Top Banner

of 27

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN HASIL KEGIATAN TUTORIAL BLOCK 3.5BEHAVIOR & EMOTIONAL COPING, RESEARCH

Disusun Oleh : Kelompok 5

Diki Yuge Katan Samuel Indriatama Ristia Anggarini Erawati Werdiningsih Yasinta Nur Rohmah Brigitta Ayu Dwi S.

(13161) (13162) (13168) (13170) (13175) (13327)

Dheta Agustin M. Merawati Dyah S. Anisa Hidayah Martina Oktaviani Yayu Nidaul F. Widya Dwi Astuti

(13331) (13335) (13340) 13342) 13424) (13427)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012

AGENDA TUTORIAL

Hari/Tanggal Pertemuan I Jam Agenda Pertemuan I Kehadiran Tidak hadir

: Senin, 16 April 2012 : 08.15-10.00 : Step I V : 12 orang :-

Hari/Tanggal Pertemuan II Jam Agenda Pertemuan II Kehadiran Tidak hadir

: Kamis, 19 April 2012 : 08.15 10.00 : Step VII : 12 orang :-

Ketua Sekertaris 1 Sekertaris 2 Anggota

: 13331 Dheta Agustin M : 13335 Merawati Dyah Sepita : 13340 Anisa Hidayah : 13161 Diki Yuge Katan

13162 Samuel Indriatama 13168 Ristia Anggarini 13170 Erawati Werdiningsih 13175 Yasinta Nur Rohmah 13327 Brigitta Ayu Dwi S. 13342 Martina Oktaviani 13424 Yayu Nidaul F. 13427 Widya Dwi Astuti

LBM SKENARIO 3Dukamu adalah Kesedihanku Ny. Dian (27 tahun) datang ke klinik kesehatan jiwa. Saat dilakukan pengkajian oleh Ns Sita, Ny. Dian mengalami complicated grieving sejak kematian bayinya. Ny. Dian mengalami mood disorder setiap kali akan berhubungan intim dengan suaminya dan cenderung melalaikan tugas-tugasnya sebagai seorang istri.

SEVEN JUMPSSTEP 1Complicated Grieving : respon seseorang yang mengalami proses berduka yang berkepanjangan dan menetap hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sehingga berdampak pada fungsi social dan kehidupannya.

Mood disorder

: gangguan suasana perasaan yang bersifat pervasive dan bertahan lama yang mempengaruhi kehidupan dan kepribadiannya.

STEP 21. 2. 3. 4. Apakah tanda dan gejala gangguan mood? Kapan mood disorder bisa menjadi gangguan kejiawaan? Bagaimana criteria complicated grieving? Bagaimana pengaruh atau dampak complicated grieving bagi kehidupan sehari-hari? 5. 6. 7. 8. 9. Bagaimana pencegahan terjadinya mood disorder? Apa saja penatalaksanaan mood disorder? Apa saja factor presdiposisi dan presipitasi gangguan mood? Bagaimana cara pencegahan terjadinya complicated grieving? Apa saja penatalaksanaan complicated grieving?

10. Apa saja factor presdiposisi dan presipitasi complicated grieving? 11. Bagaimana prognosis complicated grieving dan mood disorder? 12. Apa saja pemeriksaan penunjangnya? 13. Bagaimana rumusan ASKEP yang tepat? 14. Apa saja peran perawat pada ibu yang mengalami complicated grieving setelah ditinggal mati bayinya? 15. Apa saja macam-macam mood disorder?

STEP 315. Macam-macam Mood disorder : a) Gangguan Bipolar, yang terdiri dari : Tipe I; manic dengan sifat yang berlebihan, banyak bicara, senda gurau, tertawa berlebihan, dan mudah terdistraksi Tipe II; hipomanik Tipe III b) Gangguan Unipolar yang terbagi menjadi : Depresi Mayor; sedih berkepanjangan lebih dari 2 minggu Distimia; mulai menyerang sejak usia dini, merupakan bentuk depresi kronis paling sedikit selama 2 tahun. 1. Tanda dan gejala mood disorder: a) Depresi : paling sedikit selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood, pengurangan energy dan aktivitas, Berkurangnya kemampuan merasakan rasa senang, penurunan konsentrasi dan minat, Pasien merasa lelah, berkurangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. b) Manik : rasa harga diri meningkat atau kebesaran, kebutuhan tidur berkurang (misal merasa telah berisitirahat walaupun hanya tidur 3 jam), lebih aktif bicara dari biasanya atau dorongan kuat bicara terus-menerus (logorea), lompat gagasan atau pikiran dirasakan seperti berpacu (flight of idea), disatraktibilitas ( perhatian terlalu mudah berpindah ke stimuli external yg tidak penting atau berkaitan). c) Gangguan Bipolar : dalam 1 hari bergantian mengalami episode manic dan atau depresi. 2. Manik Akut : bisa marah tiba-tiba disertai dengan waham. Manik deliria : sudah mengalami waham dan ada perasaan bahwa pikirsnnya dikontrol oleh orang lain

