BAB IPEMBORAN AIR TANAH DAN ANALISIS INTI BOR (CORING)
1.1 Pendahuluan1.1.1 Latar belakangBanyak orang secara umum
menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang
mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu
daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar.
Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu
celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar
batuan.Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini
kita sebut dengan akuifer. Airtanahpun akan bergerak dari tekanan
tinggi menuju tekanan yang rendah. Perbedaan tekanan ini secara
umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara
daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup
yang impermeabel diatas lapisan akuifer, gaya lainnya yang
diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang
ada dibawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut
gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pada
gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah
yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama.
1.1.2 Maksud dan tujuanMaksud dari praktikum ini adalah agar
praktikan mengetahui pola kedalaman keterdapatan air tanah dan
jenis akuifer.Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
geologi bawah permukaan, untuk mengetahui geohidrologi, serta
mengetahui air bawah tanah dengan cara menganalisa warna,
porositas, permeabilitas, tingkat pelapukan, kekompakan, komposisi,
dan kekerasan.
1.1.3 Lokasi dan waktu pengamatanAdapun lokasi dan waktu
pengamatan sebagai berikut:Hari/ Tanggal: Rabu, 1 Oktober
2014Waktu: 08.00 - SelesaiLokasi : Laboratorium Pusat Institut
Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Jln.I Dewa Nyoman Oka
No.32, Kotabaru, D.I.Yogyakarta
1.2 Landasan TeoriPemboran adalah pembuatan lubang silindris
dalam tanah atau batuan dengan menggunakan pahat bor. Cara pemboran
dengan penumbukan dan pemutaran pahat disertai tekanan, atau dengan
memadukan kedua gerakan tersebut. Pemboran yang menguntungkan yaitu
dengan kecepatan tinggi,waktu pendek, biaya murah, dan dapat
mencapai kedalaman yang besar.
1.2.1 Macam pemboranJenis metoda pemboran dibedakan
berdasarkan:1. Berdasarkan mekanisme pemboran, metode pemboran
dapat dibagi lagi, yaitu:a. Pemboran Tumbuk (Percussive
Drilling)Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat
bor berat secara berulang-ulang kedalam lubang bor sehingga lubang
bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan beban rangkaian
bor.
Gambar.1 Bor Tumbuk (Australia Drilling Industry, 1996)
b. Pemboran Putar (Rotary Drilling)Lubang bor dibentuk dari
pemboran dengan mekanisme putar dan disertai pembebanan.
Gambar.2 Bor Putar (Australia Drilling Industry, 1996)c. Bor
Putar Hidraulik (Hidraulic Rotar)Dimana lubang bor dibentuk dari
kombinasi antara mekanisme putar, kombinasi antara mekanisme putar,
tekanan hidraulik, dan beban setang bor.
Gambar.3 Bor Hidraulik (Australia Drilling Industry, 1996)
Kelebihan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar antara
laina. Ekonomis (murah, biaya operasi rendah biaya transportasi
murah, persiapan rig cepat).b. Menghasilkan contoh pemboran yang
lebih baikc. Lebih mempermudah pengenalan lokasid. Tanpa sistem
sirkulasie. Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif
kecilKekurangan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar
antara lain:a. Kecepatan laju pemboran rendahb. Sering terjadi
putusnya sling
35
61
2. Berdasarkan sirkulasi fluida, metode pemboran dapat dibagi
lagi, yaitu:a. Sirkulasi Langsung (Direct Circulation)Fluida bor
dipompakan dari mudpit ke mata bor melalui bagian dalam stang bor
kemudian kembali melalui bagian dalam stang bor kemudian kembali
lagi ke permukaan akibat tekanan pompa melalui rongga anulus.b.
Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulation) Fluida bor dari mudpit
bergerak melalui rongga anulus, kemudian kembali lagi ke permukaan
akibat gaya hisap pompa melalui bagian dalam stang bor.3.
Berdasarkan jenis fluida yang digunakan, metode pemboran dapat
dibagi lagi, yaitu:a. Pemboran menggunakan cairan / lumpur (Mud
Flush).b. Pemboran menggunakan udara Jika menggunakan udara sebagai
fluida bor (Air Flush)Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan suatu sumur bor1. Diameter Sumura. Besaran diameter
casing pipa yang digunakan sesuai dengan keperluanb. Jenis casing
yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon yang disesuaikan dengan
kualitas airtanah.2. Kedalaman Sumura. Tergantung pada berapa
lapisan akifer yang akan digunakan dan jenis akifernyab. Penentuan
Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) borberdasarkan data log
borHal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur
bor1. PompaAlat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas
permukaan tanah. Pada pemboran airtanah dalam pompa yang lazim
digunakan adalah pompa selam (submersible pump).2. PiezometerAdalah
sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkandi dalam sumur
pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar sumur pemompaan.3.
GroutingSuatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi
untuk menahan konstruksi lubang bor.
1.2.2 Pencatatan dan pengamatan inti borDalam pemboran perlu
diadakan pengamatan dan pencatatan selama pelaksanaan pemboran
untuk menentukan dan penilaian lubang bor.Diantaranya: 1. Laporan
pemboranPencatatan kegiatan pemboran dari awal sampai akhir, yaitu
:a. Tanggalb. Kedalaman pemboran c. Pemakaian mata bord. Jenis dan
diameter mata bore. Kecepatan pemboran rata-rataf. Tinggi kenaikan
air sebelum dan sesudah pemborang. Permasalhan casing, persiapan
pemompaan dan kegiatan uji pompa.2. Log pemboranMerupakan catatan
pemboran yang terdiri dari :a. Tanggal b. Nomerc. Panjang dan
jumlah pipa bord. Kedalaman yang diamati dan diambil contoh serbuk
bor.e. Jam mulai dan jam selesaif. Kecepatan pemboran.g. Debit air
yang keluarh. Keterangan mengenai muka airtanah sebelum dan sudah
pemboran.i. Warna air pemboran dan perubahannyaj. Pemakaian mata
bor.k. Pemasangan pipa pelindung/casing dan semua perubahan selama
waktu pemboran3. Log litologiMerupakan catatan litologi berdasarkan
serbuk bor, terdiri dari :a. Kedalamanb. Ketebalan lapisan c. Jenis
batuand. Warnae. Kekompakan f. Kekerasang. Sortasih. Porositasi.
Tekstur dan keadaan litologi untuk penilain air yang
dikandungnya.4. Laporan pompa ujiUntuk mendapatkan data zona
pembawa air dari lapisan pembawa air atau akuifer. 5. Pengamatan
lubang bor (logging)Pada pemboran putar sering terjadi pengotoran
atau pencampuran serbuk bor, sehingga dalam log litologi sering
terjadi kekeliruan. Biasanya untuk meyakinkan log litologi
dilakukan bore hole geophysical logging dengan alat-alat log
listrik atau dikenal sebagai log SP (spontaneous potential) dan log
resistivity. Kadang-kadang juga dilakukan metode seismik, yang
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang berpengaruh dari data log
tersebut.6. Pengamatan lapanganYang diselidiki dilapangan adalah
:a. Singkapanb. Jenis litologic. Kemiringan dan jurus perlapisan d.
Struktur geologi.
1.2.3 Langkah-langkah perencanaan pemboranAdapun langkah-langkah
yang dilakukan pada pemboran, yaitu:1. Dari log sumur yang lama
didapatkan penampang geologi pada daerah yang bersangkutan, dengan
demikian perlu diperhatikan keadaan lapangan yang berada pada zona
bertekanan tinggi atau rendah dan kekerasan batuan.2. Pipa
pelindung/casing perlu disiapkan untuk menahan tekanan maupun
runtuhnya tekanan lubang bor.3. Grafik pemboran lama maka dapat
diadakan persiapan mengenai jenis dan berat dari pahat yang
diperlukan hidrolika dan penyimpangannya, diaman hal ini menyangkut
biaya dan waktu.4. Persiapan lain yang diperlukan mengenai mesin
bor, mesin pencampur lumpur bor, mesin pompa serta perlengkapan
lain yang diperlukan.5. Operator dan regu bor perlu diberi
penjelasan mengenai pemboran tersebut sesuai data yang ada,
sehingga tidak meninggalkan sikap hati-hati dalam pekerjaan
pemboran tersebut.Berikut ini diberi catatan mengenai standar
kekerasan, kekompakan dan tingkat pelapukan.A. Standar kekerasan1.
Sangat lunak2. Lunak (bisa digores dengan kuku)3. Agak keras
(digores dengan pisau)4. Keras (tidak dapat digores dengan pisau)5.
Sangat keras.B. Standar kekompakan1. Lepas (bisa dipegang,
fragmen/butiran terurai)2. Agak lepas (ditekan dengan tangan,
fragmen terurai)3. Agak kompak (bila dipukul dengan palu fragmen
terurai)4. Kompak (dipukul dengan palu fragmen sukar terurai) C.
Tingkat pelapukan1. Segar (bila tidak ada tanda-tanda pelapukan)2.
Lapuk sedikit (bila memperlihatkan sedikit tanda pelapukan,
pelunturan warna)3. Lapuk menengah (tanda-tanda pelapukan cukup
terlihat)yaitu perubahan warna dan pengurangan kekuatan batuan
cukup berarti4. Lapuk tinggi (memperlihatkan tanda pelapukan cukup
tinggi hingga batuan menjadi lemah dan tidak mudah terurai bila
kemasukan air)5. Lapuk sangat tinggi, bila seluruh batuan telah
lapuk tapi tekstur batuan masih terlihat dan akan terurai bila
direndam dalam air dan digoyang sedikit.
