LAPORAN PENDATAAN KUALITAS AIR DAN PENDATAAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, KELEMBAGAAN (SOSEKBUDLEM) SUB DAS CITARIK MEI - AGUSTUS 2018 Disusun Oleh: Tim Kembara Citarik WANADRI WANADRI PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG 2018 Sekretariat : Jalan Pahlawan No.70, Jawa Barat 40124 Perwakilan Jakarta : GMSB Jalan Hr. Rasuna Said Kavling C-22 Kuningan, Jakarta 12920,Telpon: 021-5278251
144
Embed
LAPORAN · 2019-11-27 · laporan pendataan kualitas air dan pendataan sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan (sosekbudlem) sub das citarik mei - agustus 2018 disusun oleh: tim kembara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
PENDATAAN KUALITAS AIR DAN PENDATAAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA,
KELEMBAGAAN (SOSEKBUDLEM) SUB DAS CITARIK
MEI - AGUSTUS 2018
Disusun Oleh:
Tim Kembara Citarik WANADRI
WANADRI
PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG
2018
Sekretariat : Jalan Pahlawan No.70, Jawa Barat 40124
Perwakilan Jakarta : GMSB Jalan Hr. Rasuna Said Kavling C-22 Kuningan, Jakarta 12920,Telpon:
021-5278251
KATA PENGANTAR
Wanadri! Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga tim dapat menyelesaikan laporan data
KEMBARA CITARIK WANDRI. Pada kesempatan ini tim menyampaikan terimakasih kepada :
1. Reva Sumeru (W 1130 TOBA) sebagai ketua tim monitoring atas segala bantuan
dan pendampingannya.
2. Yudi Sudjudiman (W 0278 AL), Sani Salura (W 0332 KS), Irawan Marhadi (W 0356
KS), Irwanto Iskandar (W 0390 RL), Rachmat Harryanto (W 0399 RL), Dedi Setiadi
(W 0672 TL), Aries Muzaqkier (W 0694 TL), Darmanto (W 0735 KL), Feby Nugraha
(W 0771 ARA), Pahala Tua (W 0940 BW), Surya Pagi Asa (W 0941 BW), Dirga
Saumantri (W 1080 TOBA) dan Sandhykala Ning Tyas (W 0020 TA) sebagai anggota
tim monitoring atas dorongan semangat, masukan dan dukungan serta
pendampingannya.
3. Andi Angga Kusuma (W 0949 TARA) sebagai Ketua Dewan Pengurus Wanadari
4. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia, Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bandung Jawa barat, Laboratorium Pengelolaan Sumberdaya
Perairan FPIK Unpad, Laboratorium Pengindraan Jaun dan SIG Geodesi ITB, OC
Enviro dan Panca Terra Firma selaku pihak-pihak yang mendukung
berlangsungnya kegiatan Kembara Citarik Wanadri.
5. Saudara-saudaraku WANADRI atas dukungan dan semangatnya kepada tim.
Semoga laporan data ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandung, September 2018
Tim Kembara Citarik Wanadri
KEMBARA CITARIK WANADRI
ABSTRAK
Sungai merupakan salah satu sumber daya air yang menunjang hajat hidup orang
banyak. Salah satu sungai di Jawa Barat adalah Sungai Citarum. Ironisnya sungai yang
menghidupi jutaan orang ini disebut-sebut sebagai “sungai terkotor di dunia” oleh Bank
Dunia satu dekade yang lalu. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah
mencanangkan program “Citarum Harum”. Upaya perbaikan kualitas Sungai Citarum harus
dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis dimulai dari hulu hingga hilir serta
memperhatikan bagian-bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. DAS citarum
memiliki banyak Sub DAS, salah satunya adalah Sub DAS Citarik. Sungai Citarik mengalir dari
Gunung Sindulang menuju Cicalengka dan bermuara di Sungai Citarum di daerah Sapan
Kabupaten Bandung. Sub DAS Citarik memiliki kondisi eksisting lahan dan demografi yang
berbeda di setiap wilayah administrasinya. Perbedaan tersebut berkontribusi terhadap
masalah dan beban pencemar yang masuk ke sungai ini yang kemudian mengalir menuju
Sungai Citarum sebagai sungai utama. Diharapkan dengan teridentifikasinya masalah di Sub
DAS Citarik, didaptakan solusi yang tepat untuk penyelesaian masalah tersebut sehingga
Sungai Citarik tidak akan memberikan kontribusi beban pencemar terhadap Sungai Citarum
sehingga percepatan perbaikan kualitas Sungai Citarum dapat berjalan secara optimum.
Wanadri sebagai organisasi kepemudaan yang menjadikan alam terbuka sebagai
medium untuk melatih fisik, mental dan intelijensia para anggotannya, sehingga berkarakter
nasionalis dan berjiwa Pancasila memiliki 4 kegiatan pokok, salah satunya adalah upaya
pelestarian lingkungan hidup (konservasi). Berdasarkan hal tersebut Wanadri perlu
berkontribusi dalam percepatan pengendalian pencemaran dan kerusakan Sungai Citarum
melalui kegiatan “Kembara Citarik Wanadri”. Kegitan ini bertujuan untuk mengindetifikasi
kualitas dan kondisi baku mutu di Sungai Citarik serta kondisi sosial, ekonomi, budaya dan
kelembagaan yang ada dimasyarakat.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengindetifikasi kualitas dan baku mutu air sungai
citarik yang dilakukan selama 3 hari. Kegiatan ini bekerjasama dengan KLHK (workshop
pengambilan sampel air) dan DLH Kabupaten Bandung (Analisis Laboratorium). Stasiun
pengambilan contoh dibagi menjadi 14 stasiun dimulai dari hulu hingga hilir Sungai Citarik,
hal ini bertujuan untuk melihat perubahan tingkat pencemaran yang terjadi di sepanjang
aliran sungai. Hasil pengamatan dan analisis laboratorium secara umum menunjukan bahwa
KEMBARA CITARIK WANADRI
sebanyak 9 stasiun masuk kategori cemar sedang dan 5 stasiun lainnya cemar buruk. Salah
satu faktor penyebab tercemarnya seluruh stasiun ini adalah dari sisi biologi yaitu Total
Coliform. Total Coliform merupakan total bakteri yang ditemukan di dalam tanah, diair yang
dipengaruhi air permukaan dan dikotoran manusia atau hewan. Jumlah Total Coliform
memberikan indikasi umum kondisi sanitasi dari suatu badan perairan. Untuk stasiun yang
berada diwilayah hilir (sekitar ranca ekek dan sapan) kondisi perairannya diduga dipengaruhi
oleh kegiatan industri, hal tersebut dilihat dari beberapa parameter seperti BOD dan COD
yang cukup tinggi.
Selain menggunakan metode survey, dalam pengukuran kualitas air juga mencoba
Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk Pendataan Kualitas
Air. berdasarkan hasil yang didapatkan, diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk
mengetahui hubungan antar parameter dan metoda yang digunakan. Selain pengecekan
terhadap hasil sampling air di laboratorium, proses perekaman citra menggunakan drone
hyperspectral juga perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan keluaran berupa peta kualitas
air.
Kegiatan yang terakhir adalah mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi, budaya dan
kelembagaan yang ada dimasyarakat di wilayah Sub DAS Citarik. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa sungai belum menjadi kebutuhan utama dan dirasa tidak memiliki
kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi bagi masyarakat di sekitar Sungai Citarik. Hal ini
disampaikan langsung oleh sebagian masayarakat serta terlihat dalam kehidupan keseharian
mereka yang masih membuang sampah dan mengalirkan limbah rumah tangga ke sungai.
Dari hasil kegiatan tersebut, hal utama yang harus dilakukan adalah peningkatan
kesadaran terhadap masyarakat mengenai pentingnya sungai dengan cara membuat sungai
bermanfaat (khususnya secara ekonomi) secara langsung bagi masyarakat. Percepatan
perbaikan kondisi Sungai Citarum juga ditentukan oleh kondisi Sub DAS dari Sungai Citarum
dan kesadaran seluruh masyarakat. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, dapat
berkontribusi untuk menjadikan “Citarum Harum”.
KEMBARA CITARIK WANADRI
Judul : Pendataan kualitas air dan pendataan sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan (sosekbudlem) sub das Citarik
Tim : Kembara Citaik Wanadri
Diketahui Oleh, Ketua Dewan Pengurus Wanadri
Andi Angga Kusuma W-949 Tapak Rawa
Disetujui, Tim Monitoring
Reva Sumeru W-1130 TOPAN RIMBA
KEMBARA CITARIK WANADRI
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... ix
TIM PENYUSUN ................................................................................................................ x
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 2
1.3 Manfaat Kegiatan ...................................................................................................... 2
BAB 2 KONDISI UMUM SUNGAI CITARIK ........................................................................... 3
2.1 Letak Geografis dan Administratif ............................................................................. 3
2.2 Demografi Desa Wilayah Sungai Citarik Hulu ........................................................... 3
2.2.1 Desa Pangeureunan ....................................................................................... 3
2.2.2 Penduduk ....................................................................................................... 5
2.2.3 Desa Tanjung Wangi ...................................................................................... 5
2.2.4 Desa Dampit .................................................................................................. 8
2.2.5 Desa Sindulang ............................................................................................ 11
2.2.6 Desa Tegalmanggung ................................................................................... 16
2.2.7 Desa Cimanggung ........................................................................................ 19
2.2.8 Desa Sindang Pakuon .................................................................................. 23
BAB 3 METODELOGI ....................................................................................................... 27
3.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik .................................. 27
3.1.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ....................................................................... 27
3.1.2 Alat dan Bahan............................................................................................. 29
KEMBARA CITARIK WANADRI
ii
3.1.3 Prosedur Pengambilan Data ........................................................................ 29
3.1.4 Analisis Data ................................................................................................ 30
3.2 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk
Pendataan Kualitas Air ............................................................................................ 31
3.3 Kondisi Masyarakat Sub DAS Citarik Bagian Hulu ................................................... 33
3.3.1 Objek, Tempat dan Waktu Kegiatan............................................................ 33
3 PAUD At-Takbir PAUD Swasta RW. 09 Dusun IV Kp. Leuwiliang
38
4 PAUD As-Sholah PAUD Swasta RW. 03 Dusun II Kp. Leuwiliang
25
5 TPA Al-Hasanah TKA/TPA Swasta RW. 20 Dusun Leuwiliang
190
6 PAUD Al-Istiqomah PAUD Swasta RW. 06 Dusun III Jambuaer
20
7 SDN Sindulang SD Negeri RW. 04 Dusun2I Kp. Ciseupan
222
8 SDN Leuwiliang SD Negeri RW. 09 Dusun 4
`198
KEMBARA CITARIK WANADRI
13
No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah Murid
Kp. Leuwiliang
10 SMP N 2 Cimanggung SLTP Negeri RW.07 Dusun4 Leuwiliang Kp.Jamuju
427
11 SMK Al-Amah SLTA Swasta RW.07 Dusun4 Leuwiliang Kp.Jamuju
13 Pondok Pesantern Nurulhidayah
Non Formal Swasta RW. 01 Dusun II Kp. Sindulang
44
14 Pondok Pesantren Al-Hasanah
Non Formal Swasta RW. 07 Dusun IV Leuwiliang
124
Sumber: Data Desa Sindulang
2.2.5.4 Kesejahteraan Sosial Masyarakat
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial meliputi proses
globalisasi dan industrialisasi serta krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Dampak
yang dirasakan diantaranya semakin berkembang dan meluasnya bobot, jumlah dan
kompleksitas berbagai permasalahan sosial. Keadaan ini bisa dilihat dan diamati dari data
tabel di bawah ini.
Tabel 7. Tabel Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang Tahun 2013
No Masalah Kesejahteraan Sosial Jumlah Keterangan
1 Anak terlantar -
2 Anak Nakal -
3 Anak Balita terlantar -
4 Anak jalanan -
5 Lansia Terlantar 17
6 Pengemis -
7 Gelandangan -
8 Korban NAPZA -
9 Pekerja Sek Komersial -
10 Eks Narapidana -
11 Penyandang Cacat 7
12 Penyandang Cacat Eks Penyakit Kronis -
13 Keluarga Miskin Sosial 758
14 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 6
15 Keluarga Rumahnya Tidak layak Huni 130
16 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 95
17 Pemulung 3
18 Janda PKRI 15
19 Korban Bencana Alam 28
20 Masyarakat yang tinggal di daerah bencana -
21 Komunitas adat terpencil 1 Sumber: Data Desa Sindulang
KEMBARA CITARIK WANADRI
14
Gambar 4. Peta Administratif Desa Sindulang
KEMBARA CITARIK WANADRI
15
2.2.5.5 Kebudayaan
Desa Sindulang terus berupaya memelihara dan menggali potensi lokasi Wisata
diantaranya Wisata Jarah Makam Gunung Buleud /Gn.Jilid) ,Wisata Alam dan WisatAdat
(Kawe/Kareumbi dan Kampung Sunda Cigumentong). Lokasi ini dari zaman sebelum
kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering dikunjungi terutama oleh wisatawan
domestikdan sudah dilirik wisatawan luar negeri, namun dengan demikian lokasi Wisata
Alam KW Kareumbi dan Kampung Cigumentong ini belum tergali dan dipelihara secara
optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya memanfaatkan lokasi
seadanya.Hampir setiap pekan lokasi ini selalu dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga dalam
kepemimpinan kepala desa terpilih pada periode ini (periode 2010-2013), Lokasi Wisata
KW/Kareumbi dan Kampung Sunda Cigumentong menjadi salah satu Program Unggulan
yang diusung, dan menempati posisi 5 (lima) besar skala prioritas program kegiatan
kepemimpinannya. Disamping itu pula, masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa
Sindulang diataranya dapat dilihat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 8. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Sindulang Tahun 2015
No Jenis Kelompok Kesenian yang ada Jumlah Group
Status
1 Seni Calung 1 Aktif
2 Reog 9 Aktif
3 Pencaksilat 1 Aktif
4 Upacara Adat 1 Aktif
5 Qasidah 4 Pasif
6 Beluk 1 Aktif
JUMLAH 17 Sumber: Data Desa Sindulang
2.2.5.6 Perekonomian
Jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Sindulang berupa usaha Pertanian,
perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil.
Untuk sarana transportasi dan perhubungan, Desa Sindulang memiliki jalan di Desa
Sindulang sepanjang 5 kilometer (5.000 meter), yang terdiri dari atas jalan kabupaten 3 Km,
serta jalan desa sepanjang 2 km yang dibuat pada tahun 2013. Pada tahun 2008, di Desa
Sindulang mulai dilintasi oleh trayek angkutan kota yaitu Trayek Jatinangor – Sindulang, hal
tersebut membantu kegiatan sehari-hari masyarakat dalam pemilihan transportasi. Namun
demikian jasa ojeg pangkalan masih mendominasi alat transportasi penduduk. Penggunaan
KEMBARA CITARIK WANADRI
16
jaringan komunikasi di Desa Sindulang khususnya sambungan telepon hanya satu operator
seluler yang baru bisa dijangkau yaitu XL.
2.2.6 Desa Tegalmanggung
2.2.6.1 Letak Gografis
Desa Tegalmanggung memiliki dengan luas wilayah 409 ha. dengan batas wilayah
administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kec. Sumedang Selatan
Sebelah Timur : Desa Sindulang
Sebelah Selatan : Desa Dampit/Tanjungwangi
Sebelah Barat : Desa Cimanggung
Desa Tegalmanggung merupakan desa yang berada ketinggian antara ± 1700 mdpl.
Sketsa wilayah Desa Tegalmanggung tersaji pada Gambar 5.
2.2.6.2 Penduduk
Jumlah penduduk Desa Tegalmanggung berdasarkan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016
mencatat jumlah penduduk Desa Tegalmanggung sebanyak 6.310 Jiwa, Sedangkan menurut
Data Desa Tegalmanggung pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 7 % menjadi
sebanyak 6.755 Jiwa dengan Jumlah keluarga 2.217 dalam kurun waktu 1 tahun.
2.2.6.3 Pendidikan
Sarana dan Prasara di Desa Tegalmanggung hanya ada TK, SD dan SMP untuk SMA
masyarakat Desa Tegalmanggung biasa menyekolahkan anaknya di SMA yang berada di
Desa Cimanggung. Berikut tabel sarana prasarana pendidikan Desa Tegalmanggung
Tabel 9. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tegalmanggung
Nama Jumlah Status (Terdaftar,
terakreditasi)
Kepemilikan
Pemerintah Swasta Desa
SD/sederajat/Mi 3 Terdaftar Pem
SMP/sederajat 1 Terdaftar Pem
PAUD 2 Terdaftar Desa
TPA
TK 1 Swasta Sumber: Data Desa Tegalmanggung
KEMBARA CITARIK WANADRI
17
Gambar 5 Gambar Administratif Desa Sindulang
KEMBARA CITARIK WANADRI
18
2.2.6.4 Kesejahteraan Sosial
Tabel 10. Kondisi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Desa Sindulang Tahun 2017
Kondisi Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Cacat Fisik
Tuna Wicara 3 Orang 1 Orang
Sumbing 1 Orang -
Jumlah 4 Orang 1 Orang
Cacat Mental
Idiot 3 Orang 5 Orang
Jumlah 3 Orang 5 Orang Sumber: Data Desa Tegalmanggung
2.2.6.5 Keadaan ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat Desa Tegalmanggung mayoritas adalah petani,
buruh tani dan peternak. Melihat dari kondisi wilayah Desa Tegalmanggung yang berada di
bukit dan lerengan gunung menjadikan wilayah tersebut pberpotensi untuk budidaya
pertanian. Selain mata pencaharian pokok tersebut terdapat juga mata pencaharian lain dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 11. Data Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tegalmanggung
Jenis Pekerjaan Laki-Laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Petani 2.279 105
Buruh tani 2.163 443
Pegawai Negeri Sipil 17 13
Pengrajin Senapan Angin 17 10
Pedagang keliling 56 16
Peternak 932 436
Montir 11
Bidan
Pembantu rumah tangga 14
TNI 2
POLRI 2
Pensiunan PNS/TNI/POLRI 11 3
Pengusaha kecil dan menengah
32 2
Dukun Kampung Terlatih 3
Jasa pengobatan alternatif 2
Seniman 23 5
Karyawan perusahaan swasta 40 123
Jumlah Total Penduduk 6.755 Sumber: Data Desa Tegalmanggung
KEMBARA CITARIK WANADRI
19
2.2.7 Desa Cimanggung
2.2.7.1 Letak Geografis
Desa Cimanggung terletak antara 6044’ – 70083’ Lintang Selatan dan 107021’ –
108021’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 771.000 ha/m2, yang terdiri dari 3 Dusun dengan
24 Rukun Warga (RW) dan 60 Rukun Tetangga (RT).
Desa Cimanggung memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Pasirnanjung dan Kec. Sumedang Selatan
Sebelah Timur : Desa Tegalmanggung
Sebelah Selatan : Kab. Bandung
Sebelah Barat : Desa Sindangpakuon
Desa Cimanggung merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Kareumbi
sebelah selatan, dengan ketinggian antara 600 – 700 m dpl (diatas permukaan laut). Secara
visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah Desa Cimanggung
sebagaimana tersaji pada gambar 6.
