7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
1/47
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi atau penyakit ayan merupakan manifestasi klinis berupa muatan
listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak berupa serangan kejang berulang.
Lepasnya muatan listrik yang berlebihan dan mendadak, sehingga penerimaan
serta pengiriman impuls dalam/dari otak ke bagian-bagian lain dalam tubuh
terganggu.
Secara umum masyarakat di Indonesia salah mengartikan penyakit
epilepsi. Akibatnya, penderita epilepsi sering dikucilkan. adahal, epilepsi bukan
termasuk penyakit menular, bukan penyakit ji!a, bukan penyakit yang
diakibatkan "ilmu klenik#, dan bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.$
%mumnya ayan mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam proses
kelahiran, luka kepala, pitam otak &stroke', tumor otak, alkohol. (adang-kadang,
ayan mungkin juga karena genetika, tapi ayan bukan penyakit keturunan. )api
penyebab pastinya tetap belum diketahui.
Semua orang beresiko mendapat epilepsi. *ahkan, setiap orang beresiko
satu di dalam + untuk mendapat epilepsi. engguna narkotik dan peminum
alkohol punya resiko lebih tinggi. engguna narkotik mungkin mendapat seiure
pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus
mendapat seiure !alaupun sudah lepas dari narkotik.
engetahuan masyarakat yang kurang tentang penyakit epilepsi atau ayan,
melatar belakangi penulis menyusun makalah ini. akalah ini membahas hal-hal
mengenai penyakit epilepsi, penyebab, klasifikasi penyakit epilepsi, mekanisme
terjadinya epilepsi dan pengobatannya.
$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
2/47
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
ama 0 s. 1
%sia 0 23 tahun
4enis (elamin 0 erempuan
Agama 0 Islam
Status erka!inan 0 enikah
Alamat 0 (ajhu, Aceh *esar
Suku 0 Aceh
ekerjaan 0 tidak ada
o 1 0 $5+2+
)anggal eriksa 0 22 September 2$+
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
asien mengalami kejang sejak 2 bulan terakhir
Keluhan Tamahan :
)idak mau bisa berbicara, cenderung menutup diri, dan emosinya suka
meledak-ledak secara tiba-tiba
Ri!a"at Pen"a#it Se#a$an%:
asien diba!a ke poli saraf 1S%67A merupakan pasien rujukan dari
uskesmas (ajhu. asien tidak bisa diajak berkomunikasi, sehigga anamnesis
dilakukan melalui ibu dan adik pasien. asien mengalami kejang sejak 2 bulan
terakhir, kejang dialami 8 kali dalam 2 bln yg lalu. 9rekuensi kejang meningkat
hingga 2 kali dalam seminggu dalam $ bulan terakhir. 6alam $ kali episode
kejang dialami sekitar 2-+ menit. (ejang dialami secara tiba-tiba atau pasien
sudah letih. Setiap kali kejang pasien diam dan akhirnya terjatuh dan tangan dan
kakinya bergerak-gerak tanpa henti, kejang diikuti dengan hilang ingatan dan
kencing di celana. asien belum pernah berobat untuk kondisi ini. Sebelumnya
pasien mempunyai ri!ayat trauma kepala hingga keluar darah beku dari kepala
2
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
3/47
belakang ketika umur + tahun. :ingga saat itu kepribadian pasien berubah. asien
cenderung diam dan tidak mau berkomunikasi dengan orang disekitarnya. asien
hanya mau berkomunikasi dengan keluarganya dan sering tidak nyambung dengan
pembicaraan. asien juga cenderung memiliki emosi yang tiba-tiba bila disuruh
mengerjakan sesuatu.
Ri!a"at Pen%%unaan Oat&'atan:
asien belum pernah berobat untuk kondisi yang dialami sekarang. asien
juga menyangkal meminum obat-obatan rutin dalam 8 bulan terakhir.
Ri!a"at Pen"a#it Dahulu:
asien memiliki ri!ayat trauma kepala ketika usia + tahun dan mengalami
perubahan kebribadian sejak saat itu. asien pernah mengalami kejang ketika sakit
saat usia $ tahun
Ri!a"at Pen"a#it Kelua$%a:
)idak ada keluarga memiliki keluhan yang sama. 1i!ayat hipertensi
disangkal dan ri!ayat diabetes mellitus juga disangkal.
Ri!a"at Pe#e$(aan dan Keiasaan S'sial:
asien tidak memiliki pekerjaan. asien tidak pernah mengkonsumsi
alkohol, rokok, ataupun obat-obatan terlarang.
2.) Status Inte$nus
(eadaan %mum 0 Sakit ringan
(esadaran 0 E35;+
)ekanan 6arah 0 $2/
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
4/47
Sianosis 0 tidak ada
Ikterus 0 tidak ada
edema 0 tidak ada
Anemia 0 tidak ada
. Ke,ala
*entuk 0 normocephali
@ajah 0 simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai
ata 0 konjungtiBa pucat &-/-', ikterik &-/-', pupil bulat isokor 8 mm/8 mm,
refleks cahaya langsung &C/C', dan refleD cahaya tidak langsung &C/
C',edema kelopak mata &-/-',sekret &-/-', ptosis &-/-', lagoftalmus
&-/-'
)elinga 0 serumen &-/-'
:idung 0 sekret &-/-'
ulut 0 bibir pucat dan kering tidak dijumpai, sianosis tidak dijumpai,
lidah tremor dan hiperemis tidak dijumpai.
-. Lehe$
(elenjar ?etah *ening 0 )idak teraba membesar
(elenjar )iroid 0 )idak teraba membesar
)rakhea 0 Lurus, tidak ada deBiasi
4; 0 );4 &' 1-2 cm :2.
d. Th'$a#s
Inspeksi
Statis 0 simetris, bentuk normochest
6inamis 0 simetris, pernafasan abdominothorakal, retraksi suprasternal dan
retraksi interkostal tidak dijumpai
Pa$u
Inspeksi 0 Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada jejas di dada
(anan (iri
alpasi Simetris , nyeri tekan
tidak ada,
Simetris , nyeri tekan
tidak ada
erkusi sonor sonor
3
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
5/47
Auskultasi ;esikuler
1onki&C' !heeing &-'
;esikuler
1onki&C' !heeing &-'
antun%
Inspeksi 0 Iktus kordis tidak terlihat
alpasi 0 Iktus kordis teraba di I>S ; linea midklaBikula sinistra.
erkusi 0 Atas 0 I>S III sinistra
(iri 0 I>S ; satu jari di dalam linea midklaBikula
sinistra.
(anan 0 I>S I; di linea parasternal deDtra
Auskultasi 0 *4 I *4 II normal, reguler, murmur tidak dijumpaie. Ad'men
Inspeksi 0 *entuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran, keadaan di
dinding perut0 sikatrik, striae alba, kaput medusa, pelebaran Bena,
kulit kuning, gerakan peristaltik usus, dinding perut tegang, darm
steifung, darm kontur, dan pulsasi pada dinding perut tidak
dijumpai
Auskultasi 0 eristaltik usus normal, bising pembuluh darah tidak dijumpai
alpasi 0 yeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai
:epar 0 )idak teraba
Lien 0 )idak teraba
?injal 0 *allotement tidak di jumpai
erkusi 0 *atas paru-hati relatif di I>S ;, batas paru-hati absolut di I>S
;I, suara timpani di semua lapangan abdomen.