I.3. Analisis Data(Terlampir)
1.4 KesimpulanPada praktikum ini dapat diketahui data bor, mulai
dari sampel hingga analisis data, sehingga didapat kesimpulan pada
data sumur bor jenis akuifer yaitu Akuifer Tidak Tertekan tau
disebut Akuifer Bebas pada litologi Batupasir.Dilihat dari analisis
data bor (coreing) yang ada, selanjutnya dilakukan deskripsi dari
batuan yang dianalisa dari perlapisan bawah permukaan yang kami
lakukan. Maka disimpulkan pada kedalaman kurang lebih 321-500 cm
airtanah lebih berpotensi untuk didapatkan. Karena jenis batuanya
memiliki porusitas yang tinggi dan juga permeable.
BAB IIPENGUKURAN DEBIT
2.1. Pendahuluan2.1.1. Latar Belakang MasalahGeohidrologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang masalah sumber air bawah tanah yang
berhubungan dengan cara terdapat, penyebaran, pengaliran, sifat
kimia, dan potensi sumber air bawah tanah dalam hubungannya dengan
lingkungan geologi.Sungai adalah suatu tubuh Running Water yang
terkumpul pada suatu saluran dan bergarak menuju Base Level Of
Erosion akibat pengaruh gaya gravitasi. Debit (discharge) atau
besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang
mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu
dan satuanya meter kubik per detik (m3/det). Aliran adalah
pergerakan air di dalam alur sungai. Pengukuran debit yang
dilaksanakan di suatu pos duga air tujuannya terutama adalah untuk
membuat lengkung debit dari pos duga air yang bersangkutan.
Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang sederhana antara
tinggi muka air dan debit, dapat pula merupakan hubungan yang
komplek apabila debit disamping fungsi dari tinggi muka air juga
merupakan fungsi dari kemiringan muka air, tingkat perubahan muka
air dan fungsi dari faktor lainnya. Pada dasarnya pengukuran debit
adalah pengukuran luas penampang basah, kecepatan aliran dan tinggi
muka air. Pengukuran debit adalah proses pengukuran dan perhitungan
kecepatan aliran kedalaman, lebar aliran serta perhitungan luas
penampang basah untuk menghitung debit dan pengukuran tinggi muka
airnya.
2.1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari pembuatan laporan ini adalah
Menentukan kedalaman sungai, Menentukan kecepatan aliran sungai,
dan Menentukan jenis sungai.Tujuannya adalah untuk Mengetahui
besarnya volume air yang mengalir dalam suatu satuan waktu dan
mengetahui jenis sungai tersebut apakah Influent atau Effluent.
2.1.3. Waktu, Lokasi dan Kesampaian DaerahPerjalanan dimulai
dari laboratorium IST AKPRIND sekitar pukul 08.00 WIB, Setelah
memeriksa perlengkapan masing-masing kelompok kecil, kemudian
menuju kearah Imogiri dan sampai ditempat sekitar pukul 08.15 WIB.
Jarak tempuh antara laboratorium ketempat Imogiri sekitar 18
kilometer (km).Hari/tanggal: Minggu, 12 Oktober 2014Waktu: 10.15
WIB - selesaiLokasi : Sekitar jembatan gantung ImogiriCuaca:
CerahMorfologi: Fluvial-AluvialVegetasi: Lebat ( pohon bambu,
pisang dan pepohonan lainya)Daerah ini merupakan daerah yang
dialiri sungai dengan stadia Dewasa-Tua dan litologi penyusun
batuan didaerah ini adalah batuan sedimen.Analisis laboratorium
dilakukan pada:Hari/tanggal: Rabu, 15 Oktober 2014Waktu: 08.22 WIB
- selesaiLokasi: Laboratorium Pusat IST AKPRIND Yogyakarta, Jln. I
Dewa Nyoman Oka No. 32, Kotabaru, D.I.Yogyakarta
2.2. Landasan Teori2.2.1. Dasar TeoriSungai adalah suatu tubuh
Running Water yang terkumpul pada suatu saluran dan bergerak menuju
Base Level of Erosion akibat pengaruh gaya gravitasi. Debit adalah
besarnya volume suatu fluida dari suatu media persatuan waktu.
Sungai selain memiliki kecepatan aliran juga mempunyai debit
bervariasi pada setiap sungai, bahkan dalam satu sungai pada hilir
dan hulu mempunyai debit yang berbeda.Pengukuran debit dengan
menggunakan metode pelampung adalah metode yang digunakan untuk
pengukuran debit pada sungai. Sungai selain mempunyai kecepatan
aliran juga mempunyai debit bervariasi pada tiap sungai, bahkan
dalam satu sungai pada hilir dan hulu mempunyai debit yang berbeda.
Perbedaan debit disebabkan antara lain oleh:1. Adanya penambahan
air dari air limbah atau dari rembesan-rembesan yang ada di sekitar
sungai.2. Sungai tersebut disuplai airtanah di sekitarnya.3. Sungai
tersebut menyuplai artanah di sekitarnya.Faktor-faktor yang
mempengaruhi debit antara lain:1. Luas media.2. Tenaga fluida,
dipengaruhi oleh:a. Kemiringan lereng (landai hidrolika)b.
Kekasaran dasar permukaan sungai.Syarat-syarat sungai yang memenuhi
standar:1. Sungai lurus atau relatif lurus.2. Kecepatan air
seragam.3. Aliran sungai laminar.4. Gradien sungai kecil.5. Bagian
sungai yang tidak ada aliran masuk.6. Tidak ada tumbuhan.Debit
sungai dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan: A = Luas penampang sungaiV = Kecepatan pelampungs =
Jarakt = waktu
2.2.2. Alat dan BahanAlat yang dipergunakan antara lain:1.
Pelampung.2. Stop Watch / alat ukur waktu.3. Roll meter / tali
ukur.4. Penggaris panjang.5. Alat tulis.6. Kertas millimeter.
2.2.3. Cara KerjaCara kerja dalam perhitungan debit sungai
adalah:1. Pilih bagian sungai yang memenuhi syarat.2. Rentangkan
roll meter/tali ukur sepanjang 20 meter, selanjutnya 50 sampai 100
meter.3. Lepaskan pelampung dari titik awal ke titik selanjutnya
dan catat waktunya pada tepi kiri, kanan dan tengah. Ulangi sampai
3 - 5 kali.4. Ukur penampang sungai dari tepi kiri ke tepi kanan
dengan interval 50 cm, kemudian ukur kedalamannya.5. Hitung debit
sungai dengan rumus di atas, Q = A x V.
2.3. Perhitungan Debit2.3.1. Data Lapangan Bagian Hulu2.3.1.1.
Data Lebar SungaiDari hasil pengukuran dilapangan diperoleh data
sebagai berikut :a. Lebar sungai: 34 m (3400 cm)b. Jumlah interval:
68c. Jarak antar interval : 50 cmd. Panjang: 25 m2.3.1.2. Data
Waktu PelampungUntuk data waktu pelampung disajikan dalam bentuk
tabel agar lebih mudah dalam menentukan dan menjumlahkan waktu dan
melihat bagian- bagiannya, dan datanya sebagai berikut:
Tabel 1. Data waktu pelampung hulu ke hilirBagianWaktut1t2t3
Kiri03 59,3004 27,7 03 32,8
Tengah02 33,6002 17,0402 37,60
Kanan03 19,8002 35,6103 15,10
Sumber: Data Olah Primer
2.3.1.3. Data Kedalaman Sungai Bagian HuluUntuk data kedalaman
sungai bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah
dalam mengetahui kedalaman dan interval berapa data tersebut
didapatkan.
Tabel 2. Data kedalaman sungai bagian huluN0IntervalKetebalan
(cm)N0IntervalKetebalan (cm)
10 50 70351700 175065
250 100 90361750 180070
3100 150 110371800 185065
4150 200 125381850 190070
5200 250 125391900 195065
6250 300 120401950 200065
7300 350 120412000 205068
8350 400 110422050 210068
9400 450 105432100 215060
10450 500 100442150 220040
11500 550 105452200 225050
12550 600 90462250 230040
13600 650 95472300 235043
14650 700 95482350 240044
15700 750 100492400 245046
16 750 800 90502450 250070
17800 85090512500 255085
18850 90075522550 260095
19900 95045532600 265088
20950 100045542650 270090
211000 105050552700 275094
221050 110070562750 2800104
231100 115080572800 2850119
241150 120090582850 2900118
251200 1250115592900 2950130
261250 1300110602950 3000125
271300 1350110613000 3050100
281350 140070623050 310075
291400 145070633100 315055
301450 150070643150 320045
311500 155070653200 325039
321550 160065663250 330030
331600 165070673300 335010
341650 170070683350 34000
Sumber: Data Olah Primer
2.3.1.4 Gambar Penampang Sungai(Terlampir)2.3.1.5. Perhitungan
Luas Penampang Sungai Bagian HuluBentuk penampang sungai bagian
hulu (untuk menghitung luasnya) adalah sebagai berikut:
Rumus yang digunakan dalam perhitungan luas penampang adalah :a.
Segitigs b.