Dikatakan mengalami gangguan apabila : Tanda dan gejala yang muncul bisa menggangu aktivitas sehari-hari dan fungsi social serta menyebabkan gangguan jiwa. Dikatakan depresi bila tanda dan gejala muncul selama dua minggu Dikatakan manic apabila tanda dan gejala muncul selama 1 minggu Menurut DSM-IV untuk manic atau depresi mayor mengalami minimal 24 gejala Menurut PPDGJ, Kriteria depresi ialah ; Kelompok I ; < 2 minggu, tanda dan gejala yang muncul masih tidak mengganggu fungsi social dan masih dapat dikontrol Kelompok II : 2 minggu, dimana mulai memperlihatkan gangguan, misalnya gangguan tidur Kelompok III : > 2 minggu dan sudah mengalami gangguan social 3. Kriteria Complicated grieving : Harus mengalami kejadian kehilangan seseorang atau benda. Mengalami proses berduka normal yang tidak teratasi Prose berkembangnya grieving menjadi complicated grieving terjadi dalam 6 bulan. 4. Pengaruh Complicated Grieving : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Cenderung menarik diri Adanya gangguan tidur, insomnia, hipersomnia Mengganggu fungsi social Adanya keinginan untuk bunuh diri Penurunan imun, sehingga berisiko infeksi Mengabaikan self care Menjadi takut atau trauma melakukan sesuatu yang dikaitkan dengan penyebab complicated grieving 8. 9. Menjadi lebih sensitive terhadap lingkungan Mengalami gangguan interaksi social

10. Complicated grieving bisa menyebabkan manic dilihat dari mekanisme koping seseorang dengan melihat dari rentang respon emosi dari complicated grieving bisa menjadi depresi atau manic 5. Pencegahan Mood disorder Tersedianya sumber koping yang cukup dan adekuat 6. Penatalaksanaan mood disorder a. Farmakologi Obat antidepressant Melalui tahapan-tahapan sbb: i. ii. iii. Fase akut : fase dimana obat diberikan dalam menagatasi gejala Fase lanjutan (4-9 tahun) : fase pencehagan relaps Fase rehabilitasi ( > 1 tahun) : fase pencegahan datangnya tanda dan gejala yang lebih berat b. Non farmakologi ECT Terapi kognitif proaktif Terapi prilaku, misal dengan teknik relaksasi dan teknik distraksi 7. Faktor presdiposisi & presipitasi mood disorder : a. Faktor presdiposisi Pola asuh ortu Ketidakmatangan kepribadian Umur Jenis kelamin Status pernikahan Factor genetic Factor neurokimia b. Faktor presipitasi Konflik peran Sumber koping

8.

Pencegahan complicated grieving Membantu melalui proses berduka dengan pendampingan agar tidak menjadi complicated grieving Membantu menerima kehilangannya dengan cara yang adaptif Membantu mengenali perasaan pasien dan mengekspresikannya

9.

Penatalaksanaan complicated grieving Mengenalkan kepada pasien-pasien yang sudah berpengalaman mengalami kasus yang setipe Melakukan pendampingan dan bantu mengubah pola piker sehingga mereka merasa masih berdaya guna

10. Faktor presdiposisi & presipitasi complicated grieving a. Faktor presdiposisi Kehilangan benda atau seseorang yang sangat dicintainya Penilaian negative terhadap diri, sehingga terjadi gangguan piker yang menyebabkan rasa pesimis dan memandang tidak berharga Punya pengalaman kegagalan lalu menjadi pasif dan tak mampu menghadapi masalahnya Tingkat spiritualitas b. Factor presipitasi Kehilangan kasih saying secara nyata, misal kehilangan fungsi tubuh Munculnya konflik peran Sumber koping yang kurang adekuat 11. Prognosis baik atau buruk tergantung pada : Cepat tidaknya gangguan teridentifikasi Cepat tidaknya pengobatan yang diberikan Awitannya yang terjadi di masa kanak-kanak akan menjadi buruk Tergantung dari factor penyebabnya Riwayat perkembangan penyakit sehingga bisa terulang