/. Tulan% Bela#an% 0 Simetris, nyeri tekan &C'
%. Kelen(a$ Lim/e 0 embesaran (?* tidak dijumpai
h. E#st$emitas 0 (elemahan anggota gerak kanan
Su,e$i'$ In/e$i'$
Kanan Ki$i Kanan Ki$i
Sianosis )idak ada )idak ada )idak ada )idak ada
edema )idak ada )idak ada )idak ada )idak ada
9raktur )idak ada )idak ada )idak ada )idak ada
+
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
6/47
2.0Status Neu$'l'%is
A. S 0 E35;D
upil 0 Isokor &8 mm/8 mm'
1eflek >ahaya Langsung 0 &C/C'
1eflek >ahaya )idak Langsung 0 &C/C'
)anda 1angsang eningeal
- (aku kuduk 0 &-'
- LaseFue0 &-'
- (ernig 0 &-'
- *abinski 0 &-/-'
- *rudinski I 0 &-'
- *rudinski II 0 &-'
B. Ne$3us $aniales
Ne$3us III 4't'n'm5 :
$. %kuran pupil2. *entuk pupil
8. 1efleks cahaya langsung
3. 1efleks cahaya tidak langsung
+. istagmus
5. Strabismus
=. Eksoftalmus
Kanan
8 mmbulat
C
C
-
-
-
Ki$i
8 mmbulat
C
C
-
-
-
Ne$3us III6 I76 7I 4%e$a#an '#ule$5
ergerakan bola mata 0
$. Lateral
2. Atas
8. *a!ah
3. edial
+. 6iplopia
Kanan
6alam batas normal
6alam batas normal
6alam batas normal
6alam batas normal
Sulit dinilai
Ki$i
6alam batas normal
6alam batas normal
6alam batas normal
6alam batas normal
Sulit dinilai
Kel'm,'# 8't'$i#
5
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
7/47
Ne$3us 7 4/un%si m't'$i#5
$. embuka mulut
2. enggigit dan
mengunyah
6alam batas normal
6alam batas normal
Ne$3us 7II 4/un%si m't'$i#5
$. engerutkan dahi
2. enutup mata
8. enggembungkan pipi
3. emperlihatkan gigi
+. Sudut bibir
Kanan
Sulit dinilai
6alam batas normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
6alam batas normal
Ki$i
Sulit dinilai
6alam batas normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
6alam batas normal
Ne$3us I9 9 4/un%si m't'$i#5
$. *icara2. enelan
Kanan
)idak 6apat
:anya makanan
lunak
Ki$i
)idak 6apat
:anya makanan
lunak
Ne$3us 9I 4/un%si m't'$i#5
$. engangkat bahu
2. emutar kepala
Sulit dinilai
6alam batas normal
Sulit dinilai
6alam batas normal
Ne$3us 9II 4/un%si m't'$i#5
$. Artikulasi lingualis
2. enjulurkan lidah
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Kel'm,'# Sens'$is
$. erBus I &fungsi penciuman'
2. erBus ; &fungsi sensasi !ajah'
8. erBus ;II &fungsi pengecapan'
3. erBus ;III &fungsi pendengaran'
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
. Badan
8't'$i#
$. ?erakan respirasi 0 Abdomino )horakalis
2. *entuk columna Bertebralis 0 Simetris
8. ?erakan columna Bertebralis 0 (esan simetris
Sensiilitas
$. 1asa suhu 0 Sulit 6inilai.
2. 1asa nyeri 0 Sulit 6inilai.
8. 1asa raba 0 Sulit 6inilai.
D. An%%'ta e$a# Atas
=
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
8/47
8't'$i#
$. ergerakan 0 &C/C'
2. (ekuatan 0 ++++/++++
8. )onus 0 /
3. )rofi 0 /
Re/le#s
$. *iceps 0 &C/C'
2. )riceps 0 &C/C'
E. An%%'ta e$a# Ba!ah
8't'$i#
$. ergerakan 0 &C/C'
2. (ekuatan 0 ++++/++++8. )rofi 0 /
Re/le#s
$. atella 0 &C/C'
2. Achilles 0 &C/C'
8. *abinski 0 &C/C'
3. >haddok 0 &-/-'
+. ?ordon 0 &-/-'
5. ppenheim 0 &-/-'
Kl'nus
$. aha 0 &-/-'
2. (aki 0 &-/-'
8. )anda LaseFue 0 tidak ada
3. )anda (ernig 0 tidak ada
+. e$a#an An'$mal : )idak ditemukan
. +un%si 7e%etati/
$. iksi 0 dalam batas normal
2. 6efekasi 0 dalam batas normal
H. K''$dinasi Keseiman%an
$. >ara *erjalan 0 normal
2. 1omberg )est 0 negatiBe
2.;Peme$i#saan Penun(an%
La da$ah
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
9/47
)idak ada data
+'t' th$'$a):, kortikosteroid dan testosteron dapat
menurunkan kepekaan terjadinya serangan epilepsi. (ita ketahui bah!a setiap
!anita di dalam kehidupannya mengalami perubahan keadaan hormon &estrogen
dan progesteron', misalnya dalam masa haid, kehamilan dan menopause.
erubahan kadar hormon ini dapat mempengaruhi frekuensi serangan epilepsi.
Epilepsi mungkin disebabkan oleh0
J aktiBitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak
J gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat
trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
J pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia !aktu lahir,
trauma intrakranial !aktu lahir, gangguan metabolik, malformasi
congenital pada otak, atau infeksi
J pada anak-anak dan remaja, mayoritas adalah epilepsy idiopatik,
sedangkan pada anak umur +-5 tahun disebabkan karena febris
J pada usia de!asa penyebab lebih berBariasi idiopatik, karena cedera
kepala maupun tumor
enyebab spesifik dari epilepsi sebagai berikut 0
$$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
12/47
$. kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti
ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami
infeksi, minum alkohol, atau mengalami cidera.
2. kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak &hipoksia', kerusakan karena tindakan.
8. cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak
3. tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
+. penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak
5. radang atau infeksi pada otak dan selaput otak
=. penyakit keturunan seperti fenilketonuria &9(%', sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
13/47
$. Serangan parsial
a. Serangan parsial sederhana &kesadaran baik'
- 6engan gejala motorik
- 6engan gejala sensorik
- 6engan gejala otonom
- 6engan gejala psikis
b. Serangan parsial kompleks &kesadaran terganggu'
- Serangan parsial sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran
- ?angguan kesadaran saat a!al serangan
c. Serangan umum sederhana
- arsial sederhana menjadi tonik-klonik
- arsial kompleks menjadi tonik-klonik
- arsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
2. Serangan umum
a. Absens &Lena'
b. ioklonik
c. (lonik
d. )onik
e. Atonik &Astatik'
f. )onik-klonik
8. Serangan yang tidak terklasifikasi &sehubungan dengan data yang
kurang lengkap'.
(lasifikasi ILAE tahun $H
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
14/47
(lasifikasi menurut sindroma epilepsi yang dikeluarkan ILAE tahun $H
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
15/47
6iagnosis pasti epilepsi adalah dengan menyaksikan secara langsung
terjadinya serangan, namun serangan epilepsi jarang bisa disaksikan langsung
oleh dokter, sehingga diagnosis epilepsi hampir selalu dibuat berdasarkan
alloanamnesis. amun alloanamnesis yang baik dan akurat juga sulit didapatkan,
karena gejala yang diceritakan oleh orang sekitar penderita yang menyaksikan
sering kali tidak khas, sedangkan penderitanya sendiri tidak tahu sama sekali
bah!a ia baru saja mendapat serangan epilepsi. Satu-satunya pemeriksaan yang
dapat membantu menegakkan diagnosis penderita epilepsi adalah rekaman
elektroensefalografi &EE?'.
).0 Pat'/isi'l'%i
tak terdiri dari sekian biliun sel neuron yang satu dengan lainnya saling
berhubungan. :ubungan antar neuron tersebut terjalin melalui impuls listrik
dengan bahan perantara kimia!i yang dikenal sebagai neurotransmiter. 6alam
keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron berlangsung dengan baik dan
lancar. Apabila mekanisme yang mengatur lalu-lintas antar neuron menjadi kacau
dikarenakan breaking system pada otak terganggu maka neuron-neuron akanbereaksi secara abnormal. eurotransmiter yang berperan dalam mekanisme
pengaturan ini adalah0
- ?lutamat, yang merupakan brains excitatory neurotransmitter
- ?A*A &?amma Aminobutyric Acid', yang bersifat sebagai brains inhibitory
neurotransmitter.
?olongan neurotransmiter lain yang bersifat eksitatorik adalah aspartat
dan asetil kolin, sedangkan yang bersifat inhibitorik lainnya adalah noradrenalin,
dopamine, serotonin &+-:)' dan peptida. eurotransmiter ini hubungannya
dengan epilepsy belum jelas dan masih perlu penelitian lebih lanjut. Epileptic
seiure apapun jenisnya selalu disebabkan oleh transmisi impuls di area otak yang
tidak mengikuti pola yang normal, sehingga terjadilah apa yang disebut
sinkronisasi dari impuls. Sinkronisasi ini dapat mengenai pada sekelompok kecil
neuron atau kelompok neuron yang lebih besar atau bahkan meliputi seluruh
neuron di otak secara serentak. Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron yang
$+
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
16/47
ikut terkena dalam proses sinkronisasi inilah yang secara klinik menimbulkan
manifestasi yang berbeda dari jenis-jenis serangan epilepsi. Secara teoritis faktor
yang menyebabkan hal ini yaitu0
- (eadaan dimana fungsi neuron penghambat &inhibitorik' kerjanya kurang
optimal sehingga terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan,
disebabkan konsentrasi ?A*A yang kurang. ada penderita epilepsi ternyata
memang mengandung konsentrasi ?A*A yang rendah di otaknya &lobus
oksipitalis'. :ambatan oleh ?A*A ini dalam bentuk inhibisi potensial post
sinaptik.
