Kelompok I a BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Beton merupakan adukan/campuran bahan-bahan agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir), semen dan air. Semen berfungsi sebagai bahan perekat dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimjia selama proses pengerasan dan perewatan beton berlangsung. Sedangkan agregat halus dan agregat kasar merupakan bahan pengisi, yang memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ukuran rongga-rongga dalam agregat minimum. Nilai kekuatan dan ketahanan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finsing, temperature dan kondisi perawatan pengerasannya. Beton yang merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka mutu beton dipengaruhi oleh factor manusia dan faktor alam, sehingga dalam proses pembuatan beton selalu dibuat perancangan campuran agar diperoleh kekuatan beton yang dikehendaki. Civil Engineering of Sriwijaya University EKA WIJAYA (03071001061)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kelompok I a
BAB IPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Beton merupakan adukan/campuran bahan-bahan agregat kasar (kerikil),
agregat halus (pasir), semen dan air. Semen berfungsi sebagai bahan perekat dan
air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimjia selama proses
pengerasan dan perewatan beton berlangsung. Sedangkan agregat halus dan
agregat kasar merupakan bahan pengisi, yang memiliki ukuran sedemikian rupa,
sehingga ukuran rongga-rongga dalam agregat minimum. Nilai kekuatan dan
ketahanan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya adalah nilai
banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan finsing, temperature dan kondisi perawatan pengerasannya.
Beton yang merupakan produk manusia dan dibuat dari bahan alami, maka
mutu beton dipengaruhi oleh factor manusia dan faktor alam, sehingga dalam
proses pembuatan beton selalu dibuat perancangan campuran agar diperoleh
kekuatan beton yang dikehendaki.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum dasar yang dlakukan di laboratorium struktur dan bahan
mempunyai sasaran untuk mengenal sifat mekanikal bahan, elemen maupun
system struktur melalui percobaan di laboratorium. Diharapkan dengan percobaan
di laboratorium, mahasiswa mengerti sifat-sifat bahan struktur, termasuk
pengetahuan mengenal gradasi agregat, perancangan dan percobaan
melaksanakan pembuatan campuran beton dengan kekuatan tekan tertentu.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
1.3. PEMBAHASAN MASALAH
Karakteristik bahan untuk membuat beton hanya dapat ditentukan dengan
pasti di laboratorium. Hanya semen dikendalikan dari pabrik (agar sesuai dengan
standar industri tertentu). Jika digunakan air pencampuran beton dari sumber yang
diketahui baik mutunya, maka pengujian mutu air juga boleh dilakukan. Karena
itu untuk produksi beton dengan karakteristik yang diinginkan, pemeriksaan
agregat dan pengendalian mutu harus dikerjakan secara berkala dengan pengujian
di laboratorium.
1.4. METODE PRAKTIKAN
Metode praktikum yang dilakukan adalah mengadakan pemeriksaan bahan
pembentuk beton sebagai dasar perancangan campuran.
1.5. SISTEM PEMBAHASAN MASALAH
Penulisan laporan praktikum ini terdiri atas lima bab dengan uraian
masing-masing bab sebagai berikut:
BAB I : Membahas tentang latar belakang, tujuan praktikum, pembatasan
masalah, metode praktikum dan sistematika pembahasan.
BAB II : Membahas tentang agregat halus, yang meliputi pemeriksaan berat
volume, analisis saringan, pemeriksaan bahan lolos saringan nomor
200, pemeriksaan kadar air dan pemeriksaan spesifik gravity.
BAB III : Membahas tentang agregat kasar, yang meliputi pemeriksaan berat
volum, analisis saringan, pemeriksaan kadar air dan pemeriksaan
spesifik gravity.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
BAB IV : Membahas mengenai beton, yang meliputi perancangan pelaksanaan
campuran, slump, pemeriksaan berat isi beton, pembuatan dan
pemeriksaan benda uji.
