Top Banner
at"z, =< vtlN DEPARTEW|EN PERDAGANGAN ||EPUBLTK IND('NESIA Menimbang Mengingat DIREKTO RAT J ENDERAT PERDAGANGAN NALAIVI N EGERI Jalan [,4.] Bidwan Rais No. 5 Jakarta10110 Tel. 021-3440408, fa. 021-3858185 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NoMOR 25IPDN/KEP /5 /?ua TENTANG SYARAT TEKNIS BEJANA UKUR DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI, : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor O8/M-DAGlPERl3l201O tentang Alat-alatUkur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajibDitera dan Ditera Ulang, perlu mengatur syarat teknis bejana ukur; b. bahwa penetapan syarat teknis bejana ukur, diperlukanuntuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan bejana ukur, sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volume cairan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; : 1 . Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2001 Nomor135,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2008(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir denganUndang- Undang Nomor 12 Tahun 2008(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor11 Tahun2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006 Nomor 6? Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a633);
37

Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

Mar 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

at"z,=<vtlNDEPARTEW|EN PERDAGANGAN

||EPUBLTK IND('NESIA

Menimbang

Mengingat

DI REKTO RAT J EN DERAT PERDAGANGAN NALAIVI N EG ER IJalan [,4.] Bidwan Rais No. 5 Jakarta 10110

Tel. 021-3440408, fa. 021-3858185

KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI

NoMOR 25IPDN/KEP /5 /?uaTENTANG

SYARAT TEKNIS BEJANA UKUR

DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI,

: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan MenteriPerdagangan Nomor O8/M-DAGlPERl3l201O tentang Alat-alat Ukur,Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera danDitera Ulang, perlu mengatur syarat teknis bejana ukur;

b. bahwa penetapan syarat teknis bejana ukur, diperlukan untukmewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, danpenggunaan bejana ukur, sebagai upaya menjamin kebenaranpengukuran volume cairan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf adan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur JenderalPerdagangan Dalam Negeri;

: 1 . Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3193);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus BagiProvinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4151) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4884);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 6?Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a633);

Page 2: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

7.

8.

9.

10.

11 .

12.

13 .

14 .

15.

16 .

17 .

18 .

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor : zJ /p\N l\<frp / 5 /?o1O

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan ProvinsiDaerah Khusus lbukota Jakarta Sebagai lbukota Negara KesatuanRepublik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4744);

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib danPembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syaratBagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3283);

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan,Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1987 Nomor lT,Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3351);

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, danPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republiklndonesia Nomor 4737);

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi danTugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimanatelah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 50Tahun 2008;

Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang PembentukanKabinet lndonesia Bersatu l l;

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan danOrganisasi Kementerian Negara;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor61/MPP/Kepl2l1998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologiansebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian danPerdagangan Nomor 251 IMPP lKep/6/1 999;

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor635/M PP/Kep/ 1012004 tentang Tanda Tera;

Peiaturan Menteri Perdagangan Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Perdagangan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri PerdaganganN om or 24 | M-D AG/P E R/6/2009 ;Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-DAG/PER/1 0/2009 tentangUnit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER/1 0/2009 tentangPenilaian Terhadap Unit Pelaksana Teknis dan Unit Pelaksana TeknisDaerah Metrologi Legal;

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAGlPERl3l2010 tentangAlat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP) YangWajib Ditera dan Ditera Ulang;

Page 3: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriNomor: zt lp9;p'/mpfi/Z1to

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

PERTAMA : Memberlakukan Syarat Teknis Bejana Ukur yang selanjutnya disebut STBejana Ukur sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal PerdaganganDalam Negeri ini.

KEDUA : ST Bejana Ukur sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMAmerupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dantera ulang serta pengawasan bejana ukur.

KETIGA : Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri ini mulai berlakupada tanggal ditetapkan.

SUBAGYO

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 61 l1ar.et 2010

DIREKTUR JENDERALPERDAGANGAN DALAM NEGERI.

A " )

l r

Page 4: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERINOMOR . 2t {PDY/mr/lfz.otaTANGGAL: 0T l{aret 2010

Daftar lsi

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Maksud dan Tuiuan

1.3. Pengertian

BAB ll Persyaratan Administrasi

2 .1 . Ruang L ingkup

2.2. Penerapan

2.3. ldentitas

2.4. Persyaratan Bejana Ukur Sebelum Peneraan

BAB ll l Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian

3.1 . Persyaratan Teknis

3.2. Persyaratan Kemetrologian

BAB lV Pemeriksaan dan Pengujian

4.1. Pemeriksaan

4.2. Pengujian Tera dan Tera Ulang

BAB V Pembubuhan Tanda Tera

5.1. Penandaan Tanda Tera

5.2. Tempat Tanda Tera

BAB Vl Penutup

, DIREKTUR JENDERAL

ZPERDAGANGAN DALAM NEGERI,

SUBAGYO

Page 5: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

5  

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal

adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera

ulang Bejana Ukur.

2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan

tera ulang serta pengawasan Bejana Ukur. 1.3. Pengertian Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Bejana Ukur adalah alat ukur volume yang digunakan sebagai standar untuk

menguji alat ukur volume lainnya.

2. Kapasitas nominal (VN) adalah nilai yang dipergunakan untuk menandai karakteristik atau sebagai penunjuk volume Bejana Ukur.

Page 6: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

6  

3. Volume kering Bejana Ukur adalah volume cairan yang dikandung oleh Bejana Ukur pada suhu dasar, ketika Bejana Ukur tersebut diisi sampai garis skalanya.

4. Waktu tetes adalah rentang waktu tertentu (10 sekon atau 30 sekon) yang dihitung dari mulai aliran utama putus dan berubah menjadi tetesan.

5. Deformasi plastis adalah perubahan bentuk atau ukuran yang tidak dapat kembali seperti semula (irreversible) dari suatu benda karena adanya tekanan, suhu, atau pengaruh lainnya.

6. Pipa limpah (over flow device) adalah perlengkapan pada Bejana Ukur yang dipergunakan untuk membatasi kapasitas nominal yang ditakar oleh Bejana Ukur tersebut.