- (eadaan dimana fungsi neuron eksitatorik berlebihan sehingga terjadi
pelepasan impuls epileptik yang berlebihan. 6isini fungsi neuron
penghambat normal tapi sistem pencetus impuls &eksitatorik' yang terlalu
kuat. (eadaan ini ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi glutamat di
otak. ada penderita epilepsi didapatkan peningkatan kadar glutamat pada
berbagai tempat di otak.
- ada dasarnya otak yang normal itu sendiri juga mempunyai potensi untuk
mengadakan pelepasan abnormal impuls epileptik.Sehingga dapat
disimpulkan bah!a untuk timbulnya kejang sebenarnya ada tiga kejadian
yang saling terkait 0
erlu adanya "pacemaker cells# yaitu kemampuan intrinsic dari sel untuk
menimbulkan bangkitan.
:ilangnya "postsynaptic inhibitory controle# sel neuron.
erlunya sinkronisasi dari "epileptic discharge# yang timbul.
Area di otak dimana ditemukan sekelompok sel neuron yang abnormal,
bermuatan listrik berlebihan dan hipersinkron dikenal sebagai fokus
epileptogenesis &fokus pembangkit serangan kejang'. 9okus epileptogenesis dari
sekelompok neuron akan mempengaruhi neuron sekitarnya untuk bersama dan
serentak dalam !aktu sesaat menimbulkan serangan kejang.
*erbagai macam kelainan atau penyakit di otak &lesi serebral, trauma otak,
stroke, kelainan herediter dan lain-lain' sebagai fokus epileptogenesis dapat
terganggu fungsi neuronnya &eksitasi berlebihan dan inhibisi yang kurang' dan
akan menimbulkan kejang bila ada rangsangan pencetus seperti hipertermia,
hipoksia, hipoglikemia, hiponatremia, stimulus sensorik dan lain-lain.
$5
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
17/47
Serangan epilepsi dimulai dengan meluasnya depolarisasi impuls dari
fokus epileptogenesis, mula-mula ke neuron sekitarnya lalu ke hemisfer
sebelahnya, subkortek, thalamus, batang otak dan seterusnya. (emudian untuk
bersama-sama dan serentak dalam !aktu sesaat menimbulkan serangan kejang.
Setelah meluasnya eksitasi selesadimulailah proses inhibisi di korteks serebri,
thalamus dan ganglia basalis yang secara intermiten menghambat discharge
epileptiknya.
ada gambaran EE? dapat terlihat sebagai perubahan dari polyspike
menjadi spike and !aBe yang makin lama makin lambat dan akhirnya berhenti.
6ulu dianggap berhentinya serangan sebagai akibat terjadinya eDhaustion neuron.
&karena kehabisan glukosa dan tertimbunnya asam laktat'. amun ternyataserangan epilepsi bisa terhenti tanpa terjadinya neuronal eDhaustion. ada
keadaan tertentu &hipoglikemia otak, hipoksia otak, asidosis metabolik
depolarisasi impuls dapat berlanjut terus sehingga menimbulkan aktiBitas
serangan yang berkepanjangan disebut status epileptikus.
).; 8ani/estasi Klinis).;.1 E,ile,si umum0
$. ajor 0
?rand mal &meliputi =+ kasus epilepsi'.
a. rimer
b. Sekunder
*angkitkan epilesi grand mal ditandai dengan hilang kesadaran dan
bangkitan tonik-tonik. anifestasi klinik kedua golongan epilepsi grand mal
tersebut sama, perbedaan terletak pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu
atau preiktal sebelum serangan kejang-kejang. ada epilepsi grand mal
simtomatik selalu didahului aura yang memberi manifestasi sesuai dengan letak
fokus epileptogen pada permukaan otak. Aura dapat berupa perasaan tidak enak,
melihat sesuatu, mencium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh,
mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya.
*angkitan epilepsi sendiri dimulai dengan hilang kesadaran sehingga
aktiBitas penderita terhenti. (emudian penderita mengalami kejang tonik. otot-
otot berkontraksi sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai
ekstensi. %dara paru-paru terdorong keluar dengan deras sehingga terdengar
$=
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
18/47
jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi. (ejang tonik ini kemudian disusul dengan
kejang klonik yang seolah-olah mengguncang-guncang dan membanting-banting
tubuh si sakit ke tanah. (ejang tonik-klonik berlangsung 2 -- 8 menit.
Selain kejang-kejang terlihat aktiBitas Begetatip seperti berkeringat,
midriasis pupil, refleks cahaya negatip, mulut berbuih dan sianosis. (ejang
berhenti secara berangsur-angsur dan penderita dalam keadaan stupor sampai
koma. (ira-kira 3 - + menit kemudian penderita bangun, termenung dan kalau tak
diganggu akan tidur beberapa jam. 9rekuensi bangkitan dapat setiap jam sampai
setahun sekali.
2. inor
a. etit mal.Epilepsi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum
yang idiopatik. eliputi kira-kira 8-3 dari kasus epilepsi. %mumnya timbul
pada anak sebelum pubertas &3-+ tahun'. *angkitan berupa kehilangan kesadaran
yang berlangsung tak lebih dari $ detik. Sikap berdiri atau duduk sering kali
masih dapat dipertahankan (adang-kadang terlihat gerakan alis, kelopak dan bola
mata. Setelah sadar biasanya penderita dapat melanjutkan aktiBitas semula.
*angkitan dapat berlangsung beberapa ratus kali dalam sehari. *angkitan petit
mal yang tak ditanggulangi + akan menjadi grand mal. etit mal yang tidak
akan timbul lagi pada usia de!asa dapat diramalkan berdasarkan 3 ciri 0
$. )imbul pada usia 3-+ tahun dengan taraf kecerdasan yang normal.
2. :arus murni dan hilang kesadaran hanya beberapa detik.
8. :arus mudah ditanggulangi hanya dengan satu macam obat.
3. ola EE? khas berupa gelombang runcing dan lambat dengan frekuensi
8 per detik.
b. *angkitan mioklonus
*angkitan berupa gerakan inBolunter misalnya anggukan kepala, fleksi
lengan yang teijadi berulang-ulang. *angkitan terjadi demikian cepatnya
sehingga sukar diketahui apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. *angkitan
ini sangat peka terhadap rangsang sensorik.
c. *angkitan akinetik
*angkitan berupa kehilangan kelola sikap tubuh karena menurunnya tonus
otot dengan tiba-tiba dan cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan
$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
19/47
dan kemudian dapat berdiri kembali. (etiga jenis bangkitan ini &petit mal,
mioklonus dan akine- tik' dapat terjadi pada seorang penderita dan disebut trias
LennoD-?astaut.
d. Spasme infantile
4enis epilepsi ini juga dikenal sebagai salaamspasm atau sindroma @est.
)imbul pada bayi 8 -- 5 bulan dan lebih sering pada anak laki-laki. enyebab yang
pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan kerusakan otak yang
luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma, infeksi dan gangguan
pertumbuhan. *angkitan dapat berupa gerakan kepala kedepan atau keatas, lengan
ekstensi, tungkai tertarik ke atas, kadang-kadang disertai teriakan atau tangisan,
miosis atau midriasis pupil, sianosis dan berkeringat.
).;.2 E,ile,si ,a$sial 4@ 2 da$i selu$uh #asus e,ile,si5.
a' *angkitan motorik.
9okus epileptogen terletak di korteks motorik. *angkitan kejang pada salah
satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilang kesadaran.
enderita seringkali dapat melihat sendiri gerakan otot yang misalnya dimulai
pada ujung jari tangan, kemudian ke otot lengan ba!ah dan akhirnya seluruh
lengan. anifestasi klinik ini disebut 4acksonian marche
b' *angkitan sensorik
*angkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epileptogen pada koteks
sensorik. *angkitan somato sensorik dengan fokus terletak di gyrus post centralis
memberi gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan posisi
abnormal atau perasaan kehilangan salah satu anggota badan. AktiBitas listrik
pada bangkitan ini dapat menyebar ke neron sekitarnya dan dapat mencapai
korteks motorik sehingga terjadi kejang-kejang.
c' Epilepsi lobus temporalis.