12. Pemeriksaan penuinjang Questioner depresi Pemeriksaan fisik, meliputi tanda vital, pengkajian keluhan fisik dan psikologis Untuk penegakan diagnosis dengan melihat tanda dan gejala dengan instrument DSM IV Pemeriksaan Lab dan CT Scan 13. ASKEP Dx.1 Complicated grieving Dx.2 Ineffective Coping individu Dx.3 Gangguan proses keluarga Dx.4 Gangguan interaksi sosial 14. Peran perawat Menjelaskan tentang fase berduka Membantu proses penerimaan berduka baru setelah itu dilakukan treatmen Bantu memberikan nasihat oada fase bergainning Melakukan pendampingan dan fasilitaor dengan menyediakan sumber koping

STEP 4Penyusunan Skema Factor presdiposisi & presipitasi

Rentang Respon Emosional

Adaptif

Maladaptif

Mood Disorder

Tanda & Gejala

Pemeriksaan Diagnostik & penunjang

Penanganan (ASKEP)

Komplikasi

Normal

STEP 5 LO1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kriteria Mood Disorder apa saja? Bagaimana criteria complicated grieving? Bagaimana penatalaksanaan mood disorder? Bagaimana penatalaksanaan complicated grieving? Bagaimana prognosis complicated grieving dan mood disorder? Apa saja pemeriksaan penunjang? Bagaimana ASKEP yang tepat?

STEP 6Mencari Literatur

STEP 7 1. Kriteria Diagnosis Mood Disorder Menurut DSM IV TRDalam DSM IV, mood disorder terdapat dalam Aksis I (Gangguan Klinis). Dimana dibedakan menjadi 2, yaitu depresi mayor dan bipolar. a. Episode Depresi Mayor 1) Adanya 5 atau lebih gejala berikut yang telah berlangsung dalam 2 minggu yg sama dan menunjukan perubahan dari fungsi sebelumnya. a) Mood depresi berlangsung sepanjang hari pada hampir setiap hari sebagaimana dikeluhkan secara subjektif (merasa sedih atau hampa) atau diamati orang lain (terlihat berlinangan airmata). Pada anak dan remaja tampil sebagai mood irritable b) Kehilangan minat atau kesenangan yang nyata pada semua atau hampir semua aktifitas sepanjang hari hampir setiap hari (sebagaimana yang dirasakan atau diamati orang lain terhadap yang bersangkutan). c) Penurunan berat badan yang bermakna tanpa diet atau

peningkatannya ( perubahan berat badan lebihdari 5% sebulan) atau

adanaya peningkatan atau penurunan nafsu makan. Pada anak terjadi kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan. d) Insomnia atau hipersomnia pada hampir setiap harinya. e) Agitasi atau retardasi psikomotor pada hampir tiap hari (yang dapat diamati orang lain bukan hanya perasaan subjektif restlessness atau lamban). f) Fatigue atau kehilangan tenaga pada hampir setiap harinya. g) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah berlebihan atau inappropriate (yang mungkin sebagai waham) pada hampir setiap harinya (bukan hanya menyesali atau merasa berbeban dgn keadaanya). h) Kehilangan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi atau membuat keputusan pada hampir setiap harinya (sebagaimana yang dirasakan atau diamati org lain) i) Pikiran berulang tentang kematian ( bukan hanya perasaan takut mati), bunuh diri tanpa perencanaan atau usaha bunuh diri atau adanya rencana spesifik mengakhiri hidup. 2) Gejala tersebut tidak memenuhi kriteria episode campuran 3) Gejala tersebut menyebabkab penderitaaan yang bermakna klinis atau hambatan sosial,pekerjaan atau area penting kehidupan lainnya. 4) Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat

(medikasi,penyalahgunaan obat) atau kondisi medis umum (mis, hipotiroid). 5) Gejala tidak termasuk: keadaan dukacita (mis. kematian seseorang yg dicintai), atau menetap lebih dari 2 bulan, atau dikarakterisir oleh gangguan fungsional yang nyata,preokupasi tentang pikiran tidak berharga,ide bunuh diri,gejala psikotik atau retardasi psikomotor. b. Episode Manik 1) Adanya periode nyata dari mood elevasi,expansif atau irritable yg abnormal dan menetap sedikitnya 1 minggu ( atau lebih singkat dimana harus rawat inap).