7. Ketidakpastian yang diperluas (expanded uncertainty) adalah suatu interval sekitar nilai hasil pengukuran, dimana dapat diharapkan nilai hasil pengukuran terletak di dalamnya dan juga merupakan sifat dari besaran yang diukur tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

7  

BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1. Ruang Lingkup Syarat teknis ini mengatur mengenai persyaratan teknis dan persyaratan

kemetrologian untuk Bejana Ukur.

2.2. Penerapan Syarat teknis ini berlaku untuk setiap Bejana Ukur yang digunakan untuk menakar

volume UTTP sebagai berikut:

1. Bejana Ukur 2. Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak 3. Tangki Ukur Tetap 4. Tangki Ukur Gerak 5. Meter Arus Bahan Bakar Minyak 6. Meter Prover 7. Meter Air 8. Meter arus untuk jenis cairan lainnya. 2.3. Identitas

1. Bejana Ukur harus dilengkapi tanda pengenal dengan tulisan dalam huruf latin dan angka arab atau tanda lain yang jelas, mudah dibaca, dan tidak mudah terhapus yang memberikan keterangan sebagai berikut:

a. nomor Surat Izin Tanda Pabrik atau Izin Tipe; b. pabrik/pembuat; c. tipe/model; d. nomor seri; e. kapasitas nominal; f. koefisien muai ruang; g. penggunaan, “kering” dan/atau “basah”; dan h. tanda tera.

2. Pelat nominal Bejana Ukur harus dipasang pada tempat yang mudah terlihat dan tidak mempengaruhi sifat-sifat ukurnya.

2.4. Persyaratan Bejana Ukur Sebelum Peneraan

1. Bejana Ukur yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.

2. Label tipe harus terlekat pada Bejana Ukur asal impor yang akan ditera.

3. Bejana Ukur yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.

4. Bejana Ukur yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Bejana Ukur asal impor sebelum ditera.

5. Bejana Ukur yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

Page 8: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

8  

BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1. Persyaratan Teknis 1. Bahan Bejana Ukur dapat terbuat dari gelas, kuningan, baja anti karat, atau bahan

lain yang tahan karat dan tidak mudah melentur.

2. Konstruksi a. Bejana Ukur harus menggunakan satuan volume yang didasarkan pada

satuan Sistem Internasional (SI). b. Kapasitas nominal Bejana Ukur mempunyai kelipatan 1x10n L, 2x10n L

dan 5x10n L dengan n bilangan bulat positif atau nol. c. Kapasitas nominal sebagaimana dimaksud pada huruf b diberi tanda

yang sesuai dengan cara penggunaan: 1) “kering”; 2) “basah”; atau 3) “kering” dan “basah”. d. Bejana Ukur dapat terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu: 1) leher atas berbentuk silinder atau kotak; 2) badan berbentuk silinder; dan 3) leher bawah berbentuk silinder atau kotak. e. Dalam hal di antara bagian-bagian sebagaimana dimaksud pada huruf d

terdapat penghubung, maka penghubung tersebut harus berbentuk kerucut terpancung;

f. Konstruksi Bejana Ukur harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kokoh, tidak bocor, dan tidak mudah terjadi deformasi plastis yang akan mempengaruhi sifat metrologisnya.

g. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan penyipat datar, baik yang bersifat permanen atau terpisah.

h. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan alat penunjukan volume, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) alat penunjuk kapasitas nominal, dapat berupa skala atau pipa limpah;

2) alat penunjuk berupa skala, dapat menggunakan skala tunggal atau skala majemuk yang dapat dilengkapi dengan skala nonius atau alat bantu baca meniskus;

3) volume cairan pada leher atas yang ditunjukkan oleh garis skala, minimal 1% dari kapasitas nominal, baik untuk bagian skala positif maupun negatif;

4) volume cairan pada leher bawah yang ditunjukkan oleh garis skala, minimal 0,5% dari kapasitas nominal, baik untuk bagian skala positif maupun negatif; dan

5) untuk pipa limpah harus dirancang sedemikian rupa, sehingga limpahan air dapat mengalir dengan lancar.

Page 9: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

9  

i. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan termometer (thermowell) yang terpasang secara permanen serta penempatannya dapat mewakili suhu cairan di dalam Bejana Ukur.

j. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan tempat untuk pembubuhan tanda tera.

3. Alat Tambahan a. Bejana Ukur dapat dilengkapi dengan alat tambahan sebagai berikut: 1) alat justir, yang tidak boleh berubah setelah penyegelan; 2) gelas penglihat, yang harus dipasang secara permanen dan tidak

dapat dilepas atau diganti tanpa memutus segel; 3) bagian penuangan pada leher atas, untuk memudahkan

penuangan; 4) alat pegangan; 5) kran pengeluaran pada leher atas; dan 6) pipa pengeluaran. b. Bejana Ukur yang dilengkapi dengan pipa pengeluaran sebagaimana

dimaksud pada huruf a angka 6) harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) dimensi badan dan lubang pengeluaran dibuat sedemikian rupa, sehingga kecepatan turunnya cairan pada badan tidak melebihi 1 cm/sekon;

2) saluran pengeluaran atau pengosongan dipasang sedemikian rupa, sehingga tetesan cairan terpusat pada satu titik;

3) dimensi leher atas dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari terperangkapnya udara, cairan atau uap air dan masalah dalam pembersihan Bejana Ukur serta memperhitungkan faktor kepekaannya; dan

4) diameter gelas penglihat cukup, sehingga tidak ada efek kapiler dan efek meniskus.

4. Syarat Penggunaan a. Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem kering, bagian dalam Bejana

Ukur dipastikan berada dalam keadaan kering. b. Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem basah memperhatikan waktu

tetes. c. Waktu tetes Bejana Ukur dengan kapasitas nominal kurang dari atau

sama dengan 20 liter adalah 10 sekon dan lebih dari 20 liter adalah 30 sekon.

