LAPORAN PENELITIAN LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Oleh CHAIRUL MUROD, DKK Dibiayai Oleh Dana Rutin Universitas Sriwijaya TA 2002 PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2002
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PENELITIAN
LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
Oleh
CHAIRUL MUROD, DKK
Dibiayai Oleh Dana Rutin Universitas Sriwijaya TA 2002
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2002
LEMBAR PENGESAHAN
1.a. JUDUL PENELITIAN : LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA di Kabupaten OGAN KOMERING ULU b. BIDANG ILMU : Arsitektur dan Konstruksi c. KATEGORI PENELITIAN : Penelitian Dana Rutin
2. KEPALA PROYEK PENELITIAN a. Nama Lengkap dengan Gelar : Ir. Chairul Murod, MT. b. Jenis Kelamin : Laki - laki c. Pangkat / Gol, NIP. : Asisten / III-B, 131 572 475 d. Jabatan Sekarang : Dosen Program Studi Teknik Arsitektur e. Jurusan / Fakultas : Teknik Sipil / Fakultas Teknik f. Universitas : Sriwijaya g. Bidang yang Diteliti : Arsitektur dan Konstruksi
3. JUMLAH TIM PENELITI : 3 (tiga) Orang
4. LOKASI PENELITIAN : Desa Minanga, Kecamatan Cempaka, Kabupaten. Ogan Komering
Ulu
5. JANGKA WAKTU PENELITIAN : 5 (lima) bulan
6. BIAYA PENELITIAN : Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah
7. SUMBER DANA : DIK-Rutin UNSRI Tahun anggaran 2002
Mengetahui : Kepala Proyek Penelitian Dekan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Ir. H. Fuad Rusydi Suwardi, MS Ir. H. Chairul Murod, MT. NIP. 130 686 232 NIP. 131 572 475
Mengetahui : Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Sriwijaya
Dr. Ir. HRM. Saleh, MSc.
ABSTRAK
LANGGAM ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL DAERAH MINANGA
di KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
Seperti halnya dengan kota-kota di Indonesia yang mempunyai khazanah budaya beragam, Ogan Komering Ulu mempunyai ragam kekayaan sejarah dan budaya yang sangat menakjubkan. Salah satu peninggalan tersebut adalah arsitektur tradisional Rumah Ulu. Keberadaan rumah Ulu masih dapat dijumpai di daerah Minanga kabupaten Ogan Komering Ulu. Beberapa rumah tradisional tersebut telah berumur lebih dari 50 tahun serta menyimpan nilai sejarah, budaya dan arsitektur yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas.
Rumah Ulu seperti bangunan-bangunan tua yang spesifik misalnya bangunan tipe Limas, mengalami ancaman yang serius dari kehancuran bahkan kepunahan. Ancaman tersebut disebabkan karena usia tua, pemilik tidak mempunyai dana cukup untuk perbaikan atau karena tanah mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sehingga rumah tersebut dihancurkan untuk bangunan baru yang fungsinya lebih kearah ekonomi. Pada sisi lain, kurangnya perhatian pemerintah baik pusat maupun setempat terhadap keberadaan arsitektur Rumah Ulu tersebut. Padahal, ia memiliki potensi yang tinggi baik dari sisi budaya dan arsitektur, bagi sumber kearsitekturan, keilmuan yang merupakan aset yang tidak terharga nilainya. Belum ada data inventaris dan pendokumentasian yang memadai tentang Rumah Ulu di Minanga. Beberapa buku dan peneliti hanya memusatkan perhatian pada beberapa rumah saja misalnya rumah Ulu di Pasemah, Semendo dan Lahat. Data inventaris dan dokumentasi dari beberapa rumah Ulu tersebut juga dipandang masih sangat terbatas. Pada penelitian ini diyakini bahwa beberapa rumah Ulu di daerah Minanga layak ditampilkan untuk mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Ogan Komering Ulu di bidang arsitektur. Untuk itu perlu dilakukan penelitian te ntang Arsitektur Tradisonal di Minanga dengan tujuan :
1). Mengidentifikasi dan mendokumentasi arsitektur tradisional di Minanga agar dapat dijadikan sumber kearsitekturan khususnya dan sumber keilmuan umumnya.
2). Mengungkap langgam arsitekturnya dengan menggali makna dan atau nilai-nilai filosofis yang terkandung didalamnya.
3). Meletakan dasar dalam upaya perlindungan arsitektur tradisional di Minanga sebagai bangunan cagar budaya di wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu khususnya dan Provinsi Sumatera Selatan umumnya.
Dari penelitian ini telah dapat didokumentasikan dalam bentuk gambar dan foto arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga. Terungkap bahwa arsitektur Rumah Ulu Minanga memiliki langgam tersendiri yang cukup spesifik, walaupun terdapat beberapa kesamaan dengan arstektur Rumah Ulu lainnya di Sumatera Selatan. Di dalam arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga terkandung makna dan nilai-nilai filosofis yang mendasari langgamnya tersebut khususnya, maupun sosok arsitekturnya secara keseluruhan. Aspek ekologi, penyatuan dengan alam, disamping aspek keagamaan merupakan aspek-yang mendasari Arsitektur tradisional Rumah Ulu Minanga.
Di rasakan penelitian ini masih belum mengungkap secara menyeluruh tentang arsitektur Rumah Ulu Minanga, dan juga masih belum mendalam, sehingga masih perlu adanya penelitian lanjutan. Namun hal yang penting, hendaknya pemerintah setempat segera melakukan tindakan perlindungan terhadap arsitektur Rumah Ulu Minanga ini sebagai benda cagar budaya, sebelum terlanjur mengalami kepunahan.
