elas pada
beberapa bagian*
bp*
bE*
br) engamatan Mi*rostru*tur SS ./.0
bs* ntuk sampel
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
12/43
b!* Kemudian mikrostruktur ang didapat dibandingkan dengan
standar mikrostruktur untuk ba+a ./.# ang +uga dinormalisasi* Dapat dilihat
bah8a pada mikrostruktur standar0 ukuran butir 3ukup besar dengan bentuk ang
agak membulat* Hal ini sesuai dengan teori dimana fungsi dari normalisasi ang
dilakukan adalah untuk mengembalikan ukuran dan bentuk butir*
b8* Tidak terdapat struktur ang kasar dan +uga butir ang terlihat
berbentuk halus pada mikrostruktur standar ang men+adi a3uan* Dari analisis
praktikan0 terdapat fasa ferit (α ) sebagai matri40 kemudian fasa pearlite ang
ber8arna lebih gelap* Sedangkan pada mikrostruktur hasil praktikum tidak terlihat
+elas dan terdapat banak goresan serta bintik hitam akibat overetching * Akibatna
pengamatan lebih +auh sulit untuk dilakukan*
b4*
b() engamatan Mi*rostru*tur aduan Cu!1n
bC* ntuk sampel Kuningan0 hasil ang didapatkan sangat baik0 Cat
etsa ang digunakan adalah Fe=l/ -Fe=l/ 6 g0 H=l 6# ml0 & AEuades $## ml1* Hal
ini menun+ukan bah8a 8aktu etsa sudah sesuai* Dari hasil pengamatan ang
dilakukan melalui mikroskop0 tidak terlihat adana overetching ang mengganggu
pengambilan gambar pada mikrostruktur kuningan tersebut*
ca.
cb) Gambar #. Mikrostruktur $u%&n Praktikum " Standar
33* Dari hasil perbandingan dengan mikrostruktur Kuningan -=u,@n10
didapatkan bah8a struktur ang mirip adalah kuningan dengan =u,%# dan @n
.#* Fasa I -alpha1 ang kaa denngan unsur tembaga dan menghasilkan
12
α
β
α
β
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
13/43
struktur widmanstatten ang tersolidifikasi dalam bentuk plat dengan arah
pertumbuhan ang lebih sesuai* Kemudian diikuti dengan pertumbuhan fasa J
-beta1 ang ber8arna gelap0 fasa ini kaa dengan unsur seng*
3d* Hal ini sudah sesuai dengan mikrostruktur hasil praktikum dimana
terlihat fasa I ber8arna terang ang mempunai struktur pan+ang dan ta+am
-widmanstatten1* Sedangkan fasa J ang ber8arna gelap terlihat diantara fasa I
ang lebih dominan* Gamun memang se3ara +umlah0 kedua gambar tidak benar,
benar serupa karena pada kenataanna terdapat kemungkinan bah8a +enis
kuningan ang digunakan dalam praktikum bukan =u,%# dan @n,.#0 sehingga
komposisina tidak benar,benar sama dengan mikrostruktur standar ang
digunakan sebagai a3uan*
3e*
c") engamatan Mi*rostru*tur Aluminium
3g* ntuk sampel Aluminium0 Cat etsa ang digunakan adalah HF
dengan hasil ang ditun+ukan +uga 3ukup baik0 hana terdapat sedikit 8arna gelap
pada u+ung,u+ung sampel* Apabila dibandingkan dengan mikrostruktur standar
Aluminium $4440 gambar ang dihasilkan sangat berbeda*
3h*
ci.
