Top Banner

of 31

Laporan Akhir Infus Dekstrosa 5

Jan 09, 2016

Download

Documents

Arix Ulandary

laporan mata kuliah Sediaan Streril
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat merupakan sedian atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatankesehatan, dan kontrasepsi. Obat didefinisikan sebagai suatu zat yang digunakan dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan (Ansel, 1989).

Berdasarkan cara pemberiannya, obat dapat diklasifikasikan kedalam 5 jenis yaitu oral, perektal, sublingual, parenteral serta langsung ke organ seperti intrakardial (Anief, 2005). Berdasarkan beberapa cara pemberian obat diatas, pemberian obat secara oral merupakan pilihan yang paling banyak digunakan. Namun pemberian obat secara oral juga memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar dan efek yang diberikan tidak segera karena obat harus diabsorpsi terlebih dahulu sebelum masuk ke sistem sistemik, sehingga jika diberikan pada pasien dengan penanganan gawat darurat pengobatan dengan sediaan oral tidak efektif. Oleh karena itu dibuat alternatif sediaan parenteral, dimana sediaan parenteral dapat memberikan efek yang cepat karena obat langsung masuk ke sistem sistemik tanpa mengalami proses absorpsi terlebih dahulu.

Sediaan parenteral dapat diberikan secara intravena, subkutan, intramuscular maupun intrakardial. Dalam praktikum ini, dibuat sediaan parenteral yang pemberiannya dilakukan secara intravena yaitu infus intravena. Infus intravena merupakan sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume yang relatif banyak (Depkes RI, 1979). Penggunaan secara intravena merupakan salah satu metode yang sering digunakan karena memiliki onset yang cepat, bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna dan dapat diberikan pada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma (Lukas, 2006). Infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat, syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Salah satu infus yang sering digunakan adalah infus dekstrosa dimana infus ini mengandung D-glukosa yang disebut dengan dekstrosa yang merupakan suatu metabolit yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ketika terjadi gangguan keseimbangan cairan tubuh atau sering disebut dengan homeostasis, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).Larutan glukosa dengan konsentrasi 5% sering digunakan untuk deplesi cairan, dan dapat diberikan melalui vena perifer. Larutan glukosa dengan konsentrasi yang lebih besar dari 5% merupakan larutan yang bersifat hiperosmotik dan umumnya digunakan sebagai sumber karbohidrat, serta larutan glukosa 50% sering digunakan dalam pengobatan hipoglikemia berat (Sweetman, 2009). Dekstrosa digunakan sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada pasien yang mengalami dehidrasi serta terapi pada pasien hipoglikemi yang membutuhkan konsentrasi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah (McEvoy, 2002). Berdasarkan uraian diatas, maka pada praktikum ini dibuat sediaan parenteral yaitu infus dekstrosa 5%, yang diberikan secara intravena. Dimana indikasi penggunaan yaitu untuk memenuhi kalori pada pasien yang mengalami gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), dehidrasi tahap kronis serta terapi untuk pasien hipoglikemia (Lukas, 2006). Penggunaan infus dekstrosa 5% diberikan secara intravena, dimana sediaan yang diberikan secara intravena merupakan sediaan yang harus bebas dari kontaminan mikroba dan dari komponen toksis dan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi atau luar biasa karena sediaan ini langsung masuk ke system sistemik. Sehingga diperlukan pemahaman preformulasi dan perancangan formulasi sediaan infus dekstrosa 5%, dan diterapkan dalam pembuatan sediaan infus dekstrosa 5% dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril termasuk evaluasi sediaan sebagai langkah Quality Control.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana tahapan preformulasi sediaan infus dekstrosa 5%?3. Bagaimana cara merancang formula infus dekstrosa 5%?4. Bagaimana cara membuat sediaan infus dekstrosa 5% dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan?5. Bagaimana cara untuk melakukan evaluasi sediaan infus dekstrosa 5%?1.3 Tujuan Formulasi

1. Untuk dapat memahami tahapan preformulasi sediaan infus dekstrosa 5%.

2. Untuk dapat merancang formula infus dekstrosa 5%.

3. Untuk dapat membuat sediaan infus dekstrosa 5% dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.

4. Untuk dapat melakukan evaluasi sediaan infus dekstrosa 5%.

1.4 Manfaat

1. Memahami tahapan preformulasi sediaan infus dekstrosa.

2. Merancang formula infus dekstrosa 5%.

3. Membuat sediaan infus dekstrosa 5% dalam skala laboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril yang telah ditentukan.