Trapesium L=x Jumlah Sisi Sejajar x Tinggi = x (a+b) x t
Keterangan:a dan b : Kedalamant : Interval (jarak pengukuran
kedalaman)a. Dalam bentuk perhitungan
A1 = x (a+b) x t = x (0+70) x 50 = x 3500 = 1750 cm2A2 = x (a+b)
x t = x (70+90) x 50 = x 160 x 50 = 4000 cm2A3 = x (a+b) x t= x
(90+110) x 50 = x 200 x 50 = 5000 cm2A4 = x (a+b) x t = x (110+125)
x 50 = x 235 x 50 = 5875 cm2A5 = x (a+b) x t= x (125+125) x 50 = x
250 x 50 = 6250 cm2A6 = x (a+b) x t = x (125+120) x 50 = x 245 x 50
= 6125 cm2A7 = x (a+b) x t = x (120+120) x 50 = x 140 x 50 = 6000
cm2
A8 = x (a+b) x t = x (120+110) x 50 = x 230 x 50 = 5750 cm2A9 =
x (a+b) x t = x (110+105) x 50= x 215 x 50 = 5375 cm2A10 = x (a+b)
x t= x (105+100) x 50 = x 205 x 50 = 5125 cm2A11 = x (a+b) x t = x
(100+105) x 50 = x 205 x 50 = 5125 cm2A12 = x (a+b) x t = x
(105+90) x 50 = x 195 x 50 = 4875 cm2A13 = x (a+b) x t = x (90+95)
x 50 = x 185 x 50 = 4625 cm2A14 = x (a+b) x t = x (95+95) x 50 = x
190 x 50 = 4750 cm2
A15 = x (a+b) x t = x (95+100) x 50 = x 195 x 50 = 4875 cm2A16 =
x (a+b) x t= x (100+90) x 50 = x 190 x 50 = 4750 cm2A17 = x (a+b) x
t = x (90+90) x 50 = x 180 x 50 = 4500 cm2A18 = x (a+b) x t = x
(90+75) x 50 = x 165 x 50 = 4125 cm2A19 = x (a+b) x t = x (75+45) x
50 = x 120 x 50 = 3000 cm2A20 = x (a+b) x t = x (45+45) x 50 = x 90
x 50 = 2250 cm2A21 = x (a+b) x t = x (45+50) x 50 = x 95 x 50 =
2375 cm2
A22 = x (a+b) x t = x (50+70) x 50 = x 120 x 50 = 3000 cm2A23 =
x (a+b) x t = x (70+80) x 50 = x 150 x 50 = 3750 cm2A24 = x (a+b) x
t = x (80+90) x 50 = x 110 x 50 = 4250 cm2A25 = x (a+b) x t = x
(90+115) x 50 = x 205 x 50 = 5125 cm2A26 = x (a+b) x t = x
(115+110) x 50 = x 225 x 50 = 5625 cm2A27 = x (a+b) x t = x
(110+110) x 50 = x 220 x 50 = 5500 cm2A28 = x (a+b) x t = x
(110+70) x 50 = x 180 x 50 = 4500 cm2
A29 = x (a+b) x t = x (70+70) x 50 = x 140 x 50 = 3500 cm2A30 =
x (a+b) x t = x (70+70) x 50 = x 140 x 50 = 3500 cm2A31 = x (a+b) x
t = x (70+70) x 50 = x 140 x 50 = 3500 cm2A32 = x (a+b) x t = x
(70+65) x 50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A33 = x (a+b) x t = x (65+70) x
50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A34 = x (a+b) x t = x (70+70) x 50 = x
140 x 50 = 3500 cm2A35 = x (a+b) x t= x (70+65) x 50 = x 135 x 50 =
3375 cm2
A36 = x (a+b) x t = x (65+70) x 50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A37 =
x (a+b) x t = x (70+65) x 50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A38 = x (a+b) x
t = x (65+70) x 50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A39 = x (a+b) x t = x
(70+65) x 50 = x 135 x 50 = 3375 cm2A40 = x (a+b) x t = x (65+65) x
50 = x 130 x 50 = 3250 cm2A41 = x (a+b) x t = x (65+68) x 50 = x
133 x 50 = 3325 cm2A42 = x (a+b) x t = x (68+68) x 50 = x 136 x 50
= 3400 cm2
A43 = x (a+b) x t = x (68+60) x 50 = x 128 x 50 = 3200 cm2A44 =
x (a+b) x t = x (60+40) x 50 = x 100 x 50 = 2500 cm2A45 = x (a+b) x
t = x (40+50) x 50 = x 90 x 50 = 2250 cm2A46 = x (a+b) x t = x
(50+40) x 50 = x 90 x 50 = 2250 cm2A47 = x (a+b) x t = x (40+43) x
50 = x 83 x 50 = 2075 cm2A48 = x (a+b) x t = x (43+44) x 50 = x 87
x 50 = 2175 cm2A49 = x (a+b) x t = x (44+46) x 50 = x 90 x 50 =
2250 cm2
A50 = x (a+b) x t = x (46+70) x 50 = x 116 x 50 = 2900 cm2A51 =
x (a+b) x t = x (70+85) x 50 = x 155 x 50 = 3875 cm2A52 = x (a+b) x
t = x (85+95) x 50 = x 180 x 50 = 4500 cm2A53 = x (a+b) x t = x
(95+88) x 50 = x 183 x 50 = 4575 cm2A54 = x (a+b) x t = x (88+90) x
50 = x 178 x 50 = 4450 cm2A55 = x (a+b) x t = x (90+94) x 50 = x
184 x 50 = 4600 cm2A56 = x (a+b) x t = x (94+104) x 50 = x 198 x 50
= 4950 cm2
A57 = x (a+b) x t = x (104+119) x 50 = x 223 x 50 = 5575 cm2A58
= x (a+b) x t = x (119+118) x 50 = x 237 x 50 = 5925 cm2A59 = x
(a+b) x t = x (118+130) x 50 = x 248 x 50 = 6200 cm2A60 = x (a+b) x
t = x (130+125) x 50 = x 255 x 50 = 6375 cm2A61 = x (a+b) x t= x
(125+100) x 50 = x 225 x 50 = 5625 cm2A62 = x (a+b) x t = x
(100+75) x 50 = x 175 x 50 = 4375 cm2A63 = x (a+b) x t = x (75+55)
x 50 = x 130 x 50 = 3250 cm2A64 = x (a+b) x t = x (55+45) x 50 = x
100 x 50 = 2500 cm2A65 = x (a+b) x t = x (45+39) x 50 = x 84 x 50 =
2100 cm2A66 = x (a+b) x t = x (39+30) x 50 = x 69 x 50 = 1725
cm2A67 = x (a+b) x t = x (30+10) x 50 = x 40 x 50 = 1000 cm2A68 = x
(a+b) x t = x (10+0) x 50 = x 10 x 50 = 250 cm2
b. Data perhitungan luas penampangUntuk data perhitungan luas
bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dalam
penjumlahan serta mengetahui kedalaman dan luas penampangnya.
Tabel 3. Data perhitungan luas penampang bagian
huluNoIntervalKedalaman (cm)Luas Penampang (cm2)
10 50 701.750
250 100 904.000
3100 150 1105.000
4150 200 1255.875
5200 250 1256.250
6250 300 1206.125
7300 350 1206.000
8350 400 1105.750
9400 450 1055.375
10450 500 1005.125
11500 550 1055.125
12550 600 904.875
13600 650 954.625
14650 700 954.750
15700 750 1004.875
16 750 800 904.750
17800 850904.500
18850 900754.125
19900 950453.000
20950 1000452.250
211000 1050502.375
221050 1100703.000
231100 1150803.750
241150 1200904.250
251200 12501155.125
261250 13001105.625
271300 13501105.500
281350 1400704.500
291400 1450703.500
301450 1500703.500
311500 1550703.500
321550 1600653.375
331600 1650703.375
341650 1700703.500
351700 1750653.375
361750 1800703.375
371800 1850653.375
381850 1900703.375
391900 1950653.375
401950 2000653.250
412000 2050683.325
422050 2100683.400
432100 2150603.200
442150 2200402.500
452200 2250502.250
462250 2300402.250
472300 2350432.075
482350 2400442.175
492400 2450462.250
502450 2500702.900
512500 2550853.875
522550 2600954.500
532600 2650884.575
542650 2700904.450
552700 2750944.600
562750 28001044.950
572800 28501195.575
582850 29001185.925
592900 29501306.200
602950 30001256.375
613000 30501005.625
623050 3100754.375
633100 3150553.250
643150 3200452.500
653200 3250392.100
663250 3300301.725
673300 3350101.000
683350 34000250
(Atotal)267.300 cm2
26,73 m2
Sumber : Data Olahan Primer
2.3.1.6. Perhitungan kecepatanUntuk data perhitungan kecepatan
bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel dan datanya sebagai
berikut:Tabel 4. Perhitungan KecepatanBagianWaktut1t2t3
Kiri03 59,3004 27,7 03 32,8
Tengah02 33,6002 17,0402 37,60
Kanan03 19,8002 35,6103 15,10
(ttotal)09 51,9809 20,3509 25,5
591,98 detik560,35 detik565,5 detik
Rata-Rata197,33 detik186,78 detik188,5 detik
= 190,82 detik
2.3.1.7. Perhitungan debitUntuk perhitungan debit digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan : A = Luas PenampangV = Kecepatan PelampungS = JarakT
= WaktuPerhitungan:
= 0,13101352 m/sQ = A x V= 26,73 m2 x 0,13101352 m/s= 3,
50199139 m3/s
2.3.2. Data Lapangan Bagian Hilir2.3.2.1. Data lebar sungaiDari
hasil pengukuran dilapangan diperoleh data sebagai berikut :e.
