1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN KAJIAN PEWILAYAHAN KOMODITAS BERDASARKAN ZONA AGRO EKOLOGI SKALA 1:50.000 DI KABUPATEN ACEH BARAT, NAGAN RAYA DAN ACEH BARAT DAYA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 NAMA PENELITI UTAMA : DIDI DARMADI, S.P., M.Si.
118
Embed
LAPORAN AKHIR KEGIATAN KAJIAN PEWILAYAHAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/web03-Lap.Keg_ZAE_2014... · Pengertian Zona Agro-Ekologi ... komprehensif meliputi kegiatan produksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
KAJIAN PEWILAYAHAN KOMODITASBERDASARKAN ZONA AGRO EKOLOGI SKALA
1:50.000 DI KKAABBUUPPAATTEENN AACCEEHH BBAARRAATT,,NNAAGGAANN RRAAYYAA DDAANN AACCEEHH BBAARRAATT DDAAYYAA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2014
NAMA PENELITI UTAMA : DIDI DARMADI, S.P., M.Si.
2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTPKegiatan 2014
:Kajian Pewilayahan KomoditasBerdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala1:50.000 Di Kabupaten Aceh Barat,Nagan Raya Dan Aceh Barat Daya
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianProvinsi Aceh
3. Alamat Unit Kerja : Jalan P. Nyak Makam No. 27Lampineung Banda Aceh- 23125
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Aceh 20145. Status Penelitian : Baru6. PenanggungJawab :
A. Nama : Didi Darmadi, S.P., M.Si.B. Pangkat/ Golongan : Penata Muda Tk. I/ IIIbC. Jabatan : Penyuluh Pertama
7. Lokasi : Provinsi Aceh8. Agroekosistem : Multi Agroekosistem9. TahunMulai : 201410. TahunSelesai : 201411. Output Tahunan : Tersedianya Data Dan Peta Komoditas
Unggulan Di Kabupaten Barat,Kabupaten Nagan Raya DanKabupaten Aceh Barat Daya
12. Output Akhir Tersedianya Data Dan Peta KomoditasUnggulan Di Masing-Masing KabupatenDalam Provinsi Aceh
13. Biaya : RP 145.400.000,- (Seratus EmpatPuluh Lima Juta Empat Ratus RibuRupiah)
MengetahuiKepala Balai,
Ir. Basri AB, M.SiNIP. 19600811 198503 1 001
Koordinator Program,
Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 003
Penanggungjawab Kegiatan,
Didi Darmadi, S.P., M. Si.NIP. 19810512 200604 1 010
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbal ‘alamin, segala puji bagi Tuhan semesta alam yang
telah memberi kami kesehatan, kesempatan dan ilmu pengetahuan sehingga kami
dapat melaksanakan kegiatan dan menulis laporan akhir kegiatan “Kajian
Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala 1:50.000 di Kabupaten
Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh”.
Kegiatan pewilayahan Zona Agro Ekologi Skala 1:50.000 terlaksana karena
mendapat dukungan langsung Balai Besar Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian (BBPSDLP) di Bogor untuk menyediakan data sekunder dalam bentuk
shape file dan data lainnya juga kegiatan ini mendapat respon positif dari Bappeda
Provinsi, Bappeda Kabupaten, Dinas/Instansi tingkat II yang terkait, dan
penyuluh/peneliti yang ada di BPTP Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam
pelaksanaan kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan
ini mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan
penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terima kasih dan semoga laporan
1 Judul :Kajian Pewilayahan KomoditasBerdasarkan Zona Agro-Ekologi Skala1:50.000 di Kabupaten Aceh Barat, NaganRaya dan Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh.
2 Unit Kerja :Balai Pengkajian Teknologi PertanianAceh
3 Lokasi :Provinsi Aceh
4 Agroekosistem :Multiagroekosistem
5 Status (L/B) :Lanjutan
6 Tujuan :1. Menyusun data tentang keadaanbiofisik dan sosial ekonomi ke dalamsuatu sistem pangkalan data dan peta.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaianbeberapa jenis tanaman/komoditaspertanian unggulan spesifik lokasi sertakebutuhan teknologinya.
3. Memberikan masukan dalamperencanaan pengkajian danpengembangan komoditas spesifiklokasi.
7 Keluaran :1. Tersusunnya suatu sistem pangkalandata dan berbagai peta mengenaikeadaan serta potensi biofisik dansosial ekonomi.
2. Identifikasi beberapa jenis komoditaspertanian spesifik lokasi teknologibudidayanya.
3. Bahan masukan bagi perencanaanpenelitian/pengkajian danpengembangan komoditas unggulanspesifik lokasi.
8 Hasil :- Peta pewilyahan komoditasberdasarkan zona agro ekologi skala1:50.000 untuk kabupaten terpilih.
- Peta pewilayahan komoditas unggulanterpilih.
9 Prakiraan Manfaat :Peta pewilayahan komoditas berdasarkanzona agro ekologi skala 1:50.000, dapatdijadikan sebagai salah satu bahanpertimbangan pengembangan komoditaspertanian spesifik lokasi.
5
10 Prakiraan Dampak :Penggunaan peta pewilayahan komoditasberdasarkan zona agro skala 1:50.000dan permintaan pendetilan peta tematiksemi detail menjadi detail sesuai dengankebutuhan pengguna (pemerintahdaerah) dalam pengembangan komoditaspertanian spesifik lokasi.
11 Prosedur :Koordinasi dan sosialisasi denganpemerintah daerah, Pengumpulan datasekunder peta spasial dari BBSDLP danBIG, Pembuatan peta satuan lahan,pembuatan peta observasi, pengambilansampel tanah, wawancara dengan petaniuntuk kondisi existing di lokasi penelitian,analisis sampel tanah di laboratorium,analisis usaha tani hasil wawancaradengan petani, analisis data hasil analisissampel tanah menggunakan aplikasiSPKL, pembuatan peta kesesuaian lahanZona Agro Ekologi Skala 1:50.000,Rekomendasi komoditas berdasarkankesesuaian lahan.
12 Jangka Waktu :1 tahun.13 Biaya :Rp. 145.400.000,- (Seratus empat
puluh lima juta empat ratus riburupiah).-
6
SUMMARY
1. Title :The Study of Zoning CommoditiesBased Agro-Ecological Zones Scale 1:50,000 in West Aceh, Nagan Raya andWest Aceh, Aceh province
2. Implementation Unit :Assessment Institute for AgricultureTechnology (AIAT aceh)
3. Location :Aceh Province
4. Agroecosystem :Wet land and dry land
5. Status :Continued6. Objectives :1. Compile data on biophysical and
socio-economic circumstances into asystem database and map.2. Conduct an analysis of the suitabilityof some types of plants / seed-specificagricultural commodities andtechnology needs.3. Provide input in the planning anddevelopment assessment of specificcommodities
7. Output :1. Establishment of a database systemand a variety of maps of the stateas well as biophysical and socio-economic potential.
2. Identification of some specific typesof agricultural commoditiesproduction technologies.
3. Material input for the planning ofresearch/assessment anddevelopment of leading commodityspecific.
8. Outcome :1. The Map of zoning commoditybased on agro-ecological zone scale1: 50,000 for the selected districts.
2. Map of the leading commodityzoning elected.
9. Expected benefit :The commodity zoning map basedagro ecological zone scale 1: 50,000,can be used as a materialconsideration the development of site-specific agricultural commodities.