4arang terlihat pada usia sebelum $ tahun. emperlihatkan gejala fokalitas
yang khas sekali. anifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks karena fokus
epileptogennya terletak di lobus temporalis dan bagian otak ini meliputi ka!asan
pengecap, pendengar, penghidu dan ka!asan asosiatif antara ketiga indra tersebut
dengan ka!asan penglihatan. anifestasi yang kompleks ini bersifat
$H
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
20/47
psikomotorik, dan oleh karena itu epilepsi jenis ini dulu disebut epilepsi
psikomotor. *angkitan psikik berupa halusinasi dan bangkitan motorik laimnya
berupa automatisme.
anifestasi klinik ialah sebagai berikut0
$. (esadaran hilang sejenak.
2. 6alam keadaan hilang kesadaran ini penderita masuk kealam pikiran
antara sadar dan mimpi(twilight state).
8. 6alam keadaan ini timbul gejala fokalisasi yang terdiri dari halusinasi
dan automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai beberapa
jam. :alusinasi dan automatisme yang mungkin timbul 0
a. :alusinasi dengan automatisme pengecap.
b. :alusinasi dengan automatisme membaca.3. :alusinasi dengan automatisme penglihatan, pendengaran atau
perasaan aneh
).= Dia%n'sis
%ntuk dapat mendiagnosis seseorang menderita epilepsi dapat dilakukan
melalui anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan hasilpemeriksaan EE? dan
radiologis. amun demikian, bila secara kebetulan melihat serangan yang sedang
berlangsung maka epilepsi &klinis' sudah dapat ditegakkan.
).=.1 Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh, karena
pemeriksa hampir tidak pemah menyaksikan serangan yang dialami penderita.
enjelasan perihal segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama dan sesudah
serangan &meliputi gejala dan lamanya serangan' merupakan informasi yang
sangat berarti dan merupakan kunci diagnosis. Anamnesis juga memunculkan
informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis,
ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi Baskuler dan obat-obatan tertentu.
Anamnesi &auto dan aloanamnesis', meliputi0
& ola / bentuk serangan
& Lama serangan
& ?ejala sebelum, selama dan paska serangan
& 9rek!ensi serangan
& 9aktor pencetus
& Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
& %sia saat serangan terjadinya pertama
2
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
21/47
& 1i!ayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
& 1i!ayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
& 1i!ayat penyakit epilepsi dalam keluarga
).=.2 Peme$i#saan /isi# umum dan neu$'l'%is
elihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan
epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital,
gangguan neurologik fokal atau difus. emeriksaan fisik harus menepis sebab-
sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan ri!ayat penyakit
sebagai pegangan. ada anak-anak pemeriksa harus memperhatikan adanya
keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota
tubuh dapat menunjukkan a!al gangguan pertumbuhan otak unilateral.a. Elektro ensefalografi &EE?'
emeriksaan EE? harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
rnenegakkan diagnosis epilepsi. Adanya kelainan fokal pada EE?
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EE? menunjukkan kemungkinan adanya
kelainan genetik atau metabolik. 1ekaman EE? dikatakan abnormal.
$' Asimetris irama dan Boltase gelombang pada daerah yang
sama di kedua hemisfer otak.
25 Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih
lambat disbanding seharusnya misal gelombang delta.
)5 Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak
normal, misalnya gelombang tajam, paku &spike', paku-
ombak, paku majemuk, dan gelombang lambat yang timbul
secara paroksimal. *entuk epilepsi tertentu mempunyai
gambaran EE? yang khas, misalnya spasme infantile
mempunyai gambaran EE? hipsaritmia, epilepsi petit mal
gambaran EE? nya gelombang paku ombak 8 siklus per
detik &8 spd', epilepsi mioklonik mempunyai gambaran
EE? gelombang paku / tajam / lambat dan paku majemuk
yang timbul secara serentak &sinkron'.
b. 1ekaman Bideo EE?
2$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
22/47
1ekaman EE? dan Bideo secara simultan pada seorang penderita
yang sedang mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis dan lokasi sumber serangan. 1ekaman Bideo EE?
memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EE?, serta
memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yang
ada. rosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk
kasus epilepsi refrakter. enentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan
prosedur ini sangat diperlukan pada persiapan operasi.
c. emeriksaan 1adiologis
emeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan
untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EE?. *ila
dibandingkan dengan >) Scan maka 1I lebih sensitif dan secara
anatomik akan tampak lebih rinci. 1I bermanfaat untuk
membandingkan hipokampus kanan dan kiri
).> Penatala#sanaan
).>.1 Oat&'at anti e,ile,si
bat antiepilepsi &AE' merupakan terapi utama pada manajemen
epilepsi. (eputusan untuk memulai terapi didasarkan pada pertimbangan
kemungkinan terjadinya serangan epilepsi selanjutnya dan risiko terjadinya efek
buruk akibat terapi obat antiepilepsi. oliterapi seharusnya dihindari sebisa
mungkin. amun demikian, kurang lebih 8-+ pasien tidak berrespon terhadap
monoterapi.)ujuan pengobatan epilepsi dengan obat antiepilepsi adalah
menghindari terjadinya kekambuhan dengan efek buruk yang minimal &yang
dapat ditoleransi'.
)entang AE yang akan dipilih, didasarkan atas aspek farmakologiknya,
sudah ada standar tertentu sebagai pedoman umum untuk diterapkan di klinik.
22
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
23/47
6alam praktek tidak jarang dijumpai penyimpangan yang telah diperoleh perlu
dikombinasikan dengan sebaik-baiknya. Akhirnya semuanya tadi akan
membentuk kearifak kita dalam menghadapi setiap kasus epilepsy.
6i Indonesia telah telah tersedia berbagai jenis AE dengan berbagai
merk dagang dengan harga yang cukup lebar. 9enitoin dalam bentuk bahan baky
mempunyai harga yang paling murah, kemudian disusul harga fenobarbital. bat-
obat jadi dengan merk dagang tertentu pada umumnya cukup mahal.
*agaimanapun factor harga perlu dipertimbangkan. rogram jangka panjang,
dosis obat terbagi, dan kurangnya pengertian tentang program terapi epilepsi
merupakan factor penghambat turunya minum obat. (epatuhan minum obat
merupakan hal penting untuk serangan.
:arga obat murah dikaitkan dengan obat generik. bat generik terdapat
masalah yang perlu diperhatikan. (hususnya fenitoin, maka harus
dipertimbangkan 0
a. 1esiko terjadinya perubahan konsentrasi obat dalam serum
b. *ila terjadi perubahan konsentrasi obat dalam serum dapat menimbulkan
efek samping dan hilangnya kemanjuran obat.
c. erbandingan obat generic dengan obat jadi yang memakai merk dagang
tertentu
d. *iaya pemeriksaan laboratorium untuk memantau konsentrasi obat
e. 1esiko untuk memperoleh obat yang berbeda sediaannya, antara resep
yang pertama, kedua, dan seterusnya
f. Efek obat generic yang mempengaruhi kepatuhan penderita
g. otiBasi penderita untuk menerima obat generic
(onsekuensi dari pemilihan AE adalah
a. aham sepenuhnya tentang aspek farmakologik AE yang dipilih
b. ampu member penjelasan kepada penderita ataupun keluarganya tentang
AE tadi secara sederhana, program yang akan dijalani, dan berbagai
28
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
24/47
kemungkinan yang dapat timbul sehubungan dengan obat yang akan
diminum. 6isamping itu efek AE terhadap kondisi tertentu perlu
dimengerti, contoh pada anak-anak, !anita yang sedang atau
merencanakan hamil.
).>.2 P$insi,&,$insi, te$a,i 'at antie,ile,si :
1. 8enentu#an dia%n'sis "an% te,at
6iagnosis yang tepat sangat penting pada epilepsi. rang yang
terdiagnosis epilepsi mempunyai beberapa konsekuensi. enderita epilepsiakan meminum obat dalam jangka !aktu yang lama yang berakibat pada
kemungkinan adanya efek yang merugikan akibat obat antiepilepsi.
enderita juga dinilai oleh masyarakat sebagai penderita epilepsi yang
menurut penilaian masyarakat penyakit tersebut adalah penyakit kutukan.
Sangat disayangkan apabila penderita sinkop yang berulang, diterapi
dengan obat antiepilepsi. leh karena itu dibutuhkan pengetahuan yang
baik bagi seorang dokter untuk mendiagnosis epilepsi. 4angan pernah
coba-coba dalam terapi epilepsi.