4. Melakukan evaluasi sediaan infus dekstrosa 5%.

BAB II

PREFORMULASI

2.1 Tinjauan Farmakologi Obat

2.1.1 Farmakokinetika

Dextrosa merupakan senyawa yang siap dimetabolisme di dalam tubuh. Senyawa ini meningkatkan kadar glukosa dalam darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrosa akan menurun apabila terjadi penurunan jumlah protein dan nitrogen dalam tubuh, dan juga dapat memicu pembentukan glikogen. Dextrosa merupakan senyawa monosakarida yang sangat cepat diserap dalam usus halus dengan mekanisme difusi aktif. Dextrosa juga disimpan sebagai glikogen pada hati dan otot. Metabolisme dextrosa akan menghasilkan CO2, air dan sumber energi (Reynolds, 1982).

2.1.2 Indikasi

a. Sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada pasien yang mengalami dehidrasi.

b. Sebagai terapi pada pasien hipoglikemi yang membutuhkan konsentrasi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah.

(McEvoy, 2002)

2.1.3 Kontra Indikasi

Pada pasien hiperglikemi (diabetes), pasien gangguan ginjal, gangguan absorpsi glukosa-galaktosa, sepsis akut (McEvoy, 2002).

2.1.4 Efek Samping

1. Poliuria: peningkatan jumlah urin, yang disebabkan karena gula yang ada menyerap air dengan kuat dalam tubuh.

2. Nyeri setempat: hal ini disebabkan karena konsentrasi sediaan yang terlalu tinggi, biasanya diberikan pada pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral dengan konsentrasi dekstrosa yang tinggi.

3. Hiperglikemia: terjadi peningkatan kadar gula dalam darah dan glukosuria.

(McEvoy, 2002)Menurut UK Health Department (2009), glukosa atau dekstrosa hipertonik terutama jika mungkin memiliki pH rendah dan dapat menyebabkan iritasi vena dan tromboflebitis.2.2 Tinjauan Sifat Fisiko-Kimia Bahan Obat2.2.1 Dekstrosa

Gambar 2.1 Struktur Kimia Dekstrosa (Rowe et al., 2009)

Organoleptis:Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis (Depkes RI, 1995).

Struktur Kimia dan Berat Molekul:Dekstrosa merupakan D-Glukosa monohidrat dengan rumus molekul C6H12O6.H2O dan berat molekul 198,17 gram/mol (Reynolds, 1982).

Kelarutan:Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

Stabilitas: Terhadap cahaya: dekstrosa memiliki daya tahan yang baik terhadap cahaya, namun penyimpanannya diusahakan terlindung dari sinar matahari (McEvoy, 2002).

Terhadap suhu : dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi, pada pemanasan suhu tinggi dekstrosa akan berubah menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya berubah menjadi asam lauvulinic. Penyimpanan pada suhu 2o-25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan) (McEvoy, 2002).

Terhadap pH: dekstrosa stabil pada pH 3,5 sampai 6,5 (Depkes RI, 1995). Menurut Kibbe (2000), stabilitas dekstrosa terdapat pada rentang 3,5 sampai 5,5 (dalam 20% b/v larutan) dimana pH yang lebih rendah akan menyebabkan terbentuknya karamel. Jika pH terlalu basa, dekstrosa akan terdekomposisi dan berwarna coklat. Terhadap oksigen: dekstrosa anhidrat memiliki kemampuan absorpsi yang signifikan pada suhu 250C dan kelembaban sekitar 85% (McEvoy, 2002).

Titik Lebur:Dekstrosa memiliki titik lebur pada suhu 83C (Rowe et al., 2009).

Inkompatibilitas: Sediaan dekstrosa tidak bercampur dengan obat-obat vitamin B12, kanamicin sulfat, Na-novobiosin, warfarin. Eritromicyn tidak stabil pada larutan dekstrosa pada pH di bawah 5,05 sedangkan vitamin B12 mengalami dekomposisi atau penguraian bila dipanaskan dengan sediaan dekstrosa (McEvoy, 2002).

Pada sediaan aldehid, glukosa bereaksi dengan senyawa amin, amida asam amino, peptida, dan protein. Perubahan warna menjadi coklat dan penguraian dapat terjadi apabila sediaan bereaksi dengan senyawa alkali kuat (McEvoy, 2002).

