I. TOPIK : Destilasi Uap Pada Bunga Kamboja II. TUJUAN : Memisahkan campuran dua larutan berdasarkan perbedaan titik didih dan mendapatkan minyak atsiri dari bunga kamboja. III. DASAR TEORI A. Esktraksi Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau solut di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam ke dua fase pelarut. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar anta rmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler- kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. TOPIK :
Destilasi Uap Pada Bunga Kamboja
II. TUJUAN :
Memisahkan campuran dua larutan berdasarkan perbedaan titik didih
dan mendapatkan minyak atsiri dari bunga kamboja.
III. DASAR TEORI
A. Esktraksi
Ekstraksi adalah metode pemisahan satu atau beberapa zat terlarut atau
solut di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Prinsip metode ini
didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam ke dua fase pelarut. Proses ekstraksi
bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak
antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar anta rmuka bahan ekstraksi
dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi. Bahan ekstraksi yang
telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu
bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di
bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan
konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.
a. Jenis-jenis ekstraksi sebagai berikut:
1. Cara Dingin
Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan
prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi
kinetik berarti dilakukan pengadukan kontinyu. Remaserasi berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan ekstraksi
maserat pertama dan seterusnya.
Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan
2. Cara Panas
Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari
temperatur kamar sekitar 40-50 C
Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan dengan
uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai sempurna dan
diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air
bersama kandungan yang memisah sempurna atau sebagian.
Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-98 C
selama 15-20 menit.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya.
b. Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar.
Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh
larut dalam bahan ekstraksi.
Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dengan bahan ekstraksi.
Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak
korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.
Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka
untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan
kebutuhan. Distilasi merupakan proses pemisahan komponen-komponen antara dua
atau lebih jenis zat yang memiliki karakteristik berbeda dalam suatu campuran.
Pemisahan terjadi oleh penguapan salah satu komponen dari campuran. Hal ini
membuktikan bahwa beberapa komponen lebih cepat menguap (volatil) dari
komponen yang lain yang sukar menguap (non volatil) atau bahwa setiap zat memiliki
titik didih yang berbeda. Kegunaan destilasi atau penyulingan larutan ialah untuk
memisahkan atau memurnikan zat terlarut dari campuran zat pelarut.
c. Macam-macam destilasi :
1. Distilasi sederhana (Non-Fraksionasi)
Distilasi ini digunakan bila sampel dikatakan hanya mengandung satu
komponen yang mudah menguap atau mempunyai perbedaan titik didih yang
tinggi. Pemurnian dengan distilasi sederhana dapat dilakukan dengan distilasi yang
berulang-ulang (redistilasi).
2. Distilasi Vakum
Distilasi Vakum disebut juga distilasi dengan tekanan rendah. Untuk
mencegah penguraian senyawa-senyawa organik dianjurkan melakukan distilasi
dengan metode ini. Distilasi ini terutama digunakan untuk sampel-sampel dengan
titik didih diatas 180oc. Dengan bantuan aspirator air, tekanan dapat diturunkan
sampai 12-15 mmHg. Sedangkan dengan bantuan pompa vakum tekanan dapat
diturunkan sampai 0.01 mmHg. Untuk terakhir ini diperlukan cold trap untuk
keamanan dan jangan sekali-kali melepaskan keadaan vakum dengan melepaskan
labu atau termometer. Sampel dimasukkan ke dalam labu distilasi, selanjutnya
masukkan batu didih agar pendidihan berlangsung halus dan teratur. Pengontrolan
suhu labu distilasi diperlukan supaya pendidihan berlangsung dengan baik.
3. Distilasi Fraksionasi
Distilasi fraksionasi diperlukan untuk pemisahan dua atau lebih komponen
yang mudah menguap atau yang mempunyai perbedaan titik didih yang rendah.
Kolom fraksionasi memungkinkan adanya kesetimbangan antara turunnya cairan
yang mengkondensasi dan naiknya uap, sehingga menghasilkan siklus penguapan
kondensasi dalam jumlah banyak. Panjang dan jenis kolom fraksionasi yang
diperlukan bergantung pada titik didih komponen-komponen yang akan
dipisahkan. Pemisahan yang sesuai untuk komponen- komponen dengan perbedaan
titik didih 15-20oc adalah dengan menggunakan vigorous. Untuk komponen-
komponen dengan titik didih yang lebih dekat diperlukan “packed column” atau
“Spinning Band Column”.
Kondisi kesetimbangan harus dijaga dalam kolom fraksionasi pada setiap saat
untuk memperoleh pemisahan yang baik. Istilahreflux digunakan untuk cairan yang
menguap dan kembali ke labu semula sebagai kondensat. Perbandingan distilat
dengan jumlah kondensat yang kembali ke labu distilasi (disebut refluks ratio)
biasanya harus lebih besar dari satu dan umumnya antara 5-10 untuk komponen
yang relatif mudah dipisahkan. Untuk menjaga refluks ratio dalam daerah ini
diperlukan pengontrolan pemanasan labu distilasi.
4. Distilasi Uap
Distilasi ini digunakan untuk cairan-cairan yang sama sekali tidak mau
bercampur (immiscible) atau cairan yang bercampur (miscible) sangat terbatas.
Campuran heterogen dari dua cairan ini (A dan B) tidak mengikuti hokum Raoult,
tetapi masing-masing.
B. Bunga Kamboja
Bunga kamboja ditemukan oleh seorang botanis berkebangsaan Perancis yang
bernama Charles Plumier, karena itulah bunga kamboja mempunyai nama Latin
Plumeria. Bunga kamboja dulu hanya kita jumpai di tempat-tempat yang berbau
religi seperti pemakaman dan tempat-tempat lain, namun kini hal itu sudah berubah.
Bunga ini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan
negara Kamboja sebab.Bunga ini ternyata berasal dari Amerika Tengah yang
meliputi Equador, Colombia, Cuba, Venezuela, dan Mexico. Bunga kamboja
diperkirakan pertama kali dibawa Indonesia oleh bangsa Portugis dan Belanda yang
mana keduanya merupakanbangsa yang peduli terhadap lingkungan dan sangat
menyukai alam tropis. Diperkirakan kamboja asli Indonesia adalah bunga kamboja
yang berwarnaputih dengan bagian dalam berwarna kuning di mana kuntumnya tidak
terbuka penuh serta berukuran kecil. Bunga kamboja tumbuh subur di dataran rendah
sampai pada ketinggian 700 meter, namun secara umum tanaman ini bisa tumbuh
subur di semua tempat.
1. Jenis bunga kamboja
PlumeriaBali-Whirl
Bunga kamboja tidak hanya terdiri dari satu jenis saja melainkan
bermacam-macam,diantaranya PlumeriaBali-Whirl. Bunga kamboja ini
memiliki mahkota yang bertumpuk, sedang cara memperbanyak serta
melestarikannya adalah dengan penyetekkan. Ada juga Plumeria Acuminata,
bentuk mahkotanya membulat serta bagian ujungnya menggulung. Yang ketiga
yakni Plumeria Acutifolia, bau bunganya harum dan berkhasiat untuk