LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh Syahrial Abdullah Ishak Manti M. Sabir KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT 2012 LEMBAR PENGESAHAN
25
Embed
LAPORAN AKHIR KEGIATAN - sumbar.litbang.pertanian.go.idsumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/jagung1.pdf · 1. Varietas unggul baru (VUB) jagung hibrida VUB jagung yang digunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR KEGIATAN
PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Oleh
Syahrial Abdullah
Ishak Manti M. Sabir
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT
2012
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Pendampingan SL-PTT Jagung di Kabupaten Padang- Pariaman 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat 3. A l a m a t : Sukarami-Solok,Sumatera Barat. P.O.Box.34
Padang. 4. Penanggung Jawab Kegiatan: a. N a m a : Ir. Syahrial Abdullah,MS b. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya (IV/d.) c. Jabatan: c1.Struktural : Anggota Kelji Budidaya c2.Fungsional : Peneliti Utama 5. Lokasi Kegiatan : Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman. 6. Status Kegiatan : Lanjutan (L) 7. Tahun Dimulai : TA. 2011 8. Biaya Kegiatan TA.2012 : Rp.32.250.000,- (Tiga puluh dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) 9. Sumber Dana : BPTP. Sumatera Barat, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, T.A. 2012. Mengetahui, Kepala Balai Pengkajian Penanggung Jawab Kegiatan, Teknologi Pertanian Sumatera Barat Dr. Ir. Hardiyanto,MSc. Ir. Syahrial Abdullah,MS. NIP.19600503 198603 1 001 NIP.19570404 198403 1 001
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Untuk mencapai swasembada pangan, pemerintah telah mencanangkan
program peningkatan produktivitas dan produksi pangan sejak tahun 2007 yang
diawali dengan pencanangan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), diikuti
dengan komoditas pangan lainnya terutama jagung. Upaya peningkatan produksi
jagung yang dikembangkan saat ini adalah melalui pengelolaan tanaman terpadu
(PTT) jagung. PTT jagung diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1)
Partisipatif, petani berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2)
Spesifik lokasi, memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik,
sosial-budaya, dan ekonomi setempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah
dan air dikelola dengan baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemanfaatan
teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang
saling mendukung; dan 5) Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan
dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi sosial ekonomi
setempat (Badan Litbang, 2009).
Jagung merupakan komoditas palawija utama, yang dibutuhkan sebagai
bahan pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan sebagai sumber
karbohidrat kedua setelah padi. Kebutuhan jagung selalu meningkat sejalan
dengan meningkatnya usaha ternak unggas (Nasrul Hosen, 2009). Dalam rangka
memenuhi kebutuhan jagung perlu dilakukan peningkatan produksi. Di Sumatera
Barat peningkatan produksi ini dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas
dan perluasan areal tanam, terutama pada daerah sentral produksi jagung seperti;
kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, kabupaten Limapuluh Kota, Pasaman
Barat dan kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT jagung
pada tahun 2011, maka dalam upaya peningkatan produktivitas jagung, pada
tahun 2012 dilanjutkan dengan menggunakan jagung hibrida.
Produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 t/ha dengan luas panen
sekitar 3,60 juta hektar, sementara kebutuhan jagung nasional terus meningkat,
terutama untuk pakan ternak dan industri. Untuk pakan ternak saja, permintaan
jagung dewasa ini sudah mencapai lebih 50% kebutuhan nasional (Gatot Irianto
2009; Departemen Pertanian 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan
besarnya senjang hasil jagung antara di tingkat penelitian dengan petani
disebabkan lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Teknologi
budidaya tanaman memegang peranan penting dalam pencapaian produktivitas
tanaman yang optimal. Pada umumnya keberhasilan usaha pertanian sangat
ditentukan oleh berhasilnya penerapan teknologi budidaya. Teknologi budidaya
jagung relatif sudah cukup baik, tetapi dalam penerapannya teknologi budidaya
tersebut belum optimal. Rendahnya penerapan teknologi budidaya dapat diketahui
dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil penelitian dengan hasil
dilapangan yang diperoleh oleh petani, Penyebab rendahnya penerapan
teknologi budidaya ini diantaranya disebabkan oleh; (1) Penerapan teknologi
budidaya yang berpotensi untuk meningkatkan produktivitas belum banyak
diketahui petani (2) Penerapan teknologi memerlukan biaya relatif lebih tinggi
karena membutuhkan sarana dan prasarana penunjang yang masih minim dimiliki
petani, (3) Pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi baru kurang
dapat dipahami oleh petani secara utuh, sehingga penerapan teknologi tersebut
dilaksanakan secara sepotong-sepotong, (4) Penguasaan dan penerapan paket
teknologi oleh petani perlu didampingi sehingga petani benar-benar menerapkan
sesuai dengan teknologi terapan yang diharapkan. Salah satu cara untuk
membantu memecahkan masalah di atas, Badan Litbang Pertanian melakukan
pendekatan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), yang mana program ini
mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi (Suyamto. 2006).