BAB V : Kesimpulan.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
BAB II
AGREGAT HALUS
2.1. PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS
1. Tujuan Percobaan
Menentukan berat isi agregat halus sebagai perbandingan antara berat
material kering dengan volumenya.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh
b. Talam dengan kapasitas yang besar untuk mengeringkan contoh agregat
c. Tongkat pemadat diameter 13 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat,
terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata
e. Skop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegan.
3. Bahan-Bahan
Agregat Halus (Pasir)
4. Prosedur Praktikum
Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasistas wadah. Keringkan di oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat
menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
a. Berat isi lepas:
1. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir dari ketinggian 5 cm, di atas wadah dengan menggunakan
sendok atau skop sampai penuh.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
4. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
5. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
b. Berat isi padat
a. Timbang dan catatlah berat wadah
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali secara merata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
5. Perhitungan
Dimana:
V = isi wadah (dm3)
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
6. Data Percobaan
OBSERVASI I
No Perhitungan Padat Gembur
A Volume wadah 2,832 ltr 2,832 ltr
B Berat wadah 4,543 kg 4,543 kg
C Berat wadah dan benda uji 7,890 kg 7,580 kg
D Berat wadah benda uji (C – B) 3,347 kg 3,037 kg
E Berat volume (D/A) 1,182 kg/ltr 1,072 kg/ltr
OBSERVASI II
No Perhitungan Padat Gembur
A Volume wadah 2,832 ltr 2,832 ltr
B Berat wadah 4,543 kg 4,543 kg
C Berat wadah dan benda uji 7,890 kg 7,890 kg
D Berat wadah benda uji (C – B) 3,347 kg 3,347 kg
E Berat volume (D/A) 1,18 kg/ltr 1,18 kg/ltr
Berat Volume Rata-rata :
7. Kesimpulan
Pada saat penuangan agregat kedalam wadah dapat terjadi pemisahan
butiran, butir yang kasar akan jatuh terlebih dahulu sedangkan butir yang
halus akan jatuh keluar wadah. Hali ini akan menyebabkan volume agregat
halus akan berkurang. Jadi untuk menghindarinya penuangan dilakukan
sedekat mungkin dengan wadah.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
2.2. ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS
1. Tujuan Percobaan
Menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat. Data distribusi butiran pada
agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan
gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Alat yang digunakan adalah
seprengkat saringan dengan ukuran jari-jari tertentu.
2. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
b. Seperangkat saringan dengan ukuran
No Saringan Ukuran Lubang (mm) Ukurang Lubang (mm)
- 9.5 3/8
No. 4 4.75
No. 8 2.36
No.16 1.18
No.30 0.6
No.50 0.3
No.100 0.15
No.200 0.075
c. Oven yang dilengkapio pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)oC
d. Alat pemisah contoh (sample spliter)
e. Mesin penggetar saringan
f. Talam-talam
g. Kuas, sikat kuning, sendok, dan lain-lain
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
3. Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan.
Berat dari contoh yang disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat
kasar yang digunakan, seperti diuraikan dari table perangkat saringan.
4. Prosedur Praktikum
a. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat.
b. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai dari
saringan paling besar ditetapkan paling atas. Perangkat saringan diguncang
dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
5. Data Percobaan
Berat Contoh : 1000 gram
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gr)
Jumlah
Berat
Tertahan
Persentase
Tertahan
Kumulatif
Persentase
Lolos
Kumulatif
Spec
ASTM
C33 - 93
9.50 0 0 0 0 100
4.75 0 0 0 0 95 – 100
2.36 0,641 0,641 0,064 99,936 80 – 100
1.18 14,57 15,211 1,529 98,471 50 – 85
0.60 87,7 102,911 10,343 89,657 25 – 60
0.30 550,01 652,921 65,621 34,379 10 – 30
0.15 325,28 978,201 98,314 1,168 2 – 10
PAN 16,78 994,981 100 - -
Kurva Gradasi Agregat Halus
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
Terlampir
6. Kesimpulan
Dari gambar kurva menunjukkan agregat halus, persentase, lolos
kumulatif yang diperoleh terletak diantara batas yang ditentukan. Berarti
agregat halus dapat digunakan.