KEMBARA CITARIK WANADRI
20
Gambar 6. Peta Desa Cimanggung
KEMBARA CITARIK WANADRI
21
2.2.7.2 Penduduk
Penduduk Desa Cimanggung berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk
Tahun 2010 tercatat sebanyak 9.620 jiwa, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016 mencatat jumlah
penduduk Desa Cimanggung sebanyak 10.389 jiwa dengan jumlah keluarga 3.105, hal
tersebut menjadikan jumlah penduduk paling banyak di Kecamatan Cimanggung
dibandingkan dengan desa lainnya. Dalam waktu 6 tahun jumlah penduduk Desa
Cimanggung mengalami peningkatan ± 800 jiwa atau laju pertumbuhannya sebesar 8 %
Potensi pertambahan jumlah penduduk sangat mungkin terjadi melihat
pertumbuhan pembangunan bidang properti dan lapangan pekerjaan pabrik yang sangat
strategis di Desa Cimanggung. Desa Cimanggung memiliki luas daerah sebesar 7,72 Km2
dengan kepadatan penduduk per Km2 sebesar 1.346.
2.2.7.3 Pendidikan
Sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus diupayakan baik kuantitas
maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK/PAUD/RA s.d. SLTA.
Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di desa Cimanggung terdiri dari jenjang TK s.d.
SLTA, baik formal maupun nonformal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan yang ada di Desa
Cimanggung untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 di bawah ini. Rekapitulasi
Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal di Desa Cimanggung, dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Jenis dan jenjang Sarana Pendidikan Formal dan Non Formal Di Desa Cimanggung Tahun 2013
No Jenjang Jenjang Lokasi
1 TK/PAUD/RA 4 Dusun I dan Dusun III
2 SD 3 Dusun I dan Dusun III
3 MI 1 Dusun III
4 SLTP 1 Dusun I
6 SLTA/SMK 1 Dusun I
6 SD - Relokasi SD Cimanggung 1V
7 PKBM 1 Dusun I
JUMLAH 11 Sumber: Data Desa Cimanggung
2.2.7.4 Ketenagakerjaan
Pada tahun 2015 jumlah pencari kerja laki-laki sebesar 1.719 Orang, sedangkan
perempuan sebanyak 1.666 orang, sedangkan pencari kerja perempuan yang dapat
ditempatkan lebih besar daripada laki-laki yaitu 2.699 (80 %), dan laki-laki sebesar 676 (20
KEMBARA CITARIK WANADRI
22
%). Dari segi pendidikan, lulusan SLTA menempati urutan tertinggi dari jumlah persentase
pencari kerja yang berhasil ditempatkan terhadap total pencari kerja, yaitu menurut tingkat
pendidikan mencapai angka 66 %.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang ditempatkan
mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara jumlah pencari
kerja yang terdaftar mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja, Pencari Kerja, dan Lowongan Kerja Di Desa Cimanggung Tahun 2015
No Yang Terdaftar Jumlah Keterangan
1 Pencari Kerja 3.374
2 Yang Ditempatkan 964
3 Lowongan Kerja 739
4 Sisa Pencari Kerja 3.374
Sumber: Data Desa Cimanggung
2.2.7.5 Budaya
Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Cimanggung yang masih eksis dan
terawat walaupun kondisinya sangat memprihatinkan diataranya dapat dilihat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 14. Data Kelompok Budaya dan Kesenian Di Desa Cimanggung Tahun 2018
No Jenis Kelompok Kesenian yang ada
Jumlah Group
Status
1 Seni Calung 6 Aktif
2 Wayang Golek 2 Pasif
3 Singa Depok 3 Aktif
4 Reog 1 Aktif
6 Pencaksilat 6 Aktif
6 Kliningan 1 Aktif
7 Beluk 1 Aktif
8 Upacara Adat 3 Aktif
9 Qasidah 2 Aktif
JUMLAH 21 Sumber: Data Desa Cimanggung
2.2.7.6 Ekonomi
Pajak dan retribusi desa di Desa Cimanggung Tahun 2018 mengalami peningkatan
daripada tahun sebelumnya. Penerimaan pajak dan retribusi desa pada tahun 2018 sebesar
Rp. 128,716,681,-. Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat desa Cimanggung
berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang
berskala kecil sekali. Di samping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulangpunggung
KEMBARA CITARIK WANADRI
23
ekonomi masyarakat desa cimanggung adalah Perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar
Kecamatan Cimanggung (pabrik), transportasi ojeg, dan sarana lahan pertanian dan
perkebunan dengan skala kecil pula.
Untuk menunjang kegiatan ekonomi, Desa Cimanggung memiliki jalan sepanjang
±13 km (13.000 meter), yang terdiri dari atas jalan kabupaten 2 Km, serta jalan desa
sepanjang 11 km.
2.2.8 Desa Sindang Pakuon
2.2.8.1 Letak Geografis
Penetapan batas wilayah di atur pada Perda No.15 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Desa desa baru hasil pemekaran Desa di Kabupaten Sumedang dan Perdes
No. 01 Tahun 2005. Desa Cimanggung memiliki 12 Rukun Warga (RW) dan 49 Rukun
Tetangga (RT) Luas Keseluruhan Desa Sindangpakuon 125,272 Ha. Desa Sindangpakuon
berbatasan langsung dengan:
Utara : Desa Sindanggalih dan Desa Pasirnanjung Kec. Cimanggung
Selatan : Desa Nanjung Mekar Kec. Rancaekek-Bandung
Timur : Desa Cimanggung Kec. Cimanggung
Barat : Desa Cihanjuang Kec. Cimanggung
Desa Sindangpakuon merupakan desa yang berada pada ketinggian antara ± 630
mdpl (diatas permukaan laut). Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam
peta wilayah Desa Sindangpakuon sebagaimana tersaji pada gambar 7.
KEMBARA CITARIK WANADRI
24
Gambar 7. Peta Desa Sindangpakuon
KEMBARA CITARIK WANADRI
25
2.2.8.2 Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sindangpakuon berdasarkan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Sumedang dalam Kecamatan Cimanggung Dalam Angka tahun 2016
mencatat jumlah penduduk Desa Sindangpakuon sebanyak 8.818 Jiwa, Sedangkan menurut
Data Desa Sindangpakuon pada tahun 2017 memiliki jumlah penduduk 8.201 Jiwa dengan
2.181 Jiwa Kepala Keluarga.
Potensi pertambahan jumlah penduduk sangat mungkin terjadi melihat posisi letak
desa yang dengan jalan provinsi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Dengan luas
wilayah Desa Sindangpakuon sebesar 125,272 Ha, kepadatan penduduk sebesar per Km2
sebesar 7.054.
2.2.8.3 Pendidikan
Sarana dan Prasarana pendidikan Di Desa Sindangpakuon terbilang sudah cukup
lengkap karena Desa Sindangpakuoan sudah memasuki kawasan yang memiliki fasilitas
lengkap atau modern dari segi hal penunjang. Berikut data bidang pendidikan Desa
Sindangpakuon.
Tabel 15. Tingkat Pendidikan Desa Sindangpakuon
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Tamat SD 2099 Orang
2. Tamat SD 2099 Orang
3. Tamat SLTP 1788 Orang
4. Tamat SLTA 2163 Orang
5. Tamat Perguruan Tinggi 632 Orang Sumber: Data Desa Sindangpakuon
Tabel 16. Fasilitas Pendidikan Desa Sindangpakuoan
No Fasilitas Jumlah
1. PAUD/ TK 6 Buah
2. SD 3 Buah
3. SLTP 2 Buah
4. SLTA 2 Buah
5. SLB 1 Buah Sumber: Data Desa Sindangpakuon
2.2.8.4 Ketenagakerjaan
Tabel 17. Kelompok Mata Pencaharian Desa Sindangpakuon
No Pekerjaan Jumlah
1. Petani 27 Orang
2. Pedagang 29 Orang
3. PNS/TNI/POLRI 159 Orang
4. Pegawai Swasta 1.102 Orang
5. Wiraswasta 1.261 Orang
6. Pensiunan 87 Orang
KEMBARA CITARIK WANADRI
26
7. Pekerja Lepas 412 Orang
8. Lainnya 499 Orang
9. Tidak Bekerja/MRT/Pelajar 4.625 Orang
Sumber: Data Desa Sindangpakuon
2.2.8.5 Ekonomi
Mata pencaharian masyarakat Desa Sindangpakuon mayoritas adalah wiraswasta.
Posisi Desa Sindangpakuon yang strategis dengan pusat aktivitas masyarakat menjadikan
pekerjaan wiraswasta mendominasi. Berbeda dengan desa hulu lainya matapencaharian
petani di Desa Singdangpakuoan menjadi yang paling sedikit daripada mata pencaharian
lainnya. Pendapatan Desa Sindangpakuon didapatkan dari Pendapatan Asli Desa (PAD) serta
bantuan yang datang dari Provinsi yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 18. Sumber Dana Desa Sindangpakuon
No Sumber Dana Jumlah (Rp)
1. Pendapatan Asli Desa 29.000.000,00
2. Dana Desa 830.607.000,00
3. Alokasi Dana Desa 468.322.000,00
4. Bagi hasil Pajak 118.877.000,00
5. Bagi hasil Retribusi 8.959.000,00
6. Bantuan Provinsi 165.000.000,00 Sumber: Data Desa Sindangpakuon
KEMBARA CITARIK WANADRI
27
BAB 3 METODELOGI
3.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik
3.1.1 Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Kembara Citarik Wanadri khususnya pendataan kualitas airndilaksanakan
di sepanjang Sungai Citarik yang secara administratif masuk kedalam wilayah Kabupaten
Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Sumedang (Gambar 8) (Lampiran 1). selam 3
hari, dimulai pada hari Selasa 22 Mei 2018 hingga Kamis 24 Mei 2018. Penentuan stasiun
pada kegiatan ini dilandaskan dari karakteristik wilayah disekitar sungai (Lampiran 2).
Stasiun pengambilan contoh dibagi menjadi 14 stasiun dimulai dari hulu hingga hilir Sungai
Citarik. Pemilihan beberapa stasiun ini bertujuan untuk melihat perubahan tingkat pencemaran
yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Titik Koordinat stasiun tersaji pada tabel berikut:
Tabel 19. Titik Koordinat dan Karakteristik Stasiun Pengambilan Contoh
Stasiun Koordinat Karakteristik Wilayah
1 107.92870 BT ; -6.953918 LS Hulu Sungai dan Hutan
2 107.92125 BT ; -6.948461 LS Kawasan konservasi, pertanian dan rumah tangga (dusun)
3 107.91463 BT ; -6.952720 LS Pertigaan sungai (Sungai Cimulu), Kawasan konservasi dan pertanian serta rumah tangga (dusun)
4 107.90224 BT ; -6.952625 LS Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)
5 107.88313 BT ; -6.962452 LS Up stream wisata Curug Cinulang dan rumah tangga (perdesaan)
6 107.88001 BT ; -6.961049 LS Down Stream wisata Curug Cinulang
7 107.85608 BT ; -6.967256 LS Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)
8 107.83954 BT ; -6.969163 LS Pertanian dan TPS
9 107.83152 BT ; -6.969208 LS Up Stream pabrik tekstil dan pertanian
10 107.82850 BT ; -6.971519 LS Up Stream pabrik tekstil dan pertanian
11 107.80300 BT ; -6.981979 LS Rumah tangga (Perkotaan)
12 107.74993 BT ; -7.002333 LS Up Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)
13 107.74710 BT ; -6.996419 LS Down Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)
14 107.70550 BT ; -6.987694 LS Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum) dan rumah tangga (Perkotaan)
KEMBARA CITARIK WANADRI
28
Gambar 8 Sketsa Lokasi Kegiatan dan Stasiun Pengambilan Data
KEMBARA CITARIK WANADRI
29
3.1.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan ini tersaji pada tabel berikut:
Tabel 20. Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Jumlah
1 DO Meter 2 Unit
2 Termometer 2 Unit
3 pH Meter 2 Unit
4 Current Meter 2 Unit
5 Phale Scale 2 Unit
6 Botol HDPE 1000 ml 84 Buah
7 Botol HDPE 500 ml 84 Buah
8 Pipet Tetes 4 Buah
9 Cool Box 1 Buah
10 Sterofoam Box 1 Buah
11 Es Batu 3 Cool Box
12 H2SO4 100 ml
13 HNO3 100 ml
3.1.3 Prosedur Pengambilan Data
3.1.3.1 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati secara umum dibagi mejadi 3, yaitu fisika, kimia dan
biologi. Adapun parameter yang diamati secra spesifik tersaji pada tabel berikut:
Tabel 21. Parameter yang Diamati
Parameter Satuan Alat Lokasi
Fisika:
Suhu
Kekeruhan
TSS
Debit Air
˚C NTU mg/l m/s
Termometer
Turbidymeter
Alat-alat gravimetri
Current meter dan Phale Scale
Insitu
Laboratorium
Laboratorium
Insitu
Kimia:
pH
DO
BOD
COD
Total P
Nitrat
Kromium
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
pH meter
DO meter
Alat-alat titrasi
Alat-alat titrasi
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Spektrofotometer
Insitu
Insitu
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Biologi:
Total Coliform
jml/100 mL
Alat-alat MPN (Mos Probable Number)
Laboratorium
3.1.3.2 Teknik Pengamblilan Contoh
Kegiatan ini menggunakan metode survey. Survey dilakukan selama 3 hari. Kegiatan
survey secara umum terbagi menjadi 2, yaitu pengukuran kualitas air dan pengambilan
contoh air. pengukuran kualitas air dilakukan dengan 3 kali ulangan per hari selama 3 hari,
KEMBARA CITARIK WANADRI
30
yaitu pagi, siang, dan sore hari. Parameter yang diukur langsung dilapanga (In Situ) adalah
suhu, debit air dan pH serta DO.
Pengambilan contoh air dilakukan 1 kali sehari dengan metode Grab Sampling.
Pengambilan pagi hari di hari pertama, pengambilan siang hari di hari ke dua dan
pengambilan sore hari pada hari ke tiga. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat tren
kualitas air berdasarkan waktu pengambilan contoh. Contoh air yang diambil kemudian
dimasukan ke dalam botol HDPE. Ada 3 jenis pengawetan, botol HDPE 1 L diawetkan dengan
menurunkan suhu air (menyimpan botol dalam box sterofoam yang di beri es batu). 1 Botol
HDPE 500 ml di awetkan menggunakan 3 tetes H2SO4 dan 1 Botol HDPE 500 ml lainnya
diawetkan dengan 3 tetes HNO3. Botol contoh tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung untuk dianalisis. Skema
pengambilan contoh tersaji pada skema berikut:
Gambar 9. Skema Pengambilan Contoh
3.1.4 Analisis Data
3.1.4.1 Kondisi Kualitas Air
Data hasil pengukuran dan analisis laboratorium dianalisis secara deskriptif
komparatif. Setiap parameter akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 dan literatur primer lainnya untuk menggambarkan kondisi
kualitas air berdasarkan setiap parameternya.
KEMBARA CITARIK WANADRI
31
3.1.4.2 Indeks Storet
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2003, salah
satu metode yang dapat digunakan untuk menetukan status mutu badan air adalah Indeks
STORET. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung Indeks Storet adalah
sebagai berikut:
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga
membentuk data dari waktu ke waktu.
2. Bandingkan data hasil pengukuran dengan baku mutu yang sesuai dengan
kelas air
3. Jika hasil pengukuran memenuhi baku mutu air maka diberi skor 0
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air maka diberi skor:
Tabel 22. Skoring Indeks STORET
Jumlah Data Nilai Parameter
Fisika Kimia Biologi
< 10
Rata-rata -3 -6 -9
Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
≥ 10
Rata-rata -6 -12 -18
Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan kriteria dari US-EPA (Environmental Protection Agency) menjadi 4 status :
a. Status A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu b. Status B : baik, skor = -1 s.d -10 cemar ringan c. Status C : sedang, skor = -11 s.d -30 cemar sedang d. Status D : buruk, skor ≥ -31 cemar berat
3.2 Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk
Pendataan Kualitas Air
Ketersediaan data kualitas air sangatlah krusial dalam menentukan tindakan yang
tepat guna untuk pengelolaan sumber daya air oleh para penentu kebijakan. Namun pada
kenyataannya, terdapat beragam tantangan untuk memperoleh data kualitas air yang dapat
diandalkan. Salah satunya adalah cakupan wilayah yang luas yang berakibat tingginya biaya
yang dibutuhkan.
Teknik penginderaan jauh (remote sensing) dapat menjadi salah satu solusi untuk
menjawab tantangan tersebut. Pengembangan teknik penginderaan jauh untuk
pemantauan kualitas air mulai dilakukan pada tahun ’70-an awal. Sedimen layang,
KEMBARA CITARIK WANADRI
32
ganggang, materi organic terlarut (DOM, Dissolved Organic Matter), tanaman air, dan
pelepasan panas, mengubah spektrum energi dari pantulan sinar matahari dan atau
memancarkan radiasi panas dari air permukaan yang yang dapat diukur menggunakan
teknik penginderaan jauh. Sebagai ilustrasi, dapat dilihat hubungan antara konsentrasi
sedimen layang (mg/l) terhadap reflektansi (%) pada Gambar 10 di bawah ini. Sedimen
layang meningkatkan pantulan dari permukaan air pada proporsi cahaya terlihat (visible)
dan dekat inframerah (near infrared) dari spektrum gelombang elektromagnetik (Ritchie et
al., 1976).
Gambar 10 Hubungan antara reflektansi dan panjang gelombang sebagaimana dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen layang
Penerapan teknik penginderaan jauh dalam pemantauan kualitas air Sungai Citarik
akan dilakukan dengan menggunakan fixed wing drone yang dipasangkan kamera
hyperspectral untuk memperoleh citra dengan resolusi dan sensitivitas spektrum cahaya
yang tinggi.
Dalam Penginderaan Jauh, diperlukan “ground truth” yaitu informasi reflektansi
yang diambil di sungai untuk proses kalibrasi data penginderaan jauh, dan membantu dalam
penafsiran dan analisa citra. Pada kegiatan di Sungai Citarik, proses ground truth dilakukan
dengan menggunakan spektroradiometer CROPSCAN MSR16R. Sebanyak 13 kali
pengambilan data dilakukan di 10 stasiun pengamatan (stasiun pengamatan sama dengan
stasiun pengamatan air) selama tiga hari pada tanggal 22-24 Mei 2018. Data ini kemudian
akan dibandingkan dengan hasil pengambilan sampel air.
KEMBARA CITARIK WANADRI
33
Cara kerja spektroradiometer yaitu sensor pada MSR menangkap pantulan cahaya
yang kemudian direkam pada DLC (data logger controller) (Gambar 11). Dengan perintah
yang dikirimkan melalui laptop, DLC kemudian mengolah data tersebut menjadi nilai
reflektansi. Proses kalibrasi dilakukan sebelum pengambilan data. Selain itu, diperhatikan
pula kondisi parameter kerja alat yaitu pada nilai irradiance (IRR, nilai pantulan matahari)
lebih dari 300. Pada setiap titik diambil sekurang-kurangnya 18 kali perekaman untuk
kemudian dirata-ratakan.
Gambar 11 Ilustrasi Penggunaan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16
3.3 Kondisi Masyarakat Sub DAS Citarik Bagian Hulu
3.3.1 Objek, Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan Kembara Citarik Wanadri khususnya pendataan sosial ekonomi budaya dan
kelembagaan (sosekbudlem) menjadikan masyarakat sebagai objek pendataan. Kegiatan ini
dilaksanakan di 7 Desa sepanjang Sungai Citarik bagian hulu. Tujuh desa tersebut tersebar di
3 Kabupaten, diantaranya adalah Desa Tanjungwangi dan Desa Dampit yang terletak di
Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung, Dusun Cimulu Desa Pangeureunan
KecamatanBalubur Limbangan Kabupaten Garut. Empat desa terakhir terlatak di Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang yaitu Desa Sindulang, Desa Tegalmanggung dan Desa
Cimanggung serta Desa Sindangpakuon. Pemilihan lokasi pendataan dilakukan secara
Purposive sampling. Purposive adalah teknik pengambilan contoh berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (Riduwan, 2010). Desa yang dipilih adalah desa yang
bersinggungan langsung dengan Sungai Citarik bagian hulu. Kegiatan ini berlangsung selam 7
hari, dimulai pada hari Jum’at 1 Juni 2018 hingga Kamis 7 Juni 2018.