1.2. Dasar Pertimbangan
Teknologi budidaya tanaman memegang peranan penting dalam pencapaian
produktivitas tanaman yang optimal. Pada umumnya keberhasilan usaha
pertanian sangat ditentukan oleh berhasilnya penerapan teknologi budidaya.
Teknologi budidaya jagung relatif sudah cukup baik, tetapi dalam penerapannya
teknologi budidaya tersebut belum optimal. Rendahnya penerapan teknologi
budidaya dapat diketahui dari besarnya kesenjangan potensi produksi dari hasil
penelitian dengan hasil dilapangan yang diperoleh oleh petani, Penyebab
rendahnya penerapan teknologi budidaya ini diantaranya disebabkan oleh; (1)
Penerapan teknologi budidaya yang berpotensi untuk meningkatkan
produktivitas belum banyak diketahui petani (2) Penerapan teknologi memerlukan
biaya relatif lebih tinggi karena membutuhkan sarana dan prasarana penunjang
yang masih minim dimiliki petani, (3) Pemahaman dan penguasaan penerapan
paket teknologi baru kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh, sehingga
penerapan teknologi tersebut dilaksanakan secara sepotong-sepotong, (4)
Penguasaan dan penerapan paket teknologi oleh petani perlu didampingi sehingga
petani benar-benar menerapkan sesuai dengan teknologi terapan yang
diharapkan. Salah satu cara untuk membantu memecahkan masalah di atas,
Badan Litbang Pertanian melakukan pendekatan melalui Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT), yang mana program ini mampu meningkatkan produktivitas dan
efisiensi input produksi (Suyamto. 2006).
1.3. Tujuan Kegiatan
Kegiatan diseminasi bertujuan untuk; (a) melaksanakan kordinasi dan
sosialisasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b)
mempercepat diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai VUB (varietas
unggul baru) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal 15%, untuk
mendukung program SL-PTT jagung, (c) menjadi nara sumber untuk inovasi
teknologi jagung untuk PPL (penyuluh pertanian lapang), dan nara sumber untuk PL-3
atau pada SL-PTT jagung yang dilaksanakan oleh kelompok tani, (d) melaksanakan
kegiatan temu lapang dalam mendukung kegiatan SL-PTT jagung, dan (e) distribusi
media cetak.
1.4. Keluaran (Output) yang diharapkan Luaran dari kegiatan ini antara lain adalah: (1) Terlaksananya kordinasi dan
sosialisasi teknologi SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b) terjadinya
percepatan diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai VUB (varietas
unggul baru) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal 15%, untuk
mendukung program SL-PTT jagung, (c) Terlaksananya kegiatan peneliti/ penyuluh
sebagai nara sumber dalam pelatihan inovasi teknologi jagung untuk penyuluh dan
anggota kelompok tani, dan (d) terlaksananya kegiatan temu lapang dalam
mendukung kegiatan SL-PTT jagung, dan (e) distribusi media cetak.
1.5. Hasil (Outcomes) yang diharapkan
Penerapan inovasi teknologi dalam bentuk adaptasi VUB jagung, sehingga
tersedia pilihan (alternatif) VUB jagung dan komponen teknologi budidaya lainnya
untuk mendukung penerapan SL-PTT jagung.
1.6. Manfaat (benefit) yang diharapkan
Pengembangan dan percepatan adopsi inovasi teknologi VUB dan komponen
teknologi budidaya jagung lainnya untuk mendukung penerapan SL-PTT jagung di
Aia Tajun, Kabupaten Padang Pariaman.
