1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung dengan letak negara Indonesia yang beriklim tropis dan subur sehingga plasma nutfah dari hasil pertanian Indonesia melimpah dan beragam. Sektor pertanian sampai saat ini mampu menjadi pemasukan devisa, dan penunjang sektor lain. Peningkatan sektor pertanian dapat dilakukan dengan memandang pertanian sebagai satu kesatuan dan dikelola dengan cara pengolahan yang baik. Agribisnis merupakan salah satu win-win solution bagi sektor pertanian karena memandang sektor pertanian sebagai satu kesatuan yang sangat komplek mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Hortikultura termasuk salah satu sub sektor penting dalam pembangunan pertanian karena didalamnya terdiri dari kelompok tanaman buah-buahan (fruits). Perkembangan agribisnis hortikultura
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Dimana sebagian besar
masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini didukung
dengan letak negara Indonesia yang beriklim tropis dan subur sehingga plasma
nutfah dari hasil pertanian Indonesia melimpah dan beragam. Sektor pertanian
sampai saat ini mampu menjadi pemasukan devisa, dan penunjang sektor lain.
Peningkatan sektor pertanian dapat dilakukan dengan memandang pertanian
sebagai satu kesatuan dan dikelola dengan cara pengolahan yang baik.
Agribisnis merupakan salah satu win-win solution bagi sektor pertanian
karena memandang sektor pertanian sebagai satu kesatuan yang sangat
komplek mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan
aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Hortikultura termasuk salah satu sub sektor penting dalam
pembangunan pertanian karena didalamnya terdiri dari kelompok tanaman
buah-buahan (fruits). Perkembangan agribisnis hortikultura diikuti pula
dengan berkembangnya berbagai cabang usaha, baik di hulu, di tengah dan di
hilirnya. Hortikultura juga berkembang menjadi berbagai kegiatan yang terkait
dengan kegemaran (hobby) dan seni. Hortikultura menjadi bagian penting dari
berbagai kegiatan masyarakat yang bersifat social, budaya dan pariwisata.
Dengan kenyataan itu, kini hortikultura bukan hanya sekedar tanaman atau
produk, melainkan sudah merupakan kultur. Hortikultura bukan hanya sekedar
budidaya tetapi sudah menjadi budaya. Berbagai kenyataan yang berlangsung
di tengah masyarakat tersebut membuktikan bahwa hortikultura kian
berkembang pesat dan menjadi pilihan usaha dalam bidang agribisnis.
Pengembangan agribisnis di Indonesia semakin meningkat, berbagai
inovasi baru dalam konteks pemasaranpun kian beragam. Seperti halnya
pengembangan di bidang agrowisata, usaha ini banyak diminati oleh
1
2
wisatawan baik domestik maupun asing. Kota Batu, Malang merupakan kota
di Jawa Timur yang berpotensi dalam pembudidayaan hortikultura terutama
tanaman apel sehingga Kota Batu ini lebih dikenal dengan Kota Apel. Adanya
potensi Kota Batu tersebut mendorong para wirausaha untuk mengembangkan
agrowisata petik buah, salah satunya yaitu PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya.
Seiring terus meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat,
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, dan jumlah wisatawan/warga
Negara asing (PMA) yang datang, diperkirakan permintaan buah apel dalam
negeri akan terus meningkat pula. Di samping itu, melimpahnya jumlah apel
impor dipasaran dalam negeri juga menjadi indikasi bahwa produksi apel di
Indonesia masih kurang. Apel sebagai komoditas ekspor belum sepenuhnya
dapat dipenuhi karena kualitas produksinya belum sesuai dengan standar yang
ditentukan, antara lain ukuran buah kurang seragam atau besar kecil, rasanya
relatif masih masam.