KEMBARA CITARIK WANADRI
34
3.3.2 Desain Pendataan
Desain penelitan yang digunakan adalah pendataan kualitatif. Pendataan kualitatif
digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah (sebagai lawan dari eksperimen)
dimana pendata adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sample dan sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball. Pendataan kualitatif digunakan untuk memahami
situasi sosial secara mendalam, menentukan pola, hipotesis dan teori. Pendataan kualitatif
juga digunakan karena permasalahan pendataan yang kompleks holistik, dinamis dan penuh
makna. Pendekatan kualitatif dapat juga didukung dengan data kuantitatif (Sugiyono, 2011).
3.3.3 Operasional Variabel
Operasional Variabel merupakan penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri
spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Hal tersebut untuk merumuskan
penyusunan instrumen pendataan. Adapun operasion vairabel tersaji pada tabel berikut:
Tabel 23. Variabel Instrumen Pendataan Kondisi Masyarakat
Konsep Variabel Sub Variabel Indikator
Pengaruh Sosekbudlem Terhadap Kualitas air
Sosial
Perilaku Masyarakat Ketergantungan atau persepsi masyarakat terhadap sungai
Kerukunan Terjadinya Konflik antar desa hulu dan hilir
Tokoh masyarakat keikutsertaan TOMAS dalam mendukung kebersihan sungai
Ekonomi
Mata Pencaharian Pemanfaatan Sungai citarik sebagai mata pencaharian
Pendapatan Masyarakat Peningkatan pendapatan masyarakat karena adanya sungai citarik
Budaya
Kepedulian Pengetahuan mengenai kebersihan
Kearifan Lokal Kearifan lokal dalam menjaga sungai/ lingkungan
Peran Pendidikan pemberian pengetahuan mengenai lingkungan
Kelembagaan
Peran lembaga pemerintah dalam konservasi DAS
Pengadaan fasilitas sarana dan prasarana kebersihan
program yang mendukung kebersihan sungai
pembuatan Peraturan untuk mendukung kebersihan sungai
Peran lembaga masyarakat dalam konservasi DAS
kegiatan yang mendukung kebersihan sungai
Pendapat mengenai TBMK/Wanadri
KEMBARA CITARIK WANADRI
35
3.3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Data sekunder
adalah data pelengkap yang diperoleh dari instansi pemerintahan, badan pusat statistik dan
studi kepustakaan. Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari objek
kegiatan. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah dengan
wawancara eksploratif. Wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka dan mendalam pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya. Pada awal
proses wawancara, pewawancara perlu melakukan pendekatan dengan responden terlebih
dahulu, dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Dalam
melakukan wawancara, pewawancara perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh responden.
Metode yang digunakan untuk pemilihan responden yaitu metode purposive
(secara sengaja) di mana Tim akan mewawancarai pihak-pihak yang dinilai memiliki kaitan
dengan jenis informasi yang akan di cari. Penentuan informan selanjutnya, dilakukan dengan
teknik snowball dimana informan sebelumnya akan memberikan arahan kepada informan
selanjutnya yang memiliki informasi mengenai masalah yang diteliti, sehingga informasi
yang didapatkan lebih lengkap. Beberapa responden diantaranya meliputi kepala desa,
tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat (karang taruna, ecovillage, dll),
masyarakat sekitar desa, sektor pertanian, sektor peternakan, sektor industri rumahan dan
sektor pariwisata. Skema pengambilan data tersaji pada gambar berikut:
Gambar 12. Skema Pengambilan Data Kondisi Masyarakat
KEMBARA CITARIK WANADRI
36
3.3.5 Analisis Data
. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sudah
didapatkan dari hasil wawancara dan data sekunder. Setelah data yang diperlukan
terkumpul, langkah berikutnya adalah menganalisis data dengan cara mereduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan
mencari bila diperlukan.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data
dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, uraian singkat, dan lain-lain yang
disesuaikan dengan data yang diperoleh pada saat pendataan. Dengan menyajikan data
akan memudahkan untuk memahami yang terjadi. Setelah semuanya dilakukan, langkah
berikutnya adalah penarikan kesimpulan.
3.4 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi
Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik
Hasil dari kondisi kualitas dan status mutu air Sungai Citarik akan di bahas dengan
hasil analisis kondisi masyarakat metode deskriptif komparatif untuk mencoba mencari
hubungan sebab akibat antara sungai dengan masyarakat.
KEMBARA CITARIK WANADRI
37
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Kualitas Air dan Penentuan Mutu Air Sungai Citarik
Pengamatan kondisi air di Sungai Citarik dilakukan selama 3 hari pada 14 stasiun
dimulai dari bagian hulu hingga hilir. Pemilihan beberapa stasiun ini bertujuan untuk melihat
perubahan tingkat pencemaran yang terjadi di sepanjang aliran sungai. Pengamatan dilakukan
dengan cara pengukuran langsung dan pengambilan contoh air. pengukuran langsung
dilakukan setiap pagi , siang dan sore hari. Pengambilan contoh air dilakukan dengan grab
sampling, hari pertama dilakukan pengambilan contoh hanya pada pagi hari, hari kedua
pada siang hari dan hari ketiga pada siang hari. Hal ini agar dapat melihat tren perubahan
parameter dari segi waktu. Hasil pengukuran secara lengkap tersaji pada lampiran. Kondisi
kualitas air di Sungai Citarik dibandingkan dengan baku mutu air kelas II (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001). Pembanding menggunakan baku
mutu air kelas II karena Sungai Citarik status baku mutu airnya belum ditetapkan oleh
pemerintah.
4.1.1 Fisika
4.1.1.1 Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai suhu cenderung mengalami peningkatan mulai
dari hulu hingga hilir (Gambar 13). Hal ini disebabkan adanya perbedaan ketinggian tempat
sehingga perbedaan tekanan udara yang rendah dari hulu dan terus meningkat ke hilir
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu (Ridwan, 2016). Suhu juga dipengaruhi oleh
intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam badan air (Effendi, 2003). Pada bagian hulu,
bantar sungai masih ditutupi oleh kanopi pohon sedangkan dibagian hilir caya matahari
dapat langsung masuk badan perairan tanpa terhalangi oleh pohon karena adanya
perubahan lahan.
Gambar 13. Grafik Suhu Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan
1516171819202122232425262728
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Suhu(˚C)
Stasiun
KEMBARA CITARIK WANADRI
38
Tren nilai suhu berdasdarkan waktu pengukuran berbeda pada setiap stasiun
(Gambar 14). Suhu juga dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan cuaca (Effendi, 2003).
Pada saat pengukuran di stasiun 6 dan 7 cuaca cerah dipagi dan siang hari tetapi hujan di
sore hari. Hal tersebut mengakibatkan terjadi peneurunan suhu. Pada stasiun 13 dan 14,
saat pengukuran pagi, siang dan sore hari cuaca cerah dan intensitas caha matahari
cenderung meningkat sehingga nilai suhu mengalami peningkatan.
Gambar 14. Grafik Suhu Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001), nilai yang diperbolehkan untuk suhu yaitu deviasi 3˚C dari keadaan
alaminya, sehingga nilai suhu pada seluruh stasiun pengamatan di Sungai Citarik memenuhi
kriteria baku mutu.
4.1.1.2 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran dari sifat optik air berdasarkan cahaya yang dapat
diserap dan dipancarkan kembali oleh bahan yang ada di dalam air (Ridwan, 2016). Nilai
rata-rata kekeruhan cenderung mengalami peningkatan dari stasiun di bagian hulu menuju
stasiun dibagian hilir (Gambar 15). Hal ini diduga bahan tersuspensi berupa koloid dan
bahan-bahan tersuspensi yang berukuran kecil hanyut terbawa arus sungai dan
terakumulasi di stasiun dibagian hilir.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Suhu(˚C)
Stasiun
Data Pagi
Data Siang
Data Sore
KEMBARA CITARIK WANADRI
39
Gambar 15. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Tren nilai kekeruhan berdsarkan waktu pengambilan air cenderung berbeda-beda
pada setiap stasiun (gambar 16). Kondisi cuaca, lahan disekitar sungai dan kecepatan arus
dapat mempengaruhi nilai kekeruhan (Walukow, 2010). Sungai dibagian hulu cenderung
memiliki nilai kekeruhan yang lebih kecil dibandingkan sungai yang berada dibagian hilir
(Mason, 1981). Faktor kecepatan arus mempengaruhi ukuran koloid yang dapat dibawa
sehingga dapat terjadi perbedaan nilai kekeruhan sungai (Effendi, 2003). Nilai kekeruhan
dapat menunjukkan seberapa banyak bahan tersuspensi dan koloid yang terdapat pada
perairan sungai. Rataan nilai kekeruhan sungai sekitar 20 FTU (Niemi & Raateland , 2007).
Berdsarkan pernyataan tersebut, nilai kekeruhan pada sore hari di stasiun 9 hingga stasiun
14 diatas rataan nilai kekeruhan sungai karena nilainya melewati 20 NTU.
Gambar 16. Grafik Kekeruhan Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan
4.1.1.3 Total Suspended Solid
Total suspended solids (total padatan tersuspensi) adalah bahan tersuspensi dengan
diameter >1 μm yang tertahan pada saringan milliphore dengan diameter pori 0,45 μm yang
masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan pemanasan pada suhu 103-10˚C (Saeni,
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kekeruhan(NTU)
Stasiun
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kekeruhan(NTU)
Stasiun
Data Pagi
Data Siang
Data Sore
KEMBARA CITARIK WANADRI
40
1989). Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan
tidak dapat mengendap langsung. Air buangan dari industri makanan dan industri tekstil sering
mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah tinggi (Fardiaz, 1992). TSS dapat dikarenakan
akumulasi limbah industri dan limbah domestik di sepanjang sungai (Ridwan, 2016).
Berdasarkan hasil pengambilan contoh air, nilai TSS pada wilayah yang terpengaruh oleh
kegiatan antropogenik (rumah tangga, pertanian dan industri) memiliki nilai TSS yang lebih
tinggi seperti pada stasiun 7 hingga stasiun 14 (Tabel 24). Selain itu, arus sungai yang cukup
deras dapat dengan cepat membawa padatan tersuspensi menuju hilir dan terakumlasi
pada badasn sungai yang memiliki arus yang tenang. Tingginya nilai TSS pada stasiun 2 yaitu
51 mg/l diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar sungai yang
merupakan tanah. Rataan nilai TSS sungai sekitar 10 mg/l (Niemi & Raateland , 2007).
Tabel 24. Nilai TSS di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Stasiun TSS (mg/l)
Pagi Siang Sore
1 <20 31 <20
2 <20 51 <20
3 <20 <20 <20
4 <20 <20 <20
5 <20 <20 31
6 <12 <20 <20
7 20 20 51
8 23 <20 41
9 <20 23 65
10 <20 29 86
11 40 20 31
12 30 31 86
13 34 35 84
14 44 22 88
Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001), nilai TSS yang diperbolehkan yaitu 50 mg/l, sehingga terdapat nilai TSS yang
melampaui ambang batas yaitu stasiun 2, stasiun 7, stasiun 9, stasiun 10, stasiun 12 hingga
stasiun 14.
4.1.2 Kimia
4.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)
Power of hydrogen (pH) adalah unit pengukuran yang dapat menggambarkan
derajat asiditas dan alkalinitas suatu larutan serta dapat dijadikan sebagai indikator kualitas
air. Nilai pH menggambarkan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam air (Tebbut,
1992). Nilai pH sangat mempengaruhi reaksi biokimia dalam air bahkan pH lebih kecil dari
KEMBARA CITARIK WANADRI
41
6,5 dan lebih besar dari 9,2 dapat memberikan pengaruh terhadap aspek kesehatan dengan
menyebabkan korosi pada pipa air serta berubahnya senyawa-senyawa menjadi racun bagi
kesehatan manusia (Sutrisno & Suciastuti, 1996).
Hasil pengukuran menunjukan bahawa rata-rata nialai pH di Sungai Citarik adalah
6,98 – 7,77 (Gambar 17). Stasiun 7 hingga stasiun 14 memiliki kisaran pH netral dengan
standar deviasi yang besar. Hal tersebut menunjukan adanya ke tidak stabilan pH pada
stasiun-stasiun tersebut. Nilai pH yang naik mendekati basa dapat diakibatkan oleh hujan.
Sunu (2001) menjelaskan bahwa air dapat bersifat asam atau basa tergantung pada besar
kecilnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Peningkatan volume air juga dapat menambah
kandungan ion hidroksida (OH-) yang memiliki sifat basa sehingga pH akan semakin besar pada
musim hujan.
Penurunan pH yang terjadi pada Stasiun 7 hingga stasiun 14 diduga karena adanya
aktivitas MCK yang dilakukan di sungai ataupun buangannya langsung dialirkan ke sungai.
Sisa aktivitas ini diduga membawa bahan organik yang nantinya akan didekomposisi oleh
mikroorganisme akuatik. Proses ini mengambil oksigen yang berada di perairan dan
mengeluarkan karbondioksida yang bersifat asam (Effendi, Kristianiarso, & Adiwilaga, 2013).
Gambar 17. Grafik Kekeruhan Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Nilai pH yang dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti hujan, buangan limbah
rumah tangga yang menyebabkan adanya didekomposisi oleh mikroorganisme akuatik
membuat nilai pH berdasarkan waktu pengukuran cukup bervariatif si selurh stasiun.
Gambar 18 diduga menunjukana kecenderungan ketidakstabilan lingkungan perairan
dengan adanya perubahan nila pH yang cukup besar. Berdasarkan baku mutu kelas II
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Stasiun
Max
Min
Rataan
KEMBARA CITARIK WANADRI
42
dengan kandungan pH pada kisaran 6 – 9. Stasiun 4, 5,8 ,10, 11, dan 13 memiliki nilai pH
dibawah 6 saat pengukuran, sehingga stasiun-stasiun tersebut tidak dapat memenuhi baku
mutu kelas II.
Gambar 18. Grafik pH Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan
4.1.2.2 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) adalah konsentrasi atau jumlah
oksigen yang tersedia di dalam air dengan satuan mg/l (Naubi, Zardari, Shirazi, Ibrahim, &
Baloo, 2016). Menurut Effendi (2003) di parairan alami memiliki kadar oksigen yang
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Pada
stasiun 1 hingga 8 yang memiliki karakteristik arus yang cukup deras dan lokasi yang relatif
berada pada keinggian rata-rata konsetrasi DO berkisar antara 8-12 mg/l (Gambar 19).
Konsentrasi tersebut baik, bahkan mendekati nilai saturasinya. Hal ini sebagai indikasi
bahwa proses oksigenasi di sungai ini masih sangat baik. Pada sungai yang tidak tercemar,
kadar oksigen terlarut biasanya 80 – 100 % kadar oksigen saturasinya (Secchi, Gassman, Jha,
Kurkalova, & King, 2011). Tingginya konsetrasi DO ini berkaitan dengan arus air yang cukup
kencang). Arus yang deras menyebabkan permukaan air lebih luas dan kesempatan difusi
oksigen dari udara akan lebih banyak. Kelarutan oksigen meningkat dengan menurunnya
temperatur. Kelarutan oksigen menurun dengan menurunnya tekanan atmosfer (Secchi,
Gassman, Jha, Kurkalova, & King, 2011). Oksigen di perairan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan akuatik dan proses biogeokimia. Oksigen dibutuhkan oleh organism akuatik
untuk respirasinya (Effendi, 2003).
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
7,50
8,00
8,50
9,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14Stasiun
Data Pagi
Data Siang
Data Sore
KEMBARA CITARIK WANADRI
43
Gambar 19. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Perbedaan konsentrasi DO di pagi siang dan sore hari diduga terjadi karena
pengaruh beberapahal diantaranya adalah intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan
arus serta masukan limbah dari kegiatan antropogenik (Secchi, Gassman, Jha, Kurkalova, &
King, 2011). Stasiun 9 hingga stasiun 14 yang posisinya relatif berada di hilir dan
terpengaruh kegiatan antropogenik termasuk industri memiliki konsentrasi DO yang relatif
lebih rendah dibandingkan stasiun di hilir pada seluruh variasi waktu pengukuran (Gambar
20). Rendahnya nilai DO menunjukkan tingginya kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme.
Tingginya bahan organik yang masuk kedalam perairan akan berdampak pada tingginya
konsumsi oksigen untuk menguraikan bahan-bahan tersebut ikut meningkat sehingga
kandungan oksigen terlarut dalam air akan menurun.
Gambar 20. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan
00
02
04
06
08
10
12
14
16
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
Stasiun
Max
Min
Rataan
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
DO(mg/l)
Stasiun
Data Pagi
Data Siang
Data Sore
KEMBARA CITARIK WANADRI
44
Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan konsentrasi DO lebih dari sama dengan 4
mg/l. Stasiun 9 hingga stasiun 14 beberapa konsentrasi hasil pengukurannya memiliki nilai
dibawah 4 mg/l, maka dari itu stasiun-stasiun tersebut tidak memenuhi baku mutu kelas II.
4.1.2.3 Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand (BOD) merupakan ukuran konsentrasi oksigen yang
dibutuhkan untuk menstabilkan air limbah secara biologi (Saeni, 1989). BOD digunakan
sebagai parameter utama untuk menentukan derajat polusi dalam effluen (Akilandeswari &
Adline, 2013). Effendi (2003) menambahkan bahwa BOD hanya menggambarkan bahan
organik yang dapat terdekomposisi secara biologis.
Nilai rata-rata kandungan BOD Sungai Citarik berada pada kisaran 0,33 hingga
14,67. Stasiun 3 memiliki nilai rata-rata terendah dan stasiun 10 memiliki nilai rata-rata
tertinggi (Gambar 21). Rendahnya nilai BOD diduga sebagai implikasi dari baiknya proses
dekomposisi bahan organik yang dioksidasi oleh mikroba. Buchari et al. (2001) menyatakan
BOD merupakan banyaknya oksigen dalam mg/l yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk
menguraikan dan menstabilkan banyaknya senyawa organik dalam air melalui proses
oksidasi biologis aerobik. Menurut Effendi (2003) BOD tidak menunjukan jumlah bahan
organik yang sebenarnya, akan tetapi hanya untuk mengukur secara relatif jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan.
Gambar 21. Grafik Konsentrasi DO Rata-Rata di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Nilai BOD di stasiun 10, 11, 13 dan 14 pada pengukuran pagi hari memiliki nilai yang
sangat tinggi (Gambar 22). Hal ini diduga karena buangan limbah baik dari pemukiman
penduduk, pertanian dan industri serta buangan limbah yang terbawa arus dari hulu (Vigil,
02468
101214161820222426283032
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14
BOD(mg/l)
Stasiun
KEMBARA CITARIK WANADRI
45
2003). Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan memberikan dampak
terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan
konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai (Priyambada, Oktiawan, & Suprapto, 2008).
Waktu pengambilan contoh yang berada di bulan Mei yang relatif masuk ke dalam musim
kemarau memberikan kontribusi terhadap nilai BOD. Musim kemarau dengan curah hujan
yang lebih rendah tidak mengalami pengenceran yang baik pada perairan sehingga
dibutuhkan lebih banyak oksigen untuk menguraikan bahan-bahan organik di badan
perairan (Ridwan, 2016).