1.7. Dampak (Impact) yang diharapkan
Dengan dilaksanakannya SL-PTT jagung sesuai prosedur yang tepat akan
terjadinya peningkatan produksi jagung minimal 15% di lokasi kegiatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena
merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Di
samping bijinya, biomas hijauan tanaman jagung juga diperlukan untuk
pengembangan ternak sapi. Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah
mencapai 4,9 juta ton pada tahun 2006 dan diprediksi menjadi 6,6 juta ton pada
tahun 2010 (Ditjen Tanaman Pangan 2007). Hasil penelitian oleh berbagai institusi
pemerintah maupun swasta telah menghasilkan teknologi budidaya jagung dengan
produktivitas 4,5-10,0 t/ha, capaian hasil ini sangat terkait dengan potensi lahan dan
teknologi produksi yang diterapkan. Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya
senjang hasil jagung antara tingkat penelitian dengan hasil petani adalah karena
lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi.
SL-PTT merupakan sekolah lapang bagi petani dalam menerapkan berbagai
teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien spesifik lokasi,
sehingga mampu meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan produksi jagung
secara berkelanjutan (Sutarto, 2010). Di Sumatera Barat produksi jagung setiap
tahun berkisar (85 -220 ribu ton) dengan tingkat produktivitas 3,5 - 5,1 ton/ha
(Bappeda Sumbar 2008).
Anjuran komponen teknologi untuk PTT jagung meliputi teknologi dasar seperti:
a) varietas unggul baru, hibrida atau komposit, b) benih bermutu dan berlabel, c)
populasi 66.000-75.000 tanaman/ha, dan d) pemupukan berdasarkan kebutuhan
tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen teknologi pilihan meliputi: a)
penyiapan lahan, b) pembuatan saluran drainase pada lahan kering pada musim
hujan atau saluran irigasi di lahan sawah pada musim kemarau, c) pemberian bahan
organik, d) pembumbunan, e) pengendalian gulma secara mekanis atau dengan
herbisida kontak, f) pengendalian hama penyakit, dan g) panen tepat waktu dan
pengeringan segera. Varietas unggul baru jagung yang digunakan meliputi varietas
bersari bebas seperti; Sukmaraga dan Bisma, serta varietas hibrida seperti: Bima 1,
tepat waktu, dan pengeringan segera dilakukan. Pada tanggal 8 Nopember 2012, juga di
lakukan pelatihan lanjutan anggota kelompok tani Karya Bakti dan Karya Murni, dan
kelompok tani Rimbo Mutuih.
Berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK (perangkat uji tanah
lahan kering bergambut) di Nagari Aia Tajun, kecamatan Batang Anai kabupaten Padang
Pariaman di dapatkan bahwa kadungan hara P dan K di lokasi display VUB tersebut
tergolong rendah. Berdasarkan hasil uji status hara tanah dengan PUTK tersebut, maka
rekomendasi pemupukan di lokasi display VUB tersebut adalah; sebanyak 300-350 kg/ha
pupuk Phonska, dan 100-150 kg/ha pupuk urea. Sedangkan untuk komponen teknologi
lainnya adalah (1) pengolahan tanah secara sempurna, (2) pembuatan saluran darinase,
(3) pengunaan jarak tanam 20 x 70 dengan 1 biji per lobang tanam sehinga dapat dicapai
populasi tanaman minimal 66.000 tanaman jagung per hektar, dan (4) melaksanakan
pembuatan bunbun, (5) pengendalian gulma secara manual dan ditambah dengan
menggunakan herbisida, (6) pengendalian hama dan penyakit, yaitu dengan menerapkan
prinsip PHT (pengendalian hama/penyakit terpadu) dengan menerapkan prisip PHT
(pengendalian hama terpadu), (7) panen dilakukan setelah klobot tongkol telah
mongering, atau berwaqrna coklat, biji telah mengeras, minimal telah terbentuk lapisan
hitam, minimal 50% pada setiap baris biji.
4.3. Pelaksanaan Displai VUB jagung
Pada tanggal 12-13 Juli 2012 telah dilaksanakan penanaman jagung hibrida
varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5, pada kegiatan display VUB jagung pada
kegiatan pendampingan SL-PTT jagung pada lahan petani kelompok tani Karya Sepakat
di Aia Tajun, Kecamatan Lubuk ALung, Kabupaten Padang Pariaman. Varietas Bima 2,
Bima 4, dan Bima 5 masing-masing sebanyak 5 kg benih, sedangkan varietas Bima 3
sebanyak 10 kg. Pelaksanaan tanam bervariasi karena tergantung pada kesiapan lahan,
sehingga waktu panen juga bervariasi.
