Top Banner

of 25

Lapkas Tinea

Mar 07, 2016

Download

Documents

medis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wbPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Tinea kruris dan Tinea Korporis tepat pada waktunya.Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada dr. Bowo Wahyudi, Sp.KK selaku pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna perbaikan dalam pembuatan laporan berikutnya.Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan memberikan manfaat untuk kita semua, khususnya bagi para pembaca.

Banjar, Oktober 2015 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1BAB I PENDAHULUAN2A. Latar Belakang3B. Tujuan Penulisan4C. Manfaat Penulisan4BAB II STATUS PASIEN5A.ANAMNESIS 5B.PEMERIKSAAN FISIK8C.STATUS DERMATOLOGIKUS9D.PEMERIKSAAN PENUNJANG10E.RESUME11F.DIAGNOSA BANDING13G. DIAGNOSA KERJA13H. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG :13I.PENATALAKSANAAN13J.PROGNOSIS14BAB III PEMBAHASAN KASUS15DAFTAR PUSTAKA24

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangJamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofit (dermatophyte, bahasa Yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi Candida albicans, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus organ dalam dan menyebabkan infeksi pada organ tersebut. Jamur yang berhasil masuk tersebut dapat tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1Dermatofit hanya tumbuh dalam keratin (zat tanduk), yaitu stratum korneum dari kulit, kuku dan rambut.1, 2 Insidens mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, sedangkan mikosis profunda sangat jarang.2 Istilah dermatofitosis harus dibedakan dengan dermatomikosis. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita.2 Dermatofitosis disebut juga tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata.2Dermatofita mempunyai sifat mencernakan keratin (keratofilik), taksonomis, faali, antigenik, kebutuhan makanan untuk pertumbuhannya dan juga penyebab penyakit. Dermatofita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam tiga genus; Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.2

Tinea korporis merupakan istilah untuk menunjukkan adanya infeksi jamur golongan dermatofita pada badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki. Sedangkan istilah tinea kruris digunakan untuk infeksi jamur dermatofita pada daerah kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal.1,2,3 Tinea korporis dan tinea kruris dapat digolongkan menjadi tinea glabrosa karena keduanya terdapat pada kulit yang tidak berambut. Walaupun secara klinis terdapat murni tinea kruris atau korporis, namun bisa ditemukan tinea kruris et korporis bersamaan.3 Insidensi dermatomikosis di Indonesia masih cukup tinggi. Dari segi usia, data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa remaja dan kelompok usia produktif adalah kelompok usia terbanyak menderita dermatomikosis superfisialis dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda atau lebih tua. Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami faktor predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak berkeringat, selain pajanan terhadap jamur lebih lama.4B. Tujuan PenulisanTujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas laporan kasus pada kepaniteraan klinik departemen kulit dan kelamin RSUD Banjar, sekaligus sebagai pertemuan ilmiah dan diskusi tentang penyakit Tinea Kruris + tinea Korporis.

C. Manfaat Penulisan Adapun manfaat yang dapat diambil ialah penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang penyakit Tinea Kruris dan Tinea Korporis sehingga dapat mengobati penyakit ini dengan tepat.

BAB IISTATUS PASIEN

IDENTITAS Berikut adalah identitas dari pasien yang berobat di Poli Kulit RSUD Banjar : Nama: Tn. H Umur: 52 tahun Jenis Kelamin: Laki-laki Suku: Sunda Pendidikan: SMA Pekerjaan: Petani Status Marital: Menikah Alamat : Cijulang, Banjar