2) Selama periode kekacauan mood diatas terdapat 3 gejala menetap ( atau lebih atau 4 jika moodnya hanya irritable) dan pada derajat yg bermakna dari: a) rasa harga diri meningkat atau kebesaran. b) kebutuhan tidur berkurang (misal merasa telah berisitirahat walaupun hanya tidur 3 jam). c) lebih aktif bicara dari biasanya atau dorongan kuat bicara terusmenerus (logorea). d) lompat gagasan atau pikiran dirasakan seperti berpacu (flight of idea). e) disatraktibilitas ( perhatian terlalu mudah berpindah ke stimuli external yg tidak penting atau berkaitan). f) peningkatan intensitas aktifitas yg bertujuan (apakah disekolah, tempat kerja, lingkungan sosial, atau aktifitas sexual) atau agitasi psikomotor. g) keterlibatan berlebihab dlm aktifitas yg menyenangkan dimana berpotensi menimbulkan konsekuensi yg menyakitkan (mis.

kesenangan tak tertahankan utk berbelanja, perilaku sexual yg takabur, atau penanaman modal tanpa perhitungan) 3) Gejala diatas tidak memenuhi kriteri episode campuran. 4) Kekacauan mood ini mampu merusak fungsi pekerjaan atau aktifitas sosial dgn sesama, atau dibutuhkan awat inap utk mencegah tindakan membahayakan diri sendir atau orang lain, atau adanya gambaran psikotik. 5) Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari zat (medikasi,penyalahgunaan obat, atau terapi lainnya) atau kondisi medis umum (mis, hipertiroid). c) Diagnosa tambahan (NOS: Not Otherwise Specified) 1) Minor depressive disorder : sindrom yang berhubungan dengan depresif. mayor kriteria atau gejala tidak memenuhi pada kriteria depresi

2) Gangguan depresi Singkat recurrent : gejala yang dialami sesuai dengan kriteria pada depresi mayor, tetapi durasi terjadi selama kurang dari 2 minggu. 3) Gangguan Dysforix Pramenstruasi 4) Gangguan yang berhubungan dengan gangguan bipolar I (gangguan Bipolar II) Ditandai oleh adanya episode depresi berat yang berganti ganti dengan episode hipomania. Kriteria Mood Disorder berdasarkan ICD-10 Diagnosis gangguan bipolar berdasarkan ICD-10 F.30.0 Hipomania ; paling sedikit selama 4 hari, secara persisten terjadi peningkatan mood dan disertai dengan 3 gejala berikut yaitu meningkatnya energy dan aktivitas, meningkatnya sosiabilitas,

banyaknya bicara. Gejala-gejala di atas tidak menyebabkan gangguan berat fungsi pekerjaan dan penolakan social. F.30.1 Mania tanpa simtom psikotik ; paling sedikit selama 1 minggu, secara persisten terjadi peningkatan mood atau iritabel yang tidak bergantung kpd suasana lingkungan pasien. Paling sedikit ditemui 3 gejala yaitu meningkatnya aktivitas atau kegelisahan fisik, desakan berbicara, lompatan gagasan atau isi pikiran, dll. F.30.2 Mania dengan simtom psikotik ; sama dengan simtom di atas namun ditambah dengan adanya waham (biasanya waham kebesaran) atau halusinasi (suara langsung yang berbicara kepada pasien)atau adanya gaduh gelisah, aktivitas motorik yang berlebihan. F.31 Gangguan afektif bipolar; episode mania atau hipomania multiple atau depresi dengan hipomania F.31.6 Gangguan afektif bipolar episode campuran ; sebelumnya pasien mengalami sedikitnya 1 episode campuran, depresi, mania atau hipomania dan saat ini memperlihatkan suatu campuran atau pergantian yang cepat antara simtom mania dengan depresi.

F.32 Episode depresi ; paling sedikit selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood, pengurangan energy dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa senang, penurunan

konsentrasi dan minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya rasa percaya diri, adanya rasa tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespon terhadap lingkungan dan disertai dengan simtom somatic misal : hilangnya minat dan rasa senang, terbangun dini hari, depresi memburuk di pagi hari, retardasi atau agitasi psikomotor.dispesifikasikan sebagai depresi ringan (paling sedikit 4 gejala), sedang (paling sedikit 6 gejala dan kesulitan terus menerus dalam beraktivitas rutin) atau berat ( paling sedikit 8 gejaladan gejala tersebut sangat nyata dan menimbulkan gangguan). Terdapat kurva dalam penggolongan diagnosis dari paling bawah adalah distimia (depresi kronis , letak di bawah depresi), depresi, hipomania, dan mania sebagai titik paling atas. 2. Kriteria Complicated Grieving menurut ajuan DSM V (Prigerson et al, 2009) a) Event criterion: Bereavement (loss of a loved person). b) Separation distress: The bereaved person experiences at least one of the three following symptoms that must be experienced daily or to a distressing or disruptive degree: 1) Intrusive thoughts related to the lost relationship. 2) Intense feelings of emotional pain, sorrow, or pangs of grief related to the lost relationship. 3) Yearning for the lost person. c) Cognitive, emotional, and behavioral symptoms: The bereaved person must have five (or more) of the following symptoms: 1) Confusion about ones role in life or diminished sense of self (i.e., feeling that a part of oneself has died). 2) Difficulty accepting the loss. 3) Avoidance of reminders of the reality of the loss.