Pertanaman apel di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Selain
teknologi budidaya dan pasca panennya, pengembangan jumlah dan luas lahan
pertanaman di daerah – daerah yang mempunyai agroklimat sesuai khususnya
dikota batu harus selalu ditingkatkan. Tanaman apel dapat tumbuh dan
bereproduksi dengan baik di daerah yang sesuai, dan memberikan keuntungan
usaha sangat tinggi. Oleh karena itu PT.Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya
disini memberikan bagaimana teknik budidaya sampai pasca panen yang
benar sehingga mampu menghasilkan buah apel yang layak dan menghasilkan
keuntungan yang cukup besar dari produk apel tersebut.Sistem agribisnis
merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari
subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi,
informasi, dan teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan produksi
pertanian primer tanaman dan hewan; subsistem agribisnis pengolahan
(manufaktur), subsistem pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan
3
sarana dan prasarana serta lingkungan yanng kondusif bagi pengembangan
agribisnis.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengupayakan penyelarasan antara status pencapaian pembelajaran di
kampus dengan dinamika perkembangan kegiatan usaha di sektor
pertanian.
b. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dan penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal bagi mahasiswa
dalam terjun ke masyarakat.
c. Sebagai strategi peningkatan kompetensi lulusan.
d. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja
yang praktis dan secara langsung dapat memecahkan permasalahan
yang ada dalam kegiatan di bidang pertanian.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memperoleh ketrampilan secara langsung kegiatan
proses produksi apel dari pengolahan sampai pemasaran di lokasi
magang.
b. Mengetahui metode dan teknik yang digunakan dalam budidaya
tanaman apel dan strategi-strategi pemasaran komoditas apel serta
mempraktikkan kegiatan yang berkaitan di lokasi magang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Agrowisata
Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah
bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis)
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui
pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil
melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi
lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi
lingkungan alaminya. Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata adalah
sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan
pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian
lingkungan, peningkatan kesajahteraan masyarakat petani.
Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (eco-
tourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau
mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan
alam, hewan atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana
pendidikan (Deptan, 2005). Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi
dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek
pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan
agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum),
ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya.
Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian
yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan
lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka
dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan
tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan
berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka
4
5
dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi
daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah,
atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang
pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan
terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan
B. Tanaman Apel
1. Deskripsi
Apel ( Malus sylvestris) telah menjadi buah favorit sejak berabad-
abad yang yang lalu. Para arkeolog yang menyelidiki bekas-bekas
reruntuhan sebuah desa di Eropa pada jaman batu menemukan bukti
bahwa pada waktu itu apel sudah dikonsumsi orang, tidak seorang pun
tahu dengan tepat kapan oarng mulai mengkonsumsi apel. Apel kemudian
berkembang dari Eropa hingga masuk ke Amerika. Terdapat dugaan
bahwa apel pertama kali ditanam di sebelah selatan Kaukasius, ini
dikarenakan ditemukannya hutan-hutan purba di daerah tersebut yang
ditumbuhi banyak pohon apel liar (Malus pumilla). Kemudian apel
berkembang dan tersebar sampai ke seluruh penjuru dunia
(Untung,1994: 1-2).
Pohon apel pada umumnya pendek dan bertajuk bundar. Lekukan
daunnya tidak nyata dengan tangkai yang pendek. Bunga muncul secara
berdompolan dari tangkai yang berkayu dan berbulu. Warna bunga yang
muncul bermacam-macam, diantaranya putih kemerahan, merah jambu
atau merah tergantung dari kultivar yang ditanam. Selain itu kultivar yang
ditanam akan menentukan tekstur, rasa, ukuran, bentuk, dan warna buah
apel. Jenis kultivar apel yang banyak ditanam di Indonesia antara lain
manalagi, rome beauty, dan princess noble (Untung, 1994: 11).