2.3. PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK PADA AGREGAT HALUS
1. Kesimpulan
Menentukan adanya kandungan bahan organik dalam agregat halus.
Kandungan bahan organik yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat
mempengaruhi kualitas beton.
2. Peralatan
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan
penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350
ml.
b. Standar warna (organic plate)
c. Larutan NaOH (3 %)
3. Bahan
Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
4. Prosedur Praktikum
a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam botol
b. Tambahkan senyawa NaOH 3 % setelah dikocok, total volume menjadi
kira-kira ¾ botol
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
c. Botol ditutup erat-erat dengan penutup, botol dikocok kembali. Diamkan
botol selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlibat dengan warna
standar No.3 (apakah lebih tua atau lebih muda)
5. Hasil Percobaan
Hasil Percobaan, warna cairan No.3
6. Kesimpulan
Setelah didiamkan selama 24 jam, ternyata warna cairan yang terlihat
adalah No.3 . Hal ini menunjukkan bahwa zat organic di dalam agregat halus
rendah (tidak berlebih), sehingga agregat dapat dipakai.
2.4. PEMERIKSAAAN KADAR LUMPUR DALAM AGREGAT HALUS
1. Tujuan Percobaan
Menentukan presentase kadar Lumpur dalam agregat halus.
Kandungan Lumpur < 5 % merupakan ketentuan dalam peraturan bagi
penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
2. Peralatan
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
3. Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut air
biasa.
4. Prosedur Praktikum
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
a. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur
b. Tmabahkan air pada gelas ukur guna melarutkan Lumpur
c. Gelas dikocok untuk pasir dari Lumpur.
d. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan Lumpur mengedap
setelah 24 jam.
e. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi Lumpur (V2)
5. Perhitungan
Observasi I
Tinggi Pasir (V1) = 84 ml
Tinggi Lumpur (V2) = 1 ml
Observasi II
Tinggi Pasir (V1) = 85 ml
Tinggi Lumpur (V2) = 1 ml
6. Kesimpulan
Kadar Lumpur yang terkandung dalam agregat halus adalah 1,17 %,
kadar Lumpur ini lebih kecil dari kadar Lumpur yang disyaratkan yaitu 5 %.
Berarti agregat halus yang digunakan masih memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pembuatan beton.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
2.5. PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
1. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat degan
berat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi
tekanan air untuk beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
b. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)oC
c. Talam loagam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat
pengeringan contoh benda uji.
3. Bahan
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum,
dengan batasan sebagai berikut :
Ukuran Maksimum :
6.30 mm (1/4”) = 0.50 Kg
9.50 mm (3/8”) = 1.50 Kg
12.70 mm (0.5”) = 2.00 Kg
19.10 mm (3/4”) = 3.00 Kg
25.40 mm (1.0”) = 4.00 Kg
38.10 mm (1.5”) = 6.00 Kg
50.80 mm (2.0”) = 8.00 Kg
68.50 mm (2.5”) = 10.00 Kg
76.20 mm (3.0”) = 13.00 Kg
88.90 mm (3.5”) = 16.00 Kg
101.60 mm (4.0”) = 25.00 Kg
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
152.40 mm (6.0”) = 50.00 Kg
4. Prosedur Praktikum
a. Timbang dan catat berat talam (W1)
b. Masukkan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda
uji ditimbang, kemudian catat beratnya (W2)
c. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
d. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ±
5)oC sampai mencapai berat tetap.