Lebar sungai: 36,5 m (3650 cm)f. Jumlah interval: 73g. Jarak antar
interval : 50 cmh. Panjang: 25 m
2.3.2.2. Data waktu pelampungUntuk data waktu pelampung
disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam menentukan dan
menjumlahkan waktu dan melihat bagian- bagiannya, dan datanya
sebagai berikut:
Tabel 5. Data waktu pelampung hulu ke hilirBagianWaktut1t2t3
Kiri03 59,3004 27,7 03 32,8
Tengah02 33,6002 17,0402 37,60
Kanan03 19,8002 35,6103 15,10
Sumber: Data Olah Primer
2.3.2.3. Data kedalaman sungai bagian huluUntuk data kedalaman
sungai bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah
dalam mengetahui kedalaman dan interval berapa data tersebut
didapatkan.
Tabel 6. Data kedalaman sungai bagian hilirNoIntervalKetebalan
(cm)NoIntervalKetebalan (cm)
10 50 72381850 190062
250 100 80391900 195077
3100 150 78401950 200062
4150 200 68412000 205066
5200 250 63422050 210068
6250 300 28432100 215071
7300 350 9442150 220068
8350 400 5452200 225069
9400 450 10462250 230069
10450 500 17472300 235068
11500 550 21482350 240082
12550 600 27492400 245094
13600 650 29502450 250090
14650 700 39512500 255092
15700 750 33522550 260086
16 750 800 25532600 265064
17800 8508542650 270054
18850 9009.5552700 275048
19900 95030562750 280058
20950 100041572800 285071
211000 105066.5582850 290081
221050 110067592900 295083
231100 115080602950 300085
241150 120082613000 305088
251200 125081623050 310088
261250 130077633100 315089
271300 135072643150 320084
281350 140072.5653200 325079
291400 145069663250 330059
301450 150064673300 335060
311500 155063683350 340060
321550 160066693400 345061
331600 165063703450 350054
341650 170064713500 355044
351700 175063723550 360021
361750 180062733600 36500
371800 185060
Sumber: Data Olah Primer2.3.2.4. Gambar penampang
sungai(Terlampir)2.3.2.5. Perhitungan luas penampang sungai bagian
hilirBentuk penampang sungai bagian hulu (untuk menghitung luasnya)
adalah sebagai berikut:
Rumus yang digunakan dalam perhitungan luas penampang adalah :a.
Segitigs b.
Trapesium L=x Jumlah Sisi Sejajar x Tinggi = x (a+b) x t
Keterangan:a dan b : Kedalamant : Interval (jarak Pengukuran
Kedalaman
a. Dalam bentuk perhitungan
A1 = x (a+b) x t = x (0+72) x 50 = 1800 cm2A2 = x (a+b) x t = x
(72+80) x 50 = x 152 x 50 = 3800 cm2A3 = x (a+b) x t= x (80+78) x
50 = x 158 x 50 = 3950 cm2A4 = x (a+b) x t = x (78+68) x 50 = x 146
x 50 = 3650 cm2A5 = x (a+b) x t= x (68+63) x 50 = x 131 x 50 = 3275
cm2A6 = x (a+b) x t = x (63+28) x 50 = x 91 x 50 = 2275 cm2A7 = x
(a+b) x t = x (28+9) x 50 = x 37 x 50 = 925 cm2A8 = x (a+b) x t = x
(9+5) x 50 = x 14 x 50 = 350 cm2A9 = x (a+b) x t = x (5+10) x 50= x
15 x 50 = 375 cm2A10 = x (a+b) x t= x (10+17) x 50 = x 27 x 50 =
675 cm2A11 = x (a+b) x t = x (17+21) x 50 = x 38 x 50 = 950 cm2A12
= x (a+b) x t = x (21+27) x 50 = x 48 x 50 = 1200 cm2A13 = x (a+b)
x t = x (27+29) x 50 = x 185 x 50 = 1400 cm2A14 = x (a+b) x t = x
(29+39) x 50 = x 68 x 50 = 1700 cm2A15 = x (a+b) x t = x (39+33) x
50 = x 72 x 50 = 1800 cm2A16 = x (a+b) x t= x (33+25) x 50 = x 58 x
50 = 1450 cm2A17 = x (a+b) x t = x (25+8) x 50 = x 33 x 50 = 825
cm2A18 = x (a+b) x t = x (8+9,5) x 50 = x 17,5 x 50 = 437,5 cm2A19
= x (a+b) x t = x (9,5+30) x 50 = x 39 x 50 = 987,5 cm2
A20 = x (a+b) x t = x (30+41) x 50 = x 71 x 50 = 1775 cm2A21 = x
(a+b) x t = x (41+66,5) x 50 = x 107,5 x 50 = 2687,5 cm2A22 = x
(a+b) x t = x (66,5+67) x 50 = x 133,5 x 50 = 3337,5 cm2A23 = x
(a+b) x t = x (67+80) x 50 = x 147 x 50 = 3675 cm2A24 = x (a+b) x t
= x (80+82) x 50 = x 162 x 50 = 4050 cm2A25 = x (a+b) x t = x
(82+81) x 50 = x 163 x 50 = 4075 cm2A26 = x (a+b) x t = x (81+77) x
50 = x 158 x 50 = 3950 cm2
A27 = x (a+b) x t = x (77+72) x 50 = x 149 x 50 = 3725 cm2A28 =
x (a+b) x t = x (72+72,5) x 50 = x 144 x 50 = 3612,5 cm2A29 = x
(a+b) x t = x (72,5+69) x 50 = x 141,5 x 50 = 3537,5 cm2A30 = x
(a+b) x t = x (69+64) x 50 = x 133 x 50 = 3325 cm2A31 = x (a+b) x t
= x (64+63) x 50 = x 127 x 50 = 3175 cm2A32 = x (a+b) x t = x
(63+66) x 50 = x 129 x 50 = 3225 cm2A33 = x (a+b) x t = x (66+63) x
50 = x 129 x 50 = 3225 cm2
A34 = x (a+b) x t = x (63+64) x 50 = x 127 x 50 = 3175 cm2A35 =
x (a+b) x t= x (64+62) x 50 = x 127 x 50 = 3175 cm2A36 = x (a+b) x
t = x (63+62) x 50 = x 125 x 50 = 3125 cm2A37 = x (a+b) x t = x
(62+60) x 50 = x 122 x 50 = 3050 cm2A38 = x (a+b) x t = x (60+62) x
50 = x 122 x 50 = 3050 cm2A39 = x (a+b) x t = x (62+77) x 50 = x
139 x 50 = 3475 cm2A40 = x (a+b) x t = x (77+62) x 50 = x 139 x 50
= 3475 cm2
A41 = x (a+b) x t = x (62+66) x 50 = x 128 x 50 = 3200 cm2A42 =
x (a+b) x t = x (66+66) x 50 = x 134 x 50 = 3350 cm2A43 = x (a+b) x
t = x (68+71) x 50 = x 139 x 50 = 3475 cm2A44 = x (a+b) x t = x
(71+68) x 50 = x 139 x 50 = 3475 cm2A45 = x (a+b) x t = x (68+69) x
50 = x 137 x 50 = 3425 cm2A46 = x (a+b) x t = x (69+69) x 50 = x
138 x 50 = 3425 cm2A47 = x (a+b) x t = x (69+68) x 50 = x 137 x 50
= 3425 cm2
A48 = x (a+b) x t = x (68+82) x 50 = x 170 x 50 = 3750 cm2A49 =
x (a+b) x t = x (82+94) x 50 = x 176 x 50 = 4400 cm2A50 = x (a+b) x
t = x (94+90) x 50 = x 184 x 50 = 4600 cm2A51 = x (a+b) x t = x
(90+92) x 50 = x 182 x 50 = 4550 cm2A52 = x (a+b) x t = x (92+86) x
50 = x 178 x 50 = 4450 cm2A53 = x (a+b) x t = x (86+64) x 50 = x
150 x 50 = 3750 cm2A54 = x (a+b) x t = x (64+54) x 50 = x 118 x 50
= 2950 cm2
A55 = x (a+b) x t = x (54+48) x 50 = x 102 x 50 = 2550 cm2A56 =
x (a+b) x t = x (48+58) x 50 = x 106 x 50 = 2650 cm2A57 = x (a+b) x
t = x (58+71) x 50 = x 129 x 50 = 3225 cm2A58 = x (a+b) x t = x
(71+81) x 50 = x 152 x 50 = 3800 cm2A59 = x (a+b) x t = x (81+83) x
50 = x 164 x 50 = 4100 cm2A60 = x (a+b) x t = x (83+85) x 50 = x
168 x 50 = 4200 cm2A61 = x (a+b) x t= x (85+88) x 50 = x 173 x 50 =
4325 cm2
A62 = x (a+b) x t = x (88+88) x 50 = x 173 x 50 = 4400 cm2A63 =
x (a+b) x t = x (88+89) x 50 = x 177 x 50 = 4425 cm2A64 = x (a+b) x
t = x (89+84) x 50 = x 173 x 50 = 4325 cm2A65 = x (a+b) x t = x
(84+79) x 50 = x 163 x 50 = 4075 cm2A66 = x (a+b) x t = x (79+59) x
50 = x 168 x 50 = 3450 cm2A67 = x (a+b) x t = x (59+60) x 50 = x
119 x 50 = 2975 cm2A68 = x (a+b) x t = x (60+60) x 50 = x 120 x 50
= 3000 cm2
A69 = x (a+b) x t = x (60+61) x 50 = x 121 x 50 = 3025 cm2A70 =
x (a+b) x t = x (61+54) x 50 = x 115 x 50 = 2875 cm2A71 = x (a+b) x
t = x (54+44) x 50 = x 98 x 50 = 2450 cm2A72 = x (a+b) x t = x
(44+21) x 50 = x 65 x 50 = 1625 cm2A73 = x (a+b) x t = x (21+0) x
50 = 525 cm2
b. Data perhitungan luas penampangUntuk data perhitungan luas
bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dalam
penjumlahan serta mengetahui kedalaman dan luas penampangnya.