Apel termasuk tanaman yang selalu berganti daun dan tumbuh di
daerah dingin, namun karena telah lama dibudidayakan banyak jenis
kultivar baru yang mampu beradaptasi dengan baik di daerah bersuhu
sedang dan panas. Di Indonesia apel tumbuh di dataran tinggi dengan
6
curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Karena curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan berbagai masalah terutama adanya serangan jamur. Apel
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1.200 mdpl dengan suhu
berkisar 10-27 oC. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 1.000-2.600
mm per tahun. Syarat lain yang perlu diperhatikan adalah tanah sebagai
tempat tumbuh tanaman, tanah yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan apel adalah tanah dengan pH netral atau pH 7, aerase dan
drainasenya baik, dan tanah tersebut memiliki solum dalam (Untung,1994:
27-29).
Tanaman apel selalu diperbanyak dengan cara vegetatif. Bibit
dipersiapkan secara okulasi; untuk batang bawah petani Indonesia
menggunakan jenis liar (wild apple) yang kadang-kadang disebut Chinese
crab apple. Jenis batang bawah tersebut dikumpulkan dengan mencari
tunas liar tanaman apel liar di dalam kebun atau dengan membuat
penundukan cabang-cabangnya, lalu mencangkok. Okulasi dilakukan
terhadap tunas liar tersebut dengan menggunakan mata temple dari cabang
apel unggul yang masih muda untuk mempertinggi persentase okulasi jadi.
Tanaman apel ditanam dengan jarak 3x2,5 m atau dengan kepadatan
tanaman 1.333 hingga 2000 tanaman per hektar (Ashari,1995: 156-160).
Apel merupakan tanaman yang membutuhkan perhatian yang ekstra
agar dapat diperoleh buah dengan kualitas tinggi. Oleh sebab itu
diperlukan berbagai tindakan perawatan diantaranya penyulaman,
pemupukan, penyiraman dan pengendalian gulma (penyiangan). Selain itu
tindakan lain yang sangat penting antara lain pembentukan tanaman yang
terdiri dari tindakan pelengkungan dan pemangkasan. Kedua perompesan
daun, tindakan ini dilakukan dengan tujuan agar penguapan berkurang,
sedangkan suplai bahan makanan tetap berlangsung, sehingga terjadi
kelebihan zat makanan dalam tanaman dan pada kondisi ini tunas-tunas
lateral akan muncul lebih cepat (Untung, 1994: 48-58).
7
2. Budidaya Tanaman Apel
a. Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau.
Cara yang biasa dilakukan yaitu dengan mencangkul. Pencangkulan
sekaligus bisa membentuk tanah berupa lereng menjadi teras-teras
untuk mempermudah pengairan. Pada saat bersamaan juga dibuat
lubang tanam dengan jarak bervariasi antara lain 3 x 3 m, 3 x 2,5 m, 3 x
4 m, 3,5 x 3,5 m, atau 2,5 x 2,5 m. Jarak tanam yang sesuai sangat
penting. Jika terlalu rapat tajuk-tajuk pohon akan saling bersentuhan.
Akibatnya kelembaban di kebun menjadi tinggi sehingga
mempermudah penyebaran penyakit. Rapatnya tajuk juga akan
menghambat masuknya sinar matahari.
Penentuan lubang tanam di areal yang luas bisa dilakukan dengan
bantuan patok dan tali rafia. Sistem pertanaman bisa segi empat atau
segi tiga. Setiap calon lubang ditandai dengan patok. Dengan demikian
akan diperoleh barisan tanam yang teratur. Ukuran lubang tanam
umumnya 60 x 60 x 50 cm. Namun, ada pula yang membuat lubang
berukuran 1x 1 x 0,7 m. Lubang itu sengaja diperbesar agar pupuk
dasar yang dipakai bisa lebih banyak. Waktu menggali, tanah bagian
atas dipisahkan dari tanah bagian bawah. Karena kedalaman lubang
hanya 50 cm maka untuk mudahnya tanah bagian atas dibatasi saja
sampai kedalaman 25 cm. Sisanya (25 cm) dianggap tanah bagian
bawah.
