Top Banner
LAPORAN KASUS II.1. Identifikasi Nama : Tn. A Umur : 52 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Jakarta Datang ke poli : 18 Agustus 2015 II.2. Anamnesis Keluhan Utama: Penglihatan buram sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat Perjalanan Penyakit: Penglihatan buram dirasakan pasien sejak 2 bulan SMRS.Melihat seperti berkabut, makin lama makin tebal, Pasien merasa silau jika melihat cahaya dan keluhan berkurang bila berada di tempat teduh. Kadang mata terasa berair.Mata tidak terasa nyeri.Mata tidak perih. Riwayat penyakit mata lain & operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma, penyakit darah tinggi, dan kencing manis disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang dan alergi obat disangkal.
27

LAPKAS KATARAK

Jul 07, 2016

Download

Documents

ArindaRamadhana

lapkas
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPKAS KATARAK

LAPORAN KASUS

II.1. Identifikasi

Nama : Tn. A

Umur : 52 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jakarta

Datang ke poli : 18 Agustus 2015

II.2. Anamnesis

Keluhan Utama:

Penglihatan buram sejak 2 bulan yang lalu.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

Penglihatan buram dirasakan pasien sejak 2 bulan SMRS.Melihat seperti berkabut,

makin lama makin tebal, Pasien merasa silau jika melihat cahaya dan keluhan

berkurang bila berada di tempat teduh. Kadang mata terasa berair.Mata tidak terasa

nyeri.Mata tidak perih.

Riwayat penyakit mata lain & operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma, penyakit darah tinggi, dan kencing manis disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang dan alergi obat disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat memakai kacamata (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes melitus disangkal

Page 2: LAPKAS KATARAK

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

Riwayat katarak pada keluarga disangkal

II.3. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

• Keadaan Umum: Baik

• Kesadaran : Compos mentis

• Tanda Vital :

Tekanan Darah : 180 / 120 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Laju Napas : 21 x/menit

Suhu : 36,6°C

Page 3: LAPKAS KATARAK

No Pemeriksaan OD OS

1 Visus 1/60 ph 1/60 1/60 ph 6/30

2 Tekanan intra Okuler Digit: N Digit: N

3 Kedudukan bola mata

Posisi Ortoforia Ortoforia

Eksoftalmus (-) (-)

Endoftalmus (-) (-)

4 Pergerakan bola mata

Atas (+) baik (+) baik

Bawah (+) baik (+) baik

Temporal (+) baik (+) baik

Temporal atas (+) baik (+) baik

Temporal bawah (+) baik (+) baik

Nasal (+) baik (+) baik

Nasal Atas (+) baik (+) baik

Nasal Bawah (+) baik (+) baik

Status Oftalmologicus

Page 4: LAPKAS KATARAK

Nistagmus (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

5 Palpebra

Hematom (-) (-)

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Benjolan (-) (-)

Ulkus (-) (-)

Fistel (-) (-)

Hordeolum (-) (-)

Kalazion (-) (-)

Ptosis (-) (-)

Ektropion (-) (-)

Entropion (-) (-)

Sekret (-) (-)

Trikiasis (-) (-)

6 Punctum Lakrimalis

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Page 5: LAPKAS KATARAK

Benjolan (-) (-)

Fistel (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

7 Konjungtiva Tarsal Superior

Edema (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Sekret (-) (-)

8 Konjungtiva Tarsalis Inferior

Kemosis (-) (-)

Hiperemis (-) (-)

Anemia (-) (-)

Folikel (-) (-)

Papil (-) (-)

Lithiasis (-) (-)

Simblefaron (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

9 Konjungtiva bulbi

Kemosis (-) (-)

Pterigium (-) (-)

Page 6: LAPKAS KATARAK

Pinguekula (-) (-)

Flikten (-) (-)

Simblefaron (-) (-)

Injeksi konjungtiva (-) (-)

Injeksi siliar (-) (-)

Injeksi episklera (-) (-)

Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

10 Kornea

Kejernihan Jernih Jernih

Edema (-) (-)