2.2.2 Karbon Aktif

Organoleptis:Serbuk, hitam, tidak berbau. Diperoleh dari residu destilasi destruktif berbagai bahan organik, diolah untuk peningkatan kapasitas adsorbsi zat warna organik dan basa nitrogen (Depkes RI, 1995).

Ukuran Partikel dan Luas Permukaaan:Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0,01-0,0000001 mm. Sifat adsorptif karbon aktif diperlihatkan oleh adanya permukaan (1) makropori dengan diameter > 50 nm, (2) mesopori diameter 2-50 nm dan mikropori diameter lebih kecil dari 2 nm (Laszlo et al., 2001).

Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air dan etanol (Depkes RI, 1995).

Stabilitas:Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara (Depkes RI, 1995).

2.2.3 Water for Injection

Menurut FI IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya.Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (Depkes RI, 1995).

sterilisasi:Kalor basah (autoklaf).

Kegunaan:Zat pembawa dan pelarut.

Cara Pembuatan:Didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan.

2.3 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemerian

2.3.1 Bentuk Sediaan

Sediaan dibuat dalam bentuk infus dekstrosa 5% dengan volume sediaan adalah 100 mL dan ditampung dalam sebuah botol gelap bervolume 100 mL.

2.3.2 Dosis

Dosis dari penggunaan sediaan dekstrosa ini tergantung dari umur pasien, berat badan, kondisi klinik, cairan elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dari pasien. Dosis melalui injeksi IV untuk pemulihan kondisi pasien lajunya kecepatan infusnya adalah 0,5 g/kg perjam tanpa disertai produksi gula dalam urine (glukosuria). Laju atau kecepatan infus maksimum pada umumnya tidak melebihi 0,8 g/kg perjam. Untuk pengobatan hipoglikemia dosis umumnya adalah 20-50 mL dekstrosa 50%, yang diberikan dengan lambat. Untuk pengobatan gejala hipoglikemia akut pada bayi dan anak-anak dosis umumnya adalah 2mL/kg dengan konsentrasi glukosa 10%-25% (McEvoy, 2002).

2.3.3 Cara pemberianInfus dekstrosa 5% diberikan secara intravena (Trissel, 2003).

BAB III

FORMULASI

3.1 Permasalahan

1. Sediaan infus dekstrosa 5% yang dibuat merupakan sediaan parenteral yang harus bebas mikroorganisme, bebas partikel dan memiliki pemerian jernih.2. Sediaan infus yang dibuat merupakan sediaan steril yang harus bebas pirogen.3. Sediaan infus dekstrosa 5% yang dibuat merupakan sediaan yang akan diberikan melalui rute intravena yang penggunaannya perlu menjamin kenyamanan pasien dan oleh karena itu perlu diperhatikan tonisitas dari infus yang dibuat.4. Dekstrosa dapat mengalami perubahan menjadi menjadi 5-hidroksi-metil-furfural apabila terpapar suhu yang tinggi oleh karena itu perlu diperhatikan metode sterilisasi yang digunakan dan kondisi penyimpanan sediaan. 3.2 Pengatasan Masalah

1. Teknik pembuatan sediaan infus dekstrosa 5% yang digunakan adalah dengan melakukan sterilisasi akhir sediaan yang dibuat, dimana sterilisasi akhir ini digunakan untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga apabila ditumbuhkan pada media yang sesua, tidak terjadi pertumbuhan. Sediaan yang bebas partikel dapat diperoleh dengan cara melarutkan dekstrosa secara sempurna pada pelarut air yang dibantu dengan pemanasan untuk meningkatkan kelarutannya. Sedangkan pemerian yang jernih dapat diperoleh dengan melakukan penyaringan berulang kali terhadap sediaan yang dibuat. 2. Pembebasan sediaan infus dekstrosa 5% dari pirogen dapat dilakukan dengan menambahkan karbon aktif sebagai adsorben.3. Sediaan infus dektrosa 5% yang dibuat ini merupakan sediaan yang bersifat hipertonis sehingga pada saat penggunaan akan menimbulkan rasa sakit. Oleh karena itu perlu diberi label hipertonis pada kemasan sehingga pada saat penyuntikkan dapat dilakukan secara perlahan untuk meminimalisir rasa sakit yang ditimbulkan.4. Agar sesuai dengan pemerian dektrosa maka metode sterilisasi yang digunakan adalah dengan menggunakan panas basah (autoklaf) dengan suhu sterilisasi adalah 121C dan hal ini masih sesuai dengan suhu stabil dekstrosa (220C). Selain itu pada label dicantumkan suhu penyimpanan sediaan yaitu pada suhu 25-30C. 3.3 Formula Standar Formula 1

Formula 2

(Niazi, 2004)

3.4 Formula yang DiajukanFormula yang diajukan sesuai dengan formula standar (Niazi, 2004)

R/ Dekstrosa anhidrat52,5 gram

Karbon Aktif

0,15 gram

Aqua pro injeksiad 1000 mL

Perhitungan bahan untuk pembuatan sediaan dengan volume 100 mL adalah sebagai berikut.