Jika kedalaman lubang 70 cm maka penggalian dibagi menjadi
tiga tahap. Pertama, digali 30 cm dan tanah hasil galian ditumpuk di
tempat tersendiri. Penggalian berikutnya dilakukan sedalam 30 cm,
tanah galiannya diletakkan di tempat terpisah. Sisa kedalaman yang
tinggal 10 cm digali kemudian tanahnya diganti dengan pasir. Lubang
tanam dibiarkan selama 2 minggu (minimal 1 minggu) agar terbebas
8
dari gas atau hama dan penyakit yang mungkin menyerang akar pohon
(Untung, 1994: 44-45).
b. Pembibitan
Kemampuan memilih bibit yang baik merupakan langkah awal
keberhasilan bertanam apel. Tentunya bibit yang baik itu memiliki
keunggulan tersendiri. Adapun ciri-ciri secara fisik dari bibit unggul itu
dapat terlihat dari batangnya yang lurus, daunnya terlihat segar dan
tidak mudah rontok. Ciri fisik seperti itu umumnya terlihat jika umur
bibit sekitar 1 tahun atau minimal 6 bulan setelah batang bawah
diokulasi dengan mata tempel jenis apel tertentu sebagai batang atas.
Apel liar merupakan induk batang bawah yang paling banyak
dipilih di Indonesia. Ciri apel liar tersebut antara lain: batang coklat
kehitaman, kuat, kokoh, percabangan banyak, dan cepat membentuk
cabang baru. Dibandingkan apel lain, daun apel liar ukurannya lebih
kecil. Ukurannya buahnya juga lebih kecil dan rasanya masam. Sesuai
dengan persyaratan yang harus dimiliki induk batang bawah, apel liar
ini relative tahan serangan hama/ penyakit. Sumber batang bawah
tersebut diperbanyak dengan teknik layering (perundukan) dan anakan.
Apel liar dibibitkan di bedengan khsusus pembibitan. Lebar bedengan
sekitar 60-80 cm dna panjangnya tergantung kondisi lahan. Di antara
bedengan dibuat parit sekitar 40 cm, dengan jarak tanam yang
digunakan 30 x 25 cm atau 30 x 50 cm. agar tumbuh baik, tanah
pembibitan harus gembur, porous dan diberi pupuk kandang
secukupnya.
Faktor yang perlu diperhatikan waktu melakukan teknik layering
antara lainsuhu, kelembaban, suplai oksigen, tidak terkena sinar
matahari, danumur batang. Secara umum suhu, kelembaban dan suplai
oksigen mempengaruhi pembelahan dan pembesaran sel. Terhalangnya
sinar matahari berpengaruh terhadap rangsangan pertumbuhan akar
(Untung, 1994:33-34).
9
c. Transplanting (Penanaman)
Waktu terbaik untuk menanam bibit ialah di musim hujan.
Sebelum bibit dipindahkan, lubang tanam dilengkapi kayu penyangga
untuk mengurangi risiko tanaman rubuh jika ada angin besar. Kayu
penyangga itu diolesi ter atau cat untuk mencegah serangan penyakit.
Setelah semua siap, bibit bisa dipindahkan ke kebun. Bibit itu
diletakkan pada lubang dengan jarak 5-7,5 cm dari tiang pancang. Perlu
diperhatikan bahwa cabang yang terendah harus ada di sebelah atas
ujung tiang pancang. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah galian
sampai sebatas akar. Tanah galian yang pertama kali dimasukkan ialah
tanah bagian bawah. Bibit kemudian diguncangkan perlahan-lahan
sehingga tanah lebih banyak yang bisa menerobos sela-sela akar.
Kemudian masukkan tanahbagian atas yang sudah dicampur dua blek
pupuk kandang dingin. Tekan tanah tersebut dengan tangan agar bibit
tertancap kuat dan lurus. Kemudian batang pohon diikat ke tiang
pancang dengan tali. Ikatan pada batang sebaiknya longgar. Batang
pohon tidak boleh menyentuh tiang pancang agar batang tidak luka
terkena gesekan (Untung, 1994: 45).
d. Perawatan
Apel termasuk tanaman yang membutuhkan perhatian ekstra agar
diperoleh buah berkualitas tinggi. Beberapa perawatan yang perlu
dilakukan antara lain menyulam, memupuk, menyiram, dan menyiangi.