Tabel 7. Data perhitungan luas penampang bagian
hilirNoIntervalKetebalan (cm)Luas Penampang (cm2)
10 50 721800
250 100 803800
3100 150 783950
4150 200 683650
5200 250 633275
6250 300 282275
7300 350 9925
8350 400 5350
9400 450 10375
10450 500 17675
11500 550 21950
12550 600 271200
13600 650 291400
14650 700 391700
15700 750 331800
16 750 800 251450
17800 8508825
18850 9009.5437.5
19900 95030987.5
20950 1000411775
211000 105066.52687.5
221050 1100673337.5
231100 1150803675
241150 1200824050
251200 1250814075
261250 1300773950
271300 1350723725
281350 140072.53612.5
291400 1450693537.5
301450 1500643325
311500 1550633175
321550 1600663225
331600 1650633225
341650 1700643175
351700 1750633175
361750 1800623125
371800 1850603050
381850 1900623050
391900 1950773475
401950 2000623475
412000 2050663200
422050 2100683350
432100 2150713475
442150 2200683475
452200 2250693425
462250 2300693450
472300 2350683425
482350 2400823750
492400 2450944400
502450 2500904600
512500 2550924550
522550 2600864450
532600 2650643750
542650 2700542950
552700 2750482550
562750 2800582650
572800 2850713225
582850 2900813800
592900 2950834100
602950 3000854200
613000 3050884325
623050 3100884400
633100 3150894425
643150 3200844325
653200 3250794075
663250 3300593450
673300 3350602975
683350 3400603000
693400 3450613025
703450 3500542875
713500 3550442450
723550 3600211625
733600 36500525
(Atotal)215.975 cm2
21,5975 m2
Sumber : Data Olahan Primer
2.3.2.6. Perhitungan KecepatanUntuk data perhitungan kecepatan
bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel dan datanya sebagai
berikut:
Tabel 8. Perhitungan KecepatanBagianWaktut1t2t3
Kiri03 59,3004 27,7 03 32,8
Tengah02 33,6002 17,0402 37,60
Kanan03 19,8002 35,6103 15,10
(ttotal)09 51,9809 20,3509 25,5
591,98 detik560,35 detik565,5 detik
Rata-Rata197,33 detik186,78 detik188,5 detik
Sumber : Data Olahan Primer
= 190,82 detik
2.3.2.7. Perhitungan DebitUntuk perhitungan debit digunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan : A = Luas PenampangV = Kecepatan PelampungS = JarakT
= WaktuPerhitungan:
= 0,13101352 m/sQ = A x V= 21,5975 m2 x 0,13101352 m/s=
2,8295644982 m3/s
2.4. KesimpulanGeohidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
masalah sumber air bawah tanah yang berhubungan dengan cara
terdapat, penyebaran, pengaliran, sifat kimia, dan potensi sumber
air bawah tanah dalam hubungannya dengan lingkungan geologi.Sungai
adalah suatu tubuh Running Water yang terkumpul pada suatu saluran
dan bergarak menuju Base Level Of Erosion akibat pengaruh gaya
gravitasi.Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream
flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu dan satuanya meter kubik per
detik (m3/det).Dari hasil perhitungan dihalaman sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa sungai didaerah Jembatan Gantung Imogiri adalah
influen, dimana Qhulu > Qhilir.
BAB IIIPUMPING TEST METODE THEIS
3.1. Tujuan dan Persyaratan3.1.1 TujuanUntuk menentukan harga
koefisien keterusan air (T) dan daya simpan air (koefisien
storage/S). Harga tersebut berguna untuk mengevaluasi potensi
sumur.
3.1.2. Persyaratan dasar uji pemompaanPersyaratan untuk sebagai
dasar uji pemompaan yaitu :1. Akuifer dianggap meluas tak terhingga
dan datar2. Akuifer homogen dan isotropis dalam yang dipengaruhi
pemompaan dan tebalnya seragam.3. Air mengalir dalam akuifer
laminar.4. Drawdown yang disebabkan oleh aliran vertical kecil,
sehingga dapat diabaikan.5. Akuifer dapat dipompa dengan debit
tetap.
3.1.3. Persyaratan Metode TheisPersyaratan untuk melakukan
analisis Metode Theis yaitu :1. Akuifer tertekan.2. Berupa aliran
tak langsung. S dan t dapat diabaikan, juga gradient hidrolik
konstan.3. Diameter sumur kecil.
3.2. Alat dan BahanAlat dan bahan dalam analisis Metode Theis
yaitu :1. Data hasil pemompaan dilapangan.2. Grafik Theis Type
Curve.3. Kertas double logaritma.4. Kertas kalkir.5. Kalkulator
atau alat hitung.6. Alat tulis.
3.3. Cara KerjaLangkah-langkah dalam analisis pumping test
Metode Theis sebagai berikut :1. Diplotkan harga drawdown (s) dan
waktu pemompaan (t) pada kertas kalkir yang ditempelkan pada kertas
double logaritma. Bila pengamatan s (oo) pada sumur pengamat yang
diplotkan s dengan t/r2. s sebagai ordinat dan t sebagai absis.2.
Titik-titik yang didapat dilekatkan pada grafik standar Theis
digeser-geser sehingga absis dan ordinat sejajar, sehingga didapat
grafik yang sesuai.3. Dipilih macth point sembarang dan dilihat
hasil pada absis, t dan 1/u. Pada ordinat W (u) dan s.Catatan :
Macth Point tidak harus diletakan pada kurva. Untuk lebih mudah
dalam perhitungan diambil W (u) = 1 dan 1/u 10 (krusemen dan De
Ridder, 1970).Dicari :
T =
S =
S =
Keterangan :T: koefisien keterusan air (m2/jam atau m2/hari)S:
daya simpan airs: drawdown dalam metert: waktu sejak pemompaan
(menit, jam atau hari )r: jarak sumur uji dengan sumur
pengamatan.Q: debit pemompaan air.
4. Bila Q > 1 dicari rata-rata dengan grafik.
3.4. Hasil Uji Pemompaan
Tabel 9. Data analisis pumping test metode theisWaktu (t) menit
Penurunan m.a.t (S) metert/r2
000
19,750,04
210,20,08
310,60,12
410,80,16
510,90,20
611,120,24
711,200,28
811,270,32
911,330,36
1011,400,40
1211,450,48
1411,580,56
1611,690,64
1811,780,72
2011,840,80
2511,901
3012,021,20
3512,151,40
4012,221,60
5012,342
5512,422,20
6012,522,40
7012,602,80
8012,683,20
9012,793,60
10012,914
12013,154,80
13513,255,40
15013,316
16513,386,60
18013,447,20
20013,488
22013,528,80
24013,589,60
27013,6410,80
30013,6712
36013,6914,40
Sumber : Data Olahan Primer
Hasil Uji Pemompaan dari Metode Theis sebagai berikut :Dik : Q =
25W (u) = 1 R = 5 cm l/u = 10Didapat :s = 12,5
= 1,40Di cari : Koefisien keterusan air (T) dan daya simpan
air/koefisien storage (S) ? a.
T =
=
= = 0,159 m2/harib. S =
=
= = 0,08904
3.5. KesimpulanDari data hasil analisis Metode Pumping Test
Theis didapatkan hasil :Koefisien keterusan air (T) yaitu : 0,159
m2/hari66
Daya simpan air koefisien storage (S) yaitu : 0,08904
(leavy/semi confined)BAB IVPUMPING TEST METODE PAPADOPOULUS
4.1. Tujuan dan Dasar Teori 4.1.1.Tujuan Untuk menentukan
koefisien keterusan air (T) dan menetukan koefisien daya simpan air
(S).
4.1.2. Dasar Teori Berlaku untuk sumur dengan diameter besar,
dengan asumsi:1. Akuifer tertekan , homogen dan menerus.2. Aliran
tak langsung.3. Diameter sumur >>4. Debit pemompaan (Q)
konstan.5. Sumur menembus sumur akuifer. 4.2. Alat dan BahanAlat
dan bahan dalam analisis Metode Papadopoulus yaitu:1. Data hasil
pemompaan dilapangan.2. Grafik Theis Type Curve.3. Kertas double
logaritma.4. Kertas kalkir.5. Kalkulator dan alat tulis. 4.3. Cara
KerjaLangkah-langkah dalam analisis pumping test Metode
Papadopoulus sebagai berikut :1. Diplotkan harga drawdown (s) dan
waktu pemompaan (t) pada kertas kalkir yang ditempelkan pada kertas
double logaritma. Bila pengamatan s (oo) pada sumur pengamat yang
diplotkan s dengan t/r2. s sebagai ordinat dan t sebagai absis.2.
Hasil pengeplotan dibuat garis kurva, kemudian dihimpitkan dengan
kurva standar papadopoulus hingga sesuai (sumbu ordinat kedua kurva
sejajar). 3. Dipilih macth point sembarang dan dilihat hasil pada
absis, t dan 1/u. Pada ordinat W () dan s.4. Masukan rumus :
T =
S =
S =
Keterangan :T: koefisien keterusan air (m2/jam atau m2/hari)S:
daya simpan airs: drawdown dalam metert: waktu sejak pemompaan
(menit, jam atau hari )r: jarak sumur uji dengan sumur
pengamatan.Q: debit pemompaan air.