A. ANAMNESIS (Auto-anamnesis pada tanggal 26 Oktober 2015 Pukul 10.00 WIB)Keluhan UtamaTimbul bercak-bercak kemerahan pada leher dan sela paha yang terasa semakin gatal ketika berkeringat dan meluas. Keluhan ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu.Riwayat Penyakit SekarangSeorang laki-laki berusia 49 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin RSUD Banjar, dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan pada leher dan sela paha yang terasa semakin gatal ketika berkeringat dan meluas. Keluhan ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu.Bercak-bercak kemerahan juga timbul pada punggung tangan bagian kanan yang juga disertai rasa yang semakin gatal ketika berkeringat dan makin meluas. Pada awalnya, sejak satu tahun yang lalu, muncul bercak kemerahan pada sela paha sebesar genggaman tangan. Bercak tersebut lama kelamaan bertambah lebar dan meluas. Setelah beberapa minggu bercak kemerahan tersebut semakin melebar ke daerah leher dan lengan. Keluhan ini disertai rasa yang gatal. Rasa gatal bertambah terutama bila berkeringat dan udara panas. Pasien sering menggaruk bercak tersebut dengan tangan pasien, sehingga terdapat beberapa luka bekas garukan pada bagian leher. Keluhan nyeri dan panas pada bercak disangkal.Pasien sudah pernah berobat sebelumnya ke dokter klinik didaerah rumahnya dan diberikan obat yaitu tablet dan obat salep yang seperti odol untuk gatalnya, awalnya pasien merasa gatalnya hilang namun gatal tersebut timbul lagi dan terasa sangat gatal dari sebelumnya setelah obat yang di konsumsi habis. Pasien menyatakan bahwa dirumahnya tidak ada yang mengalami hal serupa dengan keluhan pasien, pasien juga tidak memelihara binatang seperti anjing, kucing ataupun peliharaan ternak.Pasien mengaku bahwa pasien jarang untuk mandi ataupun membersihkan badannya, pasien biasanya mandi hanya 1 kali dalam sehari. Pasien juga jarang mengganti baju dan pakaian dalamnya, pasien sering menggunakan pakaian yang telah dipakai sebelumnya, pasien hanya menggantung pakaian bekas pakainya lalu dipakai lagi untuk esok harinya, pasien mengganti pakaian setiap 2 hari sekali, pasien jarang menjemur handuk yang telah dipakainya hanya menggantungkan handuknya di dalam kamar mandinya, pasien mengganti handuknya setiap seminggu sekali. Pasien menyangkal adanya gatal di tempat bagian tubuh lainnya, seperti kepala, telapak tangan, punggung kaki, telapak kaki, sela-sela jari tangan-kaki dan juga kuku.Kegiatan pasien sehari-hari adalah sebagai petani selesai beraktifitas dari bertani pasien langsung pulang kerumah tetapi sangat jarang untuk mandi ataupun membersihkan dirinya, pasien mengakui bahwa pekerjaannya cukup berat dan panas, sehingga pasien sering berkeringat setiap harinya. Pasien tinggal bersama istri dan tiga anak. Pasien mengatakan bahwa dilingkungan rumahnya tidak ada yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.Riwayat penyakit terdahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Riwayat kencing manis (Diabetes Melitus) disangkal dan pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit liver ataupun ginjal sebelumnya dan juga penyakit asma. Pasien juga menyangkal adanya penyakit kronis yang menggunakan pengobatan dengan obat-obatan untuk jangka lamaRiwayat penyakit keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama. Riwayat Diabetes Melitus di keluarga disangkal. Riwayat alergi Pasien mengakui bahwa dia mempunyai alergi terhadap cuaca panas, untuk riwayat alergi terhadap makanan, bulu hewan ataupun gigitan serangga disangkalnya

B. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: BaikKesadaran: Composmentis Tanda-tanda vital:Nadi80 kali permenit

Respirasi 18 kali permenit

Suhu36,5C

Status Generalis:Kepala Rambut : alopecia (-).Mata : conjunctiva pucat -/-, sklera ikterik -/-Hidung : sekret (-/-), perdarahan (-/-), deviasi septum (-) Mulut : hiperemis (-), mukosa buccal basah, erosi (-)Gigi : karies (-), mikrolesi (-)THT : tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Leher KGB : tidak teraba membesar, massa (-) JVP tidak meninggi

Thoraks Bentuk dan gerak simetris Fremitus kanan=kiri, sonor, wheezing (-), rhonchi (-)Bunyi Jantung murni reguler, murmur (-)

Abdomen Datar, lembut, Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas Deformitas (-), udem (-), RCT < 2 dtk

C. STATUS DERMATOLOGIKUSDistribusi Regional, bilateral

A/R Leher, punggung tangan, kedua lipat paha sampai paha

Karakteristik Lesi Multipel, sirkumskrip, ireguler, polisiklik, sebagian menimbul dan sebagian tidak menimbul, kering, dengan ukuran terkecil 1 cm x 2 cm dan terbesar sebesar telapak tangan

Efluroesensi Makula eritematosa, hiperpigmentasi, disertai skuama dengan tepi aktif berbatas tegas.