Gambar 22. Grafik Konsentrasi BOD Rata-Rata Berdasarkan Waktu Pengukuran di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Stasiun 1,2 dan 5 memiliki nilai BOD yang sangat tinggi pada waktu pengambilan
contoh pagi serta stasiun 8 di siang hari. Hal ini dapat dikatakan anomali, karena daerah
tersebut tidak mencerminkan tanda-tanda dapat meningkatnya nilai BOD. Selain itu nilai
BOD pada pengukuran pagi dan siang hari nilai jauh berbeda dengan pengukuran di pagi
hari. Tingginya kandungan BOD di perairan tidak diharapkan karena hal itu akan
menurunkan kandungan DO (Fatoki, 2009). Untuk perairan yang diduga mengandung limbah
domestik maka dilakukan pengukuran BOD. Sebaliknya untuk perairan yang menerima
buangan limbah industri, pengukuran COD lebih cocok dilakukan (Vigil, 2003).
Berdasarkan baku mutu kelas II (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
82 Tahun 2001) mensyaratkan mutu air dengan konsentrasi BOD Kurang dari sama dengan 3
mg/l maka hanya 3 stasiun yang memenuhi baku mutu tersebut yaitu stasiun 4,6 dan 9.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
BOD(mg/l)
Stasiun
Data Pagi
Data Siang
Data Sore
KEMBARA CITARIK WANADRI
46
4.1.2.4 Chemical oxygen demand (COD)
chemical oxygen demand menggambarkan seberapa besar air telah tercemar,
khususnya zat organik (Nurdin, 2011). Chemical oxygen demand (COD) menggambarkan
kandungan bahan organik di suatu perairan, tetapi COD dapat menggambarkan kandungan
bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimiawi, baik biodegradable maupun
nonbiodegradable. baku mutu air kelas II mensyaratkan COD yang masuk ke badan perairan
tidak melebhi 25 mg/l. Nilai COD stasiun 10, 13 dan 14 memiliki nilai COD yang melibihi
ambang batas (Tabel 25).
Tabel 25. Konsentrasi COD di Sungai Citarik Selama Pengamatan
Stasiun COD (mg/l)
Pagi Siang Sore
1 36 <7 <7
2 92 10 <7
3 <7 <7 <7
4 <7 <7 <7
5 72 <7 <7
6 8 <7 <7
7 13 <7 10
8 7 58 <7
9 8 <7 <7
10 108 <7 11
11 19 <7 8
12 20 16 12
13 82 23 33
14 54 35 20
Berdasarkan tabel 25, stasiun 1,2, dan 5 memiliki nilai COD cukup tinggi pada waktu
pengambilan contoh pagi hari dan stasiun 8 di siang hari. Hal ini dapat dikatakan anomali,
karena daerah tersebut tidak mencerminkan tanda-tanda yang dapat meningkatkan nilai
COD. Selain itu nilai COD pada pengukuran pagi dan siang hari nilai jauh berbeda dengan
pengukuran di waktu lainnya. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang
dari 20 mg/l, sedangkan perairan dengan nilai COD melebihi 200 mg/l dinyatakan perairan
yang tercemar dan pada limbah industri biasanya dapat mencapai 20.000 mg/l.
Parameter COD dapat disebabkan oleh limbah organik (biodegradable) yang
sebagian besar terdiri dari kotoran manusia dan hewan. Ketika limbah biodegradable
memasuki pasokan air, limbah menyediakan sumber energi (karbon organik) untuk bakteri
(Ridwan, 2016). Semakin ke hilir, nilai COD semakin meningkat dikarenakan jumah
penduduk yang semakin banyak dan berkontribusi dalam pembuangan limbah domestik ke
badan perairan. Berdasarkan perubahan waktu pengambilan sampel, nilai COD mengalami
KEMBARA CITARIK WANADRI
47
fluktuasi yang dapat disebabkan variasi limbah organik (biodegradable dan non-
biodegradable) yang masuk ke dalam badan perairan. Konsumsi oksigen yang tinggi dalam
proses kimia menunjukan pencemaran air oleh polutan organik. Keberadaan bahan organik
berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan yang terdapat
COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Semakin tinggi
kandungan BOD atau COD di perairan maka akan meningkatkan pencemaran pada perairan
tersebut (Effendi, 2003).
4.1.2.5 Fosfat (PO43-P)
Karakteristik fosfat sangat berbeda dengan unsur utama lain yang merupakan
penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer (Effendi, Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan, 2003). Menurut Saeni (1989) bahwa
sumber fosfat pada perairan berasal dari pelapukan bebatuan mineral, dekomposisi bahan
organik, deterjen, pupuk buatan, limbah industri, limbah rumah tangga, dan mineral-mineral
fosfat. Fosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Penggunaan deterjen akan mempercepat bertambahnya konsentrasi fosfat dalam badan air
buangannya sehingga memicu pertumbuhan alga
Fosfat merupakan elemen minor di perairan, karena sebagian besar senyawa fosfat
anorganik memiliki kelarutan yang rendah. Kadar fosfat biasanya berkisar 0,01 – 0,1 mg/l.
selama pengamatan, nilai fosfat berkisar antara <0,16 – 0,31 mg/l (Tabel 26). Salah satu nilai
konsentrasi fosfat selama pengukuran pad stasiun 14 bernilai 0,31 mg/l. hal tersebut
dikarenaka wilayah stasiun 14 menerima akumulasi dari berbagai masukan limbah dari
bagian. Tingginya kadar fosfat di perairan lebih disebabkan oleh penggunaan pupuk pada
ekosistem daratan, yang selanjutnya masuk ke badan air, dan penggunaan deterjen dalam
wilayah bandung), konveksi kecil (kerudung), pembuat kolang-kaling (bulan Ramadhan), dan
supir Curug Cinulang (saat akhir pekan). Walaupun di Desa Dampit memiliki banyak petani,
masyarakat disana mengeluhkan pupuk subsidi yang cukup sulit didapatkan. Selain itu pula
kegiatan ekonomi Desa Dampit terbantu pula oleh adanya Pasar Dadakan yang diadakan
setiap Selasa sore di depan Kantor Desa.
Gambar 31. Berfoto dengan Kepala Desa Dampit
Permasalahan umum yang terjadi masyarakat Desa Dampit bisa terbilang memiliki
karakterisitik yang sudah tersentuh oleh kultur perkotaan. Salah satu permasalahan yang
KEMBARA CITARIK WANADRI
61
muncul adalah permasalahan minuman keras Minuman keras, kasus terbaru adanya korban
dari Desa Dampit pada kejadian miras cicalengka. Selain itu permasalahan lapangan
pekerjaan juga menjadi permasalahan di Desa Dampit. Hal ini mengakibatkan banyaknya
pemuda yang bekerja keluar daerah sehingga kegiatan kepemudaan dianggap kurang.
Selain itu untuk sektor pemerintahan, di Desa Dampit terdapat permasalahan
pengurusan administrasi tanah, khususnya disekitar sungai, terutama setelah ada
perubahan aliran yang diakibatkan oleh banjir bandang.
Masyarakat di Desa Dampit sendiri sudah memiliki kegiatan berbasis masyarakat
seperti Karang Taruna untuk di tingkat Desa dan RW, Kelomppl Seni Malaka Medal yang
dibentuk oleh Kang Iwan, Kelompok Tani yang memiliki ketua bernama Abah Aca dan Kober
di lingkungan Masjid Hidayatullah Muqtadiin. Selain itu ada pula sekelompok orang yang
memanfaatkan Sungai Citarik secara langsung dengan menjadi operator tubing. Tetapi
kegiatan ini tidak rutin dilakukan, biasanya musiman atau saat ada yang pesan. Titik awal
pengarungan biasanya dari RM. Aki Enin, dan titik akhirnya di sekitar kantor desa/ wilayah
candi).
Gambar 32. Kegiatan membuat cangkaleng di Desa Dampit
4.4.3.1 Desa dan Sub Das Citarik
Jenis kawasan Desa Dampit sendiri masih didominasi oleh lahan pertanian yang
berada di bantaran Sungai Citarik dan sekitar selokan irigasi. Sedangkan untuk kawasan
permukiman mayoritas berada di pinggiran jalan utama Desa. Tetapi ada pula beberapa
rumah yang berada sangat dekat dengan sungai sperti yang terdapat di RT 04 / RW 06. Di
Desa Dampit sendiri terdapat tiga buah selokan atau anak sungai, yaitu Selokan Bak Gede,
Selokan Irigasi dan Selokan Cipari (Sesuai dari data Desa yang didapatkan). Selain wilayah
permukiman dan pertanian, di Desa Dampit terdapat juga area wisata seperti rumah makan,
vila pribadi dan kolam renang. Fasilitas wisata tersebut terletak di jalan utama Desa Dampit.
KEMBARA CITARIK WANADRI
62
Desa Dampit merupakan kawasan yang sering terkena dampak banjir, salah satunya
merupakan banjir bandang yang terjadi di tahun 2016. Semenjak itu ada perubahan aliran
sungai di beberapa titik sungai. Setelah kejadian tersebut dibangun pula jembatan baru di
perbatasan antara Desa Dampit dengan Desa Tanjungwangi. Di Desa Dampit memang
terdapat beberapa lahan kritis seperti di RW 2, Kampung Dampit, Pasir Salam dan Cibogo. Di
Desa Dampit juga terdapat usaha penghijauan seperti adanya lahan penghijauan yang
berada di Blok Cibogo. Penghijauan diharapkan mampu mereduksi dampak dari lahan kritis
dan banjir.
4.4.3.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)
Pemerintahan Desa Dampit masih belum mengeluarkan anggaran untuk
pengangkutan sampah. Untuk mengurangi penumpukan sampah di beberapa titik dan
buang sampah sembarangan, pemerintah berharap ada kucuran dana untuk membuat
skema dan fasilitas pengangkutan sampah
Desa Dampit merupakan Desa yang tersentuh oleh program Ecovillage yang
merupakan program Pemerintahan Jawa Barat untuk membantu memberdayakan
masyarakat di sektor lingkungan. Saat ini Ecovillage aktif di beberapa kegiatan seperti
melakukan pendampingan terhadap beberapa kelompok tani dan aktif dalam mencari
informasi untuk mendapatkan bibit pohon (Blok Cibogo dan penanaman benih kopi). Selain
itu ada pula beberapa upaya dari pihak pemerintahan Desa seperti sosialisasi pembuangan
sampah. Kegiatan tersebut langsung di lakukan oleh Kepala Desa yang terjun ke masyarakat
untuk mensosialisasikan pembuangan sampah pada tempat sampah yang terpusat di depan
kantor desa.
4.4.3.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)
Permasalahan yang berada di dalam masyarakat adalah berada di sekitar
permasalahan perilaku sehari-sehari masyarakat Desa Dampit. Permasalahan sampah yang
dibuang secara sembarangan selalu terjadi dengan alasan tidak adanya tempat pembuangan
sampah. Selain itu ada pula permasalahan penggunaan portas untuk mendapatkan ikan.
Sebelum tahun 1980an ikan cukup mudah ditemukan di sungai citarik, tetapi setelah adanya
penggunaan portas untuk penangkapan ikan, ikan menjadi sulit ditemukan.
KEMBARA CITARIK WANADRI
63
Hal yang unik ditemukan adalah mengenai permasalahan banjir dan penebangan
pohon. Masyarakat Desa Dampit menganggap kejadian banjir bandang merupakan "dosa"
masyarakat yang berada di wilayah hulu, yang melakukan penebangan pohon secara liar.
Selain itu ada pula Informasi mengenai pembangunan DAM/Bendung Citarik yang
menjadi polemik di masyarakat Desa Dampit. Kegiatan ini sudah dimulai sejak awal 2010an,
beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan diantaranya adalah peninjauan lahan,
pengukuran lahan dan pematokan lahan. Tetapi kendala hingga saat ini adalah kesepakatan
harga tanah untuk pembebasan lahan (informasi dari Kang Iwan, tokoh masyarakat yang
concern terhadap lingkungan).
Masyarakat Desa Dampit sudah melakukan upaya-upaya kecil untuk menjaga
lingkungan. Beberapa RW di Desa Dampit telah secara rutin melakukan kegiatan bernama
“Jumat Bersih”, yang dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar Desa Dampit.
Selain itu ada pula kubangan sampah di lahan kosong yang dilakukan untuk menampung
sampah. Untuk permasalahan sanitasi, solusi masyarakat kebanyakan adalah menggunakan
kolam ikan sebagai sarana untuk mengolah hasil pembuangan sanitasi. Selain itu ada pula
usaha-usaha independen oleh warga, seperti yang dilakukan oleh Kang Iwan dengan
membuat Demplot. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil dari beberapa percobaan
untuk pertanian contoh, pupuk, obat dll.
4.4.4 Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang
Desa Sindulang merupakan sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan
Cimanggung Kabupaten Sumedang. Lokasinya berada di bagian ujung timur wilayah
kecamatan dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten
Garut dan Kabupaten Bandung. Jika dilihat dari pusat pemerintahan Kecamatan Cimanggung
posisinya juga berada di sebelah timur dengan jarak sekitar 11 kilometer. Desa Sindulang
memiliki luas wilayah total sebesar 751,13 hektar. Wilayah Desa Sindulang tersebut terbagi
ke dalam beberapa jenis penggunaan atau tata guna lahan. Berdasarkan persentase
penggunaan lahannya, sebagian besar lahan Desa Sindulang merupakan kawasan kehutanan
yang berada di lereng Gunung Kareumbi. Komposisi kawasan kehutanan ini mencapai 55,97
persen dari luas total wilayah atau setara dengan luasan 420,26 hektar. Kemudian besaran
komposisi lahan pertaniannya sebesar 12,02 persen dari luas total yang sebanding dengan
cakupan wilayah seluas 90,28 hektar.
KEMBARA CITARIK WANADRI
64
Seperti pada umumnya, lahan pertanian di Desa Sindulang juga terbagi ke dalam
dua jenis yaitu lahan pesawahan dan lahan pertanian bukan pesawahan. Lahan
pesawahannya sendiri seluas 48,75 hektar, dan sisanya merupakan lahan non pesawahan
yaitu berupa lahan perkebunan, ladang dan huma seluas 41,53 hektar. Kemudian lahan
pemukiman atau perumahan dan pekarangan mencakup besaran 1,48 persen atau seluas
11,12 hektar. Sisanya sebesar 1,2 persen dipergunakan sebagai lahan lainnya dan setara
dengan luasan sebesar sembilan hektar. Dengan area yang didominasi pertanian tidak
mengherankan jika mata pencaharian didominasi oleh masyarakat yang bekerja sebagai
petani dan buruh tani. Selain itu ada pula sebagian kecil yang bekerja sebagai peternak,
pedagang dan buruh pabrik.
Gambar 33. Salah satu matapencaharian masyarakat Desa Sindulang yaitu beternak kelinci
wilayah Desa Sindulang berada di kawasan paling timur wilayah Kecamatan
Cimanggung. Topografinya berupa kawasan lereng pergunungan karena berada di kaki
Gunung Kareumbi bagian tenggara dengan ketinggian wilayahnya di atas 1.000 meter di atas
permukaan laut. Tata guna lahan Desa Sindulang didominasi oleh lahan pertanian dan lahan
kehutanan. Lahan pertanian terletak di bagian selatan wilayah desa, sementara di bagian
utaranya merupakan kawasan kehutanan yang menjadi bagian kawasan hutan Gunung
Kareumbi.Untuk lahan pemukimannya terletak di sisi selatan wilayah Desa Sindulang yang
berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Desa Sindulang dihuni penduduk sebanyak 5.099
orang. Dengan rincian sebanyak 2.646 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 2.453 orang
berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.569 KK. Untuk
kepadatan penduduk Desa Sindulang, untuk tiap kilometer persegi luas wilayahnya dihuni
penduduk rata-rata sebanyak 678,84 orang.
KEMBARA CITARIK WANADRI
65
Gambar 34. Wawancara dengan masyarakat Desa Sindulang
4.4.4.1 Desa dan Sub Das Citarik
Desa sindulang Berdasarkan pengamatan dan karakteristik sumber pencemar
Sungai bahwa masih terdapat beberapa titik sumber pencemaran yang mengarah ke sungai
Citarik. Walaupun belum terdapatnya kawasan perindustrian, perilaku masyarakat sudah
mulai mencemari lingkungan Sungai dengan perilaku seperti membuang sampah, limbah
rumah tangga dan limbah pertanian langsung ke Sungai Citarik. Selain itu ada beberapa
rumah yang pipa MCKnya masih mengarah ke Sungai Citarik khususnya di Dusun Leuwiliang
dan Jambu Aer. Melalui pengamatan di lapangan masih ada beberapa titik pembuangan
sampah di pinggir sungai Citarik dikarnakan belum terdapatnya TPS yang di arahkan oleh
pemerintah setempat.
4.4.4.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)
Pada dasarnya masyarakat Desa Sindulang kurang begitu aktif dalam menangani
permasalahan lingkungan. Terlepas dari itu masih kurangnya peran aktif dari Desa Sindulang
yang kurang memberikan perhatian terhadap isu lingkungan. Saat ini Pemerintahan Desa
sindulang lebih memfokuskan diri ke permasalhan infastrukur dan pertanian.
Beberapa waktu sebelumnya Kepala Desa Sindulang pernah memiliki inisiatif untuk
memberikan pengarahan terhadap lingkungan. Selain itu Pemerintahan Desa Sindulang juga
pernah memfasilitasi beberapa RW dengan tempat pembakaran sampah. Hal ini dilakukan
agar masyarakat dapat mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri demi mengurangi
pembuangan sampah ke Sungai Citarik. Terlepas dari itu sebagian warga masih ada saja
yang membuang sampah ke Sungai Citarik. Hal ini dapat dikarenakan peran aktif seperti
pengarahan dan penyuluhan tentang lingkungan kurang dirasakan oleh masyarakat Desa
KEMBARA CITARIK WANADRI
66
Sindulang. Hal ini dapat diartikan masih adanya kekurangan dalam pemerintahan desa
sindulang untuk mensosialisasikan tentang lingkungan.
Selain itu Desa Sindulang pun termasuk dari Desa yang mendapatkan program
Ecovillage dari Pemerintahan Jawa Barat. Hanya sudah satu tahun lebih kehadiran Ecovillage
sudah tidak terasa lagi. Program-program yang berjalan pun telah berhenti terutama setelah
kader-kader Ecovillage sudah tidak aktif lagi.
4.4.4.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)
Sebagian masyarakat Desa Sindulang masih ada yang membuang sampa nya
langsung ke sungai, dari mulai limbah rumah tangga sampai limbah pertanian yang sudah
membusuk. Hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari pemerintahan setempat
mengenai pengarahan lingkungan dan juga kurangnya penyediaan fasilitas pengelolaan
sampah seperti TPS. Ada pula kegiatan masyarakat yang dilakukan di bantarn Sungai Citarik
seperti 2 titik kandang ayam broiler. Selain itu masih ada rumah – rumah masyarakat Desa
Sindulang khususnya kampung Leuwiliang yang menempel tepat di pinggiran Sungai
Citarik.Aalhasil ada penyempitan lebar Sungai Citarik yang mengakibatkan seringnya Banjir
ketika musim hujan datang.
Pada saat kehadiran Ecovillage masyarakat Desa Sindulang mulai terpengaruhi
terutama dengan banyaknya kegiatan lingkungan seperti Jumat Bersih. Dengan semakin
berkurangnya kader Ecovillage, kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan lingkungan
pun semakin tereduksi. Saat ini salah satu kegiatan yang rutin dilakukan seperti Jumat Bersih
pun sudah semakin jarang terlaksana.
Masyarakat Desa Sindulang memang tidak mendapatkan Pendidikan lingkungan
sehingga mayoritas masyarakatnya tidak sadar akan lingkungan. Walaupun begitu sudah ada
beberapa upaya yang dilakukan masyarakat seperti Kerja bakti yang diinisiasi oleh para
tokoh agama.