Ulkus (-) (-)

11 Sklera

Episkleritis (-) (-)

Skleritis (-) (-)

12 Kamera Okuli anterior

Kedalaman Sedang Sedang

Kejernihan Jernih Jernih

Hifema Jernih Jernih

Page 7: LAPKAS KATARAK

13 Iris

Warna Hitam Hitam

Gambaran radien Jelas Jelas

Eksudat (-) (-)

Sinekia Anterior (-) (-)

Sinekia Posterior (-) (-)

No Pemeriksaan OD OS

14 Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Besar ± 3 mm ± 3 mm

Isokor (+) (+)

Letak Sentral Sentral

Refleks cahaya langsung (+) (+)

15 Lensa

Kejernihan Agak keruh Agak keruh

Shadow test (+) (+)

Afakia (-) (-)

Iris shadow (-) (+)

Page 8: LAPKAS KATARAK

II.4 Resume

Penglihatan buram dirasakan pasien sejak 2 bulan lalu SMRS.Melihat seperti berkabut, makin lama makin tebal, Pasien merasa silau jika melihat cahaya dan keluhan berkurang bila berada di tempat teduh. Kadang mata terasa. berair.Riwayat penyakit mata lain & operasi mata sebelumnya disangkal. Riwayat trauma, penyakit darah tinggi, dan kencing manis disangkal. Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang dan alergi obat disangkal. Pemeriksaan fisik, tekanan darah Tekanan Darah

: 180 / 120 mmHg.Nadi: 88 x/menit.Laju Napas:21 x/menit.Suhu: 36,6°C.Visus OD: 1/60 ph 1/60.OS 1/60 ph 6/30 Pada pemeriksaan, lensa agak keruh di regio nukleus okuli dextra dan sinistra

II.5 Diagnosis

Katarak sinilis imature okuli dextra dan sinistra

II.6 Penatalaksanaan

• Iodium tetes

• ECEC (Extra capsular cataract extraxtion) atau Ekstraksi katarak ekstrakapsular dan implantasi IOL

II.7 Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: LAPKAS KATARAK

ANATOMI LENSA

Anatomi Lensa

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan

bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat

tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serest lensa di dalam kapsul lensa.

Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus dehingga mengakibatkan

memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nucleus lensa.

Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa

yang tertua di dalam kapsul lensa. Didalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal

dan dewasa.

Dibagian luar nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai

korteks lensa. Korteks yang terletak disebelah depan nucleus disebut sebagai korteks anterior,

sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di

banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn

yang menggantung lensa di seluruh ekuatornya pada bahan siliar.

o Embriologi Lensa

Setelah gelembung lensa mengambang bebas pada tepi cekungan optic terjadi

pemanjangan sel-sel pada dinding posterior mengisi rongga yang kosong pada usia kehamilan

minggu ke-VII serabut-serabut lensa memanjang dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan

mencapai epitel subkapsular dan tumbuh ke belakang di bawah kapsul lensa. Serabut-serabut

lensa ini saling bertemu dan membentuk sambungan lensa berbentuk huruf Y di depan dan Y

terbalik di belakang. Proses ini selesai pada minggu ke-28.

o Fisiologi Lensa

Lensa mata merupakan struktur globular yang transparan, terletak di belakang iris, di

depan badan kaca. Bagian depan ditutupi kapsul anterior dan belakang oleh kapsul posterior.

Di bagian dalam kapsul terdapak korteks dan nucleus.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk

menjadi cembung

Page 10: LAPKAS KATARAK

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan

Terletak di tempatnya

Fungsi lensa adalah :

Refraksi

Sebagai bagian optic bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa

menyumbang + 18,0-Dioptri.

Fungsi akomodasi

Dengan kontraksi otot-otot siliaris ketegangan zonula Zinn berkurang sehingga

lensa lebih cembung untuk melihat obyek dekat.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :

Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia

Keruh atau apa yang disebut katarak

Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Page 11: LAPKAS KATARAK

KATARAK

2.1 Definisi

Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa, atau setiap keadaan

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi

protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Kata katarak berasal dari Yunani “katarrhakies”,

Inggrris “Cataract”, dan Latin “Cataracta”, yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia

disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.