c'. Gambar (. Mikrostruktur )luminium Praktikum " Standar
3k* Hal ini kemungkinan akibat preparasi sampel ang kurang baik0
dimana hingga proses polishing0 goresan ang terdapat dipermukaan masih sangat
banak dan ketika dilakukan etsa terdapat 8arna kehitaman di u+ung,u+ung
sampel* Ter+adina hal,hal tersebut menebabkan gambar ang dihasilkan di
mikroskop sulit untuk diamati*
13
α
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
14/43
3l* Dari gambar mikrostruktur Al $444 ang men+adi a3uan0
kemungkinan fasa ang terbentuk adalah fasa I ang komposisina berisikan
aluminium murni* Sedangkan dari gambar mikrostruktur pengamatan praktikan0
fasa ang terbentuk tidak 3ukup +elas untuk diamati akibat banakna goresan,
goresan pada permukaan sampel serta proses etsa ang kurang optimal*
3m* Agar mendapatkan gambar mikrostruktur ang lebih +elas0 salah
satu 3ara ang dapat dilakukan adalah menggunakan pemolesan se3ara elektrolisis
- Electropolising 1* Sehingga goresan akibat penekan mekanis ang tidak sesuai
dapat dikurangi* Hal ini akan sangat berpengaruh karena Aluminium bersifat
lunak*
3n*
co) engamatan Mi*rostru*tur Tembaga
3p* ntuk sampel Tembaga0 hasil ang didapatkan kurang baik0 Cat
etsa ang digunakan adalah Fe=l/ -Fe=l/ 6 g0 H=l 6# ml0 & AEuades $## ml1* Hal
ini menun+ukan bah8a 8aktu kurang sesuai* Dari hasil pengamatan ang
dilakukan melalui mikroskop0 terlihat adana overetching ang mengganggu
pengambilan gambar pada mikrostruktur kuningan tersebut*
3E*
3r*
cs.
ct. Gambar *. Mikrostruktur +embaaga Praktikum " Standar
3u* Pada sampel Tembaga ini ter+adi overetching ang dapat terlihat
pada mikroskop optik dimana terdapat bagian,bagian ang ber8ana gelap dan
gosong* Hal tersebut akibat pengikisan ang ter+adi se3ara berlebihan sehingga
tidak hana mengikis batas butir namun +uga menghasilkan kontur ang tidak rata*
14
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
15/43
Kontur tersebut menebabkan pemantulan 3ahaa ang a3ak pada mikroskop
sehingga terlihat 8arna ang gelap*
3!* Dengan kondisi tersebut0 sudah +elas bah8a ketika dibandingkan
dengan mikrostruktur tembaga standar0 gambar ang dihasilkan akan sangat
berbeda sebagaimana dapat dilihat pada gambar diatas* Terlihat +elas adana
bagian,bagian ang menghitam ang diakibatkan overetching 0 hal ini menulitkan
perhitungan ukuran grain untuk mikrostruktur tersebut*
38*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
16/43
dh* N umlah grain per mm
di) A
d+* " effries Multiplier
d*) N umlah grain didalam test circle
dl) inside
dm) N umlah grain ang dile8ati oleh garis test circle
dn) intercept
do*
N A3.322 log10¿−2.954
G=¿
dp.
dq.
dr.
ds. Gambar 1!. Mikrostruktur u !asi" #$%gamata% d$%ga% &M da%#$%$rapa% M$tod$ '$($ri$s #"a%im$tric
dt. f = M
2
5000=
5002
5000=50
du* N Akiri=50(303+ 932 )=17475
16
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
17/43
d!* N A tengah=50(286+ 902 )=16550
d8*
N Akanan=50
(273+
87
2
)=15825
d$. Gkiri=(3.322 log17475)−2.954=11.139
d* Gtengah= (3.322 log16550 )−2.954=11.061
dC* Gkanan=(3.322log 15825)−2.954=10.996
ea. Grata−rata=11.139+11.061+10.996
3 =11.065
eb*
e3* ntuk mengestimasi ukuran grain maka salah satu metode ang dilakukan
adalah dengan metode planimetric* Pada sampel =u ang akan diestimasi0
memiliki perbesaran 6##40 sampel hasil etsa menun+ukkan ter+adina overetching
dan terbentukna pola,pola be8arna ang menun+ukkan batas butir0 selain batas
butir dalam sampel ini +uga ditemukan adana twin boundaries sehingga0 estimasi
menggunakan metode planimetric 3ukup tepat karena dapat membantu
pengukuran dalam 8ilaah ker+a ang lebih ke3il dengan akurasi ang baik*
ed*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
18/43
• Pengamatan metalografi memegang peranan ang penting dalam
3ontrolling kualitas dari material dengan 3ara pengamatan fasa dan
mikrostruktur ang merepresentasikan kekuatan mekanis dari material
tersebut*