Keempat hal itu harus diperhatikan agar buah yang dihasilkan bermutu
tinggi (Untung, 1994: 48).
e. Penyulaman
Menyulam berarti mengganti tanaman yang mati dengan yang
baru. Cara menyulam sama saja dengan menanam bibit. Penyulaman
dengan bibit tidak berbeda dengan waktu pertama kali memindahkan
bibit dari bedengan. Faktor yang perlu diperhatikan waktu menyulam
ialah mengetahui penyebab kematian tanaman apel tersebut. Jika
10
kematian tersebut akibat serangan patogen yang ada di dalam tanah
maka sebaiknya lubang tanam itu tidak dipakai dahulu (Untung, 1994 :
49).
f. Pemupukan
Ada 2 jenis yang dapat dipakai para petani apel yakni pupuk
organik dan anorganik. Aplikasi kedua pupuk pada tanaman apel sangat
tergantung dari umur pohon dan kondisi tanah. Pupuk organik ialah
pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti kotoran hewan
atau hijauan. Khasiat pupuk ini hanya ditunjukkan oleh pupuk organik
yang sudah matang dan terasa dingin kalau diraba. Pupuk organik yang
masih mentah sebaiknya tidak dipakai. Aktivitas mikroba selama proses
dekomposisi berlangsung menghasilkan panas yang dapat membunuh
bibit apel. Pupuk organik mampu memperbaiki tekstur tanah dan
meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air.
Cara pemupukan yang sering dilakukan oleh petani apel yaitu
dengan penebaran dan penugalan. Dengan menggunakan cara pertama
pupuk ditebarkan merata pada lingkaran berdiameter sekitar 40-60 cm
mengelilingi pohon. Cara penugalan yaitu dengan memasukkan pupuk
ke dalam lubang di sekitar pohon. Penugalan merupakan cara paling
tepat untuk pemberian pupuk fosfat. Zat ini mudah sekali bersenyawa
dengan alumunium dan besi di dalam tanah. Jadi, penyerapan unsur
fosfat oleh tanaman menjadi terhambat. Oleh karena itu, pupuk ini
harus ditugal sedekat mungkin dengan akar. Pupuk fosfat bisa diberikan
bersamaan dengan pemberian pupuk organik.
Umumnya pupuk diberikan setelah daun dirontokkan, muncul
bunga baru, atau setelah pemangkasan cabang yang sakit/rusak.
Selanjutnya pupuk susulan diberikan selang 3 bulan kemudian. Khusus
untuk pupuk kandang pemberian dilakukan setahun sekali (Untung,
1994: 49).
11
g. Penyiraman
Air merupakan faktor penting dalam budidaya apel. Ia ikut
menentukan naik turunnya produksi karena berperan dalam
metabolisme tanaman. Terhambatnya metabolisme akan menghambat
pertumbuhan tanaman apel. Hal tersebut dapat mengakibatkan
merosotnya jumlah dan mutu buah. Pada musim kemarau bisa dibuat
gentongan mengelilingi pohon untuk mencegah kekurangan air. Satu
pohon membutuhkan 50 lt air setiap 3-4 hari sekali. Di sebuah
perkebunan apel mungkin saja ada bibit yang terpaksa ditanam dekat
tembok. Tanah di sekitar tempat itu mungkin sangat kering dan miskin
unsur hara, apalagi jika tanah itu ternaungi. Jika kondisi seperti itu yang
dihadapi maka perlu dibuat semacam drainase yang menjamin
lancarnya pengairan. Sebelum ditanami, tanah itu perlu ditambah
kandungan unsur haranya dengan pemberian pupuk kandang (Untung,
1994: 55-56).
h. Penyiangan
Gulma merupakan salah satu musuh tanaman apel. Kehadiran
gulma di sekitar tanaman apel menimbulkan persaingan dalam
memperebutkan unsur hara. Namun, perakaran gulma lebih lebar dan
dalam sehingga lebih banyak mengisap unsur hara daripada akar apel.