2.2 Gejala Klinis

Kekeruhan mungkin dapat menurunkan ketajaman penglihatan secara langsung atau

menghasilkan perubahan indeks refraksi lensa menyebabkan astigmatisma iregular dan

kadang diplopia monokular. Pasien mungkin lebih marasa nyaman bila menggunakan topi

atau kaca mata gelap untuk mengurangi cahaya yang masuk. Gejala tidak termasuk nyeri,

sekret, atau mata merah.

2.3 Klasifikasi

Keadaan patologi lensa dapat dalam bentuk-bentuk berikut :

2.3.1 Katarak perkembangan/pertumbuhan

Katarak Kongenital dan juvenil disebut juga katarak perkembangan/pertumbuhan karena

secara biologik serat lensa masih dalam perkembangannya. Kekeruhan sebagian pada lensa

yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali

mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat mana terjadi

gangguan pada kehidupan janin.

Page 12: LAPKAS KATARAK

Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak lamelar atau zonular, katarak

polaris posterior (piramidalis posterior, kutub posterior), polaris anterior (piramidalis anterior,

kutub anterior), katarak inti (katarak nuklearis), dan katrak sutural.

a. Katarak Lamelar atau Zonular

Di dalam perkembangan embriologik permulaan terdapat perkembangan serat lensa

maka akan terlihat bagian lensa sentral yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa

keruh dalam kapsul lensa. Kekeruhan berbatas tegas dengan bagian perifer tetap bening.

Katarak lamelar ini mempunyai sifat herediter dan ditransmisi secara dominan, katarak

biasanya bilateral.

Katarak zonular terlihat segera sesudah bayi lahir. Kekeruhan dapat menutupi seluruh

celah pupil, bila tidak dilakukan dilatasi pupil sering dapat mengganggu penglihatan.

Gangguan penglihatan pada katarak zonular tergantung pada derajat kekeruhan lensa.

Bila kekeruhan sangat tebal sehingga fundus tidak dapat terlihat pada pemeriksaan

oftalmoskopi maka perlu dilakukan aspirasi dan irigasi lensa.

b. Katarak Polaris Posterior

Katarak polaris posterior disebabkan menetapnya selubung vaskular lensa. Kadang-

kadang terdapat arteri hialoid yang menetap sehingga mengakibatkan kekeruhan pada lensa

bagian belakang. Pengobatannya dengan melakukan pembedahan lensa.

c. Katarak Polaris Anterior

Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam

perkembangan embrional. Hal ini juga mengakibatkan terlambatnya pembentukan bilik mata

depan pada perkembangan embrional. Pada kelainan yang terdapat di dalam bilik mata depan

yang menuju kornea sehingga memperlihatkan bentuk kekeruhan seperti piramid. Katarak

polaris anterior berjalan tidak progresif.

Pengobatan sangat tergantung keadaan kelainan. Bila sangat mengganggu tajam

penglihatan atau tidak terlihatnya fundus pada pemeriksaan oftalmoskopi maka dilakukan

pembedahan.

d. Katarak Nuklear

Katarak semacam ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang. Kekeruhan

terletak di daerah nukleus lensa. Sering hanya merupakan kekeruhan berbentuk titik-titik.

Page 13: LAPKAS KATARAK

Gangguan terjadi pada waktu kehamilan 3 bulan pertama. Biasanya bilateral dan

berjalan tidak progresif, biasanya herediter dan bersifat dominan. Tidak mengganggu tajam

penglihatan.

Pengobatan, bila tidak mengganggu tajam penglihatan maka tidak memerlukan

tindakan.

e. Katarak Sutural

Katarak sutural merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat statis,

terjadi bilateral dan familial. Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media

penglihatan maka ia tidak akan mengganggu penglihatan. Biasanya tidak dilakukan tindakan.

2.3.2 Katarak Juvenil

Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu

kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa sehingga

biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract. Biasanya

katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala penyakit keturunan lain.

Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan akan menimbulkan ambliopia.

Tindakan untuk memperbaiki tajam penglihatan ialah pembedahan. Pembedahan

dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan sehari-hari. Hasil tindakan

pembedahan sangat bergantung pada usia penderita, bentuk katarak apakah mengenai seluruh

lensa atau sebagian lensa apakah disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin

lama lensa menutupi media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.

2.3.3 Katarak Degeneratif (senil)

Perubahan yang tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya

lapisan korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi

pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul

pada usia dekade 4 dalam benuk keluhan presbiopia.

Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal, dan kupuliform.

a. Katarak Nuklear

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama

kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuningan menjadi cokelat dan kemudian

menjadi kehitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra.

b. Katarak Kortikal

Page 14: LAPKAS KATARAK

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan

terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada keadaan ini penderita seakan-

akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah.

c. Katarak Kupuliform

Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear.

Kekeruhan dapat terlihat di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.

Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering

sukar dibedakan dengan katarak komplikata.

Stadium-stadium dari Katarak Senil, yaitu :

a. Katarak Insipien

Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dasar di

perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di

antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau posterior. Kekeruhan ini pada

umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan.

Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia karena indeks refraksi yang tidak sama

pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.

b. Katarak Intumesensi

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

menyerap air. Masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan

besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan

keadaan normal. Pencembungan lensa ini dapat memberikan penyulit glaukoma

Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan

mengakibatkan miopia lenticular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga

lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan memberikan miopisasi.

Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel

serat lensa.

c. Katarak Imatur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau

belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa.

Page 15: LAPKAS KATARAK

Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah

cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata

akan menjadi miopik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan

sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji bayangan iris

pada keadaan ini positif.

d. Katarak Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama

hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris

tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.

Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh

karena deposit kalsium. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

e. Katarak Hipermatur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan berwarna

kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah

bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan mengakibatkan bilik mata menjadi

dalam. Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.

Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyulit berupa

uveitis fakotoksik atau glaukom fakolitik.

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata

Depan

Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik

Mata

Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis +

Glaukoma

2.3.4 Katarak Komplikata

Page 16: LAPKAS KATARAK

Penyakit intraokular atau penyakit di bagian tubuh yang lain dapat menimbulkan katarak

komplikata. Penyakit intraokular yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah

iridosiklitis, glukoma, ablasi retina, miopia tinggi dan lain-lain. Biasanya kelainan terdapat

pada satu mata.

Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolisme lensa

bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada tempat iris melekat dengan lensa (sinekia

posterior) yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.

Glaukoma pada saat serangan akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan

lensa subkapsul anterior. Bentuk kekeruhan ini berupa titik-titik yang tersebar sehingga

dinamakan katarak pungtata subkapsular diseminata anterior atau dapat disebut menurut

penemunya katarak Vogt. Katarak ini bersifat reversibel dan dapat hilang bila tekanan bola

mata sudah terkontrol.

Ablasio dan miopia tinggi juga dapat menimbulkan katarak komplikata. Pada katarak

komplikata yang mengenai satu mata dilakukan tindakan bedah bila kekeruhannya sudah

mengenai seluruh bagian lensa atau bila penderita memerlukan penglihatan binokular atau

kosmetik.

Jenis tindakan yang dilakukan ekstraksi linear atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.

Iridektomi total lebih baik dilakukan dari pada iridektomi perifer.

Katarak yang berhubungan dengan penyakit umum mengenai kedua mata, walaupun

kadang-kadang tidak bersamaan. Katarak ini biasanya timbul pada usia yang lebih muda.

Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid,

miotonia distrofia, tetani infantil dan lain-lain.

Diabetes melitus menimbulkan katarak yang memberikan gambaran khas yaitu kekeruhan

yang tersebar halus seperti tebaran kapas di dalam masa lensa. Pada hipoparatiroid akan

terlihat kekeruhan yang mulai pada dataran belakang lensa, sedang pada penyakit umum lain

akan terlihat tanda degenerasi pada lensa yang mengenai seluruh lapis lensa.