2. 8enentu#an #a,an dimulain"a te$a,i den%an 'at antie,ile,si
Salah satu kesulitan yang dihadapi seorang dokter dalam mera!at
pasien dengan serangan epilepsi adalah memutuskan kapan memulai
pengobatan. (eputusan ini seharusnya dibuat setelah mendiskusikan dan
mengeBaluasi keadaan pasien, menimbang manfaat dan kerugianpengobatan.
Setelah kejang pertama
Langkah pertama untuk memulai pengobatan adalah menilai risiko
terjadinya bangkitan selanjutnya. 4ika bangkitan merupakan bangkitan non
epileptik, pengobatan harus ditujukan pada faktor penyebab yang
mendasari. 4ika bangkitan hipoglikemik pada anak maka diterapi dengan
23
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
25/47
glukosa, bangkitan karena putusnya alcohol dapat dikontrol paling baik
dengan perubahan perilaku adiktif dan jika bangkitan karena masalah
psikogenik dapat diatasi dengan konseling yang tepat. )erapi bangkitan
epilepsi ditentukan oleh penilaian dua hal, risiko pengobatan dan manfaat
pengobatan. Sebagai contoh, anak penderita epilepsi benigna dengan
"spikes# di sentrotemporal mungkin tidak membutuhkan terapi dengan
obat karena penelitian-penelitian menunjukkan bah!a setelah mengalami
hanya sedikit serangan nokturnal, mereka jarang mengalami kondisi ini.
4ika terdapat lesi struktural, biasanya bangkitan akan berulang &termasuk
tumor otak, displasia kortikal dan malformasi arterioBenosa'.
4ika diagnosis sudah ditegakkan, setelah bangkitan pertama jangan
ragu-ragu untuk memberikan terapi untuk memulai terapi farmakologi dan
mempertimbangkan dilakukannya tindakan bedah.
amun demikian, pada banyak kasus, penggalian faktor penyebab
spesifik seringkali gagal. (eputusan untuk mulai memberikan pengobatan
setelah kejang pertama, menurut Leppik &2$' dapat dibagi menjadi tiga
kategori berdasarkan risiko terjadinya kejang selanjutnya, yaitu treat,
possibly treat dan probably treat.
)abel $
A.T$eat :
$. 4ika didapatkan lesi struktural 0
a. )umor otak seperti meningioma, glioma, neoplastik
b. alformasi arterioBenosa
c. Infeksi seperti abses dan ensefalitis herpetika
2. )anpa lesi struktural, namun dengan 0
a. 1i!ayat epilepsi pada saudara &bukan pada orang tua'
b. EE? dengan pola epilepsi yang jelas &epileptiform'
c. 1i!ayat kejang akut &kejang akibat penyakit tertentu atau kejang demam
pada masa kanak-kanak'
2+
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
26/47
d. 1i!ayat trauma otak atau stroke, infeksi SS, trauma kepala berat
e. )oddKs postical paresis
f. Status epileptikus
B.P'ssil" :
*angkitan tanpa ada penyebab yang jelas dan tidak ditemukan faktor risiko di atas.
%ntuk keadaan seperti ini diperlukan pertimbangan yang matang mengenai
keuntungan dan risiko dari pengobatan obat antiepilepsi. 1isiko pengobatan obat
antiepilepsi umumnya rendah, sedangkan akibat dari bangkitan kedua tergantung gaya
hidup pasien.pengobatan mungkin diindikasikan untuk pasien yang akan mengendarai
kendaraan atau pasien yang mempunyai risiko besar atau trauma jika mengalami
bangkitan kedua.
.P$'al" n't 4mes#i,un te$a,i (an%#a ,ende# mun%#in isa di%una#an5 :
a. utusnya alkohol
b. enyalahgunaan obat
c. (ejang akibat penyakit akut seperti demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemik
d. (ejang karena trauma&kejang tunggal dengan segera setelah pukulan di kepala'
e. Sindrom epilepsi benigna spesifik seperti 0 kejang demam atau epilepsi benigna
dengan "spikes# sentrotemporal.
f. (ejang karena tidak tidur lama seperti kejang pada pelajar dalam !aktu-!aktu
ujian
Setelah kejang lebih dua kali atau lebih
ada umumnya pasien yang mengalami serangan dua kali atau lebih
membutuhkan pengobatan. (ecuali pada serangan-serangan tertentu seperti
kejang akibat putusnya alcohol, penyalahgunaan obat, kejang akibat penyakit akut
seperti demam tinggi, dehidrasi, hipoglikemik, kejang karena trauma &kejang
tunggal dengan segera setelah pukulan di kepala', sindrom epilepsi benigna
spesifik seperti 0 kejang demam atau epilepsi benigna dengan "spikes#
sentrotemporal, kejang karena tidak tidur lama seperti kejang pada pelajar dalam
!aktu-!aktu ujian dan kejang akibat penyebab non epileptik lainnya. (ejang
25
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
27/47
akibat hal-hal di atas sebaiknya ditangani sesuai kausanya. ada pasien yang
mengalami kejang pertama namun tidak ada faktor risiko satupun yang
ditemukan, maka kemungkinan terjadinya kejang yang kedua $ pada tahun
pertama dan 23 pada akhir tahun kedua setelah kejang yang pertama. (eputusan
untuk memulai terapi diambil dengan pertimbangan risk and benefit setelah
sebelumnya dokter berdiskusi dengan pasien. Sebagai contoh terapi diindikasikan
untuk pasien yang bekerja sebagai sopir karena jika terjadi kekambuhan se!aktu-
!aktu maka akan membahayakan pasien bahkan mengancam nya!a pasien.
engobatan yang dilakukan pada penderita yang mempunyai sedikit bahkan tidak
mempunyai risiko terjadinya kejang kedua biasanya hanya terapi jangka pendek.
1isiko terjadinya kekambuhan yang paling besar terjadi pada dua tahun pertama.
Seandainya pasien diputuskan untuk diobati, maka penghentian pengobatan
dilakukan setelah tahun kedua dari kejang yang pertama.
). 8emilih 'at "an% ,alin% sesuai
emilihan obat antiepilepsi didasarkan pada dua hal, tipe serangan dan
karakteristik pasien
a' )ipe serangan
)abel 2 modifikasi brodie et al &2+' dan panayiotopoulos &2+'
)ipe serangan 9irst-line Second-line/
add on
)hird line/
add on
arsial simple
kompleks dengan
atau tanpa
general sekunder
(arbamaepine
9enitoin
9enobarbital
kskarbaepin
Asam Balproat
LeBetiracetam
7onisamid
regabalin
)iagabin
;igabatrin
9elbamat
irimidon
2=
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
28/47
Lamotrigin
)opiramat
?abapentin
)onik klonik Asam Balproat
(arbamaepine
9enitoin
9enobarbital
Lamotrigin
kskarbaepin
)opiramat
LeBetiracetam
7onisamid
irimidon
ioklonik Asam Balproat )opiramat
LeBetiracetam
7onisamid
Lamotrigin
>lobaam
>lonaepam
9enobarbital
Absence &tipikal
dan atipikal'
Asam Balproat
Lamotrigin
Etosuksimid LeBetiracetam
7onisamid
Atonik Asam Balproat Lamotrigin
)opiramat
9elbamat
)onik Asam Balproat
9enitoin
>lonaepam
>lobaam
2
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
29/47
9enobarbital
Epilepsy absence
juBenil
Asam Balproat
Etosuksimid
>lonaepam
Epilepsy
mioklonik
juBenil
Asam Balproat
9enobarbital
>lonaepam
Etosuksimid
b' karakteristik pasien
6alam pengobatan dengan obat antiepilepsi karakteristik pasien
harus dipertimbangkan secara indiBidu. :al-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah 0 efek buruk obat, dosis yang tepat, harga, pola
hidup dan usia pasien. Suatu obat antiepilepsi mungkin efektif pada
pasien tertentu namun jika ada kontra indikasi atau terjadi reaksi yang
tidak bisa ditoleransi maka sebaiknya penggantian obat dilakukan.
Sebagai contoh asam Balproat pada !anita, khususnya !anita yang
masih dalam usia subur.
3. O,timalisasi te$a,i den%an d'sis indi3idu
(etika obat sudah dipilih terapi seharusnya dimulai dari dosis yang
paling rendah yang direkomendasikan dan pelan-pelan dinaikkan dosisnya
sampai kejang terkontrol dengan efek samping obat yang minimal &dapat
ditoleransi'.