3.2. Persyaratan Kemetrologian 1. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) BKD untuk Bejana Ukur yang diatur dalam syarat teknis ini adalah 1/2000

(satu perduaribu) dari kapasitas nominal atau 5 x 10-4 VN. 2. Perubahan ketinggian cairan Perubahan ketinggian cairan pada leher atas minimum 3 mm sama dengan

BKD Bejana Ukur yang bersangkutan. 3. Ketidakpastian yang diperluas Pengujian Bejana Ukur harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

ketidakpastian yang diperluasnya adalah 1/5 (satu perlima) BKD untuk izin tipe dan 1/3 (satu pertiga) BKD untuk tera atau tera ulang .

Page 10: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

10  

BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1. Pemeriksaan Pemeriksaan Bejana Ukur dalam rangka peneraan dan peneraulangan sesuai

dengan Lampiran 5 dan Lampiran 6 dalam syarat teknis ini.

4.2. Pengujian Tera dan Tera Ulang Pengujian Bejana Ukur dalam rangka peneraan dan peneraulangan sesuai

dengan Lampiran 5 dan Lampiran 6 dalam syarat teknis ini.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

11  

BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1. Penandaan Tanda Tera

Pada Bejana Ukur dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Bejana Ukur yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.2. Tempat Tanda Tera 1. Bejana Ukur yang telah dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan

sebagaimana diatur dalam syarat teknis ini wajib dibubuhi Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah yang berlaku secara berurutan pada lemping tanda tera.

2. Lemping tanda tera sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dipasang pada Bejana Ukur dengan cara diikat dengan kawat segel dan diberikan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.

3. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm sebagaimana dimaksud pada angka 2 dipasang pada bagian–bagian yang dapat memungkinkan dilakukan perubahan-perubahan sifat ukurnya, seperti alat justir, dan menjamin lemping tanda tera.

4. Bejana Ukur yang telah ditera atau ditera ulang wajib dibubuhi Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada alat justir dan dilengkapi dengan sertifikat pengujian.

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

12  

BAB VI PENUTUP

Syarat Teknis Bejana Ukur merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Bejana Ukur serta pengawasan Bejana Ukur guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Bejana Ukur serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Page 13: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

13  

Lampiran 1. Bentuk Bejana Ukur

Bentuk 1 Bentuk 2 Bentuk 3

Bentuk 4 Bentuk 5

Page 14: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

14  

Lampiran 2. Jumlah dan Penempatan Thermowell pada Bejana Ukur

Kapasitas

Nominal 20 L ≤ Vn ≤ 500 L 500 L < Vn ≤ 2000 L Vn > 2000 L

Jumlah Minimum

Thermowell 1 2 3

Penempatan

Tengah badan

1/3 dari atas badan

2/3 dari atas badan

1/4 dari atas badan

1/2 dari atas badan

3/4 dari atas badan

Page 15: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

15  

Lampiran 3. Konstruksi Dan Bagian-Bagian Bejana Ukur

1. Bejana Ukur Tanpa Leher

Gelas datar Gelas datar Skala bacaSkala baca

Skala baca

Pelindung

Gelas baca dengan skala

Jendela

Gelas baca

Page 16: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

16  

2. Bejana Ukur dengan leher bawah

Keran pemasukan Keran keluaran Keran keluaran Keran pemasukan Keran pemasukan

Keran pemasukan

Gelas Baca

Termometer

Gelas baca

Gelas datar Gelas baca

Skala baca (atas bawah)

Page 17: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

17  

Lampiran 4. Tempat Pembubuhan Tanda Tera

Tempat meletakkan tanda sah

Tanda tera

LEHER ATAS BEJANA UKUR

Segel

Page 18: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

18  

Lampiran 5. Prosedur Kerja Pemeriksaan Dan Pengujian Bejana Ukur Metode Gravimetrik 1. Pengantar

a. Maksud dan Tujuan Bejana Ukur adalah salah satu alat ukur volume yang dikategorikan sebagai alat

standar dan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan pengujian alat ukur volume lainnya. Bejana Ukur kapasitas kecil diuji dengan metode gravimetrik. OIML dan ISO merekomendasikan metode gravimetrik ini untuk digunakan dalam pelaksanaan pengujian yang memerlukan tingkat ketelitian pengukuran yang tinggi. Tulisan ini menguraikan tentang prosedur kerja pengujian Bejana Ukur kapasitas kecil dengan metode gravimetrik dimana timbangan yang digunakan adalah neraca.

b. Ruang Lingkup dan Rentang Ukur Bejana Ukur kapasitas kecil yang dimaksud adalah Bejana Ukur dengan kapasitas

lebih kecil atau sama dengan 20 liter dan terbuat dari bahan yang telah diketahui koefisien muai kubiknya.

c. Ketelitian Pengujian Ketidakpastian hasil pengujian dengan prosedur pengujian ini adalah berkisar

antara 0,001 % sampai dengan 0,01 %. d. Prasyarat 1) Sertifikat pengujian anak timbangan standar dan peralatan/perlengkapan uji

harus tersedia, masih berlaku dan dijadikan acuan; 2) Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam kondisi baik

dan laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian pengujian yang diharapkan;

3) Pelaksana pengujian harus memahami dan menguasai: a) metode pembacaan meniskus; b) metode pembacaan nonius; c) petunjuk penggunaan bejana; dan d) petunjuk perhitungan massa jenis air suling.

2. Standar Acuan a. International Recommendation OIML R 120 tentang “Standard capacity measures

for testing systems for liquids other than water”, edisi 1996(E); b. P4 - OIML Publication tentang “Verification equipment for national Metrology

services”, edisi Maret 1986; dan c. ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, edisi 1993.

3. Standar, Peralatan dan Perlengkapan Pengujian a. Ruang laboratorium yang kondisi lingkungannya cukup stabil. b. Neraca dengan kapasitas disesuaikan dengan Bejana Ukur yang akan diuji. c. Anak timbangan standar dan imbuh kelas F1 atau F2 atau M1. d. Beban untuk tara. e. Termometer dengan daya baca 0,10C. f. Stop watch. g. Surya kanta (kaca pembesar). h. Landasan bejana (lengkap dengan waterpass). i. Air suling.