Pengobatan pada katarak komplikatan dilakukan bila sudah mengganggu pekerjaan

sehari-hari.

Katarak Sekunder

Katarak sekunder atau sering disebut after cataract yaitu katarak yang timbul beberapa

bulan setelah ekstraksi katarak ekstakapsular atau setelah emulsifikasi fako; berupa penebalan

kapsul posterior proliferasi sel-sel radang pada sisa-sisa korteks yang tertinggal. Bila

Page 17: LAPKAS KATARAK

mengganggu tajam penglihatan penebalan tersebut dibuka dengan sayatan sinar laser,

memakai alat Nd. YAG laser.

2.3.5 Katarak Traumatik

Kekeruhan lensa akibat ruda paksa atau katarak trauma dapat terjadi akibat ruda paksa

tumpul atau tajam. Ruda paksa ini dapat mengkibatkan katarak pada satu mata atau

monokular katarak. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang

pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang korpus vitreus masuk kedalam

struktur lensa.

Pengobatan pada katarak trauma bila tidak terdapat penyulit dapat ditunggu sampai mata

menjadi tenang. Penyulit yang dapat terjadi dapat dalam bentuk glaukoma lensa yang

mencembung atau uveitis akibat lensa keluar melalui kapsul lensa.

2.4 Penatalaksanaan

2.4.1 Katarak Kongenital

Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sejak bayi dalam kandungan dan

segera dapat terlihat sesudah bayi lahir. Korteks dan nukleus lensa mata bayi mempunyai

konsistensi yang cair. Bila kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah

tidak dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan

secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia 2 bulan pada

satu mata. Paling lambat yang lainnya sudah dilakukan pembedahan bila bayi berusia 2

tahun.

Sekarang dilakukan pembedahan lensa pada katarak kongenital dengan melakukan disisi

lensa. Disisi lensa ialah menyayat kapsul anterior lensa dan mengharapkan masa lensa yang

cair keluar bersama akuos humor atau difagositosis oleh makrofag. Biasanya sesudah

beberapa waktu terjadi penyerapan sempurna massa lensa sehingga tidak terdapat lensa lagi,

keadaan ini disebut afakia.

Afakia

Bila lensa sudah dikeluarkan pada ekstraksi lensa, atau masa lensa sudah habis

diabsorbsi seperti pada disisi lensa atau ekstraksi lensa, atau ekstraksi linear maka keadaan ini

disebut afakia.

Page 18: LAPKAS KATARAK

Akibat tidak terdapatnya lensa di dalam bilik mata belakang, maka iris tidak ada

sandaran ke belakang sehingga terjadi iris tremulans dimana iris bergoyang pada setiap

pergerakan mata. Bilik mata depan menjadi lebih dalam. Lensa yang tidak ada pada seorang

emetropia akan memberikan kelainan refraksi. Hipermetropia kira-kira 10 dioptri yang berarti

ia memerlukan lensa positif 10 untuk melihat jauh dan untuk melihat dekat adisi 3.00 dioptri

karena tidak adanya akomodasi.

Pada monocular afakia akan menimbulkan perbedaan refraksi yang besar antara mata

kiri dan kanan (anisometropia). Kondisi tersebut dapat diatasi dengan 3 cara :

Toleransi test, yaitu memberikan koreksi lensa mata pada mata dengan tajam

penglihatan terbaik, bila perlu dengan menutup mata sebelahnya.

Lensa kontak. Tetapi pada usia lanjut, mengalami kesulitan untuk memasang dan

melepas.

Lensa intraokular merupakan cara terbaik untuk mengatasi problem refraksi pada

afakia.

Penyulit disisi lensa

Massa lensa yang telah keluar dari kapsulnya merupakan benda asing untuk jaringan

mata sehingga menimbulkan reaksi radang terhadap masa lensa tubuh sendiri yang disebut

uveitis fakoanafilaktik. Kadang-kadang massa lensa yang keluar ini mengakibatkan

penyumbatan jalan keluar akuos humor pada sudut bilik mata sehingga terjadi

pembendungan akuos humor di dalam bola mata yang akan mengakibatkan naiknya tekanan

bola mata yang disebut glaukoma sekunder.