4) Inability to trust others since the loss. 5) Bitterness or anger related to the loss. 6) Difficulty moving on with life (e.g., making new friends,pursuing interests). 7) Numbness (absence of emotion) since the loss. 8) Feeling that life is unfulfilling, empty, and meaningless since the loss. 9) Feeling stunned, dazed, or shocked by the loss. d) Duration: Diagnosis should not be made until at least 6 months have elapsed since the death. (masih menjadi perbincangan, ada literature yang mengutarakan bahwa durasi complicated grieving adalah kurang dari 14 bulan, untukmembedakan dengan PTSD) e) Impairment: The above symptomatic disturbance causes clinically significant distress or impairment in social, occupational, or other important areas of functioning (e.g., domestic responsibilities). f) Medical exclusion: The disturbance is not due to the physiological effects of a substance or a general medical condition. g) Relation to other mental disorders: Not better accounted for by Major Depressive Disorder, Generalized Anxiety Disorder, or Post traumatic Stress Disorder. Tambahan dari jurnal biocentral article : Macam-macam Grieving : 1. Grieving normal : suatu ungkapan atau pernyataan normal seseorang terhadap respon kehilangan baik emosional maupun perilaku. Respon ini merupakan respon normal yang apabila dapat dilallui, maka akan membantu seseorang menjadi lebih matur dalm perkembangannya. 2. Anticipatory grief : waktu terjadinya sebelum seseorang meninggal, biasanya pada waktu diagnosis penyakit. Individu mulai mengantisipasi hilangnya kesehatan, kebebasan dan kehidupannya sendiri. 3. Complicated grief : terjadi apabila seseorang mengalami progress yang sulit dalam melalui tahap berduka yang normal sehingga menjadi

complicated. Ini dapat mengancam hubungan dengan orang lain. Dengan macam-macamnya sbb : Chronic grief : kesedihan biasa namun terus menerus terjadi. Delayed grief : reaksi kesedihan normal yang ditekan atau tertunda Exaggerated grief : seseorang menjadi kewalahan menghadapi proses berduka.dapar direfleksikan dalam bentuk phobia yang berat atau perilaku dekstruktif terhadap diri misal dengan alkohilosm. Masked grief : kehilangan menghasilkan dampak terhadap perubahan pola perilakunya setiap hari tanpa disadari.misal: pola tidur dan makan berubah setelah kehilangan hewan peliharaannya. 4. Disenfranchised grief : seseorang mengalami kehilangan yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka, misal kehilangan teman yang menderita AIDS. 3. Penanganan Mood Disorder 1. Psikodinamik a) Psikodinamik tradisional Bertujuan untuk membantu orang depresi untuk memahami perasaan mereka yang ambialen terhadap orang orang (objek) penting dalam hidup mereka yang telah hilang atau terancam akan hilang. Psikodinamik tradisional dapat menghabiskan waktu bertahun tahun untuk mengungkap dan menghadapi konflik konflik yang tidak disadari. b) Psikodinamik modern Berfokus pada konflik konflik tidak disadari, namun secara lebih langsung, relative singkat dan berfokus pada hubungan yang penuh lalu. c) Psikterapi Interpersonal (IPT) Adalah suatu bentuk singkat dari terapi yang berfokus pada hubungan interpersonal klien di saat itu, biasanya tidak lebih dari 9 12 bulan.

2.

Behavioral Pendekatan ini beranggapan bahwa perilaky depresi dapat dipelajari dan dapat dihilangkan. Terapi ini bertujuan untuk secara langsung memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumuhkan kesadaran terhadap kemungkinan penyebab yang tidak disadari dari perilaku perilaku tersebut.

3.

Kognitif Berfokus pada membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari dan mengubah pola berfikir mereka yang disfungsional. Terapi ini menggunakan kombinasi antara behavioral dan kognitif untuk membantu klien mengidentifikasi dan mengubah pikiran pikiran disfungsional serta mengembangkan perilaku yang adaptif contoh : CBT

4.

Terapi keluarga Dapat membantu dalam situasi ini dengan berfokus pada peningkatan komunikasi di antara anggota keluarga, membantu orang dengan penyakit bipolar memahami manfaat minum obat mereka secara konsisten dan belajar strategi untuk mencegah kambuh atau relapse.

5.