• Preparasi sampel adalah hal ang harus dilakukan dengan benar sebelum
pengamatan metalografi* Kesalahan preparasi akan menghasilkan 3a3at
di setiap tahapan0 mulai dari mounting4 grinding4 polishing 0 sampai
etching * Dampak dari 3a3at ang dihasilkan0 tidak hana bisa merusak
sampel0 namun +uga akan mengakibatkan mikrostruktur ang tidak
sesuai dengan seharusna*
• =a3at ang ter+adi pada proses mounting adalah bubbles4 decoloring4
crac*ing4 dan so"tening * =a3at ang ter+adi pada kesalah grinding adalah
s3rat3hing0 terbentukna multi!plane0 serta kontaminasi prior metal
ataupun sena8a amplas* =a3at ang ter+adi saat polishing adalah
s3rat3hing* =a3at ang ter+adi karena kesalahan etsa adalah overetching
-kegosongan1*
• )eagen etsa tergantung pada material ang akan diamati* ntuk sampel
ba+a karbon digunakan reagen Gitral ang berfungsi untuk meningkatkan
kontras antara ferit dengan perlit* ntuk sampel tembaga digunakan
Fe=l/ untuk memun3ulkan fasa beta* ntuk sampel alumunium
digunakan $(dro"loric acid untuk memun3ulkan batas butir*
• Dalam pengamatan makroskopik0 sifat material dapat diprediksi melalui
bentuk perpatahan0 arah perambatan0 serta terang gelapna permukaan*
• Metode 2e""eries lanimetric digunakan untuk mengestimasi grain size
number dan banakna butir dalam 3akupan 8ilaah tertentu*
b*
3*d*
9"* Saran
$* ntuk meningkatkan akurasi pada proses perhitungan dapat digunakan
metode $e(n 5ntercept *
2* Pembela+aran mengenai penggunaan metode metalurgi insitu*
/* Analisis struktur serta preparasina untuk material +enis lain seperti
keramik0 polimer0 atau komposit*
a*
9""* )eferensi
18
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
19/43
a* $Q Metals $andboo* 6ol 7* $;%* hio 7 ASM "nternational*
b* 2Q (* 9ander 9oort0 'd*0 Metallograph( rinciples and ractices) $;;;*
hio 7 ASM "nternational
3* /Q Modul ra*ti*um Analisa Stru*tur Material + $ST * Laboratorium
Metalografi dan HST Departemen Teknik Metalurgi dan Material FT" 7
Depok*
d* .Q ASTM ' 2,%2 -reappro!ed $;N.10 RStandard Methods of Preparation
of Metals and Allos*
e* 6Q @* effries0 A*H* Kline and '*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
20/43
, Mendapatkan hubungan antara +arak permukaan pada pendinginan
langsung dengan sifat kemampukerasan suatu bahan*
, Mendapatkan hubungan antara ke3epatan pendinginan dengan fasa ang
terbentuk serta sifat kekerasan dari fasa tersebut*
s*
20
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
21/43
""* Dasar Teori
t. %ardenability
u. $ardenabilit( -kemampukerasan1 merupakan kemampuan ba+a
untuk menghasilkan fasa martensit di seluruh atau sebagian menggunakan proses
pendinginan atau 8uenching * Semakin besar persentase martensit pada suatu
logam0 maka semakin besar kemampukerasan material tersebut* $ardenabilit(
ditentukan oleh berbagai faktor0 antara lain 7
, Kadar karbon 7 = naik0 maka hardenabilit( dan kekerasan naik*
, umlah paduan 7 +umlah paduan naik0 maka hardenabilit( naik*
!* Pengu+ian ang umumna digunakan adalah end!8uench
hardenabilit( atau -omin( test * Pengu+ian ini telah distandarisasi oleh ASTM0
SA'0 dan A"S"* Salah satu parameter ang menentukan hasil pengu+ian +omin
adalah dera+at pendinginan untuk menentukan terbentukna fasa martensit*
8* Pada hasil pengu+ian +omin0 nilai kekerasan diukur mulai dari
u+ung batang dekat dengan media pendingin ang ada dimana dapatkan $##
martensit0 dan pada u+ung sebalikna ang akan didapatkan # martensit0 pada
bagian ini akan terdapat fasa 3ampuran ferit dan perlit0 dan pada tengah bagian
antara ang terkena media dingin dengan bagian ang sebalikna* Pada bagian ini
akan didapat fasa gabungan antara fasa martensit dan fasa ferit,perlit*
4* Hasil nilai kekerasan ang didapat akan menggambarkan kinetika
dekomposisi fasa austenit pada ba+a dalam proses pendinginan0 dan kur!a +omin
dapat digunakan untuk menentukan profil kekerasan dari suatu bagian*
).