4.4.5 Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang
Desa Tegalmanggung merupakan Kawasan pedesaan yang masih cukup dekat
kawasan Taman Buru Masigit Kareumbi. Lahan pertanian mendominasi kawasan Desa
Tegalmanggung terutama pertanian jagung dan tembakau yang menjadi hasil pertanian
utama Desa Tegalmanggung. Selain itu ada pula kawasan peternakan sapi, kambing dan
ayam, dengan skala yang tidak terlalu besar. Dengan kondisi yang didominasi oleh
KEMBARA CITARIK WANADRI
67
pertanian, tidak mengherankan jika mayoritas masyrakatnya berprofesi sebagai petani. Di
samping itu ada pula beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin konveksi
dengan produk berupa kerudung.
Untuk dinamika permasalahan umum yang terjadi di Desa Tegalmanggung masih
merupakan masalah yang sering ditemui di kawasan pedesaan. Permasalahan infrastruktur
seperti akses Jalan Dusun yang sulit dilalui, masyarakat harus melalui jalan kabupaten
Bandung dahulu untuk menuju Kantor Desa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mendapatkan
informasi dari Desa dikarenakan lokasi yang jauh dari Kantor Desa. Pada akhirnya
masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah Desa, karena Dusun yang jauh dari
kantor Desa.
Desa Tegalmanggung sendiri sudah memiliki sarana kegiatan-kegiatan masyarakat
seperti MUI, Karang Taruna, Organisasi masyarakat (Pemuda Pancasila), dan kegiatan
olahraga (Bola Voli). Kegiatan yang dilakukan pun cukup beragam seperti Silaturahmi dan
ceramah yang dilakukan oleh MUI setiap bulannya. Ada pula kegiatan masyarakat seperti
Jumat Bersih, yang dilakukan untuk menjaga lingkungan sekitar. Untuk Ormas Pemuda
Pancasila, cukup banyak warga yang merasa resah dengan kegiatan yang dilakukannya.
4.4.5.1 Desa dan Sub Das Citarik
Pada dasarnya hanya ada satu dusun yang berbatasan langsung dengan badan
utama Sungai Citarik, yaitu Dusun Cikelet. Walaupun begitu Desa Tegalmanggung juga
terkena dampak banjir bandang secara langsung. Hal ini mengakibatkan terjadinya
pelebaran bibir Sungai Citarik di Desa Tegalmanggung. Selain itu setelah banjir bandang
dibangun pula jembatan perbatasan yang menghubungkan Desa Dampit dengan Desa
Tegalmanggung.
Selain itu terjadi pula perubahan kawasan dengan dibangunnya dua perumahan
umum di kawasan Desa Tegalmanggung. Hanya saja terjadi perdebatan di antara warga dan
pemerintahan Desa karena adanya indikasi perumahan tersebut berada di daerah Zona
Hijau.
4.4.5.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)
Permasalahan lingkungan yang terjadi di Desa Tegalmanggung tidak terlepas dari
kurangnya peran pemerintahan dalam mengelola kawasan. Pemerintah Desa sama sekali
tidak meluangkan anggaran untuk lingkungan. Hal ini mengakibatkan tidak adanya program
KEMBARA CITARIK WANADRI
68
yang berhubungan dengan lingkungan dan juga kurangnya fasilitas seperti infrastruktur
untuk pengelolaan sampah. Saat ini memang pihak Pemerintahan Desa sedang terfokus di
pembangunan infrastruktur.
Selain itu pengalihfungsian lahan juga kurang terpantau oleh pemerintahan.
Terdapat beberapa lahan kritis yang sudah berubah alih fungsi lahan seperti Kawasan Bukit
berubah menjadi kawasan tani. Ada pula kontroversi kawasan Zona hijau berubah menjadi
kawasan perumahan. Hal ini membuat terjadinya pro-kontra dengan masyarkat, karena
banyak pihak masyarakat yang menentang pembangunan perumahan tersebut. Alih fungsi
lahan yang memungkinkan penyerapan air menjadi berkurang sehingga dapat terjadi
longsor.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak pemerintahan terutama yang dilakukan
oleh pemerintahan tingkat provinsi dengan adanya kegiatan Ecovillage. Ecovillage dalam
beberapa tahun terakhir telah membentuk kader-kader yang diharapkan membantu
masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Hanya saja saat ini tersisa dua
orang kader yang masih aktif dalam kegiatan Ecovillage. Salah satu bentuk kegiatan yang
telah berjalan adalah kamapnye pengelolaan sampah dan pembuatan bank sampah di
Dusun Cilaku Girang yang diinisiasi oleh Pak Encep (Kader Ecovillage). Selain itu ada pula
kegiatan yang sudah tidak berjalan seperti pendampingan terhadap beberapa kelompok
tani.
Beberapa bantuan fasilitas seperti alat pengelola sampah pun telah dilakukan oleh
pemerintahan. Hanya saja penggunaan alat tidak berjalan optimal karena warga yang dirasa
masih belum peduli dengan lingkungan.
4.4.5.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)
Masyarakat Desa Tegalmanggung dan kegiatan yang dilakukannya sangatlah
berdampak terhadap kondisi lingkungan sekitarnya termasuk kondisi Sungai Citarik. Salah
satu yang sangat berdampak adalah penebangan liar yang dilakukan oleh oknum
masyarakat. Hal ini diindikasikan mengakibatkan beberapa lahan berubah menjadi lahan
kritis dan juga menyebabkan kelongsoran.
Masyarakat Desa Tegalmanggung mayoritas tidak membuang sampah ke sungai
karena hanya ada satu Dusun yang berada di bantaran Sungai CItarik. Dusun Cikelet sebagai
satu-satunya Dusun yang berada di bantaran Sungai Citarik memang memiliki warga yang
KEMBARA CITARIK WANADRI
69
membuang sampahnya ke Sungai. Untuk Dusun lainnya karena jarak yang berjauhan dengan
Sungai Citarik mengelola sampahnya secara mandiri dengan cara dibakar. Selain itu
pengelolaan sampah hasil konveksi (kain perca) juga tidak kelola secara maksimal, cara yang
dilakukan untuk mengelolanya adalah dengan dibakar.
Masyarakat Desa Tegalmanggung memang tidak mendapatkan Pendidikan
lingkungan sehingga mayoritas masyarakatnya tidak sadar akan lingkungan. Walaupun
begitu sudah ada beberapa upaya yang dilakukan masyarakat seperti Kerja bakti yang
diinisiasi oleh Karang Taruna. Ada pula kegiatan masyarakat seperti Jumat Bersih yang
biasanya dilakukan satu bulan sekali. Selain itu ada pula pembuatan bank sampah oleh Pak
Encep (Kader Ecovillage) yang dilakukan di Dusun Cilaku Girang.
Kegiatan masyarakat mengenai lingkungan memang sangat terpengaruhi oleh
kehadiran Ecovillage. Kegiatan tersebut terasa sangat aktif pada saat kader-kader Ecovillage
yang aktif dirasa cukup banyak. Saat kader Ecovillage yang aktif sudah sangat sedikit
berdampak pada keaktifan masyarakat. Salah satunya adalah kegiatan Jumat Bersih menjadi
semakin tidak rutin, bahkan terkadang selama tiga bulan kegiatan tersebut tidak terlaksana.
4.4.6 Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang
Desa Cimanggung yang berada di dalam wilayah administratif Kecamatan
Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Desa ini sudah termasuk di Kawasan perantara
masyarakat dengan pedesaan dengan perkotaan, karena jarak yang tidak terlalu jauh dari
jalan bypass Cicalengka. Walaupun tidak memiliki pabrik di kawasannya, masyarakat Desa
Cimanggung sendiri mayoritas bekerja pada sektor industri yang berada di Kawasan yang
tidak terlalu jauh seperti di Desa Sindangpakuon. Banyaknya masyarakat yang bekerja di
sektor industri juga memperkuat karakteristik urban masyarakat Desa Cimanggung. Di
wilayah tersebut masih banyak lahan pertanian, tetapi lahan ini hanya dikelola oleh
sejumlah kecil warga.
Gambar 35. Foto Sungai Citarik dari Desa Cimanggung
KEMBARA CITARIK WANADRI
70
Kondisi Masyarakat Desa Cimanggung sudah semakin kompleks, dengan munculnya
strata ekonomi dari berbagai tingkatan. Selain itu bentuk permasalahan yang mencirikan
karaterisitik masyarakat urban juga telah muncul, seperti permasalahan kurangnya lapangan
pekerjaan untuk masyarakat lokal yang kalah bersaing dengan para pendatang. Saat ini Desa
Cimanggung telah terlihat potensi yang cukup besar dengan adanya beberapa organisasi
organisasi yang mampu mengkoordinir masyarakat seperti Karang Taruna, Ecovillage, KSM (
Kelompok swadaya masyarakat), Remaja Masjid dan kegiatan olahraga (Sepakbola dan Bola
Voli). Oganisasi-organisasi tersebut memiliki potensi untuk menyelesaikan permasalahan
masyarakat, karena masyarakat Desa Cimanggung kurang memiliki inisiatif dalam
melakukan gerakan masyarakat terutama yang berhubungan dengan permasalahan
lingkungan.
Gambar 36. Masyarakat sedang memandikan kerbau di Sungai Citarik
4.4.6.1 Desa dan Sub Das Citarik
Secara perlahan-lahan namun pasti Kawasan Desa Cimanggung telah berubah
menjadi pemukiman padat, yang bahkan beberapa diantaranya berada langsung di bantaran
sungai Citarik seperti di RW 01, 02, dan 03. Perubahan alih fungsi lahan menjadi perumahan
umum juga telah terjadi di Desa Cimanggung, hal ini telah terjadi semenjak tahun 80an.
Perubahan alih fungsi lahan juga mengakibatkan perubahan profesi di masyarakat Desa
Cimanggung, salah satunya adalah berkurangnya lahan pertanian yang dapat digarap oleh
warga.
Permasalahan banjir di Sungai Citarik juga berdampak pada Desa Cimanggung,
salah satunya adalah banjir bandang yang terjadi pada bulan November tahun 2016. Selain
permasalahan banjir yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan terhadap Ruang Terbuka Hijau
(RTH), permasalahan lingkungan lainnya pun terjadi terutama pada permasalahan perilaku
masyarakat. Perilaku masyarakat yang tidak mengelola sampahnya secara baik dan sanitasi
KEMBARA CITARIK WANADRI
71
yang dibuang langsung ke sungai menjadi permasalahan perilaku masyrakat yang
berdampak pada kondisi lingungan Sungai Citarik.
4.4.6.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)
Pihak Pemerintahan Desa memang belum memiliki perhatian lebih terhadap
permasalahan lingkungan. Tidak adanya anggaran yang dikhususkan untuk mmenyelesaikan
permasalahan lingkungan membuat fasilitas pengelolaan sampah kurang tersedia. TPS Desa
Cimanggung tidak mampu menampung beban sampah dari 24 RW dan juga tidak adanya
pengangkutan membuat masyarakat membuang sampahnya tidak pada tempatnya
terutama ke Sungai. Saat ini memang pemerintahan Desa Cimanggung belum meluangkan
anggaran untuk permasalahan lingkungan, saat ini memang masih terfokus ke
pembangunan infrastruktur.
Pembangunan Kawasan perumahan umum sudah semakin intensif di Kawasan Desa
Cimanggung. Hal ini termasuk dengan pengalihfungsian Ruang Terbuka Hijau. Hanya saja
pembangunan Kawasan tersebut belum memerhatikan jumlah minimal 30% untuk ruang
terbuka hijau di Kawasan perumahan umum. Hal ini seharusnya menjadi perhatian pihak
pemerintah saat memberikan izin pembangunan perumahan.
Pihak pemerintah sudah memberikan beberapa upaya untuk menanggulangi
permasalahan lingkungan. Salah satunya adalah adanya bronjong dan dinding penahan
sungai untuk menahan banjir dan beberapa bantuan untuk membangun MCK / septic tank
umum. Adapula untuk sampah ada bantuan dari dinas PUPR Untuk upaya mengurangi
volume sampah dengan Bantuan Bangunan dan juga mesin olah sampah Tempat olah
sampah setempat (TOSS) . Ketidakjelasan tupoksi dan koordinasi antara Lembaga
pemerintahan membuat beberapa sektor pemerintahan harus menanggung permasalahan
yang ada. Selain itu sudah ada pula program Ecovillage yang merupakan program
pemberdayaan dari Pemerintahan Jawa Barat. Saat ini ada beberapa perusahaan swasta
membeli bibit yang di kelola oleh Ecovillage Desa Cimanggung.
4.4.6.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)
Permasalahan yang terjadi pada masyarakat cimanggug khususnya pada DAS
Sungai Citarik adalah masyarakat masih membuang sampah di bantara sungai citarik,
walaupun ada upaya dari masyarakat sendiri untuk membakar sampah tersebut
KEMBARA CITARIK WANADRI
72
sebelumnya. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan juga selain membuang sampah dapat
mengotori sungai, membakar sampah pun akan merusak lingkungan pula.
Aktifitas warga Desa Cimanggung yang dekat dengan Sungai Citarik, menjadikan air
Sungai Citarik menjadi sumber kegiatan sehari-hari. Masyarakat masih mencuci baju, dll di
Sungai Citarik, selain itu juga tidak jarang masih banyak anak kecil yang melakukan aktifitas
MCK langsung di sungai.
Desa Cimanggung sudah memiliki Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang cukup
besar tetapi dari 24 Rukun Warga (RW) di Desa Cimanggung TPS tersebut hanya dapat
menampung 4 RW saja. Hal terebut menjadi permasalahan karena masyarakat kebingungan
untuk membuang sampah tersebut dan masyarakat harus membayar biaya pengangkutan
sampah yang diangkat oleh kendaraan operasional. Tidak jarang masyarakat yang memilih
tidak membayar biaya tersebut dan memilih untuk membakar sampahnya atau membuang
sampah ke Pasar Parakanmuncang.
4.4.7 Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang
Desa Sindangpakuon merupakan Kawasan perantara masyarakat dengan pedesaan
dengan perkotaan. Desa Sindangpakuon sudah memiliki karakterisitik masyarakat urban
dengan mayoritas masyarakatnya bekerja pada sektor industri dan perdagangan. Di wilayah
tersebut masih tersisa sedikit lahan pertanian yang dikelola olah sejumlah kecil warga.
Selain itu ada pula beberapa industri dan kerajinan kecil masyarakat, seperti tahu, tempe
dan pemotongan ayam. Ekonomi di Desa Sindangpakuon memang terbilang cukup maju
dengan adanya 9 pabrik skala besar dan Pasar Parakanmuncang yang menunjang perdangan
di Kecamatan Cimanggung
Gambar 37. Bertemu dengan Kepala Kecamatan Cimanggung
Kondisi Masyarakat sendiri terbilang cukup kompleks dengan berbagai
permasalahan yang sering ditemui dalam masyarakat urban. Permasalahan ekonomi seperti
KEMBARA CITARIK WANADRI
73
kurangnya lapangan pekerjaan untuk masyarakat lokal yang kalah bersaing dengan para
pendatang. Pegawai pabrik dan pedagang yang berada di Desa SIndangpakuon di dominasi
oleh para pendatang dari daerah lain. Di samping itu Desa Sindangpakuon memiliki potensi
yang sangat besar terutama di tingkat masyarakat. Desa Sindangpakuon memiliki beberapa
organisasi yang mampu mengkoordinir masyarakat seperti Pesantren Cikalama, Karang
Taruna, Ikatan Warga Pasar, Organisasi Masyarakat (Pemuda Pancasila, Laskar Merah Putih,
Manggala, dan GMBI), Remaja Masjid dan kegiatan olahraga (Sepakbola, Bola Voli, dan
Motor Cross).
4.4.7.1 Desa dan Sub Das Citarik
Desa Sindangpakuon sudah terbentuk menjadi Kawasan urban dengan pemukiman
yang sangat padat yang beberapa diantaranya berada di bantaran Sungai Citarik sendiri.
Lahan terbuka hijau semakin sempit dengan banyaknya alih fungsi lahan menjadi
perumahan umum dan pabrik-pabrik skala besar. Pada tahun 80-90an masih cukup
banyaknya warga yang melakukan kegiatan pertanian dan perikanan yang bergantung pada
Sungai Citarik. Hanya saja lahan pertanian dan perikanan semakin tersisih dengan alih fungsi
lahan untuk pabrik dan perumahan.
Gambar 38. Himbauan yang dibuat oleh masyarakat tentang larangn membuang sampah
Mulai tahun 80an, Desa Sindangpakuon mulai terkenda dampak banjir yang berasal
dari wilayah hulu. Hal ini diindikasikan karena perubahan lahan hijau di wilayah hulu. Banjir
yang cukup besar terakhir terjadi pada bulan November tahun 2016. Di samping banjir dan
kurangnya ruang terbuka hijau ada pula permasalahan seperti pengelolaan sampah, sanitasi,
dan pengelolaan limbah industri. Untuk setiap permasalahannya dapat dipetakan melalui
berbagai tingkatan yaitu tingkat pemerintahan, masyarakat, dan industri.
KEMBARA CITARIK WANADRI
74
4.4.7.2 Analisa ditingkat Pemerintahan (Permasalahan dan Upaya)
Permasalahan yang meliputi Sungai Citarik dan lingkungan DAS sekitarnya memang
tidak terlepasnya dari peran pemerintah. Pada tahap perencanaan terasa minimnya
anggaran yang diberikan untuk pengelolaan lingkungan. Anggaran Desa masih terfokus
pada infrastruktur pembangunan seperti jalan raya. Hal ini berakibat pada kurangnya
Fasilitas Pengangkutan Sampah yang baik di Desa Sindangpakuon. Satu-satunya TPS berada
di Pasar Parakanmuncang, yang itupun dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Sumedang. Tong sampah di sekitar Desa pun terlihat cukup minim. Selain
fasilitas pengelolaan sampah yang masih minim, fasilitas sanitasi pun masih kurang
tersentuh oleh tangan-tangan pemerintah.
Desa Sindangpakuon merupakan Kawasan dengan tingkat pengalihfungsian lahan
yang cukup tinggi. Hanya saja perencanaan mengenai Ruang Terbuka Hijau masih belum
menjadi prioritas. Hal ini terlihat dari pengalihfungsian lahan untuk industri dan perumahan
yang tidak mempertimbangkan Ruang Terbuka Hijau. Secara kasat mata aturan 30% lahan
terbuka hijau untuk perumahan umum masih belum dipatuhi oleh pengembang.
Selain itu juga ada beberapa masalah lainnya seperti penegakan hukum untuk
permasalahan lingkungan juga masih dirasa terasa sangat kurang efektif. Hal ini terlihat dari
masih banyaknya pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke sungai.
Pemerintah di berbagai tingkatan mulai dari Pemerintahan Desa hingga
Pemerintahan tingkat Provinsi sudah mulai memberikan upaya untuk menanggulangi
permasalahn tersebut. Beberapa hal yang terlihat diantaranya adalah sudah adanya
bronjong dan dinding penahan sungai untuk menahan banjir dan beberapa bantuan untuk
membangun MCK / septic tank umum.
Adapula untuk sampah dari Pasar Parakanmuncang selalu dikoordinir untuk masuk
ke TPS Pasar Parakanmuncang. Hanya saja masyarakat Desa Sindangpakuon dan sekitarnya
ikut membuang sampah ke TPS tersebut. Hal ini mengakibatkan Disperindag Kabupaten
Sumedang / Pengurus Pasar harus menanggung biaya angkut sampah masyarakat yang
dibuang ke TPS Parakanmuncang. Ketidakjelasan tupoksi dan koordinasi antara Lembaga
pemerintahan membuat beberapa sektor pemerintahan harus menanggung permasalahan
yang ada.
