LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN TOLERANSI OSMOTIK ERITROSIT TERHADAP BERBAGAI TINGKAT KEPEKATAN, MEDIUM PADA HEWAN POIKIOTERMIK DAN ALIRAN DARAH DALAM SISTEM PEREDARAN DARAH TERTUTUP Nama : Natalina NIM : J1C108027 Kelompok : 6 (enam) Asisten : Julista Hertia Putri PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
laporan yang bertujuan mengetahui toleransi osmotik eritrosit terhadap berbagai tingkat kepekatan, medium pada hewan poikiotermik dan aliran darah dalam sistem peredaran darah tertutup
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
TOLERANSI OSMOTIK ERITROSIT TERHADAP BERBAGAI
TINGKAT KEPEKATAN, MEDIUM PADA HEWAN POIKIOTERMIK
DAN ALIRAN DARAH DALAM SISTEM PEREDARAN DARAH
TERTUTUP
Nama : Natalina
NIM : J1C108027
Kelompok : 6 (enam)
Asisten : Julista Hertia Putri
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sistem yang mempunyai sangkut pautnya dengan pergerakan darah
di dalam pembuluh darah dan juga perpindahan darah dari satu tempat ke tempat
lainnya dinamakan sebagai sistem peredaran darah (Wulangi, 1993).
Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa sisa
pembakaran berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh
arteri pulmonalis, dan dikirimkan kembali ke jantung melalui vena pulmonalis.
Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta.
Darah mengedarkan oksigen keseluruh badan melalui saluran halus darah yang
disebut saluran kapiler. Darah kemudian kembali ke jantung melalui pembuluh
darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut bahan
bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk
diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni (Subowo, 1992).
Kondisi yang konstan dari medium dalam merupakan syarat mutlak bagi
kehidupan jaringan, hal ini dapat tercapai bila ada pemindahan zat melintasi
dinding pembuluh kapiler yang arahnya baik dari darah menuju cairan jaringan
maupun sebaliknya. Hal ini untuk menjaga kekonstanan medium dalam yang
dikenal dengan istilah homeostasis (Wulangi, 1993).
Sel-sel darah merupakan bagian terbesar darah sel-sel darah terdiri atas 3
macam yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) dan sel
darah pembeku (trombosit) (Prawirohartono, 2000).
Eritrosit (sel darah merah) merupakan jenis sel darah yang paling umum,
jumlahnya 500-1000 kali lebih banyak dari leukosit. Jumlah absolut eritrosit
kurang lebih 5 juta permilimeter kubik darah. Eritrosit manusia berbentuk cakram
bikonkaf, namun terdapat dalam bentuk lain pada spesies lain. Eritrosit yang
bergaris tengah lebih kecil dari 6m disebut mikrosit, sedangkan yang lebih besar
dari normal disebut makrosit. Faktor yang menentukan dan mempertahankan
bentuk eritrosit yang khas itu adalah unsur molekul khusus pada membran selnya
dan konstitusi kompleks koloid yang mengisinya (Cormack, 1994).
Eritosit (sel darah merah) mampu bertahan terhadap perubahan kekuatan
osmosis yang normal, tetapi dalam larutan yang cukup hipotonik mereka
membengkak dan menjadi bulat. Kemudian terjadi fenomena lain : membrannya
tidak mampu tetap menahan hemoglobin, yang bocor keluar ke dalam cairan
sekitar yang mendapat warna karenanya (Bajpai, 1989).
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya toleransi
osmotik eritrosit hewan poikiotermik terhadap beberapa tingkat kepekatan
medium, serta untuk mengetahui aliran darah pada berbagai pembuluh darah pada
selaput renang katak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eritrosit
Eritrosit dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan strukturnya, yaitu
membran sel, stroma (substansi seperti spons), dan hemoglobin (biasanya
menempati ruang kosong dari stroma). Sel darah merah bisa mengalami
hemolisis, yaitu suatu proses pecahnya membran, sehingga bentuknya tidak
teratur, dan akan menyebabkan berhamburnya hemoglobin. Oleh karena itu,
proses terjadinya hemolisis perlu untuk dipelajari (Cormack, 1994).
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin
mempunyai afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen akan
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Fungsi ini memungkinkan
transportasi oksigen dari paru – paru ke jaringan – jaringan (Wulangi, 1994).
Eritosit (sel darah merah) mampu bertahan terhadap perubahan kekuatan
osmosis yang normal, tetapi dalam larutan yang cukup hipotonik mereka
membengkak dan menjadi bulat. Kemudian terjadi fenomena lain : membrannya
tidak mampu tetap menahan hemoglobin, yang bocor keluar ke dalam cairan
sekitar yang mendapat warna karenanya. Keadaan ini dikenal sebagai hemolisis
(Bajpai, 1989).
Eritrosit dapat mempertahankan bentuknya hanya jika direndam dalam
larutan isotonik. Bila medium lingkungannya menjadi hipotonik maka sel-sel
menyerap air, membengkak, dan akhirnya pecah: keadaan ini disebut hemolisis.
Sebaliknya jika eritrosit ditempatkan dalam larutan hipertonik, maka sel-selnya
akan menciut dan permukaannya berubah tidak teratur (krenasi) (Singh, 1991).
Ada 2 macam hemolisa yaitu :
1. Hemolisa osmotik, hemolisa yang terjadi karena adanya perbedaan
yang besar antara tekanan osmosis cairan di dalam sel eritrosit dengan cairan di
sekelilingnya.
2. Hemolisa kimiawi , terjadi karena membran sel dirusak oleh berbagai
substansi kimia, seperti chloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter
(Hendrayani, 2007).
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk
hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika meletakan sel darah merah
dalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah
akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut
krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan
yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk
kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebut
hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam
tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut edema
(Hendrayani, 2007).
2.2 Sirkulasi Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah
diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima
yang berarti darah (Leeson, 1996).
Jantung katak terdiri dari tiga kamar utama, yaitu dua atrium dan satu
ventrikel. Atrium kanan menerima darah miskin oksigen dari pembuluh darah
balik (vena) yang berasal dari aneka ragam jaringan dan organ-organ. Darah dari
paru-paru, kaya akan oksigen dialirkan keatrium kiri. Darah dari kedua atrium