Stase THT RSIJ SUKAPURA Otitis Media Supuratif Kronik | 1 I.IDENTITAS Nama : Tn. Warsi Usia : 59 tahun Alamat : Jl. Turi Jaya III RT 008 RW 007 No 02 Kel. Segera Makmur Kota Bekasi. Status : Menikah Pekerjaan : Buruh Agama : Islam No. Medrek : 18 29 63 Autoanamnesa Tanggal 08 Oktober 2013 Pukul 09.30 WIB Keluhan Utama : Telinga kiri terasa terganggu sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang : Sejak 2 bulan yang lalu Os mengeluh pada telinga kiri terasa berbunyi dan penunuran pendengaran (+), terasa nyeri pada telinga disangkal, keluar cairan dari telinga (+), cairan berwarna putih dan bening, tidak berbau. Keluhan hanya dirasakan pada telinga kiri saja. Demam (-), pusing (-), nyeri pada daerah muka dan kepala disangkal, hidung tersumbat disangkal, perdarahan dari hidung (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), nyeri saat menelan disangkal, sulit menelan disangkal. Rasa sumbatan di leher disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu : Beberapa tahun lalu Os mengalami kecelakaan motor, ditabrak sampai pingsan, dan keluar darah dari telinga sebelah kiri. Saat usia Os 10 tahun suka mengorek telinga dan sampai mengeluarkan cairan. Hipertensi disangkal. Diabetes melitus (+).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
O t i t i s M e d i a S u p u r a t i f K r o n i k | 7
KLASIFIKASI
Jenis Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis Media Supuratif Kronik dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. Otitis Media Supuratif tipe Benigna (tipe mukosa = tipe aman)
2. Otitis Media Supuratif tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
Ada dua bentuk otitis media supuratif kronik, yaitu :
1. Aktif, terdapat infeksi menahun, kolesteatoma atau kombinasi keduanya di celah
telinga tengah.
2. Tidak aktif, terjadi kerusakan pada mekanisme hantaran telinga tengah (membrana
timpani dan tulang-tulang pendengaran) oleh infeksi sebelumnya, tetapi pada
pemeriksaan tidak terlihat infeksi atau kolesteatoma di celah telinga tengah.
1. Otitis Media Supuratif Kronik tipe Benigna
Proses peradangan pada otitis media supuratif tipe benigna terbatas pada mukosasaja dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di central, umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat choleteatome.
2. Otitis media supuratif kronik tipe maligna
Yang dimaksud otitis media tipe maligna adalah otitis media supuratif kronik yang
disertai cholesteatome.Dikenal juga dengan otitis media supuratif kronik tipe bahaya
atau tipe tulang.Perforasi pada tipe ini letaknya marginal atau di attik.Sebagian besar
komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada otitis media supuratif kronik tipe
maligna ini.1,2,3,4
ETIOLOGI
Orang yang sedang batuk-pilek, akan mudah sekali berkembang menjadi radang telinga
yang bisa berakhir dengan congek (otitis media kronik), jika berlarut-larut tidak diobati,
O t i t i s M e d i a S u p u r a t i f K r o n i k | 10
telinga tengah akan lebih banyak dengan adanya transudasi akibat tekanan negatif. Sekret
ini merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman.
Gangguan fungsi proteksi
Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring masuk ke telinga
tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif
untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi
sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga
tengah. Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah sekret purulen,
penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan menyebabkan membran
timpani (bagian sentral) mengalami iskemi dan akhirnya nekrosis, dengan adanya tekanan
akan menyebabkan perforasi dan sekret mukopurulen akan keluar dari telinga tengah ke
liang telinga.
Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan penutupan membran timpani
setelah 6 minggu maka OMA beralih menjadi OMSK.Patogensis OMSK belum diketahui secara
lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan
perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi
sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal
perforasi kering. Keadaan ini disebut sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis
ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran
patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi
antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang
terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid
mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang.1
O t i t i s M e d i a S u p u r a t i f K r o n i k | 15
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya
yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Tendensi otitis media
mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore.
Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan
menimbulkan komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna,
tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada
OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK
berhubungan dengan kolesteatom.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang
normal dilewati, sehingga memungkinan infeksi menjalar ke struktur sekitarnya.
Pertahanan pertama ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa
saluran nafas, maupun melokalisasi infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar
kedua yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh,
maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses periosteal, suatu komplikasi yang tidak
berbahaya.apabila infeksi mengarah ke dalam, tulang temporal maka akan
menyebabkan paresis n. Fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akanmenyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis, sinus lateralis, meningitis dan
abses otak.
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif atau eksaserbasi akut
penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis atau hematogen. Sedangkan pada
kasus yang kronik penyebaran melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah
toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya masuk melalui
fenestraprotundum, meatus akustikus eksternus, duktus perilimfatik dan duktus
endolimfatik.
Dari gejala dan tanda yang ditemukan diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi
telinga tengah ke intrakranial.
Penyebaran hematogen melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan
adanya: 1. Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat
terjadi pada hari pertama, kedua sampai hari kesepuluh. 2. Gejala prodormal tidak
jelas, seperti pada gejala meningitis lokal. 3. Pada operasi didapatkan dinding tulang
O t i t i s M e d i a S u p u r a t i f K r o n i k | 16
telinga tengah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiostea meradang dan mudah
berdarah sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika. Penyebaran melalui erosi
tulang: 1. Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit. 2.
Gejala prodormal infeksi lokal biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas
misalnya paresis n. Fasialis ringan yang hilang timbul melalui paresis n. Fasialis yang
total atau gejala meningitis lokal mendahului meningitis purulenta. 3. Pada operasi
ditemukan lapisan yang rusak, diantara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya.
Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi.
Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.3
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
Fistula labirin adalah suatu erosi tulang dari kapsul labirin sehingga terdapat
hubungan antara telinga dalam dan struktur di sekitarnya. Berdasarkan etiologinya
fistula labirin dapat disebabkan oleh proses patologis seperti infeksi, trauma dan
idiopatik.1 Fistula labirin disebabkan karena terjadinya erosi tulang oleh
kolesteatom sehingga terdapat hubungan antara telinga dalam dan struktur di
sekitarnya. Fistula labirin paling banyak terjadi pada kanalis semi sirkularis lateral,tetapi juga bisa ditemukan pada lokasi lain seperti pada oval window, promontorium
dan lokasi lainnya.
2. Labirinitis supuratif
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum
(general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Sedangkan labirinitis yang
terbatas (labirinitis sirkumskripta) yang menyebabkan terjadinya vertigo saja atau
tuli saraf saja. Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Labirinitis bakteri
(supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari rongga telinga tengah
melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen rotundum dan
foramen ovale. Infeksi dapat mencapai labirin dengan erosi dari kanalis semisirkular
lateral dengan kolesteatoma atau dengan invasi bakteri melalui round window ke
ruang perilimfe. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan supuratif.
Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan sirkumskripta.
O t i t i s M e d i a S u p u r a t i f K r o n i k | 17
Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan kronik
difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel
radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi. Erosi tulang pada telinga
dalam oleh kolesteatoma (paling sering kanalis semisirkular lateral) memperlihatkan
rute alternatif untuk infeksi telinga dalam.3
3. Tuli saraf ( sensorineural)
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan n.VII. pada
koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut
penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskular juga
terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa
berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi
pada myelin akson saraf.3
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah antara durameter dan tulang. Padaotitis media supuratif kronik keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan
kolesteatoma yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid.
Gejalanya berupa nyeri telinga hebat, nyeri kepala. Dengan foto rontgen mastoid
yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat kerusakan di lempeng tegmen yang
menandakan tertembusnya tegmen pada umumnya abses ini pada waktu operasi
mastoidektomi.3
2. Trombosis Sinus Lateralis
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan menyebabkan
terjadinya trombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan pada zaman pra-
antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi.
Demam yang tidak dapat diterangkan penyebabknya merupakan tanda pertama
dari infeksi pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah
penyakit menjadi berat didapatkan kurve suhu yang naik turun dengan sangat curam
disertai dengan menggigil. Kurve suhu demikian menandakan adanya sepsis.3