STATUS PASIEN LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn.S Umur : 55 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status perkawinan : Kawin Pendidikan terakhir : SMP Pekerjaan : Petani Agama : Islam Alamat : Tanggal masuk : 11 September 2013 II. ANAMNESA Keluhan Utama Nyeri perut kanan bawah Riwayat Penyakit Sekarang Os datang ke RSUD 45 Kuningan tanggal 11 September 2013 dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri perut dirasakan os sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan os terus menerus dan kadang menjalar ke
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
STATUS PASIEN
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat :
Tanggal masuk : 11 September 2013
II. ANAMNESA
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke RSUD 45 Kuningan tanggal 11 September 2013 dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah. Nyeri perut dirasakan os sejak 4 hari yang lalu.
Nyeri dirasakan os terus menerus dan kadang menjalar ke pinggang kanan. Os
mengaku tidak ada perubahan posisi yang dapat meringankan dan memperberat
nyeri yang dirasakan os.
Os mengaku seminggu yang lalu merasakan nyeri di ulu hati dan
berpindah ke perut kanan bawah. Tetapi nyeri tersebut hilang timbul, os
merasakan nyeri lagi setelah 4 hari belakangan ini dan nyerinya terus menerus. Os
juga merasakan demam 4 hari ini. Mual dan muntah disangkal oleh os sekalipun
nafsu makan os menurun.
BAK lancar, berwarna kuning, tidak disertai nyeri dan tidak berpasir. BAB
lancar, tidak mencret, tidak berlendir, dan tidak ada darah yang keluar.
Os memiliki riwayat sakit seperti ini sejak sebulan lalu, nyeri berpindah
dari ulu hati ke perut kanan bawah. Nyeri sekarang merupakn nyeri ke dua kalinya
dan tidak hilang selama 4 hari maka os berobat ke IGD RSUD 45 Kuningan.
Os pernah berobat ke dokter, nyeri menghilang tetapi kambuh lagi. Os
tidak tahu nama obatnya apa.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan seperti Os
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Dalam sebulan ini os mengalami serangan yang sama selama 2 kali.
Riwayat Pemakaian Obat
Os pernah berobat ke dokter, nyeri menghilang tetapi kambuh lagi. Os
tidak tahu nama obatnya apa.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
A. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
HR : 60 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,4 ‘C
B. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Kepala-leher
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
edema palpebra -/-
Leher : Pembesaran KGB (-), TVJ = R-2 H2o
b. Thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak tampak jejas (-)
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, iktus kordis teraba (+)
Pasif: Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan pemeriksa, psoas sign
(+) bila terasa nyeri perut kanan bawah.
Obturator sign
Dilakukan dengan menyuruh pasien tidur telentang, lalu dilakukan
gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul atau articulation coxae.
Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah : pada laboratorium darah terdapat leukositosi ringan
( 10.000 – 18.000/mm3) yang didominasi >75% oleh sel Polimorfonuklear
(PMN), netrofil (shift to the left) dimana terjadi pada 90% pasien. Hal ini
biasanya terdapat pada pasien dengan akut appendisitis dan apendisitis
tanpa komplikasi. Sedangkan leukosit >18.000/ mm3 meningkatkan
kemungkinan terjadinya perforasi apendiks dengan atau tanpa abses.
Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit, dan bakteri
dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan
diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang
mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis.
Pemeriksaan laboratorium lain yang mendukung diagnosa appendisitis
adalah C- reaktif protein. CRP merupakan reaktan fase akut terhadap
infeksi bakteria yang dibentuk di hepar. Kadar serum mulai meningkat
pada 6-12 jam setelah inflamasi jaringan. Tetapi pada umumnya,
pemeriksaan ini jarang digunakan karena tidak spesifik. Spesifitasnya
hanya mencapai 50-87% dan hasil dari CRP tidak dapat membedakan tipe
dari infeksi bakteri.
Foto polos abdomen
Radiologi polos tidak spesifik, umunya tidak efektif untuk biaya, dan
dapat menyesatkan dalam stuasi tertentu. Dalam <5%, suatu fekalith buram
mungkin tidak terlihat di kuadran kanan bawah. Foto polos abdomen dapat
digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada appendisitis akut dapat
terlihat abnormal “gas pattern” dari usus, tapi hal ini tidak spesifik. Ditemukan
fekalith dapat mendukung diagnosis. Dapat ditemukan pula adanya local air fluid
level, peningkatan densitas jaringan lunak pada kuadran kanan bawah, perubahan
bayangan psoas line, dan free air (jarang) bila terjadi perforasi. Foto polos
umumnya tidak dianjurkan kecuali kondisi tertentu misalnya perforasi, obstruksi
usus, saluran kemih kalkulus. Walaupun demikian, foto polos abdomen bukanlah
sesuatu yang rutin atau harus dikerjakan dalam mengevaluasi pasien dengan nyeri
abdomen yang akut.
USG
Merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menentukan diagnosis
appendisitis. Tekniknya tidak mahal, dapat dilakukan dengan cepat, tidak invasif,
tidak membutuhkan kontras dan dapat digunakan pada pasien yang sedang hamil
karena tidak mengganggu paparan radiasi. Secara sonografi, appendiks
diidentifikasikan sebagai “blind end”, tanpa peristaltik usus. Kriteria sonografi
untuk mendiagnosis appendisitis akut adalah adanya noncompressible appendiks
sebesar 6 mm atau lebih pada diameter anteroposterior, adanya appendicolith,
interupsi pada kontinuitas lapisan submukosa, dan cairan atau massa
periappendiceal. Temuan perforasi appendisitis termasuk cairan pericecal
loculated, phlegmon (sebuah definisi penyakit lapisan struktur dinding appendiks)
atau abses, lemak pericecal menonjol, dan kehilangan keliling dari layer
submukosa.