J

Gambar 1: Foto pasien pada kasus

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan mikroskopik kerokan kulit pada tepi lesi yang eritema, ditetesi dengan KOH 10% dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup cover glass dan dilihat dengan mikroskop pada pembesaran 40x. Hasil : tampak hifa panjang bersepta yang bercabang

Gambar 2 : pemeriksaaan mikroskopis kerokan kulit dengan KOH 10%, ditemukan hifa panjang bersepta yang bercabang.E. RESUMELaki-laki 49 tahun datang dengan keluhan timbul bercak-bercak kemerahan pada leher dan sela paha yang terasa semakin gatal ketika berkeringat dan meluas. Keluhan ini dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Bercak tersebut juga timbul pada punggung tangan bagian kanan yang juga disertai rasa yang semakin gatal ketika berkeringat dan makin meluas. Pada awalnya, sejak satu tahun yang lalu, muncul bercak kemerahan pada sela paha sebesar genggaman tangan. Bercak tersebut lama kelamaan bertambah lebar dan meluas. Setelah beberapa minggu bercak kemerahan tersebut semakin melebar ke daerah leher dan lengan. Keluhan ini disertai rasa yang gatal yang bertambah terutama bila berkeringat dan udara panas. Pasien sering menggaruk bercak tersebut dengan tangan pasien, sehingga terdapat beberapa luka bekas garukan pada bagian leher. Pasien sudah pernah berobat sebelumnya ke dokter dan diberikan obat tablet dan obat salep untuk rasa gatalnya, awalnya rasa gatalnya hilang tetapi gatal itu timbul kembali dan sangat terasa gatal dari sebelumnya setelah obat yang di konsumsi habis. Pasien pasien biasanya mandi hanya 1 kali dalam sehari. pasien mengganti pakaiannya setiap 2 hari sekali, jarang menjemur handuk yang telah dipakainya, pasien mengganti handuknya setiap seminggu sekali.Pemeriksaan Fisik : Dalam batas normal. Stasus Dermatologikus : Distribusi Regional, bilateral

A/R Leher, punggung tangan, kedua lipat paha sampai paha

Karakteristik Lesi Multipel, sirkumskrip, ireguler, polisiklik, sebagian menimbul dan sebagian tidak menimbul, kering, dengan ukuran terkecil 1 cm x 2 cm dan terbesar sebesar telapak tangan

Efluroesensi Makula eritematosa, hiperpigmentasi, disertai skuama dengan tepi aktif berbatas tegas

Pada pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% didapatkan hifa panjang bersepta yang bercabang

F. DIAGNOSA BANDING1. Tinea Korporis + Tinea Kruris e.c Epidermophyton2. Tinea Korporis + Tinea Kruris e.c Trichopyton3. Tinea Korporis + Tinea Kruris e.c MicrosporumG. DIAGNOSA KERJATinea Korporis + Tinea Kruris e.c Epidermophyton H. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG : Pemeriksaan kultur dari kerokan bagian tepi lesi dalam media agar Sabouroud dektrose. Pemeriksaan fungsi hati SGOT dan SGPT

I. PENATALAKSANAAN Non-Medikamentosa :Edukasi : Menerangkan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah infeksi jamur dan mudah menular. Memberikan saran kepada pasien agar menganti baju dan pakaian dalam yang basah karena keringat. Mengurangi kegiatan sehari-hari yang dapat banyak menimbulkan keringat.. Menyarankan kepada pasien agar tidak menggaruk-garuk lesi. Mencuci dan menjemur handuk di luar ruangan agar terkena sinar matahari sesering mungkin. Menyarankan kepada pasien untuk tidak menggunakan dan langsung mencuci baju yang telah dipakai sebelumnya, sebaiknya pakaian yang telah dipakai langsung dicuci. Menyarankan kepada pasien untuk mandi dan membersihkan dirinya setiap hari, minimal 2x sehari terutama setelah beraktifitas. Menggunakan alas atau pelindung tangan untuk kegiatan bertani. Memberikan informasi kepada pasien untuk meminum obat tablet 1 kali sehari selama 14 hari, lalu control kembali setelah 14 hari pengobatan. Medikamentosa : Topikal :Ketokonazol cream 2 % dioleskan pada bagian yang gatal, sehari digunakan 2 kali selama 14 hari. Sistemik Ketokonazol tablet 1 x 200 mg selama 2 minggu.