z) Gambar 1!. Skema pengu'ian ,omin-
aa.
ab. Pengaru" &ecepatan Pendinginan
21
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
22/43
a3* aktu pendinginan akan mempengaruhi ter+adina perubahan
struktur mikro dalam ba+a* Pendinginan 3epat akan menghasilkan martensit0
moderate cooling akan menghasilkan bainit0 dan pendinginan lambat akan
menghasilkan perlit*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
23/43
, Tahap < -9apor 5 Transport Stage1
, Tahap = -LiEuid Cooling Stage1
aj. Media Pendinginan
ak* ntuk proses Euen3hing kita melakukan pendinginan se3ara 3epat dengan
menggunakan media oli* Tu+uanna adalah untuk mendapatkan struktur
martensite0 semakin banak unsur karbon0 maka struktur martensite ang
terbentuk +uga akan semakin banak* Hal ini disebabkan karena atom karbon tidak
sempat berdifusi keluar dan ter+ebak dalam struktur kristal dan membentuk
struktur tetagonal ang ruang kosong antar atomna ke3il0 sehingga kekerasana
meningkat* =ontoh media Euen3h dari ang menghasilkan kekerasan paling tinggi
aitu 7
, Air
, Minak ? li
, dara
, (aram
( Gambar 12.Pengaruhmedia/uenchterhadap
mikrostruktur -ang terbentuk.
,
,
,
,
,
23
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
24/43
,
,
( %olding Time
, $olding Time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimum
dari suatu bahan pada proses 8uenching dengan menahan pada suhu pengerasan
untuk memperoleh pemanasan ang homogen sehingga struktur austenitna
homogen atau ter+adi kelarutan karbida ke dalam austenit dan difusi karbon dan
unsur paduanna*
"""* Metodologi Penelitian
,
$* Alat dan
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
25/43
,
,
,
,
,
,
,
"9* Analisa
,
$* Analisa Hubungan arak Permukaan Sampel ang di :uench dengan
Kekerasan
25
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
26/43
,
, Gambar 13. +itik%titik u'i kekerasan Sampel
, +i +omin merupakan pengu+ian untuk mengetahui sifat kemampuan
keras dari ba+a serta membandingkanna dengan hasil se3ara teori atau lliteratur*
Sampel ang digunakan pada per3obaan omin ini adalah material
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
27/43
,
N*
,
2
,
, Dapat dilihat dari tabel diatas bah8a kekerasan tertinggi terdapat pada
u+ung ang terkena water spra( lebih dahulu0 pada titik ini pendinginanna ter+adi
lebih 3epat apabila dibandingkan dengan u+ung lain sampel ang pendinginanna
ter+adi dengan lambat sehingga kekerasanna rendah* rutan kekerasan dari u+ung
ang terkena 8ater spra adalah /$*% H)=0 2 H)=0 2%0/ H)=0 2/0% H)=0 2$0$
H)=* Penurunan kekerasan ter+adi karena terdapat perubahan mikrostruktur
akibat proses pemanasan dan pendinginan 3epat ang dilakukan terhadap ba+a
karbon*
, Hal tesebut ter+adi karena 8alaupun proses austenisasi ang ter+adi hampir
pada semua bagian sampel adalah sama0 namun pada salah satu bagian u+ung ba+a
karbon dilakukan pendinginan se3ara 3epat dengan menemprotkan air se3ara
konstan sampai suhu ba+a karbon menurun mendekati suhu kamar* Hal ini
menebabkan terbentukna fasa martensit ang lebih banak pada bagian tersebut
sehingga menghasilkan nilai kekerasan ang lebih tinggi*
, Mekanisme ang ter+adi adalah ketika proses austenisasi ber+alan disuhu
;##o=0 karbon berdifusi kedalam struktur kristal "cc dari ba+a tersebut* Kemudian
ketika dilakukan pendinginan se3ara 3epat0 karbon ang berada didalam struktur
tidak sempat keluar dan terperangkap didalam struktur ang akhirna berubah
men+adi bct atau bod( centered tetragonal * Struktur bct ini lah ang menghasilkan
adana mikrostruktur martensit ang sangat keras0 akibat banakna karbon
didalamna* Hal ini sudah sesuai dengan literatur ang ada* Dapat dianalisa lebih