Page 19: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

19  

j. Cerapan pengujian Bejana Ukur. k. Pipet. l. Gelas takar kapasitas 50 mL, 100 mL dan 200 mL dengan kelas ketelitian A. m. Selang plastik. n. Gelas takar untuk penyimpanan termometer. o. Lap dan kertas tisu.

4. Persiapan Pengujian a. Persiapan Teknis dan Administratif 1) Pastikan bahwa laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk

melaksanakan pengujian Bejana Ukur a) kondisi laboratorium cukup stabil terhadap faktor lingkungan; dan b) penataan peralatan/perlengkapan pengujian yang teratur sehingga tidak

akan mengganggu jalannya pelaksanaan pengujian 2) Siapkan dan periksa masa laku sertifikat dari: a) anak timbangan standar (termasuk anak timbangan untuk imbuh); b) termometer; c) gelas takar; dan d) neraca. 3) Periksa kondisi peralatan standar dan perlatan bantu, bila diperlukan lakukan

penyetelan. 4) Catat/rekam data teknis peralatan standar dan Bejana Ukur yang akan diuji ke

dalam cerapan pengujian Bejana Ukur. 5) Isilah Bejana Ukur dengan air suling sampai dengan skala volume nominal. 6) Letakkan semua peralatan standar dan perlengkapan pengujian, serta biarkan

untuk jangka waktu tertentu (sekitar 30 menit) sampai keseimbangan suhu tercapai.

b. Penentuan Nilai Skala dan Ketidaktetapan Neraca 1) Kosongkan/tuangkan air dalam Bejana Ukur ke dalam penampung untuk: a) Bejana Ukur dengan sistem basah pengosongan harus memperhatikan

waktu penuangan/waktu tetesannya (10 sekon); dan b) Bejana Ukur dengan sistim kering setelah pengosongan keringkan dinding

bagian dalam Bejana Ukur (misal: dengan cara di lap). 2) Tentukan nilai skala dan ketidaktetapan neraca (mengacu pada prosedur

pengujian neraca) dengan ketentuan: a) Peletakan muatan (1) Piring muatan kiri : beban tara. (2) Piring muatan kanan : bejana kosong dan anak timbangan standar S. b) Cara pembacaan skala neraca (1) Pergerakan jarum skala ke arah kanan dari skala tengah neraca

memberikan pembacaan skala yang bertanda positif. (2) Pergerakan jarum skala ke arah kiri dari skala tengah neraca

memberikan pembacaan skala yang bertanda negatif. 3) Catat/rekam data pengujian pada cerapan pengujian.

5. Prosedur Pengujian Bejana Ukur a. Penimbangan bejana kosong dan anak timbangan standar Ms: 1) Catat data kondisi laboratorium untuk awal pengujian.

Page 20: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

20  

2) Isilah Bejana Ukur dengan air suling sampai dengan skala volume nominal. 3) Kosongkan/tuangkan air dalam Bejana Ukur ke dalam penampung untuk: a) Bejana Ukur dengan sistim basah pengosongan harus memperhatikan

waktu penuangan/waktu tetesannya (10 sekon); dan b) Bejana Ukur dengan sistim kering setelah pengosongan keringkan dinding

bagian dalam Bejana Ukur (misal : dengan cara di lap). 4) Letakkan bejana kosong dan anak timbangan standar Ms yang sesuai dengan

massa air untuk volume nominal bejana pada piring muatan sebelah kanan: a) anak timbangan standar 5 kg untuk Bejana Ukur 5 liter; b) anak timbangan standar 10 kg untuk Bejana Ukur 10 liter; dan c) anak timbangan standar 20 kg untuk Bejana Ukur 20 liter. 5) Lakukan pembacaan titik-titik balik ai. 6) Catat/rekam data pengujian pada cerapan pengujian. 7) Pada keadaan neraca tidak bekerja, kosongkan piring muatan sebelah kanan. b. Penimbangan Bejana Ukur berisi air suling: 1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air suling sampai

meniskus tepat pada skala volume nominalnya (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada Bejana Ukur tersebut.

2) Letakkan Bejana Ukur yang berisi air suling tersebut pada piring muatan sebelah kanan neraca.

3) Lakukan penimbangan dan tambahkan imbuh Is pada piring muatan sebelah kanan sampai neraca berada pada posisi kurang lebih seimbang lalu kembalikan neraca pada posisi tidak bekerja (diareatir).

4) Catat jumlah imbuh Is yang digunakan ke dalam cerapan. 5) Lakukan penimbangan dan baca titik-titik balik bi serta catat data pengujian

pada cerapan. 6) Turunkan daun neraca pada posisi tidak bekerja (diareatir), angkat dan

letakkan Bejana Ukur dengan hati-hati pada landasan bejana serta simpan kembali imbuh Is yang telah digunakan.

7) Ukur dan catat suhu air t dalam bejana. c. Lakukan langkah angka 5 huruf a dan 5 huruf b secara berturutan sehingga

diperoleh 3 seri pengukuran, kemudian diakhiri dengan melakukan langkah angka 5 huruf a kembali

d. Catat data kondisi laboratorium untuk akhir pengujian e. Pengujian skala Bejana Ukur: 1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air suling sampai

meniskus tepat pada skala minimum Bejana Ukur yang dapat dibaca (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada bagian dalam leher bejana.

2) Baca dan catat penunjukan skala awal Bejana Ukur s0 (satuan skala). 3) Tambahkan air suling sampai meniskus tepat pada skala maksimum Bejana

Ukur yang dapat dibaca menggunakan gelas takar dengan memperhatikan waktu tetes gelas takar (30 sekon).

4) Baca dan catat penunjukan skala akhir Bejana Ukur s1 (satuan skala). 5) Catat volume penambahan air ∆v (satuan mL).