J. PROGNOSISa. Quo Ad Vitam: Ad Bonamb. Quo Ad Functionam: Ad Bonamc. Quo Ad Sanationam: Ad bonam

BAB IIIPEMBAHASAN KASUS

A. Mengapa pada pasien ini di diagnosis tinea Korporis + tinea kruris e.c epidermophyton ?Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang diperoleh pada pasien ini: Pasien bekerja sebagai petani. Pasien bekerja di bawah terik matahari sehingga membuat pasien banyak berkeringat, selain itu pasien juga tidak menggunakan sarung tangan untuk beraktifitasnya ketika bertani. Tinggal di daerah tropis (Indonesia). Sesuai dengan teori, Insidensi dermatomikosis di Indonesia masih cukup tinggi. Dari segi usia, data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa remaja dan kelompok usia produktif adalah kelompok usia terbanyak menderita dermatomikosis superfisialis dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda atau lebih tua. Kemungkinan karena segmen usia tersebut lebih banyak mengalami faktor predisposisi atau pencetus misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak berkeringat, selain pajanan terhadap jamur lebih lama. Obesitas dan diabetes melitus juga merupakan faktor resiko tambahan oleh karena keadaan tersebut menurunkan imunitas untuk melawan infeksi.1,2 Pada kasus ini didapatkan keluhan bercak-bercak kemerahan pada punggung tangan , leher , kedua lipat paha serta kedua paha yang disertai rasa gatal. Rasa gatal bertambah terutama bila berkeringat dan udara panas. Sesuai dengan teori: Tinea kruris digunakan untuk infeksi jamur dermatofita pada daerah kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal. Sedangkan tinea korporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita pada badan, tungkai dan lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki..1,2,3 Pada pemeriksaan fisik kasus ini, status dermatologi lesi berupa makula eritematosa, hiperpigmentasi, bentuk polisiklik, disertai skuama dengan tepi aktif dan berbatas tegas. Gambaran ini sesuai dengan teori secara umum gambaran klasik lesi tinea korporis dan tinea kruris berupa lesi anular dengan central clearing dan tepi eritema yang aktif. Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrata atau polisiklik. Adanya central healing yang ditutupi skuama halus pada bagian tengah lesi. Tepi yang meninggi dan merah sering ditemukan pada pasien.1,2,3 Pada kasus ini pasien mengaku bahwa pasien jarang untuk mandi ataupun membersihkan badannya, pasien biasanya mandi hanya 1 kali dalam sehari itupun pasien mandi kalau dia berangkat bekerja saja, pasien juga jarang mengganti pakaian dan pakaian dalamnya pasien sering menggunakan pakaian yang telah dipakai sebelumnya, pasien hanya menggantung pakaian bekas pakainya lalu dipakai lagi untuk esok harinya, pasien juga mengganti pakaian dalamnya setiap 2 hari sekali, pasien jarang menjemur handuk yang telah dipakainya hanya menggantungkan handuknya di dalam kamar mandinya, pasien mengganti handuknya setiap seminggu sekali. Sesuai dengan teori, cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Faktor suhu dan kelembaban kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal; tempat yang banyak keringat seperti pada lipatan paha dan sela-sela jari paling sering terserang jamur ini. Kebiasaan mengenakan celana ketat dalam waktu yang lama dan atau bertukar pinjam pakaian dengan orang lain penderita tinea kruris juga termasuk faktor risiko infeksi awal maupun infeksi berulang tinea korporis dan kruris.4

B. Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien.Dilakukan pemeriksaan mikroskopik kerokan kulit pada tepi lesi yang eritem, ditetesi dengan KOH 10% dengan preparat kaca obyek, lalu ditutup cover glass dan dilihat dengan mikroskop pada pembesaran 40x. Hasil : tampak hifa panjang bersepta yang bercabang.