4.4. Hasil Uji Pemompaan
Tabel 10. Data analisis pumping test metode papadopoulusWaktu
(t) menitPenurunan m.a.t (s) metert/r2
000
19,750.0156
210,20.0312
310,60.0470
410,80.0625
510,90.0781
611,120.0937
711,200.1093
811,270.125
911,330.1406
1011,400.1562
1211,450.1875
1411,580.21875
1611,690.25
1811,780.2812
2011,840.3125
2511,900.3906
3012,020.4687
3512,150.5468
4012,320.625
5012,340.7812
5512,420.8593
6012,520.9375
7012,601.0937
8012,681.25
49012,791.4062
10012,911.5625
12013,511.875
13513,252.1093
15013,312.3437
Sumber : Data Olahan Primer
Hasil Uji Pemompaan dari Metode Theis sebagai berikut :Dik : Q =
25W (u) = 1 R = 5 cm l/u = 10Didapat :s = 9,75
= 0,0156
Di cari : Koefisien keterusan air (T) dan daya simpan
air/koefisien storage (S) ?
= = 0,20415 m2/hari
= 0,001274
3.5. KesimpulanDari data hasil analisis Metode Papadopoulus
didapatkan hasil:Koefisien keterusan air (T) yaitu : 0,20415
m2/hari. Daya simpan air koefisien storage (S) yaitu : 0,001274
(leavy/semi confined)
BAB VKUALITAS AIR TANAH
5.1. Pendahuluan5.1.1. Latar BelakangAir (badan air) merupakan
suatu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup agar dapat melangsungkan
kehidupannya. Bagi manusia air diperlukan untuk sumber air (minum,
mandi, mencuci), pengairan dalam bidang pertanian, perikanan,
pariwisata, dll. Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam
kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan hidup manusia. Namun dibalik manfaat-manfaat
tersebut, aktivitas manusia dibidang pertanian, industri dan
kegiatan rumah dapat dan telah terbukti menyebabkan menurunnya
kualitas air.Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi
air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu
(Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari
suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk
keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air
minum. Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan yang
terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan
ekosistem dan kehidupan yang ada didalamnya.
5.1.2 Maksud dan TujuanMaksud dari praktikum ini adalah agar
praktikan dapat melakukan pengamatan, melakukan dan mengetahui
kualitas air tanah.Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan
dapat melakukan pengukuran parameter, serta untuk menentukan
kualitas air tanah.
5.2. Landasan Teori5.2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
AirtanahSecara kuantitas airtanah di bumi sangat melimpah, namun
kualitasnya relatif menurun.Air yang dikonsumsi manusia sehari-hari
harus memenuhi standar kualitas kesehatan menurut WHO dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes). Menurut Todd
(1980), tipe dan kadar airtanah dipengaruhi oleh asal airtanah,
gerakan dan lingkungan. Pada umumnya airtanah mempunyai konsentrasi
zat terlarut yang lebih tinggi dari air permukaan, sebagai akibat
banyaknya dijumpai material yang mudah larut pada lapisan (formasi)
geologi. Faktor yang mempengaruhi kualitas airtanah, antara lain
adalah:1. Asal airtanah: a. Batuan volkanik, yang mengandung Fe,Sb.
Batuan karbonat, yang mengandung Ca2. Aerakan/aliran3. Lingkungan:
a. Macam tanahb. BatuanKualitas airtanah dipandang sebagai sistem
yang terdiri dari 3 komponen atau subsistem (Angelen 1981):1.
Material yang dilewati airtanah(macam tanah atau batuan),
tergantung pada pola atau pori, komposisi kimia, dan
keisotropisan.2. Aliran, yang meliputi aliran laminer, turbulen,
konveksi, dispersi, dan difusi.3. Perubahan secara fisik, kimia dan
biologi. Perubahan kualitas airtanah tergantung pada:a. Densitasb.
Lokasic. Ruang dan waktud. Ragam pengalirane. Perubahan proses
fisik, kimia dan biologis
5.2.2. Sifat Fisis, Kimia dan Biologis AirtanahSifat fisik
airtanah antara lain sebagai berikut:1. Warna: disebabkan oleh zat
terlarut dalam air maupun yang tidak terlarut dalam air. Tes warna
menggunakan skala Pt/Co.2. Bau dan rasa: bau disebabkan oleh
gas-gas yang terlarut, sedangkan rasa disebabkan oleh garam
terlarut.3. Kekeruhan: disebabkan oleh kandungan zat yang tidak
terlarut (koloid). Terdiri dari lanau lempung, zat organik, atau
mikroorgan-isme. Alat ukurnya: Turbidimeter dalam satuan NTU
(Number Turbidimeter Unit).4. Kekentalan: dipengaruhi oleh
partikel-partikel yang terkandung di dalamnya, semakin banyak akan
semakin kental. Faktor yang mempengaruhi tingkat kekentalan adalah
cuaca, suhu, jumlah partikel terlarut, dan kadar garam. Sifat kimia
meliputi kegaraman, pH, kesadahan, dan pertukaran ion.
Kegaraman/jumlah garam terlarut (Total Disolved Solid) adalah
jumlah konsentrasi garam yang terkandung di dalam air. Keasaman
(pH) ditentukan dengan alat pH meter. Air yang asam mempunyai pH
melarutkan besi. Air yang basa mempunyai nilai pH < 7, bersifat
mudah >7, air yang mengandung garam Ca dan Mg karbonat,
bikarbonat tinggi mempunyai pH 7,5 8. Air yang netral mempunyai pH
7. Kandungan ion, baik kation maupun anion (ion logam) diketahui
dengan Volumetri, calametri flamefotometri, spektrom fotometri.
Ionnya adalah K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO4,CO2, CO3,
HCO3, H2S, NO3, NO2, KMnO4, SiO2, dan Boron. Kesadahan atau
kekerasan (total hardness)-Hr jumlah Ca dan Mg disebut kesadahan
karbonat dan kesadahan nonkarbonat.Sifat biologis (bakteriologis),
bakteri yang biasanya berkembang pada air adalah bakteri E. Colly
dan ditentukan dengan daftar MPN dari Hoskins.
5.2.3. Interpretasi dari Data Kualitas AirtanahUntuk keperluan
interpretasi dari data kualitas airtanah, cukup berdasarkan ion-ion
penyusun utama airtanah baik berupa kation maupun anion. Kation
terdiri dari Ca, Mg, Na&K, Fe, Mn, sedangkan anion terdiri dari
Cl, SO4, HCO3, CO3, NO3 dan kadang kadang F. Di samping itu sering
ditambah pula dengan SiO2, TDS, EC, suhu dan pH. Satuan ion-ion
terlebih dahulu harus diubah dari satu mg/l (ppm) menjadi epm
(Equivalen per million) dengan :
Atau secara mudah satuan ppm dikalikan dengan faktor konfersi
pada tabel 1
Tabel 11. Faktor konversi ppm ke epm (Walton, 1970)IonMultiply
byIonMultiply by
Alumunium(Al3++)0,11119Iron (Fe3+)0,05372
Barium (Ba+ +)0,01456Lead (Pb --)0,00965
Bicarbonate (HCO3)0,01639Lithium (Li -)0,14409
Magnesium (Mg--)0,08224
Bromide (Br -)0,01251Manganese (Mn3-)0,03640
Calcium (Ca++)0,04990Nitrate (NO2-)0,01613
Carbonate (CO3)0,03333Phosphate (PO43-)0,03159
Chloride (Cl -)0,02820Potassium (K+)0,02558
Chromium (Cr4-)0,11536Sodium (Na+)0,04350
Copper (Cu -)0,03148Strontium (Sr--)0,02282
Flouride (F -)0,05263Sulfate (SO4-)0,02082
Hydrogen (H+)0,99206Sulfite (S-)0,06237
Hydroxide (OH-)0,05880Zing (Zn4-)0,03059
Iodide (I-)0,00788Manganese(Mn3+)0,07281
Iron (Fe + +)0,03581
Prinsip interpretasi data analisis kimia airtanah didasarkan
atas hubungan ion-ion atau kelompok ion yang membentuk tipe kimia
air. Hal tersebut diatas, didasarkan pada kenyataan suatu gambar
atau grafik tunggal yang tidak dapat diterangkan secara
keseluruhan. Untuk tujuan itu dikenal beberapa metode yang dapat
digolongkan menjadi 4 golongan (Zaporozec. 1972) yaitu:
5.2.3.1.Metode klasifikasiDipergunakan sebagai dasar perincian
komposisi kimia airtanah sehingga dapat dipakai untuk
mengelompokkan atau membedakan tipe airtanah. Ada beberapa cara
dalam metode ini antara lain yang praktis adalah klasifikasi tabel
Korlov terutama sangat membantu dalam mengenal sifat-sifat utama
komposisi kimia airtanah. Komposisi kimia dinyatakan dalam fraksi
semu, dengan anion dan kation berturut-turut sebagai pembilang dan
penyebut. Analisis ditunjukan dalam urutan kadar ion baik kation
maupun anion, yang masing-masing berjumlah 100% epm. Selain anion
dan kation, disertakan pula penyusun airtanah yang lain misal
adanya unsur langkah yang berkadar tinggi, juga pH dan suhu.
Penamaan klas air ditentukan oleh kandungan ion yang mempunyai
jumlah 25%.