+auh dengan melihat pada diagram ==T*
27
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
28/43
,
, Gambar 14. Pengaruh kecepatan pendinginan terhadapmikrostruktur
2* Analisa Mekanisme Penentuan $ardenabilit( suatu Material dari Per3obaan
omin
, ika kita menentukan kekerasan material dapat dengan 3ara menghitung
dari lomposisi paduan ang ada pada material0 diameter "deal -D"10 multipl(
"actor4 'iameter 5deal Critical dan 5nitial $ardness) Setelah mendapat data diatas
dapat di3ari nilai dari H)= dari tiap titik ang ada aitu menggunakan rumus
7
(
, Hardenabilit suatu material dikatakan baik apabila rentangkekerasan suatu material tidak berbeda +auh antara titik paling dekat dengan
semburan dengan titik ter+auh dari semburan* Material dianggap keras -fasa
martensit1 +ika kekerasanna minimal %% H)=*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
29/43
, Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bah8a $ardenabilit( dari
material ini tidak 3ukup baik karena penurunan kekerasanna ter+adi se3ara
signifikan* Hal ini dapat ter+adi kemungkinan akibat sampel ang digunakan
merupakan carbon steel atau low allo( steel 0 sehingga sangat sulit untuk
mendapatkan fasa martensit akibat tidak adana unsur,unsur paduan ang
menggeser hidung diagram ==T kearah kanan*
,
1.5 3 4.5 6 7.50
10
20
30
40
*i"ai +$k$rasa% dari ,u$%c- %d
'arak dari ,u$%c- %d /cm
+$k$rasa% /!
/* Analisa Peranan $ardenabilit( dalam Aplikasi Suatu Material
, $ardenabilit( merupakan sifat ang sangat diperlukan dalam dunia
industri terutama pada bagian ang membutuhkan kekerasan ang sangat tinggi*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
30/43
• Kekerasan menurun seiring +auhna +arak dari u+ung ba+a*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
31/43
""* Dasar Teori
( Perlakuan Panas
, Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material ang
terkontrol dengan maksud merubah sifat fisik untuk tu+uan tertentu* Se3ara umum
proses perlakuan panas adalah sebagai berikut7
, Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan ke3epatan tertentu pula*
, Mempertahankan suhu untuk 8aktu tertentu sehingga temperaturna*
, Pendinginan dengan media pendingin -air0 oli atau udara1*
, Ketiga hal diatas tergantung dari material ang akan di heat
treatment dan sifat,sifat akhir ang diinginkan*
( %ardening
, $ardening adalah proses perlakuan panas ang diterapkan untuk
menghasilkan benda ker+a ang keras* Perlakuan ini terdiri dari memanaskan ba+a
sampai temperatur pengerasanna -temperatur austenisasi1 dan menahanna pada
temperatur tersebut untuk +angka 8aktu tertentu dan kemudian didinginkan
dengan la+u pendinginan ang sangat tinggi atau di 8uench agar diperoleh
kekerasan ang diinginkan* Alasan memanaskan dan menahanna pada
temperatur austenisasi adalah untuk melarutkan 3ementite dalam austenite
kemudian dilan+utkan dengan proses 8uench*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
32/43
, Dikhususkan pada unsur Aluminum dan paduanna0 diperlukan sebuah
perlakuan ang berbeda dari ba+a ataupun logam lain pada umumna* Paduan
aluminum ang dapat diberikan perlakuan solid solution strengthening V disebut
+uga heat treatable aluminum allo(0 memiliki batasan aitu unsur paduanna
harus memiliki nilai solubilit( ang signifikan dalam aluminum0 dan meningkat
seiring dengan peningkatan temperatur0 3ontohna pada unsur =u*
, Mekanisme solid solution strengthening se3ara garis besar dapat
dibagi kedalam tiga tahap0 aitu7
• Solution heat treatment 7 untuk melarutkan seluruh unsur paduan0
3ontohna men+adi fasa I pada Al,=u*• :uenching 7 pembentukan super!saturated solid solution -SSSS10 dan