7
10. Expected impact :The use of commodity zoning mapsbased agro zone scale 1: 50,000 anddemand pendetilan semi detailedthematic maps into the detailsaccording to the needs of users (localgovernment) in the development ofsite-specific agricultural commodities.
11. Procedure :To coordination and socializing withlocal government, secondary data wascollected spatial map of BBSDLP andBIG, Mapping unit of land, map makingobservations, soil sampling, interviewswith farmers to existing conditions inthe study area, analysis of soil samplesin the laboratory, analysis farm withinterview’s farmer, analysis of datafrom the analysis of soil samples usingSPKL applications, land suitability mapmaking Agro Ecological Zones Scale 1:50,000, Recommendations commoditybased land suitability.
I. PENDAHULUAN................................................................................1.1. Latar Belakang........................................................................1.2. Tujuan...................................................................................1.3. Keluaran Yang Diharapkan......................................................1.4. Hasil Yang Diharapkan............................................................1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak...............................................
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................2.1. Pengertian Zona Agro-Ekologi..................................................2.2. Kesesuaian Lahan ..................................................................2.3 Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait.....................................
III. METODOLOGI...............................................................................3.1. Lokasi dan Waktu....................................................................3.2. Pendekatan.............................................................................3.3. Ruang Lingkup Kegiatan ........................................................3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan.................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................4.1. Kabupaten Aceh Barat.............................................................4.2. Kabupaten Aceh Barat ............................................................4.3. Kabupaten Aceh Barat Jaya ....................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................5.1. Kesimpulan.............................................................................5.2. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh BaratTahun 2013 .......................................................................................... 18
2. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk padatahun 2012 masing-masing kecamatan, Kabupaten Aceh Barat,Provinsi Aceh ....................................................................................... 19
3. Analisis kelayakan usaha tani tanaman pangan dalam satu hektardi Kabupaten Aceh Barat ........................................................................ 21
4. NPV usaha tani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat .... 275. B/C usaha tani tanaman rambutan per pohon di Kabupaten Aceh Barat..... 286. Rincian kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten
Nagan Raya................ ......................................................................... 547. Analisis kelayakan usaha tani tanaman pangan dalam satu hektar
di Kabupaten Aceh Barat Daya ............................................................... 66
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Peta administratif, Kabupaten Aceh Barat . .............................................. 162. Peta satuan lahan skala 1:150.000 Kabupaten Aceh Barat ........................ 303. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan). ........... 344. Struktur tanah gambut di salah satu kebun sawit Kabupaten
Nagan Raya.......................................................................................... 375. Keragaan tanaman sawit di salah satu kebun sawit di lahan gambut
di Kabupaten Nagan Raya...................................................................... 386. Beberapa lokasi verifikasi data poligon di Kabupaten Nagan Raya.............. 397. Peta administratif, Kabupaten Nagan Raya ............................................. 408. Persentase jumlah penduduk Kabupaten Nagan Raya menurut
kecamatan Tahun 2012 ........................................................................ 419. Piramida penduduk Nagan Raya Tahun 2012 .......................................... 4310. Peta satuan lahan skala 1:50.000 di Kabupaten Nagan Raya ................... 4811. Dokumentasi aplikasi SPKL (Sistem Penentuan Kesesuaian Lahan) .......... 5312. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 7,
Kabupaten Nagan Raya ...................................................................... 5513. Peta Zona Agro Ekologi skala 1:50.000, lembar 8,
Kabupaten Nagan Raya ...................................................................... 5614. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi di Kabupaten Nagan Raya .... 5715. Hasil verifikasi data peta satuan lahan ke lokasi
Kabupaten Aceh Barat Daya ................................................................ 6016. Dokumentasi melihat struktur tanah, hasil pengeboran tanah 1 m .......... 6117. Pengklasifikasian tanah ....................................................................... 6118. Pengambilan sampel tanah sawah di Kabupaten Aceh Barat Daya .......... 6219. Pengambilan ordinat lokasi menggunakan alat GPS di
Kab. Aceh Barat Daya .......................................................................... 6220. Pengklasifikasian tanah dan penggunaan bagan warna tanah
(Muncell colour system) ....................................................................... 6221. Peta administratif Kabupaten Aceh Barat Daya ...................................... 6322. Piramida Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya, 2012 .......................... 6423. Peta satuan lahan skala 1:125.000 Kabupaten Aceh Barat Daya ............. 7124. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai ...................................... 7324. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta ............................... 7425. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah ................................ 75
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar risiko badan penelitian dan pengembangan pertanian .................. 792. Penanganan resiko Badan penelitian dan pengembangan pertanian ........ 803. Dokumentasi koordinasi dan sosialisasi kegiatan ZAE
di Kabupaten Aceh Barat ..................................................................... 814. Dokumentasi verifikasi hasil data poligon ke lapangan ........................... 825. Dokumentasi koordinasi dan sosialisasi kegiatan ZAE
di Kabupaten Nagan Raya .................................................................... 836. Dokumentasi yang dilakukan tim AEZ BPTP Aceh di Bappeda
Kabupaten Aceh Barat Daya ................................................................ 847. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 858. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Nagan Raya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 919. Hasil analisa sampel tanah lokasi Kabupaten Aceh Barat Daya
dilakukan di Lab. BPTP Aceh ................................................................. 93
12
1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang
Arah pembangunan pertanian adalah peningkatan pendapatan dan taraf hidup
petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengisi
dan memperluas pasar, serta menunjang pembanguan wilayah. Hal tersebut dapat
dicapai dengan menciptakan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga
mampu meningkatkan dan meanekaragamkan hasil serta meningkatkan mutu.
Negara agraris yang berswasembada saat ini dengan kondisi kenyataan yang
ada di masyarakat belum tercapai. Hal ini dikarenakan sektor non pertanian justru
mendapat tempat diatas sektor pertanian itu sendiri. Pertanian dianggap sebagai
sebuah sektor yang kurang menguntungkan. Di dalam tataran normatif seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah. Keberadaan pertanian sebagai sebuah aktivitas
kurang mendapat perhatian yang khusus dibanding aktivitas yang lain. Kondisi ini
dapat terlihat dalam perwilayahan komoditas, aktivitas pertanian kurang mendapat
sorotan yang lebih mendetail mengenai jenis pertanian pada tataran Rencana Tata
Ruang.
Daerah pertanian secara regional memiliki pertumbuhan perekonomian yang
didominasi oleh sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan Hortikultura.
Namun sektor pertanian kurang dapat memberikan nilai tambah bagi pelaku
pertanian. Merespon dari hal ini diperlukan perbaikan kinerja sektor pertanian secara
komprehensif meliputi kegiatan produksi dan pasca produksi. Respon tersebut dapat
diimplementasikan ke dalam perwilayahan komoditas pertanian. Peran dari
perwilayahan komoditas adalah bagaimana mengarahkan pola komoditas pertanian
sehingga dapat mengoptimalisasi guna lahan pertanian.Perwilayahan Komoditas
pertanian yang akan dikembangkan menyangkut aspek pemasaran, kelembagaan,
infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia. Aspek kelembagaan, sumber daya
manusia dan infrastruktur merupakan komponen-komponen pembentuk tipologi
perwilayahan komoditas pertanan sebagai dasar pengembangan kawasan pertanian
dalam pengembangan ekonomi wilayah.