Dekstrosa anhidrat

( x = 5,25 gram

untuk 3 sediaan = 5,25 gram x 3 = 15,75 gram

Bahan yang tersedia di laboratorium adalah dekstrosa monohidrat sehingga penimbangan menjadi:

Karbon aktif

( x = 0,015 gram = 15 mg

untuk 3 sediaan = 15 mg x 3 = 45 mg

Water for injection

untuk 1 sediaan= ad 100 mL

untuk 3 sediaan = ad 300 mLTabel 3.1 Penimbangan BahanNama BahanBobot untuk 1 sediaanBobot untuk 3 sediaanKegunaan

Dekstrosa monohidrat5,77 gram17,32 gramBahan aktif

Karbon aktif15 mg45 mgAdsorbing agent

Water for Injection100 mL300 mLPelarut

BAB IV

PELAKSANAAN4.1 Alat dan Bahan4.1.1 Alat Botol infus 100 mL dan penutup karet

Gelas ukur 100 mL

Gelas beaker

Erlenmeyer

Batang pengaduk

Termometer

Kertas perkamen

Kertas saring

Pipet tetes dan penutup karet Corong gelas

Aluminium foil

Plastik ikan

Bunsen

Spray Alkohol 70%4.1.2 Bahan Dekstrosa monohidrat

Karbon aktif

Water for Injection

HCl

NaOH4.2 Sterilisasi Alat

No.Nama AlatUkuranCara SterilisasiSuhuWaktu

1.Botol infus100 mLAutoklaf 121C15

2.Penutup karet-Autoklaf 121C15

3.Gelas ukur100 mLAutoklaf 121C15

4.Gelas beaker250 mL dan 100 mLAutoklaf 121C15

5.Erlenmeyer250 mLAutoklaf 121C15

6.Batang pengaduk-Oven180C45

7.Pipet tetesBesarDesinfektan--

8.Penutup karet untuk pipet tetes-Autoklaf 121C15

9.Corong gelas-Autoklaf 121C15

4.3 Skema Kerja

4.3.1 Pembuatan Sediaan SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

4.3.2 Evaluasi Sediaan1. Uji Organoleptis

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

2. Uji Kebocoran

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

3. Uji Kejernihan dan Warna SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

4. Uji pH SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

BAB V

PENGEMASAN

5.1 Kemasan Primer

5.2 Kemasan Sekunder

5.3 Etiket

5.4 Brosur

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilTabel 4.1 Hasil Evaluasi Sediaan Infus Dekstrosa 5%No.UjiHasil

1.OrganoleptisWarna bening

Tidak berbau

2.Kejernihan dan WarnaLatar putih

Tidak terdapat partikulat berwarna yang terlihat pada latar putih

Latar hitam

Tidak terdapat partikulat tidak berwarna yang terlihat pada latar belakang hitam.

3.KebocoranTidak terdapat kebocoran atau rembesan air yang keluar dari wadah dan kertas saring tetap kering

4.pHpH awal 7,1

pH akhir setelah autoklaf 5,18

4.2 Pembahasan

Sediaan yang dibuat pada praktikum kali ini adalah sedian parenteral yang diberikan melalui intravena yaitu infus dekstrosa 5% volume 100 ml. Sediaan intravena diberikan dengan memasukkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat. Menurut WHO pemberian sediaan intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi.Infus intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak (Depkes RI, 1979). Sediaan infus dekstrosa 5% sebanyak 100 mL pada praktikum ini dibuat dengan formula yang sesuai dengan litelatur.Formula yang digunakan pada praktikum ini adalah:

R/ Dekstrosa Anhidrat

52,5 gram

Karbon aktif

0,15 gram

Aqua pro injeksi ad 1000 ml

Sediaan infus dextrosa 5% merupakan salah satu sediaan parenteral yang diberikan melalui intravena, oleh karena itu sediaan ini harus bersifat steril, karena sediaan ini mengelakkan garis pertahanan dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit. Maka sediaan tersebut harus bebas dari kontaminan mikroba dan dari komponen toksis dan harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi (Lachman dkk., 2008). Suatu bahan dapat dinyatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora) (Anief, 2005). Pirogen merupakan produk metabolisme dari suatu mikoorganisme. Efek adanya pirogen ini menghasilkan kenaikan tubuh yang nyata, demam, sakit badan, vasokonstriksi pada kulit dan kenaikan tekanan dalam arteri (Lachman dkk., 2008).Kesterilan sediaan harus tetap terjaga, maka terlebih dahulu perlu dilakukan sterilisasi alat yang digunakan. Peralatan yang akan disterilisasi harus tahan terhadap pemanasan dan lembab oleh karena itu alat yang digunakan dikemas secara seksama dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 15 psi. Tahapan yang dilakukan untuk membuat sediaan infus dextrosa 5% yaitu aktivasi karbon aktif, pemanasan aqua pro injeksi, penimbangan bahan dan pencampuran bahan selanjutnya dilakukan proses sterilisasi akhir, serta evaluasi sediaan yang dibuat sebagai langkah Quality Control. Bahan aktif dan karbon aktif yang akan digunakan, ditimbang menggunakan kertas perkamen steril. Kemudian pencampuran bahan dilakukan sacara aseptik yaitu dengan nyala api spiritus untuk mengurangi jumlah kontaminan yang mungkin akan masuk dan tercampur pada saat dilakukan pencampuran bahan. Dextrosa dilarutkan dalam Aqua pro injeksi yang telah dipanaskan pada suhu 60(C. Bahan aktif yang digunakan adalah dekstrosa monohidrat yang merupakan suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai komponen monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi alpha 1,6. dextrosa merupakan sumber nutrisi yang baik bagi mikroba sehingga dapat ditumbuhi oleh mikroba yang bersifat pirogen. Pirogen dalam sediaan dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 250C selama 45 menit. Namun, dextrosa akan mulai terdekomposisi apabila dipanaskan pada temperatur yang tinggi yaitu pada suhu 220C dan terutai seluruhnya pada suhu 280(C menjadi senyawa 5-(hidroksimetil) furfural dan levoglucosan (Fang et al., 2011).Berdasarkan sifat fisik dekstrosa yang tidak stabil terhadap paparan suhu tinggi, sediaan infus dekstrosa 5% dibuat dengan menggunakan metode terminal sterilization (sterilisasi akhir). Metode aseptis tidak dapat digunakan pada pembuatan sediaan ini karena pada metode aseptis, dekstrosa sebagai raw material tidak dapat disterilisasi menggunakan sterilisasi panas kering. Selain menggunakan sterilisasi akhir, pembuatan infus dekstrosa 5% dilakukan penambahan karbon aktif untuk menjerap pirogen yang ada dalam sediaan. Sebelum digunakan karbon aktif harus diaktivasi terlebih dahulu. Aktivasi karbon aktif dilakukan dengan cara memasukkan karbon aktif ke dalam oven pada suhu 76(C selama 24 jam. Karbon aktif diaktivasi agar dapat mendekomposisi tar dan dapat memperluas luas permukaan pori-pori dalam struktur karbon, aktivasi ini dapat dilakukan dengan panas, uap atau CO2 sebagai aktivator (Suhartana, 2006). Aqua pro injeksi harus dipanaskan sampai suhu 100C terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan bahan-bahan. Tujuan pemanasan ini adalah untuk membunuh mikroba sekaligus menghilangkan CO2 di dalam air yang akan digunakan. Selama proses pencampuran bahan aqua pro injeksi yang digunakan tetap dijaga suhunya 60(C untuk meningkatkan kelarutan dextrosa. Dimana dekstrosa sangat mudah larut dalam air mendidih (Trissel, 2003). Dextrosa sangat mudah larut sehingga pengadukan dihentikan setelah dextrosa melarut. Pengadukan dalam hal ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dengan meningkatkan kontak pemukaan zat aktif dengan pelarutnya serta mencegah terbentuknya gelembung dengan meratakan pemanasan yang dapat menimbulkan kontaminasi akibat kontak sediaan dengan udara.Karbon aktif yang ditambahkan sebanyak 0,1 %, dikocok selama 5 hingga 10 menit (Jenkins et al., 1957). Namun pada sediaan dextrosa yang dibuat ditambahkan pada praktikum kali ini 0,15 gram karbon aktif dan diaduk selama 15 menit dengan tetap memepertahankan suhu 60C. Pengadukan yang dilakukan tidak boleh terlalu cepat agar tidak menyebabkan sediaan infus menjadi hitam. Penambahan karbon aktif dilakukan pada saat larutan bersuhu 60oC dengan tujuan agar karbon aktif lebih efektif menyerap pirogen. Setelah 15 menit diaduk dan dipanaskan pada suhu 60C, sediaan infus dekstrosa 5% disaring sebanyak 3 kali menggunakan