Keragaan beberapa komponen hasil dan hasil jagung pipilan kering dari beberapa
varietas display VUB jagung (Tabel 3) menunjukkan bahwa panjang tongkol VUB Bima 3
mempunyai panjang tongkol (18,9 cm) yang lebih panjang dibanding dengan VUB Bima
lainnya, tongkol terpendek terlihat pada VUB Bima 4 (17,2 cm). Lingkaran tongkol VUB
Bima relatif tidak berbeda yaitu berkisar 15,7 cm (Bima 2) – 15,9 cm (Bima 4), Hal yang
relatif sama juga terlihat pada jumlah baris per tongkol, yaitu 13,7 baris/tongkol (Bima 3)
sampai 14,7 baris/tongkol (Bima 2). Jumlah biji/baris yang terbanyak juga terlihat pada
Bima 3 (38,9 biji/baris). Sedangkan biji terberat terlihat pada VUB Bima 5 (35,5 g/100
biji), dan bobot biji terendah pada VUB Bima 2 (31,8 g/100 biji) (Tabel 3).
Tabel 3. Keragaan komponen hasil beberapa varietas jagung hibrida di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman. TA. 2012.
Varietas
Panjang Tongkol
(cm)
Lingkaran Tongkol
(cm)
Jml baris per tongkol (baris)
Jml biji per baris
(biji/baris)
Berat 100 biji
(g) Bima 2 18,2 15,7 14,7 35,3 31,8
Bima 3 18,9 15,8 13,7 38,9 33,6
Bima 4 17,2 15,9 14,0 35,7 32,0
Bima 5 18,8 15,8 14,0 36,1 35,5
Umur tanaman jagung VUB Bima 2 sama dengan Bima 3, yaitu panen pada umur
102 hari, sedangkan VUB Bima 4 dan Bima 5, masing-masing dapat dipanen pada umur
104 dan 106 hari (Tabel 4). Berat biji kering per tongkol menunjukkan bahwa VUB Bima 3
(129 g/tongkol) mempunyai berat biji per tongkol yang lebih berat dibandingkan dengan
3 VUB lainnya, masing-masing Bima 5 (126,9 g), Bima 2 (115,5 g), dan Bima 4 (112,4 g).
Secara umum, semua VUB Bima yang diuji memberikan hasil biji pipilan kering relatif baik
(7,44 - 8,70 t/ha). Namun demikian, hasil biji pipilan kering tertinggi didapatkan pada
VUB Bima 3 (8,70 t/ha), kemudian diikuti oleh Bima 5 (8,55 t/ha), dan Bima 2 (7,92
t/ha), dan yang terendah terlihat pada VUB Bima 4 (7,44 t/ha). Hal ini disebabkan
kontribusi masing-masing komponen hasil VUB tersebut.
Tabel 4. Keragaan umur tanaman, berat biji pipilan per tongkol,dan hasil biji per hektar beberapa varietas jagung hibrida di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang Pariaman. TA. 2012.
Varietas
Umur tanaman (hari)
Berat biji per tongkol
(g)
Hasil biji pipilan kering (KA 15%
Bima 2 102 115,5 7,92
Bima 3 102 129,2 8,70
Bima 4 104 112,4 7,44
Bima 5 106 126,9 8,55
4.4. Temu Lapang Keragaan Teknologi
Kegiatan temu lapang telah dilaksanakan pada bulan September 2012 di lokasi
kegiatan displai VUB jagung di Korong Indarung, nagari Aia Tajun, kecamatan Lubuk
Alung, kabupaten Padang Pariman. Panen perdana yang dihadiri oleh beberapa peneliti
BPTP Sumatera Barat antara lain Dr. Nusyirwan Hasan peneliti/coordinator SL-PTT BPTP
Sumatera Barat (mewakili kepala BPTP Sumbar), Syahrial Abdullah, sebagai penanggung
jawab kegiatan, peneliti senior BPTP Sumbar, Prof (R) Dr. Ishak Manti, MS. Temu lapang
juga dihadiri oleh Bapak Bupati Kabupaten Padang Pariaman (H. Ali Mukhni) dan kepala
SKPD terkait, antara lain Dispernakhut, BP3K&P, Dinas Perindustrian, Dinas Peternakan,
Camat Lubuk Alung, Wali nagar Aia Tajun, Korluh dan Ka.UPTD BPK. Kecamatan Lubuk
Alung, penyuluh, pengurus kelompok tani Karya Sepakat dan anggota, serta petani dari
perwakilan kelompok tani yang ada disekitar nagari Aia tajun. Sedangkan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumbar diwakili oleh Ibu Ir. Lilis Suryani, MSi (Kasi.