Page 21: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

21  

6. Perhitungan Hasil Pengujian a. Titik kesetimbangan neraca α dan β 1) Titik kesetimbangan neraca untuk muatan bejana kosong dan anak timbangan

Standar Ms, dihitung dengan rumus:

α =+ + + +2 3 2 3 2

121 2 3 4 5a a a a a

ai : Nilai pembacaan skala titik balik Untuk dua buah pengukuran, nilai yang diambil adalah rata-ratanya:

αα α

=+1 2

2

Catatan : α terakhir untuk seri pengukuran sebelumnya digunakan sebagai α awal untuk seri berikutnya

2) Titik kesetimbangan neraca untuk muatan bejana berisi air suling dihitung dengan rumus :

β =+ + + +2 3 2 3 2

121 2 3 4 5b b b b b

bi : Nilai pembacaan skala titik balik b. Perhitungan volume Bejana Ukur pada suhu referensi to : Vto 1) Volume Bejana Ukur untuk masing-masing seri pengukuran dihitung dengan

menggunakan rumus :

{ }V(M I )

1,2(t t)to, i

s s

ao=

− + −−

+ −0 99985

1, ( )

( )α β µ

ργ Liter

Vto,i Ms

Is

ρa

µ γ t

: : : : : : :

Volume Bejana Ukur pada suhu referensi to untuk seri ke i (liter) Massa anak timbagan standar (gram) Massa anak timbagan standar imbuh (gram) Massa jenis air suling (kg/m3) Nilai skala neraca untuk muatan bejana kosong dan anak timbangan standar (gram/skala) Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur (°C)-1 Suhu air suling dalam Bejana Ukur (°C)

2) Volume Bejana Ukur dihitung dengan mengambil nilai rata-rata volume Bejana Ukur untuk masing-masing seri pengukuran : 

Liter3

VVVV to,3to,2to,1to

++=

c. Perhitungan nilai skala Bejana Ukur : ns 1) Jumlah skala s yang diuji dihitung menggunakan rumus :

s = s1 - s0 skala s0 : Penunjukan skala Bejana Ukur sebelum ditambahkan air suling dari gelas

takar (skala) s1 : Penunjukan skala Bejana Ukur setelah ditambahkan air suling dari gelas

takar (skala) 2) Nilai skala ns:

skalamLs

/vns ∆=

∆v: Volume air suling dari gelas takar yang ditambahkan ke dalam Bejana Ukur (mL) 

Page 22: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

22  

7. Ketidakpastian Pengujian a. Anak timbangan standar 1) Ketidakpastian standar

kUU SertM

M−=

UM-Sert : Ketidakpastian anak timbangan standar menurut sertifikatnya K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat anak timbangan standar.

Bila tidak ada asumsikan sama dengan 2 2) Koefisien sensitivitas

( ){ }( )2,1

199985,0 0

−−+

γ ttCM

3) Derajat Kebebasan 50=Mυ

b. Anak timbangan standar imbuh 1) Ketidakpastian standar

kU

U SertII

−=

UI-Sert : Ketidakpastian anak timbangan standar imbuh menurut sertifikatnya K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat anak timbangan standar.

Bila tidak ada asumsikan sama dengan 2 2) Koefisien sensitivitas

( ){ }( )2,1

199985,0 0

−−+

γ ttCI

3) Derajat Kebebasan 50=Iυ

c. Pembacaan titik balik pada saat penimbangan Bejana kosong + anak timbangan standar

1) Ketidakpastian standar

( ) ( )22αµαµ RUU T +=

µ132,0=TU (Metode Pembacaan Titik Balik Neraca M-SM-01)

neracaapan ketidaktet=αµR

2) Koefisien sensitivitas ( ){ }

( )2,11 0

−−+

=ργ

αµtt

C

3) Derajat Kebebasan 50=αµυ

d. Pembacaan titiik balik pada saat penimbangan Bejana Ukur isi air suling 1) Ketidakpastian standar

( ) ( )22βµβµ RUU T +=

µ132,0=TU (Metode Pembacaan Titik Balik Neraca M-SM-01)

neracaapan ketidaktet == αµβµ RR

Page 23: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

23  

2) Koefisien sensitivitas ( ){ }

( )2,11 0

−−+

=ργ

βµttC

3) Derajat Kebebasan 50=βµυ

e. Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur 1) Ketidakpastian standar

γ

dU =

dγ : Nilai dari setengah lebar rentang distribusi segiempat dimana nilai γ terletak, seperti ilustrasi di bawah ini.

2) Koefisien sensitivitas ( ) ( ){ }( )

( )2,199985,0 0

−−−+−

µβαγ

ttIMC

3) Derajat Kebebasan 50=γυ

f. Suhu air suling dalam Bejana Ukur 1) Ketidakpastian standar

( )22

2

3⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛+= − tSertt

HOMtd

kUUU

Dalam perhitungan suhu Bejana Ukur dianggap sama dengan suhu air suling pada saat pengujian, oleh karena itu kita harus memperhitungkan faktor homogenitas suhu Bejana Ukur tersebut. Dinding Bejana Ukur pada kenyataannya berada antara dua media, udara dan air suling, oleh karena itu nilai suhu Bejana Ukur berada antara suhu udara dan suhu air suling, dengan demikian dapat kita rumuskan ketidakpastian akibat faktor homogenitas ini adalah :

( )12

ttU udara

HOM−

=

Ut-Sert : Ketidakpastian thermometer menurut sertifikatnya K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat thermometer. Bila

tidak ada asumsikan sama dengan 2 dt : Daya baca thermometer

2) Koefisien sensitivitas ( ) ( ){ }

( )2,199985,0

−−+−

γµβαIMCt

3) Derajat Kebebasan 50=tυ  

γ γ + dγ γ ‐ dγ

2dγ

Page 24: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

24  

g. Massa jenis air suling 1) Ketidakpastian standar

Mengacu pada Petunjuk Perhitungan Massa Jenis Air Suling P-SV-01 maka ketidakpastian standarnya tergantung dari tingkat ketelitian thermometer yang digunakan yaitu :

Daya Baca Thermometer (oC) Ketidakpastian Standar, U�a (kg/m3) 0,1 0,2 0,5 1 2

0,005 0,010 0,025 0,05 0,10

 