Pemeriksaaan mikroskopis kerokan kulit dengan KOH 10%, ditemukan hifa panjang bersepta dan bercabang.Sesuai teori untuk mengetahui suatu ruam yang disebabkan oleh infeksi jamur, biasanya kita lakukan pemeriksaan kerokan dari tepi lesi yang meninggi atau aktif tersebut. Spesimen dari hasil kerokan tersebut kita letakkan di atas deck glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10-20 %. Kemudian kita tutup dengan object glass kemudian dipanaskan dengan lampu Bunsen selama 10-15 menit untuk memfiksasi, kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali. Pemeriksaan mikroskopik secara langsung menunjukkan hifa panjang yang bercabang atau artospora yang khas pada infeksi dermatofita.4

Mengapa pemeriksaan penunjang yang disarankan pada pasien adalah kultur kerokan kulit dengan sabouraud dextrosa agar dan pemeriksaan fungsi hati? Untuk mengetahui golongan ataupun spesies daripada jamur dilakukan pembiakan dengan media yang standar yaitu Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Kadang-kadang kita perlukan juga mikobiotik. Setelah kurang lebih dua minggu koloni daripada jamur mulai dapat kita baca secara makroskopis.5 Lalu pemeriksaan fungsi hati dilakukan untuk melihat fungsi hati pada pasien sebelum diberikan pengobatan karena pengobatan ketokonazole mempunyai efek samping terhadap fungsi hati, pemeriksaan ini dilakukan supaya penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien tidak memberatkan fungsi hati pada pasien.5