DAFTAR ISI.
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ……………………………….…………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………… ……………………...………………………………. ii DAFTAR GAMBAR…………………………………..………………………….…………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………… ……………………….…………. 1 - 4 I.1. Latar Belakang. ……………............…………………………………………………………. 1 I.2. Perumusan Masalah. ………............…………………………………………………………. 2 I.3. Tujuan Penelitian ……………............……………………………………………………….. 2 I.4. Manfaat Penelitian …………………............………………………………………………… 3 I.5. Obyek dan Batasan …………………............………………………………………………... 3 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………………………… ……………………..………………... 5 - 10
II.1. Arsitektur Tradisional di Sumatera Selatan ……...........………………………….…………. 5 II.2. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu …………...…............……………………………….….. 6 II.3. Arsitektur Tradisional di Minanga ………………………………….…...........…………….. 8 II.4. Gaya dan Langgam dalam Arsitektur …………..........……….…………………………...… 9
BAB III. METODOLOGI ……………………………………………………………………………..……….. 11 - 15
III.1. Metode Penelitian …………………………….........………………………………..….…. 11 III.2. Pengumpulan dan Analisis Data …………..........……………………………..……….….. 13 III.3. Metode Kajian-Bahasan ………………….…........…………………………...……….…... 14
BAB IV. TINJAUAN OBYEK ……………………………………..……………..…………. 16 - 28
IV.1. Kesejarahan ……………………………………................................................………….. 16 IV.2. Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi …………...........…………………………….….. 18 IV.3. Ragam Arsitektur Tradisonal di Minanga…………................................................………. 18 IV.3.1. Tipe Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga …............................................................ 18 IV.3.2. Karakteristik Arsitektur Tradisional di Minanga …........................................................... 20 IV.4. Tata Lingkungan dan Pertapakan ………………….................................................………. 25 IV.5. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu Minanga …….................................................………… 27
BAB V. KAJIAN dan BAHASAN……………………… ……………………. 29 - 47
V.1. Arsitektur Tradisonal Minanga ……………………….................................................…….. 29 dalam Kesejarahan dan Konteks Budaya V.2. Tampilan Wajah Arsitektur Rumah Ulu …………................................................…………. 30 sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga V.3. Peruangan dalam Arsitektur Rumah Ulu …………………………………........…………… 38 sebagai Sosok Arsitektur Tradisional Minanga... V.4. Tata Lingkungan dan Pertapakan ………………........…………… 43 Arsitektur Tradisonal Minanga
BAB VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI…….……………………….…………… 48-50
Seperti halnya dengan kota-kota di Indonesia yang mempunyai khazanah budaya
beragam, Ogan Komering Ulu mempunyai beragam kekayaan sejarah budaya yang sangat
menakjubkan. Budaya yang menunjukkan ekspresi masyarakat dalam beradaptasi dengan
lingkungan yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Salah satu peninggalan budaya tersebut
tergolong dalam bidang arsitektur ialah arsitektur tradisional Rumah Ulu. Rumah Ulu terlihat
anggun dan gagah karena bentuknya yang proporsional, dengan atap berbentuk pelana yang
dominan.
Keberadaan rumah Ulu masih dapat dijumpai di daerah Minanga kabupaten Ogan
Komering Ulu. Beberapa rumah tradisional tersebut telah berumur lebih dari 50 tahun serta
menyimpan nilai sejarah, budaya dan arsitektur yang belum sepenuhnya terungkap dengan
jelas.
Rumah Ulu seperti bangunan-bangunan tua yang spesifik misalnya bangunan tipe
Limas, mengalami ancaman yang serius dari kehancuran bahkan kepunahan. Ancaman tersebut
disebabkan karena usia tua, pemilik tidak mempunyai dana cukup untuk perbaikan atau karena
tanah mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi sehingga rumah tersebut dihancurkan untuk
bangunan baru yang fungsinya lebih kearah ekonomi.
Pada sisi yang lain, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu umumnya dan
Perangkat Kecamatan Minanga atau Perangkat di bawahnya kurang perhatiannya terhadap
keberadaan arsitektur Rumah Ulu tersebut. Padahal, ia memiliki potensi yang tinggi baik dari
sisi budaya dan arsitektur, bagi sumber kearsitekturan, keilmuan maupun sebagai suatu aset
yang tidak terharga nilainya. Belum ada data inventaris dan pendokumentasian yang memadai
tentang rumah Ulu di Minanga. Beberapa buku dan peneliti hanya memusatkan perhatian pada
beberapa rumah saja misalnya rumah Ulu di Pasemah, Semendo dan Lahat. Data inventaris dan
dokumentasi dari beberapa rumah Ulu tersebut juga dipandang masih sangat terbatas. Pada
penelitian ini diyakini bahwa beberapa rumah Ulu di daerah Minanga layak ditampilkan untuk
mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Ogan Komering Ulu di bidang arsitektur.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah :
1). Pengungkapkan karakter arsitektur tradisional di Minanga umumnya dan Rumah Ulu
khususnya, atas dasar aspek-aspek dan unsur-unsur dalam arsitektur.
2). Pengiventarisasian dan pendokumentasian peninggalan budaya yang merupakan aset
daerah Minanga, Kabupaten Ogan Komering Ulu
I.3. TUJUAN PENELITIAN
Dalam kerangka penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah seperti berikut:
1). Identifikasi dan dokumentasi arsitektur tradisional di Minanga agar dapat dijadikan
sumber kearsitekturan khususnya dan sumber keilmuan umumnya.
2). Mengungkap langgam arsitekturnya dengan menggali makna dan atau nilai-nilai
filosofis yang terkandung didalamnya.