kertas saring steril dengan ukuran pori-pori yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memperoleh sediaan infus yang jernih dan bebas partikulat. Namun, penambahan karbon aktif tidak dapat menjamin bahwa sediaan telah terbebas sepenuhnya dari pirogen, maka setelah sediaan selesai dibuat, infus dekstrosa 5% akan disterilisasi akhir menggunakan autoklaf yang mengunakan suhu 121C selama 15 menit. Pada suhu ini dekstrosa belum mengalami dekomposisi namun, dextrosa akan mulai terdekomposisi apabila dipanaskan pada temperatur yang tinggi yaitu pada suhu 220C dan terutai seluruhnya pada suhu 280(C menjadi senyawa 5-(hidroksimetil) furfural dan levoglucosan (Fang et al., 2011).Sebelum sediaan steril ditambahkan karbon aktif dan dipananakan pada suhu 60C, dilakukan pengukuran pH. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui perkiranaan penurunan pH yang terjadi setelah sterilisasi akhir, sehingga sediaan tetap berada dalam rentang pH stabilnya yaitu 3,5-6,5 (Depkes RI, 1995). Dimana selama proses sterilisasi dengan autoklaf dapat terjadi penurunan pH sebesar 1 satuan. Jika pH sediaan yang lebih rendah (pH < 3,5) akan menyebabkan terbentuknya karamel. Jika pH terlalu basa (pH > 6,5) dapat menyebabkan sediaan terdekomposisi dan berwarna coklat (Kibbe, 2000). Oleh karena itu, pH sediaan infus harus diperhatikan agar tetap berada dalam rentang pH yang dipersyaratkan untuk stabilitas sediaan, baik pada penampilan sediaan ataupun efek farmakologis zat aktif itu sendiri. Jika pH larutan bersifat terlalu asam, dapat dilakukan penambahan NaOH 0,01N, sebaliknya jika pH larutan bersifat terlalu basa makan dapat dilakukan penambahan larutan HCl 0,01N. Sediaan infus dekstrosa yang sudah disaring selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah kaca tipe II (kaca soda kapur) yang sudah tera 100 mL terlebih dahulu dengan menggunakan aqua pro injeksi, kemudian ditutup segera dengan tutup karet steril, kemudian pada tutupnya dibungkus dengan aluminium foil dan plastik ikan terakhir diikat simpul dengan tali kasur untuk menghindari kontaminasi yang mungkin masuk ke dalam botol infus. Digunakan kaca soda kapur karena wadah ini sudah mengalami dealkilasi atau proses penghilangan alkali pada permukaan kaca (Depkes RI, 1995), sehingga pada saat sterilisasi akhir dengan pemanasan alkali pada permukaan wadah tidak akan keluar dan tercampur dengan sediaan yang dibuat.Setelah itu, ketiga batch sediaan dibungkus dengan plastik bening 2 kg dan dilakukan sterilisasi akhir. Sterilisasi akhir sediaan dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121(C selama 15 menit. Setelah sediaan selesai disterilisasi akhir, dilakukan evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji organoleptis, uji kejernihan dan warna, kebocoran dan uji pH dalam sediaan. Pada uji organoleptis warna sediaan bening dan tidak berbau yang menunjukkan bahwa sediaan tidak mengalami perubahan warna akibat zat aktif (dekstrosa) terurai menjadi senyawa furfuran (hidroksi metilfurfuran). Hal ini karena proses pemanasan yang selalu dijaga tetap konstan sehingga temperatur larutan infus tetap pada suhu 60oC. Pada evaluasi kejernihan sediaan yang dihasilkan sudah jernih. Evaluasi yang selanjutnya dilakukan adalah uji kebocoran yang dilakukan dengan cara membalik botol infus yang masih tertutup rapat diatas kertas saring yang steril. Dilihat apakah ada rembesan air yang keluar dari botol infus dan membasahi kertas saring. Pada evaluasi kebocoran kali ini tidak terdapat kebocoran atau rembesan air yang keluar dari wadah dan kertas saring tetap kering. Kemudian dilakukan uji kejernihan dan warna. Pada latar putih tidak terdapt partikulat berwarna yang terlihat dan pada latar hitam juga tidak terdapat partikulat tidak berwarna yang terlihat. Sehingga dapat dikatakan sediaan infus dekstrosa 5% jernih jika dilihat dari hasil pengamatan tersebut. Pada uji pH akhir setelah autoklaf diperoleh pH 5,18 yang berarti bahwa pH sediaan tetap berada dalam rentang pH stabilnya yaitu 3,5-6,5 (Depkes RI, 1995). Sediaan yang telah dievaluasi diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder, bersama dengan brosur sediaan. Kemudian sediaan disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari dan pada suhu 2o-25oC. Penyimpanan sediaan perlu diperhatikan karena dekstrosa tidak stabil terhadap suhu tinggi, pada pemanasan suhu tinggi dekstrosa akan berubah menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnya berubah menjadi asam lauvulinik. Penyimpanan pada suhu 2o-25oC atau disimpan pada suhu kamar, maka sediaan dapat tahan sampai 14 bulan. Dekstrosa memiliki daya tahan yang baik terhadap cahaya, namun penyimpanannya diusahakan terlindung dari sinar matahari untuk menjaga stabilitas dari sediaan (McEvoy, 2002).BAB VII