Bila sisa lensa tidak diserap seluruhnya dan menimbulkan jaringan fibrosis akan terjadi

katarak sekunder. Katarak sekunder yang kecil walaupun terletak di depan pupil tidak akan

mengganggu tajam penglihatan. Kadang-kadang katarak sekunder ini sangat tebal sehingga

mengganggu perlihatan maka dalam keadaan demikian dapat dilakukan disisi lensa.

2.4.2 Pembedahan Katarak Senil

Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan waktu kapan katarak

dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.

Digunakan nama insipien, imatur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan

terjadinya penyulit yang dapat terjadi. Bila pada stadium imatur terjadi glaukoma maka

secepatnya dilakukan pengeluaran lensa walaupun kekruhan lensa belum total. Demikian

pula pada katarak matur dimana bila masuk ke dalam stadium lanjut hipermtur maka

Page 19: LAPKAS KATARAK

penyulit mungkin akan tambah berat dan sebaiknya pada stadium matur sudah dilakukan

tindakan pembedahan.

Ekstraksi lensa sebenarnya suatu tindakan yang sederhana, namun resikonya berat.

Kesalahan pada tindakan pembedahan atau terjadinya infeksi akan mengakibatkan hilangnya

penglihatan tanpa dapat diperbaiki lagi. Pembedahan biasanya dengan anestesi lokal. Hanya

orang-orang yang tidak tenang, neurosis atau takut dilakukan dalam narkosa umum.

Pembedahan katarak senil dikenal 2 bentuk yaitu intrakapsular atau ekstrakapsular.

Ekstraksi katarak intrakapsular merupakan tindakan umum pada katarak senil karena

bersamaan dengan proses degenerasi lensa juga terjadi degenerasi zonula Zinn sehingga

dengan memutuskan zonula ini dengan menarik lensa, maka lensa dapat keluar bersama-sama

dengan kapsul lensa.

Katarak ekstraksi ekstrakapsular dilakukan dengan merobek kapsul anterior lensa dan

mengeluarkan dilakukan pada katarak senil bila tidak mungkin dilakukan intrakapsular misal

pada keadaan terdapatnya banyak sinekia posterior bekas suatu uveitis sehingga bila kapsul

ditarik akan mengkibatkan penarikan kepada iris yang akan menimbulkan perdarahan.

Ekstrakapsular sering dianjurkan pada katarak dengan miopia tinggi untuk mencegah

mengalirnya badan kaca yang cair keluar, dengan meninggalkan kapsul posterior untuk

menahannya. Pada saat ini ekstrakapsular lebih dianjurkan pada katarak senil untuk

mencegah degenerasi makula pasca bedah.

Cara lain mengeluarkan lensa yang keruh adalah yang keruh adalah dengan terlebih

dahulu menghancurkan masa lensa dengan gelombang suara frekuensi tinggi (40.000 MHz),

dan masa lensa yang sudah seperti bubur dihisap melalui sayatan yang lebarnya cukup 3.2

mm. Untuk memasukkan lensa intraokular yang dapat dilipat (foldable IOL) lubang sayatan

tidak selebar sayatan pada ekstraksi katarak ekstrakapsulat. Keuntungan bedah dengan

sayatan kecil ini adalah penyembuhan yang lebih cepat dan induksi terjadinya astigmatismat

akan lebih kecil.

Persiapan bedah katarak

Page 20: LAPKAS KATARAK

Dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan, Uji Anel, Tonometri dari ada atau tidak

adanya infeksi di sekitar mata.

Pemeriksaan keadaan umum penderita sebaiknya sudah terkontrol gula darah, tekanan

darah selain penderita sudah diperiksa paru untuk mencegah kemungkinan batuk pada saat

pembedahan atau pasca bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Sherwood Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC. 2003.

Ilyas, Prof. dr. H. Sidarta, Sp. M. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. 2009.

Page 21: LAPKAS KATARAK

Vaughan, Taylor, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta ; Widya Medika. 2002.