13
Propinsi Aceh yang berpenduduk sekitar empat juta jiwa dengan luas 55.339
km2 mempunyai aneka ragam keadaan biofisik, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
Pada kondisi yang demikian ini, diperlukan pendekatan yang bersifat spesifik lokasi
sesuai dengan daya dukung lahan, tenaga kerja, modal dan kemampuan manajemen
petani. Pendekatan ini diharapkan akan menghasilkan sistem usahatani dan paket
teknologi spesifik lokasi yang bersifat efisien, berkelanjutan dan mempunyai nilai
komparatif dan kompetitif .
Produksi pertanian di Provinsi Aceh relatif masih jauh dibawah potensi
sumberdaya yang ada (genetif dan lingkungan). Masih banyak wilayah yang potensial
untuk pertanian belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Kalaupun sudah di
manfaatkan tetapi belum intensif serta teknologi yang diaplikasikan oleh petani masih
bersifat umum dan tradisionil. Sebagai contoh teknologi Supra Insus untuk padi sawah,
berlaku untuk semua wilayah padahal tipologi lahan termasuk agro-ekologinya berbeda
antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Akibatnya potensi sumberdaya pertanian
yang ada belum termanfaatkan secara optimal.
Hingga saat ini telah banyak peta pewilayahan di bidang pertanian yang telah
disusun dan dipublikasikan, seperti peta tanah, peta kemampuan wilayah, peta
kesesuaian lahan, peta iklim dan lain-lainnya. Peta-peta tersebut pada umumnya
dususun berdasarkan salah satu atau dua komponen agro-ekologi secara terpisah
sehingga kurang mencerminkan kondisi dan potensi wilayah secara menyeluruh dan
terpadu. Peta-peta tersebut agak sulit diinterprestasikan oleh pihak penentu
kebijakkan, terutama yang tidak mempunyai latar belakang pertanian. Dengan
demikian untuk tujuan praktis peta-peta tersebut terkesan kurang bermanfaat bagi
pengambil kebijakkan dan pengguna lainnya (Amien, I. 1994 ; Amien, I. 1995a ; Amien,
I. 1995b).
Sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut agar dapat dihasilkan
dengan lebih efisien, hemat, terarah dan benar-benar sesuai untuk Propinsi Aceh,
maka diperlukan pewilayahan berdasarkan agro-ekosistem yang dipertajam dengan
zona agro-ekologi berbagai komoditas prioritas beserta kebutuhan teknologinya yang
layak mendapatkan prioritas pengembangan.
14
Sesuai tidaknya suatu tanaman atau teknologi pada suatu daerah dapat diketahui
apabila ada informasi yang memadai mengenai keadaan agroekologi daerah tersebut.
Untuk keperluan alih teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas
tersebut ke daerah pertumbuhan baru, diperlukan data agroekologi dari daerah yang
menjadi sasaran. Data tersebut akan lebih berdaya guna jika diinterpretasikan secara
terpadu dan akan lebih informatik jika disajikan dalam bentuk peta.
1. 2. Tujuan
1. Menyusun data tentang keadaan biofisik dan sosial ekonomi ke dalam suatu
sistem pangkalan data dan peta.
2. Melakukan analisis tentang kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian unggulan spesifik lokasi serta kebutuhan teknologinya.
3. Memberikan masukan dalam perencanaan pengkajian dan pengembangan
komoditas spesifik lokasi..
1. 3. Keluaran Yang Diharapkan
1. Tersusunnya suatu sistem pangkalan data dan berbagai peta mengenai keadaan
serta potensi biofisik dan sosial ekonomi,
2. Identifikasi beberapa jenis komoditas pertanian spesifik lokasi teknologi
budidayanya.
3. Bahan masukan bagi perencanaan penelitian/pengkajian dan pengembangan
komoditas unggulan spesifik lokasi.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Peta pewilyahan komoditas berdasarkan zona agro ekologi skala 1:50.000
untuk kabupaten terpilih,
Peta pewilayahan komoditas unggulan terpilih.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
1. Manfaat, Peta pewilayahan komoditas berdasarkan zona agro ekologi skala
1:50.000, dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan
pengembangan komoditas pertanian spesifik lokasi,
15
2. Dampak, penggunaan peta pewilayahan ZAE skala 1:50.000 dan permintaan
pendetilan peta tematik semi detail menjadi detail sesuai dengan kebutuhan
pengguna (pemerintah daerah) dalam pengembangan komoditas pertanian
spesifik lokasi.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Zona Agro-Ekologi
Agro-ekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik
lingkungan yang hampir sama, dimana keragaan tanaman dan hewan dapat
diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata (Amien, 1996). Zonasi agro-ekologi
adalah suatu konsep pewilayahan yang dikenal dalam perencanaan dan
pengembangan wilayah, dan penentuan AEZ secara akademis merupakan syarat
yang diperlukan dalam pembangunan pertanian wilayah (Winoto, 1996). Karena
anjuran teknologi pertanian yang tepat bagi petani dan lingkungannya diketahui
dengan pasti, maka inventarisasi sumberdaya lahan yang menyangkut tanah, iklim
dan sumberdaya manusia serta sosial ekonomi yang dirangkum dalam zona agro-
ekologi menjadi sangat mendesak (Amien dan Karama, 1983).
Umumnya hasil penelitian pertanian tradisional hanya dapat diterapkan untuk
lokasi, musim, varietas dan pengelolaan yang sesuai dengan keadaan ditempat
percobaan atau penelitian dilaksanakan (Amien dan Karama, 1993).` Dengan cara
demikian sangat sulit untuk mencapai tujuan akhir penelitian pertanian, yaitu
memberikan anjuran teknologi yang tepat bagi petani sesuai lahan, tenaga kerja,
modal dan kemampuan manajemen masing-masing petani (Nix, 1984). Tujuan ini
hampir tidak mungkin akan tercapai sekiranya kita tidak beralih dari pendekatan partial
atau dengan sistem penelitian yang terpisah-pisah menuju penelitian terpadu.
Penelitian terpadu bertumpu pada dua komponen, yaitu inventarisasi sumber daya
yang menghasilkan data base dan penelitian yang menghasilkan teknologi yang
dirangkum dalam sistem simulasi dan sistem pakar. Dengan mengkaitkan kedua
komponen tersebut keragaan suatu komoditas pada lingkungan tertentu dengan
mudah dapat diperkirakan (Amien, I. 1986 ; Amien, I. 1997 ; Eswaran, H. 1984). Data
base harus disusun sedemikian rupa, sehingga informasi yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cepat (Sumawinata, 1996).
17
2.2. Kesesuaian Lahan
Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya
ditentukan oleh sifat lingkungan fisik yang mencakup iklim, tanah, topografi/bentuk
wilayah, hidrologi, dan persyaratan penggunaan tertentu. Kesesuaian antara sifat
lingkungan fisik dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas
yang dievaluasi memberikan gambaran bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan
untuk sektor pertanian.