3). Sebagai langkah awal dalam upaya perlindungan arsitektur tradisional di Minanga
sebagai bangunan cagar budaya di wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu khususnya
dan Provinsi Sumatera Selatan umumnya..
I.4. MANFAAT PENELITIAN
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti berikut:
1). Dokumentasi berupa tulisan dan gambar grafis dapat dipergunakan sebagai pedoman
untuk menetapkan rumah Ulu di daerah Minanga tersebut sebagai bangunan cagar
budaya yang harus dilindungi
2). Dapat menentukan strategi untuk pelestarian dan tata cara pelestarian (melalui
renovasi) yang masih diperkenankan.
3). Melindungi rumah Ulu sebagai obyek menarik (interesting place) dan bagian dari
sejarah masyarakat di kabupaten Ogan Komering Ulu untuk dikunjungi wisatawan.
I.5. OBYEK dan BATASAN PENELITIAN
Pada prinsipnya obyek penelitian arsitektur rumah tradisonal Minanga terbatas pada
Rumah Ulu. Walaupun demikian juga di tinjau ujud arsitektur tradisional Minanga lainya yang
terbatas pada tinjauan obyek yang akan dapat memberikan gambaran ragam arsitektur tradisonal
Minanga secara keseluruhan. Obyek penelitian tersebut di arahkan pada Rumah Ulu yang telah
berumur lebih dari 50 tahun yang masih asli dan masih berfungsi sebagai tempat tinggal. Akan
tetapi juga dilihat Rumah Ulu yang telah di renovasi sebagai pembanding dalam mendapatkan
gambaran akan penanganan renovasi; apakah mengikuti kaidah-kaidah penanganan bangunan
yang dilindungi sebagai benda cagar budaya.
Adapun wilayah penelitian adalah terbatas pada satu lingkungan yang merupakan bagian
dari desa Minanga, kecamatan Cempaka, kabupaten Ogan Komering Ulu. Pemilihan lokasi
penelitian tersebut berdasarkan pada keberadaan arsitektur tradisional di Minanga yang
dianggap masih mewakili dan masih utuh, masih berfungsi sebagai tempat tinggal, adanya
kehidupan sosial–budaya dan adat istiadat masyarakat yang masih cukup kuat, yang
kesemuanya masih dapat ditelusuri kaitannya dengan masa lalu.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA.
II. 1. Arsitektur Tradisional di Sumatera Selatan
Dari beberapa sumber literatur, diantaranya Ari Siswanto, dkk (19..) ditinjau atas dasar
wilayah geografis arsitektur tradisional di Sumatera Selatan umumnya dikenali dengan
arsitektur tradisional Rumah Limas dan Rumah Ulu. Rumah Limas yang juga lebih dikenal
dengan sebutan Rumah Bari pada umumnya terdapat di Palembang dan sekitarnya, sehingga
Rumah Limas adalah identik dengan Palembang. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh
sejarah bahwa Palembang sebagai pusat Pemerintahan Kesultanan Palembang sebagai
orientasi utama daerah-daerah ulu. Oleh sebab itu bentuk rumah yang berbeda dengan
Limas dan terletak di luar, pedalaman, atau di daerah hulu yang lebih dikenal dengan
sebutan uluan Palembang disebut Rumah Ulu. Keadaan ini juga mempertegas tentang
konsep Ulu – Ilir yang berkembang di tengah masyarakat. Walaupun demikian keberadaan
Rumah Limas ternyata tidak hanya terdapat di Palembang dan sekitarnya akan tetapi
terdapat di daerah-daerah ulu Kelihatannya keberadaan Rumah Limas di daerah-daerah ulu
umumnya berdampingan dengan rumah ulu.
Secara umum, rumah tradisional di wilayah Sumatera Selatan merupakan rumah
panggung yang berdiri di atas beberapa tiang penyanggah. dengan dominasi kontruksi dan
bahan kayu. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa arsitektur tradisional sangat erat
kaitannya dengan adaptasi terhadap lingkungannya yang mana karakter fisik geografis
wialyah Sumatera Selatan yang merupakan daerah rawa dan lingkungan sungai.
II.2. Arsitektur Tradisional Rumah Ulu Menurut Sukanti dkk (1994) dalam buku Rumah Ulu, menyebutkan bahwa :
Rumah Ulu antara golongan bangsawan dan rakyat biasa mempunyai perbedaan mendasar pada bentuk dan susunan lantainya. Rumah untuk rakyat kebanyakan memiliki lantai pada satu ketinggian atau tidak berundak. Sebaliknya, lantai rumah untuk keturunan pangeran atau bangsawan memiliki ketinggian berbeda, atau dibuat berundak yang terdiri dari tiga tingkatan/pangkat. Pangkat I, paling atas dipergunakan oleh keluarga atau keturunan pangeran saat acara perkawinan atau selamatan. Pangkat II ditempati oleh masyarakat yang mempunyai marga, sedangkan pangkat II untuk rakyat biasa. Keadaan ini memiliki kemiripan dengan rumah limas yang mempunyai lantai berundak atau kekijing. Walaupun
demikian, terdapat juga rumah limas yang hanya mempunyai satu ketinggian lantai dan dikenal sebagai rumah Limas Gudang.
Rumah Ulu pada dasarnya dihiasi juga dengan ornamen dan ukiran yang terletak pada tiang, balok, pintu dan listplank. Ornamen tersebut menunjukkan dengan jelas pengaruh agama Islam di masyarakat. Ragam hias non geometris pada rumah ulu pada umumnya berupa motif tumbuh-tumbuhan atau flora. Motif hewan jarang dijumpai. Motif yang paling banyak ditemui adalah motif sukuran yang menyiratkan tentang kehidupan yang berkesinambungan. Motif dari bunga tertentu dan matahari pada rumah Ulu, juga memberikan arti yang dalam serta terkait dengan kehidupan manusia.
Menurut buku Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan (1991) salah satu
bentuk Rumah Ulu yang sangat unik terdapat di desa Pelang Kenidai, Pagar Alam. Rumah
panggung yang mempunyai atap pelana tampak menjorok ke depan dan ke belakang di bagian
tengahnya. Terdapat 3 tipologi rumah yang dapat menjelaskan status sosial pemilik rumah
untuk jenis rumah tradisional Pasemah di Pelang Kenidai. Rumah Tatahan mempunyai ukiran
halus di beberapa bagian rumah. Bentuk kedua adalah rumah Kilapan, yaitu rumah panggung
yang tidak berukir dan bentuk ketiga adalah rumah Padu Kingking yang berupa rumah
panggung yang mengkombinasikan kayu dengan bambu.
Rumah Ulu pada umumnya mempunyai bentuk dasar denah berupa segiempat yang
terdiri dari beruge atau garang di bagian depan sedangkan bagian tengah terdiri dari sengkar
bawah dan sengkar atas. Selain itu pada Rumah Ulu terdapat hal yang menarik berupa semacam
plafond tetapi hanya untuk sebagian ruangan yang diberi nama pagu hantu. Pagu hantu
berfungsi untuk tempat menyimpan barang maupun bahan makanan.
Walaupun diklasifikasikan sebagai Rumah Ulu, rumah tradisional Pasemah berbeda
dengan rumah Ulu di desa Surabaya, kecamatan Banding Agung, Ogan Komering Ulu yang
dikenal sebagai rumah tradisional Lamban Tuha, berbeda pula dengan Rumah Ulu di daerah
Pulau Panggung Kabupaten Ogan Komering Ilir. Rumah tradisional Pasemah mempunyai
banyak kemiripan dengan rumah tradisional Semendo di kabupaten Muaraenim. Dari penjelasan
tersebut, telah jelas bahwa Rumah Ulu di beberapa daerah mempunyai perbedaan-perbedaan
dan hal tersebut sangat menarik karena menambah kekayaan khazanah budaya nenek moyang
masyarakat Sumatera Selatan.
Sebagaimana halnya dengan rumah tradisional lainnya, Rumah Ulu mempunyai nilai
arsitektur yang tinggi. Hal ini bisa dimengerti karena Rumah Ulu mempunyai proporsi yang
baik, sesuai dengan iklim tropis dan lingkungan setempat dan dapat menunjukan ekspresi dari
pemilik rumah. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dapat dimengerti apabila rumah
tradisional di daerah Minanga yang diantaranya termasuk klasifikasi Rumah Ulu perlu
diidentifikasikan dan seharusnya dilestarikan sebelum asset yang berharga dari nenek moyang
tersebut hilang selamanya.
Berdasarkan uraian di atas maka rumah tradisional di daerah-daerah ulu yang bukan
merupakan Rumah Limas dapat dikelompokkan sebagai Rumah Ulu, demikian pula halnya
dengan di Minanga. Karakter yang mudah terlihat pada rumah tradisional tersebut adalah
penggunaan atap pelana dan rumah panggung. Keberadan arsitektur tradisional Rumah Ulu ini
masih cukup banyak ditemukan di wilayah kabupaten-kabupaten, provinsi Sumatera Selatan.
II.3. Arsitektur Tradisonal di Minanga
Minanga merupakan daerah yang cukup berkembang. Terdapat beberapa peninggalan
budaya dan arsitektur di daerah Minanga. Bila dilihat dari uraian tentang arsitektur tradisional di
Sumatera Selatan dan arsitektur tradisional rumah ulu seperti diuraikan pada bagian II.1 dan II.2
di atas, di Minanga terdapat peninggalan arsitektur tradisional rumah limas dan arsitektur
tradisonal rumah ulu sebagai bagian dari arsitektur tradisonal di Sumatera Selatan. Kondisi
Rumah Ulu di daerah Minanga yang umumnya telah berumur lebih dari 50 tahun terlihat cukup
menyedihkan, buruk serta kurang terawat.
Sebagaimana dengan karakter arsitektur tradisional di Sumatera Selatan, arsitektur
tradisional di daerah Minanga terutama rumah Ulu yang dikenal mewakili arsitektur tardisonal
Minanga mempunyai ciri yang sangat mudah dikenal. Ciri tersebut yaitu ia merupakan rumah
panggung yang berdiri di atas beberapa tiang penyangga, kanstruksi kayu, bahan bangunan
dominan dari kayu baik dinding, lantai langit dan elemen kecuali penutup atap, kaya dengan
ragam hias/ ornamen , misalnya pada kolom, listplank dan balok.
TAMPILAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGA
II.4 Gaya dan Langgam dalam Arsitektur
Dalam mengartikan dan memahami gaya dan langgam dalam arsitektur masih ada
yang berpendapat bahwa gaya dan langgam adalah hal yang sama. Dalam arsitektur gaya
dapat diartikan sebagai Mode dan juga dapat diartikan sebagai Langgam. Gaya dalam
arsitektur yang tidak mengandung makna di dalamnya disebut gaya sebagai Mode atau
Fashion. Sedangkan Gaya dalam arsitektur yang terkandung makna dan adanya tata
atur/ordering didalamnya disebut Langgam.
Dalam kajian tentang “Apa dan Bagimana Tipologi ” dalam sub judul “Tipologi Langgam”
oleh Jurusan Arstektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institiut Teknologi Sepuluh
November Surabaya dibahas tentang aspek-aspek langgam. Dalam bahasan tersebut
diutarakan aspek rupa (form) dan aspek makna (content/substance) serta aspek langgam
beserta beberapa unsur-unsurnya yang berupa aspek wujud dan aspek makna. Lihat diagram
berikut ini:
ASPEK-ASPEK ASPEK-ASPEK LANGGAM
LANGGAM dan UNSUR-UNSURNYA
ASPEK UNSUR
Aturan/Tertib (order)
Komenserasi/- Inkomenserasi
Rerangka/- Structure
Geometrika
Rupa/Wujud/- Sosok
LANGGAM
MAKNA/ (Content/-Subtance)
RUPA- (Form)
LANGGAM
RUPA- (Form)
MAKNA/ (Content/-Subtance)
Dari beberapa pandangan tentang gaya dalam arsitektur tersebut di atas dapat
dinyatakan bahwa dalam penelitin ini gaya yang dimaksudkan adalah gaya dalam arti
langgam. Dengan demikian dalam melihat gaya arsitektur tradisional Minanga terlebih
dahulu dilihat makna yang terkandung dalam unsur-unsurnya. Makna yang terkandung
tersebut adalah merupakan nilai-nila filosofis yang mendasari suatu ujud arsitektur dalam
setiap unsur arsitekturalnya. Sedangkan rupa atau wujudnya adalah tampilan arsitekturnya
yang umumnya terlihat pada unsur-unsur: atap, dinding termasuk elemen pintu dan jendela,
kolom/tiang, unsur lainnya seperti elemen tangga dan balkon/teras.
Altman , Irwin dan Chemers (1980) dalam bukunya Culture and Environment
meyatakan bahwasanya perencanaan/perancangan dan fungsi suatu kota didasari dari
hubungan dengan beberapa faktor : lingkungan fisik (termasuk sumberdaya, iklim), politik,
ekonomi, dan sosial budaya (termasuk relegi, cosmologi pandangan-pandangan dunia,
ELEMEN ARSITEKTUR TANGGA, PINTU DAN JENDELA
struktur sosial). Selanjutnya sesuai dengan analisanya bahwa suatu kota merupakan refleksi
dari variasi beberapa faktor yan mendasarinya tersebut. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa berhubungan dengan perencanaan/perancangan dan fungsi suatu kota adalah didasari
oleh salah satu atau variasi beberapa faktor yang mendasarinya tersebut, dan faktor-faktor
tersebut akan terefleksi dalam wujud kotanya.Walaupun apa yang dinyatakan oleh Altman,
Irwin dan Chemers tersebut dalam konteks kota, namun mengingat kota adalah merupakan
suatu ujud lingkungan binaan sedangkan arsitektur pada dasarnya adalah termasuk dalam
lingkungan binaan maka hal tersebut juga dapat berlaku dalam arsitektur.
Dalam penelitian ini dalam mengkaji gaya arsitektur tradisional Minanga adalah
dengan terlebih dahulu menggali nilai-nilai filosofis yang mendasarinya. Nilai-nilai filosofis
tersebut dicoba digali melalui faktor-faktor yang dinyatakan oleh Altman, Irwin dan
Chemers di atas yang terkandung dalam unsur-unsur kearsitekturan baik tampilan wujud
arsitektur maupun pertapakannya.
DETAIL KONSTRUKSI PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGA
Bab. III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Metode Penelitan
Dari beberapa literatur tentang arsitektur tradisional baik di Indonesia maupun di
Sumatera Selatan belum ditemukan yang mengungkap akan arsitektur tradisional di Minanga.
Yang ada terbatas mengungkap tentang kesejarahan Minanga. Berhubungan dengan
keterbatasan literatur tersebut, dalam penelitian dilakukan studi lapangan dan studi literatur
arsitektur tradisional Sumatera Selatan. Dari temuan di lapangan akan di perbandingkan dengan
arstektur tradisonal Sumatera Selatan yang didasari atas studi literatur yang dilakukan tersebut.
Proses penelitian ini diawali dengan proses identifikasi untuk mendapatkan gambaran
karateristik fisik arsitekturnya. Dari karakteristik fisik tersebut didapatkan ragam arsitektur
tradisional di Minanga. Dari ragam arsitektur tradisional yang ada di Minanga tersebut diambil
arsitektur yang dominan yang dapat mewakili arsitektur tradisonal Minanga. Selanjutnya dari
arsitektur yang mewakili tersebut dikaji gaya/langgam arsitekturnya melalui nilai-nilai filosfis
yang terkandung didalamnya. Lihat diagram proses pendekatan penelitian seperti berikut.
DIAGRAM PROSES PENDEKATAN
OBYEKTIF (Arsitektur Tradi sional di Minanga)
IDENTIFIKASI Arsitekur Tradisional di Minanga :
ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH ULU MINANGA:
PERTAPAKAN :
ORIENTASI,TATA LETAK, DAN PERUANGAN
STUDI LITERATUR
SURVEY LAPANGAN
NILAI-NILAI FILOSOFIS
TAMPILAN: ATAP, DINDING, TIANG/KOLOM, TERAS dan TANGGA.
GAYA/-LANGGAM
III.2. Pengumpulan dan Analisa Data
Penentuan sample rumah tradisional dilakukan di daerah Minanga, kecamatan
Cempaka, kabupaten Ogan Komering Ulu sebanyak 3 (tiga) buah rumah. Penentuan sample
rumah tradisional didasari atas arsitektur rumah tardisional yang berumur lebih dari 50 tahun,
yang masih asli, belum sama sekali dilakukan tindakan renovasi. Disamping itu juga diambil
satu sample yang telah mengalami renovasi tetapi masih dalam bentuk asli dan juga berumur
lebih dari 50 tahun.
1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan terbagi dalam dua jenis: data sosok wujud
arsitektur dan data nilai-nilai kesejarahan dan makna atau filosofi yang terkandung
dalam arsitekturnya. Data sosok wujud arsitektur didapat dari langsung melalui survey
lapangan dan hasilnya direkam melalui rekaman foto dan dokumentasi gambar
arsitektur. Data nilai-nilai kesejarahan dan makna atau filosofis yang terkandung dalam
arsitekturnya didapat melalui wawancara langsung terhadap possesive responder
Data-data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis secara qualitatif. Data
berupa fisik sosok wujud arsitekur diolah mejadi dokumentasi foto dan gambar
arsitektur. Data lainnya disusun secara diskriftif.
2. Data Sekunder
Untuk mendukung penelitian dibutuhkan data sekunder yang didapat dari
literutur. Data sekunder diperlukan untuk mengeksflorasi aspek kesejarahan dan
budaya yang biasanya sangat erat pengaruhnya terhadap suatu arsitektur tradisional.
Data sekunder juga sebagai pembanding terhadap data primer yang diperoleh melalui
survey lapangan.
III.3. Metode Kajian-Bahasan
Dari diagram pendekatan penelitian yang digambarkan pada butir III.1 pada halaman
13 di atas, dalam menggali makna atau nilai-nilai filosfis yang terkandung dalam arsitektur
tradisional rumah ulu Minanga dan gaya/langgamnya, maka kajian akan dibagi dalam empat
bagian. Bagian pertama adalah melakukan kajian aspek kesejarahan dan sosial, budaya dan
ekonomi yang mempengaruhi arsitektur tradisonal di Minanga. Bagian kedua, ketiga dan
keempat adalah kajian terhadap unsur tampilan wajah arsitekturnya, unsur peruangan, dan unsur
pertapakannya yang akan menelusuri makna atau nilai-nilai filosfisnya dengan memperhatikan
keterpengaruhannya dari kajian bagian pertama.
Pada kajian bagian pertama dilakukan tinjauan kesejarahan Minanga termasuk asal-
usulnya dan tinjauan kehidupan sosial, budaya dan ekonominya pada masa lalu. Dari hal ini
diharapkan dapat ditelusuri keterpengaruhannya terhadap arsitektur tradisional di Minanga.
Pada kajian bagaian kedua akan dilakukan kajian terhadap unsur peruangan dengan elemen-
elemen: peruangan dalam arsitektur umumnya yaitu: atap, denah, dinding, lantai dan plafond.
Dari hal ini diusahakan dapat digali makna atau nilai-nilai filosofisnya. Pada kajian bagian
ketiga sama dengan pada bagian kedua, dikaji melalui elemen-elemen yang berpengaruh dalam
suatu tampilan wajah arsitektur. Elemen-elemen yang diamati didasari atas pertimbangan
kondisi yang ada di Indonesia dan mengacu pada elemen-elemen yang dihadirkan oleh Krier,
Gamberini, Newcomb, Colloway dan Curtis.1 Sehingga pada bagian elemen-elemen yang dikaji
adalah : atap, dinding termasuk pintu dan jendela, dinding bagian luar, tiang/kolom, serta
teras/garang dan tangga. Sedangkan kajian bagian keempat juga sama dengan pada bagian
kedua dan ketiga, adapun elemen-elemen yang dikaji berdasarkan pada elemen-elemen pokok
pertapakan dalam arsitektur umumnya yaitu : orientasi, tata letak, jaringan pergerakan, dan
ruang publik dan atau ruang terbuka.
1 Lihat lampiran 1.
BAB IV. TINJAUAN OBYEK
IV.1 Kesejarahan
Sejarah Minanga terkait dengan kesejarahan Siriwjaya. Menurut H.M. Arlan Ismail
(1998) Minanga diindikasikan sangat kuat sebagai ibukota kerajaan Sriwajaya Pemula.2 Masih
menurut Arlan Ismail (1999) Sriwijaya Pemula sangat kuat diindikasikan beribukota di
Minanga yang diidentifikasi adalah Minanga yang dimaksud sekarang ini, berada di daerah
Komering Ulu Sumatera Selatan3.hal tersebut dinyatakan seperti berikut:
“Minanga yang kita identifikasi sebagai ibukota Sriwijaya Pemula (Shih-Li-Fo-Shih) sekarang adalah merupakan nama sebuah desa yang berada di pedalaman Sumatera Selatan di pinggir sungai Komering. Jarak Minanga dengan pantai timur Sumatera sekarang jika ditarik garis lurus horizontal berkisar lebih dari 100 KM” 4
Dari beberapa literatur kesejarahan diketahui bahwa wilayah basis daerah Kesultanan
Palembang adalah sekitar kota Palembang ditambah dengan beberapa daerah-daerah yang
langsung di bawah pemerintahan Sultan yaitu daerah Belida dan Pegagan (Ogan Ilir). Daerah-
daerah lain di Sumatera Selatan pada awalnya merupakan daerah bebas dengan pemerintahan
sendiri yang disebut dengan pemerintahan Marga. Akan tetapi karena desakan ekonomi pada
akhirnya seluruh daerah-daerah di Sumatera Selatan berada dibawah pengaruh Kesultanan
Palembang, Daerah-daerah tersebut tidak ditundukan dengan cara kekerasan, oleh karena itu
campur tangan Sultan/Raja terhadap sistim pemerintahan Marga tidaklah mendalam. Setiap
Marga menjadi “Raja Kecil” didaerahnya dan tetap mengatur rumah tangganya sendiri,
termasuk daerah Minanga. Selanjutnya setelah Kesultanan Palembang ditundukkan oleh
pemerintah Kolonial Belanda, maka hampir seluruh daerah-daerah di Sumatera Selatan juga
dibawah kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda, termasuk pula daerah Minanga. Dengan
demikian dalam kesejarahan Minanga terkait dengan Kesultanan Palembang dan Pemerintahan
Kolonial Belanda pada masa penjajahannya di Indonesia di samping keterkaitannya dengan
Kerajaan Siriwijaya. Adanya keterkaitan kesejarahan tersebut tentunya dapat berpengaruh pada
beberapa aspek kehidupan di Minanga, termasuk aspek sosial, budaya dan arsitekturnya
Dilihat dari asal-usulnya, menurut J.W. Van Royen (1927) dalam “De Palembangsche
Marga mengungkapkan bahwa 5:
“Penduduk pedalaman Sumatera Selatan bermula atau bersumber dari tiga pusat pegunungan, yaitu : di sekitar Danau Ranau. Di dataran tingi Pasemah, dan daerah Rejang. Tiga pusat pegunungan tersebut kini dikenal dengan nama Gunung Seminung, Gunung Dempo, dan Gunung Kaba. Dari daerah Gunung Seminung/Danau Ranau, Jelma Daya turun kemudian menyusuri sungai, sungai komering sampai di Gunung Batu. Dari gunung Dempo dan sekitarnya, orang-orang Pasemah (dan Serawai) menyebar menempati pinggiran sungai-sungai Lematang, Enim, Kikim, Lingsing, Musi bagian tengah, dan Ogan. Dari sekitar gunung Kaba, orang-orang Rejang menyelusuri sungai Musi bagian hulu dan Rawas, Lematang bagian hilir melalui sungai Keruh dan Penukal.”
“Penyebaran ke tiga rumpun suku bangsa inilah yang merupakan sumber dari kelompok-kelompok etnis di pedalaman Sumatera Selatan. Karena pola permukiman mereka berorientasi ke sugai dan antara sungai yang satu dengan yang lainnya belum terhubungkan ,menjadi satu seperti yang kita jumpai sekarang (bernuara di sungai Musi), maka ketiga rumpun suku bangsa ini berkembang sendiri-sendiri melahirkan sub-sub kelompok etnis yang penamaannya didasarkan pada penamaan aliran-aliran sungai seperti Komering,, Ogan, Lematang, Kikim, Musi, disamping nama-nama lain yang secara tradisional dipertahankan. Walaupun demikian ciri-ciri mereka yang berasal dari 3 kelompok besar tersebut, terutama dipandang dari segi bahasa dan budaya lainnya, masih tampak jelas kelihatan”.
Dilihat dari asal-usul di atas, maka Minanga termasuk dalam kelompok besar yang berasal dari
gunung Seminung/Danau Ranau yang disebut dengan Jelma Daya atau suku Komering sekarang
ini.
IV.2. Kehidupan Sosial-Budaya dan Ekonomi
Belum ditemukan literatur yang mengungkapkan tentang kehidupan sosial-budaya dan
ekonomi masyarakat Minanga secara luas dan mendalam baik pada masa lalu maupun masa
sekarang. Yang diketahui bahwa masyarakat Minanga adalah masyarakat agraris dengan mata
pencaharian utamanya adalah bertani. Dewasa ini Minanga, atau daerah Kabupaten Komering
Ulu adalah termasuk daerah penghasil padi utama di Sumatera Selatan, di samping itu juga
penghasil buah-buahan seperti : duku, durian, pisang dan lain-lain.
Dari tinjauan kesejarahan khususnya asal usul yang diuraikan pada bagian IV.1 di atas dapat
diketahui bahwa kehidupan masyarakat Minanga berorientasi ke sungai. Mereka hidup dan
5 Arlan Ismail ( 1998), Marga di Bumi Sriwijaya, hal.1-2.
berkehidupan di daerah-daerah tepian sungai. Termasuk pola permukimanan mereka
berorientasi ke sungai.
IV.3 Ragam Arsitektur Tradisonal di Minanga.
IV.3.1. Tipe Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga
Dari tinjauan lapangan dilihat dari karateristik fisik arsitektur : atap, denah,
lantai, tiang/pondasi terdapat 3 (tiga) tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga,
yaitu : Rumah Bari, Rumah Ulu dan Rumah Gudang.
Visualisasi ketiga tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga tersebut
seperti terlihat pada gambar-foto no. 01.01-04 di bawah ini.
Gambar-Foto No. 01.01-03 Ragam Arsitektur Tradisional di Minanga
Rumah Ulu Asli Runah Ulu
Rumah Gudang Rumah Ulu yang telah di Pugar
IV.3.2. Karakteristik Arsitektur Tradisonal di Minanga
Dari karaktristik fisik arsitektur tradisional Minanga yang memperlihatkan
perbedaan yang jelas terhadap tipe dalam ragam arsitektur tradisional Minanga terlihat
dari unsur : atap, denah, lantai, dinding, tiang/-kolom, garang dan tangga, serta ragam
hiasnya. Gambaran lebih jauh karakteristik fisik arsitektur tradisional di Minanga dapat
diuraikan sperti berikut.
1) A t ap
Bentuk atap Rumah Bari merupakan atap limas, sebagaimana atap rumah Bari
Palembang umumnya. Rumah Ulu bentuk atapnya merupakan atap pelana. Sedangkan
rumah gudang bentuk atapnya merupakan atap perisai. Penutup atap semuanya genteng,
sedangkan kontruksi atap adalah konstruksi kayu. Lihat gambar-foto no.01.05-07 :
ragam bentuk atap arsitektur tradisional di Minanga dibawah ini. Lihat juga lampiran 2,3
dan 4 : gambar denah, tampak dan potongan Arsitektur tradisional di Minanga.
Djohan Hanafiah, [1989], Palembang Zaman Bari, Citra Palembang Tempo Doeloe, C.V. Haji
Masagung, Jakarta.
Ismail, Arlan, [1998], Marga di Bumi Sriwijaya, Unanti Press, Palembang.
Ismail, Arlan, [1999], Periodesasi Sejarah Sriwijaya, belum dipulikasikan.
Istanto, Freddy, H., [1997], Gaya Arsitektur Mediterania di Indonesia, Thesis Pascasarjana
Institut Teknologi “ 10 November”Surabaya.
Nugroho, Setyo, dkk., [1998], Arsitektur Tradisional Daerah Ogan Komering Ilir, hasil
penelitian, tidak dipublikasikan
Prijotomo, Josef, [tanpa tahun], Apa dan Bagaimana Tipologi, Jurusan Arsitektur FTSP. ITS.
Surabaya.
Rapoport, Amos, [1977], Human Aspect of Urban Form, Pergamon Press, - New York.
Siregar, Johny, dkk., editor [1985] Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Selatan ,
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Siswanto, Arie. dkk., [1998], Analisis Aspek Arsitektur dan Konstruksi Bangunan Lamban
Tuha Tipikal Rumah Ulu yang Tahan Gempa di Kabupaten Ogan Komering Ulu., hasil
penelitian, tidak dipublikasikan.
Sukanti, dkk., [1994].- Rumah Ulu Sumatera Selatan, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Sumatera
Selatan ,“Balaputra Dewa”, Palembang.
Sumintardja, Yulianto, [1978], Kompedium Sejarah Arsitektur, Yayasan Lembaga
Peyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
………,[1994], Gelar Kebangsawanan Kaitannya dengan Rumah Limas Palembang,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan RI.
GLOSARIUM
Aban-aban : plafond datar
Alang : balok…..
Amben : Pangkeng Tengan Apit : kusen jendela Atung : balok….. Belitang : balok tengah Birai : jendela panjang Dasar : lantai papan Duare : pintu Halun : ruang dalam (utama) Layang-layang : dinding segitiga pada puncak sebagai lelayar atap Lay-layan : sampiran di atas jendela Palumpo : kamar anak no.1 ( di Pangkeng Kiri) Panggoyok : balok…. Pangkeng : Kamar tidur yang umumnya terdiri dari tiga bagian yaitu pangkeng tengah( disebut
Atung : balok di atas tiang. Glandar : balok yang menjadi tumpuan dasar (satu permukaan dengan galar) Pangogok : balok lantai Garang: : ruang antara dari tangga sebelum masuk ke rumah, teras Galar : balok yang menyangga lantai papan (satu permukaan dengan belandar) Kubudan : kamar anak no.2 ( di Pangkeng Kanan) Gelemat : plafond Gelumpai : atap dari bambu-bambu kecil Jengkuru : tupik Kandang : pagar garang Kasah : lantai rotan (anyaman) Kong : semacam balok sloof dari kayu yang berada di atas tanah
LAMPIRAN 1
ELEMEN WAJAH BANGUNAN
NO
ELEMEN WAJAH BANGUNAN 1 2 3 4 5
1 KOLOM O O O X X
2 PINTU O O O O O
3 JENDELA O O O O O
4 BALKON O O X X O
5 TANGGA X O O O X
6 ATAP O O O X X
7 DINDING X O O O X
8 WARNA X O X X X
9 AKSENTUASI RUANG X X O X X
10 PERAPIAN X O X O X
11 LANTAI DASAR O X O O X
1. Rob Krier
2. Rexford Newcomb
3. Gamberini
4. Stephen Calloway
5. Nathaniel Courlandt Curtis
\
LAMPIRAN 2
DATA FOTO LAPANGAN RUMAH TRADISIONAL DI MINANGA
GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH ULU
GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH BARI
GAMBAR DOKUMENTASI RUMAH GUDANG
PERSONALIA PENELITIAN
1. Kepala Proyek Penelitian a. Nama : Ir.Chairul Murod, MT.
b. Bidang Keahlian : Arsitektur
c. Pangkat / Gol. : Asisten Ahli – III / b.
d. Pekerjaan : Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI
e.Waktu tersedia : 5 Jam / Minggu.
2. Tenaga Peneliti 1. a. Nama : Ir. Arie Siswanto, MCRP.
b. Bidang Keahlian : Arsitektur
c. Pangkat / Gol. : Asisten Ahli – III / d.
d. Pekerjaan : Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI
e.Waktu tersedia : 4 Jam / Minggu.
3. Tenaga Peneliti 2. a. Nama : Ir.Wirawan Djatmiko
b. Bidang Keahlian : Sipil-Struktur
c. Pangkat / Gol : Asisten Ahli – III / d.
d. Pekerjaan : Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNSRI
e.Waktu tersedia : 4 Jam / Minggu.
4. Tenaga Penunjang a. Surveyor : 3 ( Tigaa ) orang Mahasiswa
b. Draftman : 2 ( Dua ) orang Mahasiswa.
M. RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama : Ir. Chairul Murod, MT. NIP. : 131 572 475 Jabatan : Asisten Pangkat/Gol. : Penata - III/b Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik Pengalaman Penelitian