Biologis Terapi dengan farmakologi. Obat bipolar yaitu obat litium karbonat, berbentuk bubuk dari litium berelemen metalik. Penambahan

antidepresan pada gangguan bipolar dan episode depresi. Antidepressant daoat meningkatkan (berfungsinya) otak dan mungkin fungsi dari neurotransmitter, walaupun memiliki efek tunda, biasanya membutuhkan beberapa minggu (rata rata 2-8 minggu) hingga efek terapeutik tercapai. Pengunaanya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi menginduksi hipomania atau mania, sehingga hendaknya dikombinasi dengan stabilisator mood atau dengan antipsiktik atipik. 6. Psikoeducation a. Judul : psychoeducation for depression, anxiety and psychological distress : a meta analysis

Kesimpulan : psychoeducation dapat diberikan secara efektif pada pasien dengan depresi dan gejala distress psychological dengan tingkat yang kecil. Pasif psychoeducation dapat mudah diberikan pada pasien dan dapat dilakukan leh tenaga non professional. Intervensi ini mungkin memandang bahwa pasien tidak mempunyai cukup informasi tentang penyakitnya. b. Judul : psychological treatment for depression : primary care Dapat diimplementasikan pada terapi untuk pasien depresi degan general practice pada primary care. c. Judul : Psychosocial intervention for the prevention of relapse in bipolar disorder: systematic review randomized control trial. CBT, psychoeducation kelompok dan terapy keluarga dapat dilakukan untukmenunjang efek terapi farmakologi. 7. Coping with Depression (CWD) Course, yaitu program terapi kelompok dengan 12 sesi selama 8 minggu yang diorganisasikan sebagai suatu kursus. 8. Pendekatan herbal : dengan menggunakan bunga St Dohns Wort , yaitu bunga berwarna kuning yang tumbuh liar. Diyakini banyak orang untuk pengobatan depresi. 9. Terapi music klasik : terdapat perbedaan perilaku setelah diberikan terapi music pada penderita depresi. 10. Electro Convulsion Therapy Pada pasien depresi dengan resisten pada obat, kasus parah. ECT efektivitas responnya cepat dan efek sampinya minimal. Pada beberapa literature menyatakan bahwa ECT hanya boleh dilakukan pada depresi severe dan akan lebih baik dilakukan sedini mungkin agar efektifitasnya lebih baik. Dapat diukur melalui length of stay dari pasien, yaitu mulai pada saat pasien dilakukan ECT sampai pasien pulang. 11. Penanganan pada primary care (tenaga kesehatan yang bukan spesialis jiwa)

- Watchfull waiting : dilihat selama 2 minggu apakah mengalami perubahan mood dan perilaku. Jika terdapat perubahan atau untuk mencegah, dapat dilakukan teknik distraksi, aromatherapy, dll. - Penangana bipolar hanya akan dilakukan oleh non primary care (spesialis dalam jiwa) 12. Light therapy: dilaksanakan pada orang depresi di luar negeri yang mengalami perubahan musim yang sering. 13. Yoga therapy. Mengandalkan pada relaksasi dengan deep breathing. 14. Dialectical Behavioral Therapy Terdiri dari 5 macam program kursus, dilaksanakan selama 4-6 minggu, 1 minggu sekali dengan durasi 2 jam : - Mindfullness Peningkatan konsentrasi akan masa depan dan kemampuan untuk fkus dan konsentrasi. Mencari jati diri. Belajar bagaimana member keseimbangan dalam hidup. - Cognitive Behavior Mengeksplorasi dan mengerti hubungan antara pikiran, perasaan (emosional dan fisik), berkelakuan, dan interaksi dengan orang lain. - Distress Tolerance Keterampilan metolerir keadaan sulit, sehingga dapat mencapai tujuan, menghilangkan perilaku impulsive dan merusak diri. - Interpersonal Effectiveness Peningkatan hubungan interpersonal dengan oranglain melalui penetapan batasan, menyelesaikan konflik, meminta apa yang kita inginkan serta berlatih untuk menyatakan tidak atau menolak kepada orang lain. - Emotion Regulation Mengelola emosi yang efektif dari ekstrem emosi untuk keseimbangan emosi diri.