KEMBARA CITARIK WANADRI
75
4.4.7.3 Analisa ditingkat Masyarakat (Permasalahan dan Upaya)
Pada umumnya permasalahan lingkungan untuk tingkat masyarakat Desa
Sindangpakuon merupakan permasalahan perilaku keseharian. Permasalahan ini ditunjang
pula dengan minimnya fasilitas yang ada, bahkan hingga fasilitas kebersihan yang
semestinya sudah ada di tingkat rumah tangga. Masih banyak masyarakat masih membuang
sampahnya secara sembarangan terutama ke DAS Citarik. Hal ini menimbulkan
pendangkalan dan penyempitan Sungai, sebagai contoh Sungai Ciburaleng yang merupakan
anak Sungai Citarik. Sungai Ciburaleng sendiri merupakan Sungai berbadan kecil ditengah-
tengah persawahan dan permukiman warga, yang secara rutin terjadi banjir karena
penyempitan badan sungai.
Untuk permasalahan sanitasi masyarakat masih banyak yang belum memiliki MCK
ber septic tank atau bahkan MCK. Sehingga banyak MCK baik itu milik umum maupun
pribadi yang mengalirkan sisa pembuangannya ke sungai. Masyarakat banyak yang
membangun perumahan padat yang dengan berdempetan dengan anak-anak sungai Citarik,
sehingga sulit untuk membuat septic tank. Posisi permukiman yang dekat dengan bantaran
sungai pun membuat masih adanya masyarakat yang melakukan kegiatan domestic, seperti
mencuci, yang dilakukan di pinggir sungai atau kolam yang mengalir ke langsung sungai.
Selain itu untuk para pengrajin skala kecil yang berada di Desa Sindangpakuon,
seperti tahu, tempe, dan pemotongan ayam, juga menghasilkan limbah yang tidak sedikit.
Hanya saja masih sedikit yang mengolah limbahnya, mayoritas masih membuang sisa
limbahnya ke sungai.
Masyarakat Desa Sindangpakuon sendiri sudah berusaha melakukan upaya kecil
dalam menanggulangi permasalahan lingkungan yang ada. Beberapa upaya diantaranya
adalah seperti yang dilakukan oleh Remaja Masjid dan Karang Taruna RW 05, 06, 07 dan 08.
Para pemuda tersebut melakukan pengangkutan sampah masyarakat sekitar yang pada
akhirnya akan dibuang ke TPS Pasar Parakanmuncang. Selain itu Seperti yang dilakukan di
Kawasan Pesantren Cikalama yang melakukan pengkomposan hasil sisa sampah organik.
Ada pula beberapa pengrajin / industri kecilsudah berusaha mencari solusi limbah sisa
kerajinan. Seperti Haji Oso yang merupakan pemilik pabrik tahu yang menggunakan kolam
lele untuk mengolah sisa pengolahan tahu. Di samping hal itu semua, usaha kecil yang
dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan pembakaran sampah yang dihasilkan.
KEMBARA CITARIK WANADRI
76
Untuk permasalahan sanitasi sudah ada beberapa upaya yang dilakukan
masyarakat terutama dengan penyediaan MCK dan septic tank komunal. Hal ini dilakukan
oleh beberapa pihak seperti warga lokal yang melakukan patungan atau bantuan dari
Universitas yang berasal dari Korea. Untuk MCK bantuan dari Korea juga dilengkapi dengan
fasilitas pertanian aquaponic (pertanian dan perikanan circular yang tidak menghasilkan
limbah). Di dalam fasilitas ini septic tank yang diberikan memiliki teknologi untuk menyaring
dan mengolah hasil MCK, yang pada akhirnya akan dapat menjadi air bersih untuk dialirkan
ke sungai. Di samping bantuan dari Korea, pembangunan fasilitas tersebut juga dibantu oleh
Universitas Parahyangan Bandung.
4.4.7.4 Analisa ditingkat Industri (Permasalahan dan Upaya)
Untuk permasalahan lingkungan DAS Citarik di tingkat industri masih berkutat di
dalam permasalahan pengelolaan dan pembuangan limbah.Beberapa industri/pabrik masih
secara rutin membuang limbahnya ke sungai. Kegiatan ini dicurigai tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu, hal ini terindikasi dari warna limbah yang dihasilkan. Untuk
membuang limbah ke sungai, Pabrik/industri menggunakan pipa pembuangan kecil yang
bukan pembuangan utama. Selain itu pada saat hujan pun menjadi saat yang tepat untuk
membuang limbah.
Untuk upaya dalam menanggulangi permasalahan limbah itu sendiri, pada saat
pembangunan pabrik perlu disertai dengan pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah). Hanya saja dalam kegiatan ini kami kesulitan untuk mendapatkan informasi
langsung dari pihak pabrik.
Di samping itu ada pula permasalahan perencanaan pembangunan pabrik.
Beberapa posisi pembangunan pabrik sangat bersempitan dan menghimpit anak sungai. Hal
ini mengakibatkan penyempitan sungai yang sebelumnya telah terjadi pendangkalan karena
sampah. Di beberapa area yang terjadi penyempitan, sering terjadi banjir yang cukup besar.
Selain itu ada pula beberapa upaya bantuan kecil mengenai lingkunga yang
dilakukan oleh pihak industri. Salah satunya adalah adanya beberapa tong sampah bantuan
dari pihak perusahaan Coca-cola Amatil.
KEMBARA CITARIK WANADRI
77
4.5 Hubungan Antara Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik
Tabel 29. Hubungan Kondisi Masyarakat di DAS Citarik Bagian Hulu dengan Kondisi Kualitas Air dan Status Mutu Air Sungai Citarik
Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku
mutu
Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai
1 Hulu Sungai dan Hutan Dusun Cimulu BOD, COD, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada di mata air Sungai Cimulu yang berada di sebelum Dusun Cimulu. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku mutu air walaupun pada stasiun pengamatan tersebut masih minim kegiatan antropogenik
2 Kawasan konservasi, pertanian dan rumah tangga (dusun)
Kampung Cigumentong Desa Sindulang Kabupaten Bandung
TSS, BOD, COD, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada di Kampung CIgumentong yang juga berada sebelum penangkaran rusa TBMK. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Kampung CIgumentong. Untuk TSS yang tidak memenuhi baku mutu diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar sungai yang masih merupakan tanah di lingkungan sedimentasi yang alami.
3 Pertigaan sungai (Sungai Cimulu), Kawasan konservasi dan pertanian serta rumah
Kampung Cigumentong / Dusun Leuwiliang, Desa Sindulang Kabupaten
Total Coliform Titik pengambilan sampel air berada di pertermuan Sungai Cimulu dan Citarik yang berada di bagian akhir Taman Buru Masigit Kareumbi. Titik tersebut berada
KEMBARA CITARIK WANADRI
78
Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku
mutu
Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai
tangga (dusun) Bandung entong setelah Penangkaran Rusa TBMK dan Kampung Cigumentong, yang memungkinkan adanya pencemaran dengan Total Coliform sebagai parameter yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini dikarenakan kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Kampung CIgumentong dan hasil dari kotoran di penangkaran Rusa.
4 Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)
Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten Bandung
pH, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada Dusun Leuwiliang, Desa Sindulang yang merupakan Kawasan pemukiman padat pertama setelah TBMK. Total Coliform tidak memenuhi baku mutu dikarenakan kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Dusun Leuwiliang. Selain itu PH yang tidak memenuhi baku mutu dapat dipengaruhi oleh kegiatan domestik rumah tangga yang dibuang ke Sungai, mengingat Dusun Leuwiliang sudah menjadi pemukiman padat.
5 Up stream wisata Curug Cinulang dan rumah tangga (perdesaan)
Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten Bandung
BOD, COD, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi, yang berada di sebelum area wisata Curug Cinulang. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah BOD, COD, dan Total Coliform. 2 Parameter yaitu COD dan BOD diindikasikan terdapat data anomali di pagi hari, yang menyebabkan kedua parameter ini tidak memenuhi baku mutu. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi.
6 Down Stream wisata Curug Cinulang
Desa Sindulang Kabupaten Sumedang dan Desa Tanjungwangi Kabupaten
Total Coliform Titik pengambilan sampel air berada di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi, yang berada di sesudah area wisata Curug Cinulang. Total Coliform juga tidak
KEMBARA CITARIK WANADRI
79
Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku
mutu
Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai
Bandung memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindulang dan Desa Tanjungwangi.
7 Pertanian dan rumah tangga (perdesaan)
Desa Tegalmanggung Kabupaten Sumedang dan Desa Dampit Kabupaten Bandung
TSS, BOD, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada di Desa Tegalmanggung dan Desa Dampit. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, BOD, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Tegalmanggung dan Desa Dampit. Untuk nilai TSS dan BOD terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Dampit dan Desa Tegalmanggung. Di kedua desa ini memang masih ditemukan kegiatan domestik yang dilakukan di pinggir sungai dan membuang limbahnya ke sungai.
8 Pertanian dan TPS
Desa Cimanggung Kabupaten Sumedang dan Desa Dampit Kabupaten Bandung
BOD, COD, Total Coliform
Titik pengambilan sampel air berada di Desa Cimanggung dan Desa Dampit, kedua Desa ini sudah masuk ke wilayah dengan karakteristik perantara pedesaan dan perkotaan. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah COD, BOD, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Cimanggung dan Desa Dampit. Untuk nilai COD dan BOD terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Dampit dan Desa Cimanggung. Di kedua desa ini memang masih ditemukan kegiatan domestik yang dilakukan di pinggir sungai dan membuang limbahnya ke sungai.
9 Up Stream pabrik tekstil dan Desa Sindangpakuon TSS, DO, Total Titik pengambilan sampel air berada di Desa
KEMBARA CITARIK WANADRI
80
Stasiun Karakteristik Wilayah Wilayah Administratif Parameter tidak memenuhi baku
mutu
Permasalahan lingkungan yang berdampak langsung terhadap sungai
pertanian Kabupaten Sumedang Coliform Sindangpakuon, Desa ini sudah masuk ke wilayah dengan karakteristik perkotaan. Beberapa parameter tidak memenuhi baku mutu, yaitu adalah TSS, DO, dan Total Coliform. Total Coliform juga tidak memenuhi baku karena kegiatan sanitasi yang masih terbuang ke Sungai di Desa Sindanpakuon. Untuk nilai TSS terjadi karena akumulasi limbah domestik, hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kepadatan penduduk di Desa Sindangpakuon. Di Desa Sindanpakuon masih ditemukan masyarakat membuang limbah domestiknya ke sungai. Untuk parameter DO, Titik ini merupakan stasiun pertama yang nilai DO tidak memenuhi baku mutu air. Hal ini dikarenakan akumulasi dari limbah domestik yang dibuang ke sungai dan juga kegiatan industri skala kecil seperti tempe yang limbahnya dibuang ke sungai.
10 Up Stream pabrik tekstil dan pertanian
Secara wilayah administratif, stasiun-stasiun ini tidak masuk dalam pendataan kondisi masyarakat
TSS, pH, DO, BOD, COD, Total Coliform
--------------------------
11 Rumah tangga (Perkotaan) pH, DO, BOD, COD, Total Coliform
12 Up Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)
TSS, DO, BOD, Total Coliform
13 Down Stream masukan dari Sungai Cimande dan rumah tangga (Perkotaan)
TSS, pH ,DO, BOD, COD, Total Coliform
14 Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum) dan rumah tangga (Perkotaan)
TSS, DO, BOD, COD, Total P, Total Coliform
KEMBARA CITARIK WANADRI
81
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sub DAS Citarik Bagian Hulu berada di 7 Desa yang berada dalam wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut. Setiap daerah yang dilalui
oleh Sungai Citarik akan terlihat perubahan situasi dan kondisi dari Hulu Sungai hingga
bagian hilir. Pada bagian mata air yang berada di dalam lingkungan Taman Buru Masigit
Kareumbi, masih terlihat sebagai bentuk mata air yang alamiah dengan minimnya kegiatan
antropogenik. Di dalam Taman Buru Masigit Kareumbi ini terdapat dua buah pemukiman
yaitu Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong. Selepas dari TBMK terdapat dua buah Desa
yang menjadikan Sungai Citarik sebagai batas wilayah, kedua Desa tersebut adalah Desa
Sindulang dan Desa Tanjungwangi. Kedua Desa ini merupakan Desa dengan karakteristik
pedesaan dengan masih sedikit sentuhan kehidupan perkotaan. Masyarakat di kedua Desa
ini mayoritas bekerja sebagai petani. Di daerah tersebut merupakan tempat beradanya
Curug Cinulang yang merupakan destinasi wisata yang cukup terkenal.
Setelah Desa Sindulang, pada wilayah Kabupaten Sumedang terdapat Desa
Tegalmanggung. Desa ini masih memiliki karakterisitik pedesaan yang tidak jauh dengan
Desa Sindulang. Setelah Desa Tegalmanggung terdapat Desa Cimanggung, sedangkan
setelah Desa Tanjungwangi terdapat Desa Dampit. Untuk Desa Cimanggung dan Desa
Dampit sudah terlihat perbedaan karakteristik dengan kedua Desa sebelumnya. Desa
Cimanggung dan Desa Dampit sudah muncul karakteristik urban dengan adanya masyarakat
yang bekerja di pabrik dan memilih kerja ke daerah perkotaan. Setelah Desa Cimanggung,
ada Desa Sindangpakuon yang juga berbatasan dengan Desa Dampit melalui Sungai Citarik.
Desa Sindangpakuon merupakan Desa dengan karakteristik urban yang sangat kental.
Secara ekonomi Desa Sindangpakuon terbilang maju karena adanya 9 pabrik skala besar. Di
Desa Sindangpakuon juga berada Pasar Parakanmuncang yang merupakan satu-satunya
pasar yang berada di Kecamatan Cimanggung.
5.1.1 Kesimpulan Kualitas Air Sub DAS Citarik
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks STORET diketahui bahwa secara umum
Sungai Citarik berstatus cemar sedang dan cemar ringan dibandingkan dengn baku mutu air
kelas II. Tetapi dari setiap stasiun pengamatan memiliki beberapa perbedaan dari parameter
KEMBARA CITARIK WANADRI
82
yang tidak memenuhi baku mutu air. Total Coli form merupakan parameter yang selalu ada
menjadi parameter pencemar di seluruh stasiun pengamatan. Hal ini memang menjadi
sesuai dengan pengamatan permasalahan masyarakat yang masih membuang sisa
sanitasinya ke sungai, bahkan hal ini terjadi di pemukiman yang berada di dekat mata air
seperti Dusun Cimulu. Hanya saja pencemaran melalui Coli form juga terjadi di stasiun 1
yang merupakan stasiun pengamatan di tempat belum adanya kegiatan manusia /
antropogenik.
Di samping parameter BOD dan COD, yang tercemar di stasiun 1,2 dan 5 walaupun
diindikasikan merupakan sebuah anomali, parameter yang tercemar di wilayah hulu masih
sesuai dengan kondisi kegiatan manusia yang ada. TSS yang berada di bawah baku mutu air
untuk stasiun 2, diduga karena adanya partikel koloid yang terbawa dari dinding dan dasar
sungai yang masih merupakan tanah di lingkungan sedimentasi yang alami. Sedangkan
untuk PH yang berada di bawah baku mutu air untuk stasiun 4, dapat dipengaruhi oleh
kegiatan domestik yang limbahnya di buang ke sungai. Hal ini mengingat bahwa stasiun 4
berada di Dusun Leuwiliang yang merupakan pemukiman dengan kepadatan yang cukup
tinggi.
Semenjak stasiun 7, parameter BOD sudah mulai muncul sebagai parameter
pencemar tanpa dianggap sebagai anomali seperti di stasiun 1,2 dan 5. Sedangkan untuk
parameter COD, mulai muncul kembali sebagai parameter pencemar, tanpa dianggap
sebagai anomali adalah pada stasiun pengamatan 11.
Untuk parameter DO yang berada di bawah baku mutu air dimulai semenjak stasiun
9 yang berada pada Desa Sindangpakuon yang merupakan Desa dengan kepadatan
penduduk sangat tinggi. Semenjak stasiun 9, stasiun pengamatan selalu berada di wilayah
dengan karakteristik perkotaan, dan selalu memiliki DO sebagai parameter yang berada di
bawah baku mutu air. Semenjak stasiun 9 pun parameter yang berada di bawah baku mutu
air, yang kerap kali muncul,adalah TSS, BOD, COD, dan pH. Seperti juga parameter DO,
parameter-parameter ini juga dipengaruhi oleh akumulasi kegiatan domestik dan industri.
Semenjak stasiun 10, status baku mutu air sudah dipengaruhi oleh industri skala
besar. Di stasiun 10 sendiri terdapat penurunan drastis baku mutu air yang disebabkan oleh
COD dan BOD, hal ini baru terjadi kembali pada stasiun pengamatan 13 dan 14. Stasiun 10
sendiri merupakan stasiun pengamatan yang berada setelah pabrik tekstil. Sedangkan untuk
KEMBARA CITARIK WANADRI
83
stasiun 13 merupakan pertemuan Sungai Citarik dengan Sungai Cimande. Sungai Cimande
sendiri merupakan sungai yang banyak memiliki pabrik di sekitarnya. Untuk stasiun 14 yang
merupakan muara dari Sungai Citarik, terdapat Total Fosfat sebagai parameter pencemar,
yang dikarenakan akumulasi dari limbah-limbah di stasiun sebelumnya.
Pada dasarnya stasiun-stasiun pengamatan menghasilkan parameter pencemar dan
nilai status baku mutu air sesuai dengan kondisi wilayah sekitarnya. Di samping anomali
yang didapatkan di stasiun 1,2 dan 5, setiap stasiun juga terdapat parameter pencemar yang
mudah terprediksi. Setiap kegiatan antropogenik yang berubah secara berkala akan
berdampak pada status pencemaran sesuai dengan kondisi yang ada.
5.1.2 Kesimpulan Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R
untuk Pendataan Kualitas Air
Pada kegiatan ini, hasil pengukuran menggunakan Spektroradiometer CROPSCAN
MSR16R untuk Pendataan Kualitas Air belum dapat menghasilkan sebuah kesimpulan, tetapi
mencoba sebuah metode baru merupakan upaya yang erlu diapresiasi.
5.1.3 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Pemerintahan
Untuk permasalahan di ke 7 Desa di bagian Hulu Sungai Citarik selalu ditemui
keseragaman dari tindakan Pemerintahan tingkat Desa. Anggaran yang hanya sedikit
diluangkan untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dan kurangnya fasilitas dalam
pengelolaan lingkungan selalui ditemui. Fasilitas pengelolaan sampah yang berjalan dengan
partisipasi masyarakat yang berkelanjutan tidak berhasil ditemui di bagian Hulu Sungai
Citarik. Beberapa fasilitas pengelolaan sampah yang ditemui kebanyakan diantaranya telah
berhenti beroperasi. Pengangkutan sampah yang diteruskan kepada Tempat Pembuangan
Akhir hanya ditemui di TPS Pasar Parakanmuncang yang dikelola oleh Disperindag
Kabupaten Sumedang. Pada akhirnya kebanyakan TPS yang disediakan oleh pihak
pemerintahan hanya menjalankan solusi sampahnya dengan cara dibakar.
Permasalahan Sanitasi yang dibuang langsung ke Sungai Citarik juga selalu ditemui
di 7 Desa ini. Walaupun penduduk yang memiliki septic tank semakin banyak pada wilayah
urban seperti Desa Sindangpakuon, bukan berarti seluruh warga mampu memilikinya.