C. Mengapa diambil diagnosa banding tinea Korporis + tinea kruris e.c Epidhermophyton, tinea Korporis + tinea kruris e.c Trycophyton, tinea Korporis + tinea kruris e.c Microsporum ?Pada diskusi laporan kasus ini penulis mengambil diagnosis banding tinea Korporis + tinea kruris e.c Epidhermophyton, tinea Korporis + tinea kruris e.c Trycophyton, dan tinea Korporis + tinea kruris e.c Microsporum dikarenakan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan teori memiliki hubungan dan kecocokan.Tinea Korporis + tinea kruris e.c Epidhermophyton : Sesuai dengan teori, Epidermophyton adalah genus jamur yang menyerang kulit, dimana penularannya melalui tanah dan atau tumbuhan kepada manusia. Termasuk E.floccosum, merupakan penyebab dari tinea kruris, tinea korporis, dan tinea pedis.6Tinea Korporis + tinea kruris e.c Trycophyton : Sesuai dengan teori, spesies tricophyton adalah jenis jamur yang menyerang kulit, kuku, dan rambut. Dimana penularannya melalui perantara manusia kepada manusia. Tricophyton merupakan penyebab paling umum dari tinea kruris dan tinea pedis.6Tinea Korporis + tinea kruris e.c Microsporum : Sesuai dengan teori, micrsoporum adalah genus jamur yang menyebabkan tinea kapitis, dan tinea korporis. Menyerang kulit dan rambut. Dimana cara penularannya melalui perantara hewan kepada manusia.6 Diagnosis banding tersebut pada kasus dapat disingkirkan sebagai diagnosis kerja dikarenakan perbedaan pada jenis spesies penyebab dan cara penularannya sehingga ditegakan diagnosis kerja Tinea Korporis + Tinea Kruris e.c Epidermophyton.D. Berdasarkan PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada kasus : Non-Medikamentosa : Menerangkan kepada pasien bahwa penyakit yang diderita pasien adalah infeksi jamur dan mudah menular. Memberikan saran kepada pasien agar menganti baju dan pakaian dalam yang basah karena keringat. Mengurangi kegiatan sehari-hari yang dapat banyak menimbulkan keringat.. Menyarankan kepada pasien agar tidak menggaruk-garuk lesi. Mencuci dan menjemur handuk di luar ruangan agar terkena sinar matahari sesering mungkin. Menyarankan kepada pasien untuk tidak menggunakan dan langsung mecncuci baju yang telah dipakai sebelumnya, sebaiknya pakaian yang telah dipakai langsung dicuci. Menyarankan kepada pasien untuk mandi dan membersihkan dirinya setiap hari, minimal 2x sehari terutama setelah beraktifitas. Menggunakan alas atau pelindung tangan untuk kegiatan bertani. Memberikan informasi kepada pasien untuk meminum obat tablet 1 kali sehari selama 14 hari, lalu control kembali setelah 14 hari pengobatan. Medikamentosa : Topikal :Ketokonazol cream 2 % dioleskan pada bagian yang gatal, sehari digunakan 2 kali selama 14 hari. Sistemik Ketokonazol tablet 1 x 200 mg selama 2 minggu.Pengobatan medikamentosa pada tinea kruris dan tinea korporis dapat berupa topikal dan sistemik yaitu7: Pada terapi topikal direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit yang hidup pada jaringan kulit dan ketokonazol krim digunakan untuk infeksi jamur dengan dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien.7 Pada terapi sistemik dipilih ketokonazol yang merupakan obat antifungi sistemik pertama yang berspektrum luas dan juga merupakan turunan imidazol sintetik yang bersifat lipofilik dan larut dalam air pada PH asam. Obat ini bekerja dengan cara menghambat C-14-dimetilase (enzim P-450 sitokrom) pembentukan ergosterol membran jamur. Penghambatan ini menganggu fungsi membrane dan meningkatkan permeabilitas.7Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat eccrine. Penghantaran akan menjadi lebih lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3-4 minggu. 7Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, sekurangnya 10 hari setelah obat dihentikan. Pemakaian ketokonazol belum ditemukan adanya resistensi selama diobservasi sehingga obat ini sangat efektif dalam pengobatan jamur. Efek samping yang sering timbul dalam penggunaan ketokonazol berupa. Dispepsia, mual, sakit perut dan diare. Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, pusing, parestesia dan reaksi alergi, trombositopenia, alopesia, peningkatan tekanan intrakranial yang reversibel (seperti edema papil, bulging fontanel pada bayi). Impotensi (sangat jarang).7Indikasi7 Infeksi pada kulit, rambut dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatofitosis, onikomikosis, Candida perionixis, pitiriasis versikolor, pitiriasis kapitis, infeksi pitirosporum, folikulitis, kandidosis kronik mukokutan), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak di permukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal. Infeksi jamur pada rongga pencernaan. Kandidosis vagina kronik dan kandidosis rekuren. Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, parakokidioidomikosis, histoplasmosis, kokidioidomikosis, blastomikosis. Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat) yang berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur.Kontra indikasi7 Penderita penyakit hati akut atau kronik. Hipersensitif terhadap ketoconazole Pada pemberian peroral, ketokonazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadine, astemizole, cisapride dan triazolam. Wanita hamilKetokonazol sistemik tersedia dalam sediaan tablet 200 mg. Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah 200-400 mg perhari. Lama pengobatan untuk tinea cruris dan tinea korporis selama 2-4 minggu. Karena keunggulan ketokonazol sebagai obat berspektrum luas, tidak resisten, efek samping minimal dan harga yang terjangkau maka obat ini paling banyak digunakan dalam pengobatan antifungi. 7, 8, 9 E. Berdasarkan Prognosis Pada KasusPrognosis pada kasus : Quo Ad Vitam : Ad Bonam Tidak ada gejala atau tanda yang mengarah pada ancaman kematian. Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital pasien masih dalam batas normal.10 Quo Ad Functionam: Ad Bonam Tinea menimbulkan lesi kulit yang tidak mengganggu fisiologis kulit secara bermakna.10 Quo Ad Sanactionam: Ad Bonam Dengan menghilangkan faktor presdiposisi maka penyakit ini dapat diobati secara tuntas dan sembuh.10

DAFTAR PUSTAKA

1. Shannon Verma, Michael P. Heffernan. Superficial Fungal Infection: in Fitzpatricks Dermatology In General Medsicine. 7th ed. vol. 2, The Mc Graw Hill Companies, 2008. 1807-1821.2. Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Penyakit Kulit : Mikosis. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2010. Hlm. 89-105.3. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penyakit Jamur : Tinea. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. Hlm. 17-54.4. Budimulja, U. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2001. Hlm. 7-16, 29-43.5. Goedadi MH, Suwito PS. Tinea korporis. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004. Hlm. 31-4.6. Ganjar, Indrawati. Mikologi Dasar dan Terapan : Dermatomikosis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. Hlm. 3-10.7. Kuswadji, Widaty KS. Obat anti jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004. Hlm.108-16.8. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2004. Hlm.99-106.9. Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. Superficial mycoses and dermatophytes. In : Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical dermatology. China: Elsenvier inc, 2006. p.185-92.10. Sobera JO, Elewski BE. Fungal disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP, editors. Dermatology. Spain : Elsevier Science; 2003. p.1174-83.21