15. Deprivasi tidur parsial : bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam berikutnya. Dapat membantu menurunkan gejala depresi mayor untuk sementara. 16. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti. 4. Penatalaksana Complicated Grieving 1. Farmakologi 2. Konseling 3. Psikoterapi : CBT dan psikodinamika. Complicated grieving biasanya diobati dengan konseling psikologis yang disebut dengan complicated grief therapy, mirip dengan teknik psikoterapi pada PTSD 4. Touch therapy : dilakukan pada ibu yang kehilangan anaknya setelah kelahiran. 5. Penerimaan kognitif (pikiran akan realita) dan penerimaan emosional (diikhlaskan). Strategi mekanisme koping meruakan usaha yang dilakukan untuk mengatasi perasaan berduka setelah melahirkan. 6. Dukungan sosial orang terdekat. Kebanyakan orang mengalami berduka dengan menggunakan mekanisme koping avoidinggrief (menyibukkan diri). tahap shock dan disbelief merupakan tahap berduka awal sekaligus mekanisme koping agar tidak menuju pada komplikasi lebih lanjut. 7. Replacement child syndrome, yaitu kehadiran anak yang baru. Berfungsi untuk menggantikan bayi yang meninggal dan mempersingkat duka cita. Bisa dengan berusaha untuk membuat anak lagi atau dengan cara adopsi. 8. Prinsip keperawatan pada orang tua dengan rspon kehilangan (kematian anak) - Menyediakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama - Menganjurkan pasien untuk memegang atau melihat jenazah anaknya - Menyiapkan perangkat kenangan (dikasih ke orang lain) - Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan

- Menjelaskan kepada pasien atau keluarga cirri cirri respon yang patologis serta tempat mereka minta bantuan bila diperlukan 5. Prognosis Mood Disorder dan Complicated Grieving Gangguan bipolar I lebih kronis daripada gangguan bipolar II, karena 40 50% mempunyai episode manic dalam waktu 2 tahun setelah episode pertama. Walaupun profilaksis atau beberapa obat yang lain dapat menghambat penyebaran, tetapi 50 60% pasien susah untuk mengendalikan kekambuhan dari gangguan tersebut. 6. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik sebagai pemeriksaan diagnose banding dari depresi (Kaplan, 2010) diantaranya : Remaja yang terdepresi harus diuji untuk mononucleosis Pasien yang terdapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan harus diuji untuk disfungsi adrenal dan tiroid Homoseksual, biseksual dan penggunaan zat adiktif harus diuji untuk sindrom AIDS Pasien lansia harus diuji untuk pneumonia virus dan kondisi medis lainnya Parkinson adalah penyakit neurolis yang paling umum bermanifestasi sebagai gejala depresif Berikut macam macam pengkajian dengan menggunakan instrument. a. Complicated Grief Assesment : pengisian kuesioner yang dialami selama 1 bulan terakhir. (Lampiran) b. Clinician Administered Rating Scale for Mania (CARS-M): sensitivity 0.85, specificity 0.87 c. Mini International Neuropsychiatric Inventory (MINI) : sensitivity 0.89, specificity 0.97 d. Psychosis Screening Questionaire (PSQ) : sensitivity 0.96, specificity 0.95 e. Mood Disorder Questionaire (MDQ) : sensitivity 0.72, specificity 0.90 f. Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS) : sensitivity 0,67, specificity 0.72 g. Grief Psychiatric Assesment

*Instrument yang paling baik dan sering digunakan adalah no d,e,f. tapi untuk diagnosis tentang gangguan tersebut harus tetap melihat DSM dan ICD-10. 7. ASKEP Dx. Complicated Grieving Definisi : gangguan yang terjadi setelah seseorang yang berarti meninggal dunia, dimana pengalaman distress menyertai kehilangan untuk mengikuti harapan normative dan bermanifestasi kepada

kerusakan fungsional. Batasan karakteristik : Penurunan fungsi peran Depresi Low level of intonocy Mengatakan kurangnya penerimaan terhadap kematian Separation distress Fatique Faktor yang berhubungan : kematian significan others NOC : Grief Resolutions Definisi : pengaturan kehilangan aktul atau yang mendatang Indikator : Menetapkan rasa mengenai kehilangan Menunjukkan kepercayaan spiritual mengenai kematian Mengatakan realitas kehilangan Mengatakan penerimaan kehilangan Mencari dukungan social NIC : Grief Work fasilitation Definisi : membantu mengatasi kehilangan significan other Aktivitas : Mengidentifikasi kehilangan Membantu mengidentifikasi reaksi awal kehilangan