Kerugian lain akibat kehadiran gulma ialah meningkatnya kelembapan
di sekitar tanaman. Ini sangat berbahaya karena dapat mengundang
kehadiran kurtisium yaitu salah satu penyakit apel yang sangat
berbahaya.
Penyiangan harus segera dilakukan agar tidak ada unsur hara yang
terserap gulma. Waktu yang paling tepat untuk penyiangan ialah
sebelum gulma besar dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Jika
penyiangan dilakukan setelah gulma berbunga akan merepotkan sebab
mengusahakan pada tahun 2012 mencapai Rp.134.341.750,00. biaya
tersebut meliputi biaya kebutuhan bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya
lain-lain sebesar 30% dari penerimaan. Biaya lain-lain tersebut
diantaranya adalah biaya gaji direksi dan karyawan PT.Kusuma Satria
49
Dinasasri Wisatajaya. Pendapatan bersih divisi apel mencapai
Rp.60.020.750,00.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas antara
lain:
1. Kegiatan agribisnis di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah
kegiatan usaha yang meliputi produksi, pengolahan hasil, dan
pemasaran.
2. Jenis komoditas pertanian yang dinilai dapat berkembang sejak tahun
1983 sampai tahun 2012 ini adalah jenis tanaman apel. Selain
perkembangan dalam inovasi pertanian yang diterapkan secara on farm
agar hasil produksi kian meningkat akan tetapi juga pengembangan
tersebut dapat dikembangkan melalui usaha agroindustri yaitu
mengolah apel menjadi olahan lain antara lain sari apel, jenang apel,
kripik apel dan cuka apel.
3. Pemasaran apel dapat dibagi menjadi 5 cara dijual sebagai petik buah
pada pengunjung, dijual ke divisi Trading , dijual sebagai bahan baku
produk olahan pada bagian pengolahan (agroindustri), dijual kepada
pengunjung sebagai oleh-oleh alternative, dan dijual kepada kedai apel
sebagai bahan pembuatan makanan khas PT. Kusuma Satria Dinasasri
Wisatajaya.
50
4. Pada tahun 2012 kegiatan usahatani divisi apel menguntungkan.
Pendapatan divisi apel sebesar Rp.60.020.750,00. Jumlah produksi
apel mencapai 15.549 kg dengan harga jual rata-rata sebesar
Rp.12.500,00. Penerimaan usaha apel Rp.194.362.500. Biaya
usahatani apel pada tahun 2012 mencapai Rp.134.341.750,00.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya antara lain:
1. Mengembangkan pangsa pasar yang leih luas terutama di daerah-
daerah yang potensial.
2. Meningkatkan promosi baik dari media cetak maupun media
elektronik.
51
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Agrobisnis, Apel Peluang Bisnis Minuman Segar. www.lampungpos.com. Diakses tanggal 04 September 2013.
Ashari, Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Deptan, 2005. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani ,http://www.database.deptan.go.id Diakses tanggal 28 Juni 2013
Prihatman, Kemal. 2000. Budidaya Apel. http://www.ristek.go.id . Diakes pada tanggal 28 Juni 2012.
Sutjipta, I.N. 2001. Agrowisata. Diktat kuliah di Magister Manajemen Agribisnis”:Universitas Udayana. Tidak diterbitkan.
Untung, Onny. 1994. Jenis dan Budidaya Apel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yudhanto, Aditya Ari. 2012. Catatan Kecil Manajemen Pemasaran : Positioning Produk Barang&Jasa. Diakses dari http://aditya39e.blogstudent.mb.ipb.ac.id pada tanggal 04 September 2013