2) Koefisien sensitivitas

( )2,10

−=

ρρtV

Ca

 

3) Derajat Kebebasan 50=

aρυ  

h. Pembacaan skala Bejana Ukur (hubungannya dengan posisi meniskus) 1) Ketidakpastian standar

3BU

md

U =  

dBU : Daya baca Bejana Ukur 2) Koefisien sensitivitas

1=mC  

3) Derajat Kebebasan 50=mυ  

i. Repeatability 1) Ketidakpastian standar

Pengujian dilakukan secara berulang sebanyak 3 seri pengukuran, maka ketidakpastian standarnya dapat kita nyatakan dengan persamaan berikut :

( )n

VSU tn

R01−=  

Sn-1 adalah standar deviasi, yaitu :  

[ ] ( )1n

VVVS

2toito,

to1n−

−= ∑

−  

2) Koefisien sensitivitas 1=RC  

3) Derajat Kebebasan 21 =−= nRυ  

Page 25: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

25  

j. Ketidakpastian standar gabungan Ketidakpastian Standar Gabungan, UC :

( )∑= 2iiC UCU  

 

Ci = CM, CI, Cαµ, Cβµ, Cγ, Ct, Cρa, Cm, CR 

Ui = UM, UI, Uαµ, Uβµ, Uγ, Ut, Uρa, Um, UR  k. Derajat kebebasan efektif Derajat kebebasan efektif, νeff  : 

( )∑ ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

i

ii

Ceff

UCU

υ

υ4

4

 

νi = νM, νI, ναµ, νβµ, νγ, νt, νρa, νm, νR 

  l. Faktor cakupan Faktor Cakupan, k :

)(95 efftk υ=  

m. Ketidakpastian yang diperluas Ketidakpastian yang Diperluas, U :

CkUU =  

Page 26: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

26  

Lampiran 6. Prosedur Kerja Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Ukur Metode Volumetrik 1. Pengantar

a. Maksud dan Tujuan Bejana Ukur adalah salah satu alat ukur volume yang dikategorikan sebagai alat

standar dan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan pengujian alat ukur volume lainnya. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji Bejana Ukur adalah metode volumetrik. Dalam metode ini volume Bejana Ukur yang diuji dibandingkan dengan volume Bejana Ukur referensi.

b. Ruang Lingkup Bejana Ukur yang diuji mempunyai volume nominal lebih besar atau sama dengan volume nominal Bejana Ukur referensi. Kelas ketelitian Bejana Ukur referensi haruslah lebih tinggi dari pada kelas ketelitian Bejana Ukur yang diuji.

c. Ketelitian Pengujian Ketidakpastian hasil pengujian dengan prosedur ini adalah berkisar antara 0,0033 % sampai dengan 0,033 %.

d. Prasyarat 1) Peralatan-peralatan standar yang dipergunakan harus bersertifikat. 2) Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam kondisi baik

dan laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian pengujian yang diharapkan.

3) Ruang laboratorium yang kondisi lingkungannya cukup stabil. 4) Pelaksana pengujian harus memahami dan menguasai:

a) metode pembacaan meniskus; b) metode pembacaan nonius; c) petunjuk penggunaan bejana; dan d) petunjuk perhitungan massa jenis air suling (bila menggunakan air suling

sebagai cairan ujinya). 2. Standar Acuan

a. International Recommendation OIML R 120 tentang “Standard capacity measures for testing systems for liquids other than water”, edisi 1996(E).

b. P4 - OIML Publication tentang “Verification equipment for national Metrology services”, edisi Maret 1986.

c. ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, edisi 1993. d. Peter Rampp, “Influence on gravimetric and volumetric calibration of reference and

working standards”, Bavarian State of Weights and Measures, Munich, 1998. 3. Standar, Peralatan, dan Perlengkapan Pengujian

a. Bejana Ukur referensi, dengan volume nominal 1/10 kali volume nominal Bejana Ukur yang diuji;

b. termometer dengan daya baca 0,1°C; c. stop watch; d. kaca pembesar (loupe); e. landasan bejana, lengkap dengan waterpassnya; f. cerapan pengujian Bejana Ukur metode volumetrik; g. pipet; h. gelas takar kapasitas 50 mL, 100 mL dan 200 mL dengan kelas ketelitian A; i. gelas takar untuk penyimpanan termometer;j. lap dan kertas tisu; dan k. wadah untuk menampung/menyimpan cairan uji.

Page 27: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

27  

4. Cairan Uji Cairan yang digunakan untuk pengujian harus berupa air yang bersih, bebas dari kontaminasi atau bebas dari bahan yang dapat menyebabkan korosi dan tidak mengandung gelembung-gelembung udara.

5. Persiapan Pengujian a. Siapkan dan periksa masa berlaku dari:

1) sertifikat Bejana Ukur referensi; 2) sertifikat termometer; dan 3) sertifikat gelas takar.

b. Periksa kondisi peralatan standar dan perlatan bantu, pastikan berfungsi dengan baik.

c. Pastikan bahwa laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk melaksanakan pengujian Bejana Ukur, yaitu: 1) kondisi laboratorium cukup stabil terhadap faktor lingkungan; dan 2) penataan peralatan/perlengkapan pengujian yang teratur sehingga tidak akan

mengganggu jalannya pelaksanaan pengujian. d. Siapkan cairan uji. Pastikan jumlah volumenya cukup untuk melaksanakan

pengujian Bejana Ukur yang dimaksud. e. Aturlah sedemikian rupa, sehingga posisi Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur

yang akan diuji dalam keadaan datar. f. Isilah Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji dengan cairan uji

sampai batas skala volume nominalnya. g. Letakkan semua peralatan standar dan perlengkapan pengujian, serta biarkan

untuk jangka waktu tertentu (minimum ±30 menit) sampai keseimbangan suhu tercapai.

h. Catat/rekam data teknis Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji ke dalam cerapan pengujian.

i. Perhatikan tipe penggunaan Bejana Ukur referensi. Pastikan bahwa dalam sertifikatnya tercantum nilai volume untuk tipe penggunaan “basah”.

j. Tentukan tipe penggunaan Bejana Ukur yang akan diuji “kering” dan/ atau “basah”. Catatan : Bejana Ukur dengan tipe penggunaan “basah”, saat pengosongannya harus memperhatikan waktu tetes.