Membantu coping personal Mengidentifikasi sumber dukungan komunitas Modifikasi hidup Peranan perawat pada pasien dengan bipolar ; a. Terdapat 22 masalah pasien yang sering dihadapi Top Five Problem : 1) Nonacceptable disease Pasien tidak menerima keadaan penyakitnya : Patien tellme, Its going really well, why should I take medication 2) Social Problem Kehilangan pemasukan, kehilangan harga diri, kehilangan rumah. Pasien dengan gangguan bipolar mengekspresika murung, wajah bersedih. Orang disekitarnya tidak berani untuk berbicara dengan pasien, karena mereka tidak tahu bagaimana menangani pasien seperti itu. 3) Work related problem Susah konsentrasi, bekerja dibawah kapasitas intelegen mereka, ketidakmampuan merencanakan, intoleransi stress. Takut akan stigma masyarakat yang nantinya akan mengganggu pekerjaan dan berujung pada pemecatan. pasien sering menyuruh saya untuk membantunya dalam menulis surat kepada institusi sosial karena mereka takut kemampuan mereka menghilang karena sakit, atau mejadi terpakasa dalam pekerjaan yang mereka ketahui bahwa mereka tidak bisa menyelesaikannya. 4) Relation problem Kepercayaan, kesepian, merasa diabaikan oleh pasangan, konflik loyalitas, dan mengabaikan penyakit dengan mitra. pasangan mereka mengatakan kepada saya, bahwa mereka kesulitan dalam menetapi janji mereka : menuju pada paling baik dan untuk paling jelek.

5) Mood instability b. 10 outcome yang sering digunakan Top five outcome : 1) Euthymic mood state: evaluasi yang biasa dilakukan adalah mood state, sleeping behavior, weight gain or loss, medication use, dan the occurance of life evets. 2) self management : meliputi kemampuan seseorang untuk

mengintegraasikan dalam kehidupan mereka. Evaluasi yang bisa dilakukan manajemen diri pasien ditandai dengan kemampuan pasien untuk mengenali tanda tanda awal, atau tanda tanda episode hipomania atau depresi dan kemampuanya utuk mengatasi tanda tanda peringatan awal yang ditunjukan. Indicator lain adala kemampuan mengeahui kerentanan dan mengatasi kerentanan. 3) Quality of life is yet another desired outcome and defined by the participants in the focus group as the ability of a patient to fulfill various social role. Dapat dinilai dari kepuasan pasien terhadap kegiatannya sehari hari, harga diri pasien, dan level kesenangan pasien. 4) Penerimaan mempunyai penyakit kronis dan mengerti penyakit yang diderita. Evaluasi meliputi dalam hal pengelolaan diri kemampuan, kapasitas pasien untuk mengenali masalah / kerentanan, kemampuan pasien untuk mengatasi konsekuensi dari memiliki kondisi seperti ini dan menghindari episode hipomanik dan depresi seminimal mungkin. c. 18 intervensi yang sering digunakan Top five intervention : 1) Nurse accesbility : perawat menjadi tempat dimana pasien mudah untuk bercerita mengenai persaanya. Membina hubungan saling percaya adalah kuncinya sehingga pasien mau untuk berkomunikasi denga perawat.

2) Information and education Seluruh perawat mengetahui tentang Maastrich model untuk training psichoeducation kelompok. Berlangsung dalam 6 sesi, pasien dan kelaurga terdekat diberikan penjelasan mengenai gangguan bipolar meliputi gejala yang ditimbulkan, karakteristik, kursus dan outcome. Psikofarmakologi, psikoterapi, grafik hidup, rencana kerja, self report legal issues, bagaimana untuk mendapatkan informasi, dna

menghubbungi persatuan pasien. 3) Support and counseling Perawat menyatakan bahwa ereka sering membantu dalam menyusun rancangan aktiitas sehari hari. Peralatan gaya hidup dibutuhkan. Perawat diharapkan ampu untuk memotivasi pasien untuk lebih aktif dan pelan pelan berdasarkan tingkat mood. 4) Action plan Membantu merumuskan rencana kerja pasien merupakan standar intervensi dalam keperawatan. Kebanyakan perawat menyatakan bahwa pasien harus mempunyai rencana kerja. Perawat juga setuju bahwa rancangan kerja dapat membantu tenaga kesehatan dalam menangani saat tahap krisis dan menguatkan pasien sehingga pasien mempunyai koping yang lebih baik dalam melakukan terapi mereka. rancangan kerja harus sering direview dan direvisi. Setiap kamuh atau mendekati akan kambuh, perlu diinformasikan mengenai tanda seseorang akan kambuh lagi. 5) Monitoring of medication use Hampir seluruh perawat berhati hait dalam memonitor level serum untuk mood stabilizer. Mereka menyatakan hal itu dilakukan untuk mengetahi efek samping dair pengobatan.

Reference : Haddad et al.2010.Mood Diorders in Primary Care: Peer Review.Medical Progress Johnson, G.F.2007.Mood Stabilizers in Bipolar Disorder.Medical

Progress Rosner, R.,Pfoh,G.,Kotoucova, M.2011.Treatment of Complicated Grief: Case Report. European Journal of Psychotraumatology Stuart, G.W.2006.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5.Jakarta: EGC