2H
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
30/47
erlu dilakukan eBaluasi respon klinik pasien terhadap dosis obat
yang diberikan dengan melihat respon setelah obat mencapai kadar yang
optimal dan kemudian memutuskan apakah selanjutnya dibutuhkan
penyesuaian atau tidak. Setelah eBaluasi dilakukan, baru kemudian
dipertimbangkan adanya penambahan dosis.
D'sis a!al
)erapi obat antiepilepsi harus diberikan secara bertahap dalam satu
bulan terapi untuk meminimalkan efek samping gastrointestinal dan
neurologik yang biasanya terjadi pada permulaan terapi dengan obat
antiepilepsi. 9rekuensi efek samping ini cenderung menurun pada
beberapa bulan setelah terapi karena dapat ditoleransi. *eberapa cara
pemberian dosis a!al 0
Peme$ian 'at mulai da$i d'sis sute$a,eti#
Sejumlah obat antiepilepsi memberikan efek samping yang
dihubungkan dengan dosis a!al, di antaranya karbamaepin,
etosuksimide, felbamate, lamotrigin, pirimidone, tiagabin, topiramat dan
asam Balproat. unculnya ruam pada penggunaan lamotrigin dihubungkan
dengan dosis. %ntuk meminimalkan efek samping pada pemberian a!al
ini, obat-obat tersebut biasanya diberikan mulai dengan dosis subterapetik
dan dinaikkan secara bertahap sampai beberapa minggu tercapainya range
dosis yang dianjurkan. 4ika efek buruk tidak dapat ditoleransi selama
proses titrasi ini, dosis harus kembali pada kadar sebelumnya yang dapat
ditoleransi pasien. Setelah simptom menghilang, proses titrasi dimulai
kembali dengan menaikkan dosis yang lebih kecil.
Pemberian obat mulai dari dosis terapetik
Efek buruk terkait dosis a!al pemberian pada obat-obat
antiepilepsi seperti gabapentin, fenitoin, dan fenobarbital merupakan
8
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
31/47
masalah yang ringan sehingga terapi dengan obat tersebut dapat diberikan
mulai dengan dosis terapetik yang direkomendasikan.
E3aluasi ulan%
Sebelum berpikir ke arah kegagalan obat antiepilepsi dan
penggantian obat antiepilepsi dengan obat lain, factor-faktor berikut harus
dieBaluasi kembali 0
6iagnosis epilepsi
(lasifikasi tipe serangan atau sindrom epilepsi
Adanya lesi aktif
6osis yang adekuat dan atau lamanya terapi &missal 0 apakah
dosis terpaksa diberikan dengan kadar maksimal yang dapat
ditoleransiMapakah pengaturan dosis yang diberikan cukup !aktu
untuk mencapai kondisi optimalM'
e. (etaatan terhadap pengobatan &ketidaktaatan merupakan
penyebab yang paling umum terjadinya kegagalan pengobata dan
kambuhnya bangkitan'.
)able 8 dosis obat antiepilepsi untuk de!asa diambil dari *rodie et al&2+'
bat 6osis a!al
&mg/hari'
6osis yang
paling
umum
&mg/hari'
6osis
maintenance
&mg/hari'
9rekuensi
pemberian
&kali/hari'
Efek samping
9enitoin 2 8 $-= $-2 :irsutisme, hipertrofi gusi,
distres lambung, penglihatan
kabur, Bertigo, hiperglikemia,
8$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
32/47
anemia makrositik
(arbamaepin 2 5 3-2 2-3 6epresi sumsum tulang, distress
lambung, sedasi, penglihatan
kabur, konstipasi, ruam kulit
kskarbaepin $+-5 H-$
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
33/47
kepala, Bertigo, sinkop
9enobarbital 5 $2 5-23 $-2 Sedasi, distress lambung
irimidon $2+ + 2+-$+ $-2
)iagabin 3-$ 3 2-5 2-3 ulut kering, pusing, sedasi,
langkah terhuyung, nyeri kepala,
eksaserbasi kejang generalisata
;igabatrin +-
$
8 2-3 $-2
?abapentin 8-3 23 $2-3
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
34/47
)erapi dengan obat yang kedua harus dimulai dengan gambaran sebagai
berikut0 pertama, dosis dari obat kedua harus dititrasi sampai pada range dosis
yang direkomendasikan. bat yang pertama harus diturunkan secara bertahap
selama $-8 minggu. Setelah obat yang pertama diturunkan, dosis obat kedua
&monoterapi' harus dinaikkan sampai serangan terkontrol atau dengan efek
samping yang minimal. roses ini harus dilanjutkan sampai monoterapi dengan
dua atau tiga obat primer gagal. Setelah proses tersebut dilakukan baru politerapi
dipertimbangkan.
c' onoterapi
onoterapi rupanya sudah menjadi pilihan dalam memulai pengobatan
epilepsi. *erbagai keuntungan diperoleh dengan cara itu, yakni0 &$' mudah
dilakukan eBaluasi hasil pengobatan, &2' mudah dieBaluasi kadar obat dalam
darah, &8' efek samping minimal, &dapat ditoleransi pada +-
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
35/47
nternational League !gaints Epilepsy, &2' pemantauan kadar obat antiepilepsi,
&8' konsep monoterapi, &3' ditemukannya AE baru dengan mekanisme aksi yang
jelas, &+' pandangan baru tentang etiologi epilepsi, &5' lebih jelasnya mekanisme
terjadinya bangkitan, dan &=' dikembangkannya berbagai perangkat untuk
menentukan letak lesi. Secara farmakologis, satu AE dengan satu mekanisme
aksi merupakan unsur yang penting dalam manajemen epilepsi di kemudain hari.O
(enaikan inhibisi ?A*A-ergik merupakan salah satu sasaran penanganan
epilepsi. Satu AE dengan satu mekanisme akso tunggal serta dengan satu target
mungkin merupakan pilihan utama, daripada satu AE dengan berbagai target.
ada suatu kasus epilepsi dengan sebab multifokal, dapat diberikan satu AE
untuk tiap target &?ram, $HH+'.tc O(enaikan inhibisi ?A*A-ergik merupakan
salah satu sasaran penanganan epilepsi. Satu AE dengan satu mekanisme akso
tunggal serta dengan satu target mungkin merupakan pilihan utama, daripada satu
AE dengan berbagai target. ada suatu kasus epilepsi dengan sebab multifokal,
dapat diberikan satu AE untuk tiap target &?ram, $HH+'.O
d' oliterapi
oliterapi nampaknya tidak selalu merugikan. ?oldsmith de *iitencourt
&$HH+' mengatakan bah!a generasi baru AE yang dapat ditoleransi dengan baik
dan sedikit interaksi, dapat digunakan untuk politerapi. Studi tersebut
menggunakan Bigabatrin sebagai terapi tambahan pada $H kasus epilepsi parsial
refrakter. asien-pasien tersebut sebelumnya sudah mendapat terapi rata-rata $,+
macam obat. 6engan tambahan Bigabatrin, =8 pasien mengalami reduksi
frekuensi bangkitannya lebih dari +Q +2 kasus mengalami reduksi frekuensi
bangkitannya lebih dari =. Satu pasien frekuensi bangkitannya bertambah,
sedangkan 2 pasien mengalami bangkitan mioklonik.enggunaan politerapi memerlukan pengetahuan yang baik dalam
farmakologi klinik, terutama interaksi obat. *erbagai AE lama, mempunyai
mode of action yang sama, karena itu interaksinya sering tidak menguntungkan
karena efek sampingnya aditif &?oldsmith de *iitencourt,$HH+'.
(ombinasi AE yang lebih spesifik mungkin lebih menguntungkan,
misalnya0 Balproat dan etosuksimid dalam manajemen bangkitan absence
refrakter. 6ibandingkan dengan obat-obat lama, obat-obat baru mempunyai
8+
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
36/47
mekanisme yang berbeda dan lebih selektif. ungkin akan lebih menguntungkan
apabila dipakai kombinasi spesifik. Selektif terapi kombinasi yang rasional,
memerlukan pertimbangan efek klinis AE, efek samping, interaksi obat, kadar
terapetik dan kadar toksik serta mekanisme aksi tiap obat. (ombinasi optimal
dicapai dengan menggunakan obat-obat yang0
&$' mempunyai mekanisme aksi berbedaQ
&2' efek samping relatif ringanQ
&8' indeks terapi lebar, dan
&3' interaksi obat terbatas atau negatif.
)ujuan tercapai epilepsi antara lain ialah0 bangkitan terkendali dengan efek
samping obat relatif rigan atau tidak ada sama sekali &9errendelli, $HH+'.