PENUTUP7.1 Kesimpulan

1. Untuk dapat membuat sediaan infus dekstrosa 5% perlu dilakukan tahap preformulasi yaitu untuk mengetahui sifat bahan aktif maupun bahan tambahan serta mengetahui hal-hal penting yang perlu diperhatikan untuk membuat jenis sediaan tertentu seperti pemerian, stabilitas, inkompatibilisas dan lain-lain.

2. Formula yang digunakan untuk membuat sediaan infus dekstrosa 5% berdasarkan fomula yang diajukan oleh Niazi (2004). Formula tersebut adalah sebagai berikut.

R/ Dekstrosa Anhidrat

52,5 gram

Karbon aktif

0,15 gram

Aqua pro injeksi ad 1000 ml3. Sediaan infus dektrosa 5% yang dibuat dalam praktikum ini dibuat dengan mencampurkan dekstrosa monohidrat dengan water for injection pada suhu 60C lalu dihilangkan pirogennya dengan menggunakan karbon aktif dan dihilangkan semua jenis jasad renik (mikroorganisme) dengan menggunakan teknik sterilisasi akhir secara panas basah yaitu autoklaf.

4. Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan infus dekstrosa 5% yang dibuat antara lain uji organoleptis, uji kebocoran, uji kejernihan dan warna serta uji pH. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat sebagai sediaan steril yaitu infus bervolume besar. 7.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan pengujian ada tidaknya partikulat pada sediaan sehingga keberadaan partikel yang tidak telihat oleh mata bisa diketahui.2. Sebaiknya pengujian kebocoran dilakukan sesuai dengan standar yaitu dengan menggunakan larutan metilen blue 0,1% sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat

3. Sebaiknya dilakukan perhitungan awal untuk mengetahui perkiraaan pH awal sediaan melalui nilai pKa bahan aktif sehingga dapat diperkirakan jumlah dan molaritas HCl dan atau NaOH yang akan ditambahkan ke dalam sediaan untuk penyeseuaian pH.DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Ansel, H.C., Allen, L.V., and Popovich, N.G. 1989.Ansels Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery Systems, Eight Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a wottersKluver Company.Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Fang, Z., R. L. Smith Jr., J.A. Kozinski, T. Minowa, K. Arai. 2011. Reaction of D glucose in water at high temperatures (410 C) and pressures (180 MPa) for the production of dyes and nano-particles. The Journal of Supercritical Fluids, Vol. 56, Hal. 41-47.Jenkins, G.L. 1957. Scovilles The Art of Compounding, 9th edition. New York: Mac Graw Hill Book Co. Inc.Kibbe, A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition. London: Pharmaceutical Press (PhP). Hal 175.Lachman, L., H. A. Libermen, dan J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.Lazlo, K., K. Josepovits and E. Tombacz. 2001. Analysis of Active Sites on Synthetic Carbon Surfaces by Various Methods. Analytical Sciences Vol. 17. The Japan Society for Analytical Chemistry.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America: American Society of Health System Pharmcists.Niazi, S. K.. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Sterile Products Volume 6. Boka Raton: Pharmaceutical Press.