False (+) dapat ditemukan pada adanya dilatasi tuba falopii dan pada
pasien yang obese hasilnya bisa tidak akurat, divertikulum Meckel, divertikulitis
cecal, penyakit radang usus, penyakit radang panggul, dan endometriosis.
Sedangkan false (-) didapatkan pada appendiks.
Scoring Appendisitis
Skor Alvarado (9)
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dibuat skor alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu : skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
dilakukan apendiktomi, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap
jaringan apendiks dan hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu :
radang akut dan bukan radang akut.
Keterangan Alvarado score :
Interpretasi dari Modified Alvarado Score :
1 – 4 sangat mungkin bukan appendisitis akut
5 – 7 sangat mungkin appendisitis akut
8 – 10 pasti appendisitis akut
Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
1 – 4 : observasi
5 – 7 : antibiotik
8 – 10 : operasi dini
Komplikasi Appendisitis
Apendikular infiltrat : infiltrat atau massa yang terbentuk akibat mikro
atau makro perforasi dari appendiks yang meradang kemudian ditutupi
oleh omentum, usus halus atau usus besar.
Apendikular abses : abses yang terbentuk akibat mikro atau makro
perforasi dari appendiks yang meradang kemudian ditutupi oleh omentum,
usus halus atau usus besar.
Perforasi : gejalanya ialah nyeri berat dan demam >38,3 0C
Peritonitis : peritonitis lokal dihasilkan dari perforasi gangren appendiks,
yang kemudian dapat menyebar ke seluruh rongga peritoneum. Gejalanya
ialah : peningkatan kekakuan oto abdomen, distensi abdominal dan demam
tinggi.
Ileus
Penatalaksanaan Apendisitis
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
appendiktomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau
perforasi. Insidensi appendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%.
Pada appendisitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah. Pada apendisitis
akut, abses, dan perforasi diperlukan tindakan operasi apendiktomi cito.
Untuk pasien yang dicurigai Apendisitis :
o Puasakan
o Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgesik tidak akan
menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
o Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia produktif.
o Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang
membutuhkan Laparotomi.
Terapi Non-Operatif
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna
untuk appendisitis akut bagi mereka yang sulit mendapatkan intervensi
operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang
memiliki resiko tinggi untuk dilakukan operasi.
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Terapi Operatif
Antibiotika preoperatif (persiapan preoperatif)
Pemberian antibiotika preoperatif efektif untuk menurunkan terjadinya
infeksi post operasi.
Diberikan antibiotika spektrum luas dan juga untuk gram negatif dan
anaerob.
Antibiotika preoperatif diberikan oleh ahli bedah.
Antibiotika profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya
digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau
Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi
bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,
Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Indikasi Appendiktomi :
Appendisitis akut
Appendisitis kronik
Periapendikular infiltrat dalam stadium tenang
Apendiks terbawa dalam operasi kandung kemih
Apendisitis perforata
Prognosis Appendisitis
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika
pecah pada orang tua. Kematian biasanya akibat dari sepsis, emboli paru, atau
aspirasi. Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan
dengan antibiotik yang adekuat. Morbiditas meningkat seiring dengan perforasi
dan usia tua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shrestha, S. Anatomy of appendix and appendicitis. http://medchrome.com/basic-science/anatomy/anatomy-appendix-appendicitis/. Accesed in Juni,23,2013.
2. Faiz,O, balckburn,S, Moffat,D. Anatomy At A Glance. Edisi Ketiga. England : Oxford;2011. H 36.
3. urDocter. Anatomy and physiology of Appendix. Http://healthycase.com/articles/surgery/19-anatomy-and-physiology-of-appendix. Accessed in Juni,23,2013.
4. Kevin P. Lally, Charles S. Cox JR. Dan Richard J. Andrassy. Appendix on Chapter 47 in Sabiston Textbook of Surgery 17ed ebook. New york: Saunders; 2004.h 1381-1400
5. Addiss,D G. The epidemiology of appendicitis and appendectomy in the United States. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2239906. Accessed in Juni,23,2013.
6. Brunicardi C, Anderson DK, Billiar T, Duhn DL, Hunter JG, Mathews JB, Pallock RC. 2010. The Appendix on Chapter 30 in Schwartz’s Principles of Surgery 9ed ebook. New York: McGraw-Hills.
7. Annonymmous. Appendicits Type. http://www.appendicitissymptoms.org.uk/appendicitis-types.htm. Accessed in Juni,23,2013.
8. Old JL. Imaging for Suspected Appendicitis. Available at : http://www.aafp.org/afp/2005/0101/p71.html#afp20050101p71-b15. Accessed in Juni,23,2013.
9. Vanjak D. Analysis of Scores in Diagnosis of Acute Appendicitis in women. Available at : www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10356580. Accessed in Juni,23,2013.
10. Dudley H.A.F. apendisitis akut dalam Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat edisi 11. Gajah Mada Unv Press. 1992. Hal 441-452
11. Craig, Sandy. 2008. Appendicitis, Acut-Follw-Up. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/773895-followup. Accessed in Juni,23,2013.