5.2.3.2. Metode korelasiDengan menggunakan diagram pola Stiff
(1951), dalam Walton (1970), bertujuan untuk membandingkan analisis
kimia airtanah agar didapat perbedaan, kesamaan atau perkembangan
dalam komposisi kimia airtanah. Cara kerjanya adalah sebagai
berikut:1. Menggunakan 4 sumbu mendatar yang sejajar dan sumbu
tegak2. Anion (Cl, HCO3, SO4, CO3) diplot pada keempat sumbu
mendatar di sebelah kanan sumbu tegak.3. Kation (Na+K, Mg, Ca, Fe)
diplot pada keempat sumbu mendatar di sebelah kiri sumbu tegak4.
Kadar anion dan kation dalam epm5. Setiap pola mewakili satu tipe
air, sehingga setiap perbedaan pola menunjukkan tipe air yang
berbeda pula6. Lebar/luas yang terbentuk menunjukkan kandungan ion
keseluruhan.
5.2.3.3. Metode analisisDengan menggunakan diagram triliner
piper (1953) dalam Walton (1970). Bertujuan untuk menentukan proses
kimia airtanah/genetik airtanah, menentukan unsur penyusun larutan
airtanah, dan perubahan sifat airtanah dan hubunganya serta masalah
geokimia airtanah.
Gambar 4. Diagram piper
Terdiri dari 2 segitiga disebelah kiri kanan dan 1 jajaran
genjang ditengah atas, skala pembacaan 100, segita kiri untuk
kation, segitiga kanan untuk anion dalam % epm. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut :1. Data masing-masing ion dalam % epm
diplot pada kedua segitiga.2. Selanjutnya ditarik keatas pada
jajaran genjang dan kedudukan dalam jajaran genjang ini dapat
diketahui sifat airtanahnya. Gambar subsidi dari bentuk jajaran
genjang.3. Ploting jatuh pada subdivisi dari kelompok bentuk
jajaran genjang dari diagram trilinier piper dan dibaca sifat
airtanahnya.
5.2.3.4. Metode sintesis dan ilustrasiDengan menggunakn metode
Bar Collin (1932) dalam Walton (1970) dia paggramar (fence
diagram). Dalam diagram ini dibagi menjadi 2 kolom tegak yang
tingginya menyesuaikan dengan total kadar anion dan kation dalam
satuan epm. Dibedakan dengan pola (corak) dan warna yang berbeda.
Urutan dari bawah keatas pada kolom kanan adalah anion dan kolom
sebekah kiri adalah kation.
5.3. Hasil Analisis5.3.1. Metode Analisis AirtanahTabel 12.
Parameter analisis air tanahNoParameterSampel 1Sampel 2Sampel 3
1Temperatur292929
2pH7.47.57.4
3DHL,mmhos/cm450525495
4Ca2+ ppm90.290.7106.2
5Mg2+ ppm18.914.6715.66
6Cl ppm20.224.619.7
7SO4- ppm733138
8Na+ ppm15.2420.49
9K+ ppm6.24.13.1
10NO3- ppm466
11HCO3321286317
12SiO230.231.829
Tabel 13. Konversi ppm ke epm pada sampel 1Parameterppmepm
Ca2+0.04994.50098
Mg2+0.082241.554336
Na+0.04350.6699
K+0.025580.158596
NO3-0.016130.06452
Cl-0.02820.56964
SO4-0.020821.51986
HCO30.016395.26119
Na++ K+0.069080,821536
Tabel 14. Konversi ppm ke epm pada sampel 2Parameterppmepm
Ca2+0.04994.52593
Mg2+0.082241.2064608
Na+0.04350.8874
K+0.025580.104878
NO30.016130.09678
Cl-0.02820.69372
SO4-0.020820.64542
HCO30.016394.68754
Na++ K+142,3040,992278
Tabel 15. Konversi ppm ke epm pada sampel 3ParameterppmEpm
Ca2+0.04995.29938
Mg2+0.082241.2336
Na+0.04350.3915
K+0.025580.79298
NO30.016130.09678
Cl-0.02820.55554
SO4-0.020820.79116
HCO3-0.016395.19563
Na++ K+142,3040,55008
5.3.2. Metode Klasifikasi KurlovTabel 16. Penentuan tipe air
pada sampel 1Analisis KimiaEpm% Epm
KATIONNa++ K+0,82153611,9463964
Mg2+1,55433622,60243495
Ca2+4,5009865,45116865
6,876852100%
ANIONCl-0,569647,682048115
NO3-0,064520,870103477
HCO3-5,2611970,95132842
SO4-1,5198620,49651999
7,41521100%
SiO2 ppm30,2
Temperatur (0C)29
pH7,4
Formula KurlovHCO3-Cl-NO3-SO4-
70,951328427,6820481150,87010347720,49651999
Tipe AirTipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang
dominan yaitu 70,95132842% dan kandungan klorida (Cl-)
7,682048115%. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada
air tawar karena HCO3- > Cl-.
Tabel 17. Penentuan tipe air pada sampel 2Analisis KimiaEpm%
Epm
KATIONNa++ K+0,99227814,75578991
Mg2+1,206460817,94082112
Ca2+4,5259367,30338898
6,7246688100%
ANIONCl-0,6937211,33003639
NO3-0,096781,58063905
HCO3-4,6875476,55826381
SO4-0,644810,53106075
6,12284100%
SiO2 ppm31.8
Temperatur (0C)29
pH7,5
Formula KurlovHCO3-Cl-NO3-SO4-
76,5582638111,330036391,5806390510,53106075
Tipe AirTipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang
dominan yaitu 76,55826381% dan kandungan klorida (Cl-)
11,33003639%. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada
air tawar karena HCO3- > Cl-.
Tabel 18. Penentuan tipe air pada sampel 3Analisis KimiaEpm%
Epm
KATIONNa++ K+0,550087,766134976
Mg2+1,233617,41620147
Ca2+5,2993874,81766355
7,08306100
ANIONCl-0,555548,368645823
NO30,096781,457892398
HCO3-5,1956378,26688861
SO4-0,790411,90657317
6,63835100
SiO2 ppm31.8
Temperatur29
pH7,5
Formula KurlovHCO3-Cl-NO3SO4-
78,266888618,3686458231,45789239811,90657317
Tipe AirTipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang
dominan yaitu 78,26688861% dan kandungan klorida (Cl-)
8,368645823%. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada
air tawar karena HCO3- > Cl-.
5.3.3. Metode Korelasi1. Sampel 1
Gambar 5. Korelasi anion dan kation pada sampel 1
2. Sampel 2
Gambar 6. Korelasi anion dan kation pada sampel 2
3. Sampel 3
Gambar 7. Korelasi anion dan kation pada sampel 3
5.3.4. Metode Analisis1. Sampel 1
Gambar 8. Metode analisis pada sampel 1
2. Sampel 2
Gambar 9. Metode analisis pada sampel 2
3. Sampel 3
Gambar 10. Metode analisis pada sampel 3
5.3.5. Metode Sintesis dan Ilustrasi1. Sampel 1
Gambar 11. Diagram bar collin pada sampel 1
2. Sampel 2
Gambar 12. Diagram bar collin pada sampel 23. Sampel 3
Gambar 13. Diagram bar collin pada sampel 3
5.3.6. Analisis Parameter Airtanah1. Menghitung % Na
Airtanah
= 11,9463964 %
= 14,75578991 %
= 7,76614976 %
2. Perhitungan Sodium Absortion Ratio (SAR) airtanah
= 0.38099635
= 0,524163199
= 0,2166162833. Perhitungan Daya Hantar Listrik (DHL) Sampel 1
mempunyai nilai DHL = 450Sampel 2 mempunyai nilai DHL = 525Sampel 3
mempunyai nilai DHL = 495Apabila diukur pada suhu di atas atau di
bawah 25C maka harus dilakukan koreksi yaitu dengan rumus :
DHL / EC dihitung dengan menggunakan rumusan:a. Perhitungan Daya
Hantar Listrik DHL (Sampel 1) DHL 25 = = = 110,29b. Perhitungan
Daya Hantar Listrik DHL (Sampel 2) DHL 25 = = = 128,67c.
Perhitungan Daya Hantar Listrik DHL (Sampel 3) DHL 25 = = =
121,32
4. Klasifikasi DHLTabel 19. Klasifikasi mutu air terhadap
Pertanaman berdasarkan DHL menurut Tedjoyuwono (1963) dalam
Suharyadi (1984)DHLKLASIFIKASI SIFAT AIR
0 2 mmhosAman digunakan, pengaruh garam kebanyakan
dapatDiabaikan
2 4 mmhosDaya hasil pertanaman yang sangat peka
dapatDiabaikan
4 8 mmhosDaya hasil pertanaman yang banyak
mengalamiPembatasan
8 16 mmhosHanya pertanaman yang tahan dapat meemberikanhasil
memuaskan
> 16 mmhosHanya pertanaman yang sangat tahan memberikanhasil
yang memuaskan
Tabel 20. Hasil perhitungan % Na, SAR, DHLSampel% NaSARDHL
(mho/cm)
111,9463964 %0.38099635110,29
214,75578991 %0,524163199128,67
37,76614976 %0,216616283121,32
BAB VIPEMETAAN AIR TANAH
6.1.Pendahuluan6.1.1. Latar BelakangAir adalah zat yang penting
bagi semua bentuk kehidupan dibumi. Beberapa penduduk mempunyai
sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhan airnya, dan biasanya
terletak di dalam pekarangan rumah mereka. Beberapa sumur mungkin
bisa terlihat dari luar, namun sebagian lagi mungkin tersembunyi,
atau sudah tertutup oleh rerumputan karena tidak terawat. Kita
tidak bisa seenaknya saja masuk dan memeriksa rumah demi rumah
untuk mencari sumur tanpa bertanya kepada pemiliknya. Untuk itu
skill diplomasi dibutuhkan disini, dan bersiaplah untuk
berulang-ulang menjelaskan siapa kita dan apa keperluan kita.