Sesuai tidaknya suatu tanaman atau teknologi pada suatu daerah dapat
diketahui apabila ada informasi yang memadai mengenai keadaan lingkungan daerah
tersebut. Sebagaimana penelitian internasional pada awalnya, penelitian pertanian di
Indonesia juga masih dibagi-bagi berdasarkan komoditas. Untuk keperluan alih
teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas tersebut ke daerah
pertumbuhan baru, diperlukan data dan lingkungan dari daerah yang menjadi sasaran
(Amien, I. 1986).
Data peta yang dihasilkan dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan bagi
penentu dan pembuat kebijakan, perencanaan, maupun pelaksanaan pembangunan
pertanian, informasi sumber daya lahan yang menyangkut iklim, hidrologi dan tanah
yang telah banyak dikumpulkan perlu ditingkatkan dayaguna dan manfaatnya.
Pemahaman yang dalam tentang sumber daya ini sangat menentukan dalam
pengambilan kebijakan, sehingga untuk mencapai pembangunan pertanian tangguh
yang berkelanjutan berupa perolehan komoditas dan cara pengelolaannya untuk
masing-masing lahan dapat dipilih dengan tepat (Amien, I. 1997).
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan dan langkanya lahan
pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara
sektor pertanian dan sektor non pertanian, diperlukan adanya teknologi yang tepat
guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan secara
berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan
efisien, diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah
dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang akan
diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang nilai ekonominya cukup tinggi.
18
Data/informasi mengenai sifat lingkungan fisik dapat diperoleh melalui kegiatan survei
dan pemetaan sumber daya lahan termasuk pemetaan tanah (Puslittanak, 1993). Data
dan peta kesesuaian lahan digunakan terutama untuk kepentingan perencanaan
pembangunan, pengembangan dan konservasi lahan pertanian secara berkelanjutan.
2.3. Hasil-hasil Penelitian/Pengkajian Terkait
Agar sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut dapat dihasilkan
dengan lebih efisien, hemat, terarah dan benar-benar sesuai, maka diperlukan
pewilayahan komoditas berdasarkan agro-ekosistem yang dipertajam dengan
kebutuhan teknologinya (Puji Fitri Andi, 2006). Untuk keperluan alih teknologi yang
dihasilkan oleh pusat-pusat penelitian komoditas tersebut ke daerah pertumbuhan baru,
diperlukan data agroekologi dari daerah yang menjadi sasaran. Data tersebut akan
lebih berdaya guna jika diinterpretasikan secara terpadu dan akan lebih informatik jika
disajikan dalam bentuk peta.
Tahun 1997/1998 Loka Pengkajian Teknologi Petanian Provinsi Aceh telah
dilakukan studi tentang Karakterisasi Agro-ekosistem yang terdapat di Propinsi Aceh,
dengan keluaran berupa pangkalan data dan peta pewilayahan propinsi Daerah
Istimewa Aceh berdasarkan agro-ekologi skala 1 : 250.000 dsi Aceh Besar, Pidie dan
Aceh Utara (Chairunas, dkk, 1998). Pada tahun 2000 sampai 2003 Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh telah melakukan pengkajian zona agro-ekologi di tiga
kabupaten/kota yaitu Sabang, Seumeulu, Aceh Barat dan Aceh Selatan namun data
tanah, iklim, dan social ekonomi serta peta dasar skala 1:50000 tidak dapat diperoleh
secara lengkap karena terbatas dana (Chairunas, dkk. 2003).
Malik A, dkk 2009, melaporkan bahwa salah satu faktor keberhasilan
pembangunan pertanian pada suatu daerah adalah terletak pada sejauhmana
pembangunan pertanian itu direncanakan dengan baik. Penetapan sektor atau
komoditas andalan merupakan kegiatan penting sebagai bahan informasi
penyusunan perencanaan pembangunan pertanian. Investasi merupakan motor
penggerak pertumbuhan ekonomi.
19
Dalam penyusunan ZAE yang berdasar pada analisis potensi sumber daya
lahan termasuk iklim spesifik lokasi, potensi tenaga kerja, beban lingkungan dan
infrastruktur atau prasarana memberikan kemudahan dalam menunjukkan
produktivitas pangan dan transfer paket teknologi menuju suatu usaha agribisnis.
20
III. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu
Pengkajian ini dilaksanakan pada multiagroekosistem dengan lokasi terplih
yaitu Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Pengkajian ini
dilaksanakan mulai dari bulan Februari – Desember 2014.
3.2. Pendekatan
Pengkajian ini bersifat partisipatif dan kerjasama antara peneliti/pengkaji, penyuluh,
pemuka masyarakat, petani dan pengguna lainnya. Dalam pelaksanaannya
melibatkan instansi terkait yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian dan Hortikultura,
Badan Pertahan, Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten, Dinas perikanan dan
Kelautan, BPP Kecamatan, Lembaga Desa dan lainnya. Pengkajian ini meliputi lahan
kering dan lahan basah di Provinsi Aceh.
Pendekatan awal pengkajian dilakukan pengumpulan data sekunder melalui
desk study/kepustakaan/review. Data yang dikumpulkan terdiri dari biofisik, sosial
ekonomi di wilayah pengkajian serta peta dasar skala semi detail (skala 1:50.000).
3.3. Ruang Lingkup Kegiatan
Pengkajian ini menggunakan data primer dan data sekunder dari berbagai sumber
yang berhubungan dengan lokasi pengkajian. Data primer diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung dengan responden yang telah ditentukan
sebelumnya, pengukuran dan pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium.
Data sekunder diperoleh dari perpustakaan, analisis peta dan instansi terkait.
Data primer meliputi :
o Hasil analisis contoh tanah berupa kandungan hara tanah, pH tanah,
dan lain-lain yang dibutuhkan
o Hasil wawancara dengan responden di lapangan berupa data biofisik,
social ekonomi dan budaya lokasi pengkajian
21
Data sekunder meliputi :
o Peta dasar semi detail (skala 1 : 50000) yang terdiri dari 1)peta
penggunaan lahan, 2) peta jenis tanah, 3) peta lereng, 4) peta
topografi, 5) peta administrasi
o Data Iklim yang meliputi : data curah hujan, temperature,
kelembaban udara
o Data demografi, social ekonomi dan kelembagaan.
3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Bahan dan peralatan ; Alat Tulis Kantor (ATK), Lodrug peta dasar, Bahan
pembantu lapang (kuesioner, topi lapang, meja lapang, tali plastic, label,
spatu lapang dll).
Alat ; Satu set computer, camera, bor tanah, meteran, timbangan, parang,
cangkul, dll
Metode Pelaksanaan kegiatan
Untuk mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan pengkajian ini dilakukan
dalam beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut :
- Konsultasi dengan instansi terkait.
- Pengumpulan data sekunder dan peta dasar skala 1:50.000.
- Survei lapangan, karakterisasi lokasi (sosial, budaya dan ekonomi).
untuk mendukung pengembangan pertanian berskala agribisnis di kabupaten.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pewilayahan komoditas unggulan daerah Tahun 2014 berdasarkan
zona agro ekologi skala 1:50.000 dilaksanakan di 3 (tiga) kabupaten yaitu
Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat Daya.