• Age hardening&aging 7 pembentukan presipitat dari SSSS baik pada suhu
ruangan -natural aging 1 maupun pada suhu tertentu ang telah diatur
-arti"icial aging 1*
,
,
,
,
,
, Hasil dari
solid solution strengthening ini berupa presipitat dari paduan ang
ditambahkan ang kemudian akan memberikan kekuatan pada material
dengan 3ara menghambat pergerakan dislokasi akibat adana distorsi ang
dihasilkan di sekitar presipitat ang terbentuk*
32
Gambar 15. iagram 0asa )l%$u -ang menun'ukansuhu untuk perlakuan
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
33/43
,
, Gambar 1. Mekanisme pembentukan asa presipitat
, Presipitat ang ada terbentuk dalam beberapa tahap0 aitu pertama
adalah tahap supersaturated dimana seluruh unsur paduan larut dalam matriks*
Lalu terbentuk fasa => ang bersifat semi,koheren0 ang akan memberikan
distorsi paling tinggi pada matriks sehingga kekerasan ang di3apai akan
maksimal saat presipitat berada pada fasa semi,koheren ini* Terakhir0 presipitat
akan berbentuk fasa = atau inkoheren0 dimana fasa ini terbentuk akibat adana
overaging atau proses aging ang terlalu lama0 menebabkan kekuatan ang
sangat menurun akibat presipitat men+adi bersifat lunak dan mudah untuk
Wdipotong oleh dislokasi*
( Perlakuan Permukaan
, Perlakuan permukaan adalah suatu proses ang menghasilkan
terbentukna kulit lapisan pada permukaan logam dimana lapisan tersebut
memiliki sifat,sifat lebih baik dibandingkan dengan bagian dalam logam* Se3ara
garis besar0 terdapat dua metode untuk melakukan perlakuan?pengerasan
permukaan 7
! ! Selective&Thermal Method
, Digunakan pada material ang hana ingin memiliki
kekerasan ang tinggi pada suatu daerah di permukaanna*
• Flame $ardening • 5nduction $ardening
•
33
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
34/43
• ! 'i""usion&Thermochemical Method
• Thermochemical berarti menggunakan panas dan bahan
kimia untuk melapisi permukaan suatu material agar
kekerasanna meningkat*
• Carburizing • Nitriding
34
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
35/43
"""* Metodologi Penelitian
"9*
$* Alat dan
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
36/43
""*
"""*
"9* Pembahasan Analisa9*
$* Analisa pengaruh Suhu Aging Terhadap Kekerasan
9"* Pada per3obaan perlakuan panas Ageing 0 dilakukan
perbandingan kekerasan ang dihasilkan dengan kelompok $ & /* Sampel
ang digunakan adalah Aluminium0 hasil ang diperoleh ber!ariasi akibat
perbedaan suhu ageing dengan tiap,tiap kelompok tersebut* Media
8uenching ang digunakan pada setiap kelompok adalah air*
9""*
9"""*
1 2 3 4 5 6 70
100
200
300
400
500
600
2ra3k #$rba%di%ga% 4g$i%g
+$"ompok 3 +$"ompok 2 +$"ompok 1
u-u /o
)*). 'uenc"ing
Media
* Air -ater1
2
1
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
37/43
"*
""*
))***.
&el
))*+.
P
))+.
,
))+*.
S
))+**.
&
9"""*"*
$*
2
"*
$
""*
$
"""*"9*
$9*
2
9"*
$
9""*
$
9"""* "*$
L*
2
L"*2
L""*%
L"""*
L"9*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
38/43
.
?@655)
L9"""*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
39/43
L""*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
40/43
. Pengerasan material ageing disebabkan karena adana
peningkatan suhu material ke suhu ageing sehingga terbentuk presipitat
ang keluar dari super saturated solid solution akibat solution heat
treatment material tersebut* Presipitat ini mengakibatkan regangan kisi
sehingga ada interaksi dengan bidang dislokasi regangan dan menghambat
pergerakan dislokasi* Selain itu presipitat ang terbentuk ini akan
membentuk fasa semi koheren ang menebabkan distorsi pada kisi*
Distorsi ini menebabkan peningkatan nilai kekuatan dan kekerasan
material tersebut* .