Sebagian warga mungkin dengan senang hati menunjukkan sumurnya jika
dia mengetahui untuk apa data tersebut digunakan, maka dari itu
jelaskanlah kepada mereka, tentunya dengan bahasa yang mudah
dimengerti oleh orang awam, bukan bahasa geologi. Berikut ini
adalah data-data yang kita perlukan dari sumur.Beragam cara dapat
dilakukan untuk mengukur ketinggian air tanah di sumur, mulai dari
memakai peralatan elektronik hingga cara sederhana dan tradisional.
Semuanya bergantung kepada apa yang tersedia dan dapat digunakan.
Satu hal yang pasti, data yang diambil tersebut harus benar dan
dapat dipercaya.Untuk mencari mata air, tanaman mungkin bisa
membantu. Coba perhatikan apakah ada daerah yang mempunyai vegetasi
lebih lebat dari sekitarnya. Vegetasi yang tumbuh di daerah dengan
banyak air juga biasanya mempunyai warna yang lebih hijau dari
disekelilingnya, jadi kenampakan seperti ini bisa kita gunakan
sebagai indikasi adanya mata air dan kita cek untuk membuktikannya.
Alternatif cara kedua bisa dengan bertanya dengan warga, karena
biasanya warga yang tidak mempunyai sumur akan memenuhi kebutuhan
airnya dari mata air.
6.1.2. Maksud dan TujuanMaksud dari praktikum ini adalah agar
praktikan dapat mencari, memetakan serta mengetahui ketinggian muka
air tanah dari permukaan laut.Tujuan dari praktikum ini agar
praktikan dapat membuat peta kontur air tanah dan jaringan/sistem,
penyebaran aliran air tanahnya serta mengetahui pola aliran yang
dibentuk oleh kontur air tanah.
6.1.3. Lokasi, Waktu dan Kesampaian DaerahPerjalanan dimulai
dari Yogyakarta sekitar pukul 9.30 WIB, kemudian mengendarai
kendaraan bermotor roda 2 ke arah Jalan Godean hingga sampai
ditempat sekita pukul 10.15 WIB. Jarak yang ditempuh sekitar 25
Km.Hari/tanggal: Sabtu, 23 Juni 2012Waktu: 10.20 WIB -
selesaiLokasi: Desa Jarimulyo, Sidomulyo, Hargowilis dan sekitarnya
Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.Cuaca:
CerahMorfologi: Perbukitan bergelombang kuatVegetasi: Lebat (pohon
bambu, mahoni, pisang dan pepohonan lainya)
6.1.4. Alat dan BahanAlat dan bahan yang dibutuhkan yaitu
sebagai berikut:1. Peta skala 1 : 25.0002. GPS (Global Position
System)3. Pita ukur (50 Meter)4. Kamera5. Alat tulis6. Buku catatan
lapangan
6.2. Geologi Daerah Penelitian6.2.1. Geomorfologi Regional
Penyebaran satuan Pegunungan Kulon Progo memanjang dari selatan ke
utara dan menempati bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ketinggian pegunungan ini berkisar antara 100-1200 meter diatas
permukaan laut dengan besar kelerengan berkisar antara 15 - 60.
Kulon Progo merupakan tinggian yang berbentuk kubah memanjang
dengan sumbu panjang berjarak kurang lebih 32 km dengan arah timur
laut-barat daya. Sedangkan sumbu pendeknya berjarak kira kira 15 km
dengan arah barat laut-tenggara. Daerah Kulon Progo merupakan
tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen di bagian
barat rendahan Yogyakarta di bagian timur. Pada umumnya proses
erosi sudah terjadi sangat intensif menghasilkan morfologi dewasa
hingga tua membentuk bentukan morfologi terbiku kuat oleh pola
penyaluran (van Bemmelen,1949).
6.2.2.Stratigrafi RegionalSecara regional daerah penelitian
merupakan bagian dari stratigrafi daerah Pegunungan Kulon Progo
(bagian utara) yang telah disusun oleh Rahardjo et al (1995).
Lokasi penelitian berada pada peta geologi lembar Yogyakarta.
Berikut merupakan tatanan stratigrafi daerah Pegunungan Kulon Progo
bagian utara :1. Formasi Nanggulan (Teon)Formasi ini merupakan
batuan tertua di Pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan
pengendapannya adalah litorial pada fase genang laut. Litologi
penyusun formasi ini terdiri dari batupasir dengan sisipan lignit,
batunapal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan
batunapal dan batugamping, batupasir dan tuf kaya foraminifera yang
ketebalannya diperkirakan mencapai 350 meter. Berdasarkan atas
studi foraminifera plankton formasi ini diperkirakan berumur Eosen
Tengah sampai Oligosen Atas.2. Formasi Kebobutak (Tmok)Formasi
Kebobutak merupakan bagian dari Formasi Andesit Tua (OAF) yang ada
di Jawa Tengah. Litologi penyusun formasi ini adalah breksi
andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava
andesit. Lavanya terutama terdiri dari andesit augit- hornblende.
Kepingan tuf napalan yang merupakan hasil rombakan dari lapisan
yang lebih tua dijumpai di kaki Gunung Mudjil, di dekat bagian
bawah formasi ini. Fosil plankton pada kepingan ini berupa
Globigerina Caperoensis Bolli, Globigerina Yeguaensis, dan
Globigerina bulloides menunjukkan umur Oligosen Atas. Dengan
demikian, Formasi Kebobutak berumur Oligosen Atas sampai Miosen
Bawah dengan ketebalan kira kira mencapai 660 m.3. Formasi
Jonggrangan (Tmj)Litologi penyusun bagian bawah dari formasi ini
adalah konglomerat yang ditindih oleh napal tufaan dan batupasir
gampingan dengan sisipan lignit. Ketebalan formasi ini mencapai 250
meter. Formasi ini berumur Miosen Bawah, dan di bagian bawah
menjemari dengan bagian bawah Formasi Sentolo.4. Formasi Sentolo
(Tmps)Formasi ini tersusun oleh batugamping dan batupasir napalan.
Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari konglomerat yang
ditumpuki oleh napal tufaan dengan sisipan tuf. Batuan ini ke arah
atas berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis yang
kaya akan fosil foraminifera.5. Endapan alluvial (Qa)Endapan
aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung
sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai.6. Endapan Gunungapi
Sumbing Muda (Qsm) Endapan ini tersusun oleh pasir tufan, tuf
pasiran, dan breksi andesit.
6.2.3. Struktur Geologi Regional Daerah Kulon Progo mengalami
tiga kali fase tektonik (Rahardjo et al, 1995). Fase tektonik
pertama terjadi pada Oligosen Awal dengan disertai aktifitas
vulkanisme. Fase kedua terjadi pada Miosen Awal terjadi penurunan
daerah Kulon Progo. Kemudian, fase ketiga terjadi pada Pliosen
sampai Pleistosen terjadi fase tektonik berupa pengangkatan dan
aktivitas vulkanisme.1. Fase Tektonik Oligosen Awal Oligosen Akhir.
Fase tektonik Oligosen Awal terjadi proses pengangkatan daerah
Kulon Progo yang dicirikan oleh ketidakselarasan Formasi Nanggulan
yang diendapkan di darat. Fase tektonik ini juga mengaktifkan
vulkanisme di daerah tersebut ,yang tersusun oleh beberapa sumber
erupsi. Perkembangan vulkanisme di Kulon Progo tidak terjadi
bersamaan, namun di mulai oleh Gunung Gajah (bagian tengah
Pegunungan Kulon Progo), kemudian berpindah ke selatan pada Gunung
Idjo, dan terakhir berpindah ke utara pada Gunung Menoreh.2. Fase
Tektonik Miosen Awal.Pada pertengahan Miosen Awal terjadi fase
tektonik kedua berupa penurunan daerah Kulon Progo. Penurunan ini
dicirikan oleh berubahnya lingkungan pengendapan , yaitu dari
Formasi Kebobutak yang diendapkan di darat menjadi Formasi
Jonggrangan yang diendapkan di laut dangkal. Pada fase ini, hampir
semua batuan gunungapi Formasi Kebobutak tertutup oleh batugamping
Formasi Jonggrangan, menandakan adanya genangan laut regional.3.
Fase Tektonik Pliosen Pleistosen. Pada akhir Pliosen terjadi fase
tetonik ketiga di daerah Kulon Progo, berupa pengangkatan. Proses
ditandai oleh berakhirnya pengendapan Formasi Sentolo di laut dan
diganti oleh sedimentasi darat berupa aluvial dan endapan gunung
api kuarter. Fase tektonik inilah yang mengangkat daerah Kulon
Progo menjadi pegunungan kubah memanjang yang disertai dengan gaya
regangan di utara yang menyebabkan terpancungnya sebagian Gunung
Menoreh. Bisa dikatakan bahwa fase tektonik inilah yang membentuk
morfologi Pegunungan Kulon Progo saat ini.
6.3. Interpretasi Aliran Airtanah(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA
Suharyadi.,1984., Diktat Kuliah: Geohidrologi.
YogyakartaTodd,D.K,.1959.Groundwater Hydrology,1st Edition. Jhon
Wiley & Sons Toppan Company Ltd, Tokyo.