9ong &$HH+' mengatakan bah!a kombinasi obat hanya dipakai apabila
semua upaya monoterapi telah dicoba. Apabila kombinasi dua macam obat lini
pertama tidak menolong, obat yang mempunyai efek lebih besar dan efek samping
lebih kecil tetap diteruskan, sementara obat yang lain diganti diganti dengan obat
dari kelompok lini kedua. Apabila obat lini kedua tersebut efektif,
dipertimbangkan untuk menarik obat pertama. Sebaliknya, obat lini kedua
tersebut harus dihentikan apabila ternyata tidak juga efektif. Apabila upaya
tersebut di atas gagal, kasus tersebut mungkin tergolong dalam epilepsi refrakter,
kasus epilepsi yang sulit disembuhkan. *erbagai obat antiepilepsi &AE' dapat
terus dicoba pada kasus itu, atau dipertimbangkan untuk tindakan bedah.
;. Pemantauan te$a,i
anajemen umum epilepsi 0
a. engeBaluasi kembali diagnosis sehingga mendapat diagnosis yang tepat
b. enentukan dan mengobati penyebab
c. engobati serangan 0
- enilai perlunya terapi obat 0
85
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
37/47
- )erapi obat tidak diindikasikan untuk kejang akibat penyakit akut
yang reBersible
- )erapi obat tidak perlu untuk epilepsi-epilepsi benigna yang
diketahui dengan pasti & kejang demam, rolandic epilepsy'
- 6ari kejang pertama &yang tidak diketahui penyebabnya', nilai
apakah banyak manfaatnya apabila mulai diterapi pada pasien-pasien
dengan risiko tinggi.
- emberian obat antiepilepsi yang sesuai
- )emukan dan hindari factor-faktor presipitat &alcohol, kurang tidur,
stress emosional, demam, kurang makan, menstruasi, dan lain-lain'
- EBaluasi dan pertimbangkan untuk tindakan pembedahan dan
implantasi stimulator nerBus Bagus pada pasien yang sulit diobati
dengan obat antiepilepsi.
d. encegah komplikasi akibat serangan epilepsi 0
- :entikan kejang
- :indari efek buruk obat yang tidak dapat ditoleransi pasien
- erhatikan adanya komplikasi psikososial dan obati jika ada.
=. Ketaatan ,asien
enelitian :akim &25' menunjukkan bah!a kepatuhan minum obat
menrupakan faktor prediktor untuk tercapainya remisi pada epilepsi, dimana pada
penderita epilepsi yang patuh minum obat terbukti mengalami remisi 5 bulan, $2
bulan dan 23 bulan terus menerus dibanding dengan mereka yang tidak patuh
minum obat. (riteria kepatuhan minum obat yang dipakai adalah menurut Ley
&$HH=' cit :akim &25' adalah penderita dikatakan patuh minum obat apabila
8=
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
38/47
memenuhi 3 hal berikut 0 dosis yang diminum sesuai dengan yang dianjurkan,
durasi !aktu minum obat doidiantara dosis sesuai yang dianjurkan, jumlah obat
yang diambil pada suatu !aktu sesuai yang ditentukan, dan tidak mengganti
dengan obat lain yang tidak dianjurkan.
*erbagai faktor dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan. *eberapa penelitian menunjukkan bah!a kepatuhan minum obat
pada penderita epilepsi dipengaruhi oleh dukungan keluarga, dukungan dokter,
pengaruh faktor motiBasi, adanya efek samping obat, pengobatan monoterapi ,
pengaruh biaya pengobatan serta adanya pengaruh stigma akibat epilepsi &(yngas,
2$, *uck et al, $HH=Q cit Lukman,25'.
Sedangkan penelitian yang dilakukan :akim &25' menunjukkan bah!a
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita epilepsi
adalah dukungan keluarga, dukungan dokter, motiBasi yang baik, kontrol teratur
dan tidak ada stigma akibat epilepsi. 6engan demikian, pada pengobatan epilepsi
kita harus memperhatikan faktor-faktor apa saja yang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan pengobatan, disamping tentunya faktor obat yang efikasius, dosis
yang tepat dan cara pemberian obat yang tepat juga harus diperhatikan.
).>.) Pema#aian OAE ,ada ana#
*erdasarkan penilaian neuropsikologik terhadap anak-anak dengan
epilepsi memperlihatkan masalah akademik muncul dari defisiensi kognitif
spesifik dan bukan disfungsi kognitif secara umum. ?angguan kognitif
berhubungan dengan jenis serangan, sindrom epilepsy, factor etiologi, munculnya
serangan pada usia dini, sering mengalami serangan, focus epilepsi, dan AE.
Anak yang menerima politerapi pada umumnya mengalami gangguan kognitifyang berat dari anak yang menerima monoterapi.
6efisiensi kognitif pada anak dengan epilepsi cukup berBariasi, missal
gangguan memori, penurunan kapasitas untuk memperlihatkan sesuatu,
penurunan efisiensi dalam proses informasi, gangguan persepsi pendengaran dan
berbahasa.
emberian AE pada anak harus dipertimbangkan scara benar, dengan
menghadapi efek berbeda terhadap fungsi kognitif dan perilaku. ada anak
8
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
39/47
pengaruh fenobarbital terhadap fungsi kognitif tidak begitu nyata tetapi dapat
membuat anak menjadi hiperaktif. Sementara itu fenitoin dalam kadar serum yang
tinggi dapat menimbulkan enselopati yang progresif, retardasi mental, dan
penurunan kemampuan membaca. (arbamaepin dan Balproat mengakibatkan
gangguan kognitif yang ringan. ada kadar yang tinggi, Balproat dapat
mengganggu fungsi motorik, sementara karbamepin justru memperbaiki
kecepatan kinerja pada gerakan selektif tertentu. Lagi pula karbamepin dapat
memperbaiki koordinasi mata-tangan dan keterampilan tangan.
rang tuan penderita harus benar-benar mengetahui persoalan anaknya.
aka orang tua harus diberikan pengertian yang cukup dari berbagai masalah
yang bersangkutan dengan epilepsy, agar diperoleh kerjasama yang baik. 6an
dokter harus bersikap terbuka dan siap member informasi bila diperlukan orang
tua penderita.
).>.* Pema#ainan OAE ,ada !anita hamil
Sebagian penderita mengalami kenaikan frekuensi serangan selama hamil.
9enomena ini karena berbagai factor dan yang paling mencolok adalah perubahan
konsentrasi AE dalam serum. 6engan bertambahnya kehamilan maka
konsentrasi AE makin menurun. :al ini karena perubahan dalam ikatan protein
plasma.
%ntuk memelihara konsentrasi AE dalam serum dari penderita hamil,
dosis AE harus dinaikkan. %ntuk fenitoin, dosisnya dinaikkan pada
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
40/47
langsung, yaitu melalui defisiensi asam folat. 6engan semikian dianjurkan agar
pemberian AE kepada !anita hamil selalu diberi tambahan asam folat. Status
sosialekonomu yang rendah, umur penderita yang cukup tua untuk hamil, dan
ri!ayat keluarga positif malformasi neonatus. alformasi pada janin dapat
diketahui lebih din, umur kehamilan $+-22 minggu, dengan menggunakan
pemeriksaan alfa fetoprotein dan ultrasoografi.
!anita hamil yang epilepsy harus diberi nasehat &teutama sebelum
konsepsi' bah!a insiden malformasi pada bayi, yang ibunya epilepsy dan diobati
dengan AE, lebih tinggi &2-8 kali lipat' daripada bayi yang ibunya tidak
mengalami epilepsy. Lagi pula, anak-anak yang ibunya epilepsy, diobati atau tidak
dengan AE, cenderung lebih banyak mengalami anomaly minor daripada anak-
anak yang ayahnya mengalami epilepsy atau yang tidak mengalami epilepsy.