Volume Nominal (VN) Waktu tetes VN ≤ 20 liter 10 sekon VN > 20 liter 30 sekon

Bejana Ukur dengan tipe penggunaan “kering”, saat pengosongannya tidak memperhatikan waktu tetes, namun diusahakan sedemikian rupa, sehingga dalam Bejana Ukur tidak ada air yang tersisa (misalkan : dengan cara dilap ataupun ditiup dengan angin).

6. Pelaksanaan Pengujian a. Penentuan volume sebenarnya pada skala nol Bejana Ukur 1) Catat data kondisi (suhu dan kelembaban) laboratorium. 2) Kosongkan/keluarkan air dari Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang

akan diuji. 3) Isilah Bejana Ukur referensi dengan air sampai batas skala volume

nominalnya.

Page 28: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

28  

4) Ukur dan catatlah suhu air dalam Bejana Ukur referensi (tRC). 5) Baca dan catatlah kelebihan/kekurangan penunjukan volume air dari skala

nol Bejana Ukur referensi (Va) Catatan : Bila dikehendaki air dalam bejana dapat ditambah atau dikurangi dengan menggunakan pipet hingga diperoleh nilai volume yang diinginkan.

6) Tuangkan air yang ada di dalam Bejana Ukur referensi ke dalam Bejana Ukur yang diuji dengan memperhatikan waktu tetesnya.

7) Bila volume nominal Bejana Ukur yang diuji lebih besar dari Bejana Ukur referensi, ulangilah langkah angka 3) sampai dengan angka 6) sehingga volume air dalam Bejana Ukur yang diuji mencapai batas volume nominalnya.

8) Baca dan catatlah penunjukan volume air dalam Bejana Ukur yang diuji (VP). 9) Ukur dan catatlah suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji (tWC).

Catatan : Pengukuran suhu air dilakukan di 3 (tiga) tempat yang berbeda, yaitu di bagian dasar, tengah dan atas.

10) Dengan memperhatikan angka 5 huruf j., kosongkan/keluarkan air dari Bejana Ukur yang diuji.

11) Lakukan kembali angka 1) sampai dengan angka 10), sehingga diperoleh hasil pengujian sebanyak 3 (tiga) seri.

b. Pengujian nilai skala Bejana Ukur 1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air sampai meniskus

tepat pada skala minimum Bejana Ukur yang dapat dibaca (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada bagian dalam leher bejana

2) Baca dan catatlah penunjukan skala awal Bejana Ukur s0 (satuan skala); 3) Tambahkan air sampai meniskus tepat pada skala maksimum Bejana Ukur

yang dapat dibaca menggunakan gelas takar dengan memperhatikan waktu tetes gelas takar (30 sekon)

4) Baca dan catatlah penunjukan skala akhir Bejana Ukur s1 (satuan skala); 5) Catat penambahan volume air ∆v (satuan mL).

7. Perhitungan Hasil Pengujian a. Volume sebenarnya rata-rata Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi

1) Volume bersih Bejana Ukur referensi (VB)

[ ] ( ) ( )[ ]RRRCRWCWRWWC

RCaRRB ttttVVV −+−+⎥

⎤⎢⎣

⎡+= γγ

ρρ

1..

VRR

Va tRR tRC

tWR tWC γR

γW

: : : : : : : :

Volume Bejana Ukur referensi pada suhu dasar menurut sertifikatnyaPembacaan kelebihan/ kekurangan dari skala nol volume Bejana Ukur referensi Suhu dasar Bejana Ukur referensi Suhu air dalam Bejana Ukur referensi pada saat pengujian Suhu dasar Bejana Ukur yang diujii Suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji pada saat pengujian Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur referensi Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur yang diuji

Page 29: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

29  

ρRC ρWC

: :

Massa jenis air dalam Bejana Ukur referensi pada suhu saat pengujian Massa jenis air dalam Bejana Ukur yang diuji pada suhu saat pengujian

2) Volume bersih total Bejana Ukur referensi (V’B)

( )∑=

=m

iiBB VV

1'

(VB)i : Volume bersih Bejana Ukur referensi pada penakaran ke-i m : Banyaknya penakaran

3) Koreksi penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji (VK)

PBK VVV −= ' VP : Penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji

4) Volume sebenarnya Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi (VACT)

KNACT VVV +=

VN : Volume nominal Bejana Ukur yang diuji

5) Volume sebenarnya rata-rata Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi ( )ACTV

3321 ACT ACT ACT

ACTVVV

V++

=

b. Nilai skala Bejana Ukur (ns)1) Jumlah skala s yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

s = s1 - s0 skala s0 : Penunjukan skala Bejana Ukur sebelum ditambahkan air dari gelas takar (skala) s1 : Penunjukan skala Bejana Ukur setelah ditambahkan air dari gelas takar (skala)

2) Nilai skala ns

nsv

=∆s

mL skala/

∆v : Volume air dari gelas takar yang ditambahkan ke dalam Bejana Ukur (mL)

8. Ketidakpastian Pengujian a. Ketidakpastian tipe A 1) Ketidakpastian standar

( )nVSu ACTn

R1−=

Sn-1(VACT) adalah standar deviasi, yaitu :

[ ] ( )1nVV

VS2

ACTi ACTACT1n

−= ∑

2) Koefisien sensitivitas 1=Rc

Page 30: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

30  

3) Derajat kebebasan 1−= nRυ

b. Ketidakpastian tipe B 1) Pembacaan penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji a) Ketidakpastian standar

xd

u BUUVP =

dBUU adalah nilai skala terkecil (nst) Bejana Ukur yang diuji, dengan x berupa nilai tertentu yang besarnya tergantung dari kemampuan pembacaan skala itu sendiri. Dalam distriBejana Ukur referensii segi empat (rectangular), bila kita mampu membedakan/membaca satu skala maka nilai x sama dengan 3, setengah skala sama dengan 12, sepertiga skala sama dengan 27, dan seterusnya.