4.1. Pewilayahan Komoditas Berdasarkan ZAE di Kabupaten Aceh Barat
4.1.1. Koordinasi, Sosialisasi dan Survey Lokasi
Pelaksanaan kegiatan Zona Agro Ekologi (ZAE) 2014 diawali dengan
koordinasi instansi terkait yaitu Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Bappeda Kabupaten
Nagan Raya dan Bappeda Kabupaten Aceh Barat Daya. Koordinasi dan sosialisasi
kegiatan AEZ Tahun 2014 dilakukan di Bappeda Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya
dan Aceh Barat Daya. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan AEZ di Bappeda Aceh Barat.
Tim AEZ bertemu dengan Kasie. Litbang Bappeda karena beberapa orang kabid. ada
pertemuan di Banda Aceh. Tim AEZ BPTP Aceh menyerahkan peta AEZ skala
1:250.000 kepada Kasie Litbang Bappeda Kab. Aceh Barat. Dalam pertemuan itu Tim
AEZ BPTP meminta bahan peta administrasi dan peta RTRW kabupaten Aceh Barat
dan beberapa data dukung administrasi seperti Aceh Barat dalam Angka untuk data
sosial ekonomi dan data Sistem Informasi Profile Daerah (SIPP) sebagai data dukung
sosial lainnya. Dokumentasi sewaktu tim AEZ melakukan koordinasi dan sinkronisasi
di Bappeda Aceh Barat dapat di lihat pada Lampiran 1.
4.1.2. Peta Satuan Lahan dan Verifikasi Peta Satuan Lahan di Lapangan
Verifikasi hasil data peta satuan lahan dilakukan mulai dari Kabupaten Aceh Barat.
Verifikasi meliputi mensingkronkan potensi wilayah pada komoditas unggulan daerah
yaitu untuk Aceh Barat adalah tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ubi) dan tanaman
perkebunan (sawit, kakao dan karet). Data verifikasi dilengkapi dengan nilai GPS (global
positioning system) atau nilai ordinat pada saat di lapangan. Nilai ordinat ini selanjutnya
digunakan untuk mencocokkan dengan data peta RBI posisi kabupaten Aceh Barat di
peta. Dokumentasi lokasi verifikasi di Kabupaten Aceh Barat dapat dilhat pada Lampiran
2.
27
4.1.3. Data Lokasi
Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Secara geografis, daerah penelitian
terletak antara 95°52’ - 96°30’ BT dan antara 04°06’ - 04°047’ LU. Kabupaten Aceh
Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya di sebelah utara, sebelah selatan
berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya, sedangkan
sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Aceh Barat terdiri
atas 12 Kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong. Sebanyak 192 desa diantaranya
berada di dataran dan 83 desa terletak di lembah. Hanya 47 desa yang terletak di
lereng. Berikut di bawah ini peta administratif Kabupaten Aceh Barat (Gambar 1).
Gambar 1. Peta administratif, Kabupaten Aceh Barat (BPS, 2013).
28
Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang menempati 26,70% wilayah Aceh
Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan kecamatan terkecil
adalah Johan Pahlawan yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Luas
Kecamatan ini hanya 44,91 Km2 atau hanya 1,53% dari luas Kabupaten Aceh Barat.
Meulaboh merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Kecamatan terdekat dari pusat
kota Meulaboh adalah Meureubo, Samatiga dan Kaway XVI. Sedangkan Kecamatan
terjauh adalah Woyla Timur, Panton Reu dan Sungai Mas.
4.1.4. Data Suhu, Curah di Kabupaten Aceh Barat
Suhu udara rata-rata sepanjang tahun 2012 adalah 26oC dengan suhu
terendah 18oC pada bulan Januari dan suhu tertinggi 30oC di bulan Mei. Kelembapan
udara berkisar pada 89%. Curah hujan pada tahun 2012 menurun drastis dibanding
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 curah hujan Kabupaten Aceh Barat sebanyak
3.245,2 mm per tahun. Sedangkan curah hujan tahun sebelumnya mencapai 3.937,7
mm per tahun.
Curah hujan tertinggi tahun 2012 terjadi pada bulan Nopember, yaitu 537,1
mm dan jumlah curah hujan terendah adalah di bulan Maret yakni 88,2 mm.
Sementara pada tahun 2011, curah hujan tertinggi dan terendah terjadi pada bulan
Agustus (774,3 mm) dan Mei (136,1 mm).
4.1.5. KependudukanBerdasarkan data pada buku “Aceh Barat Dalam Angka” (BPS Kabupaten
Aceh Barat, 2013) tercatat bahwa Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah
2.927, 95 km2 (Tabel 1). Kabupaten ini dihuni oleh penduduk sebanyak 182.364 jiwa
pada tahun 2013 (Tabel 2).
29
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013.
No. Kecamatan Luas (km2) Distribusi (%)1 Johan Pahlawan 44,91 1,532 Samatiga 140,69 4,813 B u b o n 129,58 4,434 Arongan Lambalek 130,06 4,445 Woyla 249,04 8,516 Woyla Barat 123,00 4,207 Woyla Timur 132,60 4,538 Kaway XVI 510,18 17,429 Meureubo 112,87 3,8510 Pante Ceureumen 490,25 16,7411 Panton Reu 83,04 2,8412 Sungai Mas 781,73 26,70Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat, 2013.
Menurut data BPS Kabupaten Aceh Barat (2010), di wilayah Kabupaten Aceh
Barat perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex rasio)
adalah sebesar 98 persen. Di tingkat kecamatan sex rasio terendah terdapat di
Kecamatan Trienggadeng, yaitu sebesar 95 persen dan tertinggi terdapat di
Kecamatan Jangka Buya dan Panteraja, yaitu sebesar 100 persen. Jumlah penduduk
laki-laki sebanyak 72.700 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 74.264 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini tahun 2010 adalah masih
tergolong rendah, yaitu 126 jiwa per km2. Kecamatan terpadat adalah Jangka Buya
dengan tingkat kepadatan 281 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan terjarang
penduduknya adalah Meurah Dua dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 37
jiwa per km2.
30
Tabel 2. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk pada tahun 2012masing-masing kecamatan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Luas Wilayah Kepadatan(jiwa) (jiwa) (jiwa) (km2) (jiwa/km2)
1 Johan Pahlawan 29.976 29.117 59.103 44,91 1316,032 Samatiga 7.092 6.928 14.020 140,69 99,653 B u b o n 3.442 3.403 6.845 129,58 52,824 Arongan Lambalek 5.713 5.386 11.099 130,06 85,345 Woyla 6.308 6.319 12.627 249,04 50,706 Woyla Barat 3.625 3.548 7.173 123,00 58,327 Woyla Timur 2.176 2.148 4.324 132,60 32,618 Kaway XVI 10.233 9.774 20.007 510,18 39,229 Meureubo 14.344 13.535 27.879 112,87 247,0010 Pante Ceureumen 4.880 4.924 9.804 490,25 20,0011 Panton Reu 2.991 2.941 5.932 83,04 71,4412 Sungai Mas 1.793 1.758 3.551 781,73 4,54
Jumlah 92.573 89.781 182.364 2.928 2.078Sumber: Aceh Barat Dalam Angka BPS Kab. Aceh Barat, 2013.