6ari AE yang termasuk golongan first-line &fenitoin, karbamepin,
Balproat, dan fenobarbital' maka belum diketahui secara pasti obat mana yang
paling bersifat teratogenik. Apabila pemberian AE tidak dihindari, maka obat
pilihan pertama harus disesuaikan dengan jenis serangan dan diberikan secara
monoterapi dengan dosis efektif yang paling rendah. 6iet sebelum konsepsi dan
organogenesis harus dilengkapi dengan asam folat yang cukup. (emungkinan
adanya malformasidideteksi secara dini &prenatal'. enderita harus dia!asi secara
ketat selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Lebih dari H
penderita menerima AE selama kehamilan akan melahirkan anak normal, tanpa
cacat ba!aan.
etunjuk pemberian AE selama hamil
$. ?unakan obat pilihan pertama yang sesuai dengan jenis serangan dan
sindrom epilepsy
2. Laksanakan prinsip monoterapi dengan dosis dan kadar dalam serum yang
paling rendah dan efektif untuk melindungi terhadap serangan tonik-klonik
8. :indari penggunaan Balproat atau karmaepin apabila ada ri!ayat
keluarga tentang efek neural-tube
3. :indari politerapi, khususnya kombinasi dengan Balproat, karbamaepin
dan fenobarbital
3
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
41/47
+. antaulah kadar AE dalam serum secara teratur dan apabila mungkin
periksalah kadar AE bebas atau tak terkait
5. )eruskanlah pemberian tambahan folat setiap harinya dan pastikan kadarfolat dalam serum dan eritrosit dalam batas normal selama periode
organogenesis pada trimester pertama
=. Apabila kadar Balproat, hindari kadar dalam serum yang tinggi. *agilah
obat tadi 8-3 kali pemberian setiap harinya
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
42/47
g. Apakah ada factor presipitasi misalnya kurang tidur, kelelahan, cahaya
berkedip-kedip dan emosi
*eberapa jenis obat &AE dan bukan AE' telah dicoba untuk mengatasiepilepsy yang sukar dikendalikan serangannya. 9lunariin dan nefepin, dua jenis
kalsium antagonist yang berbeda, pernah dicoba sebagai adjuBant untuk mengatasi
serangan epilepsy yang refrakter. (edua obat tadi menunjukkan hasil yang
lumayan baik, namun demikian ada pula penderita yang tetap mengalami
serangan.
).>.; Te$a,i ',e$ati/
Apabila dengan berbagai jenis AE dan adjuBant tidak memberikan hasil
sama sekali, maka terapi operatif harus diperimbangkan dalam satu dasa!arsa
terakhir, tindakan operatif untuk mempercepat untuk mengatasi epilepsy refrakter
makin banyak dikerjakan. perasi yang paling aman adalah reseksi lobus
temporalis bagian anterior. Lebih kurang =-.= Pen%hentian ,en%'atan
(eputusan untuk menghentikan pengobatan sama pentingnya dengan
memulai pengobatan. 6ipihak lain, penderita atau orang tua nya pada umumnya
menanyakan 0 berapa lama atau sampai kapan harus minum obatM untuk
memutuskan apakah pengobatan dapat dihentikan atau belum, atau tidak dapat
dihentikan atau menja!ab pertanyaan yang diajukan penderita/ orang tuanya tadi
memang tak mudah. %ntuk itu perlu memahami diagnosis &termasuk serangannya'
dan prognosis epilepsy.
4enis serangan dapat pula dipakai untuk memperkirakan tingkat
kekambuhan apabila AE dihentikan. )ingkat kekambuhan yang paling rendah
adalah jenis serangan absence yang khas. (emudian berturut-turut makin tinggi
tingkat kekambuhannya adalah klonik atau mioklonik, kejang tonik-klonik primer,
32
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
43/47
parsial sederhanadan parsial kompleks, serangan yang lebih dari satu jenis, dan
epilepsy 4ackson.
(onsep penghentian obat minimal 2 tahun terbebas dari serangan pada
umumnya dapat diterima oleh kalangan praktisi. enghentian obat dilaksanakan
secara bertahap, disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. 6engan demikian
jelas bah!a penghentian AE memerlukan pertimbangan yang cermat, dan
kepada penderita atau orang tuanya harus diberikan pengertian secukupnya.
38
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
44/47
33
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
45/47
BAB I7
PE8BAHASAN
ada kasus yang dibahas ini. asien adalah !anita dengan usia 2+ tahun.*erdasarkan literatur yang ada disebutkan, kejadian epilepsi tidak bergantung
pada ras ataupun jenis kelamin. Akan tetapi bergantung pada ambang batas kejang
masing-masing indiBidu yang berbeda satu sama lain. (ejadian epilepsi menurut
literatur didapatkan paling banyak pada usia anak R$ tahun dan usia lanjut 5
tahun. Sedangkan pada pasien ini kejang pertama kali terjadi pada usia $ tahun.
Epilepsi menurut literatur juga tidak memiliki perbedaan sugnifikan antara !anita
dengan pria.
asien mengeluhkan pertama kali kejang dialami ketika usia $ tahun saat
pasien sedang sakit. Lalu dalam 2 bulan terakhir pasien mulai timbul kejang
kembali dengan frekuensi 8 kali dalam sebulan dan dalam $ bulan terakhir kejang
bertambah berat dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. *erdasarkan literatur,
pasien memiliki ri!ayat kejang demam saat masih usia $ tahun. :al ini sesuai
dengan faktor resiko terjadinya epilepsi yaitu kejang demam saat usia anak R$
tahun. ada literatur juga didapatkan anak yang memiliki ri!ayat kejang memilikikecenderungan 3 kali lebih besar untuk terjadinya epilepsi. )ipe kejang saat
terjadinya kejang demam juga sangat mempengaruhi jenis epilepsi yang akan
terjadi.
asien memiliki ri!ayat trauma kepala pada usia + tahun dan
diberitahukan keluarga bah!a trauma kepala pasien sampai mengeluarkan darah
yang banyak. *erdasarkan literatur didapatkan bah!a cedera kepala juga
termasuk faktor resiko dari epilepsy. (emungkinan terjadinya epilepsy setelah
terjadi cedera kepala berkisar antara R8 sampai =. Epilepsi post-trauma
kepala pada anak dan dea!asa tidak terlalu berbeda. Akan tetapi, bila cedera
kepala terjadi pada anak R+ tahun memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar
daripada cedera kepala pada usia tua untuk terjadinya epilepsy.
(etika kejang biasanya pasien hilang kesadaran terlebih dahulu. Lalu
pasien terlihat tegang dan akhirnya terjatuh. Lalu kedua tungkai atas dan ba!ah
3+
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
46/47
pasien bergerak tanpa henti selama 2-+ menit. (ejang diikuti dengan kencing di
celana, dan tidak ingat akan kejadian yang terjadi pada saat itu. *erdasarkan
literatur, kejang pasien termasuk epilepsy umum tipe grand mal. *angkitkan
epilesi grand mal ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-tonik.
Epilepsy tipe ini dimulai dengan hilang kesadaran sehingga aktiBitas penderita
terhenti. (emudian penderita mengalami kejang tonik. otot-otot berkontraksi
sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai ekstensi. %dara paru-
paru terdorong keluar dengan deras sehingga terdengar jeritan yang dinamakan
jeritan epilepsi. (ejang tonik ini kemudian disusul dengan kejang klonik yang
seolah-olah mengguncang-guncang dan membanting-banting tubuh si sakit ke
tanah. (ejang tonik-klonik berlangsung 2 -- 8 menit.
ada pemeriksaan lanjutan pasien belum dilakukan pemeriksaan >)-Scan
dan EE?. *erdasarkan literatur, untuk menegakkan diagnosis epilepsy paling
sering menggunakan elektroensefalografi &EE?'. 1ekaman Bideo EE? juga dapat
dilakukan tapi cenderung lebih mahal, biasanya digunakan untuk persiapan
operasi. emeriksaan neuroimaging juga dilakukan untuk melihat struktur otak
dan melengkapi data EE?. *iasanya dapat menggunakan >)-Scan kepala, akan
tetapi 1I memiliki sensitifitas yang lebih tinggi karena tampak lebih rinci dan
dapat dengan mudah membandingkan hipokampus kanan dan kiri.
asien mendapat terapi fenitoin 2 D $+mg, Asam folat 2 D 3 mg, dan
citicolin $ D $mg. *erdasarkan literatur, pentuan obat untuk epilepsi
bergantung pada jenis tipe serangan dan karakteristik pasien. enurut Leppik,
pasien ini termasuk kategori "treat#, karena didapatkan ri!ayat kejang akut
&kejang demam' saar usia $ tahun dan ri!ayat trauma otak pada usia + tahun.
35
7/24/2019 LAPKAS Saraf (epilepsi)
47/47
DA+TAR PUSTAKA
$. )jahjadi, dkk. 2=. Gambaran "mum #engenai Epilepsi.In0$apita %elekta
&eurologi.Ed0 ke-2. ogyakarta0 ?adjah ada %niBersity ress.
2. (usuma @. 4urnal Ilmiah (edokteran. ;olume I, omor $, 4anuari 2=.
ISS $H=