Permasalahan ekonomi dan tingkat pendidikan membuat pembuatan septic tank di rumah-
rumah masih belum menjadi prioritas. Untuk menanggapi hal ini masih sedikit walaupun
KEMBARA CITARIK WANADRI
84
ada usaha kecil dalam menyediakan sanitasi atau MCK komunal yang sisanya tidak dibuang
ke Sungai Citarik.
Permasalahan Tata Ruang dalam menjaga Ruang Terbuka Hijau juga selalu ditemui
sepanjang Sungai Citarik bagian Hulu. Setelah melewati Taman Buru Masigit Kareumbi,
masih selalu terlihat perubahan alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman dan bahkan
pabrik skala besar. Alih fungsi lahan secara masif sudah terjadi semenjak tahun 80an.
Beberapa diantaranya masih sering ditemui pembangunan yang berada langsung di bibir
sungai. Selain itu terlihat pula cukup banyak lahan kritis karena penebangan pohon secara
liar dan pengelolaan wilayah pertanian yang kurang baik. Beberapa hal ini memberikan
kontribusi terhadap bertambahnya erosi dan banjir yang sering terjadi di Sungai Citarik.
Untuk menanggulangi banjir yang terus berulang pada akhirnya pemerintah perlu
membangun fasilitas-fasilitas seperti bronjong dan dinding penahan sungai.
Beberapa pembangunan seperti perumahan umum dan DAM bahkan mengundang
potensi konflik di antara masyarakat. Bahkan beberapa titik pembangunan perumahan
umum dicurigai berada di zona hijau dan tidak memenuhi aturan 30% ruang terbuka hijau.
Sosialisasi dan komunikasi terhadap pembangunan-pembangunan ini tidak terlalu berjalan
baik sehingga muncul kecurigaan di mata masyarkat.
Upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah belum terlihat memiliki integrasi
antar Lembaga. Pemerintah tingkat Desa terkadang harus bekerja independen tanpa arahan
dan beberapa diantaranya hanya menunggu bantuan dari pemerintah di tingkat yang lebih
tinggi. Hal ini terlihat di Desa Sindangpakuon, Disperindag Kabupaten Sumedang terpaksa
membayar biaya angkut sampah warga karena tidak adanya TPS di tingkat Kecamatan.
Program Ecovillage selalu menjadi sorotan di berbagai Desa, karena pada beberapa
waktu lalu telah memberikan harapan lebih untuk masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan. Program yang diinsiasi oleh Pemerintahan Jawa Barat ini ada di seluruh Desa
wilayah Hulu Sungai Citarik kecuali Desa Balubur Limbangan (Dusun Cimulu) dan Desa
Sindangpakuon. Hanya saja terjadi pula masalah yang seragam di seluruh Ecovillage ini,
dengan semakin berkurangnya kader-kader Ecovillage yang aktif. Pada saat dana
pemerintahan sudah tidak mengalir, dengan harapan adanya inisiatif independen dari warga
dan Kader Ecovillage, program ini seperti perlahan-lahan menghilang. Hanya sedikit dari
KEMBARA CITARIK WANADRI
85
kader-kader Ecovillage yang masih aktif dan terus membimbing masyarakat untuk
mengelola lingkungan.
5.1.4 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Masyarakat
Secara umum perilaku masyarakat masih terlihat seragam di 7 Desa yang berada di
Hulu Sungai Citarik dalam mengelola dan menjaga lingkungan Sungai Citarik. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya permasalahan pengelolaan sampah dan sanitasi selalu ditemui
di setiap daerah ini. Perilaku yang pasif dari masyarakat dan tidak menganggap lingkungan
sebagai permasalahan prioritas, membuat pengelolaan lingkungan berjalan lambat.
Kebanyakan masyarakat masih menunggu bantuan dan fasilitas dari pemerintah untuk
memulai inisiatif pengelolaan lingkungan. Keberlanjutan yang tidak terjaga juga membuat
masyarakat pada akhirnya akan meninggalkan upaya-upaya yang telah dilakukan
sebelumnya. Sebagai contohnya pada saat Ecovillage sudah tidak berjalan efektif, begitu
pula dengan kegiatan warga untuk menjaga lingkungannya.
Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat saat ini kebanyakan masih berbasis
individu atau rumah tangga. Pembakaran sampah dan penggunaan kolam ikan untuk
sanitasi saat ini masih jadi solusi terdekat untuk mengurangi dampak lingkungan. Beberapa
kegiatan komunal untuk mengatasi permasalahan lingkungan terkadang dapat ditemui di
beberapa titik. Salah satu diantaranya adalah pembangunan MCK komunal untuk
masyarakat yang tidak memiliki MCK. Di sisi lain untuk kegiatan ekonomi masyarakat yang
berdampak lingkungan juga sudah ada solusi-solusi kecil untuk permasalahan lingkungan.
Beberapa diantaranya adalah pembuatan kompos untuk pertanian dari sisa peternakan dan
penggunaan kolam ikan lele untuk mereduksi sisa pembuatan tahu. Hanya saja kegiatan
tersebut masih sedikit yang mampu memberikan dampak ekonomi lebih.
Ada pula beberapa kegiatan warga yang sering dilakukan dan berdampak pada
kondisi fisik Sungai Citarik. Beberapa diantaranya adalah masih adanya penebangan pohon
yang dilakukan sehingga membuat beberapa lahan kritis yang tidak mampu menyerap air
hujan. Selain itu banyak pula masyarakat yang membangun rumah di bantaran Sungai dan
Anak Sungai Citarik. Hal-hal tersebut tentunya menjadi penyebab erosi, pendangkalan dan
penyempitan sungai,yang pada akhirnya akan berdampak dengan terjadinya banjir.
Sepanjang Sungai Citarik ini sebenarnya sudah terlihat potensi untuk
pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan. Organisasi-organisasi di lingkungan
KEMBARA CITARIK WANADRI
86
masyarakat sudah cukup banyak yang terlihat aktif di beberapa titik. Organisasi-organisasi
seperti Karang Taruna, Remaja Masjid, Pesantren, dan perkumpulan petani terkadang sudah
memulai inisiatif kecil dalam pengelolaan lingkungan. Adapula masyarakat yang sudah
berusaha melakukan penghijauan di kawasan Sungai Citarik, seperti yang dilakukan di Desa
Dampit dengan inisiasi Ecovillage dan dilanjutkan oleh masyarakat sekitar. Beberapa inisiatif
tersebut bahkan dilakukan untuk menjawab kurangnya sentuhan pengelolaan lingkungan
dari pihak pemerintah.
5.1.5 Kesimpulan Permasalahan di Tingkat Industri
Industri skala besar hanya ditemui di Desa Sindangpakuon, dengan jumlah
sebanyak 9 pabrik. Permasalahan yang muncul dari industri tersebut adalah permasalahan
limbah yang dibuang ke sungai dan permasalahan tata ruang dalam pembangunan pabrik-
pabrik tersebut. Keberadaan pabrik-pabrik terkadang menjadi polemik di mata masyarakat,
karena pabrik tersebut berhasil membuka lapangan pekerjaan tetapi di samping itu
berdampak buruk untuk lingkungan. Banyak masyarakat yang masih mengeluhkan
kurangnya transparansi dari industri yang ada tersebut, terutama dalam permasalahan
lingkungan.
Pabrik-pabrik yang berada di DAS Citarik ini masih dicurigai membuang limbahnya
ke sungai secara berkala. Indikasi ini semakin kuat dengan banyaknya informasi dari warga
mengenai titik-titik pipa pembuangan yang tersembunyi. Selain itu banyak masyarakat yang
mencurigai pembuangan limbah pada saat terjadinya hujan. Ada pula beberapa posisi pabrik
yang pembangunannya menyebabkan penyempitan sungai, sehingga daerah sekitarnya
sering terjadi banjir.
5.2 Saran dan Rekomendasi
Untuk menyelesaikan segala permasalahan Sub DAS Citarik dan lingkungan
sekitarnya ada beberapa rekomendasi yang telah dipertimbangkan dari berbagai aspek.
Rekomendasi ini dibuat secara umum untuk keseluruhan Sub DAS Citarik Bagian Hulu.
Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan lingkungan di Sub DAS
Citarik Bagian Hulu
KEMBARA CITARIK WANADRI
87
5.2.1 Saran Pemantauan Kualitas Air
Pemantuan guna penilaian kualitas air sebaiknya dilakukan secara rutin dengan
selang waktu tertentu sehingga perubahan yang terjadi dapat terdeteksi dengan cepat.
Selain melakukan pemantauan kualitas air,juga perlu dilakukan perhitungan kemampuan
sungai untuk menerima beban pencemar (Carrying Capacity) tanpa merubah kualitas sungai
tersebut. Dengan mengetahui kualitas air dan Carrying Capacity sungai dapat membantu
strategi pengelolaan DAS. Terjaganya Sub DAS Citarik akan mengurangi beban dan
mempercepat pemulihan Sungai Citarum
5.2.2 Saran Pengindraan Jauh dengan Spektroradiometer CROPSCAN MSR16R untuk
Pendataan Kualitas Air
Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antar parameter
dan metoda yang digunakan. Selain pengecekan terhadap hasil sampling air di laboratorium,
proses perekaman citra menggunakan drone hyperspectral juga perlu dilakukan untuk dapat
menghasilkan keluaran berupa peta kualitas air.
5.2.3 Saran dan Rekomendasi di Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur
Limbangan Kabupaten Garut dan Kampung Cigumentong Desa Sindulang
Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang
5.2.3.1 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat (Rekomendasi di tingkat
masyarakat dan pemerintahan)
Permasalahan Sampah di Dusun Cimulu dan Cigumetong dapat dilakukan dengan
melakukan kerjasama antara masyarakat, pemerintahan Desa dan pengelola TBMK.
Pembangunan fasilitas pengelolaan sampah yang terpusat dengan bantuan tenaga
masyarakat untuk mengelolanya dapat menjadi solusi berkelanjutan. Terlebih lagi TBMK
yang sudah mulai terbentuk menjadi fasilitas wisata perlu terus menjaga lingkungannya dan
mengedukasi pengunjung dalam pembuangan sampah
5.2.3.2 Pembangunan sanitasi komunal untuk Masyarakat (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Kurangnya pengetahuan dan kemampuan ekonomi membuat masyarakat
melakukan kegiatan sanitasinya langsung ke Sungai. Dengan adanya fasilitas dan sosialisasi
KEMBARA CITARIK WANADRI
88
dari pemerintah dapat mengarahkan masyarakat Dusun Cimulu dan Kampung Cigumentong
untuk melakukan kegiatan sanitasi di fasilitas yang tersedia.
5.2.3.3 Sinergisasi Pendidikan lingkungan yang terintegrasi dengan masyarakat,
pemerintah dan TBMK (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Dengan sudah adanya kader Ecovillage dan ditetapkannya Kampung adat di
Kampung Cigumentong dapat menjadi langkah awal untuk membentuk masyarakat
pedesaan yang sadar lingkungan. TBMK sebagai hutan yang sudah dilirik oleh masyarakat
umum untuk kegiatan pariwisata juga memiliki potensi tinggi untuk pengelolaan lingkungan.
Sinergisasi ini dapat diarahkan untuk membentuk program pendidikan lingkungan terhadap
masyarakat umum yang ditargetkan kepada para wisatawan. Kegiatan ini dapat pula
diarahkan untuk mengundang pengunjung dari berbagai daerah luar bahkan perkotaan.
5.2.4 Saran dan Rekomendasi di Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten
Bandung
5.2.4.1 Pembuatan Greenbelt (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Perubahan DAS Citarik sangat dirasakan oleh warga salah satunya semakin
menyempitnya badan sungai, sudah berkurangnya ikan, serta sering terjadinya banjir jika
curah hujan tinggi. Untuk mengatasinya salaha solusi adalah dengan dibuatnya greenbelt di
sempadan DAS Citarik untuk wilayah tanjungwangi. Fungsi greenbelt sendiri selain
memulihkan biota sungai juga untuk menjaga sedimentasi dari tanah bibir sungai dan juga
mengurangi pembuangan sampah di sempadan sungai oleh warga yang sering terjadi di
wilayah ini.
5.2.4.2 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan
(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Seperti Biogas, hasil wawancara dan observasi di wilayah tanjungwangi kebanyakan
warga sering membuang sampah organik di DAS citarik. Selain sampah rumah tangga,
mayoritas warga juga pembuangan sanitasi nya langsung ke sungai, maka Biogas sendiri bisa
diterapkan di sini. Selain untuk mengurai limbah rumah tangga dan sanitasi, biogas juga
berguna untuk mengurangi kebutuhan masyarakat akan tabung gas elpiji.
KEMBARA CITARIK WANADRI
89
5.2.4.3 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat atau IPAL komunal (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan dan masyarakat)
Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran
Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah
tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank
komunal untuk menanggulangi hal tersebut.
5.2.5 Saran dan Rekomendasi di Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten
Bandung
5.2.5.1 Sosialisasi dan Komunikasi pembangunan DAM (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan dan masyarakat)
Pembangunan DAM telah menjadi polemik yang disorot oleh warga. Perlunya
kejelasan informasi dari berbagai pihak, dapat dimulai dari pihak pemerintah desa. Hal ini
dilakukan agar pemerintah desa menjadi mediator dan fasilitator dengan masyarakat. Selain
itu untuk menghindari ketidakjelasan kabar yang dapat dimanfaatkan oleh oknum sehingga
menimbulkan konflik.
5.2.5.2 Pembenahan Lahan Kritis (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan
masyarakat)
Desa Dampit memiliki permasalahan yang cukup besar mengenai banyaknya lahan
kritis, hal ini dapat menyebabkan erosi dan air yang tidak terserap oleh tanah. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pembinaan terhadap warga Desa Dampit. Desa
Dampit telah memiliki potensi dalam hal tersebut karena kader Ecovillage yang aktif, Kang
Asep merupakan tenaga penyuluh Kabupaten, dapat memberikan akses untuk
mendapatkan bibit pohon untuk ditanami di lahan kritis.
5.2.6 Saran dan Rekomendasi di Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang
5.2.6.1 Pembangunan Fasilitas Pengelolaan Sampah yang terintegrasi Masyarakat
(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Pihak pemerintahan Desa Sindulang harus menyediakan tempat pembuangan
sampah di setiap Dusun, serta adanya campur tangan dari pemerintahan kabupaten
Sumedang untuk pengolahan sampah. Selain itu Masyarakat juga harus diberi penyuluhan
KEMBARA CITARIK WANADRI
90
tentang pengolahan sampah yang bisa menjadikan peluang ekonomi agar pengolahan
sampah tetap berjalan.
5.2.6.2 Pembangunan sanitasi komunal untuk Masyarakat (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Masyarakat Desa Sindulang masih membuang sisa sanitasinya secara langsung ke
Sungai Citarik dengan menggunakan pipa-pipa. Dengan adanya fasilitas dan sosialisasi dari
pemerintah dapat mengarahkan masyarakat Desa Sindulang untuk melakukan kegiatan
sanitasi di fasilitas yang tersedia.
5.2.6.3 Optimalisasi fungsi Lembaga untuk melakukan Sosialisasi mengenai lingkungan
(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Adanya sosialisasi tentang lingkungan agar masyarakat tetap menjaga
keberlangsungan sungai citarik seperti penyuluhan atau pengarahan tentang dampak dari
menjaga lingkungan dan dampak dari mengabaikan lingkungan di setiap Dusun. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan memasukan permasalahan lingkungan sebagai program prioritas
dari Pemerintahan tingkat Desa.
5.2.6.4 Pengelolaan Wisata berbasis Lingkungan (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan
pemerintahan)
Sungai Citarik saat ini telah dijadikan tempat Wisata Air seperti adanya Wahana
Tubbing yang di kelola oleh masyarakat Sindulang guna mendorong perekonomian warga
sekitar. Selain itu dalam pengelolaan Kawasan wisata ini tentunya kualitas air Sungai Citarik
yang digunakan perlu dijaga. Dengan adanya wisata yang maju, perhatian terhadap
lingkungan dapat ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan kualitas kepada para
wisatawan. Kegiatan ini dapat berfungsi untuk mendidik para pelaku wisata dan wisatawan
yang dating ke Sungai Citarik.
5.2.7 Saran dan Rekomendasi di Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung
Kabupaten Sumedang
5.2.7.1 Sosialisasi dan Komunikasi Tata Ruang (Rekomendasi di tingkat pemerintahan
dan masyarakat)
Pembangunan dua Perumahan diindikasikan oleh beberapa elemen masyarakat
berada di kawasan Zona Hijau. Perlunya komunikasi antara warga, developer dan
KEMBARA CITARIK WANADRI
91
pemerintah Desa tentang perizinan perumahan yang telah terjadi. Selain itu pemerintah
perlu memastikan bahwa setiap izin yang telah diberikan berada pada kawasan yang sesuai
untuk dibangun. Hal ini dibutuhan untuk mencegah potensi konflik.
5.2.7.2 Pengelolaan dan Pencegahan Lahan Kritis (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Dibutuhkannya aturan yang ketat mengenai pencegahan lahan kritis seperti
mencegah penebangan liar dan pengaturan terhadap alih fungsi lahan. Hal ini berkaitan
dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, karena RTH mampu mencegah terjadinya lahan
kritis.
5.2.7.3 Pengelolaan Sampah Berbasis Ekonomi dan Pendidikan (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan dan masyarakat)
Pendekatan Ekonomi dapat menjadi salah satu bentuk pengelolaan sampah seprti
dengan cara dibuatkan Bank Sampah dan bagaimana pengelolaannya. Jika dilakukan secara
tepat Sampah yang telah terkelola di dalam Bank Sampah dapat memeiliki nilai lebih,
terutama setelah ditemukannya market untuk menjual hasil tersebut. Selain itu
diperlukannya pendampingan oleh pemerintah/Volunteer berupa pendidikan lingkungan
agar masyarakat lebih terdidik soal lingungan dan pengelolaan sampah.
5.2.7.4 Pengelolaan Kain Perca (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan masyarakat)
Pembuatan produk dari sisa kain konveksi dapat dilakukan oleh ibu-ibu PKK
setempat. Hal ini dapat dilakukan agar sisa kain bisa lebih bermanfaat dan bisa
menghasilkan nilai ekomomi lebih.
5.2.8 Saran dan Rekomendasi di Desa Cimanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten
Sumedang
5.2.8.1 Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan DAS Citarik
(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Perlunya sebuah kajian tata ruang di tingkat Kabupaten dan Provinsi untuk
mengatur Ruang Terbuka Hijau. Daerah Sungai Citarik merupakan daerah serapan hujan di
wilayah Bandung Raya, Ruang Terbuka Hijau dan daerah serapan air dapat menjadi jawaban
atas banjir berkala yang terus terjadi. Dari hasil observasi di Desa Cimanggung semakin
banyak pembukaan lahan yang digunakan untuk pengunaan pemukiman masyarakat. Hal
tersebut bisa menjadi potensi berkurangnya resapan air kedalam tanah ketika musim hujan.
KEMBARA CITARIK WANADRI
92
5.2.8.2 Tupoksi dan Pemberian Fasilitas Pengelolaan Sampah (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Perlunya sebuah fasilitas pengelolaan sampah terpusat di tingkat Desa maupun
Kecamatan. Penambahan TPS dapat menjadi solusi sampah Dalam hal ini TPS di Desa
Cimanggung belum bisa menampung hasil sampah dari seluruh masyarakat karena TPS yang
sudah ada hanya bisa menampung 4 RW saja dari 24 RW. Hal ini dibutuhkan untuk
mengatur pengelolaan sampah berjenjang sebelum masuk ke TPA. Jumlah sampah yang
masuk ke dalam TPA dapat dikurangi karena telah adanya sampah yang dikelola. Dengan
masuknya Tupoksi pengelolaan sampah ke pemerintahan tingkat Desa dan Kecamatan,
alokasi anggaran pemerintahan daerah dapat disisihkan untuk pengelolaan sampah.