Pengembangan Palawija).
Ketua kelompok Tani Karya Sepakat Ali Asir dan Kasi Pengembangan Palawija Lili
Suryani dalam eksposenya menyampaikan bahwa petani di lokasi ini, sebelumnya
bertanam padi, karena belum adanya irigasi, bercocok tanam padi hanya 1 kali dalam
setahun (lahan tadah hujan) dengan hasil yang tidak mencukupi. Berdasarkan hasil
pertanaman jagung hibrida yang didapat dengan menggunakan varietas unggul baru
(VUB) jagung seperti VUB Bima ini, dimana VUB Bima 3 mampu mencapai hasil rata-rata
sebesar 8,70 t/ha pipilan kering, dan dikuti dengan Bima 5 dengan tingkat hasil 8,55 t/ha,
maka menurut mereka tanaman jagung sangat berpeluang dan cocok dikembangkan
diwilayah kelompok meraka yaitu di Aia Tajun ini.
4.5. Distribusi media cetak.
Media cetak yang telah didistribusikan kepada penyuluh lapang di lokasi kegiatan
pelaksanaan adalah foto copy materi/bahan pelatihan SL-PTT jagung, yaitu “Teknologi
PTT Jagung” yang berisikan Komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan
pada PTT jagung. Disamping itu juga dilengkapi dengan foto copy diskripsi VUB jagung
yang digunakan pada kegiatan display VUB jagung (varietas Bima 2, bima 3, Bima 4, dan
Bima 5). Diskripsi VUB jagung ini juga didistribusikan pada saat kegiatan Temu lapang.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil kegiatan pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten Padang pariaman
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Kegiatan pendampingan SL-PTT jagung dimulai dengan melakukan koordinasi dan
sosialisasi program dengan pihak terkait. Pihak terkait seperti Pemda dan petani
sangat mendukung dan mendukung pelaksanaan SL-PTT jagung dan penerapan
display VUB jagung.
2. Kegiatan pelatihan inovasi teknologi budidaya jagung kepada penyuluh/petugas
pertanian di lapangan, telah dapat menambah pengetahuan mereka tentang
teknologi budidaya jagung spesifik lokasi, yang dapat meningkatkan produk-tivitas
jagung.
3. Dari 4 (empat) VUB yang diuji (Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5), ternyata
VUB. Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi dibanding dngan 2 VUB
lainnya, masing-masing 8,70 t/ha dan 8,55 t/ha.
4. Kegiatan temu lapang dan panen dihadiri oleh bapak Bupati kabupaten Padang
Pariaman dan kepala SKPD terkait, dan dari Dinas Pertanian provinasi Sumatera
Barat. Dari temu lapang tersebut ke empat VUB Bima yang diuji disukai oleh
petani. Namun demikian, VUB Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi.
5. Media yang didistribusikan adalah materi pelatihan teknologi PTT jagung
(komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan), dan diskripsi empat VUB
jagung yang didisplaikan.n
Saran: Dari hasil pendampingan SL-PTT jagung ini diharapkan petani kooperator
(anggota kelompok tani Karya Sepakat) dapat mengembangkan penggunaan VUB Bima
yang telah diuji, terutama Bima 3 dan Bima 5. Dan menerapkan PTT jagung sesuai
prosedur. Untuk itu VUB yang telah diuji perlu disediakan baik dalam bentuk BLBU,
maupun di pasaran.
VI. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Kedelai. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal Bappeda dan BPS Provinsi Sumatera Barat. 2010. Sumatera Barat Dalam Angka
(Sumatera Barat in Figures) 2009/2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 679 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan produksi
beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007.
