22 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 1. Pengertian Mutu Mutu merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Sistem mutu adalah sesuatu yang disetujui bersama, struktur kerja operasi keseluruhan perusahaan dan pabrik, terdokumentasi dalam prosedur-prosedur manajerial dan teknik terpadu yang efektif, untuk membimbing tindakan-tindakan terkoordinasi dari orang, mesin, dan informasi di perusahaan dan pabrik tersebut melalui cara yang terbaik dan paling praktis untuk menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya mutu yang ekonomis. Dipandang dari sisi produsen, ternyata pengertian mutu lebih rumit, karena menyangkut berbagai segi sebagai berikut : merancang (to design). memproduksi (to produce), mengirimkan (menyerahkan), barang kepada konsumen (to deliver), pelayanan pada konsumen (consumers service),dan digunakannya barang (jasa) tersebut oleh konsumen. Jadi tampaknya pengertian mutu dipandang dari sisi produsen harus dikaitkan dengan berbagai segi tersebut diatas yang melingkupi suatu manajemen mutu atau management of quality.
92
Embed
LANDASAN TEORI Konsep Dasar Sistem Manajemen Mutu ISO …a-research.upi.edu/operator/upload/s_adp_044803_chapter2(1).pdf · 3. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Manajemen Mutu Terpadu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
1. Pengertian Mutu
Mutu merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan
konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat
dewasa ini. Sistem mutu adalah sesuatu yang disetujui bersama, struktur
kerja operasi keseluruhan perusahaan dan pabrik, terdokumentasi dalam
prosedur-prosedur manajerial dan teknik terpadu yang efektif, untuk
membimbing tindakan-tindakan terkoordinasi dari orang, mesin, dan
informasi di perusahaan dan pabrik tersebut melalui cara yang terbaik dan
paling praktis untuk menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya
mutu yang ekonomis.
Dipandang dari sisi produsen, ternyata pengertian mutu lebih rumit,
karena menyangkut berbagai segi sebagai berikut : merancang (to design).
memproduksi (to produce), mengirimkan (menyerahkan), barang kepada
konsumen (to deliver), pelayanan pada konsumen (consumers service),dan
digunakannya barang (jasa) tersebut oleh konsumen. Jadi tampaknya
pengertian mutu dipandang dari sisi produsen harus dikaitkan dengan
berbagai segi tersebut diatas yang melingkupi suatu manajemen mutu atau
management of quality.
23
Ditinjau dari produsen definisi mutu adalah keadaan fisik, fungsi,
dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai niali uang yang telah
dikeluarkan.
Mengelola sekolah dengan pendekatan manajemen mutu berarti
pengelolaan sekolah berorientasi pada upaya meningkatkan mutu
pendidikan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
Tentang mutu, orang dapat memandangnya dari satu sisi pengertian
atau dapat pula memandang dari banyak sisi pengertian, yaitu antara lain
dengan memandang arti mutu dari sisi selera pelanggan, sisi kehandalan
hasil produk, sisi kebermanfaatan, sisi daya tarik tampilan, sisi
pembiayaan, ataupun memandang dari banyak sisi secara terpadu (total).
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa :
• Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan
• Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan
Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa
yang dianggap sudah memenuhi mutu sekarang mungkin
menjadi kurang bermutu di masa datang)
Dalam mendefinisikan mutu ada beberapa pendapat yang berbeda,
seperti pendapat dari lima pakar mutu seperti yang tertulis di bawah ini:
• Mutu adalah kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan (J.M. Juran)
24
• Mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan atau spesifikasi
(Crosby)
• Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar (Deming)
• Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (Feigenbaum)
• Mutu adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan konsumen
(Garvin)
• Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang
inheren dalam memenuhi persyaratan (ISO 9000:2000)
2. Dimensi Mutu
Mutu mempunyai sembilan dimensi yang berbeda. Menurut Dale
H. Besterfield (1999:6), sembilan dimensi tersebut adalah:
Sifat khas mutu suatu produk yang andal harus mempunyai multi
dimensi karena harus memberi kepuasan dan nilai manfaat yang besar bagi
konsumen dengan melalui berbagai cara. Oleh karena itu, sebaiknya setiap
produk harus mempunyai ukuran yang mudah dihitung (misalnya berat,
isi, luas dan diameter) agar mudah dicari konsumen sesuai dengan
kebutuhannya.
25
Tabel 2.1
Sembilan Dimensi Mutu Menurut Dale H. Besterfield (1999:6)
D
a
v
i
d
G
a
r
v
David Garvin (1999:22) dalam bukunya Managing Quality, menjelaskan
lima pendekatan utama terhadap mutu:
a. Transcendent: mutu tidak dapat dijelaskan, tetapi dapat dikenali jika dilihat Contohnya, mutu seorang artis tidak dapat dilihat sampai ia pentas.
b. Product-based: mutu didasarkan pada keunikan atribut. c. Manufacturing-based: mutu didefinisikan sebagai kesesuaian
produk atau jasa dengan persyaratan yang telah ditentukan d. User-based mutu “terletak di mata pelihatnya” atau “qualify
lies in the eyes of the beholder”. Mutu didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi persyaratan dan harapan pelanggan.
e. Value-based: mutu sebagai kombinasi terbaik antara harga dan keistimewaan.
Dimensi Arti dan Contoh
Performance / Kinerja Karakteristik utama produk, seperti kecerahan pada gambar
Features / Kelebihan Karakteristik sekunder, ciri yang ditambahkan seperti remote control Conformance /
Kesesuaian kerja Memenuhi spesifikasi atau standar industri, kecakapan kerja
Reliability / Keandalan Konsistensi kerja terhadap waktu, waktu rata-rata kegagalan unit
Curability / Ketahanan Ketahanan berguna termasuk repair
Serviceability / Mampu rawat
Pemecahan masalah dan komplain, kemudahan perbaikan
Response / Respon Hubungan manusia ke manusia, seperti keramahan penjual
Aesthetic / Keindahan Karakteristik sensorik, seperti cat eksterior
Reputation / Reputasi Kinerja dan intangible lain di masa lalu, seperti mendapat peringkat nomor satu
26
Didasari oleh konsep yang dikemukakan oleh Yoseph S.Martinice
tentang dimensi mutu suatu barang produk maka dapat dikemukakan di
sini beberapa dimensi mutu sekolah atau kriteria-kriteria mutu sekolah
sebagai berikut:
Dimensi Mutu Barang Produk (Yoseph S.Martinice)
Dimensi Mutu Sekolah
Bermanfaat, tepat, sesuai fungsinya.
Sekolah melaksanakan kegiatan sesuai fungsinya sebagai lembaga pendidikan.
Memiliki keistimewaan. Bermanfaat, tepat, sesuai fungsinya.
Handal, tahan lama / tidak cepat rusak
Bermanfaat, tepat, sesuai fungsinya.
Memiliki kemudahan dalam penggunaan/ pemakaian.
Bermanfaat, tepat, sesuai fungsinya.
Penampilannya manarik. Bermanfaat, tepat, sesuai fungsinya.
Mengesankan Profil sekolah mengesankan, favorit.
3. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Management (TQM)
juga dikenal sebagai TQC adalah aplikasi prinsip-prinsip mutu pada semua
bagian perusahaan. Teknik TQM terbukti dapat menjamin ketahanan
perusahaan dalam kompetisi kelas dunia. Dari kata pembentuknya, dapat
diartikan sebagai:
• Total : Keseluruhan
• Quality : Derajat / tingkat keunggulan suatu produk atau jasa
• Management : Tindakan, seni, atau cara penanganan,
pengendalian, pengarahan, dan sebagainya.
Maka, TQM berarti seni menangani suatu badan usaha atau
perusahaan secara keseluruhan untuk mencapai keunggulan. Poin yang
27
terpenting dari TQM adalah lakukan kepada orang lain apa yang Anda
harapkan orang lain untuk Anda.
Manajemen Mutu Terpadu mempersyaratkan enam konsep dasar:
a. Kepemimpinan
Manajemen harus berkomitmen dan terlibat untuk
menyediakan dukungan organisasi dari atas ke bawah dalam
jangka panjang.
b. Kepuasan Pelanggan
Kunci kesuksesan program TQM adalah fokus pada kepuasan
pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Langkah
yang tepat untuk permulaan adalah memuaskan pelanggan
internal. Suara pelanggan harus didengarkan, desain mutu dan
pencegahan cacat juga harus ditekankan.
c. Pemberdayaan dan Keterlibatan Karyawan
Mutu adalah tanggung jawab seluruh karyawan dalam
organisasi. Diharapkan adanya keterlibatan dan pemanfaatan
seluruh tenaga kerja secara efektif, dimana orang-orang tidak
hanya datang ke tempat kerja untuk bekerja tetapi juga
memikirkan bagaimana meningkatkan pekerjaan mereka.
d. Perbaikan Proses Berkelanjutan
Harus ada perbaikan proses yang berkelanjutan. Proyek
peningkatan mutu seperti pengiriman tepat waktu, efisiensi
pesanan masuk, tingkat kesalahan penagihan, kepuasan
28
pelanggan, waktu siklus, pengurangan cacat, dan manajemen
pemasok, merupakan awal yang bagus.
e. Kemitraan dengan Pemasok
Fokus kemitraan dengan pemasok ini lebih pada biaya mutu
dan biaya siklus hidup daripada kepada harga.
f. Ukuran Kinerja
Pengukuran kinerja seperti waktu setup, persen cacat,
ketidakhadiran, dan kepuasan pelanggan perlu ditentukan
untuk setiap area fungsional.
Tabel 2.2
Perbandingan Keadaan Sebelum dengan Setelah TQM Diterapkan
Elemen Mutu Kondisi Sebelumnya TQM
Definisi Product-Oriented Customer-Oriented
Prioritas Kedua, dibandingkan service dan biaya
Pertama, dibandingkan service dan biaya
Keputusan Jangka Pendek Jangka Panjang
Penekanan Pencaran/deteksi Pencegahan
Kesalahan Operasi Sistem
Tanggung Jawab
Quality Control Setiap Orang
Pemecahan Masalah
Manajer Tim
Pengadaan Biaya Biaya siklus hidup, kemitraan
Peran Manajer Merencanakan, menugaskan, mengendalikan dan mengimplementasikan
Mendelegasikan, melatih, memfasilitasi dan membimbing
29
Tujuan TQM adalah menghasilkan produk bermutu, meningkatkan
produktivitas, dan menurunkan harga. Penerapan TQM membutuhkan
perubahan budaya. Perubahan ini penting dan tidak akan tercapai dalam
waktu singkat. Organisasi yang kecil akan jauh lebih mudah
bertransformasi daripada organisasi yang besar. Tabel di bawah ini
menunjukkan perbandingan antara keadaan sebelum dengan setelah TQM
diterapkan sesuai menurut Dale H. Besterfield (1999:3).
4. Pengertian Sistem Manajemen Mutu
Menurut Nasution (2001:25)
Sistem manajemen mutu adalah salah satu elemen dalam organisasi Manajemen Mutu Terpadu. Sistem manajemen mutu menggambarkan suatu sistem dengan prosedur terdokumentasi dan terkendali untuk memastikan bahwa produk tidak sesuai tidak dilepaskan ke pelanggan.
Sedangkan Menurut PPPG Teknologi Bandung (2003:35)
Sistem manajemen mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam mutu Untuk memimpin dan mengoperasikan organisasi perlu dilakukan
pengelolaan yang sistematis dan dengan cara yang dapat dibuktikan.
Kesuksesan organisasi didapatkan dari adanya penerapan dan
pemeliharaan sistem manajemen mutu dengan melakukan peningkatan
berkesinambungan kinerja organisasi yang efektif dan efisien.
30
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
manajemen mutu mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan
praktek-praktek manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan pasar. Juga dapat dirangkum menjadi struktur
organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk
menerapkan manajemen mutu.
Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen
mutu:
- Sistem manajemen mutu mencakup suatu lingkup yang luas dari
aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Mutu dapat
didefinisikan melalui lima pendekatan utama: (1) transcendent
quality, yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan, (2)
product-based quality, yaitu suatu atribut produk yang
memenuhi mutu, (3) manufacturing-based quality, yaitu
kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar, dan (5)
value-based quality, yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga
yang kompetitif.
- Sistem manajemen mutu berfokus pada konsistensi dari proses
kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi
terhadap standar-standar kerja.
- Sistem manajemen mutu berlandaskan pada pencegahan
kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi
kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula bahwa banyak
31
sistem manajemen mutu tidak akan efektif 100% pada
pencegahan semata, sehingga sistem manajemen mutu juga
harus berlandaskan pada tindakan korektif dengan hal ini, sistem
manajemen mutu merupakan suatu closed loop system yang
mencakup deteksi, umpan balik, dan koreksi. Bagaimanapun
proporsi terbesar (lebih dari 85%) harus diarahkan pada
pencegahan kesalahan sejak tahap awal.
- Sistem manajemen mutu mencakup elemen-elemen: tujuan
konsolidasi yang progresif, menanggapi perkembangan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu
evolusi dinamik dari sistem manajemen kualitas.
Gambar 2.2
Perbaikan Berkelanjutan
QMS
P A D C
Total Customer
Satisfaction
46
8. Prinsip 7: Pendekatan Fakta dalam Pengambilan Keputusan
Keputusan yang efektif adalah keputusan yang berdasarkan
pada analisa data dan informasi. Analisa tersebut berguna untuk
mencari dan menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga
masalah-masalah kualitas dapat terselesaikan secara efektif dan
efisien.Manfaat-manfaat pokok apabila organisasi menerapkan
prinsip pendekatan fakta dalam pembuatan keputusan adalah:
- Keputusan-keputusan berdasarkan informasi yang akurat
- Meningkatkan kemampuan untuk menunjukkan
efektivitas dari keputusan melalui referensi terhadap
catatan-catatan faktual
- Meningkatkan kemampuan untuk meninjau ulang serta
mengubah opini dan keputusan-keputusan
9. Prinsip 8: Kemitraan dengan Pemasok yang Saling Menguntungkan
Suatu organisasi dan pemasok adalah saling tergantung dan
hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan
kemampuan bersama dan menciptakan nilai tambah. Manfaat-
manfaat apabila organisasi menerapkan prinsip kemitraan dengan
pemasok yang saling menguntungkan adalah:
- Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai bagi
kedua pihak
- Meningkatkan fleksibilitas dan kecepatan bersama untuk
menanggapi perubahan pasar atau kebutuhan dan
47
ekspektasi pelanggan Mengoptimumkan biaya dan
penggunaan sumber-sumber daya
Hubungan antara delapan prinsip manajemen mutu dengan
ISO 9001:2000 dapat dilihat pada table 2.3
Tabel 2.3
Hubungan Antara Delapan Prinsip Manajemen Mutu Dengan ISO
9001:2000
DELAPAN PRINSIP MANAJEMEN
MUTU ISO 9001:2000
Fokus pada pelanggan
5.1 Komitmen Manajemen 5.2 Fokus Terhadap Pelanggan 5.5.2 Wakil Manajemen 5.6.2 Masukan Tinjauan 5.6.3 Keluaran Tinjauan 6.1 Penyediaan Sumber Daya 7.2 Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan 7.5.4 Kepemilikan Pelanggan 8.2.1 Kepuasan Pelanggan 8.4 Analisa Data 8.5.1 Peningkatan Berkesinambungan 8.5.2 Tindakan Perbaikan
Kepemimpinan 5 Tanggung Jawab Manajemen 6 Manajemen Sumber Daya 8.5 Peningkatan
Keterlibatan Personil
5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang 5.5.2 Komunikasi Internal 6.2.2 Kompetensi, Kesadaran, dan Pelatihan 6.4 Wakil Manajemen 8.5.2 Tindakan Perbaikan 8.5.3 Tindakan Pencegahan
Pendekatan Proses
4.1 Persyaratan Umum 5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang 6.1 Penyediaan Sumber Daya 7 Realisasi Produk
48
8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses
Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen
4 Sistem Manajemen Mutu 5 Tanggung Jawab Manajemen 6 Manajemen Sumber Daya' 7 Realisasi Produk 8 Pengukuran, Analisa, dan Perbaikan
Peningkatan Berkesinambungan
4.1 Persyaratan Umum 5.1 Komitmen Manajemen 5.3 Kebijakan Mutu 5.5.2 Wakil Manajemen 5.6 Tinjauan Manajemen 6.1 Penyediaan Sumber Daya 8.1 Umum 8.5 Peningkatan
Pendekatan Faktual dalam Pembuatan Keputusan
5.6 Tinjauan Manajemen 8 Pengukuran, Analisa, dan Perbaikan
Hubungan Pemasok yang Saling Menguntungkan
7.4 Pembelian
c. Persyaratan Standar dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Persyaratan-persyaratan dalam ISO 9001:2000 lebih sederhana dan
lebih fleksibel daripada ISO 9001:1994. Perubahan penting dalam standar
ISO 9001:2000, antara lain:
a. Struktur berorientasi pada proses dan rangkaiannya lebih logis.
b. Proses perbaikan berkelanjutan merupakan bagian penting
untuk meningkatkan sistem manajemen mutu pada organisasi.
c. Menekankan komitmen manajemen puncak untuk
mengembangkan dan memperbaiki sistem manajemen mutu
dan menetapkan tujuan yang dapat diukur pada semua tingkat
dan fungsi yang sesuai.
49
d. Adanya konsep “perkecualian yang diijinkan” (permissible
exclusion), memberikan kemungkinan organisasi untuk
mengeluarkan lausul yang tidak dapat diterapkan.
e. Adanya syarat bagi organisasi untuk memantau informasi
kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan sebagai ukuran kinerja
sistem.
f. Berkurangnya jumlah dokumen yang diwajibkan
g. Perubahan istilah untuk mempermudah interpretasi.
h. Sesuai dengan struktur sistem manajemen lingkungan ISO
14000.
i. Mengacu pada delapan prinsip manajemen mutu.
j. Mempertimbangkan manfaat dan kebutuhan pihak yang
berkepentingan.
Karena sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 merupakan sistem
manajemen mutu yang berfokus pada proses dan pelanggan, maka
pemahaman terhadap persyaratan-persyaratan standar dari ISO 9001:2000
ini akan membantu organisasi dalam menetapkan dan mengembangkan
sistem manajemen mutu secara sistematik untuk memenuhi kepuasan
pelanggan (customers’ satisfaction) dan peningkatan proses terus-menerus
(continuous process improvement).
Interpretasi terhadap persyaratan standar ISO 9001:2000 ini
dilakukan berdasarkan pemahaman serta pengalaman seorang penulis
(Vincent Gaspersz) ketika menerapkan sistem manajemen mutu 9001:2000
50
pada beberapa perusahaan industri di Indonesia. Interpretasi persyaratan
standar ISO 9001:2000 didasarkan pada paper ISO 9001:2000, yang
dikeluarkan oleh lembaga ISO.
Klausul-klausul ISO 9001:2000 yang penting dan yang harus
diperhatikan oleh manajemen organisasi akan dibahas berikut ini, sedangkan
klausul-klausul yang hanya bersifat informasi tidak akan dibahas. Di bawah
ini ditunjukkan struktur klausul-klausul yang terpenting dan yang harus
diperhatikan dalam ISO 9001:2000.
Tabel 2.4
Struktur Klausul-klausul Dalam ISO 9001:2000 (Vincent
Gaspersz, 2006:7)
Bagian Keterangan 1 Ruang Lingkup
1.1 Umum 1.2 Aplikasi
2 Referensi Normatif
3 Istilah dan Definisi
4 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Peryaratan Umum 4.2 Persyaratan Dokumentasi 4.2.1 Umum 4.2.2 Manual Mutu 4.2.3 Pengendalian Dokumen 4.2.4 Pengendalian Rekaman
5 Tanggung Jawab Manajemen 5.1 Komitmen Manajemen 5.2 Fokus Pelanggan 5.3 Kebijakan Mutu 5.4 Perencanaan Mutu 5.4.1 Sasaran Mutu 5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu 5.5 Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
51
5.5.1 Tanggung jawab dan wewenang 5.5.2 Wakil Manajemen 5.5.3 Komunikasi Internal 5.6 Tinjauan Manajemen 5.6.1 Umum 5.6.2 Masukan untuk tinjauan manajemen 5.6.3 Keluaran dan tinjauan manajemen
6 Pengelolaan Sumber Daya 6.1 Ketersediaan sumber daya 6.2 Sumber daya manusia 6.2.1 Umum 6.2.2 Kompetensi, kepedulian dan pelatihan 6.3 Instruktur 6.4 Lingkungan kerja
7 Realisasi Produk 7.1 Perencanaan realisasi produk 7.2 Proses yang berkaitan dengan pelanggan 7.2.1 Persyaratan yang berkaitan dengan produk 7.2.2 Tinjauan persyaratan yang berkaitan dengan produk 7.2.3 Komunikasi Pelanggan 7.3 Desain dan pengembangan 7.3.1 Perencanaan desain dan pengembangan 7.3.2 Masukan desain dan pengembangan 7.3.3 Keluaran desain dan pengembangan 7.3.4 Tinjauan desain dan pengembangan 7.3.5 Verifikasi desain dan pengembangan 7.3.6 Validasi desain dan pengembangan 7.3.7 Pengendalian perubahan desain dan pengembangan 7.4 Pembelian 7.5 Produk dan penyediaan jasa 7.5.1 Pengendalian produksi dan penyediaan jasa 7.5.2 Validasi proses produksi dan penyediaan jasa 7.5.3 Identifikasi dan mampu telusur 7.5.4 Milik pelanggan 7.5.5 Preservasi Produk 7.6 Pengendalian sarana pemantauan dan pengukuran
8 Pengukuran analisis perbaikan 8.1 Umum 8.2 Pemantauan dan pengukuran 8.2.1 Kepuasan pelanggan 8.2.2 Audit internal 8.2.3 Pemantauan dan pengukuran proses 8.2.4 Pemantauan pengukuran produk
52
8.3 Pengendalian produk tidak sesuai 8.4 Analisis data 8.5 Perbaikan 8.5.1 Perbaikan berkesinambungan 8.5.2 Tindakan Korektif 8.5.3 Tindakan pencegahan
7. Struktur Klausul-klausul Dalam ISO 9001:2000
Klausul 1. RUANG LINGKUP
Klausul 1.1 Umum
Ruang lingkup dari ISO 9001:2000 telah dikembangkan atau
diperluas. Dalam hal ini persyaratan-persyaratan standar telah menekankan
untuk memenuhi kepuasan pelanggan melalui efektivitas dari aplikasi
sistem mutu, termasuk proses-proses untuk peningkatan terus-menerus dan
jaminan kesesuaian.
Klausul 1.2 Aplikasi
Klausul ini merupakan klausul baru dan merupakan suatu deskripsi
umum tentang aplikasi dari Standar Internasional ISO 9001:2000. Apabila
ada persyaratan-persyaratan dari Standar Internasional ISO 9001:2000 yang
tidak dapat diterapkan karena keadaan organisasi dan produknya, maka
persyaratan itu dapat dipertimbangkan untuk dikeluarkan. Bagaimanapun
juga, persyaratan-persyaratan yang tidak dapat diterapkan itu hanya dibatasi
pada persyaratan-persyaratan dalam Klausul 7 (Realisasi Produk), dan harus
dibuktikan bahwa persyaratan yang tidak dapat diterapkan itu tidak akan
mempengaruhi kemampuan organisasi, atau tanggung jawabny, untuk
memberikan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan peraturan-
53
peraturan yang dapat diterapkan. Jika ditemukan ada persyaratan-
persyaratan di luar Klausul 7 (Realisasi Produk) yang tidak diterapkan,
maka sistem manajemen mutu dari organisasi itu dianggap tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan Standar Internasional ISO 9001:2000.
Klausul 2. REFERENSI NORMATIF
Klausul ini hanya memutar referensi-referensi dari ISO 9001:2000,
dan karena itu tidak perlu dibicarakan di sini.
Klausul 3. ISTILAH DAN DEFINISI
Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang
diberikan dalam ISO 9001:2000 (Quality management systems –
Fundamentals and vocabulary), diterapkan pada ISO 9001:2000. Istilah
“organisasi” menggantikan istilah “pemasok”, yang digunakan dalam ISO
9001:1994, dan mengacu pada unit di mana Standar Internasional ISO
9001:2000 ini diterapkan. Demikian pula, istilah “pemasok” menggantikan
istilah “subkontraktor”. Istilah produk dalam Standar Internasional ISO
9001:2000 dapat berarti barang dan / atau jasa (good and / or service).
Klausul 4. SISTEM MANAJEMEN MUTU
Klausul 4.1 Persyaratan Umum
Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan untuk peningkatan
terus-menerus (continual improvement). Manajemen organisasi harus
menetapkan langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen mutu
ISO 9001:2000 dan kebutuhan peningkatan terus-menerus, melalui:
54
a. Mengidentifikasi proses yang dibutuhkan untuk sistem
manajemen mutu, dan aplikasinya pada keseluruhan organisasi,
b. Menetapkan sekuens dan interaksi dari proses-proses ini,
c. Menetapkan kriteria dan metode-metode yang dibutuhkan untuk
menjamin efektivitas operasional dan pengendalian proses di
atas,
d. Menjamin ketersediaan sumber-sumber daya dan informasi yang
diperlukan guna mendukung operasional dan pemantauan dari
proses-proses ini,
e. Mengukur, memantau dan menganalisis proses-proses ini, dan
f. Menerapkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai
hasil-hasil yang direncanakan dan peningkatan terus-menerus
dari proses-proses ini.
Klausul 4.2 Persyaratan Dokumentasi
Klausal 4.2.1 Umum
Klausal ini menyatakan bahwa sistem manajemen mutu
membutuhkan dokumentasi. Dokumentasi merupakan proses untuk
menghasilkan dokumen-dokumen, di mana dokumen dalam ISO 900:2000
didefinisikan sebagai informasi dan medium pendukungnya.
Dokumentasi sistem manajemen mutu harus mencakup:
a. Pernyataan tertulis tentang kebijakan mutu dan tujuan mutu
b. Manual (buku panduan) mutu. manual mutu merupakan
dokumen yang menspesifikasikan sistem manajemen mutu dari
55
suatu organisasi. Spesifikasi di sini didefinisikan sebagai
dokumen yang menyatakan persyaratan-persyaratan.
c. Prosedur-prosedur tertulis yang dibutuhkan oleh Standar
Internasional ISO 9001:2000. Prosedur didefinisikan sebgai cara
yang dispesifikasikan untuk melaksanakan suatu aktivitas atau
suatu proses. Prosedur dapat didokumentasikan atau tidak.
Beberapa prosedur tertulis standar yang dibutuhkan oleh ISO
instruksi yang dibutuhkan yang dituangkan dalam dokumen-
dokumen tertulis.
Dokumentasi dalam ISO 9000 terdiri dari empat level:
a. Manual sistem kualitas (level I)
Memuat kebijakan dan mutu. memberikan gambaran mengenai
proses-proses di dalam perusahaan serta menjelaskan bagaimana
perusahaan memenuhi standar setiap elemen ISO 9000.
b. Prosedur-prosedur (level II)
Dokumentasi rencana dan implementasi strategi mutu.
Ditetapkan oleh departemen yang membuat aturan dan instruksi
umum kegiatan-kegiatan tertentu.
c. Instruksi-instruksi (level III)
93
lnstruksi kerja terinci menjelaskan langkah demi langkah
bagaimana tugas harus diselesaikan.
d. Rekaman Mutu (level IV).
Rekaman mutu merupakan suatu bukti objektif bahwa sistem
mutu diterapkan dan diperagakan untuk membuktikan
efektivitasnya. Rekaman merupakan suatu dokumen yang
permanen. Rekaman harus diverifikasi keabsahannya, mudah
diperoleh dan disimpan selama periode tertentu, dilindungi dari
kerusakan, dan dicegah hilang atau cacat selama penyimpanan.
7. Implementasi sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000.
Sekali sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 dibangun, maka
sistem manajemen kualitas yang ada selama ini harus dimodifikasi,
dan dokumentasi pendukung dibuat sehingga implementasi menjadi
sukses.
8. Memulai audit sistem manajemen kualitas perusahaan.
Audit sistem manajemen kualitas diperlukan untuk menjamin
bahwa dokumentasi dan penerapan sesuai dengan persyaratan
standar dan menunjukan keefektifan sistem manajemen kualitas.
9. Memilih registrar.
Setelah manajemen yakin dan percaya bahwa sistem manajemen
kualitas telah memenuhi persyaratan standar sistem manajemen
kualitas ISO 9001:2000, maka manajemen perlu memilih registrar
untuk mulai melakukan penilaian. Registrar akan menilai
94
dokumen-dokumen seperti manual mutu, prosedur-prosedur,
instruksi-instruksi dan formulir-formulir yang berkaitan dengan
persyaratan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000. Dalam
memilih registrar harus dilakukan secara hati-hati dengan
memperhatikan bonafiditas dari registrar tersebut. karena tidak
sermua sertifikat ISO 9001:2000 yang dikeluarkan oleh registrar
diakui oleh Badan Akreditasi Nasional (National Accreditation
Body). Kita juga harus memilih registrar yang memahami tentang
usaha yang kita jalankan dan kita merasa bisa bekerja sama
dengannya karena registrar tersebut akan menjadi partner bisnis
kita dalam jangka waktu yang lama.
10. Registrasi
Jika sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000 yang
diimplementasikan dalam organisasi dianggap telah sesuai dengan
persyaratan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2000, dan
dinyatakan lulus dalam penilaian, kepada organisasi itu akan
diberikan sertifikat ISO 9001:2000. Masa berlaku sertifikat ISO
9001:2000 yang dikeluarkan registrar melalui lembaga registrasi
yang terakreditasi pada umumnya adalan tiga tahun.
Langkah-Iangkah implementasi di atas hanya merupakan panduan
yang dapat diterapkan secara tidak urut dan dapat juga untuk
diterapkan secara bersamaan sesuai dengan kondisi organisasi.
95
Proses implementasi sistem manajemen kualitas ISO 9000
ditunjukan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.3 Diagram Alir Proses Implementasi Sistem Manajemen Kualitas
ISO 9001:2000 (Vincent Gaspersz, 2006:25)
Pelatihan ISO 9000
Dokumentasi Sistem Kualitas ISO 9000
Implementasi Sistem Kualitas ISO 9000
Audit Internal
Tidak Perbaikan
Ya
Aplikasi Ke Lembaga Registrasi
Angka Kecukupan
Tidak Perbaikan
Ya
A
Ya
Apakah Sesuai dengan ISO 9000
Evaluasi Kesesuaian
Audit Ulang Sebagian
Apakah Sesuai dengan ISO 9000
Perbaikan Tidak
Apakah Sesuai dengan ISO 9000 Banyak
Mayor
Ya
Rekomendasi Oleh Tim Evaluasi
Pemberian Sertifikat ISO 9000 Oleh Lembaga Registrasi
Pemantauan Setiap 6 Bulan
Apakah Sesuai dengan ISO 9000
Sertifikasi ISO diteruskan
Permohonan Memperbaharui Sertifikasi ISO 9000 setelah masa
berlaku 3 Tahun
A
Perbaikan
Tidak Sertifikat ISO 9000
ditangguhkan
Kunjungan Lapangan
Apakah Sesuai dengan ISO 9000
Tidak
Sertifikat ISO 9000 dicabut
96
9. Manfaat Penerapan Sistem Manjamen Mutu ISO 9001:2000
Masih sedikitnya organisasi di Indonesia yang mendapatkan
sertifikat ISO menunjukkan masih lemahnya kesadaran organisasi akan
pentingnya ISO 9000. Honoris Perdana Industry merupakan perusahaan
yang mendapatkan sertifikat ISO pada bulan Desember 1999 menunjukkan
perubahan yang signifikan pada organisasinya.
Honoris merasakan kondisi yang berat sebelum menerapkan ISO,
seperti tugas dan wewenang yang kurang jelas dan tumpang tindih. tidak
ada kriteria penilaian hasil kerja yang telah dilakukan tiap personil, kurang
dilakukannya tindakan pencegahan untuk permasalahan yang timbul yang
disebabkan karena tindakan perbaikan yang hanya dilakukan jika terjadi
masalah yang mengakibatkan terhambatnya proses produksi. Juga tidak
adanya standarisasi dalam penyimpanan dan panggunaan dokumen di
setiap departemen. Dengan menggunakan ISO 9000, kondisi tersebut dapat
diubah ke arah yang lebih baik.
Ada banyak alasan mengapa suatu organisasi
mengimplementasikan sistem manajemen mutu sesuai dengan standar ISO.
Alasan utama adalah pelanggan utama mereka menuntut atau karena
kompetitor utama mereka telah atau sedang mendaftar. Alasan lain adalah
untuk melakukan perbaikan proses atau sistem yang diperlukan dan
keinginan untuk dapat bersaing secara global. Ketika banyak dan lebih
banyak lagi organisasi mendaftar untuk mendapatkan sertifikat ISO,
mereka meminta subkontraktor atau pemasok mereka mendaftar juga, ini
97
menciptakan efek bola salju. Ada beberapa manfaat yang memotivasi
organisasi untuk menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO.
Menurut Zulfadhli (2004:12) sebuah organisasi atau perusahaan
yang menerapkan ISO 9001:2000 akan memperoleh sedikitnya tujuh
manfaat:
1. Dokumentasi mutu yang lebih baik. ISO 9001 memberikan
pedoman dalam mengelola sistem dokumentasi agar dokumen-
dokumen yang dibuat oieh suatu perusahaan bersifat efektif
dan efisien. Setiap organisasi menentukan tingkat dokumentasi
yang dibutuhkan dan media yang digunakan.
2. Pengendalian mutu secara sistematik. Dalam ISO 9001
pengendalian mutu harus dimulai dari masing-masing proses
yang terdapat dalam perusahaan. Setiap proses adalah input
bagi proses sesudahnya dan sekaligus merupakan output dari
prosessebelumnya. Karena proses proses tersebut saling
berinteraksi satu sarna lain dalam satu sistem, maka
pengendalian mutu yang baik pada setiap proses tentunya
secara keseluruhan akan menghasilkan suatu pengenda1ian
mutu secara sistematik.
3. Koordinasi yang lebih baik. Adanya kesamaan persepsi untuk
menghasilkan output yang memenuhi persyaratan dan
kebutuhan akan adanya satu sistem yang mendukung
pencapaian hal tersebut, mendorong terjadinya kegiatan
98
koordinasi an.tar proses da1am sistem tersebut. ISO 9001
merancang suatu sistem manajemen mutu yang mengarahkan
proses-proses dalam suatu perusahaan agar melakukan
koordinasi yang lebih baik.
4. Deteksi awal ketidaksesuaian. Setiap proses selalu melakukan
pemeriksaan terhadap output dari proses lain (sebelumnya),
maka diharapkan setiap ketidaksesuaian yang terjadi dapat
segera dikenali, diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang
kembali.
5. Konsistensi mutu yang lebih baik. Jika semua unsur yang
membentuk sistem manajemen mutu melakukan upaya terus
menerus untuk memperbaiki kinerja dengan berdasar kepada
pedoman dan prosedur yang telah di dokumentasikan, maka
akan dihasilkan konsistensi pengendalian mutu yang lebih
baik. Kepercayaan pelanggan bertambah. Suatu perusahaan
yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dengan
baik, akan memberikan rasa aman terhadap pelanggan
produk/pelayanannya, dan pada akhirnya meningkatkan
kepercayaan. Kepercayaan tersebut timbul karena pelanggan
melihat bahwa kegiatan pemenuhan persyaratan-
persyaratannya dikelola secara baik dan memadai.
6. Disiplin dalam pencatatan mutu bertambah. ISO 9001
mensyaratkan adanya pengelolaan sistem pencatatan mutu
99
yang baik. Setiap catatan harus jelas, mudah dibaca, dapat
diidentifikasi dan diperoleh kembali dengan mudah. Dengan
adanya persyaratan tersebut maka perusahaan yang
menerapkan ISO 9001 akan membuat suatu prosedur
pencatatan mutu termasuk pengendalian ya, yang menciptakan
kedisiplinan dalam pencatatan mutu.
7. Lebih banyak kesempatan untuk peningkatan. Pada akhirnya
penerapan ISO 9001 akan memberikan peluang-peluang bagi
peningkatan kinerja perusahaan yang diperoleh dari sistem
dokumentasi yang baik, pengendalian mutu secara sistematik,
koordinasi antar proses dalam sistem dan disiplin dalam
pencatatan. Sehingga setiap ketidaksesuaian dapat dideteksi
lebih awal untuk diperbaiki dan dicegah agar tidak berulang
kembali. Sedangkan potensi-potensi munculnya
ketidaksesuaian yang belum terjadi akan dapat dikenali,
kemudian dicegah agar tidak terjadi.
Sedangkan Menurut Vincent Gaspersz (2006:17) manfaat dari
penerapan ISO 9001:2000 untuk perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui
jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik. Proses
dokumentasi dalam ISO 9001:2000 menunjukkan bahwa
kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan
kualitas telah direncanakan dengan baik.
100
2. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen
melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, sistem
pengendalian yang lebih konsisten serta pengurangan dan
pencegahan pemborosan karena operasi internal lebih baik.
3. Meningkatkan kesadaran kualitas perusahaan.
4. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh
karyawan dan manajer organisasi melalui prosedur-prosedur
dan instruksi-nstruksi yang terdefenisi secara baik.
5. Terjadi perubahan positif dalam hal kualitas dari anggota
organisasi, karena manajemen dan karyawan terdorong untuk
mempertahankan sertifikat ISO 9001:2000 yang umumnya
hanya berlaku selama tiga tahun.
B. Konsep Dasar Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar
"kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula
berarti hasil kerja.
Pengertian kinerja di sekolah merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan suatu
kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu sekolah dihubungkan
101
dengan visi yang diemban suatu sekolah serta mengetahui dampak positif
dan negatif dari suatu kebijakan operasional.
Pemimpin di setiap sekolah sering tidak memperhatikan hal
tersebut, kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.
Terlalu sering kepala sekolah sebagai manajer tidak mengetahui betapa
buruknya kinerja segenap personil sekolah telah merosot sehingga sekolah
menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk sekolah yang
mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya
kinerja yang merosot.
Dalam mendefinisikan kinerja ada beberapa pendapat yang berbeda
yang tertulis di bawah ini:
• Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
(Anwar Prabu Mangkunegara, 2000:67)
• Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan,
usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya
(Ambar Teguh Sulistiyani, 2003:223)
• Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu (Maluyu S.P. Hasibuan, 2001:34)
102
• Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu
pameran umum ketrampikan (John Whitmore, 1997:104)
• Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja
dibandingkan dengan target yang telah ditentukan (Barry
Cushway, 2002:1998)
• Kinerja adalah merupakan perilaku yang nyata yang
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan
(Menurut Veizal Rivai, 2004:309)
• Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan (Robert L. Mathis dan John H. Jackson
Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira, 2001:78)
• Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran
umum keterampilan (John Witmore dalam Coaching for
Perfomance, 1997:104)
• Mink (1993:76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu
yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa
karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi,
(b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d)
kompetensi.
103
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan
bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja
(output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang
diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari
proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Jika kinerja adalah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang
diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan
tugas. Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan masalah
produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana
usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu
organisasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja personil sekolah,
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bagi kepala sekolah
dapat digunakan untuk menentukan pendekatan kepada personil sekolah
dalam meningkatkan kinerja personil sekolah di sekolah tersebut.
Para pimpinan sekolah sangat menyadari adanya perbedaan kinerja
antara satu personil dengan personil lainnya yang berada di bawah
pengawasannya. Walaupun para personil sekolah bekerja pada tempat
yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar
perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (As'ad, 1991:49), yaitu :
faktor individu dan situasi kerja.
104
Menurut Gibson, et al (dalam Srimulyo, 1999:39), ada tiga
perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau
kinerja, yaitu:
1. Variabel individual, terdiri dari:
a. Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik. b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian. c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin.
2. Variabel organisasional, terdiri dari:
a. Sumberdaya. b. Kepemimpinan. c. Imbalan. d. Struktur. e. Desain pekerjaan.
3. Variabel psikologis, terdiri dari:
a. Persepsi. b. Sikap. c. Kepribadian. d. Belajar. e. Motivasi.
Menurut Tiffin dan Me. Cormick (dalam Srimulyo, 1999:40) ada
dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:
1. Variabel individual, meliputi:
a. Sikap. b. Karakteristik. c. Sifat-sifat fisik minat dan motivasi. d. Pengalaman. e. Umur. f. Jenis kelamin. g. Pendidikan. h. Serta faktor individual lainnya.
105
2. Variabel organisasi, meliputi:
a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari: metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran,temperatur, dan fentilasi).
b. Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi.
personil sekolah untuk menujukkan hasil kerjanya baik kuantitas maupun
kualitas yang selalu optimal demi mempertahankan sertifikat ISO yang telah
diperoleh.
Dari beberapa pendapat di atas, maka meningkatnya kinerja personil
sekolah di sekolah dapat dipengaruhi oleh adanya penerapan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2000. Hal itu dapat dilihat dari pedoman mutu
SMK Negeri 8 Bandung (2008:10-11) yang menegaskan bahwa
Semua orang yang bekerja mempengaruhi mutu, termasuk untuk keperluan rekruitmen personil baru, harus memenuhi kompetensi yang sesuai dengan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman yang ditetapkan. Setiap orang dinilai kompetensinya terhadap
112
persyaratan tersebut. Bila kompetensi orang belum terpenuhi maka SMK Negeri 8 Bandung memberikan pelatihan yang diperlukan atau tindakan lain yang sesuai.
Dalam upaya penerapan sistem manajemen ini secara efektif, maka
dituntut adanya suatu kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola
seluruh proses kerja yang saling berhubungan dan berinteraksi baik secara
intern maupun ekstern. Selain itu, perlunya kemampuan dalam meningkatkan
secara terus menerus efektivitas dari proses sistem manajemen mutu,
sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan dan
sasaran mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu adanya suatu
program berkesinambungan yang perlu didukung oleh semua personil yang
terlibat dalam penerapan sistem ini.
Penerapan sistem manajemen mutu di Sekolah akan sangat efektif
apabila setiap bagian dari organisasi memahami fungsi, tanggung jawab, dan
keterkaitannya dengan bagian lain dalam sistem tersebut. Sebagai gambaran
mengenai sistem manajemen mutu, manual mutu/pedoman mutu harus
mencakup kebijakan mutu, penjelasan mengenai organisasi, hal yang
dikecualikan, interaksi proses, garis besar prosedur mutu, dan referensi silang
panduan mutu dengan dokumen lain yang lebih detail.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
personil sekolah dapat dipengaruhi oleh adanya penerapan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2000 di sekolah. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
berlaku secara menyeluruh dalam Sekolah dan mempengaruhi berbagai
proses yang ada dalam tubuh Sekolah. Tanggung jawab mutu suatu produk
113
merupakan tanggung jawab seluruh anggota organisasi, sehingga dalam
Sekolah tanggung jawab mutu tidak hanya terletak pada pimpinan atas, tetapi
juga pada personil sekolah di sekolah yang berhubungan langsung terhadap