e. Setalah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4)
f. Hitung berat benda uji kering (W5= W4– W1)
5. Data dan Perhitungan
Dimana :
W3 = Berat contoh semula (gram)
W4 = Berat contoh kering (gram)
OBSERVASI I
A. Berat Wadah = 284,11 gram
B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 1284,11 gram
C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 1220,16 gram
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
D. Berat Benda Uji (B – A) = 1000 gram
E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 936,05 gram
OBSERVASI II
A. Berat Wadah = 290,60 gram
B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 1290,60 gram
C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 1222,50 gram
D. Berat Benda Uji (B – A) = 1000 gram
E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 931,9 gram
6. Kesimpulan
Penyerapan air kondisi SSD agregat halus lebih kecil dari kadar air asli
agregat halus, maka penambahan air adukan dari kondisi agregat halus ini
mengandung arti adanya penggunaan jumlah air yang kurang dibandingkan
dengan kondisi kering muka dan penambahan berat agregat kasar.
2.6. PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAVTY & PENYERAPAN AGREGAT
HALUS
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
1. Tujuan Percobaan
Menentukan berat jenis (bulk), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan (absorbtion) dari agregat halus menurut prosedur ASTM C128.
Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat
dalam adukan beton.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas
minimum 1 kg
b. Piknometer dengan kapasitas 500 gram
c. Cetakan kerucut pasir
d. Tongkat pemadatan dan logam cetakan kerucut pasir.
3. Bahan
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 1000 gram. Contoh diperoleh
dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
4. Prosedur Praktikum
a. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering
dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
b. Sebagian dari contoh dimasukkan pada “ metal sand coid mold “, benda
uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah
25 kali. Kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat, butiran-
butiran pasir longsor / runtuh.
c. Contoh agregat halus seberat 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer.
Isilah piknometer dengan air sampai 90 % penuh. Bebaskan gelembung-
gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer.
Rendamlah piknometer dengan suhu air (73.4 ± 3)oF selama 24 jam.
Timbang berat piknometer yang berisi contoh dan air.
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
d. Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213
± 230)oF. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
e. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas
kalibrasi pada temeperatur (73.4 ± 3)oF dengan ketelitian 0.1 gram.
5. Data dan Temperatur
I II
A. Berat Piknometer 101,65 gr 119,72 gr
B. Berat Contoh Tanah SSD 250 gr 250 gr
C. Berat Piknometer + air + contoh SSD 506,33 gr 566,63 gr
D. Berat Piknometer + air 352,67 gr 414,80 gr
E. Berat Contoh Kering 245,5 gr 245,5 gr
Apparent Spec. Gravity = 2,54 2,50
Bulk Spee. Kondisi SSD = 2,67 2,62
Bulk Spee. Kondisi SSD = 2,59 2,54
Persentase absorsi air = 1,83% 1,83%
RATA-RATA
Apparent Specific Gravity 2,52
Bulk Spec. Kondisi Kering 2,64
Bulk Spec. Kondisi SSD 2,56
Persentase Absorbsi Air 1,83 %
6. Kesimpulan
Pada percobaan ini, berat contoh didalam air tidak dapat diukur langsung
karena agregat halus mudah larut dalam air, sehingga berat yang terukur akan
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
lebih kecil dari yang sebenarnya. Pengukuran tidak langsung dilakukan
dengan cara memasukkan pasir kondisi SSD ke dalam piknometer yang berisi
air. Berat Piknometer dan air diketehui sehingga berat agregat dalam air dapat
dicari. Nilai specific gravity harus digunakan untuk mencari berat agregat
halus kondisi SSI dalam suatu adukan beton.
BAB III
AGREGAT KASAR
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
3.1 PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR
1. Tujuan Percobaan
Menentukan berat isi agregat kasar sebagai perbandingan antara berat
material kering dengan volumenya.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh
b. Talam dengan kapasitas yang besar untuk mengeringkan contoh agregat
c. Tongkat pemadat diameter 13 mm, panjang 60 cm, yang ujungnya bulat,
terbuat dari baja tahan karat.
d. Mistar perata
e. Skop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegan.