4.1.6. Keadaan Sosial Ekonomi
Analisis usahatani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan
lahan secara ekonomi untuk tanaman semusim (padi sawah, kedelai, kacang tanah,
cabe dan semangka), dan tanaman tahunan (durian, sawit, karet). Indikator yang
digunakan untuk analisis usahatani tanaman semusim adalah rasio penerimaan
dengan total biaya (R/C ratio) atau B/C (benefit cost ratio). Suatu usahatani
tanaman tertentu dikatakan layak apabila nilai R/C rationya lebih dari satu, dimana
semakin tinggi nilai R/C ratio maka usahatani tersebut semakin menguntungkan.
Kelayakan usahatani tanaman rambutan, manggis dan durian digunakan analisis dari
sisi finansial dengan menghitung tingkat imbalan yang diterima atau modal yang
telah di investasikan oleh petani. Analisis kelayakan dengan menentukan Net
Persent Value (NPV) atau nilai pendapatan sekarang di akhir usaha dikurangi nilai
biaya sekarang, dan B/C (benefit cost ratio).
31
4.1.7. Analisis Usahatani Tanaman Pangan
4.1.7.1. Padi sawah
Komoditas padi sawah di Kabupaten Aceh Barat terdapat di seluruh
kecamatan yaitu Kecamatan Johan Pahlawan, Samatiga, Bubon, Woyla, Woyla Barat,
Woyla Timur, Kaway XVI, Meurebo, Pante Ceuremen, Pante Reu dan Sungai Mas.
Daerah penghasil padi sawah terbesar di Kabupaten Aceh Barat adalah Kecamatan
Pante Ceureumen, Woyla dan Kaway XVI. Hasil survei dan analisis kelayakan
usahatani padi sawah menunjukkan bahwa hampir sebagian besar (65%)
pengelolaan lahan sudah menggunakan traktor besar dan hand traktor.
Penggunaan benih rerata 40 kg/ha. Petani sudah menggunakan varietas unggul
rata-rata petani menggunakan varietas Ciherang, Mekongga dan masih ada
beberapa petani menggunakan varietas IR 54 di kecamatan Meurebo, Pante
Ceuremen dan Pante Reu. Bahkan ada beberapa kelompok petani masih
menggunakan varietas lokal untuk padi yang ditanam di sawah tanah hujan seperti
di Kecamatan Woyla dan Woyla Timur. Pengelolaan lahan dan pembajakan
dikerjakan secara borongan dengan biaya rata-rata Rp. 800.000/ha.
Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK ponska, Urea, dan SP36. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar petani tidak menggunakan KCl
diganti pupuk NPK poska. Dosis pupuk yang digunakan masih belum berimbang
berdasarkan status hara tanah. Biaya untuk pembelian pupuk dalam 1 ha sekitar Rp
1.400.000/ha.
Penyiangan umumnya dilakukan satu kali pada umur 20-25 HST dengan
cara manual. Hama yang umum menyerang tanaman padi antara lain ; hama putih
(menyerang tanaman padi pada awal pertumbuhan), walang sangit dan tikus. Hama
keong mas dapat mengganggu pada awal pertumbuhan tetapi umur tanaman padi >
30 HST keong mas dapat dikendalikan gulma dalam petak sawah. Pengendalian
hama penyakit masih berbasis pestisida. Biaya untuk pembelian pestisida berkisar
Rp. 1.000.000-1.200.000/ha.
32
Tabel 3. Analisis kelayakan usahatani tanaman pangan dalam satu hektar diKabupaten Aceh Barat.
pemukiman, (h) rawa, dan (i) tubuh air. Penyebaran data penggunaan lahan dapat
disajikan pada Gambar 2, peta satuan lahan Kabupaten Aceh Barat Daya.
Gambar 23. Peta satuan lahan skala 1:125.000 Kabupaten Aceh Barat Daya.
83
4.3.11. Evaluasi LahanEvaluasi lahan secara fisik yang didasarkan pada kualitas tanah (karakteristik
tanah dan lingkungan) dan persyaratan tumbuh tanaman. Penilaian kelas kesesuaian
lahan untuk setiap komoditas pada setiap satuan tanah dikelompokkan berdasarkan
kelas dan subkelas. Klasifikasi kesesuaian lahan dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu:
sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N).
Untuk penilaian kesesuaian lahan menggunakan aplikasi SPKL (Sistem Penilaian
Kesesuaian Lahan). Pada tingkat Subkelas dicantumkan faktor
pembatas/penghambat bagi pertumbuhan tanaman, ditulis dengan simbol yang
diletakkan setelah simbol kelas kesesuaian lahannya. Sebagai contoh: S3oa, yaitu
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas/penghambat ketersediaan oksigen.
84
Gambar 24. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai.
85
Gambar 25. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta.
86
Gambar 26. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah.
Berdasarkan data analisis usaha tani pangan, data evaluasi lahan dan
penggunaan lahan serta penggunaan aplikasi SPKL tersebut, maka penentuan zona
kesesuaian lahan untuk tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai) (Gambar 24
dan 26) adalah sesuai (S1) untuk seluruh kecamatan kecuali wilayah yang
berdekatan dengan hutan dan pesisir pantai (marin). Daerah cukup sesuai (S2)
adalah sebagian kecil di Kecamatan Susoh dan Kecamatan Babahrot dengan faktor
penghambat air dan keterbatasan nutrisi tanaman (hara tanaman). Jika kedua
87
faktor tersebut diatasi misalnya dengan pengairan irigasi dan irigasi buatan dengan
sumur bor atau sumur galian maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. Daerah
dengan kriteria sesuai marginal (S3) adalah daerah semak belukar. Daerah tersebut
ada di semua kecamatan, dengan faktor pembatas hara terbatas, air tidak tersedia.
Rekomendasi zona kesesuaian lahan untuk tanaman kopi robusta (Gambar
25) yaitu sesuai (S1) untuk kecamatan Babahrot (S2) ada di Kecamatan Blangpidie,
Kuala Batee dan Babahrot dengan faktor pembatas ketersediaan nutrisi (hara
tanaman). Zona tidak sesuai (S3) pada lokasi sawah produktif dan lahan potensial
untuk tanaman pangan, faktor pembatasnya bagi tanaman kopi robusta adalah
kelembaban yang tinggi, drainase dan intensitas matahari yang tinggi.
88
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kondisi iklim tergolong lembab, dengan curah hujan rata-rata tahunan sekitar 1.968
mm. Daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya) tergolong
zone agroklimat D2 dengan 3 bulan basah (curah hujan >200 mm) berturut-turut
dari November hingga Januari dan 3 bulan kering (curah hujan <100 mm) berturut-
turut dari Juni sampai Agustus. Kondisi iklim tersebut masih cukup sesuai untuk
pengembangan berbagai komoditas pertanian.
Daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya) didominasi
oleh grup landform tektonik, diikuti oleh grup volkan, grup aluvial, grup fluvio-marin,
dan grup marin. Sedangkan bentuk wilayahnya didominasi oleh daerah bergunung
disusul berturut-turut oleh wilayah datar, berbukit kecil, berbukit, bergelombang,
agak datar, dan berombak. Penggunaan lahan saat ini didominasi oleh hutan dan
semak belukar. Lahan lainnya digunakan sebagai sawah irigasi, tegalan, perikanan
(tambak), kebun campuran,dan sawah tadah hujan.