L*
I. Gambar 1(. +ingkatan kekerasan dari asa presipitat
. ika dibandingkan dengan skema ageing pada gambar
sebelumna dengan gambar diatas0 pada suhu $%6o= belum terdapat
distorsi kisi ang banak namun kekerasan belum men3apai pun3akna
-coherent precipitates1* Distorsi kisi ang paling besar ter+adi pada suhu
$;6o= ketika nilai kekerasanna sudah men3apai pun3ak - partiall(
coherent 1* Sementara pada 226o= nilai kekerasan kembali menurun karena
sudah ter+adi overageing ang menebabkan tidak adana distorsi kisi
sehingga kekerasanna menurun -incoherent precipitates1*
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
41/43
L"""* Se3ara umum0 penghambatan pergerakan dislokasi oleh
presipitat ang terbentuk adalah dengan adana lattice strain ang mun3ul
di sekitar presipitat akibat adana ketidakseragaman susunan atom pada
matriks dan presipitat* @attice strain tersebut kemudian akan
menebabkan dibutuhkanna energi ang lebih besar untuk dislokasi
bergerak di sekitar presipitat tersebut* Selain itu0 terdapat +uga dua
mekanisme dari penghambatan pergerakan dislokasi oleh presipitat0 aitu
7
, shearing -pemotongan presipitat1
, Orowan looping -pergerakan memutari presipitat1
L"9*
L9* ntuk mekanisme shearing 0 pergerakan dari dislokasi akan
terhambat oleh presipitat ang berada pada +alur bergerakna dislokasi
tersebut0 presipitat ang ada memaksa dislokasi untuk membutuhkan
energi ang +auh lebih tinggi agar dapat mele8ati presipitat tersebut0
dimana saat dislokasi tersebut memiliki energi ang 3ukup0 maka dislokasi
tersebut akan dapat bergerak mele8ati presipitat dengan 3aramemotongna* Mekanisme shearing ini umumna ter+adi +ika presipitat
berukuran relatif ke3il dan bersifat lunak*
L9"*
II. Gambar 1*. Mekanisme Shearing
L9"""*
L"* ntuk mekanisme Orowan looping 0 umumna ter+adi +ika
presipitat ang terbentuk memiliki +arak ang 3ukup tersebar0 dengan
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
42/43
presipitat tersebut bersifat 3ukup keras
dan sulit untuk dideformasi* Saat
dislokasi bergerak dan bertemu dengan
presipitat,presipitat tersebut0 dislokasi
tersebut akan dipaksa untuk membentuk
sebuah loop atau lingkaran diantara
presipitat,presipitat tersebut untuk
akhirna dapat bergerak mele8ati
presipitat , presipitat tersebut*
Pembentukan loop tersebut
membutuhkan energi ang +auh lebih
banak0 sehingga material akan
terkeraskan akibat kebutuhan energi ang
lebih tinggi untuk mele8ati presipitat*
L* Kesimpulan
• Ageing merupakan salah satu metode
pengerasan material non!"errous*
•
Suhu ageing mempunai pengaruhterhadap kekerasan material* Kekerasan material akan men3apai
pun3akna setelah sampai pada suhu ageing tertentu0 namun akan turun
kembali akibat overageing)
• Kekerasan maksimal di3apai ketika terbentuk fasa semi koheren ang
mengakibatkan distorsi kisi sebagai penambah kekuatan dan kekerasan
material*
L"*
L""*Saran
L"""* $* Pengamatan pengaruh !ariasi 8aktu ageing
terhadap kekerasan akhir*
L"9* 2* Pengu+ian aging untuk material non!"errous selain
Aluminium*
L9*
L9"* )eferensi
Gambar 2!. Mekanisme 6ro7anooping
8/19/2019 Laporan Akhir Metalo 1
43/43
L9""* $Q PPT $eat Treatment and Sur"ace Engineering
b Gofri+on Sofan0 Ph*D
L9"""* 2Q PPT Aluminum and Aluminum Allo(s b
Gofri+on Sofan0 Ph*DL"* /Q PPT Sessi 0 $eat Treatment o" Non"errous Allo(s and
Stainless Steels b Dr* "r* Mrna Ariati Mo3htar
L* .Q ASM "nternational* -$;;$1* ASM $andboo* 6ol) .B $eat
Treating) ASM "nternational*
L"* 6Q =allister0 r*0 * D*0 & )eth8is3h0 D* (* -2#$.1* Materials
Science and EngineeringB An 5ntroduction4 7th ed) Den!er7 ohn ile &
Sons0 "n3*
L""* %Q Sofan0