5.2.8.3 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan
(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Untuk daerah urban dan padat penduduk, pengelolaan sampah tidak bisa langsung
dilakukan oleh masyarakat karena tingkat kesibukan masyarakat yang sudah lebih tinggi
dibandingkan daerah rural. Saat ini Eco village yang diterapkan di Desa Cimanggung tidak
berjalan begitu baik. Pengelolaan sampah yang dikelola pemerintahan dan dibantu oleh
masyarakat dapat menjadi solusinya. Dengan memanfaatkan pemerintahan tingkat RW
untuk mengasistensi kegiatan masyarakat dalam mengelola sampahnya dapat mengurangi
beban pemerintahan tapi juga membangun kemandirian masyarakat. Kegiatan ini tidak
perlu adanya lembaga baru tapi dapat memanfaatkan kerjasama antara pemerintahan dan
organisasi masyarakat seperti Karang Taruna atau Remaja Masjid.
5.2.8.4 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat di RW 2 dan 3 (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran
Sungai Citarik terutama RW 2 dan 3 Desa Cimanggung.beban pencemar sungai karena
kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas
sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank komunal untuk menanggulangi hal tersebut.
KEMBARA CITARIK WANADRI
93
5.2.9 Saran dan Rekomendasi di Desa SindangpakuonKecamatan Cimanggung
Kabupaten Sumedang
5.2.9.1 Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau di kawasan DAS Citarik
(Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Perlunya sebuah kajian tata ruang di tingkat Kabupaten dan Provinsi untuk
mengatur Ruang Terbuka Hijau. Daerah Sungai Citarik merupakan daerah serapan hujan di
wilayah Bandung Raya, Ruang Terbuka Hijau dan daerah serapan air dapat menjadi jawaban
atas banjir berkala yang terus terjadi
5.2.9.2 Tupoksi dan Fasilitas Pengelolaan Sampah (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Perlunya sebuah fasilitas pengelolaan sampah terpusat di tingkat Desa maupun
Kecamatan. Hal ini dibutuhkan untuk mengatur pengelolaan sampah berjenjang sebelum
masuk ke TPA. Jumlah sampah yang masuk ke dalam TPA dapat dikurangi karena telah
adanya sampah yang dikelola. Dengan masuknya Tupoksi pengelolaan sampah ke
pemerintahan tingkat Desa dan Kecamatan, alokasi anggaran pemerintahan daerah dapat
disisihkan untuk pengelolaan sampah.
5.2.9.3 Pengelolaan Sampah yang berbasis Masyarakat dengan asistensi Pemerintahan
(Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Untuk daerah urban dan padat penduduk, pengelolaan sampah tidak bisa langsung
dilakukan oleh masyarakat karena tingkat kesibukan masyarakat yang sudah lebih tinggi
dibandingkan daerah rural. Konsep eco village yang diterapkan di Desa bagian Hulu Citarik
tidak akan berjalan begitu baik di Desa Sindangpakuon. Pengelolaan sampah yang dikelola
pemerintahan dan dibantu oleh masyarakat dapat menjadi solusinya. Dengan
memanfaatkan pemerintahan tingkat RW untuk mengasistensi kegiatan masyarakat dalam
mengelola sampahnya dapat mengurangi beban pemerintahan tapi juga membangun
kemandirian masyarakat. Kegiatan ini tidak perlu adanya lembaga baru tapi dapat
memanfaatkan kerjasama antara pemerintahan dan organisasi masyarakat seperti Karang
Taruna atau Remaja Masjid.
KEMBARA CITARIK WANADRI
94
5.2.9.4 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran
Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah
tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank
komunal untuk menanggulangi hal tersebut.
5.2.9.5 Sistem Pengelolaan Sanitasi Terpusat (Rekomendasi di tingkat pemerintahan dan
masyarakat)
Untuk pemukiman padat dengan kelas ekonomi bawah yang berada di bantaran
Sungai Citarik beban pencemar sungai karena kurangnya fasilitas sanitasi terasa sangatlah
tinggi. Pemerintah dapat memberikan fasilitas sanitasi terpusat seperti MCK dan septic tank
komunal untuk menanggulangi hal tersebut. Untuk pendanaan,pemerintah dan masyarakat
dapat memanfaatkan dana-dana CSR terutama untuk perusahana yang berada di
Kecamatan Cimanggung.
5.2.9.6 Transparansi Pengelolaan Limbah Industri (Rekomendasi di tingkat industri,
masyarakat dan pemerintahan)
Untuk pabrik-pabrik yang berada di Desa Sindangpakuon perlu melaporkan
transparansi anggaran, teknologi, waktu, dan jumlah limbah yang dibuang oleh pabrik.
Transparansi ini dapat diawasi langsung oleh masyarakat dan pemerintah dengan membuat
sebuah sistem pengawasan limbah yang dibuang ke sungai. Untuk memperkuat hal tersebut
dapat dibuat lembaga gabungan antara masyarakat, NGO dan pemerintahan untuk
mengawasi perilaku pengelolaan limbah industri.
5.2.9.7 Pendanaan CSR terkonsentrasi (Rekomendasi di tingkat industri , masyarakat dan
pemerintahan)
Desa Sindangpakuon merupakan tempat bermukimnya 9 pabrik skala besar.
Kecamatan Cimanggung sendiri merupakan penyumbang PAD terbesar di Kabupaten
Sumedang. Pemerintah danmasyarakat terkait dapat mengarahkan CSR untuk perusahaan
yang ada di Kecamatan Ciamanggung untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
daerah tersebut.
KEMBARA CITARIK WANADRI
95
5.2.10 Saran dan Rekomendasi di Sub DAS Citarik secara Keseluruhan
5.2.10.1 Pengamatan Mutu Air Sub DAS CItarik dari Mata Air (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Dengan sudah dilakukannya pengamatan mutu air pada Ekspedisi Kembara Citarik,
diperlukannya sebuah penelitian berkelanjutan. Saat ini sudah ada 3 stasiun pengamatan
Sungai Citarik di bagian hilir yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bandung. Pertambahan stasiun pengamatan ini dapat melengkapi analisis terhadap
permasalahan Sungai CItarik. Dengan dilihatnya kualitas air Sungai Citarik secara
berkelanjutan dari mata air, dapat terus terlihat bagaimana perkembangan Sungai Citarik
dalam mengahadapi permasalahan limbah pada tahun-tahun kedepannya. Hal ini menjadi
tantangan bagi pemerintahan dan masyarakat untuk menjaga kualitas air Sungai Citarik
semenjak bagian hulu.
5.2.10.2 Pembuatan Grand Design dan Kajian Tata Ruang mengenai Ruang Terbuka Hijau
di kawasan DAS Citarik (Rekomendasi di tingkat pemerintahan)
Sub DAS Citarik merupakan permasalahan yang berada di tingkat Provinsi, karena
posisinya yang berada di tiga kabupaten. Sungai Citarik juga merupakan ekosistem yang
krusial untuk masyarakat Bandung Raya karena memberikan supply air untuk wilayah
tersebut. Semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di Bagian Hulu Sub DAS Citarik akan
berdampak terhadap permasalahan air dan banjir di wilayah Bandung Raya. Dengan potensi
awal karena Taman Buru Masigit Kareumbi telah terbentuk untuk menjaga serapan air di
daerah tersebut, seharusnya optimalisasi Ruang Terbuka Hijau di Bagian Hulu Sungai Citarik
dapat terlaksana. Kajian Tata Ruang untuk menjaga Ruang Terbuka Hijau diharapkan dapat
menyentuh keseluruhan wilayah tersebut dan menjadi payung hukum dalam penegakan
tata ruang yang sesuai. Selain itu dengan adanya Kajian Tata Ruang yang di sosialisasikan
dengan baik ke mata masyarakat diharapkan dapat mengurangi potensi konflik yang terjadi
karena perubahan alih fungsi lahan.
5.2.10.3 Tupoksi dan Fasilitas Pengelolaan Lingkungan (Rekomendasi di tingkat
pemerintahan)
Kegiatan pengelolaan lingkungan seperti menjaga ruang terbuka hijau, pengelolaan
sampah dan fasilitas sanitasi dapat ditempatkan menjadi prioritas di tingkat Pemerintahan
KEMBARA CITARIK WANADRI
96
Desa. Permasalahan Integrasi dan koordinasi antara Lembaga yang bersangkutan selalu
menjadi alasan kurangnya inisiatif pemerintahan. Dengan ditambahkannya tupoksi dan
diluangkannya anggaran di tingkat pemerintahan Desa, dapat menjadi titik awal
pengelolaan lingkungan.
5.2.10.4 Pengelolaan dan Pendidikan Lingkungan yang berbasis Masyarakat dengan
asistensi Pemerintahan (Rekomendasi di tingkat masyarakat dan pemerintahan)
Pengelolaan lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak dapat terjadi jika
masyarakat tidak ikut serta dalam usaha yang dilakukan. Kegiatan pendidikan lingkungan
dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai Lembaga dan organisasi yang ada di
masyarakat. Pendidikan lingkungan dapat seharusnya dilakukan sejak dini di sekolah-
sekolah, yang dilanjutkan di organisasi pemuda seperti remaja masjid dan Karang Taruna.
Masyarakat di wilayah sekitar Sub DAS Sungai Citarik sudah mengenal dengan baik
organisasi yang ada di masyarkat seperti Karang Taruna dan Gapoktan. Selain itu kegiatan
keagamaan juga dapat dimanfaatkan karena masyarakat daerah pedesaan masih dekat
dengan lingkungan keagamaan seperti Pesantren dan Remaja Masjid. Pengelolaan
lingkungan yang berbasis ekonomi dengan melihat kerjasama dengan kegiatan masyarakat
juga dapat menjadi kegiatan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan
pembelajaran Ecovillage yang sudah tidak berjalan dengan efektif, maka kegiatan
pengelolaan masyarakat berbasis lingkungan dapat mengintegrasikan dengan Lembaga dan
organisasi masyarakat yang ada.
5.2.10.5 Transparansi Pengelolaan Limbah Industri (Rekomendasi di tingkat industri,
masyarakat dan pemerintahan)
Permasalahan Limbah menjadi masalah utama. Keberadaan pabrik-pabrik yang
berada di Sub DAS Citarik diduga menjadi penyebabnya. Tingkat kepercayaan masyarakat
mengenai pengelolaan limbah terhadap pabrik-pabrik tersebut sudah menurun. Karena itu
pabrik-pabrik yang berada di kawasan Sub DAS Citarik perlu melaporkan transparansi
anggaran, teknologi, waktu, dan jumlah limbah yang dibuang oleh pabrik langsung ke
masyarakat. Transparansi ini dapat diawasi langsung oleh masyarakat dan pemerintah
dengan membuat sebuah sistem pengawasan limbah yang dibuang ke sungai. Untuk
KEMBARA CITARIK WANADRI
97
memperkuat hal tersebut dapat dibuat lembaga gabungan antara masyarakat, NGO dan
pemerintahan untuk mengawasi perilaku pengelolaan limbah industri.
KEMBARA CITARIK WANADRI
98
BAB 6 PENUTUP
Demikian laporan ini kami susun, sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban
guna menyelesaikan kegiatan ini. Kami harap laporan ini dapat bermanfaat bagi Wanadri
khususnya dan bagi pengelolaan sungai-sungai di Indonesia umumnya.
KEMBARA CITARIK WANADRI
99
DAFTAR PUSTAKA
Akilandeswari, S., & Adline, M. H. (2013). Prediction of BOD Values in Engineering Work
Industrial Effluent by Anfis Modeling. International Journal of Research in Pure and
Aplied Physics, 3(2), 7-9.
Buchari, Arka, I. W., Putra, K. G., & Dewi, I. (2001). Kimia Lingkungan. Jakarta: DJPT.
Christensen, V. G., Lee, K. E., McLees, J. M., & Niemela, S. L. (2011). Relations Between
Retired Agricultural Land Water Quality and Aquatic Community Health Minnesota
River Basin. Journal of Environmental Quality, 41, 1459-1472.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan.
YOGYAKARTA: KANISIUS.
Effendi, H., Kristianiarso, A. A., & Adiwilaga, E. M. (2013). Karakteristik Kualitas Air Sungai
Cihideung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Ecolab, 7(2), 49-108.
Fardiaz, S. (1992). Polusi Air dan Polusi Udara. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB.
Fatoki, O. (2009). Water Issue in Africa: South Africa Perspective. Special Lecture (p. 5).
Ilorin: Faculty of Science University of Ilorin.
Mason, C. F. (1981). Biology of Freshwater Pollution. New York: Longman.
Mauna, R. B., Ma'aruf, I., & Ningrum, T. P. (2015). Kandungan Kromium (Cr) pada Limbah
Cair dan Air Sungai serta Keluhan Kesehatan Masyarakat di Sekitar Industri
Elektroplating (Studi di Industri Elektroplating X Kelurahan Tegal Besar Kecamatan
Kaliwates Kabupaten Jember). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa, -.
Naubi, I., Zardari, N. H., Shirazi, S. M., Ibrahim, N., & Baloo, L. (2016). Effectiveness of Water
Quality Index for Monitoring Malaysian River Water Quality. Polish Journal of
Environmental Studies, 25(1), 231-239.
Niemi, J., & Raateland , A. (2007). River water quality in the Finnish Eurowaternet. Boreal
Environmental Research(12), 571-584.
Nurdin, M. (2011). Evaluasi Respon Sensor Chemical Oxygen Demand Terhadap Surfaktan
Linier Alkil Sulfonat. Majalah Farmasi dan Farmakologi., 15(1), 53-56.
KEMBARA CITARIK WANADRI
100
Priyambada, I. B., Oktiawan, W., & Suprapto, R. P. (2008). Analisa Pengaruh Perbedaan
Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemar BOD Sungai (studi kasus Sungai
Serayu Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi, 5(2), 55-62.
Ridwan, M. (2016). Analisis Beban Pencemar Sungai Ciapus Sebagai Bahan Baku Pengolahan
Air Bersih di Kampus IPB Dramaga Bogor (SKRIPSI ed.). BOGOR: IPB.
Saeni, M. S. (1989). Kimia Lingkungan. Bogor: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati IPB.
Saraswati, S. P., Sunyoto, Kironoto, B. A., & Hadisusanto, S. (2014). Kajian Bentuk dan
Sensitivitas Rumus Indeks PI STORET CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan
Sungai Tropis di Indonesia. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2), 129-142.
Secchi, S., Gassman, P. W., Jha, M., Kurkalova, L., & King, C. L. (2011). Potential Water
Quality Changes Due to Corn Expansion in the Upper Mississippi River Basin.
Ecological Society of America Journal, 21(4), -.
Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia.
Sutrisno, C. T., & Suciastuti. (1996). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Tebbut, T. (1992). Principles of Water Quality Control (4th ed.). Oxfor: Pergamon Press.
Vigil, K. (2003). Clean Water (2nd ed.). Corvalis: Oregon State University Pres.
Walukow, A. F. (2010). Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet di Danau Sentani
Jaya Puta Propinsi Papua. Berita Biologi, 10(3), 277-281.
KEMBARA CITARIK WANADRI
101
LAMPIRAN
KEMBARA CITARIK WANADRI
102
Lampiran 1. Peta Lokasi Kegiatan
KEMBARA CITARIK WANADRI
103
KEMBARA CITARIK WANADRI
104
KEMBARA CITARIK WANADRI
105
KEMBARA CITARIK WANADRI
106
Lampiran 2. Stasiun Pengambilan Contoh Kualitas Air
Stasiun Wilayah Administratif Koordinat Dasar Penentuan Stasiun Foto
01 Dusun Cimulu Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.
107.92870 BT -6.953918 LS
Lokasi di hulu sungai (ordo 2), belum ada kegiatan antropogenik (asumsi belum ada beban pencemar)
02
Perbatasan antara Dusun Cigumentong Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.92125 BT -6.948461 LS
Kegiatan disekitar sungai adalah perdesaan (hanya 4 kk) dan pertanian konvensional (asumsi beban pencemar dari rumah tangga dan pertanian)
03
Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung dan Desa Pangeureunan Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat
107.91463 BT -6.952720 LS
Stasiun ini merupakan titik masuknya Sungai Cimulu kedalam Sungai Citarik. Kegiatan Sekitar sungai adalah kandang rusa, dan kegiatan penunjang wilayah konservasi, serta adanya masukan dari sungai cimulu (asumsi beban pencamar dari kandang rusa dan masukan dari Sungai Cimulu)
KEMBARA CITARIK WANADRI
107
04
Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.90224 BT -6.952625 LS
Kegiatan disekitar sungai adalah perdesaan dan pertanian (asumsi beban pencemar dari rumah tangga dan pertanian)
05
Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.88313 BT -6.962452 LS
Kegiatan setelah stasiun ini (Up stream) adalah wisata Curug Cinulang (stasiun 5 dan 6 untuk melihat dampak kegiatan pariwisata terhadap kualitas air sungai)
06
Perbatasan antara Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Tanjung Wangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.88001 BT -6.961049 LS
Kegiatan sebelum stasiun ini (Down Stream) adalah wisata Curug Cinulang (asumsi beban pencemar dari kegiatan pariwisata; stasiun 5 dan 6 untuk melihat dampak kegiatan pariwisata terhadap kualitas air sungai)
KEMBARA CITARIK WANADRI
108
07
Perbatasan antara Desa Tegalmanggung Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.85608 BT -6.967256 LS
Kegiatan disekitar sungai adalah pertanian (asumsi beban pencemar dari pertanian)
08
Perbatasan antara Desa Sindangpakuon Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang dengan Desa Dampit Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.83954 BT -6.969163 LS
Tempat pembuangan sampah (menurut informasi warga sekitar, TPS ini adalah milik dari salah satu pabrik yang terdapat di Jalan Nasional III (Rancaekek – Garut) (asumsi beban pencemar dari TPS)
09
Perbatasan antara Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka dengan Desa Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.83152 BT -6.969208 LS
Up Stream pabrik tekstil PT. Yakjin Jaya Indonesia (stasiun 9 dan 10 untuk melihat dampak kegiatan pabrik tekstil terhadap kualitas air sungai)
KEMBARA CITARIK WANADRI
109
10
Perbatasan antara Desa Panenjoan Kecamatan Cicalengka dengan Desa Nanjung Mekar kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.82850 BT -6.971519 LS
Down Stream pabrik tekstil PT. Yakjin Jaya Indonesia (Asumsi beban pencemar dari pabrik tekstil; stasiun 9 dan 10 untuk melihat dampak kegiatan pabrik tekstil terhadap kualitas air sungai)
11 Desa Haurpugur Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.80300 BT -6.981979 LS
Kegiatan disekitar sungai sangat dipengaruhi oleh kegiatan antopogenik dengan adanya perumahan, jalan raya dan rel kereta api (asumsi beban pencemar dari rumah tangga)
12
Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.74993 BT -7.002333 LS
Up Stream masukan dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing (stasiun 12 dan 13 untuk melihat dampak masukn dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing terhadap kualitas air sungai)
KEMBARA CITARIK WANADRI
110
13
Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.74710 BT -6.996419 LS
Down Stream masukan dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing (stasiun 12 dan 13 untuk melihat dampak masukn dari Sungai Cimande, Citaraju dan Cikijing terhadap kualitas air sungai)
14
Perbatasan antara Desa Sukamanah Kecamatan Rancaekek dengan Desa Bojongemas Kecamatan Selokanjeruk Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat
107.70550 BT -6.987694 LS
Muara Sungai Citarik (titik masuk Citarik ke Citarum)
KEMBARA CITARIK WANADRI
111
Lampiran 3. Data Rata-Rata Kualitas Air
No Parameter Satuan ST 01 ST 02 ST 03
Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev Rataan Max Min Stdev