Tanah-tanah di daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat
Daya) didominasi berturut-turut oleh Ordo Ultisols, Inceptisols, Alfisols, dan Entisols.
Tanah-tanah tersebut berkembang dari bahan induk batu pasir dan batu liat, batu
liat berkapur, andesit, bahan aluvium halus dan kasar, endapan marin, dan endapan
fluvio-marin. Ultisols telah mengalami pelapukan lanjut sehingga miskin unsur hara,
sedangkan tanah-tanah yang terbentuk dari bahan batuliat berkapur, andesit,
aluvium halus dan endapan marin mempunyai kandungan unsur hara relatif lebih
baik.
Kendala biofisik pengembangan tanaman pangan lahan kering dan
hortikultura di daerah penelitian (Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Barat Daya)
adalah drainase sangat terhambat, tekstur tanah kasar/drainase cepat, bahaya
sulfidik, dan lahan sangat curam (lereng > 30%).
5.2. Saran
Peta komoditas yang disajikan belum secara detail menjangkau sampai pada
tingkat desa, untuk itu perlu dilakukan pendetilan pada skala yang lebih besar.
89
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, J.D., D.McC. Bridge, N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D. H.Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, dan R.Whandoyo. 1981. Peta Geologi Lembar Banda Aceh, Skala 1:250.000. PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
BPS Kabupaten Aceh Barat. 2013. Aceh Barat Dalam Angka 2010. Biro Pusat StatistikKabupaten Aceh Barat.
BPS Kabupaten Nagan Raya. 2013. Nagan Raya Dalam Angka 2010. Biro PusatStatistik Kabupaten Nagan Raya.
BPS Kabupaten Aceh Barat Daya. 2013. Aceh Barat Daya Dalam Angka 2010. BiroPusat Statistik Kabupaten Aceh Barat Daya.
Cameron, N.R., J.D. Bennett, D.McC. Bridge, M.C.G. Clarke, A. Djunuddin, S.A.Ghazali, H. Harahap, D. H. Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, H. Ngabito, N.M.S.Rock, dan S.J. Thompson. 1983. Peta Geologi Lembar Takengon, Skala1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Djaenudin, D., M. Hendrisman, dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis EvaluasiLahan Untuk Komoditas Pertanian. Edisi pertama. Balai Penelitian Tanah,Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Keats, K., N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, H. Harahap, D. H. Jeffery, W.Kartawa, , H. Ngabito, N.M.S. Rock, S.J. Thompson, dan R. Whandoyo. 1981.Peta Geologi Lembar Lhokseumawe, Skala 1:250.000. Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.
Marsoedi, Ds, Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof, E.R.Jordan. 1997. Pedoman klasifikasi landform. Buku Teknis No. 5, versi 3.LREPP II Project. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Rossiter, D. G. and A. R. Van Wambeke. 1995. Automated Land Evaluation System(ALES). Version 4.65. User Manual. Department of Soil and AtmosphericScience, Cornell University.
Note : Data hanya berlaku terhadap contoh yang diuji.ND : Tidak Terdeteksi (dibawah limit minimum).
Lampiran 10.. LEGENDA PETA SATUAN LAHAN DAN TANAH LEMBAR BANDA ACEH (0421), SUMATERA
Banda Aceh, 26 Januari2015
101
LEGEND OF THE LAND UNIT AND SOIL MAP SHEET BANDA ACEH (0421), SUMATRA1 A. GRUP ALUVIAL/ALLUVIAL GROUP2 Au.1.1.1 Dataran aluvial peralihan ke marin, sedimen tak dibedakan, rawa dengan vegetasi rendah terbuka, datar (lereng <3%)3 Alluvial plain transitional to marine, undifferentiated sediments, swamps with open low vegetation, flat (slopes <3%).4 Afq.1.2.1 Dataran banjir dari sungai bermeander, sedimen halus dan kasar, jalur meander: tanggul, alur-alur drainase, dll; datar sampai berombak (lereng <8%)5 Floodplain of meandering rivers, fine and coarse sediments, meanderbelts: levees, spilways, etc; flat to undulating (slopes <8%)67 Afq.1.2.2 Dataran banjir dari sungai bermeander, sedimen halus dan kasar, rawa belakang, datar sampai cekung (lereng <3%)8 Floodplain of meandering rivers, fine and coarse sediments, backswamps, flat to concave (slopes <3%)9
10 Au.2.1.1 Kipas aluvial dan koluvial, sedimen tak dibedakan, datar (lereng <3%), agak tertoreh11 Alluvial and colluvial fans, undifferentiated sediments, flat (slopes <3%), slightly dissected12 Au.2.2.1 Kipas aluvial dan koluvial, sedimen tak dibedakan, berombak (lereng 3-8%), agak tertoreh13 Alluvial and colluvial fans, undifferentiated sediments, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected1415 Afq.4.1.1 Teras sungai datar, sedimen halus dan kasar, (lereng <3%), agak tertoreh16 Flat river terraces, fine and coarse sediments, (slopes <3%), slightly dissected1728 B. GRUP MARIN/MARINE GROUP29 Bfq.1.1 Komplek beting pasir resen berselang-seling dengan cekungan, sedimen halus dan kasar (tidak dibedakan)30 Complex of young beach ridges and swales, fine and coarse sediments (undifferentiated)3132 Bf.4.2 Dataran pasang surut berawa di belakang pantai; vegetasi rendah terbuka, terutama rumput, sedimen halus (lereng <3%)33 Marshy tidal flat behind shore; low, open vegetation, mainly grasses, fine sediments, (slopes <3%)34
102
35 Bf.4.3 Dataran pasang surut sepanjang pantai; bervegetasi mangrove, sedimen halus, (lereng <3%)36 Tidal flat along seashore; mangrove vegetation, fine sediments, (slopes <3%)3738 Bf.4.4 Dataran estuarin sepanjang sungai; bervegetasi nipah dan/atau mangrove, sedimen halus, (lereng <3%)39 Estuarine flat along major rivers; nipa and/or mangrove vegetation, fine sediments, (slopes <3%)40 Bf.4.5 Dataran pantai diatas ketinggian pasang rata-rata; sebagian tanahnya telah berkembang/masak, telah diolah, sedimen halus, (lereng <3%)41 Flat above storm level; elevated, older flat, partly ripened, cultivated, fine sediments, (slopes <3%)4247 T. GRUP TERAS MARIN / MARINE TERRACE GROUP48 Tqk.2.1 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, berombak (lereng 3-8%) agak tertoreh49 Marine terraces, coarse felsic sedimentary and soft calcareous rocks, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected50 Tqk.6.2 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, bergelombang berbukit kecil (lereng 8-25%), cukup tertoreh51 Marine terraces, coarse felsic sedimentary and soft calcareous rocks, rolling with hillocks (slopes 8-25%), moderately dissected5265 Tqk.7.3 Teras marin, batuan sedimen kasar masam dan batukapur lunak, berbukit kecil (lereng >16%), sangat tertoreh66 Marine terraces, coarse felsic sedimentary rocks and soft calcareous rocks, hillocky (slopes >16%), strongly dissected67 P. GRUP DATARAN/PLAIN GROUP68 Pfk.4.1 Dataran, batuan sedimen halus masam dan batukapur lunak,berombak sampai bergelombang (lereng 3-15%), agak tertoreh69 Plains,fine felsic sedimentary and soft calcareous rocks, undulating to rolling (slopes 3-15%), slightly dissected70 V. GRUP VOLKAN/VOLCANIC GROUP71 Vab.1.2.3 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng atas gunung berapi, lereng curam sampai sangat curam (>25%), sangat tertoreh72 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano upper slopes, steep to very steep slopes (>25%), strongly dissected73 Vab.1.3.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng tengah gunung berapi, lereng cukup curam sampai curam (16-55%), cukup tertoreh74 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano middle slopes, moderately steep to very steep slopes (16-55 %), moderately dissected75 Vab.1.4.1 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng bawah dan kaki lereng, melandai, (lereng >16%), tertoreh ringan