b) Koefisien sensitivitas 1−=VPc

c) Derajat kebebasan Nilai ketidakpastian standar UVP dapat kita percaya sampai dengan 10 %, sehingga diperoleh :

50=VPυ

2) Volume Bejana Ukur referensi pada suhu referensi a) Ketidakpastian standar

kuu BUSsert

VRR−=

USert-BUS

k

: :

Ketidakpastian anak timbangan standar imbuh menurut sertifikatnya. Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat Bejana Ukur referensi, bila tidak ada asumsikan sama dengan 2.

b) Koefisien sensitivitas

( )( ) mCTSCTLcVRR =

c) Derajat kebebasan Tergantung dari kapabilitas laboratorium yang menerbitkan sertifikat pengujian Bejana Ukur referensi, namun demikian biasanya dapat kita tuliskan : 50=VRRυ

3) Pembacaan kelebihan/kekurangan volume Bejana Ukur referensi a) Ketidakpastian standar

xd

u BUSVa =

dBUS adalah nilai skala terkecil (nst) Bejana Ukur referensi. b) Koefisien sensitivitas

( )( ) mCTSCTLcVa =

Page 31: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

31  

c) Derajat kebebasan 50=Vaυ

4) Suhu air dalam Bejana Ukur referensi a) Ketidakpastian standar

( )22

2 ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+= −

− ku

xnst

Uu thermsertthermRHOMtRC

Dalam perhitungan suhu Bejana Ukur dianggap sama dengan suhu air pada saat pengujian, oleh karena itu kita harus memperhitungkan faktor homogenitas suhu Bejana Ukur tersebut. Dinding Bejana Ukur pada kenyataannya berada antara dua media, udara dan air, oleh karena itu nilai suhu Bejana Ukur berada antara suhu udara dan suhu air, dengan demikian dapat kita rumuskan ketidakpastian akibat faktor homogenitas ini adalah:

( )12

RCudaraRHOM

ttU

−=−

USert-therm

k nsttherm

tudara

: : : :

Ketidakpastian thermometer menurut sertifikatnya Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat thermometer, bila tidak ada asumsikan sama dengan 2. Daya baca atau nilai skala terkecil thermometer Suhu udara disekitar Bejana Ukur (kondisi laboratorium)

b) Koefisien sensitivitas

( )( ) mCTLVVc RaRRtRC γ+=

c) Derajat kebebasan 50=tRCυ

5) Suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji a) Ketidakpastian standar

( )22

2 ⎟⎠⎞

⎜⎝⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛+= −

− ku

xnst

Uu thermsertthermWHOMtWC

( )12

WCudaraWHOM

ttU

−=−

b) Koefisien sensitivitas

( )( ) mCTLVVc WaRRtWC γ+−=

c) Derajat kebebasan 50=tWCυ

6) Massa jenis air pada suhu tRC a) Ketidakpastian standar

RCρRC suhu t padaair jenis massatian ketidakpas : u

b) Koefisien sensitivitas

( )( )WC

aRRRCmCTSVVc

ρρ +=

Page 32: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

32  

c) Derajat kebebasan 50=RCρυ

7) Massa jenis air pada suhu tWC a) Ketidakpastian standar

WCρWC suhu t padaair jenis massatian ketidakpas : u

b) Koefisien sensitivitas

( )( )( )WC

aRRWCmCTSCTLVVc

ρρ +−=

c) Derajat kebebasan 50=WCρυ

8) Koefisien muai ruang bahan Bejana Ukur referensi a) Ketidakpastian standar

3R

R

du γ

γ =

Nilai dari setengah lebar rentang distribusi rectangular dimana nilai γR terletak, seperti ilustrasi di bawah ini

b) Koefisien sensitivitas

( )( )( ) mttCTLVVc RRRCaRRR −+=γ

c) Derajat kebebasan 50=Rγυ

9) Koefisien muai ruang bahan Bejana Ukur yang diuji a) Ketidakpastian standar

3W

W

du γ

γ =

dγW : Nilai dari setengah lebar rentang distribusi rectangular dimana nilai γW terletak.

b) Koefisien sensitivitas

( )( )( ) mttCTLVVc WCWRaRRW −+=γ

c) Derajat kebebasan 50=Wγυ

γ γ + dγ γ - dγ

2dγ

 

Page 33: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

33  

10) Gelembung udara dalam air a) Ketidakpastian standar

(L) V x 0,00001 N=∆abu

VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas

1=∆abc

c) Derajat kebebasan 50=∆abυ

11) Variasi jumlah sisa air a) Ketidakpastian standar

(L) V x 0,000005 N=∆lru

VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas

1=∆lrc

c) Derajat kebebasan 50=∆lrυ

12) Kehilangan air akibat penguapan a) Ketidakpastian standar

(mL) V x 0,000005 N=∆eu

VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas

1=∆ec

c) Derajat kebebasan 50=∆eυ

c. Ketidakpastian Standar Gabungan

( )∑=i

iiC ucu 2

d. Derajat Kebebasan Efektif dan Faktor Cakupan

Derajat kebebasan efektif : Faktor Cakupan :

( )∑ ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛=

i i

ii

Ceff

ucu

υ

υ4

4

)(95 efftk υ=

e. Ketidakpastian yang Diperluas

CkuU =

Page 34: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

34  

Lampiran 7. Cerapan Pengujian Bejana Ukur Dengan Metode Gravimetrik

Page 35: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

35  

Lampiran 8. Cerapan Pengujian Bejana Ukur Dengan Metode Volumetrik

Page 36: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

36  

Page 37: Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukurppsdk.kemendag.go.id/wp-content/uploads/Peraturan/...Title: Microsoft Word - Lampiran SK Dirjen PDN ttg ST Bejana Ukur Author: Denny Tresna

37