3. Bahan-Bahan
Agregat Kasar (koral)
4. Prosedur Praktikum
Masukkan agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasistas wadah. Keringkan di oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat
menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1. Berat isi lepas:
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
a. Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan
butir-butir dari ketinggian 5 cm, di atas wadah dengan menggunakan
sendok atau skop sampai penuh.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
2. Berat isi padat
a. Timbang dan catatlah berat wadah
b. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat 25 kali secara merata.
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)
e. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
5. Perhitungan
Dimana:
V = isi wadah (dm3)
6. Data Percobaan
OBSERVASI I
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
No Perhitungan Padat GemburA Volume wadah 9,435 ltr 9,435 ltrB Berat wadah 8,411 kg 8,411 kgC Berat wadah dan benda uji 22,540 kg 20,690 kgD Berat wadah benda uji (C – D) 14,129 kg 12,279 kgE Berat volume (D/A) 1,497 kg/ltr 1,30 kg/ltr
OBSERVASI II
No Perhitungan Padat GemburA Volume wadah 9,435 ltr 9,435 ltrB Berat wadah 8,411 kg 8,411 kgC Berat wadah dan benda uji 22,550 kg 22,180 kgD Berat wadah benda uji (C – D) 14,139 kg 13,769 kgE Berat volume (D/A) 1,498 kg/ltr 1,459 kg/ltr
Berat Volume Rata-rata :
7. Kesimpulan
Pada saat penuangan agregat kedalam wadah dapat terjadi pemisahan
butiran, butir yang kasar akan jatuh terlebih dahulu sedangkan butir yang
halus akan jatuh keluar wadah. Hali ini akan menyebabkan volume agregat
kasar akan berkurang. Jadi untuk menghindarinya penuangan dilakukan
sedekat mungkin dengan wadah.
3.2 ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
1. Tujuan Percobaan
Menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat. Data distribusi butiran
pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan
penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat kasar. Alat yang digunakan
adalah seprengkat saringan dengan ukuran jari-jari tertentu.
2. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2 % dari berat benda uji
b. Seperangkat saringan dengan ukuran
No Saringan Ukuran Lubang (mm) Ukurang Lubang (mm)
- 9.5 3/8
No. 4 4.75
No. 8 2.36
No.16 1.18
No.30 0.6
No.50 0.3
No.100 0.15
No.200 0.075
c. Oven yang dilengkapio pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ±
5)oC
d. Alat pemisah contoh (sample spliter)
e. Mesin penggetar saringan
f. Talam-talam
g. Kuas, sikat kuning, sendok, dan lain-lain
3. Bahan
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempatan.
Berat dari contoh yang disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter
agregat kasar yang digunakan, seperti diuraikan dari table perangkat saringan.
4. Prosedur Praktikum
c. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai
berat.
d. Contoh dicurahkan pada perangkat saringan. Susunan saringan dimulai
dari saringan paling besar ditetapkan paling atas. Perangkat saringan
diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.
5. Data Percobaan
Berat Contoh : 2500 gram
Ukuran
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
(gr)
Jumlah
Berat
Tertahan
Persentase
Tertahan
Kumulatif
Persentase
Lolos
Kumulatif
Spec
ASTM
C33 - 93
38.00 0 0 0 100 100
25.00 0 0 0 100 90 – 100
19.00 75,78 75,78 0,312 99,688 40 – 85
12.50 1006,31 1084,09 42,48 57,52 10 – 40
9.50 682,73 1766,82 70,87 29,13 0 – 15
4.75 699,58 2466,4 98,93 1,07 0 – 5
PAN 27,90 2492,95 100 0 -
Kurva Gradasi Agregat Kasar
Terlampir
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
6. Kesimpulan
Dari gambar kurva menunjukkan agregat kasar, persentase, lolos
kumulatif yang diperoleh terletak diantara batas yang ditentukan. Berarti
agregat kasar dapat digunakan.