Reynolds, J. E. F. Martindale: The Extra Pharmacopea Twenty Eight Edition Book 1. London: Pharmaceutical Press (PhP).

Rowe, C. R., P. J. Shekey and P. J. Weller. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.

Suhartana, 2006. Pemanfaatan Tempurung Kelapa sebagai Bahan Baku Arang Aktif dan Aplikasnya untuk Penjernihan Air Sumur di Desa Belor Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan. Jurnal Berkala Fisika. Vol 9 (3), 151-156.Sweetman, S. C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference Thirty-Sixth Edition. London: Pharmaceutical PressTrissel, C. A. 2003. Handbook on Injectable Drugs 12th edition book 2. USA: American Society of Health- System Pharmacist Inc.UK Health Department. 2009. British National Formulary. Great Britain: BMJ Publishing Group and RPS Publishing.

LAMPIRAN1. Lampiran gambar produk infus dextrose 5%

2. Lampiran hasil evaluasi produk infus dextrose 5%

a. Uji Kebocoran

Posisi sediaan terbalik untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran pada bagian atas kemasan.

Posisi sediaan tegak untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran dari bagian bawah kemasan.

b. Uii Kejernihan dan Warna

Pengamatan sediaan pada latar hitam untuk melihat ada tidaknya kotoran tidak berwarna.

Pengamatan sediaan pada latar putih untuk melihat ada tidaknya kotoran berwarna.c. Uji pH

Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan pH meter.Alat- alat yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan sabun, dikeringkan lalu disemprot degan menggunakan alkohol 70%. Selanjutnya dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat tersebut.

Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

Aquadest diukur sebanyak 100 mL lalu dilakukan penaraan pada botol infus.

Aquadest 300 mL dididihkan pada heater dan diturunkan suhunya hingga mencapai 60C.

Dekstrosa monohidrat dimasukkan ke dalam air dan diaduk hingga larut sempurna dengan suhu yang tetap terjaga 60C.

Larutan tersebut diukur pH-nya dengan menggunakan pH meter.

HCl dan atau NaOH ditambahkan untuk menyesuaikan pH sediaan.

Karbon aktif ditambahkan ke dalam larutan dan diaduk perlahan dengan tetap mempertahankan suhu pada 60C.

Larutan disaring sebanyak 3 kali dengan penyaringan pertama dan kedua menggunakan kertas saring yang dibuat berlapis dua dan penyaringan ketiga menggunakan kertas Whatmann hingga larutan menjadi jernih.

Larutan dimasukkan ke dalam masing-masing botol infus hingga batas penaraan yang ditandai di awal.

Botol infus ditutup dengan penutup karet lalu dibugkus dengan aluminium foil dan plastik ikan.

Sediaan tersebut disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit.

Sediaan diberi etiket, dimasukkan ke dalam kemasan sekunder dan dievaluasi.

Diamati bau dan warnanya

Sediaan infus dextrosa 5%

Diperiksa kelengkapan etiket, brosur dan penandaan pada kemasan

Bagian luar kemasan primer dikeringkan dengan menggunakan tisu.

Sediaan dibolak-balik sebanyak 20 kali.

Sediaan diletakkan dalam keadaan terbalik di tempat dengan permukaan datar yang dilapisis dengan kertas saring dan dibiarkan selama 5 menit.

Sediaan dibalik menjadi tegak di tempat dengan permukaan datar yang dilapisis dengan kertas saring dan dibiarkan selama 5 menit.

Adanya isi sediaan yang keluar diamati pada kertas saring yang ditandai dengan basahnya kertas saring.

Bagian luar sediaan dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan dengan tisu.

Sediaan dimasukkan ke dalam box yang berlatar putih dan hitam.

Sinar dipancarkan ke sediaan dari arah samping.

Adanya kotoran diamati, dimana kotoran berwarna akan terlihat pada latar belakang putih dan kotoran tidak berwarna akan terlihat pada latar belakang hitam.

Sejumlah sediaan dimasukkan ke dalam beaker glass.

Alat pH meter dibersihkan dengan aquadest dan diklaibrasi dengan larutan pH 4, 7 dan 10.

Elektroda pada pH meter dibersihkan kembali dengan aquadest.

Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan.

Tombol read ditekan dan tunggu hingga nilai pH sediaan terbaca pada alat.

17