103
76 Vab.1.4.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng bawah dan kaki lereng, datar sampai melandai, (lereng <16%), cukup tertoreh77 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, volcano lower slopes and footslopes, flat to sloping (slopes <16%), moderately dissected7879 Vab.1.6.2 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lahar (muda), cukup tertoreh80 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, (young) lahars, moderately dissected8182 Vab.1.9.1 Stratovolkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lembah kaldera, agak tertoreh83 Stratovolcanoes, intermediate and mafic tuffs and lavas, caldeira floor, slightly dissected99 Vab.2.10.2 Perbukitan volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berbukit, lereng cukup curam sampai sangat curam (>16%), cukup tertoreh
100 Volcanic hills, intermediate and mafic tuffs and lavas, hilly, moderately steep to very steep slopes (>16%), moderately dissected101102 Vab.2.11.3 Pegunungan volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam sampai sangat curam (>16%), sangat tertoreh103 Volcanic mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, moderately steep to very steep slopes, (>16%), strongly dissected104105 Vab.3.2.1 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berombak (lereng 3-8%), agak tertoreh106 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, undulating (slopes 3-8%), slightly dissected107 Vab.3.3.1 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, bergelombang (lereng 8-16%), agak tertoreh108 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, rolling (slopes 8-16%), slightly dissected
Vab.3.3.2 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, agak bergelombang (lereng < 8%), tertoreh
109 Vab.3.7.2 Kipas volkan, tuf dan lava intermedier dan basis, berbukit kecil (lereng >16%), cukup tertoreh110 Fluvio-volcanic fans, intermediate and mafic tuffs and lavas, hillocky (slopes >16%), moderately dissected111 K. GRUP KARST/KARST GROUP112 Kc.3.3 Karst, batukapur, perbukitan kecil dan perbukitan, lereng cukup curam sampai curam (16-55%), sangat tertoreh113 Karst, limestone, hillocks and hills, moderately steep to steep slopes (16-55%), strongly dissected
104
114115116 Kc.4.3 Karst, batukapur, batukapur berlapis horizontal, sangat tertoreh117 Karst, limestone, horizontally bedded chalk, strongly dissected118119120121 Kc.5.3 Karst, batukapur, pegunungan, lereng curam sampai sangat curam (>25%), sangat tertoreh122 Karst, limestone, steep to very steep slopes (>25%), strongly dissected123124125142 H. GRUP PERBUKITAN / HILLY GROUP
143 Hk.1.1.1Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, termasuk lembah antar perbukitan dan kaki lereng berombak, batukapur lunak, lereng melandai (<16%), agaktertoreh
144 Hillocks and hills in random pattern, including undulating interhill bottoms and footslopes, soft calcareous rocks, gently slopes (slopes <16%), slightly dissected145146 Hab.1.2.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam, (16-25%), cukup tertoreh147 Hillocks and hills in random pattern, intermediate and mafic tuffs and lavas, moderately steep slopes (16-25%), moderately dissected148 Hq.1.2.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batuan sedimen kasar masam, lereng cukup curam, (16-25%), cukup tertoreh149 Hillocks and hills in random pattern, coarse felsic sedimentary rocks, moderately steep slopes (16-25%), moderately dissected150151 Hk.1.3.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batukapur lunak, lereng curam sampai sangat curam (>25%), cukup tertoreh152 Hillocks and hills in random pattern, soft calcareous rocks, steep to very steep slopes (>25%), moderately dissected153 Hsz.1.3.2 Perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random, batuan ultramafik dan volkanik tak dibedakan, lereng curam sampai sangat curam (>25%), cukup tertoreh
105
154 Hillocks and hills in random pattern, ultramafic and undifferentiated volcanic rocks, steep to steep slopes (>25%), moderately dissected157 M. GRUP PEGUNUNGAN DAN PLATO / MOUNTAIN AND PLATEAU GROUP158 Ms.2.1.2 Pegunungan, batuan ultramafik, lereng agak curam sampai cukup curam (<25%), cukup tertoreh159 Mountains, ultramafic rocks, gentle to moderately steep slopes (<25%), moderately dissected160171 Mab.2.2.2 Pegunungan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng cukup curam sampai sangat curam (25-75%), cukup tertoreh172 Mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, steep to very steep slopes (slopes 25-75%), moderately dissected173174 Mq.2.2.2 Pegunungan, batuan sedimen kasar masam, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), cukup tertoreh175 Mountains, coarse felsic sedimentary rocks, steep to very steep slopes (25-75%), moderately dissected176177 Mf.2.2.3 Pegunungan, batuan sedimen halus masam, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh178 Mountains, fine felsic sedimentary rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected179 Mg.2.2.3 Pegunungan, batuan plutonik masam, lereng curam sampai sangat curam (lereng 25-75%), sangat tertoreh180 Mountains,acid plutonic rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected181 Mk.2.2.3 Pegunungan, batukapur lunak,lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh182 Mountains, soft calcareous rocks, steep to very steep slopes (25-75%), strongly dissected183184 Mr.2.2.3 Pegunungan, batuan plutonik intermedier, lereng curam sampai sangat curam (25-75%), sangat tertoreh185 Mountains, intermediate plutonic rocks, steep to very steep slopes (25-75 %), strongly dissected186 Mab.2.3.3 Pegunungan, tuf dan lava intermedier dan basis, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh187 Mountains, intermediate and mafic tuffs and lavas, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected188 Mg.2.3.3 Pegunungan, batuan plutonik masam, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh189 Mountains, acid plutonic rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected198 Mq.2.3.3 Pegunungan, batuan sedimen kasar masam, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh
106
199 Mountains, felsic coarse sedimentary rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected200 Muz.2.3.3 Pegunungan, bahan volkanik dan sedimen tak dibedakan, lereng sangat curam sekali, skarp (lereng >75%), sangat tertoreh201 Mountains, undifferentiated volcanic and sedimentary rocks, abrupt slopes, scarps (slopes >75%), strongly dissected202203 X. GRUP ANEKA BENTUK/MISCELANEOUS GROUP204 X.1 Daerah terjal, sempit tererosi atau lereng tunggal tanpa endapan dan koluvial, umumnya berlereng >25%, atau kadang-kadang >75%205 Steep, narrow, erosive river valleys or single slopes without major colluvial or alluvial deposits, general slope >25%, but frequently >75%207 Jumlah/Total: