LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan mata kuliah Landasan Kependidikan Dosen Pengampu Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons. Disusun Oleh : Nanik Sariyani (0105514009) Baeti Nirwana Sari (0105514023) 1
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan
mata kuliah Landasan Kependidikan
Dosen Pengampu
Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd.,Kons.
Disusun Oleh :
Nanik Sariyani (0105514009)
Baeti Nirwana Sari (0105514023)
1
PROGRAM PASCASARJANA BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Historis berasal dari kata history dari bahasa
Inggris yang berarti sejarah, akan tetapi sebenarnya
kata history itu sendiri asal mulanya merupaka bahasa
Yunani yaitu dari kata istoria yang artinya orang yang
pandai sejarah. Perlunya mempelajari sejarah karena
melalui sejarah kita dapat memperoleh informasi dan
manfaat dari sejarah tersebut. Informasi-informasi
tersebut mengandung kejadian, model, konsep, moral,
teori, praktik, cita-cita, bentuk dan sebagainya
(Pidarta, 2007). Sedangkan pendidikan, secara umum
merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam
lingkungan sepanjang hidup, dan secara khusus
pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang berlangsung
di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, guna
mempersiapkan individu agar dapat memainkan peranan
2
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa
yang akan datang (Mudyaharjo,2008).
Indonesia sendiri telah mengalami berbagai
perubahan dan salah satunya di bidang pendidikan.
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor salah satunya karena tuntutan zaman. Setelah
kemerdekaan dan menerapkan sistem pendidikan
kontinental karena pada saat itu kita masih menjalin
kontak dengan negara-negara Eropa seperti Belanda,
namun seiring berjalan waktu semakin disadari bahwa
sistem pendidikan tersebut tidaklah cocok lagi dengan
perkembangan zaman, sehingga akhirnya mendorong bangsa
Indonesia untuk melakukan-melakukan berbagai
penyesuaian.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka terdapat
permasalahan yang akan kami bahas,yaitu:
1. Bagaimanakahperjalanan sejarah pendidikan di
dunia?
2. Bagaimanakah perjalanan sejarah pendidikan di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA
3
Sejarah pendidikan dunia telah berlangsung lama
sekitar 150 tahun Sebelum Masehi, akan tetapi
pendidikan pada zaman ini belum memberikan kontribusi
pada pendidikan pada saat ini (Pidarta, 2007). Yang
akan kita bahas pada sejarah pendidikan dunia antara
lain: (1)Realisme, (2)Rasionalisme, (3)Naturalisme,
(4)Developmentalisme, (5)Nasioanalisme, (6)Liberalisme,
positivisme, dan Individualisme, (7)Sosialisme.
1. Zaman Realisme
Realisme menghendaki pikiran yang praktis
(Pidarta,2007), menurut aliran ini pengetahuan
diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata
tetapi juga melalui persepsi penginderaan
(Mudyahardjo,2008). Tokoh-tokoh pendidikan pada masa
ini diantaranya adalah : Francis Bacon dan Johann Amos
Cornelius. Prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan
antara lain:
Pendidikan lebih dihargai dari pengajaran.
Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri.
Penanaman pengertian lebih penting daripada
hafalan.
Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak,
diawali dengan bahasa ibu.
Pelajaran harus diberikan satu per satu, mulai
dari yang mudah, bisa dibantu dengan gambar-
gambar.
4
Pendidikan diperoleh dari metode induktif, yaitu
mulai dari menemukan fakta-fakta khusus kemudian
dianalisa sehingga menimbulkan suatu kesimpulan).
Anak-anak belajar dari alam.
2. Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberi kekuasaan pada manusia untuk
berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya, karena
itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya sendiri
dan bertindak untuk dirinya. Aliran ini mulai muncul
disaat masyarakat mampu menumbangkan kekuasaan absolut
Raja Perancis dengan menggunakan kekuatan akal
pikirnya.
Tokoh pendidikan pada masa ini adalah John Locke
yang terkenal dengan teori Leon Tabularasa atau a blank
sheet of paper, yakni mendidik seperti menulis di atas
kertas putih dan dengan kebebasan dan kekuatan akal
yang dimiliknya manusia digunakan untuk membentuk
penetahuannya sendiri.
Proses belajar menurut John Locke yaitu:
Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia.
Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
Berpikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah
diperoleh tadi, ditimbang-timbang untuk dirinya
sendiri,
3 Zaman Naturalisme
5
Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh
kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan jalan kebenaran
di dalam dirinya sendiri (Mudyoharjo, 2008). Aliran ini
muncul pada abad 18 dan merupakan reaksi atas aliran
rasionalisme dan menentang kehidupan yang tidak wajar
akibat dari rasionalisme seperti korupsi, gaya hidup
yang dibuat-buat dan sebagainya. Tokoh aliran
Naturalisme adalah J.J Rousseau yang menyatakan ada
tiga asas mengajar, yaitu:
Asas pertumbuhan, bahwa pengajaran harus memberi
kesempatan untuk anak-anak bertumbuh secara wajar
dengan cara mempekerjakan mereka sesuai kebutuhan-
kebutuhannya.
Asas aktivitas, bahwa dengan bekerja anak-anak
menjadi aktif yang akan memberikan pengalaman yang
kemudian akan menjadi pengetahuan mereka
Asas individualitas, maksudnya dengan cara
menyiapkan pendidikan sesuai dengan individualitas
masing-masing anak, sehingga mereka berkembang
menurut alamnya sendiri.
4. Zaman Developmentalisme
Developmentalisme mulai berkembang pada abad ke
19. Aliran ini beranggapan bahwa pendidikan sebagai
suatu proses perkembangan jiwa, sehingga aliran ini
sering disebut gerakan psikologis dalam pendidikan.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Petalozzi, Johann
6
Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm Frobel di Jerman
dan Stanley Hall di Amerika Serikat.
Intisari konsep pendidikan yang dikemangkan oleh
aliran ini adalah:
Mengaktualisasikan semua potensi anak yang masih
laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang
harmonis, serta meningkatkan derajat sosial
manusia.
Pengembangan ini dilakukan sejalan dengan tingkat-
tingkat perkembangan anak yang melalui observasi
dan eksperimen
Pendidikan adalah pengembangan pembawaan (nature)
yang disertai asuhan yang baik (marture).
Pengembangan pendidikan mengutamakan perbaikan
pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan
universal
5. Zaman Nasionalisme
Aliran ini muncul pada abad 19 dan merupakan upaya
dalam membentuk patriot-patriot bangsa dan
mempertahankan kaum imperialis. Tokohnya adalah La
Chatolais (Perancis) Fichte (Jerman), dan Jefferson
(Amerika Serikat).
Konsep pendidikan yang ingin dikemukakan oleh
aliran ini adalah:
Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan
negara.
7
Mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan
kejuruan
Materi pelajarannya meliputi: bahasa dan kesusastraan
nasional, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu
kebangsaan, sejarah dan geografi Negara dan pendidikan
jasmani.
Dampak negatif dari pendidikan ini adalah
munculnya chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan atau
kecintaan terhadap tanah air yang berlebihan dibeberapa
negara seperti Jerman, sehingga timbul Perang Dunia I
(Pidarta, 2007).
6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman ini lahir pada abad ke 19. Liberalisme
berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk
memperkuat kedudukan penguasa/pemerintah yang
dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith. Pada
masa ini siapa yang banyak pengetahuanlah yang paling
berkuasa sehingga kemudian mengarah pada
individualisme. Sedangkan positivisme percaya kebenaran
yang dapat diamati oleh panca indera sehingga
kepercayaan terhadap agama semakin lemah. Tokoh aliran
positivisme adalah August Comte.
7. Zaman Sosialisme
Aliran ini muncul pada abad ke 20 sebagai reaksi
terhadap dampak aliran liberalisme, positivisme dan
individualsme. Tokoh-tokohnya adalah Paul Nartrop,
8
George Kerchensteiner, dan John Dewey. Aliran ini
berpendapat bahwa masyarakat memiliki arti yang lebih
penting daripada individu. Ibarat atom, individu tidak
ada artinya bila terwujud benda. Oleh karena itu,
pendidikan harus diabdikan untuk tujuan-tujuan
tertentu.
B. SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia
tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu
sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa
lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.
Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan
hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai
suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu
prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup bangsa. Pada akhirnya bangsa Indonesia
menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri
khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain. Para pendiri negara kita merumuskan negara
kita dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam,
yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama
Pancasila.
9
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam
setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan
menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga
asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah
dari bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya,
Pancasila berkedudukan sebagai dasar filsafat negara
serta ideologi bangsa dan negara, bukan sebagai suatu
ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-
nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal
dari bangsa Indonesia itu sendiri. Dengan kata lain,
tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan
Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu
atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan
studi-studi historis tentang proses perjalanan
pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode
tertentu di masa yang lampau.
Setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia
untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana
keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau (Pidarta,
2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang
pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan
pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.
Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan
bagi manusia dan diharapkan akan dapat meningkatkan
10
peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa
yang akan datang.
2. SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
Perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia sangat
panjang bahkan semenjak jauh sebelum Indonesia merdeka
pada tahun 1945 sampai akhirnya sekarang setelah 69
Indonesia merdeka yang telah mewujudkan pola Pendidikan
Nasional seperti sekarang. Dengan demikian setiap
bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju,
pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang
tersebut pada masa lampau (Pidarta, 2007). Begitu juga
dengan bidang pendidikan, sejarah pendidikan dapat
dijadikan sebagai bahan pembanding untuk memajukan
pendidikan itu sendiri. Sejarah pendidikan di Indonesia
dimulai dari zaman kuno/ tradisional yang dimulai
dengan zaman pengaruh Hindu dan Budha, zaman pengaruh
Islam, zaman penjajahanan, sampai saat ini. Berikut ini
adalah uraian dan rincian perjalanan sejarah pendidikan
Indonesia:
a. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha (Purba)
Hinduisme dan Budhisme datang ke Indonesia sekitar
abad ke-5. Hinduisme dan Budhisme merupakan dua agama
yang berbeda, namun di Indonesia keduanya memiliki
kecenderungan sinkretisme, yaitu keyakinan mempersatukan
figur Syiwa dengan Budha sebagai satu sumber Yang Maha
11
Tinggi. Motto pada lambang Negara Indonesia yaitu
Bhinneka Tunggal Ika, secara etimologis berasal dari
keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2008: 215).
Bila mengamati sejarah tentang borobudur merupakan
warisan sejarah yang dapat digunakan sebagai
perbandingan perkembangan pendidikan pada masa itu
dengan masa sekarang. Borobudur adalah candi budha
terbesar pada abad 9, yang berukuran 123 X 123 meter
serta terdiri dari 1.460 relief dan 504 stupa.
Borobudur setelah dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat
di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa
ini.
Berdasarkan keterangan di atas Borobudur merupakan
tonggak sejarah terbesar bagi Indonesia, karena pada
saat itu (abad 9) bisa dikatakan Indonesia menjadi
negara number one. Jika ditinjau dari segi pembuatannya,
maka akan muncul asumsi tentang jumlah tenaga yang
digunakan (berhubungan dengan manajemen) dan
arsitekturnya. Padahal pada masa itu sumber belajarnya
hanya berupa orang, tidak seperti sekarang yang sumber
belajarnya tidak hanya berupa orang, tetapi ada buku,
TV, radio, HP, Tablet, komputer (laptop), dan
internet.
b. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
12
Agama islam yang dibawa oleh pedagang dari Persia
dan Gujarat ke Indonesia. Agama Islam mudah tersebar
karena agama Islam dapat bersatu dengan kebudayaan
Indonesia. Keduanya dapat saling membantu dan saling
mempengaruhi. Agama Islam besar sekali pengaruhnya di
dalam mendidik rakyat jelata. Berbeda dengan Agama
Hindu dan Budha, Agama Islam menyiarkan Agamanya mulai
dari bawah/dari rakyat biasa. Para Ulama sangat dekat
dengan rakyat biasa, mereka bisa hidup bersama dengan
rakyat biasa. Bentuk pendidikan yang Islam ada 3 macam,
yaitu di Langgar, Pesantren, dan Madrasah. Bentuk
itulah sebenarnya awal terbentuknya pembelajaran
klasikal maupun individual di Indonesia.
1) Langgar : Merupakan tempat pendidikan agama
islam permulaan. Yang dipentingkan ialah
membaca dan menulis huruf arab. Pengajaran
berlangsung secara secara Individual, artinya
seorang guru mengajar seorang anak.
2) Pendidikan di pesantren : Tempat pengajaran
Agama Islam yang lebih lanjut dan lebih
mendalam ada di pesantren. Pengetahuan yang
diberikan ada 3 bidang yaitu: agama; ilmu
pengetahuan; keterampilan.
13
3) Pendidikan Madrasah : Pada madrasah guru-guru
diperkenankan menerima balasan jasa dalam
bentuk uang (gaji). Lembaga pendidikan ini
lebih menekankan pada pemberian ilmu
pengetahuan umum disamping pelajaran agama.
Pendidikan Madrasah diatur berjenjang sejajar
dengan pendidikan dasar dan menengah seperti
sekarang ini. Jenjang ini adalah :
Tingkat TK : Bustanul
Tingkat SD : Ibtidaiyah
Tingkat SMP : Tsanawiyah
Tingkat SMA : Aliyah
c. Zaman Pengaruh Nasrani (Katholik dan Kristen)
Bangsa Portugis pada abad ke-16 bercita-cita
menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat dengan
cara menemukan jalan laut menuju dunia Timur serta
menguasai bandar-bandar dan daerah-daerah strategis
yang menjadi mata rantai perdagaan dan perniagaan
(Mudyahardjo, 2008: 242). Di samping mencari kejayaan
(glorious) dan kekayaan (gold), bangsa Portugis datang ke
Timur (termasuk Indonesia) bermaksud pula menyebarkan
agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel).
Pada akhirnya pedagang Portugis menetap di bagian
timur Indonesia tempat rempah-rempah itu dihasilkan.
Namun kekuasaan Portugis melemah akibat peperangan
14
dengan raja-raja di Indonesia dan akhirnya dilenyapkan
oleh Belanda pada tahun 1605 (Nasution, 2008: 4). Dalam
setiap operasi perdagangan, mereka menyertakan para
paderi misionaris Paderi yang terkenal di Maluku,
sebagai salah satu pijakan Portugis dalam menjalankan
misinya, adalah Franciscus Xaverius dari orde Jesuit.
Orde ini didirikan oleh Ignatius Loyola (1491-1556) dan
memiliki tujuan yaitu segala sesuatu untuk keagungan
yang lebih besar dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243).
Yang dicapai dengan tiga cara: memberi khotbah, memberi
pelajaran, dan pengakuan. Orde ini juga mempunyai
organisasi pendidikan yang seragam: sama di mana pun
dan bebas untuk semua. Xaverius memandang pendidikan
sebagai alat yang ampuh untuk penyebaran agama,
Nasution dalam Rohmawati (2008).
Sedangkan pengaruh Kristen berasal dari orang-
orang Belanda yang datang pertama kali tahun1596 di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman dengan tujuan untuk
mencari rempah-rempah. Untuk menghindari persaingan di
antara mereka, pemerintah Belanda mendirikan suatu
kongsi dagang yang disebut VOC (vreenigds Oost Indische
Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun
1602 (Mudyahardjo, 2008: 245).
Sikap VOC terhadap pendidikan adalah membiarkan
terselenggaranya Pendidikan Tradisional di Nusantara,
mendukung diselenggarakannya sekolah-sekolah yang
15
bertujuan menyebarkan agama Kristen. Kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh VOC terutama dipusatkan
di bagian timur Indonesia di mana Katholik telah
berakar dan di Batavia (Jakarta), pusat administrasi
kolonial. Tujuannya untuk melenyapkan agama Katholik
dengan menyebarkan agama Kristen Protestan, Calvinisme
(Nasution, 2008: 4-5).
d. Zaman Kolonial Belanda
Tujuan bangsa Belanda ke Indonesia juga sama
dengan bangsa Spanyol dan Portugis. Belanda mendirikan
sekolah-sekolah yang tidak hanya mengajarkan agama
saja, tetapi juga mengajarkan pengetahuan umum.
Sekolah-sekolah banyak didirikan di Pulau Ambon,
Ternate, dan Bacan (Maluku). Bahasa pengantar yang
dipergunakan adalah bahasa Melayu dan Belanda. Selain
itu mereka juga mendirikan sekolah untuk calon pegawai
VOC. Sekolah ini didirikan di Ambon dan Jakarta (rizal,
2008).
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia digambarkan
sebagai berikut:
1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan
pengantar bahasa Belanda untuk anak Belanda ,
Indonesia dan Cina. Sekolah dengan pengantar
bahasa daerah, dan sekolah peralihan.
16
2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum
dan pendidikan kejuruan.
Menurut Nasution (1993) ada enam prinsip politik
pendidikan kolonial Belanda di Indonesia, yaitu:
Pertama, dualisme dalam pendidikan dengan adanya
sekolah anak belanda dan untuk anak pribumi, untuk anak
yang berada dan anak yang tidak berada. Kedua,
gradualisme yang ekstrim dengan mengusahakan pendidikan
rendah yang sederhana mungkin bagi anak Indonesia.
Ketiga, prinsip konkordansi yang memaksa semua sekolah
berorientasi barat mengikuti model sekolah di
Netherland dan menghalangi penyesuaian dengan keadaan
di Indonesia. Keempat, kontrol sentral yang ketat.
Kelima, tidak adanya perencanaan pendidikan sistematis.
Keenam, pedidikan pegawai sebagai tujuan utama sekolah.
Meskipun sekolah-sekolah telah banyak berdiri,
tetapi secara vormal, sekolah-sekolah itu tidak
didirikan atas nama VOC, tetapi didirikan oleh orang-
orang dari kalangan agama, yaitu agama Kristen
Protestan. Keuntungan besar dari sekolah ini adalah
setelah kita mencapai kemerdekaan dimana kebutuhan akan
pendidikan sangat diperlukan. Sebagian besar penduduk
di Indonesia bagian timur sudah tidak mengalami tuna
aksara. Ini karena telah lama penduduk Indonesia bagian
timur telah mengenal pendidikan/sekolah (Rizal, 2008).
17
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak
kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan
selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi
Barat ini meskipun masih bersifat terbatas untuk
beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia
yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda,
telah menimbulkan elite intelektual baru (Rohmawati,
2008). Golongan baru inilah yang kemudian berjuang
merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan
yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi
perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada
tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah
Pemuda tahun 1928 (Rohmawati, 2008). Setelah itu tokoh-
tokoh pendidik mulai muncul tokoh yang berjuang di
bidang pendidikan, antara lain :
1) Mohammad Syafei dengan mendirikan INS (Indonesisch
Nederlandse School) di Sumatera Barat pada tahun 1926.
Sekolah ini bertujuan membina anak-anak ke arah
hidup yang merdeka melalui pendidikan hidup mandiri.
Model sekolahnya sendiri berupa asrama.
2) Ki Hajar Dewantara yang merupakan pendiri Taman
Siswa pada 3 Juli 1922. Semboyan Ki Hajar Dewantara
yang sangat terkenal adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang artinya kurang
lebih adalah yang di depan memberi contoh, yang
ditengah membangun keinginan dan bekerja sama dan
18
yang dibelakang memberikan daya semangat dan
dorongan.
3) Kyai Haji Ahmad Dahlan yaitu pendiri organisasi
Islam bernama Muhammadiyah yang berdiri pada tahun
1912. Pendidikan Muhammadiyah oleh KHA Dahlan
mempunyai tujuan yaitu lahirnya manusia-manusia baru
yang mampu tampil sebagai “ulama-ulama intelek”
yaitu seorang muslim yang memiliki keteguhan iman
dan ilmu yang luas serta sehat jasmani dan rohani.
e. Zaman Kolonial Jepang
Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan
Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka
tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan
kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang
menyerah dan terus mengobarkan semangat di hati mereka
(Rohmawati, 2008). Meskipun demikian, ada beberapa segi
positif dari penjajahan Jepang di Indonesia. Di bidang
pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan
dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan
pendidikan yang sama bagi semua orang. Selain itu,
pemakaian bahasa Indonesia secara luas diinstruksikan
oleh Jepang untuk di pakai di lembaga-lembaga
pendidikan, di kantor-kantor, dan dalam pergaulan
sehari-hari. Hal ini mempermudah bangsa Indonesia untuk
merealisasi Indonesia merdeka. Pada tanggal 17 Agustus
19
1945 cita-cita bangsa Indonesia menjadi kenyataan
ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan kepada
dunia (rohmawati, 2008).
Sistem pendidikan pada masa penjajahan Jepang
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendidikan/ Sekolah Rakyat, lama studi 6 tahun
termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan
konversi dari Sekolah Dasar 3 atau 5 tahun bagi
pribumi pada masa Belanda.
2) Pendidikan Lanjutan, terdiri dari Shoto Chu Gakko
(Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3
tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi)
juga dengan lama studi 3 tahun
3) Sekolah guru, ada tiga macam sekolah guru :
Sekolah guru 2 tahun = Sjootoo Sihan Gakoo
Sekolah Guru Menengah 4 tahun = Guutoo Sihan
Gakko
Sekolah Guru Tinggi 6 tahun = Kooto Sihan Gakko
f. Zaman Kemerdekaan (Awal)
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa
Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena
gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali
menguasai Indonesia datang silih berganti sehingga
bidang pendidikan pada saat itu bukanlah prioritas
utama. Hal tersebut terjadi karena konsentrasi bangsa
20
Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan
yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu
undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem
persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh
penjajah Jepang terus disempurnakan. Namun dalam
pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang
diharapkan bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah
tidak dapat dilaksanakan karena faktor keamanan para
pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang ikut
serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga
tidak dapat bersekolah.
g. Zaman ‘Orde Lama’
Saat gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan
untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan
dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik
spiritual maupun material (Rohmawati: 2008). Setelah
diadakan konsolidasi yang intensif, sistem pendidikan
Indonesia terdiri atas: Pendidikan Rendah, Pendidikan
Menengah, dan Pendidikan Tinggi. Dan pendidikan harus
membimbing para siswanya agar menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Sesuai dengan dasar keadilan sosial,
sekolah harus terbuka untuk tiap-tiap penduduk negara
(Rahmawati; 2008).
21
Pendidikan Nasional zaman ‘Orde Lama’ adalah
pendidikan yang diharapkan dapat membangun bangsa agar
mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinya baik
di dalam maupun di luar; pendidikan yang secara
spiritual membina bangsa yang ber-Pancasila dan
melaksanakan UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Kepribadian Indonesia, dan merealisasikan
ketiga kerangka tujuan Revolusi Indonesia sesuai dengan
Manipol yaitu :
Membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
berwilayah dari Sabang sampai Merauke
Menyelenggarakan masyarakat Sosialis Indonesia
yang adil dan makmur lahir-batin, melenyapkan
kolonialisme,
Mengusahakan dunia baru, tanpa penjajahan,
penindasan dan penghisapan, ke arah perdamaian,
persahabatan nasional yang sejati dan abadi
(Mudyahardjo, 2008: 403).
h. Zaman ‘Orde Baru’
Orde Baru dimulai setelah penumpasan G-30S pada
tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan
pendidikan dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan oleh Orde Lama yaitu dengan menetapkan
pendidikan agama menjadi mata pelajaran dari sekolah
22
dasar sampai dengan perguruan tinggi. Di samping itu,
dikembangkan kebijakan link and match di bidang
pendidikan. Konsep keterkaitan dan kepadanan ini
dijadikan strategi operasional dalam meningkatkan
relevansi pendidikan dengan kebutuhan pasar (Pidarta,
2008: 137-38). Inovasi-inovasi pendidikan juga
dilakukan untuk mencapai sasaran pendidikan yang
diinginkan. Sistem pendidikannya adalah sentralisasi
dengan berpusat pada pemerintah pusat.
Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa
ini masih memiliki beberapa kesenjangan. Beberapa
kesenjangan, yaitu (1) kesenjangan okupasional (antara
pendidikan dan dunia kerja), (2) kesenjangan akademik
(pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari), (3)
kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak
menekankan pada pengetahuan klasik dan humaniora yang
tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi), dan
(4) kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan
yang dimiliki dengan wawasan dunia terkini). Namun
demikian keberhasilan pembangunan yang menonjol pada
zaman ini adalah (1) kesadaran beragama dan kebangsaan
meningkat dengan pesat, (2) persatuan dan kesatuan
bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia
juga meningkat (Pidarta, 2008: 141).
23
i. Zaman ‘Reformasi’
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa
sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka inginkan
tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan
perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang
sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai
terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi
masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan
untuk berbicara dan menyampaikan pendapatnya (ibid.:
143). Begitu Orde Baru jatuh pada tahun 1998 masyarakat
merasa bebas. Reformasi ini pada awalnya lebih banyak
bersifat mengejar kebebasan tanpa program yang jelas.
Sementara itu, ekonomi Indonesia semakin terpuruk,
pengangguran bertambah banyak, demikian juga halnya
dengan penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan
semakin sulit diberantas. Namun demikian, dalam bidang
pendidikan ada perubahan-perubahan dengan munculnya
Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah sistem
pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi, di
samping itu kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-
lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas
profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk
mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan,
misalnya KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima
24
Ketrampilan Hidup), TQM (Total Quality Management),
KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan).
Sekarang sudah ada Undang-undang yang mengatur
tentang sistem pendidikan di Indonesia yaitu UU RI
No.20 Th.2003, Bab VI. Secara undang-undang pemerintah
telah berusaha menyelenggarakan pendidikan dengan
sebaik-baiknya, setiap tahun dan setiap ada pergantian
pimpinan selalu berupaya untuk menyempurnakan
kurikulum, pola dan strategi pembelajaran,
penyempurnaan terarah pada pembinaan pola dan strategi
pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
25
BAB III
KESIMPULAN
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang
masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang
adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam
sejarah pengalaman bangsa kita pada masa lampau.
Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi
implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan : Pendidikan diharapkan
bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam
potensi peserta didik serta mengembangkan
kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan
pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan
aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta
kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan
pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang
praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Proses Pendidikan : Proses pendidikan terutama
proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta
26
didik, mengembangkan kemandirian dan kerjasama
siswa dalam pembelajaran, mengembangkan
pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi
dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan
teknologi.
c. Inovasi-inovasi Pendidikan : Inovasi-inovasi harus
bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan
di Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari
dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya
membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan
Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah StudiAwal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya danPendidikan di Indonesia. Jakarta: PT.RajaGrafindoPersada.
Pidarta, Made. 2007.Landasan Pendidikan: Stimulus IlmuPendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http:///D:/landasan kependidikan dan prob/AS’TONBLOGGER Landasan Historis.Pendidikan.htm
27
http:///D:/landasan kependidikan dan prob/Landasan Historis Pendidikan_NyimasInda.Kusumawati_Komunitas Blogger Unsri.htm
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/landasan-historis-pendidikan-indonesia.html
http://dyahrochmawati08.wordpress.com/2008/11/30/landasan-historis-pendidikan-di-indonesia/
28