3.3 PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
1. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan. Kadar agregat
adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat degan
berat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi
tekanan air untuk beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh
b. Oven yang suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)oC
c. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat
pengeringan contoh benda uji.
3. Bahan
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum, dengan
batasan sebagai berikut :
Ukuran Maksimum :
6.30 mm (1/4”) = 0.50 Kg
9.50 mm (3/8”) = 1.50 Kg
12.70 mm (0.5”) = 2.00 Kg
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
19.10 mm (3/4”) = 3.00 Kg
25.40 mm (1.0”) = 4.00 Kg
38.10 mm (1.5”) = 6.00 Kg
50.80 mm (2.0”) = 8.00 Kg
68.50 mm (2.5”) = 10.00 Kg
76.20 mm (3.0”) = 13.00 Kg
88.90 mm (3.5”) = 16.00 Kg
101.60 mm (4.0”) = 25.00 Kg
152.40 mm (6.0”) = 50.00 Kg
4. Prosedur Praktikum
a. Timbang dan catat berat talam (W1)
b. Masukkan benda uji ke dalam talam, dan kemudian berat talam + benda
uji ditimbang, kemudian catat beratnya (W2)
c. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
d. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ±
5)oC sampai mencapai berat tetap.
e. Setalah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam
(W4)
f. Hitung berat benda uji kering (W5= W4– W1)
5. Data dan Perhitungan
Dimana :
W3 = Berat contoh semula (gram)
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
W5 = Berat contoh kering (gram)
OBSERVASI I
A. Berat Wadah = 222 gram
B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 2722 gram
C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 2705 gram
D. Berat Benda Uji (B – A) = 2500 gram
E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 2483 gram
OBSERVASI II
A. Berat Wadah = 216,76 gram
B. Berat wadah + Benda uji (sebelum di oven) = 2716,76 gram
C. Berat wadah + Benda uji (sesudah di oven) = 2697 gram
D. Berat Benda Uji (B – A) = 2500 gram
E. Berat Benda Uji kering (setelah di oven) = 2480,24 gram
6. Kesimpulan
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
Penyerapan air kondisi SSD agregat kasar lebih kecil dari kadar air asli
agregat kasar, maka penambahan air adukan dari kondisi agregat kasar ini
mengandung arti adanya penggunaan jumlah air yang kurang dibandingkan
dengan kondisi kering muka.
3.4 PEMERIKSAAN SPECIFIC GRAVTY & PENYERAPAN AGREGAT
KASAR
1. Tujuan Percobaan
Menentukan berat jenis (bulk), berat jenis semu (apparent) dan
penyerapan (absorbtion) dari agregat halus menurut prosedur ASTM C128.
Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat
dalam adukan beton.
2. Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram yang mempunyai kapasitas
minimum 5 kg
b. Keranjang besi berdiameter 203.2 mm (8”) dan tinggi 63.5 mm (2.5”)
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Handuk
3. Bahan
Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka
(SSD = Surface Saturate Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses
melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat lolos saringan
No.4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.
4. Prosedur Praktikum
Civil Engineering of Sriwijaya UniversityEKA WIJAYA (03071001061)
Kelompok I a
a. Benda uji direndam selama 24 jam.
b. Bendan uji dikering mukakan (kondisi SSD) dengan menggulung handuk
pada butiran agregat
c. Timbang contoh. Hitung berat conton kondisi SSD (A)
d. Contoh benda uji dimasukkan ke keranjang dan direndam kembali di
dalam air. Temperatur air di jaga (73.4 ± 3)oF, dan kemudian ditimbang,
setelah dikeranjang digoyang-goyangkan dalam air untuk melepaskan
udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh (B)
e. Contoh dikeringkan pada temperatur (212 ± 130)oF, setalah didinginkan,