Deptan, 2008a. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal. Deptan, 2008b. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020, Memperkuat Kemandirian
Pangan dan Peluang Ekspor. Departemen Pertanian. 71 hal. Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan Tanaman
Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189.
Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN). Dalam. B.
Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37.
Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal.
Simamarta,T., dan Y.Yuwariah. 2008. Teknologi intensifikasi padi aerob terkendali
berbasis organic (IPAT-BO) untuk mempercepat kemandirian dan ketahanan pangan. Dalam: B. Suprihatno et al. (Eds). Apresiasi Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN, Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian,. Ed. Bambang Suprihatno, et al,.p.127-145.
Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, Baehaki, S.E., Suprihanto, A. Setyono, S.D. Indrasari, I.P. Wardhana, dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 114 hal.
Suryana, A., S. Mardianto, K. Kariyasa, dan I. Putu Wardana. 2008. Kedudukan
Padi Dalam Perekonomian Indonesia. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.7-33.
Yufdy, P., N. Hasan, I. Manti. Z. Irfan, I. Rusli, Harnel, Buharman, Abd. Aziz, E.
Mawardi, Harnel, S. Abdullah, Nurnayetti, Ardimar, Aryunis, Y. Mala, Atman, Sadar, Syafril, R. Munir dan Erdiman. 2011. Kegiatan Program Pendampingan SL-PTT di Provinsi Sumatera Barat. Laporan Tengah Tahun 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 160 hal.
BAB VII. KINERJA KEGIATAN
7.1. Keluaran (Output) yang dicapai
Telah terlaksananya koordinasi dan sosialisasi Pendampingan SL-PTT jagung. Dari
VUB jagung jagung yang diuji telah terjadi peluang peningkatan hasil jagung lebih
dari 15%. Peneliti/penyuluh telah bertindak sebagai nara sumber pada pelatihan
Inovasi teknologi jagung. Telah dilakukan kegiatan temu lapang, distribusi media
cetak yang diperlukan pada pelaksanaan SL-PTT jagung di kabupaten Padang
Pariaman,
7.2. Hasil (Outcomes) yang dicapai Telah diperkenalkan benih jagung hibrida hasil Litbang Kementerian Pertanian
kepada kelompok tani dalam bentuk display varietas unggul baru (VUB) jagung
hibrida; varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Sehingga VUB tersebut
dapat dijadikan alternatif varietas dalam budidaya jagung.
7.3. Manfaat (Benefit) yang dicapai Petani/kelompok tani calon lokasi pelaksana display varietas unggul baru (VUB)
jagung telah mengenal dan mengetahui potensi hasil VUB jagung hibrida hasil
Badan Litbang kementerian Pertanian (Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5),
melalui Displai VUB. Lebih lanjut VUB tersebut dapat ditanam dikawasan
pengembangan jagung di Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung, Kab. Padang
Pariaman.
7.4. Dampak (Impact) yang dicapai
Penerapan teknologi PTT jagung pada display VUB jagung yang telah
memberikan hasil yang nyata lebih baik (peningkatan hasil >15%). Lebih lanjut,
penerapan SL-PTT jagung pada usahatani jagung akan berdampak terhadap
peningkatan hasil, pengembangan usaha tani jagung dengan menggunakan VUB
jagung dengan potensi hasil tinggi.
7.5. Kisah Sukses (Success Story):
1. Hasil display Varietas unggul baru (VUB) jagung menunjukkan bahwa VUB Bima 3
dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi, kedua varietas tersebut disukai oleh
petani di Aia Tajun. Kegiatan temu lapang dan panen display VUB tersebut dihadiri
oleh pengambil kebijakan dan stake holder lainnya, antara lain; bapak Bupati
kabupaten Padang Pariaman beserta kepala SKPD terkait di kabupaten Padang
Pariaman, Dinas Pertanian provinsi Sumatera Barat, peneliti, penyuluh aparat
kecamatan, nagari, kelompok tani/petani kooperator, dan perwakilan kelompok
tani di sekitar lokasi display VUB.
Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida: Bima-2 Bantimurung Varietas Bima-2 Bantimurung Tanggal dilepas 7 Februari 2007
Asal Silang tunggal antara galur murni B11-209 dengan galur Murni MR-14 B11-209 dikembangkan dari galur Introduksi TAMNET.MR-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 56 hari 50% keluar rambut: + 57 hari Masak fisiologis: + 100 hari
Batang Besar dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 200 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Cukup seragam Perakaran Sangat baik Kerebahan Tahan rebah Bentuk malai Terbuka Warna malai Krem kehijauan Warna anthera Krem Warna rambut Merah Tongkol Besar dan panjang (+ 21 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 100 cm Kelobot Menutup tongkol dengan baik (+ 98%) Tipe biji Semi mutiara (semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Kuning Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 378 g Rata-rata hasil 8,51 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,0 t/ha pipilan kering Ketahanan Agak toleran terhadap penyakit bulai (P. maydis) Keterangan -Beradaptasi baik pada lahan kurang subur & lahan subur
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia A.Takdir, M.R.Neni Iriani, Made J.Mejaya, Muzdalifah I,
A.Muliadi, Nuning,Aan. S.,M.Yasin HG., dan Marsum D.
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Tanggal dilepas 7 Februari 2007 Asal Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur
murni MR-14 Nei 9008, dikembangkan dari galur Introduksi Departemen Pertanian Thailand. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 55 hari 50% keluar rambut: + 56 hari Masak fisiologis: + 100 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau sedikit unggu Tinggi Tanaman + 200 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam Krem Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 21 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 98 cm Kelobot Menutup tongkol dengan baik (+ 98%) Tipe biji Semi mutiara (semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 359 g Rata-rata hasil 8,27 t/ha pipilan kering Potensi hasil 10,0 t/ha pipilan kering Ketahanan Toleran terhadap penyakit bulai (P. maydis) Keterangan -Beradaptasi baik pada lahan subur & lahan sub-optimal
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia Made Jana Mejaya, R.Neni Iriany, Andi Takdir M., M
Isnani, Achmad Muliadi, dan Amrizal Nasar.
Pengusul Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
Varietas Bima-4 Tanggal dilepas 31 Oktober 2008 Asal Silang G 180/Mr.14. G 180 dikembangkan dari populasi
P5/GM25. Mr-14 dikembangkan dari populasi Suwan 3. Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 59 hari
50% keluar rambut: + 57 hari Masak fisiologis: + 102 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 212 cm Jumlah daun 12-14 helai Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam - Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 20 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 116 cm Kelobot Tipe biji Mutiara (flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 266 g Rata-rata hasil 9,6 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,7 t/ha pipilan kering Kandung.Karbohidrat 52,87% Kandungan protein 13,02% Kandungan lemak 4,87% Ketahanan Peka bulai, tahan terhdp penyakit karat dan bercak daun Keunggulan Cepat panen, hasil panen tinggi, tidak mudah rontok,
umur berbunga lebih cepat, stay green. Keterangan -Beradaptasi luas.
-Populasi dapat mencapai 70.000 tanaman/ha Pemulia Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe.
Varietas Bima-5 Tanggal dilepas 31 Oktober 2008 Asal Silang G 193/Mr.14. G 193 dikembangkan dari populasi
P5/GM25. Mr-14 Nei 9008 dikembangkan dari populasi Suwan 3.
Umur Berumur dalam: 50% keluar polen: + 60 hari 50% keluar rambut: + 58 hari Masak fisiologis: + 103 hari
Batang Sedang dan tegap Warna batang Hijau Tinggi Tanaman + 204 cm Jumlah daun - Keragaman tanaman Seragam Perakaran Sangat baik Bentuk malai Kompak Warna malai Krem Warna sekam Krem Warna anthera Krem Warna rambut Krem Tongkol Besar dan panjang (+ 18,2 cm) Bentuk tongkol Silindris Tinggi tongkol + 115 cm Kelobot Menutup dengan baik Tipe biji Setengah mutiara (Semi flint) Baris biji Lurus Warna biji Jingga Jumlah baris/tonggkol 12-14 baris Bobot 1.000 biji + 270 g Rata-rata hasil 9,3 t/ha pipilan kering Potensi hasil 11,4 t/ha pipilan kering Kandung.Karbohidrat 59,07% Kandungan protein 11,09% Kandungan lemak 4,13% Ketahanan Peka bulai, tahan terhdp penyakit karat dan bercak daun Keunggulan Potensi hasil tinggi, stay green. Keterangan Beradaptasi luas. Pemulia Awaluddin Hipi, Andi Haris, Andi Tenri Rawe, Surtikanti,